Larangan Bagi Pemegang Hak Atas Tanah Batasan Bagi Pemegang Hak Atas Tanah

36 Selain apa yang ditentukan dalam pasal-pasal di atas, dalam menghadapi kasus-kasus konkrit perlu diperhatikan juga kewajiban-kewajiban yang secara khusus dicantumkan dalam surat keputusan pemberian haknya atau dalam surat perjanjiannya serta dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.1.3. Larangan Bagi Pemegang Hak Atas Tanah

Hak Atas Tanah juga berisi larangan-larangan yang harus diperhatikan oleh pemegang Hak Atas Tanah yaitu: a. Larangan menguasai tanah melampaui batas sebagaimana diatur dalam Pasal 7 dan Pasal 17 UUPA. Pasal 7 menetapkan bahwa untuk tidak merugikan kepentingan umum maka kepemilikan tanah dan penguasaan tanah yang melampaui batas tidak diperkenankan. Ketentuan pasal tersebut bertujuan untuk mengakhiri dan mencegah bertumpuknya tanah di tangan golongan- golongan dan orang-orang tertentu saja. Larangan Pasal 7 tersebut bukan hanya pemilikan tanah yang melampaui batas tetapi juga penguasaannya. Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 7 tersebut perlu diadakan penetapan batas maksimum tanah yang boleh dikuasai seseorang atau keluarganya sebagaimana yang diatur dalam Pasal 17 bahwa dalam waktu yang singkat perlu diatur luas maksimum tanah yang boleh dipunyai dengan sesuatu hak oleh satu keluarga atau badan hukum dan tanah-tanah yang merupakan kelebihan dari batas maksimum tersebut akan diambil oleh Pemerintah dengan ganti kerugian, untuk selanjutnya dibagikan kepada rakyat yang membutuhkan. 37 b. Larangan pemilikan tanah secara absentee. Pada pokoknya dilarang kepemilikan tanah pertanian oleh orang yang bertempat tinggal di luar kecamatan tempat letak tanahnya. Larangan tersebut tidak berlaku terhadap pemilik yang bertempat tinggal di kecamatan yang berbatasan dengan kecamatan tempat letak tanah yang bersangkutan, asal jarak antara tempat tinggal pemilik dan tanahnya menurut pertimbangan masih memungkinkan untuk mengerjakan tanah tersebut secara efisien. c. Larangan pemecahan pemilikan tanah pertanian. Dalam Pasal 9 Undang- Undang Nomor 56 Prp Tahun 1960 dijumpai ketentuan yang bertujuan untuk mencegah pemecahan pemilikan tanah-tanah pertanian menjadi bagian-bagian yang kurang dari 2 dua hektar, dengan mengadakan pembatasan terhadap pemindahan Hak Milik atas tanah-tanah pertanian.

2.1.4. Batasan Bagi Pemegang Hak Atas Tanah

Hak Atas Tanah memberi kewenangan kepada pemegang haknya untuk mempergunakan tanah yang dihaki, ini yang merupakan kewenangan umum, artinya merupakan isi tiap Hak Atas Tanah. Kewenangan inipun ada pembatasannya. Pembatasan yang bersifat umum misalnya adalah bahwa dalam menggunakan tanah yang bersangkutan termasuk tubuh bumi, air serta ruang yang ada di atasnya hanyalah sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas menurut UUPA atau peraturan hukum lain yang lebih tinggi contohnya jika akan membuat ruang bawah tanah yang akan mempergunakan bagian tubuh bumi haruslah disesuaikan 38 dengan kepentingan langsung pemilik tanah sehingga penggunaan tubuh bumi tersebut tidak terlampau jauh. Penggunaan wewenang tersebut tidak boleh menimbulkan kerugian bagi pihak lain atau mengganggu pihak lain. Dalam hubungan ini dikenal apa yang disebut “ajaran penyalahgunaan hak”. Pembatasan dalam menggunakan hak tersebut dapat pula terletak pada sifat dari haknya sendiri, contohnya Hak Guna Usaha yang memberikan hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh negara, dalam jangka waktu tertentu, guna perusahaan pertanian, perikanan atau peternakan. Ketentuan- ketentuan khusus yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah juga merupakan pembatasan kewenangan penggunaan tanah yang bersangkutan.

2.2. Hak Atas Tanah Mempunyai Fungsi Sosial