Elastisitas Harga Terhadap Permintaan Atau Elastisitas permintaan (

Elastisitas Harga Terhadap Permintaan Atau Elastisitas permintaan ( 𝐸 𝑝 )

Sekarang kita bahas elastisitas harga ( 𝐸 𝑃 ) terhadap permintaan lebih rinci. Memberi tanda kepada jumlah permintaan dan tingkat harga, masing-masing dengan, Q dan P. Kita dapat tulis persamaan elastisitas harga terhadap permintaan, sebagai berikut:

atau

Dimana % βˆ†π‘„ secara sederhana berarti persentase perubahan pada Q ( jumlah ) dan % βˆ†π‘ƒ berarti persentase perubahan pada P ( harga ). Persentase perubahan pada variabel adalah merupakan perubahan absolute pada variabel dibagi oleh nilai awal dari variabel ( Jika pada IHK bernilai 200 pada awal tahun dan akhir tahun meningkat menjadi 206, persentase perubahan, atau tingkat

inflasi tahunan akan sebesar

X 100 % = 3% ). Kita juga dapat menulis elastisits

Tingkat inflasi merupakan πœ•π‘ƒ/P atau βˆ†π‘ƒ/𝑃. Contoh soal: Diketahui tingkat inflasi 5 % dan permintaan mobil Toyota Yaris naik 10 %, berapa

Jawab : 𝐸 𝑃 = = = 2 ( berarti setiap kenaikan harga sebesar 1 %, permintaan turun

sebanyak 2 % ). Nilai 𝐸 𝑃 selalu angka negatif, ketika harga barang atau produk naik, jumlah permintaan

biasanya turun, jadi ( perubahan pada jumlah yang disebabkan perubahan pada harga ) adalah

bertanda negatif jadi 𝐸 𝑃 adalah negatif. Ketika nilai 𝑬 𝑷 , ukurannya lebih besar dari 1, kita katakan β€œ elastic β€œ, karena persentase

penurunan permintaan lebih besar daripada persentase kenaikan, apabila nilai 𝑬 𝑷 ukurannya

lebih kecil daripada 1, kita katakan β€œ inelastic β€œ. Secara umum, elastisitas harga terhadap permintaan dari suatu produk tergantung pada ketersediaan produk lain yang dapat menjadi lebih kecil daripada 1, kita katakan β€œ inelastic β€œ. Secara umum, elastisitas harga terhadap permintaan dari suatu produk tergantung pada ketersediaan produk lain yang dapat menjadi

membeli produk lebih sedikit, dan membeli barang substitusi lebih banyak. Permintaan akan menjadi lebih elastic. Dan apabila tidak terdapat barang substitusi, permintaan akan cendrung inelastic.

Kurva Permintaan Linier

Persamaan 3.2 menyatakan elastisitas harga terhadap permintaan adalah perubahan kuantitas

βˆ†Q

atau jumlah permintaan berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada harga ( ) kali

βˆ†P

perbandingan atau rasio harga terhadap jumlah ( ). Tetapi ketika kita bergerak ke bawah kurva

βˆ†Q

permintaan, mungkin berubah, dan harga serta jumlah atau kuantitas selalu berubah. Karena

βˆ†P

itu elastisitas harga terhadap permintaan harus diukur pada titik khusus pada kurva permintaan dan umumnya akan berubah ketika kita bergerak di sepanjang kurva permintaan tersebut.

Gambar 3.1 . Kurva Permintaan linier

Harga

4 𝐸 𝑃 =- ∞ ( 4/0 = ∞ )

2 𝐸 𝑃 = - 1 [( 4/8 )( -4/2 )= -1]

0 4 8 Kuantitas

Elastisitas harga terhadap permintaan tidak hanya tergantung dari kemiringan kurva permintaan, tetapi juga oleh harga dan kuantitas. Karena itu, elatisitas berbeda-beda disepanjang kurva permintaan, karena harga dan kuantitas berubah. Kemiringan ( slope ) adalah konstan untuk kurva permintaan linier. Semakin dekat dengan puncak, harga semakin tinggi dan kuantitas Elastisitas harga terhadap permintaan tidak hanya tergantung dari kemiringan kurva permintaan, tetapi juga oleh harga dan kuantitas. Karena itu, elatisitas berbeda-beda disepanjang kurva permintaan, karena harga dan kuantitas berubah. Kemiringan ( slope ) adalah konstan untuk kurva permintaan linier. Semakin dekat dengan puncak, harga semakin tinggi dan kuantitas

Prinsip ini sangat mudah dengan melihat pada kurva permintaan linier, yaitu bentuk persaman kurva permintaan, sebagai berikut:

Q=a – bP (3.3) Sebagai contoh, perhatikan persamaan kurva linier berikut ini: Q=8 – 2P Untuk kurva ini, βˆ†π‘„/βˆ† 𝑃 adalah konstan dan sama dengan, - 2 ( βˆ†π‘ƒ = 1, β„Žπ‘Žπ‘ π‘–π‘™ π‘‘π‘Žπ‘Ÿπ‘– βˆ†π‘„ = βˆ’ 2). Walaupun demikian, kurva tidak mempunyai elastisitas konstan ( unitary ). Observasi dari

gambar 3.1, ketika kita bergerak menuruni kurva permintaan, rasio dari P/Q nilainya mengalami penurunan. Karena itu ukuran nilai elastisitas harga terhadap permintaan akan turun. Mendekati perpotongan antara kurva dengan ordinat harga, adalah nilainya sangat kecil, jadi Ep = - 2 ( P/Q ) adalah lebih besar dalam nilai/ukuran. Ketika P = 2 dan Q = 4, Ep = 1 = { -2(2/4)} Ketika berpotongan dengan absis ( sumbu vertikal ), P = 0, maka Ep = 0.

Karena kita membuat kurva permintaan dan kurva penawaran, dengan harga pada

ordinat ( sumbu vertikal ) dan kuantitas pada absis ( horizontal axis ),

= ( 1/kemiringan kurva

atau slope ). Hasilnya untuk setiap kombinasi antara harga dan kuantitas, semakin curam bentuk kemiringannya, dan kurang elastic pada permintaan. Gambar 3.2 memperlihatkan dua kasus khusus, gambar 3.2 (a) memperlihatkan kurva permintaan yang merefleksikan permintaan

elastic tidak terbatas ( infinitely elastic demand ): konsumen akan membeli produk sebanyak yang mereka butuhkan dengan tingkat harga tunggal, P*, Apabila harga naik sekecil apapun, di atas harga tunggal, P*, jumlah permintaan turun menjadi zero atau nol. Dan setiap penurunan sekecil apapun dari harga tunggal, P*, jumlah permintaan akan meningkat tanpa batas. Kurva permintaan pada gambar 3.2(b), dilain pihak, merefleksikan permintaan inelastic sempurna: Konsumen akan membeli jumlah tetap, Q*, tidak masalah harga naik atau turun.

Gambar 3.2. (a) Permintaan Elastic Tidak Terbatas, dan (b) Permintaan inelastic Sempurna

Harga Harga D P* D

Jumlah Q* Jumlah (a)

(b)

(a) Untuk kurva permintaan horizontal, βˆ†π‘„/βˆ†π‘ƒ adalah tidak terbatas ( infinite ), karena perubahan kecil pada harga menyebabkan perubahan yang sangat besar pada jumlah permintaan ( naik maupun turun ). Elastisitas permintaan adalah tidak terbatas (infinite).

(b) Untuk kurva permintaan vertikal βˆ†π‘„/βˆ†π‘ƒ adalah nol ( zero ), karena jumlah permintaan adalah sama atau tetap sekalipun harga naik atau turun, Elastisitas permintaan adalah nol ( zero).

Elastisitas Titik dan Elastisitas Busur

Elastisitas titik ( point elasticity ) mengukur tingkat elastisitas pada titik tertentu. Konsep elastisitas titik digunakan, apabila perubahan harga yang terjadi sedemikian kecilnya dan mendekati nol. Elastisitas titik tidak tepat apabila digunakan untuk perubahan harga yang terjadi relatif besar.

Rumus elastisitas titik, sebagai berikut: βˆ†π‘„/𝑄

Gambar 3.3 . Mengukur Elastisitas Titik Harga Harga

A elastic ( Ep > 1 )

𝑃 1 B kurva permintaan elastic unitary ( Ep = 1 )

inelastic (Ep < 1

Q₁ Jumlah (b) Jumlah

(a)

Elastisitas Busur ( arch elasticity ), konsep elatisitas busur digunakan, apabila perubahan harga yang terjadi cukup besar, elastisitas busur mengukur elastisitas permintaan antara dua titik. Rumus elastisitas busur adalah sebagai berikut:

Qβ‚βˆ’ Qβ‚‚ ( Q₁+ Qβ‚‚/2

atau 𝐸 𝑃 = Pβ‚βˆ’ Pβ‚‚

( P₁+ Pβ‚‚)/2

Gambar 3.4. Elatisitas Titik dan Elastisitas Busur Harga

elastisitas titik

elastisitas busur 𝑃 1 elastisitas titik

Jumlah

Elastisitas Silang ( cross elasticity ) Elastisitas silang ( 𝑬 π‘ͺ ) mengukur persentase perubahan prmintaan suatu barang sebagai

akibat perubahan harga barang lain sebesar satu persen. Jadi elastisitas permintaan dari barang

X yang berkaitan dengan harga barang Y, mempunyai rumus elastisitas silang adalah sebagai berikut:

atau 𝐸 𝐢 = X (3.7)

atau E Q P Y =

βˆ‚Qx/Qx atau

𝐸 𝐢 = βˆ‚Py/Py

Nilai 𝐸 𝐢 mencerminkan hubungan antara barang X dengan barang Y. Apabila E c > 0, Barang X merupakan barang substitusi dari barang Y. Kenaikan harga barang Y, menyebabkan harga barang

X relatif lebih murah, sehingga permintaan terhadap barang X meningkat, akibatnya harga barang

X, naik. Jadi untuk barang substitsi nilai Ec, positif ( keju dengan mentega ). Apabila nilai E c < 0, menunjukan hubungan barang X dengan barang Y adalah komplementer. Barang X hanya dapat digunakan bersama-sama dengan barang Y. Penambahan dan pengurangan terhadap barang X, menyebabkan penambahan dan pengurangan terhadap barang Y. Kenaikan harga barang Y, menyebabkan permintaan barang y, menurun. Akibatnya permintaan barang X, juga turun. Jadi

untuk barang komplementer nilai Ec, negatif ( kopi dan gula )

Elastisitas Permintaan Lainnya

Elastisitas pendapatan terhadap permintaan . Kita juga pasti tertarik pada elastisitas permintaan yang berkaitan dengan variabel lain, selain variabel harga. Sebagai contoh, permintaan terhadap suatu produk biasanya meningkat ketika pendapatan agregat meningkat.

