Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendekatan Kelompok

(1)

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

MELALUI PENDEKATAN KELOMPOK

Kasus Pemberdayaan Masyarakat Miskin melalui

Pendekatan K elompok Usaha Bersama (KUBE)

Oleh:

JOYAKIN TAMPUBOLON

PROGRAM STUDI ILMU PENYULUHAN PEMBANGUNAN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006


(2)

ii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Pemberdayaan Masyarakat melalui Pendekatan Kelompok: Kasus Pemberdayaan Masyarakat Miskin melalui Pendekatan Kelompok Usaha Bersama(KUBE) adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Jakarta, Maret 2006 Yang Membuat Pernyataan,

JOYAKIN TAMPUBOLON NRP: P0560001


(3)

iii

ABSTRAK

JOYAKIN TAMPUBOLON. Pemberdayaan Masyarakat melalui Pendekatan Kelompok: Kasus Pemberdayaan Masyarakat Miskin melalui Pendekatan Kelompok Usaha Bersama (KUBE). Dibimbing oleh BASITA GINTING (KETUA), MARGONO SLAMET, DJOKO SUSANTO, SUMARDJO (Anggota)

Sejak dulu hingga sekarang upaya penanganan kemiskinan terus dilakukan oleh pemerintah. Berbagai kebijakan dan program sudah banyak diluncurkan dalam rangka penanggulangan kemiskinan, namun pemasalahan kemiskinan tidak pernah terselesaikan sampai tuntas hingga sekarang. Sejak 1984 Departemen Sosial telah menawarkan satu program pemberdayaan kepada fakir miskin melalui pendekatan KUBE namun keberhasilannya kurang optimal. Karena itu, KUBE menjadi menarik untuk diteliti

Tujuan penelitian: (a) mengkaji sejauh mana tingkat kedinamisan kehidupan KUBE dan keberhasilan KUBE, (b) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kedinamisan KUBE, (c) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan KUBE, (d) mengidentifikasi faktor utama penentu keberhasilan KUBE dan (e) merumuskan model yang efektif pemberdayaan fakir miskin melalui pendekatan KUBE.

Populasi penelitian adalah KUBE kelompok fakir miskin yang sudah berdiri semenjak (minimal) 4 tahun hingga tahun 2004. Responden yang dijadikan sampel dalam penelitian sebanyak 224 orang anggota KUBE dari 61 KUBE dengan teknik penarikan sampel adalah stratified random sampling, yang terdiri dari: dua orang pegurus KUBE, dan dua orang anggota dari setiap kelompok KUBE. Sedangkan lokasi penelitian meliputi 3 wilayah provinsi, yaitu: Propinsi Sumatera Utara; Propinsi Jawa Timur; dan Propinsi Kalimantan Timur yang dipilih secara purposive. Disain penelitian menggunakan deskripsi analisis eksploratorif dan korelasional. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumentasi, survey, serta dengan menggunakan instrumen wawancara berstruktur (setengah terbuka) , dan observasi berstruktur.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, jenis usaha ekonomis produktif KUBE dikelompokkan dalam tiga kategori: (a) KUBE Harian, (b) KUBE

Bulanan, (d) KUBE Tahunan. Hasil menunjukkan 59,02 % KUBE merupakan

KUBE Harian. Kedinamisa n KUBE dikelompokkan dalam 3 kategori, yaitu (a)

dinamis inklusi, (b) dinamis aktif, dan (c) dinamis inovatif. Hasil penelitian menunjukkan 85,2 % KUBE kategori aktif. Sekitar 93,8 % keberhasilan aspek sosial KUBE berada dalam kategori sedang, dan sebesar 95,5 % keberhasilan aspek ekonomi berada pada kateori sangat rendah. Lemahnya keberhasilan aspek ekonomi ini karena variabel pengguliran, tabungan, pengembangan jenis usaha, dan pengelolaan IKS belum berjalan dengan baik.

Dinamika kehidupan KUBE dipengaruhi terutama oleh: tingkat pendidikan anggota KUBE, modal awal yang dimiliki, pelatihan yang diikuti responden, motivasi responden untuk tergabung dalam KUBE, proses pendampingan, bantuan yang diterima (uang dan per alatan), proses pembentukan KUBE, norma dan nilai budaya yang berlaku, peluang pasar yang ada, keterkaitan kelompok dengan tokoh formal dan informal, dan jaringan kerja yang dibangun. Tingkat keberhasilan KUBE dipengaruhi terutama oleh pembinaan kelompok, kepuasan


(4)

iv

anggota, kepemimpinan kelompok, keefektifan kelompok, kekompakan kelompok, fungsi tugas kelompok, dan tujuan kelompok.

Ada 5 faktor utama eksistensi KUBE, yaitu: aset (asset), kemampuan (ability), kemasyarakatan (community), komitmen (commitment), pasar (market)

selanjutnya diberi nama “KONSEP PEMBERDAYAAN ABCCM”. Tiga faktor kedinamisan KUBE, yaitu: pendampingan (guide), jaringan kerjasama (networking), dan inovasi (innovation). Ada beberapa variabel yang saling mempengaruhi dalam model, yaitu variabel dinamika kehidupan KUBE dipengaruhi pola pemberdayaan, karakteristik individu KUBE, dan lingkungan sosial KUBE. Sedangkan variabel tingkat keberhasilan KUBE dipengaruhi oleh dinamika kehidupan KUBE.

Model yang dihasilkan disusun dalam tujuh tahap dan harus dilakukan secara bertahap dan konsisten, yaitu (a) pemahaman kondisi awal, (b) sosialisasi program, (c) pembentukan kelompok, (d) pelaksanaan ABCCM, (e) operasionalisasi usaha, (f) inovasi usaha, dan (g) evaluasi keberhasilan KUBE..

Didasarkan pada hasil penelitian disarankan beberapa hal perlu disarankan. P erlu mengkaji ulang kebijakan-kebijakan yang berkaitan - terutama

dengan: (a) tingkat pendidikan anggota KUBE, (b) modal awal yang dimiliki, (c) pelatihan yang diikuti anggota KUBE, (d) motivasi anggota untuk tergabung dalam KUBE, (e) proses pendampingan, (f) bantuan yang diberikan (uang dan peralatan), (g) proses pembentukan KUBE. (h) norma dan nilai budaya yang berlaku, (i) peluang pasar yang ada, (j) keterkaitan kelompok dengan tokoh formal dan informal, (k) jaringan kerja yang dibangun, (l) pembinaan kelompok, (m) kepuasan anggota, (n) kepemimpinan kelompok, dan (o) keefektifan kelompok

Dalam penerapan model harus mengikuti 7 tahapan yang harus dilalui secara berur utan dan konsisten yang dimulai dari (a)pemahaman kondisi awa l; (b) sosialisasi program (c) pembentukan kelompok; (d) pelaksanaan “ABCCM” (e) operasionalisasi usaha ; (f) inovasi usaha ; dan (g) evaluasi keberhasilan KUBE. Ada beberapa faktor yang harus mendapat tekanan dalam penerapan model, yaitu: (a) konsep pemberdayaan ABCCM, meliputi: aset, kemampuan, kemasyarakat, ko mitmen, pasar, pendampingan , jaringan kerjasama, inovasi, (b) jenis sifat kegiatan KUBE, meliputi: harian, bulanan, semesteran, (c) kedinamisan KUBE, meliputi: inklusi, aktif dan inovatif.

Mengingat keterbatasan-keterbatasan yang ada pada anggota KUBE maka pendampingan masih sangat diperlukan hingga jangka waktu tertentu. Guna mempercepat akses KUBE terhadap keuangan, maka eksistensi Lembaga Keuangan Mikro (LKM) masih diperlukan sehingga dapat mempercepat akses KUBE terhadap kebutuhan modal yang senantiasa berkembang.

KUBE harus terintegrasi dengan teknologi tepat guna , karena, itu pihak perguruan tinggi khususnya Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) perlu bekerja sama dengan KUBE dan lebih proaktif dalam pengembangan inovasi KUBE


(5)

v

ABSTRACT

JOYAKIN TAMPUBOLON. The Community Empowerment through The Group Approach: The Empowerment Case of The Poverty Community through The Group of Sharing Economic Business Approach. Under the direction of BASITA GINTING (Promoter), MARGONO SLAMET, DJOKO SUSANTO, and SUMARDJO (Co-Promoter).

The objectives of the study are: (a) to overview the level of the dynamic of KUBE’s life, (b) to identify factors which effect the level of KUBE’s success is, (d) to identify main components which determine KUBE’s success and (e) to formulate an effective empowerment model for poor society through modified KUBE approach.

The type of productive economical business of KUBE it is necessary classified in three categories : (a) Daily KUBE, (b) Monthly KUBE, (c) Annual

KUBE. The result shows 59.02 percent of KUBE is Daily KUBE. The dynamic

of KUBE need to be classified in three categories, they are (a) inclusion dynamic, (b) active dynamic, and (c) innovative dynamic. The result of the research shows 85.2 percent of KUBE is active category. It is about 93.8 percent of the success of social aspect of KUBE at medium category and 95.5 percent the success of economy aspect at very low category. The weak of success of economy aspect because the variable of turning time, saving, development of business variation, management of IKS have not run well.

Dynamic of KUBE life is effected strongly by the level of education of KUBE members, initial asset owned, training is taken by members, the motivation of the members to join KUBE, guiding process, aids gotten (money and tools), process of building KUBE, norms and values of culture existed, the opportunity of market, the involve of groups with informa l and formal doer, and networking built. The level of the success of KUBE is effected strongly by guiding group, the satisfaction of members, the leadership of group, the effective of group, the harmony of group, the function of group work and the purpose of group. There are 5 main components of KUBE existence, they are: asset, ability, community, commitment, named “ABCCM Empowerment Concept”.

The three of KUBE dynamic, they are: guide, networking and innovation. There are some variables effect each other in model, that is, variable of dynamic life of KUBE is effected by empowerment pattern, the characteristic of the individual KUBE and society environment of KUBE. Meanwhile the variable of the success level of KUBE is effected by the dynamic of KUBE life. M odel that has been formulated consist of seven phase and must be done step by step and consistently, those are: (a) understanding of the beginning condition, (b) program socialization, (c) forming of group, (d) application of ABCCM, (e) business operationalization, (f) business innovation, and (g) evaluate efficacy of KUBE. Key word: Empowerment, Group , Poverty


(6)

vi

Hak cipta milik Joyakin Tampubolon, tahun 2006

Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk


(7)

vii

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

MELALUI PENDEKATAN KELOMPOK

Kasus Pemberdayaan Masyarakat Miskin melalui

Pendekatan Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

Oleh:

JOYAKIN TAMPUBOLON

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan (PPN)

PROGRAM STUDI ILMU PENYULUHAN PEMBANGUNAN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006


(8)

viii

Judul Disertasi : Pemberdayaan Masyarakat mela lui Pendekatan Kelompok: Kasus Pemberdayaan Masyarakat Miskin melalui Pendekatan Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

Nama : Joyakin Tampubolon

NRP : P05600001

Program Studi : Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Disetujui: Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Basita Ginting Sugihen, MA Prof. Dr. H. Margono Slamet, MSc

Ketua Anggota

Prof. Dr. Ign. Djoko Susanto, SKM, APU Dr. Ir. Sumardjo, MS

Anggota Anggota

Diketahui,

Dekan Ketua Program Studi Sekolah Pascasarjana Ilmu Penyuluhan Pembangunan Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Amri Jahi, MSc Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS.


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia -Nya, disertasi yang berjudul: Pemberdayaan Masyarakat

melalui Pendekatan Kelompok ini dapat diselesaikan. Disadari bahwa bukan

karena limpahan ramah-Nya semua ini tidak akan dapat dilaksanakan. Berbagai tantangan dan hambatan sudah dihadapi dalam rangka penyelesaiaan studi ini khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian mulai dari penyusunan proposal, terutama pada pelaksanaan penelitia n di lapangan hingga penyusunan laporan disertasi ini. Tetapi karena lindungan-Nya semua dapat diatasi dengan baik.

