Sistem Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan beracun B3 di

83

5.1.3 Sistem Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan beracun B3 di

Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang 5.1.3.1 Tahap kemasan Pengemasan limbah bahan berbahaya dan beracun B3 menurut keputusan Kepala Bapedal No.011995 antara lain : 1. Pengemasan untuk limbah bahan berbahaya dan beracun B3 dalam kondisi baik, tidak rusak dan bebas banjir dan pengkaratan serta kebocoran. 2. Bentuk ukuran dan bahan kemasan bahan berbahaya dan beracun disesuaikan dengan karakteristik limbah yang akan dikemas dengan memperhatikan segi keamanan dan kemudahan dalam pengelolaan. RSI Sultan Agung Semarang menyediakan kantong plastik warna kuning untuk limbah infeksius dan plastik warna ungu untuk limbah citotoksik. Yang termasuk limbah B3 antara lain : obat kadaluwarsa, reagen kimia dan botol obat.. Benda-benda tersebut memerlukan pengelolaan yang khusus. Pada tahap pengemasan limbah B3, petugas kesehatan perawat dokter sudah membuang limbah B3 di tempat sampah yang sesuai. Sehingga petugas pengambil limbah tidak mengalami kesulitan dalam pengelolaan lebih lanjut. Hal tersebut sudah sesuai dengan Keputusan Kepala Bapedal N0.011995. Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun B3 di tiap ruangan atau instalansi di RSI Sultan Agung Semarang pada prinsipnya sama. Petugas memisahkan limbah medis padat dan limbah non medis. Hal ini perlu mendapatkan lebih banyak perhatian karena kegiatan memilih limbah berpotensi tertular penyakit atau tertusuk benda tajam. Semua limbah yang masuk ke kantong 84 plastik kuning dan ungu merupakan limbah yang harus dibakar pada incinerator. Pengambilan limbah B3 yang dikemas oleh petugas diambil setiap hari. Ada 4 jalur terjadinya penularan penyakit yaitu lewat kulit, selaput lendir, saluran pernafasan, dan melalui saluran pencernaan. Masing-masing jalan tersebut berpotensi sebagai jalan bagi kuman penyakit yang ada pada limbah untuk masuk ke dalam tubuh dan menimbulkan penyakit pada orang yang renta. Untuk itu perlu adanya petunjuk tentang cara pengambilan dan pembuangan limbah B3 kepada seluruh karyawan rumah sakit. Selain petunjuk pengambilan dan pembuangan limbah B3, petugas limbah harus dilengkapai dengan alat pelindung diri APD. Penggunaan APD ini menjadi pencegahan yang sangat penting untuk mengurangi resiko petugas tertusuk, tersayat, tertular atau terinfeksi limbah medis padat. 5.1.3.2 Tahap pengumpulan Sarana pengumpulan limbah yang disediakan RSI Sultan Agung Semarang berupa ember atau tong sampah yang didalamnya dilapisi plastik dan bak penampungan yang terbuat dari batu batu untuk penyimpanan limbah sementara. Sarana yang disediakan cukup memadai dan berada dalam keadaan yang baik, tidak bocor, dan memiliki penutup rapat. RSI Sultan Agung Semarang telah menyediakan sarana untuk mencuci tempat penampungan limbah dan timbangan untuk limbah berupa alat pencucian manual. Pencucian dilaksanakan setiap hari pada saat selesai melakukan penimbangan dan pembuangan limbah yang dilakukan setaip pagi. 5.1.3.3 Tahap pengangkutan Pengangkutan limbah medis padat dan non medis dilakukan setiap hari 85 pagi hari dengan memasukkan limbah dalam troli. Jalur yang digunakan troli penangkut limbah belum menggunakan jalur khusus sehingga akan mengganggu jalur di rumah sakit serta memungkinkan terjadinya ceceran limbah yang dapat menyebarkan kuman penyakit ke lingkungan. Berawal dari masalah tersebut maka sebaiknya perlu dibuatkan tempat khusus untuk jalur pengangkutan limbah . Gerobak pengangkutan limbah medis padat dan non medis yang digunakan untuk pengangkutan limbah sudah dibedakan, namun selesai pengkutan limbah, gerobak tersebut tidak dicuci. 5.1.3.4 Pengelolaan Pengelolaan limbah di RSI Sultan Agung Semarang dilakukan dengan cara manual, yaitu memisahkan limbah medis dan non medis yang ada dengan menggunakan tangan sehingga pada akhirnya akan didapatkan limbah yang masih bisa dimanfaatkan yaitu bekas infus. Pengelolaan limbah ini dapat mengurangi volume limbah yang akan dimusnakan atau di baung. Semua limbah yang ada dalam plastik warna kuning seluruhnya dianggap sebagai limbah infeksius, sedangkan kantong plastik warna ungu dianggap sebagai limbah B3 dan harus dimusnakan dengan incinerator. Cara ini dapat mengurangi volume limbah sehingga yang tersisa hasil pembakaran berupa abu. Disamping pengurangan volume, sasaran utama incinerator bagi limbah adalah mengurangi sifat bahaya dari limbah itu sendiri.

5.1.4 Evaluasi Pengelolaan Limbah B3 di RSI Sultan Agung Semarang