Analisis Perbandingan Nilai Tambah Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Tepung Mocaf Dan Tepung Tapioka Di Kabupaten Serdang Bedagai (Kasus: Desa Bajaronggi, Kecamatan Dolok Masihul Dan Kecamatan Sei Rampah).
ANALISIS PERBANDINGAN NILAI TAMBAH
PENGOLAHAN UBI KAYU MENJADI TEPUNG MOCAF DAN
TEPUNG TAPIOKA DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
(Kasus : Desa Bajaronggi, Kecamatan Dolok Masihul dan Kecamatan Sei Rampah)SKRIPSI
HENNI FEBRI YANTI 090304005 AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
ANALISIS PERBANDINGAN NILAI TAMBAH
PENGOLAHAN UBI KAYU MENJADI TEPUNG MOCAF DAN
TEPUNG TAPIOKA DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
(Kasus : Desa Bajaronggi, Kecamatan Dolok Masihul dan Kecamatan Sei Rampah)
SKRIPSI
HENNI FEBRI YANTI 090304005 AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui oleh, Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
DR. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec.
NIP. 19630402 199703 1 001 NIP. 131 689 979
Ir. M. Mozart B. Darus, M.Sc.
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(3)
ABSTRAK
HENNI FEBRI YANTI (090304005), dengan judul skripsi ANALISIS PERBANDINGAN NILAI TAMBAH PENGOLAHAN UBI KAYU MENJADI TEPUNG MOCAF DAN TEPUNG TAPIOKA DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI (Kasus: Desa Bajaronggi, Kecamatan Dolok Masihul Dan Kecamatan Sei Rampah).
Peneliti dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku ketua pembimbing dan anggota pembimbing Bapak Ir. M. Mozart B. Darus, M.Sc
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi proses pengolahan tepung mocaf dan tepung tapioka di daerah penelitian, untuk menganalisis pendapatan pelaku usaha pembuatan tepung mocaf dan tepung tapioka di daerah penelitian, untuk menganalisis nilai tambah yang dihasilkan akibat pengolahan sampai menjadi tepung mocaf dan tepung tapioka di daerah penelitian, untuk membandingkan nilai tambah yang dihasilkan akibat pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf dengan hasil pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka di daerah penelitian.
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, pengambilan sampel secara sensus. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis biaya dan pendapatan, dan analisis nilai tambah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf lebih rendah dibandingan pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka. Nilai tambah yang diperoleh dari usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf lebih rendah dibandingkan nilai tambah yang diperoleh dari usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka
Kata Kunci: Tepung Mocaf, Tepung Tapioka, pendapatan, nilai tambah.
(4)
RIWAYAT HIDUP
Henni Febri Yanti lahir di Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, Nanggroe Aceh
Darussalam pada tanggal 13 Februari 1991. Merupakan anak ketiga dari lima
bersaudara dari Bapak Muhammad Husein dan Ibu Umi Salamah.
Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:
1. Tahun 1997 masuk di Sekolah Dasar Negeri 10 Meulaboh, lulus tahun 2003.
2. Tahun 2003 masuk di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Meulaboh, lulus
tahun 2006.
3. Tahun 2006 masuk di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Meulaboh, lulus tahun
2009.
4. Tahun 2009 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara melalui jalur Pemanduan Minat dan Prestasi
(PMP).
Pada bulan Juli-Agustus 2013, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan
(PKL) di Desa Kuala Lama Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang
Bedagai. Pada tahun yang sama di bulan Maret penulis melaksanakan penelitian
skripsi di Desa Bajaronggi Kecamatan Dolok Masihul dan Kecamatan Sei
Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai.
Semasa perkuliahan, penulis aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan,
(5)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, pemelihara seluruh alam
raya yang atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul “Analisis Perbandingan Nilai Tambah Pengolahan Ubi kayu menjadi Tepung Mocaf dan Tepung Tapioka di Kabupaten Serdang Bedagai” (Kasus: Desa Bajaronggi Kecamatan Dolok Masihul dan Kecamatan Sei Rampah). Tulisan ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr.Ir.Satia Nergara Lubis,M.Ec
selaku ketua komisi pembimbing sekaligus sekretaris Program Studi Agribisnis
dan anggota komisi pembimbing Bapak Ir.M.Mozart B. Darus, M.Sc yang telah
meluangkan waktu untuk mengarahkan dan membimbing penulis dari awal hingga
akhir penulisan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Salmiah, MS selaku Ketua
Program Studi Agribisnis dan seluruh dosen yang telah membekali ilmu kepada
penulis selama studi di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara. Juga kepada pribadi-pribadi berikut ini yang turut berperan
penting, yaitu:
1. Kepada orang tua, Bapak dan Mama (Muhammad Husein dan Umi Salamah),
tempat penulis berguru mengenal kehidupan (terimakasih tak berujung atas
(6)
2. kalian perlihatkan), buat kakanda (Erlita, S.Pd dan Irvi Yanti, S.Pd), abangnda
(M. Masdar, S.Pd dan Kurnia, S. Pd) serta adinda tersayang (Zakaria Husein
dan Ferdi Husein) atas perhatian, kasih sayang, cinta dan dukungan kalian
(terima kasih untuk semuanya, i love u all).
3. Kepada staff Dinas Pertanian, Badan Pusat Statistik, Bappeda Serdang
Bedagai, dan responden yang dengan ringan tangan memberikan data-data
yang dibutuhkan.
4. Kepada pegawai Program Studi Agribisnis, khususnya kak Lisbeth, kak Yani,
dan kak Runi yang telah memberikan kelancaran dalam hal administrasi serta
kepada staff administrasi Fakultas Pertanian lainnya.
5. Kepada teman-teman stambuk ’09 khususnya Litna, Arie, Dio, Desy, Nora, dan
Roma yang telah memberikan dorongan dan kebersamaan selama ini.
Meski melewati peristiwa tak terduga mulai dari rentang waktu, sulitnya
memperoleh data, kerumitan birokrasi, konflik antar pribadi dan kendala lainnya
yang tidak dapat diabaikan, aku jadikan sebagai jalan untuk menjadi pribadiku
yang lebih berani.
Sebagai hasil karya manusia yang tak sempurna, skripsi ini tentu memiliki
beberapa kekurangan. Sepatutnyalah penulis mengharapkan dan mengucapkan
terima kasih atas saran dan kritik yang membangun.
Medan, Mei 2013
(7)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Kegunaan Penelitian ... 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 8
2.2 Landasan Teori ... 15
2.3 Kerangka Pemikiran ... 18
2.4 Hipotesis Penelitian ... 21
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 22
3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 24
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 24
3.4 Metode Analisis data ... 25
3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 27
BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 30
4.2 Karakteristik Responden ... 39
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Proses Pembuatan Tepung Mocaf dan Tepung Tapioka ... 45
5.2 Pendapatan ... 49
(8)
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ... 65 6.2 Saran ... 75
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(9)
DAFTAR TABEL
No Tabel
1. Rata-rata konsumsi umbi-umbian perkapita sehari menurut jenis menurut jenis makanan dan daerah Perkotaan/ Pedesaan (kkal)
2. Produksi tanaman ubi kayu menurut Kabupaten Kota Propinsi Sumatera Utara
3. Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Ubi kayu
4. Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Ubi kayu
5. Data kelompok tani di Desa Bajaronggi Kecamatan Dolok Masihul
6. Jumlah pengolah Tepung Tapioka skala kecil di Kecamatan Sei Rampah tahun 2012
7. Prosedur perhitungan nilai tambah metode hayami
8. Keadaan tata guna lahan Desa Bajaronggi
9. Penduduk berdasarkan Agama Desa Bajaronggi
10. Jumlah penduduk menurut kelompok umur Desa Bajaronggi
11. Penduduk Berdasarkan jenis pekerjaan Desa Bajaronggi
12. Keadaan tata guna lahan Desa Cempedak Lobang
13. Penduduk berdasarkan Agama Desa Cempedak Lobang
14. Jumlah penduduk menurut kelompok umur Desa Cempedak Lobang
15. Penduduk berdasarkan jenis pekerjaan Desa Cempedak Lobang
16. Keadaan tata guna lahan Desa Simpang Empat
17. Penduduk berdasarkan Agama Desa Simpang Empat
18. Jumlah Penduduk menurut kelompok umur desa Simpang Empat
19. Penduduk berdasarkan jenis pekerjaan Desa Simpang Empat
2 3 5 22 23 23 26 31 31 32 33 34 34 35 36 37 38 38 39 Hal.
(10)
20. Umur responden pengolahan tepung mocaf
21. Umur responden pengolaha tepung tapioka
22. Tingkat Pendidikan responden pengolahan tepung mocaf
23. Tingkat Pendidikan responden pengolahan tepung tapioka
24. Jumlah tanggungan responden pengolahan tepung mocaf
25. Jumlah tanggungan responden pengolahan tepung tapioka
26. Pengalaman berusaha pengolahan tepung mocaf
27. Pengalaman berusaha pengolahan tepung tapioka
28. Luas Lokasi usaha pengolah tepung mocaf
29. Luas Lokasi usaha pengolah tepung tapioka
30. Rata-rata pendapatan usaha pembuatan tepung mocaf di daerah penelitian (tahun 2013)
31. Rata-rata pendapatan usaha pembuatan tepung tapioka di daerah penelitian (tahun 2013)
32. Nilai tambah produk tepung mocaf di daerah penelitian (tahun 2013)
33. Sumbangan input lain tepung mocaf
34. Nilai tambah produk tepung tapioka di daerah penelitian (tahun 2013)
35. Sumbangan input lain tepung tapioka
36. Perbandingan pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf dan tepung tapioka di daerah penelitian
37. Perbandingan nilai tambah tepung mocaf dan tepung tapioka
38. Perbedaan Sumbangan input lain
40 40 41 41 42 42 43 43 44 44 50 50 52 53 55 56 58 59 61
(11)
DAFTAR GAMBAR
No Gambar
1. Skema Kerangka Pemikiran Hal.
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
No Lampiran
1a. Karakteristik Responden Tepung Mocaf di Daerah Penelitian (Tahun 2013).
2a. Proses Produksi Tepung Mocaf di Daerah Penelitian (Tahun 2013).
3a. Peralatan Produksi Tepung Mocaf di Daerah Penelitian (Tahun 2013).
4a. Biaya Bahan Baku (Ubi Kayu) di Daerah Penelitian (Tahun 2013).
5a. Biaya Bahan Penunjang di Daerah Penelitian (Tahun 2013).
6a. Biaya Tenaga Kerja usaha pembuatan Tepung Mocaf di Daerah Penelitian (Tahun 2013).
7a. Biaya Peralatan usaha pembuatan Tepung Mocaf di Daerah Penelitian (Tahun 2013).
