Peningkatan motivasi belajar SKI materi peristiwa kerasulan Nabi Muhammad saw melalui media storyboard telling (papan cerita) pada siswa kelas III MI Mambaul Ma'arif Denanyar Jombang.

(1)

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SKI

MATERI PERISTIWA KERASULAN NABI MUHAMMAD SAW MELALUI MEDIA STORYBOARD TELLING (PAPAN CERITA)

PADA SISWA KELAS III MI MAMBAUL MA’ARIF DENANYAR JOMBANG

SKRIPSI

Oleh:

Zuli Anggraeni NIM. D77213108

PROGRAM STUDI PGMI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA APRIL 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Zuli Anggraeni. 2017. Peningkatan Motivasi Belajar SKI Materi Peristiwa Kerasulan Nabi Muhammad SAW Melalui Media Storyboard Telling (Papan Cerita) Pada Siswa Kelas III MI Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang. Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtida’iyah UIN Sunan Ampel Surabaya. Drs. H. Munawir, M.Ag

Kata Kunci : Motivasi Belajar, Pembelajaran SKI, Media Storyboard Telling. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya motivasi belajar siswa kelas III MI Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang pada mata pelajaran SKI materi peristiwa kerasulan Nabi Muhammad SAW. Hal ini terjadi karena pada saat pembelajaran SKI pengajar lebih cenderung pada metode ceramah dan juga bercerita tanpa alat bantu atau media yang digunakan, sehingga motivasi belajar siswa pada mata pelajaran SKI berkurang. Selain itu, siswa laki-laki ramai di dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung. Kondisi seperti ini menjadi beban bagi guru mata pelajaran SKI karena siswa yang lain tidak dapat menerima pelajaran dengan baik.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana penerapan media Storyboard Telling ( Papan Cerita ) dalam meningkatkan motivasi belajar pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam materi peristiwa kerasulan Nabi Muhammad SAW di kelas III MI Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang ?, (2) Bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa setelah menggunakan media Storyboard Telling ( Papan Cerita ) pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam materi peristiwa kerasulan Nabi Muhammad SAW di kelas III MI Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang ?

Jenis penelitian ini adalah PTK yang dilaksanakan dalam dua siklus dengan model Kurt Lewin, di mana dalam satu siklus terdapat empat langkah pokok, meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan atau observasi dan refleksi. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, angket, tes dan dokumentasi.

Hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Pelaksanaan pembelajaran dengan media Storyboard Telling ( Papan Cerita ) dalam meningkatkan motivasi belajar dapat diterapkan dengan baik, hal ini dapat dilihat dengan adanya nilai akhir pada lembar observasi aktivitas guru dalam mengelola kelas pada saat pembelajaran, yaitu 72 (Sedang) pada siklus I dan 94,11 (Sangat Baik) pada siklus II. Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa setiap siklusnya, yaitu 73,2 (Sedang) pada siklus I dan 94,6 (Sangat Baik) pada siklus II. (2) peningkatan motivasi belajar siswa setelah menggunakan media Storyboard Telling ( Papan Cerita ) pada siklus I dan II mengalami peningkatan, hal ini dibuktikan dengan nilai hasil prosentase motivasi belajar siswa yang sangat baik pada siklus I memperoleh nilai 72,97%. Pada siklus II meningkat menjadi 89,18%.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... vi

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... vii

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... viii

ABSTRAK... ix

KATA PENGAN TAR ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR RUMUS... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tindakan yang Dipilih ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Lingkup Penelitian ... 8

F. Signifikansi Penilitian ... 10

G. Sistematika Pembahasan... 11

BAB II KAJIAN TEORI A. Motivasi Belajar ... 13

1. Pengertian Motivasi ... 13

2. Teori Motivasi Belajar ... 15

3. Fungsi Motivasi ... 18


(8)

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi... 20

6. Indikator Motivasi ... 21

B. Hakikat Sejarah Kebudayaan Islam ... 21

1. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam ... 21

2. Tujuan Pembelajaran SKI di MI ... 23

3. Ruang Lingkup SKI ... 24

C. Materi Peristiwa Kerasulan Nabi Muhammad SAW... 25

1. Kebiasaan Nabi Muhammad SAW Menjelang Kenabian ... 25

2. Turunnya Wahyu Pertama dan Kedua ... 26

D. Media Storyboard Telling... 30

1. Pengertian Media ... 30

2. Tujuan Penggunaan Media ... 31

3. Kriteria Pemilihan Media ... 32

4. Macam- macam Media ... 32

5. Manfaat Media Pembelajaran ... 34

6. Kelebihan dan Kekurangan Media Papan Cerita ... 35

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian ... 36

B. Setting dan Subyek Penelitian ... 38

C. Variabel Penelitian... 39

D. Rencana Tindakan ... 39

E. Teknik Pengumpulan Data ... 43

F. Analisis Data ... 45

G.Indikator Kinerja... 49

H. Tim Peneliti dan Tugasnya ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 51

1. Siklus I ... 51


(9)