Elastisitas pendapatan terhadap permintaan ( the income elasticity of demand ) adalah persentase perubahan pada jumlah permintaan, Q, yang disebabkan oleh kenaikan 1 persen

dari pendapatan, I. Rumus dari elastisitas pendapatan terhadap permintaan, adalah sebagai berikut:

βˆ‚Q/Q Atau

βˆ‚I/I

Elastisitas Harga Terhadap Penawaran

Elastisitas harga terhadap penawaran atau elastisitas penawaran, pengertian atau batasannya, caranya sama dengan elastisitas permintaan. Elastisitas harga terhadap penawaran atau

elastisitas penawaran adalah persentase perubahan pada jumlah penawaran sebagai akibat elastisitas penawaran adalah persentase perubahan pada jumlah penawaran sebagai akibat

produksinya. Angka Elastisitas Penawaran, Lebih kecil dari 1, inelastis, lebih besar dari 1, elastic, Sama

dengan nol, inelastic sempurna, sama dengan tidak terhingga, elastic tidak terhingga, sama

dengan 1, unitary elastic. Kita juga dapat mengkaitkan elastisitas penawaran dengan variabel lain, seperti, tingkat

bunga, tingkat upah, tingkat harga bahan baku dan bahan perantara yang digunakan untuk produksi. Sebagai contoh, hampir semua produk dari pabrikan, mempunyai elastisitas

penawaran terhadap harga bahan mentah atau bahan aku adalah negatif. Peningkatan harga pada bahan baku, menyebabkan biaya produksi perusahaan meningkat, apabila semua

variabel selain harga bahan baku, tetap, maka penawaran perusahaan akan berkurang.

Secara matematis elstisitas permintaan( 𝐸 𝑆 )=

βˆ‚Q/Q atau 𝐸 𝑆 =

βˆ‚P/P Contoh soal 3-1. Gandum adalah komoditi pertanian yang penting dan pasar gandum telah

diteliti dan dipelajari secara ekstensif oleh ekonom pertanian. Selama tahun 1980an dan 1990an, perubahan pada pasar gandum telah mempunyai implikasi, baik untuk petani Amerika Serikat dan kebijakan pertanian pemerintah Amerika Serikat. Untuk memahami apa yang terjadi, mari kita bahas tentang perilaku permintaan dan penawaran selama periode trsebut.

Dari studi stastitikal, kita mengetahui bahwa untuk tahun 1981 kurva penawaran untuk gandum adalah sebagai brikut:

Q s =Q D 1.800 + 240 P = 3.550 – 266 P 506 P = 1.750

P = $ 3,46 per bushel

Untuk mengatahui jumlah ( kuantitas ) gandum dalam keseimbangan pasar, substitusikan harga tersebut $ 3,46 ke dalam salah satu persamaan kurva penawran atau kurva permintaan. Substitusi ke dalam persamaan kurva penawaran. Kita dapatkan:

Q = 1.800 + (240)(3,46) = 2.630 juta bushel Berapa nilai elastisitas harga permintaan dan harga penawaran pada harga dan kuantitas

tersebut? Kita gunakan persamaan kurva permintaan untuk mendapatkan nilai elastisitas harga permintaan:

𝐸 𝑃 = (P/Q)( βˆ†Q D / βˆ†P) = 3,46/2.630 ( - 266 ) = - 0,35. ( jadi permintannya inelastic ) Demikian juga, kita dapat menghitung elastisitas harga penawaran : 𝐸 𝑃 = (P/Q)( βˆ†Q s / βˆ†P) = 3,46/2.630 ( 240 ) = 0,32 Karena kurva permintaan dan penawaran berbentuk aris nlurus ( linear ), nlai elastisitas

harga akan berbeda ketika kita bergerak atau pindah sepanjang kurva. Sebagai contoh, umpamakan terjadi musim kemarau, menyebabkan kurva penawaran bergeser ke kiri cukup jauh, dan menyebabkan harga gandum naik menjadi $ 4 per bushel. Dalam kasus ini jumlah permintaan akan turun menjadi: 3.550 – (266)(4) = 2.486 juta bushel. Pada harga dan kuantitas ini, nilai elastisits harga permintaan :

𝐸 𝑃 = (4.00/2486)( - 266 ) = - 0,43 Pasar gandum selama setahun terus berkembang dan harga dan kuantitas penawaran dan

permintaan selalu berubah-ubah, dan sebagian besar yang menetukan perubahan di pasar gandum adalah perubahan pada kuantitas permintaan. Permintan terhadap gandum mempunyai dua komponen: permintaan domestik dan permintaan ekspor. Selama tahun 1980an dan 1990an, permintaan domestik meningkat sangat kecil ( jumlah penduduk yang tumbuh yang sangat rendah di Amerika ). Permintaan ekspor juga turun tajam. Terdapat beberapa penyebabnya. Pertama dan utama adalah keberhasilan revolusi hijau di bidang pertanian. Negara-negara permintaan selalu berubah-ubah, dan sebagian besar yang menetukan perubahan di pasar gandum adalah perubahan pada kuantitas permintaan. Permintan terhadap gandum mempunyai dua komponen: permintaan domestik dan permintaan ekspor. Selama tahun 1980an dan 1990an, permintaan domestik meningkat sangat kecil ( jumlah penduduk yang tumbuh yang sangat rendah di Amerika ). Permintaan ekspor juga turun tajam. Terdapat beberapa penyebabnya. Pertama dan utama adalah keberhasilan revolusi hijau di bidang pertanian. Negara-negara

Pada tahun 1998, permintaan dan penawaran terhadap gandum, menjadi:

Permintaan : 𝑄 𝐷 = 3.244 – 283 P Penawaran ; 𝑄 𝑆 = 1.944+ 207 P

Sekali lagi, persamaan jumlah permintaan dan jumlah penawaran menghasilkan harga (nominal) dan kuantitas keseimbangan pasar.

1.944 + 207 P = 3.244 – 283 P 490 P = 1.300 P = $ 2,65 per bushel Q = 3.244 – 283 (2,65 ) =2.494 juta bushel

Jadi secra nominal harga gandum turun.

E p = (2,65/2.494) (- 283 ) = - 0,30

Harga gandum pada tahun 1981 lebih tinggi $ 3,46 per bushel dari harga tahun 1998 sebesar $ 2.65, karena pada tahun 1981, pemerintah Amerika Serikat melaksanakan Price support dengan membeli gandum dari petani. Di samping itu, selama tahun 1980an sampai dengan 1990an, para petani menerima subsidi langsung untuk gandum yang diproduksinya.

Pengaruh Campur Tangan Pemerintah Di Pasar: Pengawasan Harga

Sekarang di dunia ini, sudah tidak ada pemerintah yang tidak campurtangan terhadap mekanisme pasar, sekalipun negara tersebut Amerika Serikat. Di samping menggunakan pajak dan Sekarang di dunia ini, sudah tidak ada pemerintah yang tidak campurtangan terhadap mekanisme pasar, sekalipun negara tersebut Amerika Serikat. Di samping menggunakan pajak dan

Gambar 3.5. mengilustarasikan pengaruh pengawasan harga oleh pemerintah terhadap penawaran dan permintaan. Pada gambar, P o dan Q o , masing-masing adalah harga dan jumlah produk dalam keseimbangan yang terjadi tanpa campur tangan pemerintah. Ketika pemerintah berpendapat tingkat harga P o , terlalu tinggi dan memutuskan harga tidak boleh lebih tinggi dari harga yang ditetapkan pemerintah ( ceiling price ) , yang biasa disebut harga maksimum, P max . Sekarang timbul pertanyaan, bagaimanan dengan penawaran dan permintaan setelah kebijakan pemerintah menetapkan harga tertinggi, P max ? Pada P max lebih rendah dari harga keseimbangan, P o . Produsen ( terutama yang mempunyai biaya produksi lebih tinggi dari rata-rata industri ) akan

memproduksi barang lebih sedikit, dan jumlah penawaran akan turun ke tingkat, Q 1 , Sebaliknya konsumen meningkatkan permintaan, karena harga turun, menjadi jumlah permintaannya, Q 2. Jumlah permintaan menjadi lebih besar dari penawaran, sehingga terjadi kekurangan barang.

Jumlah kelebihan permintaan adalah Q 2 –Q 1 .

Kebijakan pengawasan harga oleh pemerintah, akan menguntungkan dan merugikan sebagian rakyat, seperti yang ditunjukan pada gambar 3.5. Pihak produsen mengalami kerugian, mereka menerima harga produk yang lebih rendah, sehingga beberapa perusahaan terpaksa meninggalkan pasar. Dilain pihak, Konsumen, tetapi tidak semua konsumen mendapatkan keuntungan ( gains ), yang dapat membeli produk dengan harga yang lebih rendah akan mendapat keuntungan ( better off ), tetapi konsumen yang tidak berhasik membeli produk

ataupun dapat, tetapi jumlahnya tidak sesuai diinginakan ( karena Q 2 > Q 1 ), akan mengalami kerugian ( worse off ).

Gambar 3.5. Dampak Kebijakan Pengawasan Harga

Harga

D Gambar 3.5

max

Q₁ Qβ‚€ Qβ‚‚ Jumlah

Tanpa kebijakan pengawasan harga, harga keseimbangan pasar terjadi pada harga P o dan jumlah permintaan dan penawaran pada tingkat Q o . Ketika pemerintah menetakpakn harga produk tidak boleh lebih dari P max , jumlah penawaran turun ke Q 1, sedangkan jumlah permintaan

meningkat ke Q 2 , dan terjadi kekurangan barang di pasar. Contoh soal 3-2. Dari contoh 3-1. Penawaran Q S = 1.800 + 240 P

Permintaan Q D = 3.550 – 266 P

P o = Rp 3,46 Q o = 2.630 P max = Rp 3,-

Q 1 = jumlah penawaran setelah kebijakan pengawasan harga

= 1.800 + 240 P = 1.800 + 240 ( 3 ) = 1.800 + 720 = 2,520 juta ton

Q 2 = Jumlah permintaan setelah kebijakan pengawasan harga

= 3.550 – 266 P = 3.550 – 266 ( 3 ) = 3.550 – 798 = 2.752 juta ton

Jadi kelebihan permintaan = Q 2 –Q 1 = 2.752 – 2.520 = 232 juta ton

3.3. Elastisitas Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Ketika menganalisis permintaan dan penawaran, adalah penting untuk membedakan antara jangka pendek dan jangka panjang. Dengan kata lain, kita bertanya berapa besar perubahan pada permintaan dan penawaran dalam merespon perubahan harga, kita harus paham dan

mempunyai kejelasan tentang berapa lama waktu yang dibolehkan berlalu sebelum mengukur

perubahan pada kuantitas permintaan atau penawaran. Jika kita hanya memperbolehkan waktu jangka pendek berlalu, katakanlah satu tahun atau kurang, maka kita memberlakukan atau yang kita bahas adalah waktu jangka pendek ( the short run ). Jika kita merujuk pada jangka panjang, kita mengartikan bahwa cukup waktu yang memungkinkan konsumen dan produsen perubahan pada kuantitas permintaan atau penawaran. Jika kita hanya memperbolehkan waktu jangka pendek berlalu, katakanlah satu tahun atau kurang, maka kita memberlakukan atau yang kita bahas adalah waktu jangka pendek ( the short run ). Jika kita merujuk pada jangka panjang, kita mengartikan bahwa cukup waktu yang memungkinkan konsumen dan produsen

Permintaan. Untuk banyak produk, nilai elastisitas permintaan harga lebih elastic pada jangka panjang dibandingkan dengan jangka pendek. Hal ini terjadi karena perlu waktu bagi orang-orang

untuk mengubah kebiasaan konsumsinya. Sebagai contoh, sekalipun bila haga kopi naik secara tajam, permintaan kopi akan turun secara gradual, karena konsumen mulai minum kopi lebih sedikit. Di samping itu permintaan terhadap suatu produk, mungkin dihubungkan dengan persedian produk lain yang berubah sangat lamban. Sebagai contoh, permintaan terhadap gasoline sangat lebih elastic pada jangka panjang dibandingkan dengan jangka pendek. Kenaikan harga yang tajam pada gasoline mengurangi jumlah permintaan pada jangka pendek melalui penurunan orang menggunakan kendaraan bermotor, tetapi kenaikan harga gasoline mempunyai dampak besar terhadap permintaan dari konsumen terhadap mobil yang hemat bahan bakar dan mobil dengan ukuran lebih kecil. Tetapi karena persediaan mobil berubah sangat lambat, jumlah permintaan gasoline menurun sangat lambat. Gambar 3.6, memperlihatkan kurva permintaan jangka pendek dan jangka panjang untuk barang seperti tersebut.