Sejak dulu hingga sekarang upaya-upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat kelompok yang kurang mampu sudah banyak dilakukan oleh pemerintah. Berbagai kebijakan dan program sudah banyak diluncurkan, seperti Memantapkan Program Menghapus Kemiksinan (MPMK), Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan (GARDUTASKIN), Inpres Desa Tertinggal (IDT), hingga Bantuan Lansung Tunai Rumah Tangga Miskin (BLTRTM), tetapi kondisi yang ada belum berpihak pada kelompok ini. Berbagai tantangan dan hambatan selalu silih berganti, seperti nilai tukar rupiah terhadap dolar yang tidak stabil, kerusakan terjadi diberbagai daerah, bencana alam terjadi di mana-mana , harga BBM naik, dan lain-lain. KUBE merupakan salah satu bentuk pemberdayaan yang ditujukan pada kelompok ini. Diperkirakan semenjak program ini dimulai tahun 1984 sudah lebih dari 35.000 KUBE sudah diberdayakan, namun keberhasilannya belum diketahui secara past i. Sampai tahun 2010 Departemen Sosial merencanakan akan memberdayakan + 300.000 KUBE fakir miskin. Didasarkan pada kondisi tersebut, eksistensi KUBE ini menjadi sesuatu yang sangat strategis untuk diteliti.

Dalam memahami hasil penelitian ini, perlu mendalami apa sesungguhnya yang dimaksud dengan KUBE. KUBE dalam penelitian ini sebagai media dalam melakukan berbagai aktivitas kelompok yang pada intinya meliputi dua hal yaitu aktivitas yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan sosial atau Usaha -usaha Kesejahteraan Sosial (UKS) dan kegiatan yang bersifat ekonomis produktif. Dalam mendalami KUBE sebagai suatu media, penulis mencoba menerapkan


(10)

x

teori-teori kelompok untuk mendalami sejauh mana kedinamisan KUBE mampu meningkatkan keberhasilan KUBE. Ada 9 unsur dinamika kehidupan KUBE yang dianggap relevan dalam mendalami KUBE sebagai suatu media aktivitas kelompok, yaitu: (a) tujuan kelompok, (b) struktur kelompok, (c) fungsi tugas kelompok, (d) pembinaan kelompok, (e) kekompakan kelompok, (f) keefektivan kelompok, (g) kepemimpinan kelompok dan (h) kepuasan kelompok. Karena itu pemahaman KUBE dalam penelitian harus dilihat sebagai media perwujudan aktivitas kelompok.

Untuk melihat bagaimana keberhasilan pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan KUBE, penulis mengambil sampel KUBE-KUBE yang dikategorikan berhasil sebanyak 61 KUBE. Penulis mengambil lokasi di tiga Provinsi, yaitu: Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Kalimantan Timur. Alasan pemilihan lokasi ini, karena di ketiga wilayah provinsi kebehasilan KUBE relatif lebih baik dibandingkan dengan provinsi lainnya. Kedua, persentase kelompok miskin relatif besar dibandingkan dengan jumlah penduduk masing-masing wilayah.

Ada lima tujuan penelitian yang diharapkan dapat diungkapkan melalui penelitian ini, yaitu: pertama, menggali seberapa besar tingkat kedinamisan kehidupan dan keberhasilan KUBE; kedua , mengindentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kedinamisan kehidupan KUBE; ketiga, mengindentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan KUBE; keempat, mengindentifikasi faktor utama penentu keberhasilan KUBE, dan kelima, merumuskan model pemberdayaan masyarakat yang efektif melalui pendekatan KUBE.

Penulis berdoa dan memohon mudah-mudah hasil penelitian ini dapat lebih meningkatkan efektivitas proses pemberdayaan masyarakat kelompok miskin sehingga bantuan pertolongan yang ditujukan kepada mereka benar-benar dapat memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan sosial mereka menjadi lebih baik. Amin.

Jakarta, Maret 2006 Penulis,


(11)

xi

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Pealinta suatu perkampungan di desa Siabal-abal II Kecamatan Sipahutar, Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 2 September 1960, putra bungsu dari enam bersaudara dari keluarga (alm) St Meman Tampubolon dan (alm) Karolina br Panjaitan, telah menikah dengan Merry Hutabarat, SE. Pada tanggal 15 Juni 1993 dan sudah dikaruniai tiga anak: Barata Teddy Irwanto Tampubolon (11 tahun), Sri Pascarini Agustina Tampubolon (11) dan Mastro Septri Johan Tampubolon (9 tahun).

Pada usia 7 tahun penulis masuk sekolah SD Negeri Lumbanjulu dan lulus tahun 1974, Sekolah Menengah Tingkat P ertama di SMP Negeri Sipahutar lulus 1977, Sekolah Menengah Tingkat Atas di SMA Negeri Siborong-borong semua di dan lulus tahun 1981. Karena prestas i yang dicapai selama pendidikan SMP, penulis menerima beaswiswa mulai dari kelas I hingga kelas III SMA. Pada tahun 1986 setelah bekerja di Departemen Sosial RI, penulis melanjutkan pendidikan Diploma III di Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung dengan status Tugas Belajar utusan dari Kanwil Departemen Sosial Propinsi Sumatera Utara lulus tahun 1989 (lulusan terbaik III). Setahun kemudian dengan tetap sebagai status Tugas Belajar dari kantor yang sama melanjutkan pendidikan pada sekolah yang sama (STKS Bandung) pada jenjang S1 lulus tahun 1992 (lulusan terbaik III). Pada tahun 1995 penulis kembali mendapat kesempatan dengan status Tugas Belajar melanjutkan pendidikan Program Magister (S2) di Universtas Indonesia jurusan Sosiologi kekhususan Kesejahteraan Sosial lulus tahun 1997. Kemudian pada tahun 2000 penulis kembali melanjutkan pendidikan Program Doktor di Institut Pertanian Bogor Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan. Selama sekolah di SD, SMP dan SMA penulis selalu aktif dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler sekolah, seperti anggota dan pengurus Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), Palang Merah Remaja, kegiatan Kegiatan Kerohanian Remaja, kegiatan Kesenian Remaja, Kegiatan Pramuka dan kegiatan-kegiatan lainnya. Pada tahun 1978-1979 semasa pendidikan di SMA penulis sebagai Koordinator Bidang Kesenian OSIS SMA Negeri Siborong-borong. Selama mengikuti pendidikan di STKS Bandung baik pada jenjang Diploma maupun


(12)

xii

Sarjana, penulis aktif dalam kegiatan ektrakurikuler mahasiswa. Selama periode 1987-1989 penulis terpilih sebagai Sekretaris HIMA STKS Bandung, pada periode yang sama juga terpilih sebagai Wakil Ketua dan pelatih Paduan Suara mahasiswa Mahaswiswa STKS Bandung. Pada tahun 1991-1992 terpilih sebagai Ketua Badan Pengawas Harian Koperasi STKS Bandung. Dalam kegiatan kerohanian Kristen baik selama mengikuti pendidikan Diploma maupun jenjang S1 penulis aktif sebagai pelatih Paduan Suara Keluarga Mahasiswa Kristen (KMK) STKS Bandung. Selain itu, penulis juga terpilih beberapa kali sebagai Ketua Kelas dan aktif dalam berbagai kegiatan kepanitiaan yang dilaksanakan oleh STKS Bandung seperti: Dies Natalis, Wisuda, Ospek Mahasiswa Baru, dan lain-lain.

Sejak tahun 1983 penulis diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil di Departemen Sosial RI dan bertugas di Kantor Wilayah Departemen Sosial Propinsi Sumatera Utara pada Sub Bagian Kepegawaian hingga tahun 1986. Pada tahun 1986-1989 mengikuti pendidikan Diploma III di STKS Bandung dengan status Tugas Belajar. Pada tahun 1989 kembali bertugas di Kanwil P ropinsi Sumatera Utara dan dipindakan pada Bidang Penyusunan Program hingga tahun 1990. Selama periode 1989 hingga 1990 penulis aktif sebagai penulis berbagai Pedoman, Juknis dan Juklak yang diadakan oleh Kanwil Departemen Sosial Provinsi Sumatera Utara. Pada tahun 1990-1992 penulis kembali mendapat kesempatan mengikuti pendidikan jenjang S1 di STKS Bandung dengan status Tugas Belajar. Pada tahun 1993-1995 kembali bertugas di Kanwil Departemen Sosial Propinsi Sumatera Utara. Pada tahun 1995-1997 penulis kembali mengikuti pendidikan di Universitas Indonesia untuk Program Magister dengan status Tugas Belajar. Setelah selesai mengikuti pendidikan S2, penulis dipindahkan ke Departemen Sosial pusat dan ditempatkan di Pusdiklat Pegawai Seksi Penyusunan Kurikulum. Setahun kemudian diangkat menjadi Widyaiswara Muda (Tenaga Pengajar) Pusdiklat Pegawai Departemen Sosial hingga sekarang.

Berbagai seminar yang diikuti di antaranya adalah seminar Pengembangan Koperasi, seminar Remaja dan Pengaruh Lingkungannya, seminar Pengembangan Masyarakat dan Usaha Kesejahteraan Sosial dalam Perpektif Islam, Seminar Sosial Budaya, Seminar Nasional Profesi Pekerjaan Sosial


(13)

xiii

Modern. Seminar Nasional Isu-isu Masalah Sosial Strategik dan Isu-isu Global yang Berpengaruh terhadap Pembangunan Kesejahteran Sosial. Seminar Nasional Perspektif Ilmu Penyuluhan Pembangunan di Era Globalisasi.

Pelatihan yang pernah diikuti adalah Pelatihan Pendataan dan Perencanaan Bidang Kesejahteraan Sosial (1993) yang diadakan oleh Kanwil Departemen Sosial Provinsi Sumatera Utara, Pelatihan Traning Need Assessment (1998) dan Pelatihan Traning Need Analysis (1998) , Diklat TOT SPAMA (1999) yang diadakan Lembaga Adminstrasi Negara , TOT Kepemimpinan dan Pemberdayaan SDM (1999), Diklat Metodologi Pembelajaran (1999) yang diadakan oleh Departemen Sosial RI, Diklat ADUM (1999) dan Diklat SPAMA (2000) yang diadakan oleh Departemen Sosial bekerjasama dengan Lembaga Adminstrasi negara, Diklat Statistik (2001) yang diadakan oleh FMIPA Institut Pertanian Bogor.

Pengalaman la in yang diperoleh adalah sebagai Tenaga Pelatih / Fasilitor Diklat pada Pusdiklat Pegawai Departemen Sosial RI, Dinas Bimbingan Mental dan Kesejahteraan Sosial DKI Jakarta, Disigner dan Pelatih Out Bound Pusdiklat Pegawai Departemen Sosial RI. Tim Evaluasi Pelatihan Dasar Pekerjaan Sosial (PDPS) Pusdiklat Pegawai Departemen Sosial RI, Tim Pakar Pusdiklat Pegawai Depsos dan sebagai Tenaga Pengajar (Dosen) di STIA YAPPANN sejak 1999 hingga sekarang. Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan IPSPI (periode 1999-2004), Anggota Pengurus Bidang Hukum dan Pemerintahan IPSPI (2004-sekarang). Bertugas selama + 1 bulan setelah 3 hari terjadinya gempa bumi dan gelombang tsunami yang terjadi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussallam.