b. Pelaksanaan ... 52

c. Observasi ... 57

d. Refleksi ... 71

2. Siklus II... 73

a. Perencanaan... 74

b. Pelaksanaan ... 75

c. Observasi ... 79

d. Refleksi ... 91

B. Pembahasan ... 92

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 97

B. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 100

PERN YATAAN KEASLIAN TULISAN ... 102

RIWAYAT HIDUP ... 103


(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu proses jangka panjang yang sudah menjadi bagian yang tidak akan terpisahkan dalam kehidupan di dunia, sebab hanya dengan melalui media pendidikan yang baik maka manusia akan mampu meraih dan menguasai ilmu pengetahuan untuk bekal hidupnya. Dengan dasar pendidikan ini seseorang akan mengetahui apa yang tidak diketahuinya. Allah subhanawata’ala berfirman dalam surat Al-Alaq ayat 5 yang berbunyi:

ْمَلْعَ ي ََْ اَم َناَسْنإا َمّلَع

(

5

)

Artinya: “Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. Al-Alaq: 5)1. Dari penjelasan ayat di atas dapat kita pahami tentang

pentingnya sebuah pendidikan bagi seluruh umat manusia di dunia.

Dalam sebuah pendidikan akan terjadi suatu proses belajar mengajar yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Dalam

1


(11)

2

hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar.2

Proses belajar mengajar terdapat beberapa pembelajaran yang telah menjadi ketentuan pada peserta didik oleh Pemerintah, salah satunya yaitu Pendidikan Agama Islam. Pada Pendidikan Agama Islam ini diartikan sebagai upaya dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur'an dan Al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman.3 Salah satu

pembelajaran yang termasuk Pendidikan Agama Islam yaitu sejarah kebudayaan Islam yang mana menjadi bagian dari proses belajar mengajar peserta didik yang di mulai dari tingkat dasar.

Secara sederhana, istilah pembelajaran bermakna sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya, strategi, metode, dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Pembelajaran dapat pula dipandang sebagai kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Dengan demikian, pembelajaran pada dasarnya merupakan kegiatan terencana yang

2

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesion ( Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA,1995), 4.

3

Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidik an Agama Islam ( Bandung, PT REMAJA ROSDAKARYA, 2012), 11.


(12)

3

mengkondisikan seseorang agar bisa belajar dengan baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.4

Pembelajaran pada tingkat dasar akan lebih menyenangkan dan menarik perhatian siswa manakala dilakukan dengan model-model pembelajaran yang aktif dan kreatif. Dalam hal ini tugas guru selama pembelajaran, baik di dalam kelas maupun di luar kelas untuk menyajikan kegiatan pembelajaran yang tidak membuat siswa sering merasa bosan, dengan cara menggunakan berbagai macam permainan atau pun media yang baik. Dengan itu, suasana pembelajaran akan lebih menarik dan dapat memotivasi peserta didik dalam belajar terutama pada tingkat dasar mata pelajaran sejarah. Dengan semangat dan motivasi yang tinggi maka akan mendapatkan hasil belajar yang maksimal.

Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) menjadi salah satu pembelajaran yang penyampaiannya lebih mudah dengan menggunakan media yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Sejarah kebudayaan Islam sebagai mata pelajaran agama yang seharusnya dapat diajarkan sebagaimana pelajaran lain. Dengan harapan siswa lebih baik dalam belajar. Pelajaran SKI di Madrasah Ibtidaiyah sangat penting dalam pembentukan akhlak, cara berpikir dan kepribadian siswa, agar pelajaran ini dapat diserap oleh siswa secara efektif maka dalam penyampaiannya tidak cukup dengan penjelasan

4


(13)

4

dari guru saja, oleh karenanya penggunaan media sangat membantu siswa dalam menerima pelajaran.