Gambar 3.6. (a) Gasoline: Kurva Permintaan dan Penawaran Jangka Pendek dan Panjang. (b) Mobil: Kurva Permintaan dan Penawaran Jangka Pendek dan Panjang

SR

Harga Harga D LR

LR

D D SR

Jumlah Jumlah (a)

(b)

Gambar (a) Pada jangka pendek, kenaikan harga hanya mempunyai pengaruh kecil terhadap jumlah permintaan gasoline. Para pemilik mobil menggunakan mobil lebih jarang, tetapi mereka tidak dapat mengganti mobilnya dengan mobil baru yang irit bahan bakar. Pada jangka panjang, karena mereka sudah mampu menukar mobilnya dengan mobil yang irit bahan bakar, maka pengaruh kenaikan harga gasoline mempunyai pengaruh lebih besar terhadap Gambar (a) Pada jangka pendek, kenaikan harga hanya mempunyai pengaruh kecil terhadap jumlah permintaan gasoline. Para pemilik mobil menggunakan mobil lebih jarang, tetapi mereka tidak dapat mengganti mobilnya dengan mobil baru yang irit bahan bakar. Pada jangka panjang, karena mereka sudah mampu menukar mobilnya dengan mobil yang irit bahan bakar, maka pengaruh kenaikan harga gasoline mempunyai pengaruh lebih besar terhadap

Permintaan dan Durability . Untuk beberapa jenis barang mempunyai elastisitas permintaan yang benar-benar berlawanan. Permintaan lebih elastic pada jangka pendek dibandingkan dengan jangka panjang. Karena produk ini ( mobil, lemari es, televisi atau perlengkapan mesin dan peralatan yang dibeli industry ) adalah durable ( barang yang tahan lama ), persediaan total

dimiliki konsumen adalah relative besar dibandingkan dengan produksi tahunan ( industry mobil di Indonesia setiap tahun memproduksi 600.000 – 650.000 unit, tetapi mobil yang sudah dimiliki konsumen jumlahnya berlipat ganda ). Akibatnya, perubahan kecil pada total persediaan (total stock) yang konsumen ingin pertahankan akan menyebabkan perubahan dalam persentase besar pada tingkat pembelian.

Sebagai contoh, umpamakan bahwa harga lemari es naik sebesar 10 persen, menyebabkan total persediaan atau jumlah total lemari es milik konsumen yang konsumen ingin pertahankan turun 5 persen. Pada awalnya. hal ini menyebabkan pembelian lemari es baru, turun lebih besar dari 5 persen, tetapi pada akhirnya, karena terjadi penyusutan pada lemari es konsumen ( dan jumlah unit lemari es yang mengalami penyusutan harus diganti dengan yang baru ), maka jumlah permintaan lemari es baru akan meningkat lagi. Pada jangka panjang persedian total lemari es yang dimiliki konsumen menjadi kira-kira lebih sedikit dari 5 persen dibandingkan sebelum harga lemari es naik. Pada kasus ini, maka pada jangka panjang elastisitas

harga terhadap permintaan ( E D ) untuk lemari es akan mempunyai nilai: - 0,05/0,10 = - 0,50, nilai elastisitas permintaan jangka pendek akan lebih besar.

Sekarang mengenai mobil, walaupun jumlah permintaan tahunan, jumlah mobil baru yang dibeli konsumen mencapai sekitar 8 samapai dengan 11 juta unit, jumlah persediaan mobil atau mobil yang dimiliki masyarakat sekitar 120 juta unit. Jika harga mobil baru naik, banyak konsumen potensial yang menunda pembelian mobil baru, akibatnya jumlah permintaan mobil baru terun dengan drastic, walaupun jumlah mobil yang dimiliki konsumen yang ingin membeli mobil baru dengan harga tinggi, mengalami penurunan dengan jumlah sedikit (a small amount). Pada akhirnya, karena mobil lama rusak dan harus diganti, maka permintaan terhadap mobil baru dengan harga yang lebih tinggi, kembali meningkat. Jadi, pada jangka panjang perubahan pada permintaan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan perubahan permintaan jangka pendek. Gambar 3.6, memperlihatkan kurva permintaan taehadap barang durable seperti mobil.

Elastisitas Pendapatan . Elastisitas pendapatan juga berbeda antara jangka pendek dengan jangka panjang. Untuk hampir semua barang dan jasa, seperti, makanan, minuman, bahan bakar dan jasa hiburan serta yang lainnya. Elastisitas pendapatan adalah lebih besar pada jangka panjang dibandingkan dengan jangka pendek. Perhatikan perilaku konsumsi gasoline selama periode pertumbuhan ekonomi yang bagus ( strong economic growth ) yang meningkatkan pendapatan agregat sebesar 10 persen. Peningkatan pendapatan ini, menyebabkan konsumen akan meningkatkan konsumsi gasoline, karena mereka mampu melakukan perjalan dengan mobil lebih jauh dan atau barangkali mempunyai mobil dengan ukuran mesin yang lebih besar. Tetapi perubahan konsumsi seperti ini, memerlukan waktu, dan pada awalnya permintaan hanya meningkat dalam kuantitas kecil. Jadi dalam jangka panjang elastisitas akan lebih besar dibandingkan dengan elastisitas jangka pendek.

Untuk barang durable ( barang tahan lama ), kondisinya berlawanan, sekali lagi, perhatikan permintan mobil baru. Jika pendapatan agregat meningkat 10 persen. Jumlah mobil yang ingin dimiliki konsumen, juga meningkat, katakanlah sebesar 5 persen. Tetapi perubahan ini merupakan penambahan jumlah kepemilikan mobil konsumen sebesar pembelian mobil baru tersebut (jika jumlah mobil konsumen 120 juta, peningkatan 5 persen sebesar 6 juta, jumlah 6 juta ini mungkin hanya 60 persen dari permintaan normal per tahun. Sekarang. Jumlah mobil yang dimiliki konsumen meningkat sebesar jumlah mobil baru yang dibeli konsumen, setelah jumlah mobil yang dimiliki konsumen meningkat ( semakin banyak ), maka pembelian mobil baru sebagian besar untuk menggantikan mobil lama ( pembelian mobil baru pada tahun sekarang akan masih lebih besar dibandingkan pembelian mobil baru tahun yang lalu, walaupun persentase pembelian mobil baru tetap 5 persen pertahun ). Dengan demikian sangat jelas, bahwa elastisitas pendapatan pada jangka pendek akan lebih besar dibandingkan dengan elastisitas pendapatan jangka panjang.

Industri Siklikal . Karena fluktuasi permintaan untuk barang tahan lama pada jangka pendek sangat tinggi, akibat merespon adanya perubahan pada pendapatan, industry yang memproduksi barang tahan lama sangat mudah berubah atau sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro, atau sangat dipengaruhi oleh siklus bisnis ( the business cycle, yaitu: kondisi resesi dan booming. KJadi industry ini sering disebut Cyclival industries, yang mempunyai pola penjualan produk yang besarnya naik-turun sesuai dengan naik-turunnya pertumbukahn pendapatan domstik bruto (GDP) dan pendapatan nasional (NI). Perlu dipahami, bahwa walaupun output dan penjualan produk tahan lama mengikuti pola pertumbuhan GDP dan NI, pertumbuhan GDP lebih rendah daripada pertumbuhan output industry siklikal. Sebagai contoh, pertumbuhan GDP Amerika Serikat tahun 1961 sampai dengan tahun 1966, rata-rata 4 persen per tahun, tetapi pertumbuhan industry barang tahan lama naik dengan rata-rata di atas 10 persen da tahun 1963 sampai dengan 1966. Juga, pembelian mesin dan perlengkapan mesin untuk proses produksi mengalami peningkatan lebih cepat dari pertumbuhan GDP, selama tahun

1993 sampai dengan 1998. Namun, selama masa resesi ekonomi di tahun 1974 – 1975, 1982 dan 1991, pembelian perlengkapan produksi turun lebih besar dari tingkat pertumbuhan GDP.

Penawaran Elastisitas penawaran berbeda dalam jangka panjang dengan jangka pendek. Untuk hampir

semua industry, penawaran jangka panjang lebih elastic dibandingkan jangka pendek: Perusahaan-perusahaan menghadapi keterbatasan dalam kapasitas produksi dalam jangka pendek, karena peningkatan kapasitas produksi memerlukan waktu ( lamanya pembangunan fasilitas dan pabrik baru serta pekerja tambahan ). Namun kondisi perusahaan dalam jangka pendek tidak dapat meningkatkan kapasitas, tidak absolute. Jika terjadi kenaikan harga yang sangat tinggi, perusahaan dalam jangka pendek dapat meningkatkan kapasitas dengan menggunakan seluruh fasilitas produksi dan meningmkatkan kerja lembur para karyawan. Membayar karyawan untuk bekerja lembur lebih tinggi dan mempekerjakan karyawan baru dengan segera. merupakan cara efektif u ntuk meningkatkan kapsitas produksi dalam jangka pendek. Tetapi perusahaan akan lebih mampu meningkatkan kapasitas produksi, ketika perusahaan mempunyai waktu untuk membangun fasilitas dan pabrik baru dan mempekerjakan pekerja baru lebih besar dengan permanen.

Untuk beberapa barang dan jasa, penawaran jangka pendek adalah benar-benar inelastic. Sewa rumah di kota besar adalah contoh jasa yang inelastic. Pada jangka pendek tersedia rumah sewa dengan jumlah tertentu ( fixed ). Jadi peningkatan permintaan akan mendorong kenaikan harga sewa rumah. Pada jangka panjang, dan tanpa pengendalian harga sewa ( rent controls ), harga sewa tinggi memberikan incentive untuk memperbaiki rumah lama dan membangun rumah baru. Akibatnya, terjadi peningkatan penawaran rumah sewa.

