Penyakit Menular Spesifik Lokal

E. Penyakit Menular Spesifik Lokal

Penyakit spesifik lokal di Indonesia cukup bervariasi berdasarkandaerah Kabupaten/Kota, seperti penyakit hepatitis, leptospirosis, penyakit akibat gangguan asap, serta penyakit lainnya. Penyakit ini dideteksi keberada ‐annya apabila tersedia data awal kesakitan dan kematian di suatu daerah.

a. Pencegahan dan Pengobatan Hepatitis Penyakit Hepatitis

Penyakit Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh beberapa jenis virus yang menyerang dan menyebabkan peradangan serta merusak sel-sel organ hati manusia. Hepatitis diketegorikan dalam beberapa golongan, diantaranya hepetitis A,B,C,D,E,F dan G. Di Indonesia penderita penyakit Hepatitis umumnya cenderung lebih banyak mengalami golongan hepatitis B dan hepatitis C. Namun disini kita akan membahas pada fokus artikel penyakit Hepatitis A,B dan C.

 Penyakit Hepatitis A Hepatitis A adalah golongan penyakit Hepatitis yang ringan dan jarang sekali menyebabkan kematian, Virus hepatitis

A (VHA=Virus Hepatitis A) penyebarannya melalui kotoran/tinja A (VHA=Virus Hepatitis A) penyebarannya melalui kotoran/tinja

Penderita yang menunjukkan gejala hepatitis A seperti minggu pertama munculnya yang disebut penyakit kuning, letih dan sebagainya diatas, diharapkan untuk tidak banyak beraktivitas serta segera mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan pengobatan dari gejala yang timbul seperti paracetamol sebagai penurun demam dan pusing, vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan nafsu makan serta obat-obatan yang mengurangi rasa mual dan muntah.

Sedangkah langkah-langkah yang dapat diambil sebagai usaha pencegahan adalah dengan mencuci tangan dengan teliti, dan suntikan imunisasi dianjurkan bagi seseorang yang berada disekitar penderita.

 Hepatitis B Penderita yang diduga Hepatitis B, untuk kepastian diagnosa yang ditegakkan maka akan dilakukan periksaan darah. Setelah diagnosa ditegakkan sebagai Hepatitis B, maka ada cara pengobatan untuk hepatitis B, yaitu pengobatan telan (oral) dan secara injeksi.

Langkah-langkah pencegahan agar terhindar dari penyakit Hepatitis B adalah pemberian vaksin terutama pada orang- orang yang beresiko tinggi terkena virus ini, seperti mereka yang

baik (ganti-ganti pasangan/homosexual), pekerja kesehatan (perawat dan dokter) dan mereka yang berada didaerah rentan banyak kasus Hepatitis B.

berprilaku

sex

kurang

 Hepatitis C Saat ini pengobatan Hepatitis C dilakukan dengan pemberian obat seperti Interferon alfa, Pegylated interferon alfa dan Ribavirin. Adapun tujuan pengobatan dari Hepatitis C adalah menghilangkan virus dari tubuh anda sedini mungkin untuk mencegah perkembangan yang memburuk dan stadium akhir penyakit hati. Pengobatan pada penderita Hepatitis C memerlukan waktu yang cukup lama bahkan pada penderita tertentu hal ini tidak dapat menolong, untuk itu perlu penanganan pada stadium awalnya.

b. Pencegahan dan Pengobatan Leptospirosis

Leptospirosis tergolong penyakit demam akut dengan manifestasi klinis yang bermacam-macam. Disebabkan oleh kuman Leptospira. Manifestasi klinis bisa ringan yang hanya demam biasa mirip influensa sehingga bisa sembuh spontan, atau berat yang menimbulkan kegawatan, bila terdapat penyulit gagal ginjal, ikterus (kuning) karena terganggunya hati, gagal jantung, dan perdarahan di saluran cerna maupun paru dan otak yang menyebabkan kematian.

Leptospirosis dapat menyerang semua usia maupun jenis kelamin (laki dan perempuan sama). Dapat berjangkit pada berbagai musim, namun lebih banyak di musim penghujan, apalagi kalau ada banjir. Karena penyakit ini bisa ditularkan melalui air kencing tikus dan anjing, sehingga air menjadi sarana penularan, seperti genangan air di daerah banjir, air selokan, atau air sungai.

Jika kita mencurigai adanya penyakit Leptospirosis (demam mendadak, disertai kelemahan umum, nyeri otot, di mata terdapat kemerahan di sekitar pupil mata), maka perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium (darah rutin biasanya terdapat leukositosis/ sel darah putih meningkat, trombositopeni: trombosit turun mirip demam berdarah dan peningkatan laju endap darah

/LED). Bila memungkinkan diperiksa Leptodridot, Leptospira Rapid Tes (memeriksa antibodi/kekebalan tubuh kita terhadap kuman tersebut).

Leptospirosis ringan cukup dengan istirahat di rumah, dengan diberikan obat penurun panas, dan antibiotik untuk kuman Leptospira (Doxicilin). Diberikan obat simtomatis sesuai dengan keluhan pasien. Bila mual diberi anti mual, muntah: antimuntah, sakit kepala: obat penghilang sakit kepala, demam diberikan antipiretik (obat turun panas). Dan pasien akan sembuh sempurna.

Pemberian nutrisi perlu diperhatikan karena nafsu makan biasanya menurun. Perlu pemberian nutrisi yang seimbang dengan kebutuhan kalori dan disesuaikan keadaan fungsi hati serta ginjal yang menurun.