Pengkajian yang sudah dilakukan adalah Pengkajian dan Penyusun Kurikulum Diklat Out Bound, Diklat Penanggulangan Bencana, Diklat Penanganan Fakir Miskin melalui Pendekatan KUBE, Diklat Penanganan Pengungsi, Diklat Manajemen Pimpinan Panti, Diklat Jabatan Fungsional Pekerjaan Sosial, Pengkajian Kearifan Lokal Pasca Bencana Gempa Bumi dan Gelombang Tsunami di Aceh, dan pengkajian-pengkajian lainnya. Penelitian yang sudah dilakukan: penelitian tentang Integrasi WNI keturunan Asing dengan WNI Penduduk Masyarakat Setempat (1992) lokasi Bandung, Pelayanan Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GN -OTA) tahun 1997 lokasi Tangerang, Penelitian


(14)

xiv

Permasalahan Migran dan Model Pemberdayaannya (2003) 6 Provinsi, Penelitian Indikator Kemiskinan (2003) Uji Coba Model Pemberdayaan Keluarga dalam Rangka Mencegah Tindak Tuna Sosial oleh Remaja (2004) 9 Provinsi, Model Pemberdayaan Keluarga bagi Korban Bencana pasca bencana tsunami di Aceh (2005), Analisis Efektivitas Kebutuhan Anak melalui Sistem Panti dan Nonpanti (2005) di 6 wilayah Provinsi.

Jakarta, Maret 2006 Penulis


(15)

xv

UCAPAN TERIMA KASIH

Selama proses penyelesaian studi di Institut Pertanian Bogor (IPB) banyak bantuan maupun dukungan baik langsung maupun tidak langung yang saya terima dari berbagai pihak, terutama dalam penulisan disertasi ini. Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya pertama-tama saya sampaikan kepada pembimbing saya: Bapak Dr. Ir. Basita Ginting Sugihen, MA, selaku Ketua Komisi, Bapak Prof. Dr. H. Margono Slamet, MSc, Prof. Dr. Ign. Djoko Susanto, SKM, APU, dan Dr. Ir. Sumardjo , MS, selaku Anggota Komisi yang telah sudi menjadi pembimbing dan menyediakan waktu, tenaga dan pikiran di dalam proses pembimbingan selama penyusunan rancangan penelitian dan disertasi ini. Banyak masuk dan arahan-arahan yang saya terima yang pada akhirnya dapat diwujudkan seperti sekarang ini. Pada kesempatan ini juga saya memberikan ucapan terima kasih kepada jajaran IPB khususnya para tenaga adminstrasi Pascasarjana, mantan Ketua dan Ketua Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan Bapak Prof. Dr. H. Margono Slamet, MSc dan Dr. Ir. Amri Jahi, MSc. , serta staf pengajar dan tenaga adminstrasi program Ilmu Penyuluhan Pembangunan yang telah memberikan pelayanan selama mengikuti pendidikan di IPB bogor.

Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada . Kepada Bapak Drs. Chusnan Yusuf mantan Kepala Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial yang banyak memberikan dukungan dan dorongan untuk melanjutkan pendidikan ini. Kepada Bapak Drs. Agus Priyono, MAP, selaku Kepala Pusdiklat Pegawai Depsos RI dan jajarannya yang banyak memberikan dukungan, motivasi, fasilitas dan kemudahan-kemudahan kepada saya selama mengikuti pendidikan ini.

Selanjuntya kepada Bapak Drs. Abdul Malik, SH, MSi (Kepala Biro Kepegawaian dan Hukum Depsos ) beserta staf yang telah banyak memberikan pelayanan adminstrasi kepagawaian. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas dukungan materil yang diberikan kepada penulis melalui keikutsertaan penulis dalam berbagai kegiatan yang diadakan selama ini, kepada: Bapak Drs. Mulyono Machasi (mantan Direktur Bantuan Sosial Fakir Miskin Depsos RI) beserta staf, Bapak Drs. Charles Talimbo, MSi (Kepala Pusat Penyuluhan Sosial Depsos RI) beserta staf, Bapak Drs. Agus Chamdun, Msi (Kepala Pusat Data dan Informasi Depsos RI) beserta staf, Bapak Drs. MP. Rondang Siahaan, Msi


(16)

xvi

(Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Usaha Kesejahteraan Sosial Depsos RI) beserta staf, Dra. Sahawiyah Abdullah, Msi (Direktur Bina Pelayanan Korban Napza Depsos RI) beserta staf, Bapak Drs. Dedi Suhendi (Inspektur IV Bidang Penunjang) yang banyak memberikan perhatian selama ini.

Pada kesempatan ini juga disampaikan terima kasih kepada ennumerator yang telah banyak membantu selama penelitian: Banten (sebagai lokasi uji coba intrumen penelitian): Dra. Agustina (Depsos), Dra. Lis Nurhidayah (Depsos); Sumatera Utara: Marsitta Simbolon, S.Sos, Indah Rivanti, S.Sos, Harpen Simarmata, SKM (masing-masing LSM YAKMI), Dra. Alwanti Saragih (Pendamping); Jawa Timur: Teguh, S.Sos (Dinso Prov. Jatim), Drs. Edy (Dinso Kab. Nganjuk), Dra. Drs. Sofii (Dinso Kota Pasuaruan), Sugiarto (Dinso Kota Pasuruan), Dra. Nini (Dinso Kota Surabaya ); Kalimantan Timur: Sahuddin (Pasir), Itjul Ardana (Berau) dan Mahyudin (Pasir) masing-masing Anak Panti PSAA Dharma Dinso Provinsi Kaltim, dan Rusman (Pelaksana Kaseksi Bidang Ekonomi, Kantor Pemberdayaan Kotamasya Balikpapan), Dra. Nani (Kepala Kantor Dinas Kesejahteraan Sosial Pandeglang).

Terima kasih juga disampaikan pada teman-teman yang telah turut membantu pelaksanaan penelitian di daerah sehingga penelitian dapat diselesaikan tepat waktu, Sumut: Drs. Haris Pasi, Msi (Kepala Seksi Fakir Miskin, Dinso Provinsi Sumut), Drs. Mansyur Syah (Staf Seksi Pemberdayaan Fakir Miskin), Ramdono (Staf Sudin Pemberdayaan Dinso Provinsi Sumut), Ester Hutabarat, Aks (Ketua Yayasan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia, YAKMI); Dra. Redima Gultom, S.Sos (dalam peminjaman mobil); Jatim: Rachmat Syamsudin, SH (Kepala Panti PRSPP Teratai Surabaya, Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur yang sangat banyak membantu dalam memfasilitasi kegiatan penelitian), Dra. Sri Utami (Kasub Seksi Advokasi dan Perlindungan, Dinso Provinsi Jatim), Dra. Dwi Anti Sunarsih, Msi. (Staf Seksi Advokasi dan Perlindungan, Dinso Provinsi Jatim) yang sangat banyak membantu dan memfasilitasi pelaksanaan penelitian), Drs. Bayoe (Kepala Penyusunan Program, Dinso Provinsi Jatim), Hardyanto (Staf Seksi Advokasi dan Perlindungan, Dinso Provinsi Jatim) yang banyak berjasa sebagai driver selama di jawa Timur); Kalimantan Timur : Yusuf (Pelaksana Seksi Bantuan Fakir Miskin, Dinso Provinsi Kaltim) yang sangat banyak membantu dan


(17)

xvii

memfasilitasi pelaksaan penelitian di Provinis Kaltim, Dra. Dwi Hartini (Kasubag Tata Usaha PSAA Dharma Samarinda ) yang banyak membantu dan memfasilitasi pelaksanaan penelitian di Samarinda) , Drs. Maiwan Syam (Kepala Seksi Bantuan Sosial), Drs. Nomen Simarmata (Kasubdin Sarana, Prasarana dan Pengembangan Swadaya Masyarakat) yang telah banyak membantu dan memfasilitasi pelaksanaan penelitian di Balikpapan, Drs. Bambang Harjunadi (Kepala Seksi Bantuan Sosial, Dinas Pemberdayaan Perempuan, Keluarga Berencana dan Sosial Kabupaten Nganjuk) , Aep Saifullah (Kepala Seksi Bantuan Sosial Fakir Miskin, Dinas Sosial dan Kependudukan Provinsi Banten).

Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan terimah kasih yang sebesar-besarnya kepada: Kakanda tercinta Kel. Gr. BM. Tampubolon dan Kel Bapak Metua Drs. AM. Hutabarat, SH di Medan; Kel. Ir. Piter Nadeak dan Kel Silitonga/ br Simatupang (Bere ) di Balikpapan, Kel Rachmat Syamsudin, SH (Kepala Panti PRSPP Teratai Surabaya, Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur), di Surabaya, Kepala Panti Jompo dan Staf di Kotamadya Samarinda atas pelayanan yang diberikan selama pelaksanaan penelitian.

Kepada beliau yang telah bertindak sebagai Penguji dari luar Komisi, yaitu: Bapak Dr. Ir. Harry Hikmat, MSi., (Direktorat Bantuan Sosial Fakir Miskin Departemen Sosial RI) sebagai Penguji pada Ujian Tertutup yang diadakan pada tanggal 18 Januari 2006, Prof. Dr. Robert Lawang (Ketua Program Studi Pembangunan Sosial Pascasarjana Universitas Indonesia) dan Prof. Dr. Gunawan Sumodiningrat, M.EC. (Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial, Departemen Sosial RI) masing-masing sebagai Penguji Luar Komisi pada Ujian Terbuka yang diadakan pada tanggal 22 Maret 2006. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas masukan-masukan yang diberikan dalam penyempurnaan disertasi ini.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Dra. Lucy Sandra (Kepala Sub Bidang Metodologi dan Teknologi Pusdiklat Pegawai Depsos dan Dedi Simatupang (Bere) yang telah membantu dalam proses entri data hasil lapangan. Kepada Bapak Dr. Ir. Made Swande, MSi dan Drs. Bagus, MSi staf Pengajar Program Studi Statistik Institut Pertanian Bogor yang telah sudi meluangkan waktu dan tenaga dalam membimbing pengolaha n dan analisis data statistik


(18)

xviii

hingga penulisan akhir disertase ini. Kepada teman-teman seperjuangan di program Studi Ilmu Penyuluhan Pembanguan yang banyak membantu dan memberikan dukungan.

Pada kesempatan ini saya mengucapakan terima kasih kepada Bapak (Alm) Prof. Drs. Mangatas Tampubolon, MSc dan istri yang saya anggap sebagai orang tua saya yang telah membesarkan saya dan banyak memberikan dorongan dan motivasi bagi penulis untuk terus melanjutkan pendidikan hingga Program Doktor. Namun, sayang Beliau (A lm) sudah dipanggil oleh yang Maha Kuasa sebelum studi saya ini berakhir. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan tempat yang layak disisi-Nya.

Secara khusus, penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada istri tercinta Merry Hutaba rat SE, yang telah banyak membantu dan memberikan dorongan, semangat dan pengertian dalam penyelesaian studi ini. Hal yang sama juga disampaikan kepada Ananda tercinta: Barata Teddy Irwanto Tampubolon, Sri Pascarini Agustina Tampubolon dan Mastro Septri Johan Tampubolon atas semangat, dorongan dan pengertian yang diberikan dalam proses penyelesaian disertasi ini. Kepada (alm) Ibunda tercinta yang selalu berusaha dan berjuang keras untuk pendidikan anak-anaknya. Terima kasih atas perjuangan (alm) Ibunda ter cinta. Terima kasih disampaikan kepada Kakanda Gr. BM. Tampubolon, STh dan istri, Drs. Jintar Tampubolon, MPd dan istri yang terus menerus mendorong dan memotivasi penulis dalam penyelesaian studi ini, demikian juga kepada Bapak/Ibu Mertua St. Drs. AM. Hutabarat, SH yang telah banyak memberikan dukungan dalam penyelesaian studi ini.

Kepada semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan secara satu persatu dalam disertasi ini, atas bantuan dan dukungan yang diberikan pada penulis baik langsung maupun tidak langsung, diucapkan terima kasih. Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan, motivasi, dan perhatian diucapaka n terima kasih, kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan yang setimpal. Terima kasih.