Untuk hampir semua permintaan barang, perusahaan dapat menggunakan beberapa cara untuk meningkatkan output, sekalipun dalam jangka pendek, jika harga cukup tinggi dan menjadi incentive untuk meningkatkan kapasitas. Tetapi, perusahaan dalam jangka pendek menghadapai keterbatasan untuk meningkatkan kapasitas secara cepat, kebijakan peningkatan kapasitas dalam jangka pendek ini, mungkin memerlukan biaya yang cukup besar, sehingga akan mengkikis laba yang didapat dari kenaikan harga produk dan peningkatan enawaran.

Penawaran dan Durability untuk beberapa barang. Elatisitas penawaran lebih elastic untuk jangka pendek dibandingkan dengan jangka panjang. Apalagi barang tersebut barang tahan lama ( durable goods ) dan dapat dipakai lagi ( be recycle ) dari bagian produk yang ditawarkan perusahaan, ketika harga naik. Sebagai contoh adalah penawaran logam bekas ( the secondary supply of metals ): Penawaran dari scrap metal ( logam yang sudah tidak terpakai dari sisa proses

produksi ), ang sering dilebur kembali dan di bentuk produk baru ( refabricated ). Ketika harga tembaga merangkak naik, kenaikan ini menjadi incentive yang cukup kuat un tuk mengubah sisa- produksi ), ang sering dilebur kembali dan di bentuk produk baru ( refabricated ). Ketika harga tembaga merangkak naik, kenaikan ini menjadi incentive yang cukup kuat un tuk mengubah sisa-

Tabel 3.1. Penawaran Tembaga

Elastisitas Harga Jangka Pendek Jangka Panjang Penawaran tembaga primary 0,20 1,60 Penawaran tembaga secondary 0,43 0,31 Penawaran total 0,25 1,50

Gambar 3.7(a) dan 3.7(b) memperlihatkan kurva penawaran tembaga primary dan secondary dalam jangka pendek dan jangka panjang. Tabel 3.1, memperlihatkan estimasi dari elastisitas harga permintaan untuk setiap komponen penawaran dan penawaran total, berdasarkan suatu rata-rata tertimbang komponen elastisitas, karena persentase dari jumlah penawaran secondary hanya 20 % dari penawaran total, maka elastisitas harga penawaran total lebih besar pada jangka panjang dibandingkan dengan jangka pendek.

Gambar 3.7. Kurva Penawaran Tembaga Jangka Pendek dan Jangka Panjang

(a)

(b)

SR S

LR

LR

SR S

Jumlah Jumlah

Seperti hampir semua barang, penawaran dari tembaga baru ( primary copper ), seperti yang telah terlihat pada gambar (a) adalah lebih lastis pada jangka panjang. Jika harga naik, perusahaan-perusahaan akan meningkatkat produksi, tetapi pada jangka pendek terpaksa terhalang oleh kapasitas produksi yang sudah terpasang. Pada produksi jangka panjang, perusahaan-perusahaan dapat menambah kapasitas dan memproduksi lebih besar daripada jangka pendek. Pada gambar (b) memperlihatkan kurva penawaran untuk tembaga bekas (secondary copper). Jika harga naik, menjadi incentive yang sangat kuat untuk mengubah tembaga bekas menjadi tambahan penawaran baru perusahaan. Oleh karena pada awalnya penawaran tembaga bekas ( supply from scrap ) meningkat dengan pesat, tetapi akhirnya persediaan tembaga bekas menurun, penawaran tembaga bekas menurun. Sehingga elastisitas penawaran tembaga bekas menjadi kurang elastic pada jangka panjang dibandingkan pada jangka pendek.

Memahami dan Memprediksi Dampak Perubahan Kondisi Pasar

Sampai saat ini diskusi kita tentang penawaran dan permintaan sebagian besar melakukan pendekatan kualitatif. Untuk memanfaatkan kurva penawaran bagi analisis dan memprediksi dampak dari perubahan kondisi pasar, kita harus memulai pendekatam kuantitatif dengan memberikan nilai/angka pada kurva permintaan dan penawaran. Sebagai contoh, untuk mengetahui dampak dari pengurangan 50 % dari penawaran kopi Brazilian terhadap harga kopi dunia. Kita harus menetukan kurva penawaran dan permintaan actual dan kemudian menghitung pergeseran dari kurva tersebut yang menyebabkan besarnya perubahan harga.

Pada bagian tulisan ini, kita akan melihat dan memahami bagaimana terjadinya secara sederhana kita gunakan kalkulasi envelope dengan kurva permintaan dan penawaran yang linier. Walaupun nilai kedua kurva merupakan taksiran atau mewakili dari kurva yangn kompleks, kita gunakan kurva linier karena untuk memudahkan saja.

Umpamakan kita mempunyai dua kelompok data untuk kondisi pasar yang berbeda. Data pertama berisi tingkat harga dan jumlah produk yang umumnya terdapat pada pasar ( yaitu tingkat harga dan jumlah dalam nilai rata-rata, ketika pasar dalam keadaan keseimbangan dan ketika pasar dalam keadaan normal ). Kita sebut harga dan jumlah keseimbangan dan memberi tanda P* dan Q*. Data kedua terdiri elastisitas harga penawaran dan permintaan dari pasar (pada saat mendekati keseimbangan), yang kita beri tanda E S dan E P .

Nilai atau angka tersebut mungkin didapat dari penelitian berdasarkan pendekatan statistic oleh lembaga atau seseorang. Nilai dan angka tersebut yang dapat kita terima masuk akal (reasonable) atau mempunyai dan mendasarkan pada tentang apa yang sebaiknya ( what if ). Tujuan kita adalah menulis kembali atau membuata kurva dengan menggunakan persamaan Nilai atau angka tersebut mungkin didapat dari penelitian berdasarkan pendekatan statistic oleh lembaga atau seseorang. Nilai dan angka tersebut yang dapat kita terima masuk akal (reasonable) atau mempunyai dan mendasarkan pada tentang apa yang sebaiknya ( what if ). Tujuan kita adalah menulis kembali atau membuata kurva dengan menggunakan persamaan

Sekarang kita mulai dengan kurva linier seperti yang terlihat pada gambar 3.8. Kita dapat menulis kurva ini secara aljabar sebagai berikut:

Permintaan: Q = a – bP ( 3.9a ) Penawran: Q = c + dP ( 3.9b )

Masalah kita adalah memilih atau mendapatkan angka=angka yang memenuhi konstanta a,b c dan d. Ini harus didapat dengan suatu kalkulasi untuk penawaran dan permintaan, dalam dua langkah prosedur:

Langkah pertama: Ingat bahwa pada setiap elastisitas harga, apakah itu penawaran atau permintaan, dapat ditulis sebagai berikut:

E= ( )( )

𝑄 βˆ†π‘ƒ Dimana βˆ†Q/βˆ†P adalah perubahan dari jumlah permintaan atau penawaran yang disebabkan dari

perubahan harga yang kecil. Untuk kurva-kurva linier, βˆ†Q/βˆ†P adalah konstan. Untuk persamaan (3.9a) dan ( 3.9b). Kita melihat bahwa: βˆ†Q/βˆ†P = d ( dengan cara diferensial sederhana ) untuk penawaran, sedangkan untuk permintaan: βˆ†Q/βˆ†P = - b. Sekarang kita substitusikan nilai-nilai ini ke βˆ†Q/βˆ†P ke dalam rumus elastisitas:

Permintaan: E D = - b (P*/Q*) ( 3.10a ) Penawaran: E S = d (P*/Q*) ( 3.10b ) Gambar 3.8. Kurva Permintaan dan Penawaran yang Sesuai Dengan Data

Harga a/b

Penawaran = Q = c + dP

P* E D = - b(P*/Q*) S = d(P*/Q*)

-c/d

Permintaan: Q = a - bP

Q* a Jumlah

Kurva permintaan dan penawaran memberikan atau menyediakan cara yang mudah untuk analisa. Berdasarkan data yang tersedia dari harga dan jumlah keseimbangan pasar, P* dan

Q*, dan juga estimasi elastisitas permintaan dana penawaran, E D dan E S , kita dapat menghitung nilai parameter c dan d untuk kurva penawaran dan untuk kurva permintaan, nilai

a dan b (dalam kasus ini digambarkan, c < d). Kemudian kurva-kurva ini dapat digunakan untuk menganalisis perilaku secara kuantitatif suatu pasar.

Dimana P* dan Q*adalah tingkat harga dan kuantitas keseimbangan pasar yang kita punyai dan kita inginkan cocokan dengan kurva-kurva. Karena kita mempunyai nilai untuk ES dan ED serta P* dan Q*, kita dapat mensubstitusikan nilai-nilai tersebut ke dalam persamaan (2.10a) dan (2.10b) dan mendapatkan nilai konstan b dan d.

Langkah kedua: Karena sekarang kita telah mengetahui nilai b dan d, juga nilai P* dan Q*, kita dapat substitusikan nilai-nilai ini ke dalam persamaan (3.9a) dan (3.9b) dan mendapatkan nilai konstan a dan c. Sebagai contoh, kita dapat menulis kembali persamaan (2.9a) sebagai berikut:

a = Q* + bP Dan gunakan data kita untuk nilai Q* dan P*, secara bersamaan dengan nilai-nilai tersebut kita

hitung dengan cara langkah pertama untuk b untuk dapatkan a. Mari kita terapkan prosedur ini dengan contoh khusus: penawaran dan permintaan

tembaga dunia untuk jangka panjang. Angka-angka yang relevant dengan pasar ini adalah sebagai berikut:

Kuantitas Q* = 7,5 juta metric ton pertahun Harga P* = 75 sen per pound Elastisatas harga penawaran: E S = 1,6

Elastisitas harga permintaan: E D = - 0,8

Kita mulai dengan persamaan kurva penawaran ( 3.9b) dan menggunakan prosedur dua langkahuntuk menghitung dan mendapat nilai c dan d. Elastisitas penawaran harga jangka panjang, E S = 1,6, P* = 0,75 dan Q = 7,5.

ο‚· Langkah pertama: Substitusikan nilai-nilai tersebut ke dalam persamaan (3.10b) untuk mendapatkan d:

1,6 = d(0,75/7,5) = 0,1d,

Jadi nilai d = 1,6/0,1 = 16. ο‚· Langkah kedua: substitusikan nilai d ini bersama-sama nilai P* dan Q* ke dalam persamaan (3.9b) untuk mendapatkan c.