Antibiotik biasanya diberikan Penisilin Procain (disuntikkan di pantat dan terasa sakit/kemeng). Tetapi beberapa kepustakaan terbaru mulai menyarankan pemberian Ceftriaxon 1x2gr per hari selama 5-7 hari, atau sampai bebas panas.

Bila ada gagal ginjal maka penangannya menyesuaikan lamanya fase oliguri (produksi urin sedikit) dan kecepatan katabolisme protein. Makin lama fase oliguri berlangsung makin memerlukan hemodialisis (cuci darah).

Leptospirosis berat yang sudah menyerang organ tubuh penting seperti: hati, ginjal, paru dan otak, maka harus dirawat di rumah sakit. Karena angka kematiannya 15-40%. Angka kematian ini bisa diminimalkan dengan diagnosis dini dan penanganan yang cepat dan akurat.

Perlu diperhatikan keadaan khusus yang memerlukan penanganan secara lebih teliti antara lain: hiperkalemi (kelebihan kalium darah), asidosis metabolik (keasaman darah yang meningkat), hipertensi, gagal jantung, kejang, dan perdarahan.

Menurut Saroso (2003) pencegahan penularan kuman leptospirosis dapat dilakukan melalui tiga jalur yang meliputi : Menurut Saroso (2003) pencegahan penularan kuman leptospirosis dapat dilakukan melalui tiga jalur yang meliputi :

1) Melakukan tindakan isolasi atau membunuh hewan yang terinfeksi.

2) Memberikan antibiotik pada hewan yang terinfeksi, seperti penisilin, ampisilin, atau dihydrostreptomycin, agar tidak menjadi karier kuman leptospira. Dosis dan cara pemberian berbeda-beda, tergantung jenis hewan yang terinfeksi.

3) Mengurangi populasi tikus dengan beberapa cara seperti penggunaan racun tikus,

pemasangan jebakan, penggunaan rondentisida dan predator ronden.

4) Meniadakan akses tikus ke lingkungan pemukiman, makanan dan air minum dengan membangun gudang penyimpanan makanan atau hasil pertanian, sumber penampungan air, dan perkarangan yang kedap tikus, dan dengan membuang sisa makanan serta sampah jauh dari jangkauan tikus.

5) Mencengah tikus dan hewan liar lain tinggal di habitat manusia dengan memelihara lingkungan bersih, membuang sampah, memangkas rumput dan semak berlukar, menjaga sanitasi, 20 khususnya dengan membangun sarana pembuangan limbah dan kamar mandi yang baik, dan menyediakan air minum yang bersih.

 Melakukan vaksinasi hewan ternak dan hewan peliharaan.  Membuang kotoran hewan peliharaan. Sadakimian rupa sehinnga tidak menimbulkan kontaminasi, misalnya dengan pemberian desinfektan.

b) Jakur penularan Penularan dapat dicegah dengan:

1) Memakai pelindung kerja (sepatu, sarung tangan, pelindung mata, apron, masker).

2) Mencuci luka dengan cairan antiseptik, dan ditutup dengan plester kedap air.

3) Mencuci atau mandi dengan sabun antiseptik setelah terpajan percikan urin, tanah, dan air yang terkontaminasi.

4) Menumbuhkan kesadara terhadap potensi resiko dan metode untuk mencegah atau mengurangi pajanan misalnya dengan mewaspadai percikan atau aerosol, tidak menyentuh bangkai hewan, janin, plasenta, organ (ginjal, kandung kemih) dengan tangan telanjang, dan jangn menolong persalinan hewan tanpa sarung tangan.

5) Mengenakan sarung tangan saat melakukan tindakan higienik saat kontak dengan urin hewan, cuci tangan setelah selesai dan waspada terhadap kemungkinan terinfeksi saat merawat hewan yang sakit.

6) Melakukan desinfektan daerah yang terkontaminasi, dengan membersihkan lantai kandang, rumah potong hewan dan lainlain.

7) Melindungi sanitasi air minum penduduk dengan pengolalaan air minum yang baik, filtrasi dan korinasi untuk mencengah infeksi kuman leptospira.

8) Menurunkan PH air sawah menjadi asam dengan pemakaian pupuk atau bahan-bahan kimia sehingga jumlah dan virulensi kuman leptospira berkurang.

9) Memberikan peringatan kepada masyarakat mengenai air kolam, genagan air dan sungai yang telah atau diduga terkontaminasi kuman leptospira..

10) Manajemen ternak yang baik.

c) Jalur pejamu manusia

1) Menumbuhkan sikap waspada Diperlukan pendekatan penting pada masyarakat umum dan kelompok resiko tinggi terinfeksi kuman leptospira. Masyarakat perlu mengetahui aspek penyakit leptospira, 1) Menumbuhkan sikap waspada Diperlukan pendekatan penting pada masyarakat umum dan kelompok resiko tinggi terinfeksi kuman leptospira. Masyarakat perlu mengetahui aspek penyakit leptospira,

2) Melakukan upaya edukasi Dalam upaya promotif, untuk menghindari leptospirosis dilakukan dengan cara-cara edukasi yang meliputi :

 Memberikan selembaran kepada klinik kesehatan, departemen pertanian, institusi militer, dan lain-lain. Di dalamnya diuraikan mengenai penyakit leptospirosis, kriteria menengakkan diagnosis, terapi dan cara mencengah pajanan. Dicatumkan pula nomor televon yang dapat dihubungi untuk informasi lebih lanjut.

 Melakukan penyebaran informasi.