8a. Penerimaan usaha pembuatan Tepung Mocaf di Daerah Penelitian (Tahun 2013).
9a. Biaya Tidak Tetap Usaha Tepung Mocaf di daerah Penelitian ( tahun 2013).
10a. Biaya Tetap Usaha Tepung Mocaf di daerah Penelitian ( tahun 2013).
11a. Total Biaya Produksi Usaha Tepung Mocaf di daerah Penelitian ( tahun 2013).
12a. Pendapatan Usaha Tepung Mocaf di daerah Penelitian ( tahun 2013)
14a. Upah Tenaga Kerja
15a. Koefisien Tenaga Kerja
16a. Rasio Input – Output
17a. Nilai Tambah usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung Mocaf di daerah penelitian (tahun 2013)
(13)
Lampiran 2
No Lampiran
1b. Karakteristik Responden Tepung Tapioka di Daerah Penelitian (Tahun 2013)
2b. Proses Produksi Tepung Tapioka di Daerah Penelitian (Tahun 2013)
3b. Peralatan Produksi Tepung Tapioka di Daerah Penelitian (Tahun 2013)
4b. Biaya Bahan Baku (Ubi Kayu) di Daerah Penelitian (Tahun 2013)
5b. Biaya Bahan Penunjang di Daerah Penelitian (tahun 2013)
6b. Biaya Tenaga Kerja usaha pembuatan Tepung Tapioka di Daerah Penelitian (Tahun 2013)
7b. Biaya Peralatan usaha pembuatan Tepung Tapioka di Daerah Penelitian (Tahun 2013)
8b. Biaya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di daerah Penelitian
9b. Biaya Air Bawah Tanah (ABT) di daerah penelitian
10b. Penerimaan usaha pembuatan Tepung Tapioka di Daerah Penelitian (Tahun 2013)
11b. Biaya Tidak Tetap Usaha Tepung Tapioka di daerah Penelitian (tahun 2013)
12b. Biaya Tetap Usaha Tepung Tapioka di daerah Penelitian tahun 2013)
13b. Total Biaya Produksi Usaha Tepung Tapioka di daerah Penelitian (tahun 2013)
14b. Pendapatan Usaha Tepung Tapioka di daerah Penelitian ( tahun 2013)
15b. Penggunaan Tenaga Kerja Per Produksi
16b. Upah Tenaga Kerja
17b. Koefisien Tenaga Kerja
18b. Rasio Input – Output
19b. Nilai Tambah usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung Tapioka di daerah penelitian (tahun 2013)
(14)
ABSTRAK
HENNI FEBRI YANTI (090304005), dengan judul skripsi ANALISIS PERBANDINGAN NILAI TAMBAH PENGOLAHAN UBI KAYU MENJADI TEPUNG MOCAF DAN TEPUNG TAPIOKA DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI (Kasus: Desa Bajaronggi, Kecamatan Dolok Masihul Dan Kecamatan Sei Rampah).
Peneliti dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku ketua pembimbing dan anggota pembimbing Bapak Ir. M. Mozart B. Darus, M.Sc
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi proses pengolahan tepung mocaf dan tepung tapioka di daerah penelitian, untuk menganalisis pendapatan pelaku usaha pembuatan tepung mocaf dan tepung tapioka di daerah penelitian, untuk menganalisis nilai tambah yang dihasilkan akibat pengolahan sampai menjadi tepung mocaf dan tepung tapioka di daerah penelitian, untuk membandingkan nilai tambah yang dihasilkan akibat pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf dengan hasil pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka di daerah penelitian.
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, pengambilan sampel secara sensus. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis biaya dan pendapatan, dan analisis nilai tambah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf lebih rendah dibandingan pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka. Nilai tambah yang diperoleh dari usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf lebih rendah dibandingkan nilai tambah yang diperoleh dari usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka
Kata Kunci: Tepung Mocaf, Tepung Tapioka, pendapatan, nilai tambah.
(15)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agroindustri adalah kegiatan yang memanfaatkan hasil
baku, merancang dan menyediakan peralatan serta
Proses yang digunakan mencakup pengubahan dan pengawetan melalui perlakuan
fisik atau kimiawi, penyimpanan, pengemasan dan distribusi. Produk agroindustri
dapat merupakan produk akhir yang siap dikonsumsi ataupun sebagai produk
bahan baku industri lainnya (Soekartawi, 2000).
Produksi ubi kayu terus mengalami peningkatan dan menjadi sumber pendapatan
bagi masyarakat serta untuk menyukseskan program diversifikasi pangan dari
sumber daya lokal. Apalagi kini telah tersedia industri hilir untuk memproduksi
ubi kayu menjadi tepung mocaf, tepung tapioka, makanan ringan seperti tela-tela,
keripik ubi juga dikelola menjadi produk lainnya.
Usaha penganekaragaman pangan sangat penting, artinya sebagai usaha untuk
mengatasi masalah ketergantungan pada satu bahan pangan pokok saja. Misalnya
mengubah umbi-umbian seperti ubi kayu menjadi berbagai bentuk awetan yang
mempunyai rasa khas dan tahan lama disimpan. Hal ini sesuai dengan program
pemerintah khususnya dalam mengatasi masalah kebutuhan bahan pangan
(16)
Berikut data konsumsi umbi-umbian perkapita sehari menurut jenis makanan dan
daerah perkotaan/pedesaan (kkal).
Tabel 1. Rata-rata konsumsi umbi-umbian perkapita sehari menurut jenis makanan dan daerah Perkotaan/Pedesaan (kkal) . Perincian Perkotaan+pedesaan/urban+Rural
2007 2008 2009 2010
Umbi-Umbian 47.1 37.66 30.86 28.72
Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Utara (2011).
Dari data yang diperoleh di atas dapat dilihat bahwa konsumsi umbi-umbian
perkapita sehari di daerah perkotaan/pedesaan mengalami penurunan tiap
tahunnya. Sementara itu produksi ubi kayu Sumatera Utara mengalami
peningkatan. Hal ini disebabkan karena banyaknya konsumsi akan produk olahan
(17)
Berikut data produksi tanaman ubi kayu menurut Kabupaten Kota Propinsi
Sumatera Utara.
Tabel 2. Produksi Tanaman Ubi kayu menurut Kabupaten Kota Propinsi Sumatera Utara Tahun 2006-2010 (ton).
Kabupaten/ Kota 2006 2007 2008 2009 2010
1 2 3 4 5 6
2827 3021 7963 51298 5969
Mandailing Natal 2988 2982 3238 1799 1942
Tapanuli Selatan 17622 13541 18269 8854 9831
Tapanuli Tengah 12500 14361 27986 33506 33594
Tapanuli Utara 7136 16000 26068 37451 38426
Toba Samosir 9629 7681 7949 10560 29548
Labuhan Batu 2580 3393 4451 2428 166
Asahan 15236 15384 10565 18536 18330
Simalungun 161504 144954 309303 373304 353930
Dairi 1936 2567 5808 6280 10848
Karo 25 - 2412 52 828
Deli Serdang 51865 78800 75497 167017 79551
Langkat 6237 6290 7974 9244 10885
Nias Selatan 5448 8665 15870 72585 51866
Humbang
Hasundutan 3276 4274 12883 12469 13650
Pakpak Barat 175 463 405 441 2485
Samosir 1639 2495 4985 16163 7352
Serdang Bedagai 133793 96726 155389 111066 149144
Batu Bara x x 16205 22994 23155
Padang Lawas Utara x x x 8925 7402
Padang Lawas x x x 10482 7791
Labuhan Batu
Selatan x x x X 1426
Labuhan Batu Utara x x x X 3391
Nias Utara x x x X 5369
Nias Barat x x x X 827
Sibolga 0 0 0 0 -
Tanjung Balai 301 351 387 390 1052
Pematangsiantar 4563 4461 7106 9091 10119
Tebing Tinggi 4480 3273 6610 7148 8627
Medan 3601 4737 4616 7533 7239
Binjai 1665 2372 2863 3147 3680
Padangsidimpuan 1426 1780 1971 4521 4837
Gunung Sitoli X x x X 2313
Total 452450 438573 736771 1007284 905571
(18)
Sumatera Utara merupakan salah satu daerah potensial memproduksi ubi kayu.
Dari tabel 2 dapat dijelaskan bahwa Serdang Bedagai merupakan salah satu
Kabupaten penghasil ubi kayu terbesar kedua setelah Kabupaten Simalungun
dalam memproduksi ubi kayu.
Kabupaten Serdang Bedagai adalah merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi
Sumatera Utara yang dimekarkan dari Kabupaten induknya yaitu Kabupaten Deli
Serdang pada tahun 2005, dan sektor ekonomi di Kabupaten Serdang Bedagai
adalah sektor pertanian bersinergi dengan banyaknya potensi agroindustri yang
berkembang di Kabupaten Serdang Bedagai antara lain yaitu dodol, tikar pandan,
kerajinan border, sapu ijuk, hasil olahan ubi kayu seperti makanan maupun berupa
(19)
Berikut data luas panen, produksi dan rata-rata produksi ubi kayu Kabupaten
Serdang Bedagai.
Tabel 3. Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Ubi kayu.
Kecamatan Luas panen Produksi Rata-Rata Produksi
Ha Ton Kw/Ha
1 2 3 4
Kotarih 210 4587 218.42
Silinda 6 132 219.5
Bintang Bayu 104 2272 219.43
Dolok Masihul 1184 28658 242.14
Serba Jadi 385 8519 221.27
Sipispis 334 7514 224.97
Dolok Merawan 122 2691 220.59
Tebing Tinggi 515 11180 217.09
Tebing Syahbandar 720 16037 222.73
Bandar khalipah 46 1022 222.17
Tanjung Beringin 4 88 220
Sei rampah 741 17284 233.26
Sei Bamban 60 1333 222.17
Teluk Mengkudu 163 3665 224.83
Perbaungan 12 275 229.17
Pegajahan 780 17333 222.22
Pantai Cermin 35 789 225.49
dang Bedagai 5420 123380 227.663
2009 4811 113030 230.75
2008 7864 176187 224.04
Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai (2011).
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa produksi ubi kayu di Kabupaten Serdang Bedagai
mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yang sempat turun drastis yaitu
176.187 ton (2008), 113.030 (2009) dan 123.380 (2010).
Desa Bajaronggi Kecamatan Dolok Masihul terdiri dari 4 (empat) kelompok tani.