7,5 = c + (16)(0,75) = c + 12

Jadi nilai c = 7,5 – 12 = - 4,5. Sekarang kita mengetahui nilai c dan d,sehingga kita dapat menuliskan kurva penawaran tembaga dunia:

Penawaran: Q = - 4,5 + 16 P

Sekarang kita dapat mengikuti langkah-langkah yang samauntuk kurva permintaan ( 3.9a). Angka stimasi untuk elastisitas harga permintaan jangka panjang adalah – 0,8. Pertama, substitusikan nilai ini dan juga nilai P* dan Q* ke dalam persamaan 2.10a guna menentukan nilai b:

- 0,8 = - b(0,75/7,5) = - 0,1b Jadi nilai b = - 0,8/-0,1 = 8. Kedua substitusikan nilai b, P*dan Q* ke dalam persamaan (3.9a) guna

mendapatkan nilai a: 7,5 = a – (8)(0,75) = a – 6 Jadi nilai a = 7,5 + 6 = 13,5. Mka kurva permintaannya adalah: Permintaan: Q = 13,5 + 8P Untuk menguji apakah kita benar atau salah, mari kita samakan antara persamaan

permintaan dengan persamaan penawaran, guna menghitung harga l]keseimbangan. Penawaran= - 4,5 + 16P = 13,5 + 8P = Permintaan

= 16 P + 8 P = 13,5 + 4,5

24 P = 18 P = 18/24 = 0,75 ( terbukti ) Q = 13,5 - 8P = 13,5 – 8(0,75) = 13,5 – 6 = 7,5 ( terbukti ) Walaupun kita sudah menulis permintaan dan penawaran bahwa mereka ( permintaan

dan penawaran ) tergantung nilai harga keseimbangan, mereka juga dapat tergantung dari dan penawaran ) tergantung nilai harga keseimbangan, mereka juga dapat tergantung dari

Q=a – bP + fI ( 3.11 ) Dimana I adalah indeks dari pendapatan agregat atau GNP. Sebagai contoh, I mungkin

sama dengan 1,0 dalam tahun dasar ( base year ) dan kemudian naik atau turun sebagai refleksi dari persentase peningkatan atau penurunan pada pendapatan agregat.

Contoh dari pasar tembaga kita, estimasi yang masuk akal (reasonable ) untuk nilai elastisitas harga permintaan adalah: 1,3. Dari kurva linier persamaan (3.11). Kita dapat menghitung nilai f melalui formula elastisitas pendapatan, E = (I/Q)( βˆ†Q/βˆ†I). Dengan menetapkan dan menggunakan nilai tahun dasar adalah 1,0, kita peroleh:

Q=a – bP + fI dQ/dI = βˆ†Q/βˆ†I = f 1,3 = (1,0/7,5)(f)

Jadi nilai f = (1,3)(7,5)/1,0 = 9,75. Akhirnya substitusikan nilai-nilai b = 8, f = 9,75, I = 1,0, P* = 0,75 dan Q* = 7,5 ke dalam persamaan (3.11).

7,5 = a – (8)(0,75) + (9,75)(1,0) = a – 6 + 9,75 = a – 3,75 Jani nilai a = 7,5 – 3,75 = 3,75. Kita telah melihat bagaimana untuk memasukan data ke kurva permintaan dan

penawaran. Sehingga kita mendapatkan nilai parameter dari persamaan kurva-kurva permintaan dan penawaran.

Contoh soal, dari contoh kurva permintaan dan penawaran tembaga kita, umpamakan permintaan konsumen turun 20 % . Hitung harga baru setelah permintaan turun 20 %.

Permintaan: Q = 13,5 - 8P, karena permintaan konsumen turun 20%, maka: Permintaan baru: Q = 0,8 ( 13,5 - 8P ) = 10,8 – 6,4P Permintaan baru: Q = 10,8 – 6,4P = - 4,5 + 16P

16P + 6,4P = 10.8 + 4,5 20,4 P = 15,3 P = 15,3/20,4 = 0,683 atau P = 68,3 sen per pound.

Jadi penurunan permintaan 20 % menyebabkan harga turun sekitar 7 sen atau dari 75 sen menjadi 68,3 sen

Kesimpulan

1. Elastisitas menjelaskan tingkat responsif jumlah penawaran dan permintaan yang disebabkan adanya perubahan tingkat harga produk, pendapatan dan variabel lainnnya.

Sebagai contoh elastisitas harga (Ep) permintaan, yaitu mengukur perubahan permintaan

yang disebabkan perubahan 1- persen dari harga.

2. Elastisitas berkenaan dengan kerangka waktu ( a time frame ) dan hampir nuntuk semua produk dan jasa adalah penting untuk membedakan antara elastisitas jangka pendek dengan elastisitas jangka panjang.

3. Jika kita dapat mengestimasi, walaupun secara kasar persamaan dan nilai parameter pada kurva permintaan dan penawaran pada pasar tertentu, kita dapat mengkalkulasi tingkat harga keseimbangan pasar melalui persamaan permintaan dan penawaran pasar tersebut. Juga, jika kita mengetahui dampak variabel ekonomi lain yang mempengaruhi permintaan dan penawaran, seperti tingkat pendapatan, GNP, harga produk lain, kita dapat menghitung bagaimana kuantitas dan harga keseimbangan pasar berubah ketika variabel ekonomi berubah. Inilah cara untuk menjelaskan dan memprediksi perilaku

pasar.

4. Analisis angka sederhana, sering dapat digunakan melalui substitusi data tingkat harga dan kuantitas yang ada ke dalam persamaan kurva permintaan dan penawaran dan juga untuk mengestimasi nilai elastisitas. Untuk sebagian besar pasar, data estimasi sudah tersedia dan dengan perhitungan back of the envelope sederhana dapat membantu kita untuk memahami karakteristik dan perilaku dari pasar.

Bab IV Perilaku Konsumen

Bagaimana cara seorang konsumen dengan pendapatan yang terbatas memuturksan membeli barang dan jasa ? Hal ini merupakan isu dasar pada EkonomiMikro, salah satu yang dibahas pada bab ini dan berikutnya. Kita akan segera mengetahui bagaimana konsumen mengalokasikan pendapatannya untuk bermacam barang dan jasa dan menjelaskan penentu permintaan untuk barang dan jasa. Dengan memahami keputusan pembelian yang dilakukan konsumen, akan membantu kita memahami pengaruh perubahan tingkat pendapatan dan harga terhadap permintaan barang dan jasa, dan mengapa permintaan terhadap suatu barang sangat sensitif dibandingkan barang yang lain terhadap adanya perubahan pendapatan dan harga.

Perilaku konsumen dapat dikatehui dengan melakukan aktivitas berikut ini:

1. Kesukaan konsumen ( consumer preferences ): Aktivitas pertama ini adalah menemukan cara praktis untuk menjelasan alasan kemungkinan konsumen memilih barang tertentu dari barang yang lain, atau mengapa konsumen lebih senang barang yang satu dengan barang yang lain. Kita akan membahas kesukaan konsumen terhadap suatu barang dengan pendekatan aljabar dan grafik.

2. Keterbatasan Anggaran ( budget constraints ). Konsumen dalam memilih atau membeli suatu produk tentu salah satunya mendasarkan pada harga produk tersebut. Pada aktivitas kedua ini, kita memperhitungkan yang fakta-fakta yang konsumen hadapi, yaitu keterbatasan jumlah pendapatan yang membatasi kemampuan konsumen membeli 2. Keterbatasan Anggaran ( budget constraints ). Konsumen dalam memilih atau membeli suatu produk tentu salah satunya mendasarkan pada harga produk tersebut. Pada aktivitas kedua ini, kita memperhitungkan yang fakta-fakta yang konsumen hadapi, yaitu keterbatasan jumlah pendapatan yang membatasi kemampuan konsumen membeli

3. Pilihan konsumen ( consumer choices ). Adanya kesukaan akan produk dan keterbatasan anggaran pada konsumen. Menentukan pilihan konsumen untuk membeli kombinasi barang dan jasa yang dapat memaksimumkan kepuasannya. Kombinasi barang dan jasa yang dibeli konsumen sangat tergantung dengan harga masing-masing barang dan jasa. Jadi memahami pilihan konsumen akan membantu kita memahami permintaan, dalam hal ini, berapa banyak barang dan jasa yang konsumen pilih untuk dibeli sangat tergantung dari harga masing-masing barang dan jasa.

4.1. Kesukaan atau Pilihan Konsumen ( Consumer Preferences )

Adanya sekelompok barang dan jasa yang dihasilkan oleh industri kita ( industri suatu negara ) dan tersedia di pasar untuk dibeli dan juga adanya perbedaan selera pada konsumen, maka bagaimana kita dapat menjelaskan kesukaan konsumen secara koheren ( saling bertalian atau menyatu ). Mari kita mulai berpikir tentang, bagaimana konsumen dapat membandingkan sekelompok barang untuk dibeli? Akankah kelompok barang tertentu lebih disukai daripada kelompok barang yang lain? Atau apakah konsumen tidak punya perbedaan ( in different ) kesukaannya terhadap dua kelompok barang?

Sekelompok atau Keranjang Barang ( Market Baskets )

Kita menggunakan terminologi sekelompok barang ( market baskets ) merujuk pada sekelompok macam-macam barang. Secara khusus, sekelompok barang merupakan daftar barang dengan jumlah spesifik dari satu atau lebih komoditi. Sekelompok atau sekeranjang barang, mungkin terdiri dari bermacam-macam makanan di kereta keranjang sebuah super market ( a grocery cart ). Juga dapat merupakan sejumlah makanan, pakaian dan perumahan yang konsumen beli setiap bulan. Banyak ekonomis juga menggunakan β€œ bundle β€œ untuk mengartikan sama dengan market

baskets. Bagaimana cara konsumen memilih atau menyeleksi sekelompok barang? Bagaimana

cara mereka memutuskannya, sebagai contoh, berapa banyak jumlah barang makanan dan berapa banyak jumlah pakaian dibeli setiap bulan ? Walaupun menyeleksian dapat dilakukan secara sembarangan atau semau konsumen ( be arbitrary ), sebagaimana yang akan kita lihat, konsumen sering menyeleksi sekelompok barang sebaik mungkin yang memberikan kepuasan maksimum berdasarkan pendapatannya.

Tabel 4.1. menunjukan beberapa kelompok barang yang terdiri dari bermacam-macam makanan dan pakaian dengan jumlah tertentu yang dibeli setiap bulan. Kelompok macam- macam makanan jumlahnya diukur atau berdasarkan, jumlah botol, jumlah berat kilogaram, sementara pakaian diukur, berdasarkan helai, lusinan dari setiap tipe, atau total berat dari jumlah pakaian. Karena metode pengukuran sebagian besar secara spontan atau arbitrari ( arbitrary ), kita akan secara sederhana mengukur macam-macam barang dari sekelompok barang berdasarkan unit. Contoh: sekelompok barang A, terdiri dari, 20 unit makanan dan 30 unit pakaian, dan kelompok barang D terdiri dari 40 unit makanan dan 20 unit pakaian.

Untuk menjelaskan teori perilaku konsumen, Kita akan bertanya apa yang menyebabkan kesukaan konsumen terhadap satu kelompok barang rerhadap kelompok barang lain. Harus diingat, bahwa teori perllaku konsumen berendapat atau mendasarkan pada kesukaan konsumen akan sekelompok barang, konsisten dan ditentukan berdasarkan pengetahuan atau akal sehat ( make sense ).

Tabel 4.1. Alternatif Kelompok Barang Yang Dapat Dikonsumsi oleh Konsumen per Minggu

Kelompok Barang Unit Makanan Unit Pakaian

A. 20 30

B.

D 40 20

E 30 40

G 10 20

H 10 40

Catatan: Kita akan menghindarkan penggunaan huruf C dan F untuk mewakili sekelompok barang, karena dapat membingungkan dengan dengan jumlah unit kelompok barang pakaian ( clothing ) dan makanan ( food ).