Jakarta, Maret 2006,


(19)

xix

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xix

DAFTAR TABEL ... xx

DAFTAR GAMBAR ... xxiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxv

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Masalah Penelitian ... 6

Tujuan Penelitian ... 7

Kegunaan Penelitian ... 7

TINJAUAN PUSTAKA ... 9

Kemiskinan ... 9

Kelompok ... 16

Lingkungan Sosial ... 28

Kepemimpinan ... 29

Pemberdayaan ... 33

Keberhasilan Kelompok ... 39

Penyuluhan dan Pemberdayaan ... 45

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ... 49

Kerangka Pemikiran ... 49

Hipotesis Penelitian ... 64

METODE PENELITIAN ... 65

Populasi dan Sampel ... 65

Populasi penelitian ... 65

Teknik penarikan sampel ... 65

Sampel penelitian ... 67

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 67

Lokasi penelitian ... 67

Waktu penelitian ... 68

Disain Penelitian ... 68

Data dan Instrumen ... 68

Sumber data penelitian ... 68


(20)

xx

Peubah dan Pengukuran ... 69

Peubah-peubah penelitian ... 69

Pengukuran peubah ... 71

Validitas dan Reliabilitas ... 72

Ana lisis Data ... 76

Definisi Operasional dan Indikator Pengukuran ... 80

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 94

Gambaran Umum Kehidupan Masyarakat Miskin Lokasi Penelitian .. 94

Karakteristik Masyarakat Miskin ... 101

Pemberdayaan Mas yarakat Miskin ... 112

Lingkungan Sosial KUBE ... 123

Dinamika Kehidupan KUBE ... 132

Tingkat Keberhasilan KUBE ... 142

Kelompok sebagai Media Pemberdayaan ... 161

Konsep Pemberdayaan Masyarakat Miskin: Suatu Sintesis Hasil Kajian ... 164

Visi dan misi Pemberdayaan Masyarakat Miskin ... 164

Kedinamisan KUBE ...... 168

Keberhasilan KUBE ...... 172

Faktor yang Mempengaruhi Dinamika Kehidupan KUBE ... 177

Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan KUBE ... 196

Faktor Utama Penentu Keberhasilan KUBE ... 202

Model P emberdayaan yang Efektif bagi Pemberdayaan Masyarakat Miskin ... 220

Strategi Penerapan Model Pemberdayaan KUBE ... 229

Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin ...... 236

SIMPULAN DAN SARAN

... 239

Simpulan ... 239

Saran ... 242

DAFTAR PUSTAKA ... 245


(21)

xxi

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Indikator Garis Kemiskinan ... 15

2 Model Hipotetik Dinamika Kehidupan Kelompok ... 55

3 Model Hipotetik Paradigma Pola Pemberda yaan Masyarakat melalui KUBE ... 57

4 Model Hipotetik Aspek Lingkungan Sosial KUBE ... 59

5 Model Hipotetik Keberhasilan KUBE ... 60

6 Jumlah Sampel dan Wilayah Penelitian ... 67

7 Pengujian Kesahihan Hubungan Antara Variabel Utama ... 74

8 Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen ... 76

9 Indikator dan Parameter Karakteristik Individu Anggota Kelompok KUBE (X1) ... 82

10 Indikator dan Parameter Pola Pemberdayaan (X2) ... 84

11 Indikator dan Parameter Lingkungan Sosial (X3) ... 86

12 Indikator dan Parameter Dinamika Kehidupan Kelompok (Z1) ... 88

13 Indikator dan Parameter Tingkat Keberhasilan KUBE ... 92

14 Angka Garis Penduduk Miskin dan Miskin (Rp/Bln) ... 95

15 Jumlah Responden Menurut Kedudukan dalam KUBE dan Jenis Kelamin ... 101

16 Komposisi Tingkat Pendidikan dan Umur Anggota KUBE ... 104

17 Nilai Mean, Median, Modus, Minimum dan Maksimum dari Modal Awal, Bantuan yang Diterima ... 106

18 Pengelompokan KUBE berdasarkan Jenis Usaha yang Dikembangkan ... 107

19 Distribusi Jenis Usaha KUBE menurut Provinsi ... 108

20 Penerapan Pendekatan atau Me tode Pembinaan Kelompok .... 115

21 Reaksi atau Tanggapan Responden terhadap Metode yang Diterapkan ... 115

22 Nilai Mean, Median, Modus, Minimum dan Maksimum dari Modal Awal, Bantuan yang diterima, Modal Akhir dan Persentase Kenaikan Modal ... 153

23 Pendapatan Anggota dan Besarnya Tanggungan Keluarga ... 157

24 Banyaknya Jenis Usaha dan Pertambahan Jenis Usaha ... 158

25 Kriteria Pengelompokan Kedinamisan KUBE ... 171

26 Tingkat Keberhasilan Aspek Sosial menurut Provinsi ... 175

27 Tingkat Keberhasilan Aspek Ekonomi menurut Provinsi ... 176

28 Koefisien Korelasi antara Karakteristik Individu Anggota (X1) dengan Dinamika Kehidupan Kelompok (Y1) ... 181


(22)

xxii

29 Koefisien Korelasi antara Pola Pemberdayaan (X2) dengan

Dinamika Kehidupan Kelompok (Y2) ... 188 30 Koefisien Korelasi antara Lingkungan Sosial (X3) dengan

Dinamika Kehidupan Kelompok (Y1) ... 194 31 Koefisien Korelasi antara Dinamika Kehidupan KUBE (Y1)

dengan Tingkat Keberhasilan Sosial KUBE (Y21) dan Tingkat

Keberhasilan Ekonomi KUBE (Y21) ... 200 32 Nilai Hasil Pengujian Faktor Eksistensi dan

Kedinamisan KUBE ... 204 33 Jalur Lintasan dan besarnya Koefisien Lintas Pengaruh

Langsung tidak langsung serta Pengaruh Total ... 224 34 Kerangka Model Strategi Pemberdayaan Masyarakat


(23)

xxiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Jenis kelompok Berdasarkan Struktur Kelompok ... 21 2 Jenis kelompok Berda sarkan Fungsi Kelompok ... 21 3 Jenis kelompok Berdasarkan Pola Interaksi ... 22 4 Kerangka Pemikiran Pemberdayaan Masyarakat melalui

Pendekatan KUBE ... 63 5 Model Hubungan Antara Variabel ... 77 6 Persentase Penduduk Fakir Miskin dan Miskin terhadap Jumlah

Pendudukan masing-masing Wilayah ... 96 7 Tingkat Partisipasi Masyarakat Miskin menurut Pendidikan ... 97

8 Persentase Masyarakat Miskin yang berusia 15 tahun ke atas

menurut Angkatan Kerja dan Jenis Pekerjaan ... 97

9 Persentase Rumah Tangga Miskin menurut Kepemilikan Rumah .. 98

10 Persentase Rumah Tangga Miskin menurut Kondisi Rumah

Tidak Layak Huni ... 99

11 Bentuk Kegiatan Badan Usaha dalam Penanganan Permasalahan

Sosial ... ... 100

12 Persentase Komposis Umur Anggota KUBE ... 102

13 Komposisi Pendidikan Formal Anggota KUBE ... 103 14 Penghasilan Utama dan Waktu yang Paling Banyak Dihabiskan

untuk Bekerja ... 109 15 Persentase Kehadiran dalam Pertemuan ... 117 16 Besar Bantuan yang Diterima ... 118 17 Kesesuaian dan Besar Bantuan yang Diberikan ... 119 18 Peranan Pendamping sebagai Fasilitator, Katalisator dan

Dinamisator ... 121 19 Jaringan Kerjasama / Kemitraan Kerja yang Terbentuk ... 129 20 Pencapaian Tujuan Kelompok ... 133 21 Persentase Pertambahan Modal Usaha KUBE ... 154 22 Lama KUBE Berdiri ... 154 23 Pengguliran Bantuan ... 155 24 Besarnya Pendapatan Keluarga dan Anggota KUBE ... 156 25 Ketersediaan Tabungan untuk Jangka Waktu 1 bulan ... 158 26 Konsep Kedinamisan KUBE ... 169 27 Hubungan Dinamika Kehidupan Kelompok dengan Keberhasilan

Aspek Sosial ... 170 28 Tingkat Keberhasilan KUBE ... 173 29 Skema Pengujian Analisis Lintasan Pengaruh Karaktiristik

Individu Anggota KUBE (X1) dengan Dinamika Kehidupan

Kelompok (Y1) ... 182 30 Skema Pengujian Analisis Lintasan Pengaruh Pola

Pemberdayaan KUBE (X2) dengan Dinamika Kehidupan

Kelompok (Y1) ... 189 31 Skema Pengujian Analisis Lintasan Pengaruh Lingkungan Sosial


(24)

xxiv

32 Skema Pengujian Analisis Lintasan Pengaruh Dinamika

Kehidupan KUBE (Y1) terhadap Keberhasilan KUBE (Y2) ... 201 33 Unsur Konsep Pemberdayaan “ABCCM” ... 212 34 Pelaksanaan Kemitraan ... 217 35 Faktor Penentu Keberhasilan KUBE ... 220 36 Hasil Pengujian Analisis Lintasan Pemberdayaan Masyarakat

melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) ... 222 37 Model Pemberdayaan Masyarakat me lalui Pendekatan KUBE ... 227 38 Hubungan antara Penyuluhan dan Pemberdayaan ... 237


(25)

xxv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1a Pola Pemberdayaan Fakir Miskin Melalui Pendekatan KUBE ... 253 1b Model Umum Kelembagaan dan Pengorganisasian Program

Pemberdayaan Fakir Miskin ... 254 2a Pengujian Hubungan Karakteristik Individu Anggota KUBE

(X1) dengan Dinamika Kehidupan KUBE (Y1) ... 255 2b Pengujian Hubungan Pola Pemberdayaan KUBE (X2) dengan

Dinamika Kehidupan KUBE (Y1) ... 256 2c Pengujian Hubungan Lingkungan Sosial KUBE (X3) dengan

Dinamika Kehidupan KUBE (Y1) ... 257 2d Pengujian Hubungan Dinamika Kehidupan KUBE (Y1) dengan

Keberhasilan Aspek Sosial (Y21) ... 258 2e Pengujian Hubungan Dinamika Kehidupan KUBE (Y1) dengan

Keberhasilan Aspek Ekonomi (Y22) ... 259 2f Pengujian Hubungan Antara Variabel X1, X2, X3, Y1, Y22, dan

Y2 ... 260 2g Analisis Keragaman Varian antara Wilayah Propinsi ... 261 3a Pengujian Analisis Lintasan Pengaruh Karakteristik Individu

Anggota KUBE (X1), Pola Pemberdayaan (X2), dan Lingkungan

Sosial (X3) terhadap Dinamika Kehidupan KUBE (Y1) ... 262 3b Pengujian Analisis Lintasan Pengaruh Karakteristik Individu

Anggota KUBE (X1), Pola Pemberdayaan (X2), dan Lingkungan Sosial (X3), Dinamika Kehidupan KUBE (Y1) terhadap Tingkat

Keberhasilan KUBE (Y2) ... 263 3c Pengujian Analisis Lintasan Pengaruh Karakteristik Individu

Anggota KUBE (X1) terhadap Dinamika Kehidupan KUBE (Y1) .. 264 3d Pengujian Analisis Lintasan Pengaruh Pola Pemberdayaan (X2)

ter hadap Dinamika Kehidupan KUBE (Y1) ... 265 3e Pengujian Analisis Lintasan Pengaruh Lingkungan Sosial (X3)

terhadap Dinamika Kehidupan KUBE (Y1) ... 266 3f Pengujian Analisis Lintasan Pengaruh Dinamika Kehidupan

KUBE (Y1) dengan Tingkat Keberhasilan KUBE (Y2) ... 267 3g Pengujian Persamaan Tingkat Kedinamisan KUBE antara

Peubah Dinamika Kehidupan KUBE (Y1) terha da p Tingkat


(26)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Upaya penanganan kemiskinan sejak zaman pemerintah Orde Baru sudah dirasakan manfaatnya, terbukti dari jumlah penurunan jumlah penduduk miskin yang terjadi antara tahun 1976 hingga 1996. Pada tahun 1976 proporsi penduduk mis kin masih sekitar 40,1 persen dari jumlah penduduk, pada tahun 1996 proporsi penduduk miskin tinggal hanya 17,7 persen dari 185 juta penduduk Indonesia (BPS, 2002). Pada masa itu berbagai upaya dan kebijakan dilakukan dalam rangka mengentaskan kemiskinan.