Desa ini merupakan tempat pengolahan tepung mocaf yang dilakukan oleh
kelompok tani yang bernama Sidodadi, sedangkan pengolahan tepung tapioka
(20)
Alasan terpilihnya produk mocaf dan tapioka di dalam penelitian ini dikarenakan
produk setengah jadi ini merupakan salah satu bahan baku yang digunakan dalam
pembuatan produk-produk olahan seperti yang telah disebutkan. Akibat
pentingnya proses pengolahan atau proses agroindustri di daerah ini, maka perlu
suatu kajian untuk mengetahui berapa besar nilai tambah yang dihasilkan dari
produk tepung mocaf dan tepung tapioka.
Berdasarkan latar belakang ataupun alasan-alasan di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian lebih jauh tentang perbandingan value added produk tepung mocaf dan tepung tapioka dalam usaha pengolahan ubi kayu di daerah penelitian.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang
didapat antara lain:
1. Bagaimana proses pengolahan Tepung Mocaf dan Tepung Tapioka di daerah
penelitian?
2. Bagaimana pendapatan pelaku usaha pembuatan Tepung Mocaf dan Tepung
Tapioka di daerah penelitian?
3. Bagaimana nilai tambah yang dihasilkan akibat pengolahan sampai menjadi
Tepung Mocaf dan Tepung Tapioka di daerah penelitian?
4. Bagaimana perbandingan nilai tambah yang dihasilkan akibat pengolahan ubi
kayu menjadi Tepung Mocaf dan hasil pengolahan ubi kayu menjadi Tepung
(21)
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Untuk mengidentifikasi proses pengolahan Tepung Mocaf dan Tepung Tapioka
di daerah penelitian.
2. Untuk menganalisis pendapatan pelaku usaha pembuatan Tepung Mocaf dan
Tepung Tapioka di daerah penelitian.
3. Untuk menganalisis nilai tambah yang dihasilkan akibat pengolahan sampai
menjadi Tepung Mocaf dan Tepung Tapioka di daerah penelitian.
4. Untuk membandingkan nilai tambah yang dihasilkan akibat pengolahan ubi
kayu menjadi Tepung Mocaf dan hasil pengolahan ubi kayu menjadi Tepung
Tapioka di daerah penelitian.
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai bahan informasi bagi para pengelola agroindustri mocaf dan tapioka
dalam pengembangannya.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dan instansi terkait dalam
menetapkan kebijakan dan pengembangan komoditi ubi kayu mulai dari pasca
panen hingga pemasaran.
3. Sebagai bahan pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti serta referensi bagi
(22)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,
KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Ubi Kayu
Singkong (Manihot esculenta)pertama kali dikenal di Amerika Selatan, kemudian dikembangkan di Brazil dan Paraguay. Singkong ditanam secara komersial di
Indonesia pada masa pemerintahan Hindia Belanda sekitar 1810 setelah
sebelumnya diperkenalkan orang Portugis pada abad ke-16 ke Nusantara. Dalam
sistematika tanaman, singkong termasuk kelas Dicotyledonae dan termasuk famili
Eupohorbiaceae, genus Manihot yang memiliki 7.200 spesies. Singkong secara
taksonomi diklasifikasikan sebagai berikut (Salim, 2011).
Kerajaan : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Suku : Eupohorbiaceae
Subsuku : Crotonoideae
Tribe : Manihoteae
Marga : Mannihot
Spesies : M. esculenta
Singkong termasuk tanaman perdu beranting lunak atau getas (mudah patah)
(23)
daun. Bagian tengahnya bergabus. Tanaman singkong memiliki tinggi batang 1
hingga 4 meter. Daunnya memiliki tangkai panjang dan helaian daunnya
menyerupai telapak tangan. Tiap tangkai mempunyai daun sekitar 3 hingga 8
lembar. Tangkai daun tersebut berwarna kuning, hijau atau merah. Singkong
merupakan tanaman yang pemeliharaannya mudah dan produktif. Jenis singkong
yang digunakan untuk produksi tepung mocaf sebaiknya dipilih dari varietas
unggul, yaitu memiliki kadar pati yang tinggi, rendemen yang tinggi, kadar air
rendah, kulit tipis dan mudah dikupas, warna putih dan ukurannya tidak terlalu
kecil. Pada dasarnya semua jenis singkong dapat diolah dan diproduksi menjadi
tepung mocaf, tetapi jenis singkong akan berpengaruh pada mutu dan hasil
produksi tepung mocaf (Salim, 2011).
Pengolahan Ubi Kayu
Pengolahan hasil pertanian merupakan komponen kedua dalam kegiatan agribisnis
setelah komponen produksi pertanian. Banyak pula dijumpai petani yang tidak
melaksanakan pengolahan hasil yang disebabkan oleh berbagai sebab, padahal
disadari bahwa kegiatan pengolahan ini dianggap penting karena dapat
meningkatkan nilai tambah. Salah satu aktivitas tersebut adalah dengan
melakukan agroindustri.
Dalam Soekartawi (1993), Komponen pengolahan hasil pertanian menjadi penting
karena pertimbangan sebagai berikut:
1. Meningkatnya Nilai Tambah
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengolahan yang baik oleh produsen
dapat meningkatan nilai tambah dari hasil pertanian yang diproses. Kegiatan
(24)
(pengupasan, pengirisan, tempat penyimpanan, keterampilan pengolahan hasil dan
lain-lain). Bagi pengusaha yang berskala besar kegiatan pengolahan hasil
dijadikan kegiatan utama dalam mata rantai bisnisnya. Hal ini disebabkan karena
dengan pengolahan yang baik maka nilai tambah barang pertanian meningkat
sehingga mampu menerobos pasar, pabrik pasar domestik maupun pasar luar
negeri.
2. Kualitas Hasil
Meningkatkan kualitas merupakan salah satu tujuan dari pertanian. Dengan
kualitas hasil yang lebih baik, maka nilai barang menjadi lebih tinggi dan
keinginan konsumen menjadi terpenuhi. Perbedaan kualitas bukan saja
menyebabkan adanya perbedaan segmentasi pasar tetapi juga mempengaruhi
harga barang itu sendiri. Kualitas barang yang rendah akan menyebabkan harga
yang rendah juga dan bahkan perbedaan harga karena perbedaan kualitas ini juga
relatif besar.
3. Penyerapan Tenaga Kerja
Apabila petani langsung menjual hasil pertaniannya dengan tanpa diolah terlebih
dahulu, maka tindakan ini akan menghilangkan kesempatan orang lain yang ingin
bekerja pada kegiatan pengolahan yang semestinya dilakukan. Sebaliknya bila
pengolahan hasil dilakukan, maka banyak tenaga kerja yang diserap. Komoditi
pertanian tertentu kadang-kadang justru menuntut jumlah tenaga kerja yang relatif
(25)
4. Meningkatkan Keterampilan
Peningkatan keterampilan secara kumulatif akan terjadi dengan adanya
keterampilan mengolah hasil sehingga pada akhirnya juga akan memperoleh hasil
penerimaan usahatani yang lebih besar. Berbagai penelitian telah menunjukkan
bahwa semakin terampil seorang petani semakin tinggi hasil yang diperoleh dan
pada akhirnya juga semakin tinggi total penerimaan.
5. Peningkatan Pendapatan
Konsekuensi logis dari pengolahan yang lebih baik akan menyebabkan total
penerimaan yang lebih tinggi. Bila keadaan memungkinkan, maka sebaiknya
petani mengolah sendiri hasil pertaniannya ini untuk mendapatkan kualitas hasil
yang lebih baik yang harganya tinggi dan juga akhirnya akan mendatangkan total
penerimaan atau total keuntungan yang lebih besar.
Hasil olahan berupa produk jadi maupun produk setengah jadi berbahan baku ubi
kayu di kabupaten Serdang Bedagai diantaranya Mie iris, Opak, Opak lidah,
Rengginang, Tepung mocaf, Tepung tapioka, dan lain sebagainya.
Tepung Mocaf
Tepung singkong yang telah dimodifikasi dengan perlakuan fermentasi memiliki
karakteristik mirip terigu sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengganti
terigu atau campuran terigu. Tepung mocaf tidak memiliki kandungan gluten.
Oleh karena itu, penggunaan tepung mocaf untuk mensubstitusi tepung terigu
hingga 100% akan menurunkan kualitas produk olahan baik cita rasa maupun
tampilan. Namun demikian pada dasarnya tepung mocaf dapat menggantikan
(26)
berbeda dibandingkan 100% menggunakan tepung terigu. Tepung singkong yang
dimodifikasi ini dikenal dengan nama Mocaf (modified cassava flour) dan berbagai merek dagang telah beredar di pasaran. Inovasi produk tepung cassava
merupakan terobosan baru yang memberikan banyak manfaat, khususnya kepada
konsumen rumah tangga dan industri-industri makanan yang tergantung pada
bahan dasar tepung terigu. Produksi tepung mocaf juga telah banyak memberikan
manfaat bagi para petani singkong. Saat ini para produsen tepung mocaf telah
bekerja sama dengan petani singkong dengan sistem kemitraan. Hal ini telah
banyak membantu para petani untuk meningkatkan kesejahteraan. Alur proses
prduksi tepung mocaf (modified cassava flour) yaitu sortasi dan penimbangan, pengupasan, pencucian, chiping (pemotongan), fermentasi / perendaman,
pencucian, pengeringan/ penjemuran, penepungan, pengayakan, dan pengemasan
(Salim, 2011).
Tepung Tapioka
Tepung tapioka (di pasaran sering dikenal dengan nama tepung kanji) adalah
tepung yang terbuat dari ubi kayu/singkong. Pembuatan dilakukan dengan cara
diparut, diperas, dicuci, diendapkan, diambil sari patinya, lalu
dijemur/dikeringkan. Sifat tepung kanji, apabila dicampur dengan air panas akan
menjadi liat atau seperti lem. Tepung tapioka disebut juga tepung kanji atau
tepung sagu (sagu singkong). Karena sifat-sifat fisik yang dimiliki oleh tapioka
serupa dengan tepung sagu maka penggunaan keduanya dapat dipertukarkan.
Tepung ini sering digunakan untuk membuat makanan dan bahan
(27)
Ketersediaan Bahan Baku
Pengolahan tepung mocaf di daerah penelitian menggunakan bahan baku ubi kayu
dengan menggunakan varietas unggul, yaitu memiliki kadar pati yang tinggi,
rendemen yang tinggi, kadar air rendah, kulit tipis dan mudah dikupas, warna
putih dan ukurannya tidak terlalu kecil. Pada dasarnya semua jenis ubi kayu dapat
diolah dan diproduksi menjadi tepung mocaf dan tepung tapioka.
Bahan baku ubi kayu di peroleh dari petani melalui pedagang pengumpul ubi kayu
secara berlangganan dan diantar ke industri. Ubi kayu yang dibutuhkan adalah ubi
kayu yang dipanen pada umur 9-10 bulan, karena kandungan patinya banyak dan
umbinya tidak berkayu.
