ANALISIS KEUNTUNGAN BERBAGAI PRODUK OLAHAN UBI KAYU (Studi Kasus pada UD.Riang di Desa Telogorejo Kecamatan Pagak Kabupaten Malang)

ANALISIS KEUNTUNGAN BERBAGAI PRODUK OLAHAN UBI KAYU
(Studi Kasus pada UD.Riang di Desa Telogorejo Kecamatan Pagak
Kabupaten Malang)
Oleh: Firli Dina Rahmawati ( 04720019 )
Agribisnis
Dibuat: 2009-01-09 , dengan 3 file(s).

Keywords: Keuntungan, Ubi Kayu, Olahan
Komoditas pertanian dalam bentuk segar memiliki sifat tidak tahan lama atau mudah rusak,
sehingga perlu segera dikonsumsi atau diolah lebih lanjut. Begitu pula dengan ubi kayu, ubi kayu
segar hanya bertahan selama beberapa hari, kemudian mulai terjadi pembusukan. Harga jual ubi
kayu segar tergolong sangat murah dan berfluktuasi, harga ubi kayu akan turun ketika terjadi
panen yang bersamaan antara petani. Untuk mengatasi hal tersebut maka ubi kayu perlu diolah
lebih lanjut menjadi berbagai macam produk. Pengolahan ubi kayu menjadi berbagai macam
produk dapat meningkatkan nilai tambah, meningkatkan pendapatan bagi produsen,
meningkatkan kualitas hasil pertanian, menyerap tenaga kerja dan meningkatkan ketrampilan
produsen. Adanya pengolahan ubi kayu menjadi berbagai macam produk akan dapat mengangkat
citra olahan ubi kayu dari makanan yang inferior menjadi makanan yang tidak inferior lagi.
Pengolahan ubi kayu menjadi berbagai macam produk juga merupakan usaha diversifikasi
pangan mengingat ketergantungan impor yang cukup tinggi terhadap bahan makanan sumber
karbohidrat utama yaitu padi dan gandum, ubi kayu dapat menjadi alternatif makanan sumber

karbohidrat lokal.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) Mendeskripsikan produk olahan ubi kayu yang
dihasilkan UD Riang; (2) Menganalisis nilai tambah pada setiap produk olahan ubi kayu; (3)
Menganalisis keuntungan yang diperoleh pada setiap produk olahan ubi kayu dan mengetahui
produk olahan mana yang memiliki keuntungan tertinggi. (4) Mendeskripsikan perkembangan
penjualan produk olahan ubi kayu. (5) Mendeskripsikan upaya mengangkat citra olahan ubi
kayu.
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) pada UD Riang di desa
Telogorejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang dengan pertimbangan bahwa UD Riang
memproduksi tiga produk olahan ubi kayu. UD Riang berproduksi kontinyu selama 5 tahun
terakhir, dengan menggunakan minimal 100 kg Bahan baku pada setiap produksinya, dan
memiliki pelanggan tetap.
Metode pengambilan data dilakukan dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data
primer diambil melalui wawancara dan observasi secara langsung. Sedangkan data sekunder
diperoleh dari instansi-instansi terkait dan literatur-literatur yang relevan dengan penelitian ini.
Metode Analisis data terdiri dari analisis deskriptif, analisis keuntungan, analisis nilai tambah
dengan metode Hayami. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui olahan ubi kayu yang
diproduksi UD Riang, perkembangan penjualan, dan upaya mengangkat citra olahan ubi kayu.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa UD Riang menghasilkan tiga macam olahan ubi kayu yaitu
tiwul manis instan, gatot instan dan tiwul tawar instan. Lama satu kali proses produksi tiwul

manis instan dan tiwul tawar instan instan instan adalah 3 hari, dan proses produksi gatot instan
adalah 7 hari.
Pengolahan tiwul manis instan, gatot instan dan tiwul tawar instan instan instan menghasilkan
nilai tambah. Adapun nilai tambah pengolahan tiwul manis instan 31,99% dari nilai produksi,

nilai tambah pengolahan gatot instan 43,41% dari nilai produksi dan nilai tambah pengolahan
tiwul tawar instan 46,24% dari nilai produksi. Jadi dari ketiga produk tersebut tiwul tawar Instan
memiliki nilai tambah tertinggi.
Ketiga produk olahan yang dihasilkan oleh UD Riang menghasilkan keuntungan dalam setiap
proses produksi. Keuntungan yang diperoleh dari pengolahan tiwul manis instan dalam satu kali
proses produksi adalah Rp19.939,17 keuntungan yang diperoleh dari pengolahan gatot instan Rp
93.717,5 /proses produksi dan keuntungan dari pengolahan tiwul tawar instan Rp 14.494,17.
Perbandingan keuntungan ketiga produk olahan ubi kayu dalam 100 kg bahan baku adalah
keuntungan Tiwul Manis Instan Rp 20.806,19 keuntungan gatot instan Rp 74.576,17 dan tiwul
tawar instan instan instan Rp 51.863,9,00 sehingga produksi gatot instan memiliki keuntungan
yang tertinggi.
Perkembangan penjualan Tiwul Manis Instan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (2003-2007)
berfluktuatif, penjualan tertinggi terjadi pada tahun 2007 karena ada banyak pesanan dari
konsumen. Penjualan gatot instan mengalami kenaikan dari tahun 2003 sampai 2005, tetapi pada
tahun 2006 terjadi penurunan karena jumlah tenaga kerja berkurang sehingga jumlah produksi