Beberapa Asumsi Dasar Tentang Kesukaan atau Pilihan Konsumen

Teori perilaku konsumen dimulai dengan tiga asumsi dasar tentang kesukaan orang-orang ( people’s preferences ) untuk sekelompok barang dibandingkan dengan kelompok barang yang

lain. Kita harus yakin, bahwa ketiga asumsi ini ada dan dilaksanakan oleh orang-orang akan kesukaannya pada sekelompok barang dan hampir pada semua situasi.

1. Kelengkapan atau kesempurnaan ( completeness ). Kesukaan konsumen diasumsikan sempurna atau lengkap. Atau dengan kata lain, konsumen dapat membandingkan dan memberikan peringkat ( a rank ) semua kelompok barang. Jadi untuk dua kelompok 1. Kelengkapan atau kesempurnaan ( completeness ). Kesukaan konsumen diasumsikan sempurna atau lengkap. Atau dengan kata lain, konsumen dapat membandingkan dan memberikan peringkat ( a rank ) semua kelompok barang. Jadi untuk dua kelompok

2. Saling melengkapi atau konsistensi kesukaan ( transitivity ). Kesukaan konsumen akan sekelompok barang adalah konsisten dengan kesukaannya atau saling melengkapi. Arti

saling melengkapai ( transitivity ) adalah jika konsumen lebih suka kelompok barang A daripada kelompok barang B, dan Lebih suka kelompok barang B daripada kelompok barang C, maka pasti konsumen lebih suka barang A daripada kelompok barang C. Sebagai contoh, Apabila konsumen lebih suka steak daripada ayam goreng, dan konsumen lebih suka ayam goreng daripada Ikan bandeng bakar, maka pasti konsumen lebih suka steak daripada ikan bandeng bakar. Transitivity secara normal dilakukan konsumen dengan konsisten.

3. Lebih banyak lebih baik daripada lebih sedikit ( more is better than less ). Barang-barang disini diasumsikan sebagai barang yang diinginkan konsumen untuk dikonsumsi agar hidup lebih baik. Konsekwensinya, konsumen selalu memilih jumlah yang banyak daripada yang sedikit. Di samping itu, komsumen tidak akan terpuasi atau dipuaskan; lebih banyak selalu lebih baik, walaupun tambahannya hanya kecil ( ingat, manusia menganut asas nonsatiation, atau tidak pernah puas, tidak pernah kenyang ). Walaupun

demikian, ada barang yang tidak diinginkan konsumen tetapi biasa diterima, seperti polusi udara, sehingga, konsumen lebih memilih sedikit ( less ). Dalam pembahasan

perilaku konsumen, kita abaikan kasus seperti ini. Ketiga asumsi tersebut dasar dari teori perilaku konsumen. Ketiga asumsi tidak menjelaskan

kesukaan konsumen secara pasti, tetapi mendorong ( impose ) tingkat rasionalitas dan alasan konsumen berperilaku dalam menggunakan pendapatannya ( income ) untuk membeli sekelompok barang yang dapat memuaskannya. Berdasarkan asumsi tersebut, kita bahas perilaku konsumen secara lebih rinci.

Kurva Indiferen ( Indefferent Curve )

Kita akan memperlihatkan sebuah grafik kesukaan konsumen dengan menggunakan kurva indiferen. Kurva indiferen merupakan semua kombinasi dari kelompok barang yang dapat

dikonsumsi dan memberikan kepada konsumen atau seorang konsumen dengan tingkat

kepuasan yang sama. Orang yang mempunyai indiferen pada di antara kelompok barang ditunjukan pada titik-titik garafik yang membentuk kurva indiferen.

Berdasarkan ketiga asumsi tersebut, konsumen akan mempunyai kesukaan lebih pada sekelompok barang dibandingkan dengan kelompok barang yang lain, dan atau tidak ada perbedaan antara kedua kelompok barang ( indiferen terhadap kedua kelompok barang ). Kita akan menggunakan informasi tersebut untuk membuat grafik berdasarkan peringkat yang diberikan konsumen terhadap kelompok barang dan pilihan konsumen. Untuk penyesuaian prinsip pembuatan grafik, kita asumsikan di dalam kelompok barang hanya terdapat kelompok makanan, ditandai, F, dan kelompok barang pakaian ditandai, C. Dalam kasus ini semua kelompok barang menjelaskan kombinasi makanan dan pakaian yang mungkin seorang

konsumen mengkonsumsinya. Tabel 4.1, memberikan contoh kelompok barang makanan dan pakaian dengan jumlah unit yang berbeda.

Gambar 4.1 . Kurva Indiferen Pakaian unit per minggu

10 20 30 40 50 60 Makanan unit per minggu

Kurva indiferen U 1 yang melalui kelompok barang A, B dan D, berarti konsumen dalam mengkonsumsi kombinasi kelompok barang A, B dan D, mempunyai kepuasan yang sama. Kombinasi kelompok barang E yang berada di atas kurva U 1, memberikan kepuasan lebih bagi konsumen dibandingkan kombinasi barang A,B dan D, tetapi kombinasi barang G dan H yang

berada di bawah kurva U 1 memberikan kepuasan lebih rendah daripada kombinasi barang A,B dan D.

Gambar 4.1. menunjukan garfik yang berasal dari data yang terdapat pada tabel 4.1. Garis horizontal mengukur jumlah unut makanan dalam setiap kombinasi kelompok barang di tabel 4,1. dalam setiap minggu oleh seorang konsumen. Garis vertikal mengukur jumlah unit pakaian yang dibeli konsumen perminggu. Kombinasi kelompok barang A yang terdiri 20 unit makanan dan 30 unit pakaian, lebih disukai konsumen dibandingkan kombinasi kelompok barang G, karena kombinsi barang A terdiri lebih banyak makanan dan pakaian. Dengan cara yang sama, kombinasi barang E, yang terdiri lebih banyak makan dan pakaian, lebih disukai lonsumen dibandingkan kombinasi barang A. Dengan demikian kita dengan mudah membandingkan semua kombinasi

kelompok barang ke dalam dua area, area pertama di atas kurva U 1 dan area kedua di bawah kurva U 1 . Di atas kurva indiferen, berari lebih disukai dan dibawah kurva indiferen lebih tidak disukai. Dan yang berada pada kurva indiferen, sama dipilh oleh konsumen karena memberikan kepuasan yang sama. Perlu diingat, kurva indiferen mempunyai kemiringan ( slope ), negatif. Karena apabila konsumen menambah konsumsi makanan, konsumsi pakaian dikurangi, dan sebaliknya.

Memetakan kurva Indiferen Untuk menjelaskan kesukaan seseorang untuk semua alternatif kombinasi makanan dan pakaian,

kita dapat membuat grafik sekelompok atau sekumpulan kurva indiferen yang disebut indifference maps. Setiap kurva indifferen pada indifferent map memperlihatkan kombinasi sekeranjang barang dimana menurut seseorang adalah indiferen ( kombinasi barang yang sama dalam memberikan kepuasaan kepada konsumen ). Gambar 4.2. memperlihatka tiga buah kurva

indiferen yang membentuk indifference map seorang konsumen. Kurva indiferen U 3 merupakan beberapa kombinasi barang yang menghasilkan atau memberikan kepuasan tertinggi bagi

konsumen, diikuti oleh kurva indiferen U 2 dan U 1 .

Gambar 4.2. Peta Kurva Indiferen Pakaian unit per minggu

.A .B

1 2 D. U

Makanan unit per minggu

Sebuah indifference maps adalah sekumpulan kurva indiferen yang menjelaskan kesukaan ( preferences ) seorang konsumen. Setiap keranjang barang pada kurva indiferen U 3, seperti Sebuah indifference maps adalah sekumpulan kurva indiferen yang menjelaskan kesukaan ( preferences ) seorang konsumen. Setiap keranjang barang pada kurva indiferen U 3, seperti

Kurva indiferen tidak pernah berpotongan. Untuk membuktikannya, kita akan asumsikan kurva indiferen berpotongan, dan kita akan mengetahui dan membuktikan garfik perpotongan kurva indiferen bertentangan dengan asumsi kita tentang perilaku konsumen seperti yang telah

dijelaskan sebelumnya. Gambar 4.3. memperlihatkan dua buah kurva indiferen U 1 dan U 2 saling berpotongan di titik A. Karena A dan B berada pada kurva indiferen yang sama di U 1 , konsumen harus bersikap indiferen terhadap kedua keranjang. Karena baik Keranjang A dan D berada pada satu kurva indiferen, U 2 , konsumen harus bersikap indiferen terhadap kedua keranjang. Konsekwensinya, konsumen juga harus bersikap indiferen terhadap keranjang B dan D, sedangkan kedua titik B dan D tidak berada dalam satu kurva indiferen, jadi kesimpulannya kurva indiferen tidak mungkin berpotongan. Dan keranjang B lebih disukai daripada keranjang D. Karena keranjang B lebih banyak makanan dan pakaian.

Gambar 4.3. Kurva Indiferen Tidak Akan Berpotongan Pakaian unit per minggu

A .B .D Makanan unit per minggu

Apabila kurva indiferen U 1 dan U 2 berpotongan, salah satu asumsi dari teori perilaku konsumen dilanggar. Menurut diagram ini, hendaknya konsumen bersikap indiferen terhadap keranjang barang A,B dan D. Tetapi dalam kenyataannya atau sesuai diagram keranjang barang B lebih dipilih daripada keranjang D, karena keranjang B memuat makanan dan pakaian lebih banyak daripada yang ada di keranjang D.

Bentuk Kurva Indiferen

Supaya diingat, kurva indiferen semuanya berbentuk kemiringan menurun ( all downward sloping ). Dalam contoh kita makanan dan pakaian, ketika jumlah makanan yang dikonsumsi meningkat sepanjang kurva indiferen, jumlah pakaian yang dikonsumsi menurun. Kenyataannya kurva

indiferen mempunyai kemiringan menurun ( downward sloping ) sesuai dengan asumsi kita bahwa semakin banyak barang dikonsumsi semakin baik daripada sedikit mengkonsumsi

barang. Apabila kemiringan kurva indiferen berbentuk menaik ( upward sloping). Seorang konsumen akan selalu indiferen terhadap dua keranjang barang, sekalipun salah satu keranjang lebih banyak makanan dan pakain.

Bentuk kurva indiferen menjelaskan bagaimana seorang konsumen bersedia untuk

menukar atau mesubstitusi barang yang satu dengan barang yang lain. Karena setiap orang mempunyai sumberdaya terbatas sedangkan kebutuhan tidak terbatas, jadi manusia selalu menghadapi tradeoff ( imbal-balik ) dalam memenuhi kebutuhannya. Kurva indiferen pada gambar 4.4. menunjukan prinsip ini. Memulai pada keranjang barang A bergerak ke keranjang barang B, kita lihat bahwa konsumen bersedia menyerahkan 6 unit pakaian guna mendapatkan I unit tambahan makanan. Tetapi ketika bergerak dari keranjang barang B ke Keranjang barang D, konsumen bersedia menyerahkan 4 unit pakaian guna mendapatkan tambahan 1 unit makanan. Lalu ketika bergerak dari keranjang barang D ke keranjang barang E, konsumen menyerahkan 2 unit pakaian untuk ditukar dengan 1 unit makanan. Semakin banyak pakaian dan semakin sedikit makanan dikonsumsi oleh konsumen, semakin banyak pakaian yang di serahakan atau ditukar guna mendapatkan tambahan makanan, dan sebaliknya, semakin banyak makanan yang dimiliki konsumen, semakin banyak makanan yang bersedia ditukar dengan sedikit pakaian.