Rata-rata kebutuhan ubi kayu yang digunakan untuk memproduksi tepung mocaf
di daerah penelitian adalah 50 kg. sedangkan untuk memproduksi tepung tapioka
rata-rata kebutuhan ubi kayu yang digunakan di daerah penelitian adalah 7667 kg
dengan rentang antara 2.000 kg sampai 15.000 kg. Berikut rincian penggunaan
bahan baku ubi kayu untuk memproduksi tepung mocaf dan tepung tapioka di
daerah penelitian.
Ketersediaan Tenaga Kerja
Tenaga kerja dalam industri pembuatan tepung mocaf maupun tepung tapioka di
daerah penelitian diperlukan untuk mengerjakan berbagai kegiatan produksi.
Tenaga kerja dalam proses produksi usaha pembuatan tepung mocaf secara
keseluruhan masih menggunakan tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) seperti,
(28)
Namun, dalam proses sortasi, penimbangan, pengupasan kulit ubi kayu,
penchipingan, penjemuran serta penepungan membutuhkan bantuan tenaga kerja
luar keluarga (TKLK). Sedangkan Tenaga kerja dalam proses produksi usaha
pembuatan tepung tapioka secara keseluruhan menggunakan tenaga kerja luar
keluarga (TKLK) seperti, pengupasan, pencucian, pemarutan-penyaringan,
penirisan, penjemuran, penepungan, serta pengemasan. Hal tersebut disebabkan
banyaknya bahan baku ubi kayu dalam sekali produksi tepung tapioka. Namun
dalam proses pengawasan dan pembukuan membutuhkan bantuan tenaga kerja
dalam keluarga (TKDK).
Skala Usaha
Badan Pusat Statistik (2001) dalam menggolongkan perusahaan atau usaha
pengolahan industri di Indonesia ke dalam kategori berdasarkan jumlah pekerja
yang dimiliki oleh suatu perusahaan / usaha tanpa memperhatikan besarnya modal
yang ditanam ataupun kekuatan mesin yang digunakan. Kategori tersebut adalah:
1. Industri kerajinan rumah tangga mempunyai tenaga kerja 1 – 4 orang.
2. Industri kecil mempunyai tenaga kerja 5 – 19 orang.
3. Industri sedang mempunyai tenaga kerja 20 – 99 orang.
4. Industri besar mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih.
Nilai Tambah
Menurut Hayami et al, (1987) Nilai tambah (Value Added) adalah pertambahan suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, pengangkutan ataupun
penyimpanan dalam suatu produksi. Dalam proses pengolahan nilai tambah dapat
(29)
dan input lainnya, tidak termasuk tenaga kerja. Sedangkan margin adalah selisih
antara nilai produk dengan harga bahan bakunya saja. Dalam margin ini tercakup
komponen faktor produksi yang digunakan yaitu tenaga kerja, input lainnya dan
balas jasa pengusaha pengolahan.
2.2 Landasan Teori
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teori
mikro yaitu teori produksi, biaya dan teori pendapatan.
Produksi
Dalam proses produksi, perusahaan akan mengubah input menjadi output atau
produk. Input yang juga disebut sebagai faktor produksi adalah
faktor-faktor yang digunakan dalam proses produksi. Sebagaimana diketahui, dapat
menggolongkan input dalam beberapa kategori seperti tenaga kerja, bahan baku,
dan modal dimana masing-masing dapat digolongkan lebih rinci. Input tenaga
kerja termasuk pula pekerja terampil (pekerja panen) dan juga kewirausahawan
para manajer perusahaan. Bahan-bahan produksi termasuk baja, plastik, listrik,
air, dan barang-barang lain yang dibeli untuk diubah menjadi output atau produk
akhir. Sementara itu, modal meliputi tanah, bangunan, mesin-mesin dan peralatan
lainnya. Perusahaan dapat mengubah input menjadi output dengan berbagai cara,
dengan menggunakan variasi tenaga kerja, bahan-bahan produksi dan modal
(Pindyck, 2009).
Istilah produksi secara umum dapat diartikan sebagai penggunaan atau
pemanfaatan sumberdaya yang mengubah suatu komoditas menjadi komoditas
(30)
komoditas-komoditas itu dialokasikan, maupun dalam pengertian apa yang dapat
dikerjakan oleh konsumen terhadap komoditas itu (Miller dan Meiners, 2000).
Faktor-faktor produksi dapat dibedakan kepada empat golongan, yaitu tenaga
kerja, tanah, modal dan keahlian keusahawan. Di dalam teori ekonomi, dalam
menganalisis mengenai produksi, selalu dimisalkan bahwa tiga faktor produksi
yang belakangan dinyatakan (tanah, modal dan keahlian keusahawan) adalah tetap
jumlahnya. Hanya tenaga kerja dipandang sebagai faktor produksi yang
berubah-ubah jumlahnya. Dengan demikian, di dalam menggambarkan perkaitan di antara
faktor produksi yang digunakan dan tingkat produksi yang dicapai, yang
digambarkan adalah perkaitan di antara jumlah tenaga kerja yang digunakan dan
jumlah produksi yang dicapai. Teori produksi menerangkan sifat hubungan
diantara tingkat produksi yang akan dicapai dengan jumlah faktor-faktor produksi
yang digunakan (Sukirno, 1998).
Menurut Agung (2008), di dalam ekonomi kita ketahui bahwa fungsi produksi
merupakan suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik
(output) dengan faktor-faktor produksi (input). Fungsi produksi dalam bentuk
matematika dapat dituliskan sebagai berikut.
Y = f (x1, x2, …,xk)
Dimana:
Y = hasil produksi fisik
(31)
Biaya dan Pendapatan
Pendapatan (Pd) adalah selisih antara penerimaan (TR) dan semua biaya (TC).
Jadi, Pd = TR – TC. Penerimaan usahatani (TR) adalah perkalian antara produksi
yang diperoleh (Y) dengan harga jual (Py). Biaya usahatani biasanya
diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap
(variable cost). Biaya tetap (FC) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya
variabel (VC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang
diperoleh, contohnya biaya tenaga kerja. Total biaya (TC) adalah jumlah dari
biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC), maka TC = FC + VC.
Pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas kerjanya
selama satu periode, baik harian, minggguan, bulanan ataupun tahunan. Beberapa
klasifikasi pendapatan antara lain:
1. Pendapatan pribadi, yaitu semua jenis pendapatan yang diperoleh tanpa
memberikan suatu kegiatan ataupun yang diterima penduduk suatu Negara;
2. Pendapatan diposible, yaitu pendapatan pribadi dikurangai pajak yang harus dibayarkan oleh para penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siap
dibelanjakan inilah yang dinamakan pendapatan diposible;
3. Pendapatan nasional, yaitu seluruh barang-barang jadi dan jasa-jasa yang
diproduksikan oleh suatu Negara dalam satu tahun (Sukirno, 2011).
Setelah produsen menghasilkan output dari setiap kegiatan produksi yang
diilakukan maka output tersebut akan dijual pada konsumen. Dengan demikian,
(32)
dijual. Pedapatan yang diterima oleh produsen sebagian untuk membayar
biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Membahas masalah penerimaan
atau revenue ada beberapa konsep penting yang perlu diperhatikan:
1. Pendapatan total atau total revenue (TR) : pendapatan yang diterima oleh produsen dari setiap penjualan outputnya. Total Revenue merupakan hasil kali antara harga dengan output. TR = P.Q
2. Pendapatan rata-rata atau average revenue (AR) : pendapatan produsen per unit
output yang dijual. AR = TR/Q = P. dengan demikian AR merupakan harga jual outputnya per unit.
3. Pendapatan marjinal atau marginal revenue (MR) : perubahan pendapatan yang
disebabkan oleh tambahan penjualan 1 unit output. MR=DTR/DQ (Pindyck,
2009).
2.3 Kerangka Pemikiran
Pengolahan ubi kayu merupakan salah satu usaha pengolahan yang memanfaatkan
ubi kayu sebagai bahan baku utama dalam proses produksi olahan, dimana ubi
kayu tersebut akan diolah menjadi berbagai produk. Dalam penelitian ini, ubi
kayu diolah dalam bentuk produk setengah jadi yaitu berupa tepung mocaf dan
tepung tapioka dimana kedua produk tersebut perlu mendapatkan pengolahan
lanjutan untuk mendapatkan produk-produk lainnya.
Usaha pengolahan tepung mocaf di daerah penelitian masih tergolong sederhana
karena masih menggunakan peralatan yang sederhana atau masih bersifat
tradisional. Sedangkan pengolahan tepung tapioka di daerah penelitian tergolong
(33)
besar. Artinya tidak menggunakan peralatan tradisional melainkan tekhnologi.
Namun peneliti memilih pengolahan tepung tapioka dengan menggunakan
peralatan sederhana. Dengan pengolahan ini akan menghasilkan produk mocaf
dan tapioka yang dapat menghasilkan nilai tambah.
Untuk menghasilkan produk Tepung Mocaf dan produk Tepung Tapioka pelaku
usaha pengolahan menggunakan biaya-biaya pengolahannya, biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh pelaku usaha pengolahan ubi kayu diantaranya yaitu biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja, biaya bahan penunjang, dan juga biaya untuk
penyusutan penggunaan peralatan di dalam proses memproduksi produk olahan.
Tepung mocaf dan tepung tapioka merupakan produk olahan dari ubi kayu di
daerah penelitian. Tepung tapioka adalah salah satu produk yang dominan
dihasilkan oleh pelaku usaha di daerah penelitian. Produk tepung mocaf dan
produk tepung tapioka ini nantinya akan langsung dijual ke agen yang
menampung dan kemudian dipasarkan ke konsumen. Setelah produk tepung
mocaf dan produk tepung tapioka dijual dengan harga yang telah disepakati tentu
pelaku usaha pengolahan akan memperoleh penerimaan. Kemudian dari
penerimaan yang diperoleh akan didapat pendapatan dari hasil produk tepung
tapioka dan produk tepung mocaf yang telah diproduksi yaitu telah dikurangi
dengan biaya-biaya yang harus dikorbankan untuk menghasilkan produk tepung
tapioka dan produk tepung mocaf tersebut.
Penerimaan dan pendapatan pada usaha pembuatan tepung mocaf dan tepung
tapioka tergantung berapa besar produksi yang dihasilkan per produksi. Semakin
(34)
penerimaan dan pendapatan pelaku usaha pembuatan tepung mocaf dan tepung
tapioka akan semakin tinggi.