sedikit. Nilai penjualan tiwul tawar instan sangat kecil dan terus mengalami penurunan sejak
tahun 2003 sampai 2006 karena peminat tiwul tawar instan sangat sedikit, tetapi pada tahun 2007
terdapat banyak pesanan sehingga penjualan meningkat.
UD Riang berupaya untuk meningkatkan citra olahan ubi kayu yang menjadi makanan yang
bergengsi dengan berinovasi dengan berani mencoba mengolah ubi kayu menjadi makanan
instan. UD Riang selalu memperbaiki kemasan produk mengikuti perkembangan jaman dan
mencantumkan tanggal kadaluarsa dan izin Depkes. Kualitas produk selalu dijaga dan dalam
pengolahan makanan tradisional ini tidak menggunakan bahan pengawet. UD Riang aktif
mengikuti festival makanan tradisional untuk memperluas jangkauan pemasaran dan
memperkenalkan produknya kepada masyarakat.
UD Riang diharapkan untuk terus melakukan inovasi produk karena diketahui bahwa penjualan
ketiga olahan singkong ini sangat berfluktuatif, sehingga jika tidak melakukan inovasi produk
dikhawairkan 5 tahun kedepan usaha ini tidak akan berkembang. UD Riang perlu memperluas
segmen pemasarannya dengan menjangkau konsumen usia muda yang sangat potensial, tetapi
untuk menjangkau segmen ini UD Riang harus berinovasi menghasilkan tampilan produk yang
unik dan menarik sehingga dapat bersaing dengan produk olahan singkong lain yang telah
diminati kaum muda.

Farm commodity in fresh condition considered lack of reliability and easy to be broken, so that it
needed to be consume or continuous process. It was also happened to cassava. Fresh cassava was

only reliable for few days, then there started a decomposition. Fresh cassava price was
considered cheap and fluctuate, it could be decrease when there were same harvest among
farmer. To conclude it, cassava needed further process. Cassava processing could give it
additional value, increasing income for producer, increasing quality of the farm, absorbed more
workforce and increasing the producer skill. Cassava processing into various product could lift
the image of cassava processing from inferior food into superior food. Cassava processing also
could be diversified considering the high import dependency to the major carbohydrate source
product, they were rice; cassava could be an alternative of local carbohydrate food source.
The research aimed to: (1) Describe the various product of cassava produced by UD. Riang; (2)
analyzing additional value for each product produced by UD.Riang; (3) analyzing profit from

each product and which one the highest profitable product; (4) describe marketing development
of cassava product; (5) describe efforts to lift cassava product image
Location was stated in purposive way at UD.Riang at Telogorejo village, Pagak sub-district,
Malang Residence by consideration that UD.Riang produced three kinds of cassava processing
products. UD.Riang produced continuously in the recent 5 years by using 100kg raw material in
minimum at every production and owed fixed-customers.
Data collection method was done by primary and secondary data. Primary data could be taken
from direct interview and observation consisted of what product resulted, the amount of raw
material, cost and the amount of work force, cassava production quality and efforts done to lift

the image of cassava product. Secondary data was collected from related institution and relevant
literatures.
Data analysis method consisted of descriptive analysis, profit analsyis, additional value analysis
using Hayami method. Descriptive analysis used to find out cassava processing which produced
by UD.Riang, marketing development and effort to lift the image of cassava processing product.
Research showed that UD. Riang produced three kinds of cassava products. They were instant
sweet-tiwul, instant-gatot, and instant tasteless-tiwul. One production process of instant-sweet
tiwul and instant tasteless-tiwul were three days and instant-gatot production was 7 days.
Instant sweet-tiwul, instant-gatot, and tasteless-tiwul production produced additional value. The
additional value of instant sweet-tiwul production was 31,99% from production value, additional
value of instant-gatot was 43,41% and additional value of instant tasteless-tiwul was 43,41%
from production value. So from the three product, instant tasteless-tiwul has the highest
additional-value.
The three product of UD Riang made profit in every production process. Profit reached from
instant sweet-tiwul in one production process was Rp19.939,17 profit from instant-gatot was Rp
93.717,5 per production process and the profit from instant tasteless-tiwul was Rp 14.494,17.
Comparison of the three product profit in 100 kg raw material were: instant sweet-tiwul profit Rp
20.806,19 instant gatot profit was Rp 74.576,17 and instant tasteless-tiwul was Rp 51.863,9,00
so that instant gatot reach the highest profit.
The development of instant sweet-tiwul marketing in 5 latest years (2003-2007) fluctuated,

highest marketing was in 2007 since there were so many demand from consumer. Instant-gatot
market had increased since 2003 to 2005; but in 2006 there was a decreasing since the workforce keep decreasing since 2003 to 2006 since the instant tasteless-tiwul were limited, but in
2007, there were so many demand so that the marketing increased.
UD. Riang tried to lift the image of cassava product into classy food by innovating, tried to
change cassava into instant-food. UD. Riang also fixed the product package following to be up to
date. They also stated the expired date and Health Department license. Product quality was
always been kept and in this traditional food processing, UD. RIang never used preservatile. UD.
Riang with active way following traditional food festival to make their marketing line wider and
introduced their product to the society.
UD Riang was hoped to continue their product innovation since realized that the marketing of
these three cassava products were so fluctuate, so without innovation, there worried that in the
next 5 years, this business would not be developed. UD. Riang needs to make their marketing
segment wider by reaching potential youth consumer, but in order to reach this segment, UD.
Riang should innovate creating unique and interesting product so that it could compete with
another cassava product intended by the youth.