Gambar 4.4.

The Marginal Rate of Substitution

Pakaian unit per minggu

16 A

12 - 6

10 +1 B

8 - 4 +1 D

6 -2+1

4 -1 E

2 +1 G

1 2 3 4 5 Makanan unit perminggu Kemiringan kurva indiferen mengukur marginal rate of substitution dari konsumen ( MRS ) antara

dua barang. Pada gambar, MRS antara pakaian ( C ) dan makanan ( F ) turun dari 6 ( antara

A dan B ), ke 4 ( antara B dan D ), ke 2 ( antara D dan E ), ke 1 ( antara E dan G ). Ketika MRS turun sepanjang kurva indiferen, bentuk kurva adalah cembung ( convex ).

The Marginal Rate of Substitution

Untuk menghitung jumlah barang yang dikonsumsi untuk diserahkan atau ditukar guna memdapatkan tambahan 1 unit barang konsumsi yang lain. Ukuran atau cara menghitung disebut Marginal Rate of Substitution ( MRS ) Atau secara ringkas β€œ MRS adalah sejumlah barang

yang konsumen rela atau bersedia serahkan atau ditukar dalam rangka mendapatkan satu unit tambahan barang lain guna dikonsumsi β€œ. MRS makanan (F) untuk pakaian (C) adalah jumlah unit pakaian yang seorang konsumen bersedia tukar atau serahkan atau tidak dikonsumsi,

guna ditukar dengan I unit makanan. Umpamakan, sebagai contoh, MRS adalah 3. Hal ini berarti bahwa konsumen akan menyerahkan 3 unit pakaian guna mendapatkan I unit makanan. Apabila

MRS adalah, , maka konsumen bersedia menyerahkan unit pakaian guna mendapatkan 1

unit makanan. Lihat lagi pada gambar 4.4. Perhatikan bahwa pakaian diukur pada garis vertikal dan

makanan pada garis horisontal. Ketika kita menjelaskan MRS kita harus sudah jelas tentang barang yang akan diserahkan dan barang yang ingin didapat. Agar konsisten dengan yang akan kita bahas. Kita akan memberikan batasan tentang MRS dalam pengertian jumlah barang yang ada di garis vertikal yang konsumen bersedia untuk diserahkan una mendapatkan tambahan I unit barang yang berada pada garis horisontal. Jadi sesuai gambar 4.4. MRS berhubungan dengan jumlah unit pakaian yang konsumen bersedia ditukarkan dengan I unit makanan. Apabila kita beri tanda perubahan pada pakaian, βˆ†πΆ , dan perubahan pada makanan, βˆ†πΉ, MRS dapat ditulis

dengan tanda sebagai berikut, . Kita tambahkan tanda negatif untuk membuat MRS

jumlahnya positif( ingat bahwa, βˆ†πΆ selalu negatif, konsumen menyerahkan pakaian guna mendapat tambahan makanan ).

Jadi, MRS pada setiap titik di kurva indiferen adalah sama dengan besaran dari nilai kemiringan ( slope ) dari kurva indiferen. Pada gambar 4.4. Sebagai contoh, MRS antara titik A dengan B, Jadi, MRS pada setiap titik di kurva indiferen adalah sama dengan besaran dari nilai kemiringan ( slope ) dari kurva indiferen. Pada gambar 4.4. Sebagai contoh, MRS antara titik A dengan B,

Convexity ( Kecembungan )

Perhatikan gambar 4.4, Nilai MRS turun ketika kita bergerak ke bawah sepanjang kurva indiferen. Hal ini bukan kejadian yang secara kebetulan. Penurunan nilai MRS merupakan refleksi dari karakter penting kesukaan konsumen ( consumer preferences ). Untuk memahami hal ini, kita akan tambahkan suatu asumsi tambahan tentang kesukaan konsumen dari tiga asumsi yang telah kita bahas menjadi 4 ( empat ) asumsi, asumsi keempat adalah:

4. MRS menurun ( diminishing marginal rate of substitution ): Kurva indiferen adalah berbentuk cembung terhadap titik poros. Terminologi convex berarti nilai kemiringan kurva indiferen meningkat ( dalam hal ini nilai negatifnya semakin kecil/becomes less negative ), karena kita bergerak ke bawah sepanjang kurva indiferen. Atau dengan kata lain, bentuk kurva indiferen adalah cembung ( convex ), jika Nilai MRS menurun sepanjang kurva indiferen. Kurva indiferen pada gambar 4.4, adalah cembung. Sebagaimana kita sudah lihat, dimulai dengan keranjang barang A, pada gambar 4.4. dan bergerak ke

keranjang barang B, MRS makanan (F) untuk pakaian (C) adalah βˆ’ = - = 6. Tetapi,

apabila kita mulai dari keranjang barang B dan titik B ke D, NRS turun menjadi 4. Jika kita mulai dari titik D dan bergerak ke titik E, Nilai MRS adalah 2. Dan apabila kita mulai dari titik E dan bergerak ke titik G, nilai MRS adalah 1. Jadi ketika konsumsi makanan meningkat, nilai kemiringan kurva indiferen besarannya turun. Dengan demikian Nilai MRS juga turun.

Apakah beralasan untuk mengharapkan kurva indiferen berbentuk convex ? ya. Karena semakin banyak dan semakin banyak suatu barang dikonsumsi. Kita dapat mengharapkan bahwa konsumen akan lebih suka menyerahkan lebih sedikit dan lebih sedikit unit barang kedua guna mendapat tambahan 1 unit barang pertama. Ketika kita bergerak ke bawah kurva indiferen pada gambar 4.4 dan konsumsi bahan makanan meningkat, tambahan kepuasan yang konsumen dapat untuk tambahan konsumsi makanan akan menurun. Jadi konsumen akan menyerahkan sedikit dan lebih sedikit pakaian untuk mendapatkan tambahan makanan.

Substitusi dan Komplemen Sempurna

Bentuk dari kurva indiferen menjelaskan kesediaan dari konsumen untuk mengganti suatu barang dengan barang yang lain. Suatu kurva indiferen dengan bentuk yang berbeda mengimplikasikan adanya perbedaan kesediaan konsumen untuk mengganti dengan barang yang Bentuk dari kurva indiferen menjelaskan kesediaan dari konsumen untuk mengganti suatu barang dengan barang yang lain. Suatu kurva indiferen dengan bentuk yang berbeda mengimplikasikan adanya perbedaan kesediaan konsumen untuk mengganti dengan barang yang

Pada gambar 4.5(a) memperlihatkan kesukaan ( preferences ) seorang konsumen terhadap jus apel dan jus jeruk. Kedua barang tersebut adalah barang pengganti sempurna untuk masing-masing barang bagi konsumen, karena konsumen benar-benar indiferen terhadap minum segelas jus apel atau jus jeruk. Dalam kasus ini, MRS jus apel untuk jus jeruk adalah 1 ( satu ): Konsumen selalu bersedia menukar atau mengganti segelas jus apel dengan segelas jus jeruk, atau sebaliknya. Kita katakan kedua barang sebagai barang pengganti sempurna ( perfect substitute ) ketika MRS suatu barang dengan barang lain bernilai konstan. Kurva indiferen menjelaskan adanya imbal-balik ( trade-off ) antara mengkonsumsi kedua jenis barang berbentuk garis lurus ( straight lines ). Nilai kemiringan dari kurva indiferen tidak harus minus satu ( - 1 ).

Pada kasus substitusi sempurna. Umpamakan, sebagai contoh, seorang konsumen percaya bahwa sebuah memory chips 16 megabyte adalah sama dengan dua buah memory chips 8 megabyte, karena kedua kelompok barang mempunyai kapasitas memori ( menyimpan data ) sama besar, yaitu 16 megabyte. Dalam kasus ini, nilai kemiringan ( slope ) kurva indiferen dari konsumen akan menjadi minus dua ( - 2 ), dengan jumlah memory chips 8 megabyte berada pada garis vertikal.

Pada gambar 4.5(b) merupakan ilustrasi kesukaan konsumen terhadap sepatru kiri dan sepatu kanan. Bagi konsumen, kedua barang tersebut adalah barang komplemen sempurna ( perfect complements ), karena sebuah sepatu kiri tidak akan meningkatkan kepuasan konsumen, kecuali konsumen mendapatkan pasangannya sebuah sepatu kanan. Dalam kasus ini, MRS sepatu kiri untuk sepatu kanan adalah nol ( zero ), kapanpun atau jika terdapat sepatu kanan lebih banyak dibandingkan sepatu kiri; konsumen tidak akan menukar setiap sepatu kiri untuk mendapatkan tambahan sepatu kanan. Sehubungan dengan hal tersebut, Nilai MRS adalah tidak terhingga ( ∞ ), kapanpun atau jika terdapat lebih banyak sepatu kiri dibandingkan sepatu kanan, karena konsumen akan menyerahkan atau menukar semua kelebihan sepatu kiri dan menahan sebuah sepatu kiri untuk mendapatkan tambahan sebuah sepatu kanan. Kedua barang adalah komplemen sempurna ketika kurva indiferen untuk kedua barang berbentuk sudut siku- siku ( sudut 90 derajat ).

Gambar 4.5(a)

Jus apel

1 2 3 4 Jus jeruk

Gambar 4.5 (b)

Sepatu kiri

1 2 3 4 Sepatu kanan Pada gambar 4,5(a) konsumen memandang atau berpendapat jus jeruk dan jus apel sebagai

substitusi sempurna. Konsumen selalu indiferen antara segelan jus jeruk dengan segelas jus apel, dan sebaliknya. Pada gambar 4.5(b) Konsumen memandang atau berpendapat sepatu kiri dan sepatu kanan adalah komplemen sempurna: penambahan sepatu kiri tidak memberikan

tambahan kepuasan; kecuali konsumen mendapatkan pasangan sepatu kiri, yaitu, sepatu kanan.

Bads. Semua contoh kita merupakan komoditi atau barang kebutuhan manusia, artinya mengkonsumsi lebih banyak, lebih baik atau lebih disukai daripada mengkonsumsi lebih sedikit. Walaupun demikian, terdapat barang yang disebut Bads, lebih sedikit dikonsumsi lebih disukai,

yaitu, udara yang terkontamitasi zat berbahaya, seperti Carbon dioksida ( CO 2 ). Polusi udara adalah bads, asbestos sebagai penyekat di perumahan adalah bentuk lain dari bads. Bagaimana kita memperhitungkan bads dalam menganalisis kesukaan konsumen ?