Nilai tambah produk yang dianalisis dapat diperoleh dari hasil olahan, kemudian
dihitung besarnya nilai tambah dari masing-masing output dengan memperhatikan
berbagai komponen penting dalam pengolahan, yaitu nilai output, biaya bahan
baku, dan biaya penunjang lainnya yang menjadi penetu besarnya nilai tambah
yang dihasilkan. Kedua value added yang di peroleh dari produk tersebut maka akan dapat dibandingkan produk mana yang lebih memiliki value added yang lebih tinggi ataupun prospek usaha yang lebih baik kedepannya.
(35)
Gambar 1. Skema Kerangka pemikiran
Keterangan :
: Menyatakan Proses
: Menyatakan Perbandingan
2.4 Hipotesis Penelitian
Dugaan sementara atau hipotesis dalam penelitian ini adalah nilai tambah (value added) produk olahan Tepung Mocaf lebih tinggi dibandingkan dengan nilai tambah (value added) produk olahan tepung tapioka.
Harga jual produk
mocaf Biaya
produksi
Penerimaan
Pendapatan
Harga jual produk tapioka
Biaya Bahan Baku Biaya Penunjang Produk (Tepung Mocaf)
Proses Pengolahan Proses Pengolahan
Produk (Tepung Tapioka)
Ubi Kayu
Penerimaan
Pendapatan
Value Added Produk Mocaf
Value Added Produk Tapioka Biaya Bahan Baku
Biaya Penunjang
Biaya produksi
(36)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Bajaronggi Kecamatan Dolok Masihul dan
Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara yang
ditentukan secara Purposive (sengaja). Menurut data sekunder yang diperoleh dari badan pusat statistik Kabupaten Serdang Bedagai, Kecamatan Dolok Masihul dan
Kecamatan Sei Rampah merupakan daerah produksi pati, terutama pati yang
berbahan baku ubi kayu. Selain itu , Kecamatan Dolok Masihul dan Kecamatan
Sei Rampah merupakan daerah yang potensial dalam memproduksi ubi kayu.
Tabel 4. Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Ubi kayu
Kecamatan Luas panen Produksi Rata-Rata Produksi
Ha Ton Kw/Ha
1 2 3 4
Kotarih 210 4587 218.42
Silinda 6 132 219.5
Bintang Bayu 104 2272 219.43
Dolok Masihul 1184 28658 242.14
Serba Jadi 385 8519 221.27
Sipispis 334 7514 224.97
Dolok Merawan 122 2691 220.59
Tebing Tinggi 515 11180 217.09
Tebing Syahbandar 720 16037 222.73
Bandar khalipah 46 1022 222.17
Tanjung Beringin 4 88 220
Sei rampah 741 17284 233.26
Sei Bamban 60 1333 222.17
Teluk Mengkudu 163 3665 224.83
Perbaungan 12 275 229.17
Pegajahan 780 17333 222.22
Pantai Cermin 35 789 225.49
Serdang Bedagai 5420 123380 227.663
2009 4811 113030 230.75
2008 7864 176187 224.04
(37)
Dari tabel 4 di atas dapat dijelaskan bahwa kecamatan Dolok Masihul dan
kecamatan Sei Rampah merupakan daerah yang potensial dalam memproduksi ubi
kayu di Kabupaten Serdang Bedagai. Sehingga dapat memenuhi bahan baku ubi
kayu untuk pelaku usaha pengolahan ubi kayu di daerah penelitian.
Penelitian pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf ini dilakukan di Desa
Bajaronggi dikarenakan hanya satu kelompok tani yang melakukan usaha tersebut
di Kecamatan Dolok Masihul.
Berikut data kelompok tani di Desa Bajaronggi kecamatan Dolok Masihul.
Tabel 5. Data kelompok tani di Desa Bajaronggi Kecamatan Dolok Masihul.
No Kelompok Tani Pemula Usaha
1 Sido Makmur √ biogas dan kompos
2 Pasti Makmur √ -
3 Sido Dadi √ Mocaf
4 Tani Harapan √ -
Sumber: Kantor Kepala Desa Bajaronggi, Kecamatan Dolok Masihul (2012).
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pengolahan tepung mocaf di desa bajaronggi
kecamatan Dolok Masihul dilakukan oleh satu kelompok tani yaitu sido dadi.
Sedangkan kelompok tani sido makmur mengolah biogas dan kompos yang
berasal dari kotoran ternak sapi.
Berikut jumlah pengolahan tapioka skala kecil di Kecamatan Sei Rampah.
Tabel 6. Jumlah pengolah Tapioka skala kecil di Kecamatan Sei Rampah tahun 2012.
N
o Desa skala kecil
1 Simpang Empat 2
2 Cempedak Lobang 4
Total 6
(38)
Menurut data yang diperoleh dari kecamatan Sei Rampah, terdapat 17 desa.
Namun pengolah Tepung Tapioka skala kecil adalah 6 (enam) unit usaha yang
tersebar di 2 (dua) desa yang ada di Kecamatan Sei rampah kabupaten Serdang
Bedagai.
3.2 Metode Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini, metode pengambilan sampel produk tepung mocaf dan
tepung tapioka dengan menggunakan metode sensus, dimana metode sensus ini
merupakan pencatatan data secara menyeluruh terhadap objek penelitian yang ada
di suatu populasi. Ini dilakukan terhadap populasi dengan jumlah sedikit. Jika
subjek penelitian sedikit, maka seluruh subjek dijadikan sampel dan penelitian
menjadi penelitian populasi (Arikunto, 2010).
Jumlah sampel yang diambil untuk produk tepung mocaf adalah 1 (satu) unit
usaha. sedangkan jumlah sampel yang diambil untuk produk tepung tapioka
adalah 9 (sembilan) unit usaha.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data promer dan data
sekunder. Data primer dapat diperoleh secara langsung dari hasil wawancara
dengan responden di daerah penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan
(quisioner) yang telah disiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder dapat
diperoleh dari instansi atau lembaga terkait dengan penelitian yang dilakukan,
seperti Badan Pusat Statistik kabupaten Serdang Bedagai atau instansi lainnya
(39)
3.4 Metode Analisis data
Untuk mengidentifikasi masalah (1) yang digunakan adalah dengan menggunakan
metode analisis deskriptif, yaitu mengenai proses pengolahan tepung mocaf dan
tepung tapioka dengan menggunakan data atau informasi yang di peroleh di
daerah penelitian.
Untuk mengidentifikasi masalah (2) pendapatan dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
1. Penerimaan
TR = Y.Py
Dimana:
TR = Total revenue (total penerimaan) (Rp)
Y = Jumlah produksi yang diperoleh dari pengolahan ubi kayu (Rp)
Py = Harga jual produksi olahan ubi kayu (Rp)
2. Pendapatan
I = TR – TC
Dimana:
I = Income (Pendapatan) (Rp)
TR = Total revenue (Total Penerimaan) (Rp)
TC = Total cost (Total Biaya) (Rp) (Soekartawi, 1995).
(40)
Untuk mengidentifikasi masalah (3) dapat dianalisis dengan menggunakan metode
perhitungan nilai tambah.
Tabel 7. Prosedur perhitungan nilai tambah metode hayami.
Variabel Nilai
Output, Input dan harga
1 Output (Kg) (1)
2 Input (2)
3 Tenaga Kerja (HKP) (3)
4 Faktor Konversi (4) = (1)/(2)
5 Koefisien Tenaga Kerja (HKP) (5) = (3)/(2)
6 Harga output (Rp/Kg) (6)
7 Upah Tenaga Kerja Langsung (Rp/HKP) (7)
Penerimaan dan Keuntungan
8 Harga Bahan Baku (Rp/Kg) (8)
9 Sumbangan Input Lain (Rp/kg) (9)
10 Nilai output (Rp/Kg) (10) = (4) x (6)
11 a. Nilai Tambah (Rp/Kg) (11a) = (10)-(8)-(9) b. Rasio Nilai Tambah (%) (11b) =(11a)/(10)x100% 12 a. Pendapatan Tenaga Kerja (12a) = (5) x (7)
Langsung (Rp/Kg)
b. Pangsa Tenaga Kerja (%)
(12b) = (12a)/(11a) x 100%
13 a. Keuntungan (Rp/Kg) (13a) = (11a) – (12a)
b. Tingkat Keuntungan
(13b) = (13a)/(11a) x 100%
Balas Jasa Pemilik Faktor-Faktor Produksi
14 Margin (Rg/Kg) (14) = (10) – (8)
a.
Pendapatan Tenaga Kerja Langsung
(%) (14a)= (12a)/(14)x100%
b. Sumbangan Input Lain (%) (14b) = (9)/(14)x100% c. Keuntungan Pemilik Perusahaan (%) (14c)= (13a)/(14)x100% Sumber : Hayami et all. Agricultural Marketing and Processing In Up Land Java.
(41)
Analisis nilai tambah metode hayami menghasilkan beberapa informasi berupa :
a. Nilai tambah (Rp) adalah selisih antara nilai output tepung mocaf dan tepung
tapioka dengan bahan baku utama ubi kayu dan sumbangan input lain.
b. Rasio nilai tambah (%) menunjukkan nilai tambah dari nilai produk.
c. Pendapatan tenaga kerja langsung (Rp) menunjukkan upah yang diterima
tenaga kerja langsung mengolah satu satuan bahan baku.
d. Pangsa tenaga kerja langsung (%) menunjukkan persentase pendapatan tenaga
kerja langsung dari nilai tambah yang diperoleh.
e. Keuntungan (Rp) menunjukkan bagian yang diterima perusahaan.
f. Tingkat keuntungan (%) menunjukkan persentase keuntungan dari nilai
produk.
g. Marjin (Rp) menunjukkan besarnya kontribusi pemilik faktor-faktor produksi
selain bahan baku yang digunakan dalam proses produksi.
h. Persentase pendapatan tenaga kerja langsung terhadap marjin (%).
i. Persentase sumbangan input lain terhadap marjin (%).
j. Persentase keuntungan perusahaan terhadap marjin (%).
3.5 Definisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahan mengenai istilah-istilah yang terdapat dalam
penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :
Definisi
1. Output adalah jumlah produk tepung mocaf dan tepung tapioka yang
dihasilkan dalam satu kali produksi.
(42)
3. Tenaga kerja adalah banyaknya HKP yang terlibat langsung dalam setiap
proses produksi produk tepung mocaf dan produk tepung tapioka.
4. Faktor konversi adalah banyaknya output yang dapat dihasilkan dalam satu
satuan input, yaitu banyak produk tepung mocaf dan produk tepung tapioka
yang dihasilkan dari satu kilogram ubi kayu.
5. Koefisien tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja langsung yang
dilibatkan dalam mengolah satu kilogram satuan input.
6. Harga output adalah harga jual produk tepung mocaf dan produk tepung
tapioka per satu kilogram (Rp).