Sejak terjadinya multi krisis ekonomi dan sosial yang melanda bangsa Indonesia sejak tahun 1997 hingga sekarang ini, terjadi peningkatan penduduk miskin secara fluktuatif. Pada tahun 1996 jumlah penduduk miskin hanya tinggal 17,7 persen dari penduduk Indonesia, pada tahun 1998 meningkat menjadi 24,2 persen (BPS, 2002). Pada masa itu dampak krisis ekonomi sangat dirasakan terhadap kehidupan masyarakat, lapangan kerja sangat terbatas, pendapatan menurun, perekonomian nasional menjadi stagnan. Pada tahun 2000 terjadi perbaikan, jumlah penduduk miskin hanya sekitar 19,1 persen (13,7 juta jiwa) dari jumlah penduduk Indonesia dan kemudian menurun kembali menjadi 18,2 persen (15,6 juta jiwa) pada tahun 2002 (BPS, 2004). Pada tahun 2005 jumlah penduduk miskin (berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan oleh BPS tahun 2005) yang menerima Bantuan Langsung Tunai ( BLT) Rumah Tangga Miskin meningkat menjadi sebesar 15,5 juta rumah tangga miskin (Depsos, 2005).

Setelah krisis seja k tahun 1997, pemerintah terus berupaya menaggulangi kemiskinan. Pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan Memantapkan Program Menghapus Kemiskinan (MPMK) yang dicanangkan pada 1977. Kemudian pada tahun 1998 pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 21 tahun 1998 tentang Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan disingkat dengan GARDUTASKIN . Intinya adalah menginstruksikan kepada semua departemen / instansi dan kelompok masyarakat yang terkait dengan penanganan kemiskinan supaya secara bersama -sama dan berkoordinasi serta mengambil langkah-langkah


(27)

2

kongkrit di dalam menanggulangi kemiskinan (Menkokesra dan Taskin, 1998). Dengan instruksi ini, upaya -upaya penanggulangan kemiskinan ditata dan disusun kembali dalam suatu sistem yang lebih terpadu dan menyeluruh. Berbagai hambatan prosedur dan birokrasi yang selama ini dianggap dapat mengurangi efektivitas dan efisiensi pelaksanaan program dihilangkan. Dengan adanya pencanangan dan instruksi ini maka muncullah berbagai kelompok-kelompok pemberdayaan di masyarakat, seperti: Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA), Takesra dan Kukesra, Program Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil (P4K), Kelompok Belajar Usaha (KBU), Kelompok Masyarakat (Pokmas) untuk IDT, Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera (P2WKSS), termasuk KUBE.

Semenjak tahun 1983 sebenarnya Kelompok Usaha Bersama (KUBE) sudah dijadikan sebagai salah satu pendekatan dalam penanganan penggulangan kemiskinan. Dengan keluarnya kebijakan MPMK dan Instruksi Presiden tersebut menjadikan KUBE semakin eksis sebagai suatu pendekatan dalam penanganan permasalahan kemiskinan. Dalam perjalana nnya pendekatan KUBE akhirnya merupakan program Departemen Sosial dalam menterjemahkan program MPMK dan Instruksi Presiden tentang Gardu Taskin tersebut.

Pola pemberdayaan KUBE yang diterapkan oleh Departemen Sosial selama ini sangat seragam, kurang menekankan pada unsur-unsur lokal setempat. Jumlah kelompok sebanyak 10 KK. Jumlah kelompok ini sangat terkait dengan pengadministrasian bantuan yang akan diberikan, di mana pada setiap pengusulan bantuan melalui anggaran APBN setiap tahunnya selalu didasarkan pada jumlah 10 KK jumlah anggota KUBE. Bantuan yang diberikan tidak dalam bentuk uang tetapi berupa paket usaha yang disediakan oleh pihak ketiga, seperti peralatan bengkel, ternak sapi, peralatan-peralatan pertanian, dan lain-lain. Pemberian bantuan ini diawali dengan pembekalan pengembangan keterampilan usaha seadanya. Jenis paket usaha yang dikembangkan dianjurkan untuk memilih jenis usaha sesuai dengan ketersediaan sumber-sumber di daerah masing-masing, namun pelaksanaannya lebih mengacu pada kondisi pengadministrasian yang harus dipertanggung jawabkan. Setiap kelompok mendapat 1 paket bantuan usaha, untuk KUBE yang berprestasi dapat diberikan bantuan pengembangan usaha


(28)

3

tahap berikutnya. Bantuan yang sudah diterima harus digulirkan pada kelompok fakir miskin lainnya yang ada di sekitarnya. Ada 10 indikator keberhasilan yang digunakan selama ini (Depsos, 1994), yaitu:

1. Perkembangan usaha ekonomis produktif keluarga 2. Perkemba ngan usaha ekonomis produktif kelompok

3. Kondisi kesejahteraan sosial Keluarga Binaan Sosial (KBS) secara keseluruhan

4. Sumbangan Sosial Wajib (SSW) / Iuran Kesejahteraan Sosial (IKS) dan perkebangan gotong royong

5. Perkebangan koperasi kelompok

6. Pelaksanaan jaminan kesejahteraan sosial melalui embrio organisasi sosial 7. Perkembangan tabungan dan tabanas

8. Ikut sertanya KBS dalam program keluarga berencana, Posyandu dan wajib belajar

9. Ada tidaknya partisipasi dalam kegiatan Karang Taruna

10. Dampak proyek bantuan kesejahteraan sosial dalam masyarakat

Tujuan pemberdayaan pendekatan KUBE adalah untuk meningkatkan kesejahteraan sosial para kelompok miskin, yang meliputi: terpenuhinya kebutuhan hidup sehari-hari, meningkatnya pendapatan keluarga, meningkatnya pendidikan, dan meningkatnya derajat kesehatan. Selain itu, pendekatan ini bertujuan untuk mengembangkan dinamika kehidupan kelompok sosial, seperti: pengembangan hubungan yang semakin harmonis, pengembangan kreativitas, munculnya semangat kebersamaan dan kesetiakawanan sosial, munculnya sikap kemandirian, munculnya kemauan, dan lain-lain, sehingga menjadi sumber daya manusia yang utuh dan mempunyai tanggung jawab sosial ekonomi terhadap diri, keluarga dan masyarakat serta ikut berpartisipasi dalam pembangunan.

Melalui pendekatan KUBE ini diharapkan juga kelompok sasaran mampu menggali dan memanfaatkan sumber daya alam, sosial, ekonomi, sumber daya manusia dan sumber lingkungan serta sumber-sumber lainnya yang ada di sekitarnya untuk kepentingan pengembangan potensi yang dimiliki, seperti: pemanfaatan lahan untuk pertanian, pemanfaatan air untuk pengembangan usaha ternak ikan, pemanfaatan tenaga yang mengganggur untuk menjadi tenaga kerja di KUBE yang dikelola, dan lain -lain. Diharapkan dengan pola seperti ini, mereka akan mudah mengintegrasikan sumber -sumber tersebut ke dalam kepentingan-kepentingan kelompok. Filosofi yang terbangun melalui pendekatan KUBE ini adalah dari, oleh dan untuk mereka. Kelompok mempunyai wewenang untuk


(29)

4

mengelola, mengembangkan, mengevaluasi dan menikmati hasil-hasilnya. Pemerintah hanya memfasilitasi agar KUBE dapat berhasil dengan baik. Dilihat dari komposisi ini, pendekatan KUBE merupakan pendekatan yang relevan di dalam pemberdayaan kelompok miskin tersebut.

Namun kenyataannya di lapangan tidakla h selalu demikian, berbagai kendala dan hambatan dihadapi. Proses pembentukan, pengelolaan dan pengembangannya sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, bagaimana bantuan yang diberikan, bagaimana pendampingan yang dilakukan, dan lain-lain. Sebagian KUBE terbentuk atas insiatif anggota, sebagian karena gagasan atau bentuk aparat desa atau pihak lain yang berkepentingan. Dalam pengelolaannya juga demikian, ada KUBE yang memang murni dikelola oleh anggota dan sebagian ada pihak yang terlibat karena ada kepentingan, dan masalah-msalah lainnya. Tetapi keberhasilan dan kegagalan KUBE tidak bisa hanya dilihat dari sisi sebelah mata, hanya menyalahkan pihak eksternal yang mungkin terlibat, yaitu karena adanya campur tangan pihak luar. Namun masalah-masalah yang bersifat internal juga perlu dikaji dan dianalisis, seperti sifat dan unsur -unsur yang ada dalam kelompok, seperti keanggotaan, struktur kelompok dan lain -lain.

Dari hasil pemberdayaan yang dilakukan melalui pendekatan KUBE, diperoleh gambaran bahwa jumlah KUBE hingga 2002 sudah mencapai 35.378 KUBE (diolah dari laporan pelaksanaan KUBE, Depsos) yang tersebar di tingkat desa / kelurahan. Bila dilihat dari kuantitas jumlah ini cukup membanggakan, tetapi bila dilihat dari eksistensi keberlanjutan KUBE, sangat terbatas KUBE yang dapat bertahan atau dikategorikan berhasil.

Guna memperoleh informasi yang valid seberapa jauh tingkat keberhasilan pelaksanaan KUBE, maka Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Sosial RI telah mengadakan penelitian evaluatif tentang “Tingkat keberhasilan Prokesos-KUBE dalam Pengentasan Fakir Miskin” sebanyak 2 kali pada KUBE yang berbeda, yaitu pada tahun 1997/1998 dan pada tahun 1998/1999. Pada tahun 1997/1998 penelitian diarahkan pada 3 kelompok KUBE yaitu KUBE Fakir Miskin, KUBE Karang Taruna dan KUBE Keluarga Muda Mandiri. Dari penelitian diperoleh hasil: KUBE Fakir Miskin: 71,43 persen berhasil, 7,1 cukup berhasil (biasa-biasa saja), dan 21,4 persen kurang berhasil. KUBE Keluarga


(30)

5

Muda Mandiri: 40 persen berhasil, 50 cukup berhasil (biasa-biasa saja), dan 10 persen kurang berhasil; KUBE Karang Taruna: 48 persen berhasil, 32 cukup berhasil (biasa-biasa saja), dan 20 persen kurang berhasil (Balatbangkesos, 1998). Penilaian yang dilakukan pada tiga faktor, yaitu: (a) pengembangan usaha ekonomi kelompok; (b) manfaat KUBE terhadap kesejahteraan sosial keluarga binaan, dan (c) perkembangan jaringan sosial kelompok binaan dengan fokus pada partisipasi KBS dalam berbagai kegiatan.

Pada tahun 1998/1999 dilakukan penelitian terhadap 2 jenis program KUBE, yaitu KUBE Program Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat (Paca) dan KUBE Program Peningkatan Peranan Wanita Bidang Kesejahteraan Sosial (P2WKS). Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil: KUBE Paca: 50 persen berhasil, 25 persen cukup be rhasil, dan 25 persen kurang behasil, sedangkan KUBE P2WKS: 45 persen berhasil, 30 persen cukup berhasil, 25 persen kurang berhasil. Kriteria yang digunakan sebagai tolok ukur untuk menentukan keberhasilan: (a) peningkatan kemampuan usaha bersama kelompok; (b) peningkatan pendapatan anggota; (c) pengembangan usaha kelompok; (d) peningkatan keperdulian dan kesetiakawanan sosial di antara anggota dan masyarakat lingkungannya (Balatbangsos, 1999) . Data ini menunjukkan bahwa KUBE yang dilaksanakan selama ini diduga belum dapat dikategorikan berhasil.