Jawabannya adalah sederhana. Kita meredefinisi komoditi sang telah kita gunakan dalan studi sehingga selera konsumen dimasukan dalam kesukaan konsumen yang lebih sedikit dalam mengkonsumsi barang yang termasuk bads. Pembalikan ini ( mengkonsumsi bads lebih sedikit dan lebih sedikit ) menyebabkan bads menjadi goods. Jadi, sebagai contoh, sebagai pengganti Jawabannya adalah sederhana. Kita meredefinisi komoditi sang telah kita gunakan dalan studi sehingga selera konsumen dimasukan dalam kesukaan konsumen yang lebih sedikit dalam mengkonsumsi barang yang termasuk bads. Pembalikan ini ( mengkonsumsi bads lebih sedikit dan lebih sedikit ) menyebabkan bads menjadi goods. Jadi, sebagai contoh, sebagai pengganti

Dengan adaptasi yang sederhana, semua keempat asumsi yang menjadi dasar teori perilaku konsumen terur-menerus dijalankan, dan kita sekarang siap untuk berpindah membahas batas anggaran ( budget constraints ).

Utility ( Utilitas ). Anda sudah pasti paham tentang gambaran dari teori perilaku konsumen sebagaimana telah diuraikan sebelumnya. Namun sampai saat ini teori tersebut masih belum membahas kepuasan konsumen yang dikaitkan dengan tingkat angka ( numerical ), atau kepuasan konsumen diukur dengan angka tertentu terhadap sekeranjang barang yang dikonsumsi konsumen. Sebagai contoh, berkaitan dengan 3 (tiga) kurva indiferen pada gambar

4.2. Kita mengetahui bahwa sekeranjang barang A ( atau setiap keranjang barang pada kurva indiferen U 3 ) memberikan kepuasan lebih kepada konsumen dibandingkan setiap keranjang barang pada kurva indiferen U 2 , seperti pada keranjang barang B. Demikian juga, kita mengetahui sekeranjang barang pada kurva indiferen U 2 lebih disukai oleh konsumen dibandingkan sekeranjang barang pada kurva indiferen U 1 . Kurva indiferen secara sederhana dan mudah memberikan kepada kita untuk menjelaskan kesukaan konsumen (consumer preferences) dengan grafik, membuatnya berdasarkan asumsi bahwa konsumen dapat membuat peringkar (rank) terhadap alternatif barang yang akan dikonsumsi.

Kita akan melihat bahwa teori konsumen hanya mengandalkan atau mendasarkan kepada asumsi yang konsumen berikan peringkat kepada sekeranjang barang berdasarkan perbandingan dalam memberikan kepuasan kepadanya. Walaupun demikian, asumsi konsumen tersebut dapat dimanfaatkan untuk memberikan angka/nilai pada setiap keranjang barang yang diranking oleh konsumen. Memanfaatkan atau menggunakan pendekatan angka ini, kita dapat menjelaskan kesukaan konsumen ( consumer preferences ) dengan memberikan angka tertentu ( scores ) kepada tingkat kepuasan konsumen yang berhubungan dengan keranjang barang pada setiap kurva indiferen. Dalam bahasa sehari- hari, kata β€œutility” ( bahasa Indonesia β€œutilitas disingkat util” ) telah digunakan secara luas dengan arti konotasinya sebagai β€œ manfaat ( benefit) β€œ.Lebih jelas lagi, orang-orang mendapatkan utilitas berarti mendapatkan sesuatu yang memberikan mereka kesenangan ( pleasure ) dan menghindarkan sesuatu yang memberikan mereka ketidak senangan ( pain ). Di dalam bahasa ekonomi, konsep utilitas ( the concept of utility ) berhubungan dengan skore nilai yang menyatakan kepuasan yang konsumen dapat dari sekeranjang barang. Atau dengan kata lain, utilitas adalah alat atau cara yang digunakan untuk penyederhanaan pemberian ranking terhadap keranjang barang ( a market basket ). Jika membeli semangkuk Soto Ambengan membuat anda lebih senang dibandingkan membeli Kita akan melihat bahwa teori konsumen hanya mengandalkan atau mendasarkan kepada asumsi yang konsumen berikan peringkat kepada sekeranjang barang berdasarkan perbandingan dalam memberikan kepuasan kepadanya. Walaupun demikian, asumsi konsumen tersebut dapat dimanfaatkan untuk memberikan angka/nilai pada setiap keranjang barang yang diranking oleh konsumen. Memanfaatkan atau menggunakan pendekatan angka ini, kita dapat menjelaskan kesukaan konsumen ( consumer preferences ) dengan memberikan angka tertentu ( scores ) kepada tingkat kepuasan konsumen yang berhubungan dengan keranjang barang pada setiap kurva indiferen. Dalam bahasa sehari- hari, kata β€œutility” ( bahasa Indonesia β€œutilitas disingkat util” ) telah digunakan secara luas dengan arti konotasinya sebagai β€œ manfaat ( benefit) β€œ.Lebih jelas lagi, orang-orang mendapatkan utilitas berarti mendapatkan sesuatu yang memberikan mereka kesenangan ( pleasure ) dan menghindarkan sesuatu yang memberikan mereka ketidak senangan ( pain ). Di dalam bahasa ekonomi, konsep utilitas ( the concept of utility ) berhubungan dengan skore nilai yang menyatakan kepuasan yang konsumen dapat dari sekeranjang barang. Atau dengan kata lain, utilitas adalah alat atau cara yang digunakan untuk penyederhanaan pemberian ranking terhadap keranjang barang ( a market basket ). Jika membeli semangkuk Soto Ambengan membuat anda lebih senang dibandingkan membeli

Fungsi Utilitas( Utility Functions ) Fungsi utilitas adalah formula yang menempatkan tingkat utilitas untuk setiap sekeranjang barang. Sebagai contoh, Fungsi utilitas Bapak Hassan untuk makanan (F) dan paqkaian (C) adalah u(F,C) = 2 F + 5 C. dalam kasus ini, sekeranjang barang terdiri dari 8 unit makanan dan 4 unit pakaian, maka sekeranjang barang tersebut

menghasilkan utilitas, 2(8) + 5(4) = 36. Bapak Hassan akan indiferen ( sama kepuasannya ) antara sekeranjang makanan ini dengan sekeranjang makanan yang berisi 3 unit makanan dan 4 unit pakaian [3( 8 ) + 4 ( 3 )] = 36. Tetapi Bapak Hassan tidak akan suka dengan sekeranjang barang yang terdiri dari 2 unit makanan dan 6 unit pakaian. Mengapa? Karena keranjang barang yang terakhir ini, mempunyai utilitas di bawah dari utilitas keranjang barang sebelumnya, [2(8)+ 6 (3 )] = 34.

Kita berikan tingkat utilitas pada setiap sekeranjang barang, sehingga, jika sekeranjang barang A lebih disukai daripada sekeranjang barang B, jumlah angka utilitas untuk A lebit besar daripada B. Sebagai contoh, terdapat tiga kurva indiferen yang berbeda, sekeranjang barang A

berada pada kurva indiferen tertinggi U 3 , dan mungkin mempunyai tingkat utilitas 9, sementara sekeranjang barang B, berada pada kurva indiferen tertinggi kedua, U 2 , dan mungkin mempunyai tingkat utilitas 6, sedangkan sekeranjang barang C, berada pada kurva indiferen terendah, U 1 , mungkin dengan tingkat utilitas 3. Jadi fungsi utilitas memberikan informasi sama tentang kesukaan ( consumer preferences ) seperti yang juga diberikan oleh peta kurva indiferen ( indifference map ), dan keduanya menjad dasar bagi konsumen menentukan pilihan terhadap sekeranjang barang yang memberikan kepuasan yang tertinggi.

Gambar 4.6 Fungsi Utilitas dan Kurva Indiferen Pakaian unit perminggu ( C )

2,5 5 Makanan unit perminggu ( F ) Fungsi utilitas dapat presentasikan melalui sekumpulan kurva indiferen yang masing-masing

mempunyai nilai. Gambar 4.6. menunjukan tiga kurva indiferen dengan masing-masing mempunyai nilai utilitas 25, 50 dan 100, yang berkaitan dengan fungsi FC.

Sekarang mari kita uji sebuah fungsi utilitas secara detail. Fungsi utilitas U(F,C), menginformasikan kepada kita bahwa tingkat kepuasan yang didapat dari mengkonsumsi F unit makanan dan C unit pakaian adalah hasil kali dari F dan C. Gambar 4.6. memperlihatkan kurva indiferen dikaitkan dengan fungsi ini. Grafik dibuat dengan awal memilih satu sekeranjang barang, katakanlah, F = 5 dan C = 5 pada titik A. Sekeranjang barang ini menghasilkan tingkat

utilitas U 1 sebanyak, 25. Kemudian kurva indiferen dibuat untuk menemukan semua sekeranjang barang dengan tingkat utilitas FC = 25 ( yaitu, F = 10, C = 2,5 pada titik B, F = 2,5. C = 10 pada titik

D. Kurva indiferen kedua U 2 berisi semua sekeranjang barang untuk FC = 50, dan kurva indiferen ketiga U 3 berisi semua sekeranjang barang untuk FC = 100.

Utilitas Ordinal dan Utilitas Kardinal Tiga kurva indiferen pada gambar 4.2 memberikan gambaran tentang peringkat dari beberapa sekeranjang barang ( market baskets/bundle )

besarannya berdasarkan urutan atau ordinal. Berdasarkan hal ini, fungsi utilitas yang menghasilkan peringkat untuk beberapa sekeranjang barang disebut fungsi utilitas ordinal. Pemberian peringkat yang berdasarkan fungsi utilitas ordinal menempatkan sekeranjang barang dari yang mempunyai utilitas tertinggi sampai yang terendah ( atau berdasarkan perbandingan ), dan konsumen pasti lebih suka sekeranjang barang dengan utilitas tertinggi ( pada kurva indiferen yang terletak paling kanan ) dan selanjutnya semakin berkurang nilai utilitasnya ( pada kurva indiferen di sebelah kiri ).

Ketika pertama kali para ekonom melakukan studi tentang utilitas dan fungsi utilitas, mereka mengharapkan bahwa kesukaan konsumen dapat dikuantifikasi atau dihitung atau

diberi nominal sehingga dapat diranking dengan dapat dibandingkan secara interpersonal. Jika nilai nominal atau nilai numerical digunakan untuk sekeranjang barang, hal ini berarti kita memberikan atau melakukan perankingan terhadap alternatif pada sekelompok sekeranjang barang dengan perankingan cardinal ( a cardinal ranking ). Fungsi utilitas yang menjelaskan

semakin besar nilai utilitas sekeranjang barang akan lebih disukai daripada sekeranjang barang dengan tingkat utilitas lebih kecil, disebut fungsi utiliutas cardinal ( a cardinal utility function ).

Tidak seperti fungsi utilitas ordinal, fungsi utilitas cardinal memberikan nilai nominal pada

sekeranjang barang,sehingga tidak dapat secara serampangan mengatakan sekeranjang barang mempunyai nilai utilitas dua kali atau tiga kali, tanpa mengubah perbedaan nilai diantara beberapa sekeranjang barang.