7. Upah tenaga kerja adalah upah rata-rata yang diterima tenaga kerja langsung
untuk mengolah produk (Rp/HKP).
8. Harga bahan baku adalah harga beli bahan baku ubi kayu per kilogram (Rp)
9. Sumbangan input adalah biaya penggunaan input lain per kilogram produk
(Rp).
10. Nilai output adalah nilai output produk tepung mocaf dan produk tepung
tapioka yang dihasilkan dari satu kilogram ubi kayu.
11. Nilai tambah merupakan selisih nilai output tepung mocaf dan tepung tapioka
dengan nilai bahan baku utama ubi kayu dan sumbangan input lainnya (Rp).
12. Rasio nilai tambah menunjukkan persentase nilai tambah dari nilai produk.
13. Pendapatan tenaga kerja adalah hasil kali antara koefisien tenaga kerja dan
upah tenaga kerja langsung (Rp/ Kg).
14. Pangsa tenaga kerja menunjukkan persentase pendapatan tenaga kerja dari
(43)
15. Keuntungan adalah nilai tambah dikurangi dengan pendapatan tenaga kerja
(Rp).
16. Tingkat keuntungan menunjukkan persentase keuntungan terhadap nilai
tambah.
Batasan Operasional
1. Daerah penelitian adalah Desa Bajaronggi Kecamatan Dolok Masihul dan
Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai.
2. Sampel penelitian adalah usaha pengolahan tepung mocaf dan pengolahan
tepung tapioka dengan skala kecil yaitu jumlah tenaga kerja 5-19 orang.
3. Responden penelitian adalah pelaku pengolahan produk tepung mocaf dan
produk tepung tapioka.
(44)
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN
KARAKTERISTIK RESPONDEN
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
Penelitian dilakukan di desa Bajaronggi Kecamatan Dolok Masihul untuk usaha
pengolahan tepung mocaf, sedangkan untuk usaha pengolahan tepung tapioka
dilakukan di Desa Cempedak Lobang dan Desa Simpang Empat di Kecamatan Sei
Rampah Kabupaten Serdang Bedagai. Berikut ini adalah deskripsi wilayah daerah
penelitian.
Luas dan Letak Geografis a. Kecamatan Dolok Masihul
Desa Bajaronggi terletak di Kecamatan Dolok Masihul Kabupaten Serdang
Bedagai Provinsi Sumatera Utara. Wilayah Dolok Masihul sebagian besar terletak
di dataran rendah dan sebagian kecil di dataran tinggi yaitu sekitar 200 meter di
atas permukaan laut. Desa Bajaronggi memiliki luas 1200 Ha serta terdiri dari 10
dusun dengan jumlah penduduk sebanyak 2854 jiwa dalam 811 kepala keluarga.
Desa Bajaronggi terletak di ketinggian tempat 15 meter di atas permukaan laut.
Jarak desa ke kota Kecamatan Dolok Masihul adalah 12 km, jarak desa ke kota
Kabupaten Serdang Bedagai adalah 25 km, dan jarak ke kota Provinsi Sumatera
Utara (Medan) adalah 75 km.
Desa Bajaronggi mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bahsidua-dua.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Dolok Manampang.
(45)
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kota Tengah.
Tata Guna Lahan
Tabel 8. Keadaan tata guna lahan.
Penggunaan Lahan Jumlah (Ha) Persentase (%)
Perkebunan 600 50
Sawah 150 12,5
Tanah Darat 450 37,5
Total luas wilayah 1200 100
Sumber: Desa Bajaronggi, 2012.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa penggunaan lahan terluas di Desa
Bajaronggi adalah untuk Perkebunan 600 Ha (50%) kemudian diikuti oleh tanah
darat 450 Ha (37,5%), dan Sawah 150 Ha (12,5%).
Keadaan penduduk
Penduduk di Desa Bajaronggi terdiri dari berbagai agama yaitu Islam, Kristen
Protestan, Kristen katolik dan Budha.
Tabel 9. Penduduk berdasarkan Agama.
Agama Jumlah (orang) Persentase
Islam 2514 88,1
Kristen Protestan 200 7
Kristen Katolik 120 4,2
Budha 20 0,7
total 2854 100
(46)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk di Desa Bajaronggi
adalah penduduk yang beragama Islam yaitu 2514 orang (88,1 %) dari total
jumlah penduduk di Desa Bajaronggi. Berdasarkan kelompok umur maka jumlah
penduduk di Desa Bajaronggi adalah sebagai berikut:
Tabel 10. Jumlah Penduduk menurut kelompok umur. Kelompok umur
Jumlah (jiwa) Persentase (%) (Tahun)
0-5 370 12,96
6 -12 376 13,17
13-16 415 14,5
17-59 1433 50,2
>60 260 9,1
Jumlah 2854 100
Sumber: Desa Bajaronggi, 2012.
Menurut kelompok umur pada tabel di atas dijelaskan ternyata penduduk dengan
usia produktif di Desa Bajaronggi paling besar yaitu umur 17-59 tahun yaitu 1433
jiwa atau sekitar 50,2 % dari total jumlah penduduk 2854 jiwa. Jumlah paling
sedikit yaitu kelompok umur di atas 60 tahun sebesar 9,1 % atau 260 jiwa.
Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan
Mata pencaharian penduduk di Desa Bajaronggi kecamatan Sei Rampah
bermacam jenisnya yaitu di bidang Pertanian, PNS, ABRI/POLRI, Karyawan,
pedagang dan banyak lagi jenis pekerjaan lainnya. Mata pencaharian di Desa
(47)
Tabel 11. Penduduk Berdasarkan jenis pekerjaan.
No Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 Pedagang 21 0,75
2 ABRI/POLRI 5 0,18
3 Karyawan 21 0,75
4 PNS 18 0,64
5 Petani 2407 86,2
6 Lain-lain 320 11,46
Jumlah 2792 100
Sumber: Desa Bajaronggi, 2012.
b. Kecamatan Sei Rampah Desa Cempedak Lobang
Desa Cempedak Lobang terletak di Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang
Bedagai Provinsi Sumatera Utara. Wilayah Sei Rampah beriklim tropis dengan
suhu maksimum 320C. Curah hujan yang paling menonjol pada bulan September
dan Desember, sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Januari sampai
dengan Agustus. Terletak di ketinggian 7-13 meter di atas permukaan laut. Desa
Cempedak Lobang memiliki luas 1490 Ha serta terdiri dari 15 dusun 15 RT serta
10 RW. Desa ini mempunyai jumlah penduduk sebanyak 4724 jiwa. Jarak desa ke
kota Kecamatan Sei Rampah adalah 3 km, jarak desa ke kota Kabupaten Serdang
Bedagai adalah 3 km, dan jarak ke kota provinsi Sumatera Utara (Medan) adalah
60 km.
Desa Cempedak Lobang mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tanah Raja.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Simpang Empat dan Silau Rakyat.
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pematang Ganjang.
(48)
Tata Guna Lahan
Tabel 12. Keadaan tata guna lahan. Penggu
naan Lahan Jumlah (Ha) Persentase (%)
Perkebunan 421 28.3
Sawah Tadah Hujan 250 16.8
Tanah Sawah Irigasi 240 16.1
Tanah Darat 579 38.9
Total luas wilayah 1490 100
Sumber: Desa Cempedak Lobang, 2012.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa penggunaan lahan terluas di desa Cempedak
Lobang adalah untuk Tanah Darat 579 Ha (38,9%) kemudian diikuti oleh
Perkebunan 421 Ha (28,3%), sawah tadah Hujan 250 Ha (16,8%) dan Tanah
Sawah Irigasi 240 Ha (16,1%).
Keadaan penduduk
Penduduk di Desa Cempedak Lobang terdiri dari berbagai agama yaitu Islam,
Kristen Protestan, Kristen katolik dan Budha.
Tabel 13. Penduduk berdasarkan Agama.
Agama Jumlah
(orang) Persentase
Islam 4329 91.6
Kristen Protestan 200 4.2
Kristen Katolik 165 3.5
Budha 30 0.6
total 4724 100
(49)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk di desa Cempedak
Lobang adalah penduduk yang beragama Islam yaitu 4329 orang (91,6 %) dari
total jumlah penduduk di desa Cempedak Lobang. Berdasarkan kelompok umur
maka jumlah penduduk di desa Cempedak Lobang adalah sebagai berikut:
Tabel 14. Jumlah Penduduk menurut kelompok umur.
Kelompok umur Jumlah
(jiwa)
Persentase (%) (Tahun)
0-5 789 16.7
6 –12 794 16.8
13-16 864 18.3
17-59 1764 37.3
>60 513 10.9
Jumlah 4724 100
Sumber: Desa Cempedak Lobang, 2012.
Menurut kelompok umur pada tabel di atas dijelaskan ternyata penduduk dengan
usia produktif di Desa Cempedak Lobang paling besar yaitu umur 17-59 tahun
yaitu 1764 jiwa atau sekitar 37,3 % dari total jumlah penduduk 4724 jiwa. Dan
jumlah paling sedikit yaitu kelompok umur di atas 60 tahun sebesar 10,9 % atau
513 jiwa.
Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan
Mata pencaharian penduduk di desa Cempedak lobang kecamatan Sei Rampah
bermacam jenisnya yaitu di bidang Pertanian, wiraswasta, PNS, ABRI/POLRI,
Jasa, Buruh, Karyawan dan banyak lagi jenis pekerjaan lainnya. Mata pencaharian
(50)
Tabel 15. Penduduk Berdasarkan jenis pekerjaan.
No Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 PNS 19 0.4
2 ABRI/POLRI 8 0.2
3 Karyawan 280 5.9
4 Wiraswasta 47 1.0
5 Jasa 18 0.4
6 Petani 550 11.7
7 Buruh 252 5.3
8 Lain-lain 3543 75.1
Jumlah 4717 100
Sumber: Desa Cempedak Lobang, 2012.
Desa Simpang Empat
Desa Simpang Empat terletak di kecamatan Sei Rampah kabupaten Serdang
Bedagai Provinsi Sumatera Utara. Wilayah Sei Rampah beriklim tropis dengan
suhu maksimum 320C. Curah hujan yang paling menonjol pada bulan September
dan Desember, sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Januari sampai
dengan Agustus. Terletak di ketinggian 7-13 meter di atas permukaan laut.Desa
Simpang Empat memiliki luas 1803 Ha serta terdiri dari 12 dusun. Desa ini
mempunyai jumlah penduduk sebanyak 9189 jiwa. Jarak desa ke kota kecamatan
Sei Rampah adalah 9 km, jarak desa ke kota kabupaten Serdang Bedagai adalah
9 km, dan jarak ke kota provinsi Sumatera Utara (Medan) adalah 66 km.