Melalui hasil penelitian di atas, dan mengingat bahwa selama ini sangat jarang dilakukan penelitian atau pengkajian untuk melihat sejauh mana peranan dan keberhasilan KUBE serta mengingat bahwa KUBE merupakan suatu pendekatan dalam proses pemberdayaan terhadap sebagian besar kelompok masyarakat miskin , maka pemilihan topik penelitian ini menjadi sangat diperlukan. Selain itu, desentralisasi yang sudah mulai bergulir sekarang, menjadikan KUBE perlu dikaji sebagai sua tu pendekatan dalam proses pemberdayaan, sehingga benar-benar menjadi suatu pendekatan yang dapat menjadi satu alternatif penanganan atau model di dalam pemberdayaan masyarakat miskin. Didasarkan alasan tersebut menjadi sangat penting untuk mendalami topik tersebut dalam disertasi ini dengan judul: Pemberdayaan Masyarakat melalui Pendekatan Kelompok.


(31)

6

Masalah Penelitian

Sejak diterapkannya KUBE sebagai suatu pendekatan pemberdayaan kepada kelompok masyarakat miskin, masih sangat terbatas penelitian maupun pengkajian atau evaluasi yang dilakukan untuk melihat sejauh mana relevansi pendekatan KUBE sebagai suatu model pemberdayaan fakir miskin. Hasil penelitian yang diperoleh belum sepenuhnya dapat menggambarkan dan menjawab secara utuh idealisme KUBE sebaga i suatu pendekatan pemberdayaan. Dilihat dari jumlah keberadaan memang cukup berhasil, namun bila dilihat dari target pencapaian fungsional, mungkin masih perlu pengkajian lebih lanjut untuk melihat hasil yang lebih objektif. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan Libang Kesos Departemen Sosial (1996-1999) menunjukkan bahwa KUBE belum dapat dikatakan berhasil, masih perlu pembenahan-pembenahan dalam berbagai hal.

Kenyataan di lapangan menunjukkan belum dapat meyakinkan dan membuktikan bahwa KUBE sudah berhasil. Ada beberapa pendapat yang muncul dalam setiap forum diskusi, pertemuan-pertemuan yang diadakan dalam pembahasan KUBE, mengatakan: bahwa kekurangberhasilan KUBE disebabkan adanya intervensi dari luar KUBE yang terlalu berpengaruh, baik dalam proses pembentukan KUBE, pengelolaannya, pendampingannya, pemasaran hasilnya, pemilihan jenis usahanya, dan bantuan yang diberikan.

Pada sisi lain, ada yang mengatakan bahwa ketidakberhasilan KUBE tidak terlepas dari masalah internal KUBE, seperti masalah keanggotaan kelompok, komitmen kelompok, tujuan kelompok, struktur organisasi kelompok, manajemen kelompok dan lain-lain. Memang terlihat adanya ketimpangan dalam pendekatan ini, di mana anggota masyarakat diupayakan untuk terhimpun dalam suatu wadah kelompok KUBE tetapi, kemampuan dan keterampilan anggota kelompok dalam hal manajerial kelompok masih terbatas, latar belakang pendidikan rendah, pengalaman dalam pengorganisasian kelompok terbatas, sekalipun mereka memiliki pengalaman individual yang lumayan. Tentu hal ini menjadi suatu problematik dalam kelompok tersebut.


(32)

7

Berkaitan dengan kondisi di atas, maka peneliti ingin melihat masalah ini menjadi suatu masalah yang menarik untuk diteliti. Berkaitan dengan permasalahan di atas, maka masalah utama yang diangkat dalam penelitian ini adalah: Pemberdayaan Masyarakat melalui Pendekatan Kelompok.Pendekatan kelompok di sini menjadi hal yang penting dan menjadi fukus dalam penelitian ini. Berdasarkan rumusan permasalahan pokok yang dipaparkan di atas, maka lebih lanjut dijabarkan rincian masalah penelitian yang sekaligus dijadikan acuan atau arah di dalam pelaksanaan penelitian dimaksud. Adapun permasalahan penelitian dimaksud adalah:

1. Seberapa jauh tingkat kedinamisan dan keberhasilan KUBE?

2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi kedinamisan kehidupan KUBE? 3. Apa faktor-faktor dinamika kehidupan KUBE yang mempengaruhi

keberhasilan KUBE

4. Apa komponen utama penentu keberhasilan KUBE

5. Bagaimana model pemberdayaan masyarakat yang lebih efektif melalui pendekatan kelompok?

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan penelitian yang dipaparkan di atas, ada beberapa tujuan penelitian, yaitu:

1. Mengkaji tingkat kedinamisan dan keberhasilan KUBE.

2. Mengindentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kedinamisan KUBE. 3. Mengindentif ikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan KUBE 4. Mengindentifikasi faktor-faktor utama penentu keberhasilan KUBE.

5. Merumuskan model pemberdayaan masyarakat yang lebih efektif melalui pendekatan kelompok.


(33)

8

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam hal:

1. Dapat dijadikan masukan dalam proses pemberdayaan masyarakat miskin yang menerapkan pendekatan kelompok, khususnya yang berkaitan dengan pola pemberdayaan, pengembangan kedinamisan KUBE, efektivitas pembinaan KUBE.

2. Dapat menjadi masukan yang berharga dalam penentu atau perumus kebijakan pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan kelompok.

3. Dapat menjadi dasar perumusan dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan penyuluhan yang berkaitan dengan upaya peningkatan kemampuan (sikap, pengetahuan, dan keterampilan) .

4. Dapat memberikan masukan bagi pengembangan keilmuan, khususnya Ilmu Penyuluhan Pembangunan dalam rangka pengembangan sumber daya manusia yang berkaitan dengan peningkatkan kemampuan (sikap, pengetahuan, dan keterampilan) guna perwujudan profesionalisme penyuluhan pembangunan.


(34)

TINJAUAN PUSTAKA

Kemiskinan

Pendefinisian suatu kemiskinan bukanlah suatu hal yang mudah, karena diperlukan berbagai aspek yang dapat dijadikan sebagai indikator pengukurannya Berbeda dengan fenomena kemiskinan di negara-negara maju, kemiskinan di negara-negara Asia Selatan dan Asia Tenggara pada umumnya berkaitan dengan masalah kelaparan, kekuranga n gizi, ditambah pakaian dan perumahan yang tidak memadai, tingkat pendidikan yang rendah, tidak ada atau sedikit sekali kesempatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang elementer, dan lain -lain (Griffin, 1980).

Friedman (1981) mendefinisikan kemiskinan dari suatu basis kekuasaan sosial, yang meliputi: (a) modal yang produktif ata u asset, misalnya: tanah, perumahan, peralatan, kesehatan, dan lain-lain; (b) sumber-sumber keuangan, seperti: income dan kredit yang memadai; (c) organisasi sosial dan politik yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan bersama, seperti: partai politik, sindikat, koperasi, dan lain-lain ; (c) network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang-barang, dan lain -lain; (d) pengetahuan dan keterampilan yang memadai; (e) informasi yang berguna untuk memajukan kehidupan orang. Dari definisi ini terlihat berbagai aspek yang dijadikan sebagai indikator pengukuran kemiskinan.

Badan Koordinasi Pena nggulangan Kemiskinan (BKPK) bekerjasama dengan Lembaga Penelitian SEMERU (2001) membuat batasan kemiskinan: a. ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan, sandang dan

papan);

b. tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi):

c. tidak adanya jaminan masa depan karena tidak adanya investasi untuk pendidikan dan keluarga);

d. kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun masal; e. rendahnya kualitas sumber daya manusia dan keterbatasan sumber alam; f. tidak dilibatkan dalam kegiatan sosial masyarakat;

g. tidak adanya akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan;

h. ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental;

i. ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial, seperti anak terlantar, wanita korban kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal dan terpencil.


(35)

10

Definisi-definsi di atas jelas terlihat apa yang dimaksud dengan kemiskinan. Kemiskinan tidak hanya saja menyangkut kepemilikan harta yang bersifat material, tetapi juga hal-hal yang bersifat non-material termasuk di dalamnya kepemilikan akses terhadap berbagai sumber.

Secara umum, pendekatan yang biasa digunakan dalam mengukur kemiskinan adalah mengacu pada dua konsep yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut diukur dari kemampuan individu untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupanya secara layak, yang pada intinya berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar, yaitu: pemenuhan makan, rumah dan pakaian. Kemiskinan seperti biasa dikenal dengan inability of individual to meet basic needs (Tjondronegoro, Seoyono, dan Har djono, 1993). Hal yang kurang lebih sama juga dikemukakan oleh Sen dalam Meier (1989), yang mengatakan bahwa kemiskinan adala h: the failure to have certain minimum capabilities.Dari dua konsep di atas dikategorika n miskin bilamana seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya secara layak.

BPS dan Departemen Sosial (2002) merumuskan kemiskinan dan fakir miskin dengan cara pendekatan menetapkan nilai standar kebutuhan minum yang harus dipenuhi seseorang dalam mempertahankan hidupnya yaitu berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan makanan dan non makan. Standar kebutuhan minum ini dikenal dengan garis kemiskinan atau poverty line atau poverty treshold. Garis kemiskinan yang berkaitan dengan kebutuhan makanan adalah sejumlah rupiah yang harus dikeluarkan oleh seorang individu untuk dapat membayar kebutuhan makan setara dengan 2.100 kalori per orang per hari. Sedangkan kriteria kebutuhan non makan berkaitan dengan kemampuan invididu untuk memenuhi kebutuhan akan perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan kebutuhan barang-barang dan jasa lainnya. Bilamana seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan di atas secara layak, maka dikategorikan sebagai miskin.

Kemudian dalam penetapan rumah tangga miskin dalam rangka pemberian Bantuan Langsung Tunai Rumah Tangga Miskin (BLTRTM) kepada kelompok miskin, BPS (2005) menetapkan 14 kriteria kemiskinan, yaitu:


(36)

11

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal yang dimanfaatkan untuk aktivitas sehari-hari

2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terluas terdiri dari tanah / bambu / kayu berkualitas rendah

3. Jenis dinding bangunan tempat tinggal terluas terdiri dari tanah / bambu / kayu berkualitas rendah.

4. Fasilitas tempat buang air besar (jamban/kakus) digunakan secara bersama-sama atau penggunaan secara umum.

5. Sumber air minum adalah sumber atau mata air tidak terlindung/sungai/air hujan 6. Sumber penerangan utama bukan listrik

7. Jenis bahan bakar untuk memasak sehari-hari terdiri dari kayu / arang /minyak tanah

8. Jarang atau tidak pernah membeli daging/ayam/susu setiap minggunya.

9. Anggota rumah tangga biasanya hanya mampu menyediakan makan dua kali dalam sehari.

10. Tidak mampu membeli pakaian baru minimal satu stel setiap setahun. 11. Bila jatuh sakit tidak berobat karena tidak ada biaya untuk berobat

12. Pekerjaan utama anggota kepala keluarga sebagai buruh kasar atau tidak bekerja 13. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan kepala keluarga adalah SD ke bawah 14. Ada tidaknya barang dalam keluarga yang dapat dijual dengan nilai Rp 500.000,-.

Selanjutnya dari kriteria di atas dikembangkan 3 kategori dalam mengelompokkan siapa penduduk miskin tersebut, yaitu:

a. Penduduk dik atakan sangat miskin apabila kemampuan memenuhi konsumsi makanan hanya mencapai 1900 kalori per orang perhari plus kebutuhan dasar non-makan, atau setara dengan Rp 120.000,- per bulan. b. Penduduk dikatakan miskin apabila kemampuan memenuhi konsumsi

makanan hanya mencapai antara 1900 sampai 2100 kalori per orang perhari plus kebutuhan dasar non-makan, atau setara dengan Rp 150.000,- per orang per bulan.

c. Penduduk dikatakan mendekati miskin apabila kemampuan memenuhi konsumsi makanan hanya mencapai antara 2100 sampai 2300 kalori per orang perhari plus kebutuhan dasar non-makan, atau setara dengan Rp 175.000,- per orang per bulan.

