Pengerjaan Proses Pembuatan Calung Banyumasan
Calung dibuat dengan laras slendro yaitu terdiri dari nada Ji 1, Ro 2, Lu 3, Mo 5, Nem 6. Bambu telah diurutkan dan
dipotong, tindakan pertama bersihkan dahulu bagian ros bambu, hal ini bertujuan agar wilahan mudah dipegang dengan satu tangan pada
saat penyeteman Gambar 35. Kemudian digergaji pada bagian tengah bambu, bisa sedikit ke atas atau ke bawah tergantung
kebutuhan Gambar 36. Ini dilakukan dalam tujuan pembuatan godhongan. Sebagai
patokan dapat diperhatikan bahwa penggergajian pada tengah bambu biasanya berlaku pada nada Nem 6 rendah. Berdasarkan patokan
tersebut, melalui proses pembuatan godhongan ini dapat kita ketahui semakin tinggi nada wilahan, bumbungan akan semakin pendek dan
godhongan semakin panjang, dan begitu sebaliknya.
Gambar 35 : Membersihkan Ros dok: Sudi, 2015
Gambar 36 : Penggergajian Tengah Bambu dok: Sudi, 2015
Penggergajian dilakukan dengan sudut sedikit miring ke bagian atas atau melawan arah ros, lalu congkel menggunakan lading
dengan pelan dan hati-hati. Setelah itu, proses penyeteman dilakukan dengan cara meraut atau mracal dengan lading kecil dan lading sedang
sesuai kebutuhan. Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam mracal bambu agar
memudahkan dalam penyeteman, hasilnya pun dapat diperoleh dengan maksimal, sebagai berikut :
1 Pracal bagian kowekan, hal ini dilakukan untuk
mendapatkan nada bumbungan. Untuk mengetahui apakah nada yang didapat sudah sesuai dengan yang dibutuhkan adalah
meniup bagian bumbungan. Nada bumbungan saat ditiup bunyinya masih lebih rendah dari nada yang dibutuhkan, raut
kembali bagian tersebut hingga sesuai dengan nada yang dibutuhkan.
Gambar 37 : Penyeteman Nada Bumbungan dok: Sudi, 2015
2 Pracal bagian jalur atau godhongan, menggunakan lading
kecil atau sedang. Tujuannya untuk memperoleh nada godhongan yang sesuai dengan nada yang kita butuhkan.
Gambar 38 : Penyeteman Nada Godhongan dok: Sudi, 2015
Untuk mengetahuinya nada yang didapatkan caranya yaitu wilahan dipukul dengan tangan atau tabuh, lalu didengarkan
apakah sudah sesuai pada nada bumbungan.
Gambar 39 : Tes Nada Wilahan dok: Sudi, 2015
Apabila nada masih terlalu tinggi, pracal kembali bagian ini. Namun perlu ketelitian dan kehati-hatian, jangan sampai mracal
terlalu dalam sehingga nada yang dihasilkan terlampau rendah dari nada yang kita butuhkan. Apabila hal ini terjadi maka kita
bisa mengatasi dengan langsung melakukan langkah ketiga. 3
Pracal bagian ujung atas dari godhongan yang masih bersudut siku
– siku 90° sehingga terbentuk lambe. Ketika dilakukan hal ini maka nada akan menjadi sedikit lebih tinggi dari
yang kita dapatkan sebelumnya pada godhongan. Oleh karena itu ulangi kembali langkah kedua sedikit saja dengan hati - hati,
karena jika terjadi kesalahan maka langkah ke – 3 harus diulangi
dan seterusnya hingga didapatkan nada yang dibutuhkan.
Gambar 40 : Pembuatan Lambe dok: Sudi, 2015
Pada langkah ini harus memperhatikan bilah-bilah calung yang lain. Kesalahan pemracalan yang berulang-ulang pada satu
bilah calung akan menjadikan ukuran bilah semakin pendek. Hal tersebut dapat berakibat wilahan tidak dapat dipakai dan harus
diganti. Setelah diperoleh nada yang dibutuhkan baik pada nada
bumbungan maupun nada godhongan, maka suara bilah akan menjadi nyaring atau melung. Hal ini terjadi dikarenakan frekuensi
bunyi pada kedua bagian tersebut telah sama. Frekuensi bunyi adalah jumlah getaran atau siklus gelombang yang dihasilkan dalam
waktu satu detik Yuwono,2005:43. Pengukuran nada laras slendro dari calung banyumasan buatan
Sukendar yang memiliki tangga nada pentatonic dapat dibandingkan
dengan tangga nada diatonic A=440Hz. Tuning laras slendro pada calung banyumasan dapat memiliki selisih frekuensi antara satu
perangkat instrumen dengan perangkat yang lain. Keunikan ini dikarenakan proses penyeteman calung masih berdasarkan feeling dan
belum adanya standarisasi frekuensi nada laras slendro. Berikut ini adalah tabel tuning tangga nada diatonik. Tangga
nada ini sudah memiliki standar frekuensi yang tetap nilainya. Ukuran tersebut menjadi patokan untuk semua alat musik bertangga nada
diatonik yang ada di dunia.