Salah satu materi dalam pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MI kelas III adalah tentang peristiwa kerasulan Nabi Muhammad SAW, yang mana termasuk pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa, selain untuk memenuhi tuntutan pendidikan juga sebagai tauladan bagi siswa. Mengingat peranan yang begitu penting, maka pelajar dituntut untuk memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar agar dapat mencapai pemahaman dan kemampuan secara komprehensif tentang kompetensinya sebagai pendidik.5

Akan tetapi, pada kenyataan yang ada tidak semua pengajar mampu melakukan proses belajar dengan baik, khususnya mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Pada pelajaran SKI ini pengajar lebih menekankan proses pembelajaran dengan metode ceramah saja, karena materi ini tentang sejarah maka pengajar juga sekedar bercerita tanpa alat bantu atau media yang digunakan, sehingga motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam berkurang.

Pada saat observasi dan wawancara yang peneliti lakukan di kelas III MI Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang, terlihat peserta didik khususnya yang laki-laki mereka melakukan kegiatan sendiri atau ramai di dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung. Kondisi seperti ini menjadi beban bagi guru

5

Syamsu Yusuf dan Nani M. Sugandhi, Perk embangan Peserta Didik ( Jakarta: PT. RAJA GRAFINDO PERSADA, 2012), 139


(14)

5

mata pelajaran SKI karena siswa yang lain tidak dapat menerima pelajaran dengan baik yang menyebabkan motivasi belajar siswa berkurang. Hal ini ditandai dengan penyebaran angket motivasi belajar saat observasi pada peserta didik dari 37 peserta didik, 16 siswa mendapatkan hasil kategori sangat baik, 9 siswa tergolong pada kategori cukup dan 12 siswa mendapatkan hasil kategori kurang. Hal ini terlihat bahwa motivasi belajar siswa masih tergolong sangat rendah yang dapat diketahui dari hasil prosentase ketuntasan motivasi belajar hanya mencapai 43,24 % siswa yang tuntas dalam aspek indikator motivasi.6

Hal utama yang harus dilakukan dalam pembelajaran adalah dengan membangkitkan motivasi belajar, dengan adanya motivasi belajar dapat merubah motivasi siswa kepada mata pelajaran. Siswa yang merasa senang terhadap mata pelajaran, tentunya akan meningkatkan motivasi belajar, karena mereka dapat mengambil manfaat dengan menganggap penting pelajaran tersebut bagi kehidupannya.7

Dalam sebuah pendidikan motivasi bukanlah sesuatu yang siap saji, akan tetapi motivasi dapat diperoleh dan dibentuk oleh lingkungan. Perkembangan motivasi belajar yakni dengan cara di bentuknya salah satu landasan mendasar yang mendorong manusia untuk tumbuh, berkembang,

6 Hasil wawancara Ibu Munawaroh, A.ma. Guru SKI Kelas III MI Mambaul Ma’

arif Denanyar Jombang pada tanggal 19 Oktober 2016.

7


(15)

6

dan maju mencapai sesuatu.8 Untuk itu, seorang pendidik dalam penerapan

pembelajaran perlu adanya media yang cocok bagi siswa sesuai tingkatannya. Sehingga dapat memenuhi KKM mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yaitu 75.

Berdasarkan masalah yang ada di lapangan, maka diperlukan media pembelajaran yang inovatif dan kreatif yang akan membawa siswa tertarik dan termotivasi. Oleh karena itu, peneliti akan mencoba menggunakan media Storyboard Telling (papan cerita) guna meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam materi tentang peristiwa kerasulan Nabi Muhammad SAW di kelas III MI Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang.

Media Storyboard Telling (papan cerita) merupakan media pembelajaran yang berbasis audio visual yang mana media ini tidak hanya dapat dipandang atau diamati tetapi juga dapat di dengar.9 Karena peneliti

menggunakan sebuah papan yang berukuran kecil dengan adanya tambahan gambar tentang meteri yang dapat menarik perhatian siswa dan juga terdapat sedikit narasi yang membantu memperjelas media tersebut.

8

Conny Semiawan, Penerapan Pembelajaran Pada Anak (Jakarta: PT Indeks, 2008), 79.

9

Nunuk Suryani dan Leo Agung, Strategi Belajar Mengajar (Yogyakarta: Ombak, 2012), hlm 142.


(16)

7

Berdasarkan fenomena yang terjadi di lapangan, maka peneliti mengangkat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul: “Peningkatan Motivasi Belajar SKI Materi Peristiwa Kerasulan Nabi Muhammad SAW Melalui Media Storyboard Telling (Papan Cerita) Kelas III MI Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan media Storyboard Telling ( Papan Cerita ) dalam meningkatkan motivasi belajar pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam materi peristiwa kerasulan Nabi Muhammad SAW di kelas III MI Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang ?

2. Bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa setelah menggunakan media Storyboard Telling ( Papan Cerita ) pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam materi peristiwa kerasulan Nabi Muhammad SAW di kelas III MI Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang ?

C. Tindakan yang dipilih

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tindakan yang dipilih untuk mengatasi permasalahan


(17)

8

rendahnya motivasi belajar dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam materi peristiwa kerasulan Nabi Muhammad SAW yakni dengan penerapan media Storyboard Telling (papan cerita) pada siswa kelas III MI Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang.

D. Tujuan Penelitian

Berikut tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui penerapan media Storyboard Telling (papan cerita) pada mata pelajaran SKI materi peristiwa kerasulan Nabi Muhammad SAW di kelas III MI Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang.

2. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran SKI materi peristiwa kerasulan Nabi Muhammad SAW di kelas III MI Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang.

E. Lingkup Penelitian

Untuk menghindari kesimpangsiuran pembahasan, peneliti membatasi pokok bahasan yang akan diteliti, berikut lingkup penelitian ini adalah :

1. Subyek penelitian adalah siswa kelas III MI Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang pada semester genap tahun ajaran 2016/2016. 2. Penelitian ini difokuskan pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan


(18)

9

dengan Standard Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator mata pelajaran, dan indikator motivasi sebagai berikut:

a. Standard Kompetensi

3. Mengenal peristiwa kerasulan Muhammad SAW b. Kompetensi Dasar :

3.1.Mendeskripsikan peristiwa kerasulan Muhammad SAW c. Indikator :

3.2.1 Menjelaskan peristiwa kerasulan Nabi Muhammad SAW.

3.2.2 Menceritakan peristiwa turunnya wahyu pertama dan kedua Nabi Muhammad SAW.

d. Indikator Motivasi

Pada umumnya, indikator atau unsur yang mendukung keberhasilan siswa dalam belajar dapat diklasifikasikan sesuai dengan adanya hasrat atau keinginan siswa dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dan juga keadaan lingkungan yang kondusif sehingga memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik.

3. Penerapan media Storyboard Telling (papan cerita) untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran SKI materi Peristiwa Kerasulan Muhammad SAW.


(19)

10

F. Signifikansi Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan perubahan yang baik dan bermanfaat pada peneliti, peserta didik, pihak sekolah serta masyarakat. Berikut manfaatnya:

1. Manfaat bagi siswa:

Siswa akan lebih tertarik dalam menerima materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam serta dapat meningkatkan motivasi belajar dan keaktifan peserta didik untuk ikut serta dalam berlangsungnya proses pembelajaran dengan menggunakan media Storyboard Telling (papan cerita).

2. Manfaat bagi guru:

Guru mendapatkan pengalaman dan keterampilan pembelajaran dari berbagai macam media terutama media Storyboard Telling (papan cerita) dalam mengembangkan perangkat pembelajaran serta mendapatkan variasi baru dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga peserta didik lebih aktif dan semangat dalam mengikuti pembelajaran.

3. Manfaat bagi sekolah:

Sebagai bahan pemberian alternatif media pembelajaran pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam guna meningkatkan motivasi belajar peserta didik.


(20)

11

4. Manfaat bagi masyarakat:

Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kualitas satuan pendidikan yang melakukan peningkatan penelitian tindakan kelas meningkat. 5. Manfaat bagi peneliti:

Sebagai bahan kajian tentang media Storyboard Telling (papan cerita) dan manfaatnya secara langsung di dalam meningkatkan aktivitas belajar peserta didik khususnya dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

G. Sistematika Pembahasan

Adapun sistematika pembahasan selengkapnya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan, yang meliputi : (a) Latar Belakang Masalah,

(b) Rumusan Masalah, (c) Tindakan yang Dipilih, (d) Tujuan Penelitian, (e) Lingkup Penelitian, (f) Manfaat Penelitian, (g) Sistematika Pembahasan.

BAB II : Kajian Teori, yang meliputi : (a) Motivasi Belajar, (b) Hakikat Sejarah Kebudayaan Islam, (c) Materi Peristiwa Kerasulan Nabi Muhammad SAW, (d) Media Storyboard Telling (papan cerita).

BAB III : Metode Penelitian, yang meliputi : (a) Metode Penelitian, (b) Setting dan Subyek Penelitian, (c) Variabel Penelitian, (d) Rencana Tindakan, (e) Data dan Cara Pengumpulannya,


(21)

12

(f) Indikator Kinerja, (g) Tim Peneliti dan Tugasnya.

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan, yang meliputi : (a) Hasil Penelitian, (b) Pembahasan.


(22)

BAB II KAJIAN TEORI A.Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi

Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan

sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata “motif” itu

maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan mendesak.10

Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.11 Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini

mengandung tiga elemen penting. (1) Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. (2) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa kasih sayang. (3) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Motivasi memang muncul dalam diri manusia, tetapi

10

Sardiman A.M, Interak si dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006) hlm 73.

11


(23)

14

kemunculannya karena terangsang atau terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.

Dengan ketiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai kebutuhan yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan menyebabkan gejala kejiwaan, perasaan, dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.12

Motivasi itu sangat penting. Motivasi adalah syarat mutlak untuk belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada seseorang siswa, misalnya tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu diselidiki sebab-sebabnya. Sebab-sebab itu biasanya bermacam-macam, di sekolah seringkali terdapat siswa yang malas dalam belajar, tidak menyenangkan, suka membolos dan lain-lain.

Dalam hal demikian berarti bahwa guru tidak berhasil memberikan motivasi yang tepat untuk mendorong agar ia bekerja dengan segenap tenaga dan pikirannya. Dalam hubungan ini, perlu diingat bahwa nilai buruk pada mata pelajaran tertentu belum tentu berarti bahwa anak itu bodoh terhadap mata pelajaran itu. seringkali terjadi seorang anak malas terhadap suatu mata pelajaran, tetapi sangat giat dalam mata pelajaran yang lain.

12


(24)

15

Banyak bakat anak tidak berkembang karena tidak diperolehnya motivasi yang tepat. Jika seseorang mendapat motivasi yang tepat, maka lepaslah tenaga yang luar biasa, sehingga tercapai hasil-hasil yang semula tidak terduga.13

Dengan memperhatikan berbagai difinisi tentang motivasi di atas, motivasi belajar dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dalam diri siswa untuk dapat mengarahkan dan mendorong perilakunya untuk selalu menguasai materi-materi pembalajaran.14

2. Teori Motivasi Belajar

1) Teori Insting

Menurut teori ini tindakan setiap diri manusia diasumsikan seperti tingkah jenis binatang. Tindakan manusia itu dikatakan selalu berkait dengan insting atau pembawaan. Dalam memberikan respons terhadap adanya kebutuhan seolah-olah tanpa dipelajari. Tokoh dari teori ini adalah Mc. Dougall.

2) Teori fisiologis

Teori ini juga disebutnya “Behaviour theories”. Menurut teori ini semua tindakan manusia itu berakar pada usaha memenuhi kebutuhan organik atau kebutuhan untuk kepentingan fisik. Dari teori inilah muncul

13

Ngalim Purwanto, Psik ologi Pendidik an (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 1990) hlm 60-61.


(25)

16

perjuangan hidup, perjuangan untuk mempertahankan hidup, dan perjuangan untuk kelangsungan hidup.

3) Teori Psikoanalitik

Teori ini mirip dengan teori insting, tetapi lebih ditekankan pada unsur-unsur kejiwaan yang ada pada diri manusia. Bahwa setiap tindakan manusia karena adanya unsur manusia yakni id dan ego. Tokoh dari teori ini adalah Freud.15

Berikut teori menurut Abraham Maslow:

Sebagai seorang pakar psikologi, Maslow mengemukakan adanya lima tingkatan kebutuhan pokok manusia. Kelima tingkatan kebutuhan pokok inilah yang kemudian dijadikan pengertian kunci dalam mempelajari motivasi manusia. adapun kelima tingkatan kebutuhan pokok yang dimaksud dapat dilihat pada gambar berikut:

15


(26)

17

Gambar 2.1 Tingkatan Kebutuhan Abraham Maslow

Keterangan:

1. Kebutuhan fisiologis: Kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar yang bersifat primer dan vital, yang menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar dari organisme manusia seperti kebutuhan akan pangan, sandang dan papan, kesehatan dan lain sebagainya.

2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (safery and security), seperti terjamin keamanannya, terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit, kemiskinan, kelaparan, perlakuan tidak adil, dan sebagainya.

3. Kebutuhan cinta kasih atau kebutuhan sosial (social needs), ketika seseorang telah memuaskan kebutuhan fisiologi dan rasa aman, kepentingan berikutnya adalah hubungan antarmanusia. Cinta kasih


(27)

18

dan sayang yang diperlukan pada tingkat ini, mungkin disadari melalui hubungan-hubungan antar pribadi yang mendalam, tetapi juga yang mencerminkan dalam kebutuhan untuk menjadi bagian berbagai kelompok sosial.16

4. Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs), termasuk kebutuhan dihargai karena prestasi, kemampuan, kedudukan atau status, pangkat, dan lain sebagainya.

5. Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization), yakni kebutuhan yang mempertimbangkan potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara maksimum, kreativitas dan ekspresi diri. Tingkatan atau hirarki kebutuhan dari Maslow ini tidak dimaksud sebagai suatu kerangka yang dapat dipakai setiap saat, tetapi lebih merupakan kerangka acuan yang dapat digunakan sewaktu-waktu bilamana diperlukan untuk memprakirakan tingkat kebutuhan mana yang mendorong seseorang yang akan dimotivasi bertindak melakukan sesuatu. 17

3. Fungsi Motivasi

Motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan mempengaruhi serta mengubah kelakuan. Jadi, fungsi motivasi meliputi:

16

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Penguk urannya (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006) 41.

17


(28)

19

a) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul suatu perbuatan seperti belajar.

b) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan tercapainya suatu tujuan yang diinginkan.

c) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.18

4. Ciri-ciri Motivasi

Motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

b) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang didapatnya).

c) Lebih senang bekerja mandiri.

d) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).

e) Dapat mempertahankan pendapatnya kalau sudah yakin akan sesuatu. f) Tidak mudah melepas hal-hal yang diyakini.

g) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.19

18


(29)

20

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Ada 2 faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa, diantaranya yaitu faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik.

1. Faktor Instrinsik

Merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar yang berasal dari siswa itu sendiri. Diantaranya terdiri dari (1) Minat, hal ini merupakan ketertarikan individu terhadap sesuatu, di mana minat belajar siswa menjadi mudah dan cepat. (2) Cita-cita, timbulnya cita-cita dibarengi oleh perkembangan akal, moral, kemauan, bahasa dan nilai-nilai kehidupan yang membawa perkembangan kepribadian. (3) Kondisi siswa, untuk melakukan suatu kegiatan belajar perlu adanya kondisi fisik serta pikiran yang sehat agar dapat menumbuhkan motivasi belajar.

2. Faktor Motivasi Ekstrinsik

Menurut Elliot et al berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar yang berasal dari luar individu disebut faktor ekstrinsik. Diantaranya terdiri dari: (1) Kecemasan terhadap hukuman, motivasi belajar akan muncul jika ada kecemasan atau hukuman yang menyertai atau melandasi pembelajaran. (2) Penghargaan dan pujian, motivasi belajar akan tumbuh jika disertai dengan penghargaan atau pujian yang layak dalam proses belajar. (3)

19


(30)

21

Peran orang tua, keterlibatan orang tua dalam menumbuhkan motivasi belajar sangat diperlukan baik berupa perhatian bimbingan pada anak maupun prestasi secara individu terhadap kegiatannya. (4) Peran pengajar, peran pengajar dalam membangkitkan motivasi belajar peserta didik agar makin aktif dalam belajar.(5) Kondisi lingkungan, sebagai anggota masyarakat siswa dapat terpengaruh lingkungan sekitar.20

6. Indikator Motivasi

Indikator motivasi belajar dapat diuraikan sebagai berikut: (1) Adanya hasrat keinginan untuk berhasil, (2) Adanya dorongan dalam kebutuhan belajar, (3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan, (4) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, (5) Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan siswa dalam belajar dengan baik.21

B.Hakikat Sejarah Kebudayaan Islam

1. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

Struktur kelompok mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam kurikulum Madrasah meliputi: 1) Al-Qur‟an Hadis, 2) Akidah Akhlak, 3) Fikih, 4) Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), dan 5) Bahasa Arab. Masing-masing mata pelajaran tersebut pada dasarnya saling terkait dan melengkapi.

20

http://sainsjournal-fst11.web.unair.ac.id. Di akses pada tanggal 8 November 2016 pukul 15.22.

21


(31)

22

Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan catatan perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam beribadah, bermuamalah dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem kehidupan atau menyebarkan ajaran Islam yang dilandasi oleh akidah.

Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) menekankan pada kemampuan mengambil ibrah/ hikmah (pelajaran) dari sejarah Islam, meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain, untuk mengembangkan Kebudayaan dan peradaban Islam pada masa kini dan masa yang akan datang.

Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/peradaban Islam dan para tokoh yang berprestasi dalam sejarah Islam pada masa lampau, mulai dari sejarah masyarakat Arab pra-Islam, sejarah kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad SAW, sampai dengan masa Khulafaurrasyidin. Secara substansial, mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam, yang mengandung


(32)

23

nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik.22

2. Tujuan Pembelajaran SKI di MI

Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut:

a) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah SAW dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.

b) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan.

c) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.

d) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau.

e) Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh

22

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Tahun 2013, Tentang Kurik ulum2013 Mata Pelajaran Pendidik an Agama Islam dan Bahasa Arab Di Madrasah, 33.


(33)

24

berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.23

3. Ruang Lingkup Sejarah Kebudayaan Islam

Ruang lingkup Sejarah Kebudayan Islam di Madrasah Ibtidaiyah meliputi : a) Sejarah masyarakat Arab pra-Islam, sejarah kelahiran dan kerasulan

Nabi Muhammad SAW.

b) Dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya, yang meliputi kegigihan dan ketabahannya dalam berdakwah, kepribadian Nabi Muhammad SAW, hijrah Nabi Muhammad SAW ke Thaif, peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW.

c) Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW ke Yatsrib, keperwiraan Nabi Muhammad SAW, peristiwa Fathu Makkah, dan peristiwa akhir hayat Rasulullah SAW.

d) Peristiwa-peristiwa pada masa khulafaurrasyidin.

e) Sejarah perjuangan tokoh agama Islam di daerah masing- masing.

23

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, Tentang Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidik an Agama Islam Dan Bahasa Arab Di Madrasah, 15.


(34)

25

C.Materi Peristiwa Kerasulan Nabi Muhammad SAW 1. Kebiasaan Nabi Muhammad SAW Menjelang Kenabian

Setelah Muhammad SAW memasuki usia 40 tahun, beliau sering melakukan uzlah daripada waktu-waktu sebelumnya. Beliau beruzlah dengan maksud untuk “tahannus” yaitu beribadah menjauhi dosa-dosa dan mendekatkan diri pada Tuhan.

Uzlah atau menyepi artinya mengasingkan diri di tempat yang sepi untuk mencari petunjuk dari Tuhan Yang Maha Kuasa. hal ini sudah menjadi kebiasaan ahli pikir bangsa Arab jika menghadapi masalah yang rumit guna mencari pemecahannya.

Nabi Muhammad SAW melakukan uzlah di gua Hira’ yang terletak di Jabal Nur, sekitar kurang lebih 5 km dari kota Makkah. Uzlah ini beliau lakukan karena masyarakat Arab pada waktu itu semakin jauh dari ajaran tauhid. Mereka tidak lagi menyembah Allah, tetapi menyembah berhala yang mereka buat sendiri. Di samping berjudi, tidak menghargai kaum wanita dan sering melakukan kemaksiatan.

Dalam beruzlah, beliau berdo'a memohon petunjuk kepada Allah SWT untuk meluruskan keyakinan dan memperbaiki keadaan masyarakat yang rusak akhlaknya agar menjadi masyarakat yang selamat dari kehancuran.24

24


(35)

26

2. Turunnya Wahyu Pertama dan Kedua

a) Turunnya wahyu Pertama

Pada suatu malam tepatnya tanggal 17 Ramadhan tahun ke 40 dari kelahiran Nabi Muhammad atau bertepatan pada bulan Agustus 610 M, ketika beliau sedang melakukan uzlah di Gua Hira’ datanglah malaikat Jibril menyampaikan wahyu Allah. Tanpa banyak bertanya, Jibril berkata: Iqra’ (bacalah), Nabi Muhammad menjawab: “Aku tidak

bisa membaca”. Yang kemudian itu berulang sampai tiga kali, kemudian malaikat Jibril membacakan atau mengajarkan kepada Nabi Muhammad wahyu pertama yaitu surat Al Alaq ayat 1-5 yang berbunyi sebagai berikut:

ْْأَرْ قا

ْ

ِْمْساِب

ْ

َْكّبَر

ْ

يِذلا

ْ

َْقَلَخ

ْْ

ُ

١

َ

َْقَلَخ

ْ

َْناَسْنإا

ِْْم

ْْنْ

ْ قَلَع

ُْ

٢

َ

ْ

ْْأَرْ قا

ْ

َْكبَرَو

ْ

ْ مَرْكأا

ُْ

٣

َْ

يِذلا

ْ

َْملَع

ْ

ِْمَلَقْلاِب

ُْ

٤

َ

َْملَع

ْ

َْناَسْنإا

ْ

اَمْ

َْْلْ

ْْمَلْعَ ي

ُْ

٥

َْ

Artinya : “ Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang paling pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq : 1-5)