Didasarkan pada kriteria di atas, maka batas garis kemiskinan suatu keluarga dikatakan sangat miskin, miskin dan mendekati miskin adalah kemampuan memenuhi konsumsi perorang per hari plus kebutuhan sadar non-makan plus kebutuhan dasar non-non-makan yang harus dipenuhi dikalikan dengan jumlah anggota keluarga dalam satu keluarga. Namun garis kemiskinan yang disetarakan dengan jumlah rupiah yang dibutuhkan akan bervariasi antar daerah tergantung para harga-harga kebutuhan dasar dari masing-masing daerah.


(37)

12

Bila dilihat kriteria di atas mungkin kasus-kasus di atas akan dapat dijumpai, tetapi apakah kasus -kasus tersebut sudah menggambarkan kriteria yang sesungguhnya, seperti kriteria nomor 2, 3, 7. Menurut hemat penulis kriteria ini sangat terkait dengan nilai budaya masyarakat. Untuk suatu daerah tertentu ada budaya masyarakat yang sebenarnya mampu membuat lantai dan dinding rumahnya dari semen, tetapi karena budaya masyarakat sangat terbiasa dengan rumah terbuat dari lantai dan berdinding kayu, sehingga rumahnya hanya berlantai dan berdinding kayu. Padahal keluarga tersebut mampu secara ekonomi. Demikian juga dengan kriteria makan hanya maksimal dua kali dalam sehari, ada budaya masyarakat yang hanya makan dua kali dalam sehari tetapi bukan karena mereka tidak mampu menyediakan makan lebih dari tiga kali, tetapi hanya karena budaya yang seperti itu. Bagaimana pun hal seperti ini perlu dipertimbangkan dalam proses penentuan keluarga miskin tersebut, sehingga tidak salah pilih.

Departemen Sosial (2004) mencoba membedakan antara miskin dan fakir miskin berangkat dari persoalan-persoalan faktual yang dialami oleh kelompok miskin. Pendekatan makanan dan non makan dalam mengukur kemiskinan, sangat rentan terhadap perubahan kondisi kehidupan masyarakat miskin, di mana pendekatan ini lebih berorientasi pada harga pasar. Melonjaknya jumlah penduduk miskin pada tahun 1997 disebabkan terjadinya krisis ekonomi sehingga terjadi depresiasi rupiah terhadap dollar. Harga -harga kebutuhan pokok melonjak menjadikan jumlah penduduk miskin semakin bertambah secara statistik, karena pengukurannya lebih didasarkan pada perkembangan harga yang ada. Karena itu, untuk kepentingan operasionalisasi penaggulangan masalah kemiskinan, Ada beberapa indikator kemiskinan yang dijadikan acuan oleh Departemen Sosial yang terkait dengan aspek-aspek kehidupan masyarakat miskin tersebut, yaitu:

1. Penghasilan rendah, atau berada dibawah garis kemiskinan yang dapat diukur dari tingkat pengeluaran per -orang per -bulan berdasarkan standar BPS per wilayah propinsi dan kabupaten/kota.

2. Ketergantungan pada bantuan pangan kemiskinan (zakat/ raskin/ santunan sosial)

3. Keterbatasan kepemilikan pakaian yang cukup setiap anggota keluarga per tahun (hanya mampu memiliki 1 stel pakaian lengkap per orang per tahun) 4. Tidak mampu membiayai pengobatan jika ada salah satu anggota keluarga

yang sakit

5. Tidak mampu membiayai pendidikan dasar 9 tahun bagi anak-anaknya

6. Tidak memiliki harta yang dapat dijual untuk membiayai kebutuhan hidup selama tiga bulan atau dua kali batas garis kemiskinan.


(38)

13

7. Ada anggota keluarga yang meninggal dalam usia muda atau kurang dari 40 tahun akibat tidak mampu mengobati penyakit sejak awal.

8. Ada anggota keluarga usia 15 tahun ke atas yang buta huruf. 9. Tinggal di rumah yang tidak layak huni

(Depsos, 2004)

Kriteria di atas sangat multidimensional, artinya bahwa setiap orang dapat berbeda jenis dan kedalaman kemiskinannya. Bilamana 3 (tiga) kriteria sudah dipenuhi dari 9 kriteria yang diapaparkan sudah dapat dikategorikan sebagai

miskin atau layak mendapatkan bantuan atau pelayanan dari Departemen Sosial. Pada sisi lain, bila kriteria ini dikembangkan dalam kaitannya dengan pengelompokkan masyarakat miskin, 4 hingga 6 kriteria dipenuhi dikategorikan sebagai non-fakir dan lebih dari 6 kriteria dipenuhi seseorang maka seseorang tersebut dikategorikan sebagai fakir miskin. Tetapi perlu dipahami, bahwa kriteria di atas bukalah keriteria yang berdisi sendiri tetapi kriteria yang terintegrasi dengan kriteria yang lainnya. Jadi, kedalaman tingkat kemiskinan seseorang harus dilihat dalam kaitannya dengan kriteria yang lainnya. Pemahaman suatu kriteria harus dilihat secara utuh, tetapi tidak hanya secara sepotong-sepotong.

Rumah sering dijadikan sebagai indikator atau tolok ukur kemiskinan. Ukuran kelayakan sebuah rumah tempat tinggal pada kenyataan sangat banyak dipengaruhi oleh faktor budaya sehingga kualitas sebuah rumah tidak hanya ditentukan oleh kemampuan ekonomi tetapi nilai budaya yang berlaku dalam masyarakat tersebut, namun demikian secara umum Departemen Sosial mencoba merumuskan indikator rumah yang dapat dikategorikan sebagai rumah tak layak huni dengan kriteria sebagai berikut:

1. Luas bangunan sempit atau hanya mendukung fungsi ruang yang terbatas (memiliki bagian ruangan yang tidak membedakan fungsi untuk ruang tamu, ruang tidur, ruang makan, dan dapur) atau luas lantai per orang untuk keperluan sehari-hari kurang dari 4 m2.

2. Lantai masih dari tanah/ bambu/ diplester secara sederhana 3. Kesulitan memperoleh air bersih

4. Tidak memiliki tempat mandi, cuci pakaian dan membuang air besar (MCK) di rumah sendiri yang memenuhi syarat kesehatan

5. Tidak mempunyai sirkulasi udara yang dapat memungkinkan sinar matahari dan udara masuk rumah dengan baik.

6. Dinding umumnya terbuat dari bambu/ papan/ bahan yang mudah rusak 7. Sanitasi lingkungan di sekitar rumah yang tidak sehat


(39)

14

Kriteria di atas juga sangat multidimensional, artinya seseorang dapat tingga l di rumah yang tidak layak huni dengan indikator yang berbeda. Menurut ukur penerimaan bant uan dan pelayanan, bilamana seseorang sudah memenuhi 2 kriteria dari indikator yang disebutkan, maka yang bersangkutan layak mendapatkan bantuan dan pelayanan yang berkaitan dengan perbaikan perumahan dari pemerintah, dan bilamana dikategorikan memiliki lebih dari dua kriteria maka yang bersangkutan layak untuk diprioritaskan untuk menerima bantuan dan pelayanan perumahan. Terkait dengan ukuran-ukuran kemiskinan yang sudah dipaparkan di atas, pada Tabel 1 disajikan beberapa indikator garis kemiskinan.

Dalam pengukuran kemiskinan, hampir semua pendekatan yang berporos pada pendekatan ekonomi neo-k lasik ortodox yang melakukan pengkajian kemiskinan masih berkiblat pada paradigma modernisasi yang didasarkan pada teori-teori pertumbuhan ekonomi, human capital and the production -centered model (Elson, 1997). Kemudian setelah ahli ekonomi menemukan pendapatan nasional (GNP) sebagai suatu indikator untuk mengukur kemakmuran ne gara pada tahun 1950-an, hampir semua ahli ilmu sosial menggunakan indikator ini sebagai suatu pendekatan untuk mengukur kemajuan suatu negara. Namun, dalam penerapannya, pendekatan ini juga memiliki kelemahan-kelemahan.

Karena indikator GNP dan pendapatan memiliki kelemahan dalam memotret kondisi kemajuan dan kemiskinan suatu kelompok masyarakat, maka sejak tahun 1970-an telah dikembangkan berbagai pendekatan alternatif, di antaranya adalah kombinasi garis kemiskinan dan distribusi pendapatan (Suharto, 2002). Kemudian pada tahun 1990-an, UNDP memperkenalkan pendekatan pembangunan manusia (human development) dalam mengukur kemajuan dan kemiskinan, seperti Human development Index (HDI) dan Human Proverty Index

(HPI). Pendekatan yang digunakan UNDP relatif lebih komprihensif dan mencakup faktor-faktor ekonomi, sosial dan budaya kelompok miskin.


(40)

15

Tabel 1: Indikator Garis Kemiskinan

Ahli Ukuran Kota Desa Desa/

Kota Esmara 1969/1970 Konsumsi beras per kapita - - 125 Sayogya Tingkat pengeluaran ekuivalen beras

per orang tahun (Kg)

- Miskin

- Miskin Sekali

- Paling Miskin.

480 360 270 320 240 180 Ginneken 1971 Kebutuhan gizi minimum per orang per

hari:

- Kalori

- Protein (gram)

- - - - 2000 50 Anne Booth Keb gizi minimum per org hari

- Kalori - Protein (gram)

- - -

2000 50 Gupta 1973 Kebutuhan gizi minimum per orang per hari (US $) - - 2000 Hasan 1975 Kebutuhan gizi minimum per orang per

hari (US $) 125 95 -

BPS 1984 - Konsumsi per kapita per hari

- Pengeluaran perkapita per hari

- 13.731 - 7.746 2100 - Sayogya 1984 Pengeluaran per kapita per hari (Rp) 8.240 6.585 - Bank Dunia 1984 Pengeluaran per kapita per hari (Rp) 6.719 4.479 - Garis kemiskinan

internasional

a. Interim Report 1976 b. Ahlualia 1975

Pengeluaran per kapita per tahuan (R p)

- Nilai US $ 1970

- US $ Paritas daya beli

- Tingkat pendapatan perkapita per tahun (US $).

- - - - - - 75 200 50

Sumber: Suharto, 2002

Penyebab kemiskinan merupakan salah satu faktor penting dalam pembahasan kemiskinan tersebut. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk melih at apa yang menjadi faktor penyebab kemiskinan. Menurut Tansey dan Ziegler (1991) kemiskinan terjadi karena tiga hal, yaitu: (a) human capital deficiencies, yang berarti rendahnya kualitas sumber daya manusia. Ini dapat kita lihat dari rendahnya tingkat pendidikan dan rendahnya kemampuan dan keterampilan dalam bidang pekerjaan. Dengan demikian mereka hanya mampu bekerja pada pekerjaan kasar dengan pendapat yang rendah; (b) insufficient demand for labour, yakni rendahnya atau terbatasnya permintaan akan tenaga kerja sehingga mengakibatkan terjadinya pengangguran. Dengan pengangguran orang tidak memiliki pendapatan, sehingga daya beli terbatas, yang


(1)

263

Pengujian Analisis Lintasan Pengaruh Karakteristik Individu Anggota KUBE (X1), Pola

Pemberdayaan (X2), dan Lingkungan Sosial ( X3), Dinamika Kehidupan KUBE (Y1) terhadap

Tingkat Keberhasilan KUBE (Y2)

Variables Entered/Removed(b)

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 Y1, X1, X3,

X2(a) . Enter

a All requested variables entered.

b Dependent Variable: Tingkat Keberhasilan KUBE (Y2)

Model Summary(b)

Change Statistics Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F Change

1 ,835(a) ,697 ,683 8,5988 ,697 13,798 4 56 ,000

a Predictors: (Constant), Y1, X1, X3, X2

b Dependent Variable: Tingkat Keberhasilan KUBE (Y2)

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 4080,846 4 1020,212 13,798 ,000(a)

Residual 4140,574 56 73,939

Total 8221,420 60

a Predictors: (Constant), Y1, X1, X3, X2

b Dependent Variable: Tingkat Keberhasilan KUBE (Y2)

Coefficients(a) Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients Collinearity Statistics

Model

B Std. Error Beta

t

Sig.

