1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Ketoprak muncul tahun 1930-an Satoto 1989:190. Pada awal kemunculannya, ketoprak tidak mempergunakan naskah. Pementasannya
dilakukan secara spontan atau dengan improvisasi. Seiring dengan perkembangan cerita yang dipentaskan, naskah mulai diperlukan. Hal ini disebabkan pada awal
perkembangan ketoprak, cerita yang dibawakan masih sederhana. Namun, semakin lama cerita yang dipentaskan menjadi semakin berkembang, bahkan
merumit. Pada periode tersebutlah naskah mulai dibutuhkan. Salah satu penulis naskah ketoprak yaitu Handung Kus Sudyarsana.
Handung Kus Sudyarsana merupakan seniman yang berpengalaman di dunia ketoprak. Selain menyutradarai dan menjadi pengurus grup ketoprak Sapta
Mandala Kodam IV Diponegoro, almarhum semasa hidupnya juga aktif berkarya naskah ketoprak. Tidak hanya itu, dialah yang pertama kali mencoba penulisan
naskah ketoprak bergaya lain. Tidak sekadar urutan cerita dan pokok-pokok pembicaraan serta persoalannya, tetapi dia menulis naskah ketoprak dengan
lengkap atau full play Purwaraharja 1997:220. Salah satu naskah ketoprak yang ditulis oleh Handung Kus Sudyarsana yaitu
Pangeran Timur. Naskah ini diterbitkan pada tahun 1988. Karya-karyanya yang lain di antaranya yaitu Jaka Suruh, Nyi Ageng Serang, serta Prentah Diponegoro.
Di antara kesekian banyak karyanya, peneliti memilih Pangeran Timur sebagai
objek penelitian. Hal itu disebabkan penokohan yang terdapat dalam cerita tersebut.
Penelitian mengenai tokoh dan penokohan memang sudah ada. Akan tetapi, kebanyakan yang dijadikan objek penelitian adalah cerkak, novel, dan wayang.
Sebaliknya, yang meneliti mengenai tokoh dan penokohan naskah ketoprak ternyata belum ada. Oleh karena itu peneliti merasa perlu untuk menjadikannya
sebagai bahan penelitian. Hal yang mendominasi naskah ketoprak Pangeran Timur adalah aspek
tokoh dan penokohannya. Melalui penokohan, Handung Kus Sudyarsana berusaha menampilkan kekuatan karakter tiap-tiap tokoh. Inti permasalahan dalam cerita
tersebut adalah tidak adanya keteguhan pendirian. Kelemahan hati serta rapuhnya pendirian inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh salah seorang tumenggung
guna mencapai keinginannya atas tahta kepatihan. Menurut tumenggung tersebut kedudukan sebagai patih adalah kedudukan yang mempunyai kekuasan paling
besar. Ketoprak Pangeran Timur yang berlatar cerita keraton mengisahkan
kehidupan bangsawan. Kalangan yang sangat dipandang oleh masyarakat dan dijadikan junjungan. Masyarakat memandang dari luar segala sesuatunya terlihat
sempurna dan baik-baik saja. Akan tetapi kenyataan yang terjadi di dalam keraton justru kebalikannya, banyak sekali permasalahan yang timbul berkaitan dengan
harta, tahta, dan wanita. Kaum bangsawan adalah sosok yang sangat dihormati. Sikap dan tingkah lakunya diperhatikan dan dijadikan contoh bagi masyarakat
pendukungnya. Berkaitan dengan sikap dan tingkah laku kaum bangsawan
keraton, mereka diidentikkan dengan sosok yang berbudi, beretika, dan mempunyai tata karma. Akan tetapi dalam cerita ini tidak selamanya hal tersebut
berlaku. Justru dalam kehidupan keraton, kehidupan dengan segala kemewahan harta dan tahta. Hal ini menjadi pemicu tumbuhnya berbagai macam sifat yang
tidak baik. Sifat-sifat tersebut diantaranya iri, serakah, dan tamak. Kenapa Pangeran Timur dipilih sebagai objek penelitian, hal ini didasarkan
atas beberapa alasan. Pertama, melihat kenyataan ketoprak sebagai salah satu kesenian drama tradisional Jawa yang cukup diminati, hal itu hendaknya sudah
cukup menjadikan alasan peneliti untuk menjatuhkan pilihan pada ketoprak sebagai bahan penelitian. Kedua, mengingat penelitian mengenai naskah ketoprak
yang membahas tentang tokoh dan penokohan ternyata belum ada. Hal ini berbeda sekali dengan novel, cerkak, serta wayang yang penelitiannya sudah banyak
dilakukan. Ketiga, tiap-tiap tokoh dalam ketoprak Pangeran Timur tersebut mempunyai karakter sendiri-sendiri. Oleh karena itu, peneliti tertarik mengkaji
naskah tersebut dari segi tokoh dan penokohannya. Penokohan dalam sebuah drama tidak mungkin dapat terbaca oleh penonton
ataupun pembaca tanpa didukung teknik penokohan. Dalam ketoprak Pangeran Timur Handung Kus Sudyarsana menggambarkan penokohan melalui berbagai
macam teknik penokohan. Hal itu membuat penokohan semakin terlihat jelas. Selain didukung oleh teknik, penokohan juga didukung oleh motivasi. Dalam
penokohan, motivasi merupakan hal yang penting karena motivasi berperan sebagai penggerak tokoh. Berdasar pada motivasi seorang tokoh dapat bergerak
atau bertindak. Kedua aspek tersebut tidak bisa ditinggalkan dalam analisis penokohan sebuah drama.
1.2 Rumusan Masalah