Desa Simpang Empat mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tanah Raja.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Silau Rakyat, Desa sei Parit dan
(51)
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Rambung Sialang, Desa Rambung
Estate dan Desa Pergulaan.
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cempedak Lobang.
Tata Guna Lahan
Tabel 16. Keadaan tata guna lahan.
Penggunaan Lahan Jumlah (Ha) Persentase (%)
Perkebunan 732 40,599
Tanah Sawah 480 26,62
Tanah Darat 591 32,78
Total luas wilayah 1803 100
Sumber: Desa Simpang Empat, 2012.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa penggunaan lahan terluas di desa Simpang
Empat adalah untuk Perkebunan 732 Ha (40,599%) kemudian diikuti oleh Tanah
darat 591 Ha (32,78%), dan Tanah Sawah 480 Ha (26,62%).
Keadaan penduduk
Penduduk di Desa Simpang Empat terdiri dari berbagai agama yaitu Islam,
(52)
Tabel 17. Penduduk berdasarkan Agama.
Agama Jumlah (orang) Persentase
Islam 8352 90,89
Kristen Protestan 676 7,36
Kristen Katolik 121 1,32
Budha 40 0,44
total 9189 100
Sumber: Desa Simpang Empat, 2012.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk di desa Simpang Empat
adalah penduduk yang beragama Islam yaitu 8352 orang (90,89%) dari total
jumlah penduduk di desa Simpang Empat. Berdasarkan kelompok umur maka
jumlah penduduk di desa Cempedak Lobang adalah sebagai berikut:
Tabel 18. Jumlah Penduduk menurut kelompok umur. Kelompok umur
Jumlah (jiwa) Persentase (%) (Tahun)
0-5 600 6,53
6 –12 1042 11,34
13-16 1780 19,37
17-59 4877 53,07
>60 890 9,69
Jumlah 9189 100
Sumber: Desa Simpang Empat, 2012.
Menurut kelompok umur pada tabel di atas dijelaskan ternyata penduduk dengan
usia produktif di Desa Simpang Empat paling besar yaitu umur 17-59 tahun yaitu
4877 jiwa atau sekitar 53,07 % dari total jumlah penduduk 9189 jiwa. Dan jumlah
(53)
Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan
Mata pencaharian penduduk di desa Simpang Empat kecamatan Sei Rampah
bermacam jenisnya yaitu di bidang Pertanian, wiraswasta, PNS, ABRI/POLRI,
Buruh, Karyawan dan banyak lagi jenis pekerjaan lainnya. Mata pencaharian di
desa Simpang Empat dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 19. Penduduk Berdasarkan jenis pekerjaan.
No Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 PNS 31 0,34
2 ABRI/POLRI 7 0,08
3 Karyawan 980 10,66
4 Wiraswasta 138 1,50
5 Petani 776 8,44
6 Buruh 490 5,33
7 Lain-lain 6767 73,64
Jumlah 9189 100
Sumber: Desa Simpang Empat, 2012.
4.2 Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah pengusaha Tepung Mocaf dan pengusaha
Tepung Tapioka di daerah penelitian. Jumlah responden yang diambil adalah
sebanyak 1 orang untuk pengusaha tepung Mocaf dan 6 orang utnuk pengusaha
tepung Tapioka. Karakteristik yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi umur,
tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman berusaha, dan luas
(54)
Umur
Tabel 20. Umur responden pengolaha tepung mocaf.
No Kelompok Umur Jumlah (Jiwa) Jumlah (%)
1 0-20 0 0
2 21-30 0 0
3 31-40 1 100
4 41-50 0 0
5 51-60 0 0
6 >60 0 0
Jumlah 1 100
Sumber: Analisis data primer (Lampiran 1a), 2013.
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa responden pengolahan tepung mocaf hanya 1
orang (100%) dengan umur pada interval 31-40 tahun.
Tabel 21. Umur responden pengolaha tepung tapioka.
No Kelompok Umur Jumlah (Jiwa) Jumlah (%)
1 0-20 0 0
2 21-30 2 33
3 31-40 0 0
4 41-50 3 50
5 51-60 1 17
6 >60 0 0
Jumlah 6 100
Sumber: Analisis data primer (Lampiran 1b), 2013.
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa secara umum dari ke-6 responden di daerah
penelitian berada pada interval 41-50 tahun yaitu sebanyak 3 orang (50%),
kemudian pada interval 21-30 tahun sebanyak 2 orang (33%), sedangkan yang
terkecil adalah pada interval 51-60 tahun sebanyak 1 orang (17%). Hal ini
menunjukkan rata-rata umur responden pengolah tepung tapioka dengan range
(55)
Tingkat Pendidikan
Tabel 22. Tingkat Pendidikan responden pengolahan tepung mocaf. No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Jumlah (%)
1 SD 0 0
2 SMP 0 0
3 SMA 0 0
4 Diploma 0 0
5 Sarjana 1 100
Jumlah 1 100
Sumber: Analisis data primer (Lampiran 1a), 2013.
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa pendidikan pengolah tepung mocaf di daerah
penelitian adalah tamatan sarjana sebanyak 1 orang (100%).
Tabel 23. Tingkat Pendidikan responden pengolahan tepung tapioka. No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Jumlah (%)
1 SD 1 16.7
2 SMP 1 16.7
3 SMA 3 50.0
4 Diploma 0 0.0
5 Sarjana 1 16.7
Jumlah 6 100
Sumber: Analisis data primer (Lampiran 1b), 2013.
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa secara umum dari ke-6 responden di daerah
penelitian, tingkat pendidikan terbesar adalah tamatan SMA sebanyak 3 orang
(50%) sedangkan yang terkecil adalah tamatan SD, SMP dan Sarjana dengan
masing-masing 1 orang (16,7%). Maka rata-rata tingkat pendidikan responden
pengolah tepung tapioka dengan range 6-17 tahun adalah 11,3 tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pendidikan responden pengolah tepung
(56)
Jumlah Tanggungan
Tabel 24. Jumlah tanggungan responden pengolahan tepung mocaf. No Jumlah Tanggungan
Keluarga Jumlah (Jiwa) Jumlah (%)
1 0 0 0
2 1 0 0
3 2 0 0
4 3 0 0
5 4 1 100
6 ≥5 0 0
Jumlah 1 100
Sumber: Analisis data primer (Lampiran 1a), 2013.
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa jumlah tanggungan keluarga responden
pengolah tepung mocaf adalah sebesar 4 orang (100%).
Tabel 25. Jumlah tanggungan responden pengolahan tepung tapioka. No Jumlah Tanggungan
Keluarga Jumlah (Jiwa) Jumlah (%)
1 0 0 0
2 1 0 0
3 2 1 17
4 3 3 50
5 4 1 17
6 ≥5 1 17
Jumlah 6 100
Sumber: Analisis data primer (Lampiran 1b), 2013.
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa secara umum dari ke-6 responden di daerah
penelitian, jumlah tanggungan keluarga terbesar adalah sebanyak 3 orang yaitu
sebanyak 3 responden (50%). Sedangkan jumlah tanggungan keluarga terkecil
adalah sebanyak 2 orang, 4 orang dan ≥5 orang dengan masing -masing 1 responden (17%). Maka rata-rata tanggungan keluarga responden pengolah tepung
(57)
Pengalaman Berusaha
Tabel 26. Pengalaman berusaha pengolahan tepung mocaf.
No Lama Berusaha (Tahun) Jumlah (Jiwa) Jumlah (%)
1 2 1 100
2 5 0 0
3 10 0 0
4 20 0 0
5 30 0 0
6 >30 0 0
Jumlah 1 100
Sumber: Analisis data primer (Lampiran 1a), 2013.
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa lama berusaha responden pengolah tepung
mocaf di daerah penelitian yaitu sebanyak 2 tahun (100%).
Tabel 27. Pengalaman berusaha pengolahan tepung tapioka.
No Lama Berusaha (Tahun) Jumlah (Jiwa) Jumlah (%)
1 2 0 0
2 5 2 33
3 10 2 33
4 20 1 17
5 30 0 0
6 >30 1 17
Jumlah 6 100
Sumber: Analisis data primer (Lampiran 1b), 2013.
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa secara umum dari ke-6 responden lama
berusaha pengolah tepung tapioka di daerah penelitian terbesar adalah 5 dan 10
tahun dengan masing-masing 2 orang (33%). Sedangkan yang terkecil adalah 20
dan >30 tahun dengan masing-masing 1 orang (17%). Hal ini menunjukkan bahwa
(58)
Luas Lokasi
Tabel 28. Luas Lokasi usaha pengolah tepung mocaf.
No Luas Lokasi Usaha (m2) Jumlah (Jiwa) Jumlah (%)
1 0-100 1 100
2 101-300 0 0
3 301-400 0 0
4 401-800 0 0
5 801-1000 0 0
6 >1000 0 0
Jumlah 1 100
Sumber: Analisis data primer (Lampiran 1a), 2013.
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa luas lokasi pengolahan tepung mocaf di daerah
penelitian sebesar 100 m2 adalah 1 orang (100%).
Tabel 29. Luas Lokasi usaha pengolah tepung mocaf.
No Luas Lokasi Usaha (m2) Jumlah (Jiwa) Jumlah (%)
1 0-100 0 0
2 101-300 0 0
3 301-400 0 0
4 401-800 3 50
5 801-1000 1 17
6 >1000 2 33
Jumlah 6 100
Sumber: Analisis data primer (Lampiran 1b), 2013.
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa secara umum dari ke-6 responden di daerah
penelitian, luas lokasi terbesar adalah lokasi usaha 401-800 m2 yaitu sebanyak 3
orang (50%). Kemudian lokasi usaha >1000 m2 yaitu sebanyak 2 orang ( 33%)
dan lokasi usaha yang terkecil 801-1000 m2 yaitu sebanyak 1 orang (17%). Maka
rata-rata luas lokasi yang dimiliki oleh responden adalah sebanyak 950 m2 dengan
(59)
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Proses Pembuatan Tepung Mocaf dan Tepung Tapioka Proses Pembuatan Tepung Mocaf
Ubi kayu
Merupakan bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan tepung mocaf.
Semua jenis ubi kayu dapat digunakan dalam pembuatan tepung ini.
Sortasi
Proses ini dilakukan untuk memilih jenis ubi kayu yang sesuai kritetia untuk
pembuatan tepung mocaf dengan tujuan memperoleh mutu bagus. Kriteria ubi
kayu untuk pengolahan tepung mocaf dengan ukuran yang tidak terlalu kecil.
Penimbangan
Proses ini dilakukan untuk menakar volume kebutuhan ubi kayu dalam sekali
produksi.
Pengupasan Kulit
Proses ini dengan menggunakan pisau pengupas sebagai alat yang memisahkan
kulit luar ubi kayu dengan isi ubi kayu.