Tolerance VIF

1 (Constant) 2,270 19,601 ,116 ,908

X1 ,237 ,389 ,114 1,444 ,030 ,690 1,450

X2 ,055 ,080 ,007 ,654 ,442 ,626 1,598

X3 ,024 ,209 ,003 ,611 ,613 ,694 1,440

Y1 ,580 ,149 ,342 3,694 ,000 ,699 1,430

a Dependent Variable: Tingkat Keberhasilan KUBE (Y2) Ket: X1 = Karakteristik Individu Anggota KUBE

X2 = Pola Pemberdayaan X3 = Lingkungan Sosial

Y1 = Dinamika Kehidupan KUBE .


(2)

264

Pengujian Analisis Lintasan Pengaruh Karakteristik Individu Anggota KUBE (X1)

terhadap Dinamika Kehidupan KUBE (Y1)

Variables Entered/Removed(b)

Model Variables Entered

Variables

Removed Method

1 X1_10, X1_4, X1_5,

X1_3, X1_7, X1_8, X1_6, X1_9(a)

. Enter

a All requested variables entered.

b Dependent Variable: Dinamika Kehidupan KUBE (Y1)

Model Summary(b)

Change Statistics Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

R Square Change

F

Change df1 df2

Sig. F Change

1 ,852(a) ,726 ,710 6,7852 ,726 6,520 8 52 ,000

a Predictors: (Constant), X1_10, X1_4, X1_5, X1_3, X1_7, X1_8, X1_6, X1_9 b Dependent Variable: Dinamika Kehidupan KUBE (Y1)

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 2401,345 8 300,168 6,520 ,000(a)

Residual 2394,045 52 46,039

Total 4795,390 60

a Predictors: (Constant), X1_10, X1_4, X1_5, X1_3, X1_7a, X1_8, X1_6, X1_9 b Dependent Variable: Dinamika Kehidupan KUBE (Y1)

Coefficients(a) Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients Collinearity Statistics

Model

B Std. Error Beta

t

Sig.

Tolerance VIF

1 (Constant) 119,678 14,873 8,046 ,000

X1_1 -,041 1.556 -,002 -,025 ,878 ,435 1,534

X1_2 -,042 0,230 -,004 -,975 ,643 ,530 1,132

X1_3 1,657 1,644 ,155 3,722 ,016 ,608 1,644

X1_4 1,297 1,869 ,130 2,185 ,023 ,831 1,203

X1_5 1,413 1,421 ,142 2,982 ,019 ,780 1,283

X1_6 ,480 1,450 ,089 ,665 ,049 ,524 1,908

X1_7 ,791 1,333 ,109 1,185 ,038 ,652 1,535

X1_8 1,123 1,634 ,119 1,690 ,029 ,695 1,439

X1_9 ,632 1,031 ,097 ,925 ,041 ,365 2,737

X1_10 ,983 1,936 ,116 1,326 ,031 ,394 2,537

a Dependent Variable: Dinamika Kehidupan KUBE (Y1)

Ket X1_1 = Jenis kelamin; X1_2 = Umur; X1_3 = Pendidikan Formal; X1_4 = Pelatihan yang diikuti; X1_5 = Modal awal yang diikuti; X1_6 = Pola lenghasilan; X1_7 = Sumber penghasilan utama; X1_8 = Kebutuhan/harapan; X1_9 = Persepsi ttg kehiudpan berkelompok; X10 = Motivasi anggota;


(3)

265

Pengujian Analisis Lintasan Pengaruh Pola Pemberdayaan (X2) terhadap Dinamika

Kehidupan KUBE (Y1)

Variables Entered/Removed(b)

Model

Variables Entered

Variables

Removed M ethod

1 X2_7, X2_1,

X2_5, X2_6, X2_4, X2_3_per, X2_2(a)

. Enter

a All requested variables entered.

b Dependent Variable: Dinamika Kehidupan KUBE (Y1)

Model Summary(b)

Change Statistics Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

R Square Change

F

Change df1 df2

Sig. F Change

1 ,857(a) ,734 ,721 7,4387 ,734 4,809 7 53 ,000

a Predictors: (Constant), X2_7, X2_1, X2_5, X2_6, X2_4, X2_3_per, X2_2 b Dependent Variable: Dinamika Kehidupan KUBE (Y1)

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1862,703 7 266,100 4,809 ,000(a)

Residual 2932,687 53 55,334

Total 4795,390 60

a Predictors: (Constant), X2_7, X2_1, X2_5, X2_6, X2_4, X2_3_per, X2_2 b Dependent Variable: Dinamika Kehidupan KUBE (Y1)

Coefficients(a) Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients Collinearity Statistics

Model

B Std. Error Beta

t

Sig.

Tolerance VIF

1 (Constant) 49,413 19,255 2,566 ,013

X2_1 ,452 ,703 ,154 1,308 ,016 ,887 1,127

X2_2 ,284 ,370 ,132 ,745 ,022 ,679 1,474

X2_3_per ,054 ,070 ,011 ,083 ,356 ,865 1,156

X2_4 1,404 ,776 ,237 3,536 ,001 ,843 1,187

X2_5 ,920 ,382 ,215 2,982 ,005 ,754 1,327

X2_6 ,350 ,769 ,137 ,948 ,020 ,937 1,067

X2_7 -,096 ,593 -,025 -,118 ,127 ,929 1,077

a Dependent Variable: Dinamika Kehidupan KUBE (Y1)

Ket X2_1 = Proses pembentukan KUBE; X2_2 = Pendekatan / Metoda; X2_3 = Jumlah anggota; X2_4 = Bantuan (uang & peralatan); X2_5 = Pendampingan; X2_6 = Kebebasan yang diberikan; X2_7 = Perlindungan / proteksi;


(4)

266

Pengujian Analisis Lintasan Pengaruh Lingkungan Sosial (X3) terhadap Dinamika

Kehidupan KUBE (Y1)

Variables Entered/Removed(b) Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1

X3_7, X3_2, X3_5, X3_3, X3_1, X3_6, X3_4(a)

. Enter

a All requested variables entered.

b Dependent Variable: Dinamika Kehidupan KUBE (Y1) Model Summary(b)

Change Statistics Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

R Square Change

F

Change df1 df2

Sig. F Change

1 ,798(a) ,637 ,621 7,6831 ,637 4,034 7 53 ,001

a Predictors: (Constant), X3_7, X3_2, X3_5, X3_3, X3_1, X3_6, X3_4 b Dependent Variable: Dinamika Kehidupan KUBE (Y1)

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1666,771 7 238,110 4,034 ,001(a)

Residual 3128,619 53 59,031

Total 4795,390 60

a Predictors: (Constant), X3_7, X3_2, X3_5, X3_3, X3_1, X3_6, X3_4 b Dependent Variable: Dinamika Kehidupan KUBE (Y1)

Coefficients(a) Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients Collinearity Statistics

Model

B Std. Error Beta

t

Sig.

Tolerance VIF

1 (Constant) 58,639 16,024 3,659 ,001

X3_1 1,207 1,542 ,214 2,825 ,005 ,833 1,201

X3_2 ,879 ,646 ,147 2,181 ,018 ,871 1,148

X3_3 ,113 ,517 ,026 ,127 ,097 ,892 1,122

X3_4 1,308 ,724 ,226 3,189 ,003 ,728 1,374

X3_5 ,630 ,291 ,126 1,584 ,025 ,879 1,138

X3_6 ,460 ,591 ,117 ,912 ,030 ,740 1,351

X3_7 -,068 ,879 -,015 -,096 ,231 ,864 1,157

a Dependent Variable: Dinamika Kehidupan KUBE (Y1)

Ket X3_1 = Norma / Nilai Budaya; X3_2 = Keterkaitan KUBE dgn tokoh formal dan informal; X3_3 = Akses tehadap lembaga keungan; X3_4 = Peluang pasar; X3_5 = Jaminan kerja; X3_6 = Ketersediaan sumber daya; X3_7 = Ancaman;


(5)

267

Pengujian Analisis Lintasan Pengaruh Dinamika Kehidupan KUBE (Y1) dengan Tingkat

Keberhasilan KUBE (Y2)

Variables Entered/Removed(b)

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 Y1_9, Y1_8,

Y1_2, Y1_5, Y1_6, Y1_3, Y1_4, Y1_1, Y1_7(a)

. Enter

a All requested variables entered.

b Dependent Variable: Tingkat Keberhasilan KUBE (Y2) Model Summary(b)

Change Statistics Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

R Square Change

F

Change df1 df2

Sig. F Change

1 ,857(a) ,734 ,715 6,2973 ,734 17,368 9 51 ,000

a Predictors: (Constant), Y1_9, Y1_8, Y1_2, Y1_5, Y1_6, Y1_3, Y1_4, Y1_1, Y1_7 b Dependent Variable: Tingkat Keberhasilan KUBE (Y2)

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 6198, 940 9 688,771 17,368 ,000(a)

Residual 2022,480 51 39,656

Total 8221,420 60

a Predictors: (Constant), Y1_9, Y1_8, Y1_2, Y1_5, Y1_6, Y1_3, Y1_4, Y1_1, Y1_7 b Dependent Variable: Tingkat Keberhasilan KUBE (Y2)

Coefficients(a) Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients Collinearity Statistics

Model

B Std. Error Beta

t

Sig.

Tolerance VIF

1 (Constant) 64,346 15,196 4,234 ,000

Y1_1 ,659 ,782 ,099 1,095 ,040 ,471 2,125

Y1_2 ,047 ,617 ,006 ,046 ,531 ,633 1, 580

Y1_3 ,627 ,704 ,094 ,889 ,045 ,319 3,135

Y1_4 2,145 ,467 ,211 5,665 ,006 ,520 1,922

Y1_5 ,479 ,606 ,087 ,659 ,050 ,593 1,687

Y1_6 ,119 ,689 ,017 ,103 ,197 ,626 1,596

Y1_7 1,249 2,072 ,121 2,114 ,027 ,144 6,953

Y1_8 ,913 ,658 ,109 1,467 ,038 ,505 1,979

Y1_9 1,579 ,765 ,146 3,119 ,018 ,222 4,497

a Dependent Variable: Tingkat Keberhasilan KUBE (Y2)

Ket Y1_1 = Tujuan Kelompok; Y1_2 = Struktur Kelompok; Y1_3 = Fungsi Tugas Kelompok; Y1_4 = Pembinaan Kelompok; Y1_5 = Kekompakan K elompok; Y1_6 = Ketegangan Kelompok; Y1_7 = Keefektifan Kelompok;

Y1_8 = Kepemimpinan; Y1_9 = Kepuasan anggota


(6)

268

Pengujian Persamaan Tingkat Kedinamisan KUBE antara Peubah Dinamika Kehidupan

KUBE (Y1) terhadap Tingkat Keberhasilan Sosial KUBE (Y21)

Variables Entered/Removed(b)

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 Y1(a) . Enter

a All requested variables entered.

b Dependent Variable: Keberhasilan Aspek Sosial (Y21)

Model Summary(b)

Change Statistics Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

R Square Change

F

Change df1 df2

Sig. F Change

1 ,535(a) ,286 ,274 4,6436 ,286 23,688 1 59 ,000

a Predictors: (Constant), Dinamika kehidupan KUBE (Y1) b Dependent Variable: Keberhasilan Aspek Sosial (Y21)

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 510,798 1 510,798 23,688 ,000(a)

Residual 1272,242 59 21,563

Total 1783,039 60

a Predictors: (Constant), Dinamika kehidupan KUBE (Y1) b Dependent Variable: Keberhasilan Aspek Sosial (Y21)

Coefficients(a) Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients Collinearity Statistics

Model

B Std. Error Beta

t

Sig.

Tolerance VIF

1 (Constant) 53,510 8,443 6,337 ,000

Y1 ,326 ,067 ,535 4,867 ,000 1,000 1,000

a Dependent Variable: Keberhasilan Aspek Sosial (Y21)