33
Dengan status sosial mereka yang lebih rendah, penduduk miskin juga mempunyai kekuatan yang lebih sedikit untuk menyuarakan keluhannya, atau untuk
mendapatkan bantuan dari pihak yang berwenang.
2. Gaya Hidup
Gaya hidup adalah cara seseorang dalam menjalani dan melakukan dengan berbagai hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pergeseran norma
selalu terjadi di mana saja apalagi dalam tatanan masyarakat yang dinamis. Norma kehidupan, norma sosial, bahkan norma hukum seringkali diabaikan demi mencapai
sesuatu tujuan Gunarsa, 2003:20. Kecenderungan melacurkan diri pada banyak anak untuk menghindari kesulitan hidup. Selain itu untuk menambah kesenangan
melalui jalan pintas. Menjadi pekerja seks komersial dapat terjadi karena dorongan hebat untuk memiliki sesuatu. Jalan cepat yang selintas terlihat menjanjikan untuk
memenuhi sesuatu yang ingin di miliki. Gaya hidup yang cenderung mewah juga dengan mudah ditemui pada diri
pekerja seks. Ada kebanggaan tersendiri ketika menjadi orang kaya, padahal uang tersebut diketahui diperoleh dari mencari penghasilan sebagai seorang pekerja seks.
Gaya hidup menyebabkan makin menyusutnya rasa malu dan semakin jauhnya norma-norma dari orang-orang yang terlibat dalam praktek prostitusi. Pergeseran
sudut pandang mengenai nilai-nilai budaya yang seharusnya di anut telah membuat gaya hidup mewah dipandang sebagai gaya hidup yang harus dimiliki.
3. Kegagalan Kehidupan Keluarga
Keluarga adalah unit sosial paling kecil dalam masyarakat yang perannya besar dalam perkembangan sosial, terlebih pada fase awal perkembangan yang
34
menjadi landasan bagi perkmebangan kepribadian selanjutnya. Di dalam keluarga ditemukan berbagai elemen dasar yang membentuk kepribadian seseorang. Orang tua
menjadi faktor penting dalam menanamkan dasar kepribadian yang ikut menentukan corak dan gambaran kepribadian seseorang. Perilaku negatif dan sebagainya adalah
akibat dari suasana dan perlakuan negatif yang dialami anak dalam keluarga. Hubungan antara pribadi dalam keluarga yang meliputi hubungan antara orang tua ,
saudara, menjadi faktor yang penting munculnya perilaku yang tidak baik.
4. Teman Sebaya
Kelompok bermain atau yang sering disebut teman sebaya peer groups memiliki peran penting dalam tumbuh kembang anak. Teman sebaya berfungsi
memberikan informasi dan perbandingan tentang dunia di luar keluarga. Sebagai contoh, dalam sebuah studi, hubungan teman sebaya yang buruk pada masa kanak-
kanak berhubungan dengan di keluarkannya si anak dari sekolah dan perilaku buruk selama masa remaja anak tersebut Roff, Sells Golden, 1972. Sebaliknya, dalam
sebuah studi yang lain hubungan teman sebaya yang harmonis pada masa remaja dihubungkan dengan kesehatan mental yang positif pada usia paruh baya
Hightower, 1990. Kontribusi sebuah persahabatan pada status teman sebaya memberikan
banyak manfaat. Antara lain manfaat pertemanan, dalam persahabatan memberikan anak seorang teman yang akrab yang bersedia untuk menghabiskan waktu dan
bergabung dalam aktivitas kolaboratif. Selain itu juga, seorang sahabat dapat memberikan bantuan kapanpun dibutuhkan, sahabat dapat memberikan dukungan
sosial, dapat memberikan suatu hubungan yang hangat, penuh kepercayaan, sehingga timbul rasa nyaman dan adanya keterbukaan untuk berbagi informasi pribadi.
35
Namun ada hal yang perlu diperhatikan perihal yang tidak menguntungkan dari persahabatan teman sebaya. Karena teman sebaya memiliki peran yang
dominan, pengaruh apapun baik positif maupun negatif akan direspon anak sebagai bentuk dukungan atas nama solidaritas teman sebaya. Pengaruh inilah yang
menyebabkan anak terjerumus dalam dunia prostitusi. Selain teman sebaya, lingkungan lain yang memiliki faktor dominan yang menyebabkan anak menjadi
pekerja seks komersial adalah pacar. Atas nama cinta dan kesetiaan, hubungan seks akan menjadi lumrah dilakukan pada pasangan remaja. Bahkan di zaman sekarang,
seks bebas menjadi tren yang di ikuti banyak remaja. Hubungan individu inilah yang menyebabkan anak menjadi pekerja seks komersial. Bahkan tak jarang pasangannya-
lah yang akan menjual anak ke pada pelanggan.
36
2.4 Kerangka Pemikiran
Anak adalah anugerah yang di beri oleh Tuhan Yang Maha Esa dimana dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Tidak ada
yang bisa memungkiri hal tersebut, bahkan negara mengamininya dalam pertimbangan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Anak seharusnya memiliki empat hak dasar, yaitu: hak untuk bertahan hidup survival rights, hak untuk tumbuh dan berkembang development rights, hak atas
perlindungan protection rights dan hak untuk berpartisipasi participation rights. Ironisnya, kini banyak anak baik laki-laki maupun perempuan yang
bagaimanapun caranya menjadi pekerja seks komersial. Mereka mendapatkan penghasilan layaknya orang dewasa atas kerja keras mereka berupa uang atau
barang. Seringkali anak dianggap sudah bisa menanggung hidup sendiri dan mengabaikan hak-hak dasar anak tersebut. Orang dewasalah yang seringkali
menganggap bahwa anak sudah dewasa. Meskipun di beberapa kasus, justru sesama anak yang menjadi pelaku perdagangan anak.
Tetapi tidak ada yang bisa memastikan apa faktor yang menyebabkan anak menjadi pekerja seks komersial anak. Apakah lingkungan berperan aktif menjadi
faktor penyebab anak menjadi pekerja seks komersial anak. Untuk itulah penelitian ini dilakukan untuk mengklasifikasikan faktor-faktor penyebab anak menjadi
pekerja seks komersial. Untuk mempermudah memahami kerangka pemikiran ini, maka peneliti
membuat bagan alur pemikiran, sebagai berikut: