digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk mengembangkan
kebudayaan dan peradaban Islam.
23
3. Ruang Lingkup Sejarah Kebudayaan Islam
Ruang lingkup Sejarah Kebudayan Islam di Madrasah Ibtidaiyah meliputi : a
Sejarah masyarakat Arab pra-Islam, sejarah kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad SAW.
b Dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya, yang meliputi
kegigihan dan ketabahannya dalam berdakwah, kepribadian Nabi Muhammad SAW, hijrah Nabi Muhammad SAW ke Thaif, peristiwa
Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. c
Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW ke Yatsrib, keperwiraan Nabi Muhammad SAW, peristiwa
Fathu Makkah, dan peristiwa akhir hayat Rasulullah SAW.
d Peristiwa-peristiwa pada masa khulafaurrasyidin.
e Sejarah perjuangan tokoh agama Islam di daerah masing-masing.
23
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, Tentang Standar Kompetensi
Lulusan Dan Standar Isi Pendidik an Agama Islam Dan Bahasa Arab Di Madrasah, 15.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
C. Materi Peristiwa Kerasulan Nabi Muhammad SAW
1. Kebiasaan Nabi Muhammad SAW Menjelang Kenabian
Setelah Muhammad SAW memasuki usia 40 tahun, beliau sering melakukan
uzlah daripada waktu-waktu sebelumnya. Beliau beruzlah den
gan maksud untuk “tahannus” yaitu beribadah menjauhi dosa-dosa dan mendekatkan diri pada Tuhan.
Uzlah atau menyepi artinya mengasingkan diri di tempat yang sepi untuk mencari petunjuk dari Tuhan Yang Maha Kuasa. hal ini sudah
menjadi kebiasaan ahli pikir bangsa Arab jika menghadapi masalah yang rumit guna mencari pemecahannya.
Nabi Muhammad SAW melakukan uzlah
di gua Hira’ yang terletak di Jabal Nur, sekitar kurang lebih 5 km dari kota Makkah.
Uzlah ini beliau lakukan karena masyarakat Arab pada waktu itu semakin jauh dari ajaran
tauhid. Mereka tidak lagi menyembah Allah, tetapi menyembah berhala yang mereka buat sendiri. Di samping berjudi, tidak menghargai kaum
wanita dan sering melakukan kemaksiatan. Dalam ber
uzlah, beliau berdoa memohon petunjuk kepada Allah SWT untuk meluruskan keyakinan dan memperbaiki keadaan masyarakat
yang rusak akhlaknya agar menjadi masyarakat yang selamat dari kehancuran.
24
24
Mahmud Sani, Sejarah Kebudayaan Islam Surabaya: CV Mia, 2008, 53.