Kerangka Berpikir Pengaruh Modal dan Pendapatan Nasabah Terhadap Kredit Bermasalah Pada PD.BPR BKK Jati Kudus

41 pendapatan karena merupakan faktor yang ada pada diri nasabah itu sendiri dan paling dominan dalam mempengaruhi pengembalian kredit bermasalah.

2.7 Kerangka Berpikir

Menurut Kuncoro 2002: 462, kredit bermasalah adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah dperjanjikannya. Kredit bermasalah menurut ketentuan Bank Indonesia merupakan kredit yang digolongkan kedalam kolektibilitas kurang lancar KL, diragukan D, dan macet M. Sedangkan penilaian atau penggolongan suatu kredit kedalam tingkat kolektibilitas kredit tertentu didasarkan pada kriteria kuantitatif dan kualitatif. Kriteria penilaian kolektibilitas secara kuantitatif didasarkan pada keadaan pembayaran kredit oleh nasabah yang tercermin dalam catatan pembukuan bank, yaitu mencakup ketepatan pembayaran pokok, bunga maupun kewajiban lainnya. Penilaian terhadap pembayaran tersebut dapat dilihat berdasarkan pada data historis post performance dari masing-masing rekening pinjaman. Selanjutnya data historis tersebut di bandingkan dengan stantar system penilaian kolektibilitas, sehingga dapat ditentukan kolektibilitas dari suatu rekening pinjaman. Sedangkan kriteria penilaian kolektibilitas secara kualitatif didasarkan pada prospek usaha debitur dan kondisi keuangan usaha debitur. Menurut Tjoekam 1999: 270 kredit bermasalah adalah gambaran dari suatu kondisi kredit dimana persetujuan pengembalian kredit berupa prinsipal, bunga, biaya-biaya, dan overdraft akan mengalami kegagalan karena tanda-tanda penyimpangan dibiarkan berakumulasi 42 sehingga menurunkan mutu kredit dan cenderung menimbulkan kerugian yang potensial bagi bank. Modal kerja permanen permanent working capital adalah Modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha Riyanto, 1999: 61. Menurut Kasmir, 2008: 92 Dalam menyalurkan kredit kepada para nasabah yang membutuhkan modal untuk usahanya, biasanya bank tidak akan bersedia untuk membiayai suatu usaha 100 artinya setiap nasabah yang mengajukan permohonan kredit harus pula menyediakan dana dari sumber lainnya atau modal sendiri dengan kata lain, capital adalah untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank. Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa jika modal tidak cukup maka nasabah tidak mempunyai kemampuan untuk mengembalikan pinjaman yang telah di sepakati sehingga dapat mengakibatkan kredit bermasalah. Pendapatan adalah balas jasa dalam nilai uang yang diterima oleh tenaga kerja gaji, kreditur bunga, pemilik modal laba, deviden, pemilik harta sewa dan lain-lain Wasis 1992:25. Pendapatan adalah hasil pencaharian atau perolehan berupa gaji atau upah Poerwodarminto 1990:238. Dari pengertian tersebut untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya mencari laba. Sehingga pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan. Semakin banyak sumber pendapatan 43 seseorang, semakin besar kemampuannya untuk membayar kredit Kasmir, 2008 : 92. sehingga dapat disimpulkan bahwa apabila pendapatan operasional nasabah lebih kecil dari pengeluaran maka dapat berpengaruh terhadap pengembalian kredit dan dapat menyebabkan kredit bermasalah. Dengan melihat uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Modal dan Pendapatan nasabah berpengaruh terhadap Kredit bermasalah. Jadi pola pemikiran yang terbentuk adalah sebagai berikut : Gambar 1.1 Kerangka Berpikir Dengan melihat kerangka berpikir diatas, dapat diketahui bahwa terjadinya kredit bermasalah dipengaruhi oleh modal dan pendapatan, apabila modal besar maka tingkat kredit bermasalah juga tinggi karena modal yang berasal dari pinjaman dan modal yang dimiliki sendiri tidak sepenuhnya digunakan untuk investasi tetapi justru digunakan untuk konsumsi pribadi. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sinungan 2000:160, bahwa permodalan yang tidak cukup disebabkan kreditur tidak dapat menambah keuangan perusahaan disaat permodalan dibutuhkan, sehingga tidak mempunyai kemampuan untuk mengembalikan pinjaman yang telah disepakati dan mengakibatkan kredit Pendapatan Modal Kredit Bermasalah 44 bermasalah. Sedangkan apabila pendapatan tinggi maka tingkat kredit bermasalah juga ikut tinggi karena pendapatan kotor yang diperoleh digunakan untuk biaya operasional usaha dan untuk kepentingan pribadi sehingga pendapatan bersih dari usaha tersebut rendah dan mengakibatkan keterlambatan dalam membayar kredit. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Kasmir 2000: 92 bahwa semakin banyak sumber pendapatan seseorang, semakin besar kemampuannya untuk membayar kredit, Apabila pendapatan operasional nasabah lebih kecil dari pengeluaran maka dapat berpengaruh terhadap pengembalian kredit dan dapat menyebabkan kredit bermasalah.

2.8 Hipotesis