Pengertian Pemilikan dan Penguasaan Hak Atas Tanah

32

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemilikan dan Penguasaan Hak Atas Tanah

2.1.1. Pengertian Pemilikan dan Penguasaan Hak Atas Tanah

Tanah dalam pengertian yuridis adalah permukaan bumi, sedangkan Hak Atas Tanah adalah hak sebagian tertentu permukaan bumi, yang berbatas, berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar, tetapi wewenang penggunaannya diperluas hingga meliputi sebagian tubuh bumi yang ada di bawah tanah dan air serta ruang yang ada di atasnya. 6 Pemilikan Hak Atas Tanah mengandung pengertian suatu hubungan hukum antara pemegang Hak Atas Tanah dengan tanah yang dimilikinya berdasarkan peraturan yang berlaku yang memberikan kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum terhadap tanah yang dimilikinya baik secara langsung maupun melalui suatu kuasa yang diberikan kepada pihak lain. Pemilikan lebih kuat kedudukannya daripada penguasaan karena pada umumnya pihak yang memiliki benda juga menguasasi benda tersebut baik secara fisik maupun yuridis. Pengertian “penguasaan” dapat dipakai dalam arti fisik, juga dalam arti yuridis. Penguasaan yuridis dilandasi hak, yang dilindungi oleh hukum dan umumnya memberi kewenangan kepada pemegang hak untuk menguasai secara 6 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria Isi dan Pelaksaannya, Jilid 1 Hukum Tanah Nasional, Jakarta:Penerbit Djambatan, 2003 hal: 18. 33 fisik tanah yang dihaki. Tetapi ada juga penguasaan yuridis yang memberi kewenangan untuk menguasai tanah yang dihaki secara fisik, akan tetapi pada kenyataannya penguasaan fisiknya dilakukan oleh pihak lain. Misalnya apabila tanah yang dimiliki disewakan kepada pihak lain dan penyewa menguasainya secara fisik atau tanah tersebut dikuasai secara fisik oleh pihak lain tanpa hak. Dalam hal ini pemilik tanah berdasarkan hak penguasaan yuridisnya berhak untuk menuntut diserahkannya kembali tanah yang bersangkutan secara fisik kepadanya. Dalam Hukum Tanah dikenal juga penguasaan yuridis yang tidak memberi kewenangan untuk menguasai tanah yang bersangkutan secara fisik. Kreditor pemegang hak jaminan atas tanah mempunyai hak penguasaan yuridis atas tanah yang menjadi agunan, tetapi penguasaannya secara fisik tetap ada pada yang memiliki tanah yang bersangkutan. Sejarah Hukum Agraria di Indonesia menunjukan ada dua fase penerapan Hukum Agraria yang membawa pengaruh pada pemilikan dan penguasaan tanah. Marihot Pahala Siahaan menerangkan tentang fase penerapan hukum agraria sebagai berikut: ” Kedua fase ini dibatasi oleh suatu titik waktu, yaitu tanggal 24 September 1960 yang merupakan saat diundangkan dan berlakunya Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang biasanya disingkat UUPA. Fase pertama adalah masa sebelum diundangkannya UUPA sedangkan fase kedua adalah masa berlakunya UUPA sampai sekarang”. 7 7 Marihot Pahala Siahaan, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Teori Praktek, Divisi Buku Perguruan Tinggi, Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada, 2003, .hal : 129 34 Fase sebelum berlakunya UUPA di Indonesia berlaku Hukum Agraria Adat yang diperuntukkan bagi penduduk Indonesia asli atau pribumi yang tunduk pada Hukum Adat, dan Hukum Agraria Barat yang diperuntukkan bagi penduduk Indonesia yang tunduk pada Hukum Perdata Barat golongan Eropa dan Timur Asing. Hukum Agraria Adat mengenal Hak Atas Tanah yang meliputi Hak Ulayat, Hak Milik Adat yang diakui berdasarkan ketentuan ketentuan Hukum Adat. Hukum Agraria Barat melahirkan Hak Atas Tanah seperti Hak Eigendom, Hak Opstal, Hak Erfpacht, Hak Gebruik dan sebagainya. Dualisme hukum yang dialami bangsa Indonesia baru dapat diakhiri dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria UUPA tanggal 24 September 1960. Dengan berlakunya UUPA maka hanya ada satu Hukum Agraria Nasional yang berlaku di Indonesia. Demikian pula Hak Atas Tanahnya, dikonversi dengan Hak Atas Tanah berdasarkan UUPA. Hak Atas Tanah yang dimiliki oleh orang atau badan hukum sebelum berlakunya UUPA dikonversi sesuai dengan Hak Atas Tanah yang diatur dalam UUPA.

2.1.2. Kewajiban Pemegang Hak Atas Tanah