Pencucian
Ubi kayu yang telah selesai dikupas kemudian dicuci agar ubi kayu yang akan
diproses bersih dari sisa-sisa kotoran yang masih melekat, proses dilakukan di
(60)
Penchipingan
Ubi kayu yang sudah dicuci bersih kemudian dilakukan penchipingan dengan
menggunakan mesin chiping/ slicing sehingga dihasilkan ubi kayu dengan ukuran
tipit-tipis.
Perendaman/fermentasi
Proses fermentasi chips ubi kayu dilakukan dengan menggunakan viber yang diisi
air kemudian dilarutkan bakteri Acetobacter cylinum 0.001 kg (1 gr). Perendaman
diupayakan sedemikian rupa hingga seluruh chips ubi kayu tertutup air.
Fermentasi dilakukan kurang lebih 12 jam (1 malam).
Pencucian
Setelah proses fermentasi selesai, dilakukan pencucian kembali untuk
menghilangkan sifat asam pada chips ubi kayu hingga tidak berasa dan tidak
berbau.
Penjemuran
Penjemuran dilakukan dengan menggunakan sinar matahari. Jika matahari normal
penjemuran dilakukan 2 hari. Penjemuran ini memerlukan lahan yang datar, tidak
terhalang oleh pepohonan .
Penepungan
Setelah chips ubi kayu betul-betul kering, selanjutnya dilakukan proses
(61)
Pengayakan
Pengayakan dilakukan untuk menghasilkan tepung mocaf yang lembut.
Pengayakan dilakukan dengan cara manual yaitu dengan menggunakan saringan.
Pengemasan : Setelah ubi kayu menjadi produk tepung, langkah selanjutnya
adalah dikemas ke dalam plastik volume 1 kg (volume tepung ½ kg).
Proses Pembuatan Tepung Tapioka Ubi kayu
Merupakan bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan tepung tapioka.
Jenis ubi kayu yang digunakan pada proses pembuatan tepung tapioka umumnya
sama seperti ubi kayu untuk pembuatan tepung mocaf yakni berukuran relatif
besar.
Pengupasan Kulit
Proses ini dengan menggunakan pisau pengupas sebagai alat yang memisahkan
kulit luar ubi kayu dengan isi ubi kayu.
Pencucian
Ubi kayu yang telah selesai dikupas kemudian dicuci agar ubi kayu yang akan
diproses bersih dari sisa-sisa kotoran yang masih melekat, proses dilakukan di bak
yang bersih.
Pemarutan
Ubi kayu yang sudah dicuci bersih kemudian dilakukan pemarutan dengan
(1)
Total 75000 375000 1500000 18000000 62013 310065 1240260 14883120 12987 64935 259740 3116880
Rata-rata 75000 375000 1500000 18000000 62013 310065 1240260 14883120 12987 64935 259740 3116880
Lampiran 12a. Pendapatan Usaha Tepung Mocaf per 1 Kg ubi kayu di daerah Penelitian ( tahun 2013) (lanjutan)
Sampel Total Penerimaan Total Biaya Produksi Total Pendapatan
Hari Minggu Bulan Tahun Hari Minggu Bulan Tahun Hari Minggu Bulan Tahun
1 1500 7500 30000 360000 1240 6200 24800 297600 260 1300 5200 62400
Total 1500 7500 30000 360000 1240 6200 24800 297600 260 1300 5200 62400
Rata-rata 1500 7500 30000 360000 1240 6200 24800 297600 260 1300 5200 62400
Lampiran 10a.Koefisien Tenaga Kerja
Sampel Kebutuhan Ubi Kayu (kg) Kebutuhan Jumlah Tenaga Kerja (HKP) Koefisien Tenaga Kerja
Hari Minggu Bulan Tahun hari Minggu Bulan Tahun (HKP/Kg)
1 50 250 1000 12000 0.57 2.85 11.4 136.8 0.0114
Total 50 250 1000 12000 0.57 2.85 11.4 136.8 0.0114
(2)
Rata-rata 50 250 1000 12000 0.57 2.85 11.4 136.8 0.0114
Lampiran 16a. Rasio Input - Output
Sampel Input (I) (Kg) Output (O) (Kg) faktor Konversi (O/I)
1 50 15 0.30
Total 50 15 0.30
Rata-rata 50 15 0.30
Lampiran 17a. Nilai Tambah usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung Mocaf di daerah penelitian (tahun 2013)
Variabel Nilai
I. Output, Input dan harga
1 Output (Kg) 15
2 Input 50
3 Tenaga Kerja (HKP) 0.57
4 Faktor Konversi 0.3
5 Koefisien Tenaga Kerja (HKP) 0.01
6 Harga output (Rp/Kg) 5000
7 Upah Tenaga Kerja Langsung (Rp/HKP) 16666.67
(3)
II. Penerimaan dan Keuntungan
8 Harga Bahan Baku (Rp/Kg) 750
9 Sumbangan Input Lain (Rp/kg) 180
10 Nilai output (Rp/Kg) 1500
11 a. Nilai Tambah (Rp/Kg) 570
b. Rasio Nilai Tambah (%) 38 %
12 a. Pendapatan Tenaga Kerja 190
Langsung (Rp/Kg)
b. Pangsa Tenaga Kerja (%) 33.33 %
13 a. Keuntungan (Rp/Kg) 380
b. Tingkat Keuntungan 66.67 %
III. Balas Jasa Pemilik Faktor-Faktor Produksi
14 Margin (Rg/Kg) 750
a.
Pendapatan Tenaga Kerja
Langsung (%) 25.33 %
b. Sumbangan Input Lain (%) 24 %
c.
Keuntungan Pemilik Perusahaan
(%) 50.67 %
Lampiran 1b. Karakteristik Responden Tepung Tapioka di Daerah Penelitian (Tahun 2013)
No Umur
Lama Pendidikan
Jumlah Tanggungan
Lama
Berusaha Status Keterangan
Luas Lokasi
Jlh Tenaga Kerja
(Tahun) (Tahun) Keluarga (Orang) (Tahun Kepemilikan Usaha (m2) TKDK TKLK
1
44 6 3 5 Milik Sendiri
Cempedak
Lobang 1000 1 18
2
30 12 3 10 Milik Sendiri
Cempedak
Lobang 600 1 15
3
40 17 3 32 Milik Sendiri
Cempedak
Lobang 800 2 17
4
41 12 4 10 Milik Sendiri
Cempedak
(4)
5 28 12 2 5 Milik Sendiri Simpang Empat 1200 1 13
6 56 9 5 20 Milik Sendiri Simpang Empat 1500 1 18
Total 239 68 20 82 5700 7 94
Rata-Rata 39.8 11.3 3.3 13.7 950 1.17 15.67
Lampiran 14b. Pendapatan Usaha Tepung Tapioka di daerah Penelitian ( tahun 2013)
Sampel Total Penerimaan Total Biaya Produksi Total Pendapatan
Hari Minggu Bulan Tahun Hari Minggu Bulan Tahun Hari Minggu Bulan Tahun
1 20712033
12427219
8 497088792 5965065504 8035362 48212172
19284868
8 2314184256 12676671 76060026 304240104 3650881248
2 10167900 40671600 162686400 1952236800 4002313 16009252 64037008 768444096 6165587 24662348 98649392 1183792704
3 17096667
10258000
2 410320008 4923840096 6861365 41168190
16467276
0 1976073120 10235302 61411812 245647248 2947766976
4 5098117 15294351 61177404 734128848 2131332 6393996 25575984 306911808 2966785 8900355 35601420 427217040
5 21981250
10990625
0 439625000 5275500000 8982844 44914220
17965688
0 2155882560 12998406 64992030 259968120 3119617440
6 33686583
20211949
8 808477992 9701735904 14170141 85020846
34008338
4 4081000608 19516442 117098652 468394608 5620735296
Total 108742550
59484389 9
237937559
6 28552507152 44183357 241718676
96687470 4
1160249644
8 64559193 353125223 1412500892 16950010704
(5)
Rata-rata 18123758 99140650 396562599 4758751192 7363893 40286446
16114578
4 1933749408 10759866 58854204 235416815 2825001784 Lampiran 14b. Pendapatan Usaha Tepung Tapioka per 1 Kg ubi kayu di daerah Penelitian ( tahun 2013)
(lanjutan)
Sampel Total Penerimaan Total Biaya Produksi Total Pendapatan
Hari Minggu Bulan Tahun Hari Minggu Bulan Tahun Hari Minggu Bulan Tahun
1 2589 15534 62136 745632 1004 6024 24096 289152 1585 9510 38040 456480 2 2542 10168 40672 488064 1001 4004 16016 192192 1541 6164 24656 295872 3 2442 14652 58608 703296 980 5880 23520 282240 1462 8772 35088 421056 4 2549 7647 30588 367056 1066 3198 12792 153504 1483 4449 17796 213552 5 2198 10990 43960 527520 898 4490 17960 215520 1300 6500 26000 312000 6 2246 13476 53904 646848 945 5670 22680 272160 1301 7806 31224 374688
Total 14566 72467 289868 3478416 5894 29266 117064 1404768 8672 43201 172804 2073648
Rata-rata 2428 12078 48311 579736 982 4878 19511 234128 1445 7200 28801 345608
Lampiran 19b. Nilai Tambah usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung Tapioka di daerah penelitian (tahun 2013)
Variabel Nilai
I. Output, Input dan harga
1 Output (Kg) 3741
2 Input 7667
3 Tenaga Kerja (HKP) 11
4 Faktor Konversi 0.49
5 Koefisien Tenaga Kerja (HKP) 0.002
6 Harga output (Rp/Kg) 4967
7 Upah Tenaga Kerja Langsung (Rp/HKP) 33430.84
II. Penerimaan dan Keuntungan
8 Harga Bahan Baku (Rp/Kg) 876.7
9 Sumbangan Input Lain (Rp/kg) 41.1
10 Nilai output (Rp/Kg) 2424
11 a. Nilai Tambah (Rp/Kg) 1506.2
(6)
b. Rasio Nilai Tambah (%) 62.14 %
12 a. Pendapatan Tenaga Kerja 60.4
Langsung (Rp/Kg)
b. Pangsa Tenaga Kerja (%) 4.01 %
13 a. Keuntungan (Rp/Kg) 1445.81
b. Tingkat Keuntungan 95.99 %
III. Balas Jasa Pemilik Faktor-Faktor Produksi
14 Margin (Rg/Kg) 1547
a. Pendapatan Tenaga Kerja Langsung (%) 3.90 %
b. Sumbangan Input Lain (%) 2.66 %
c. Keuntungan Pemilik Perusahaan (%) 93.44 %