Tabel 7 : Tuning Diatonik
Calung banyumasan hasil buatan Sukendar pada pengukuran nada gambang, dhendhem dan kenong laras slendro, disesuaikan
dengan sistem pengukuran nada diatonik Adapun pengukuran nada –
nada tersebut dapat dilihat pada tabel 8, 9, dan 10.
No Nada
Frekuensi Hz
1 C
262 2
Cis atau Des 277
3 D
294 4
Dis atau Es 311
5 E
330 6
F 349
7 Fis atau Ges
370 8
G 392
9 Gis atau As
415 10 A
440 11 Ais atau Bes
466 12 B
494 13 C`
524
Tabel 8 : Tuning Pentatonik Laras Slendro Gambang
Tabel 9 : Tuning Pentatonik Laras Slendro Dhendhem
Tabel 10 : Tuning Pentatonik Laras Slendro Kenong
Keterangan : ` di depan angka, 1 oktaf lebih rendah ` di belakang angka, 1 oktaf lebih tinggi
`` di belakang angka, 2 oktaf lebih tinggi
No Nada
Panjang Diameter
Frekuensi Hz
Diatonik Pentatonik
1 F
`3 90
7,7 178
2 G+
`5 86
7,4 202
3 A
`6 82
7,1 235
4 C
1 78
6,7 264
5 D+
2 74
6,4 303
6 F
3 70
6 354
7 G+
5 66
5,7 405
8 A
6 62
5,5 470
9 C
1` 58
5,2 529
10 D+ 2`
54 4,8
606 11 F
3` 50
4,5 709
12 G+ 5`
46 4,2
810 13 A
6` 42
3,9 940
14 C 1``
38 3,5
1058 15 D+
2`` 34
3,3 1212
16 F 3``
30 3
1418
No Nada
Panjang Diameter
Frekuensi Hz
Diatonik Pentatonik
1 D+
`2 94
8 151
2 F
`3 90
7,7 178
3 G+
`5 86
7,4 202
4 A
`6 82
7,1 235
5 C
1 78
6,7 264
6 D+
2 74
6,4 303
No Nada
Panjang Diameter
Frekuensi Hz
Diatonik Pentatonik
1 D+
`2 94
8 151
2 F
`3 90
7,7 178
3 G+
`5 86
7,4 202
4 A
`6 82
7,1 235
5 C
1 78
6,7 264
6 D+
2 74
6,4 303
d. Pengeboran Godhongan
Tahap pengeboran adalah membuat lubang pada godhongan yang berfungsi untuk mengikatkan bilah-bilah calung pada rangka
saat proses perakitan. Pengeboran ini dilakukan dengan bor listrik memakai mata bor diameter 6 mm, Ada dua cara dalam proses
penentuan titik tempat dibuatnya lubang godhongan, yaitu : 1
Wilahan yang sudah disetem, lalu diukur menggunakan meteran kemudian diambil sebuah titik pada seperempat bagian
atas dari panjang bilah seluruhnya. Contohnya misalkan panjang wilahan 50 cm, maka titik pengeboran ada pada 12,5 cm dari
lambe.
Gambar 41 : Penentuan Titik dengan Meteran dok: Sudi, 2015
2 Pada wilahan pegang bagian godhongan dengan dua jari,
jelajahi bagian lengkung tengah godhongan dari atas ke bawah.
Wilahan sambil dipukul – pukul, hingga menemukan titik di
mana suara bilah akan terdengar paling nyaring atau melung.
Gambar 42 : Penentuan Titik dengan Jari dok: Sudi, 2015
Apabila sudah menemukan dan menentukan titik yang tepat, titik tersebut dibuat lubang kecil menggunakan lading kecil. Lubang
ini berfungsi untuk memudahkan proses pengeboran.
Gambar 43 : Pemberian Lubang Titik Bor dok: Sudi, 2015
Gambar 44 : Pengeboran Godhongan dok: Sudi, 2015
e.
Gong Sebul
Bambu petung yang besar ukurannya dibersihkan dahulu bagian ros-ros nya agar rapi. Bambu petung dengan ukuran panjang
90cm dan memiliki dua ros, dibobok pada ros bagian tengah saja. Pembobokan dapat dilakukan dengan kayu atau bambu yang lebih
kecil diameternya. Ros bagian bawah harus tetap utuh, karena jika sampai pecah dan berlubang maka bambu tersebut sudah kehilangan
fungsinya dan harus diganti. Tujuan dibobok adalah untuk menciptakan tabung resonansi
yang lebih besar sehingga dapat menghasilkan suara yang lebih low ketika disebul. Ros di bagian dalam bambu petung dapat digambarkan
di bawah ini.
Gambar 45 : Bagian Dalam Ros Bambu
Gong dibunyikan dengan cara disebul menggunakan alat yang disebut wuluh. Untuk pembuatan wuluh dapat digunakan bambu
petung atau bambu wulung. Dibuat dengan mempergunakan bambu yang lurus dan memiliki diameter lebih kecil yaitu 3,5 cm. Wuluh
dipotong menggunakan gergaji potong dengan ukuran selisih panjang 8 cm dari panjang bambu gong sebul
.
Berbeda dengan bumbungan gong yang disisakan ros bagian bawah, pada wuluh semua ros bagian
dalam bambu dibobok sehingga bambu berlubang seutuhnya.