Setelah Muhammad membaca surat Al Alaq ayat 1-5, maka pergilah malaikat Jibril meninggalkan Gua Hira’. Sejak itu, yakni setelah diterimanya wahyu dari Tuhan yang pertama tadi, Muhammad telah menjadi Rasul yang diutus Tuhan kepada semua umat manusia. Peristiwa


(36)

27

itu terjadi pada hari Senin, 17 Ramadhan atau 6 Agustus 610 M. dan dinamakan Nuzulul Qur'an artinya peristiwa turunnya Al-Qur'an yang pertama.

b) Nasehat Waraqah bin Naufal

Setelah Muhammad menerima wahyu yang pertama, hatinya merasa takut dan gemetar. Kemudian, ia pulang ke rumah menemui istrinya Khadijah dengan muka pucat. Sesampainya di rumah istrinya merasa heran lalu bertanya kepada Muhammad Apa yang sedang terjadi?Muhammad menjawab: “Selimutilah aku, selimutilah aku.”

Khadijah segera menyelimuti sampai hilang rasa takutnya. Kemudian berceritalah Nabi Muhammad tentang Khadijah yang dialaminya di Gua Hira’.

Khadijah menenangkan hati dan pikiran Muhammad yang cemas, dan meyakinkan bahwa Allah SWT akan tetap menolong hambaNya.

Setelah beliau tertidur, Siti Khadijah pergi ke rumah Waraqah bin Naufal. Waraqah bin Naufal adalah anak paman Khadijah. Ia adalah pendeta yang sangat alim dan sangat paham tentang kitab Injil. Siti Khadijah menceritakan apa yang terjadi atas diri suaminya. Setelah memperoleh nasehat dari Waraqah bin Naufal, Siti Khadijah pulang. Khadijah kemudian mengajak Muhammad SAW untuk memperjelas kejadian yang dialaminya. Muhammad menceritakan peristiwa yang telah dialaminya kepada Waraqah bin Naufal.


(37)

28

Kemudian Waraqah bin Naufal membuka kitab Taurat dan Injil, sampai berkata, “ Demi Tuhan, yang datang kepadamu itu Malaikat

Jibril, yang pernah datang kepada Nabi Musa dan Isa. Baik-baiklah menjaga diri Muhammad. Tabahkan hatimu, kelak kamu akan diangkat oleh Tuhan menjadi Rasul. Jangan takut, tetapi gembiralah menerima wahyu itu. Tuhan akan selalu menolong hambaNya yang dipilih sebagai utusan-utusanNya.”

Waraqah bin Naufal juga memberi tahu Muhammad bahwa orang-orang musyrik Quraisy akan mengusir Muhammad karena mereka tidak suka terhadap Muhammad. Dan Waraqah bin Naufal berjanji akan membelanya.

Setelah mendengar penjelasan dan nasehat dari Waraqah bin Naufal, Muhammad merasa tenang dan siap untuk melaksanakan tugas kenabian.

c) Wahyu Kedua

Kurang lebih 40 hari setelah turunyya wahyu pertama. Nabi Muhammad menerima wahyu lagi. Suatu ketika, datanglah suara yang keras dari langit: “Hai Muhammad engkaulah sebenarnya utusan Allah.”

Kemudian terlihat oleh Muhammad Malaikat Jibril ada diatasnya, sebagaimana yang dijumpai di Gua Hira’ dulu. Muhammad kemudian


(38)

29

lari pulang dan meminta selimut agar diselimuti karena badannya terasa dingin dan berkeringat. Khadijah segera menuruti permintaan suaminya.

Di saat Nabi Muhammad SAW dalam keadaan berselimut, suara tadi terdengar lagi dengan jelas dan semakin dekat. Itulah wahyu yang kedua, surat Al Muddatsir ayat 1-7:

ْ

ْ رّ ثد مْلاْاَه يَأْاي

ُ

١

َ

ْ

ْْرِذْنَأَفْْم ق

ُ

٢

َ

ْ

ْْرّ بَكَفَْكبَرَو

ُ

٣

َ

ْ

ْْرّهَطَفَْكَبايِثَو

ُ

٤

َ

ْ

ْ

ْْر جْاَفَْزْجرلاَو

ُ

٥

َْ

ُْ رِثْكَتْسَتْْن نََْْاَو

٦

َْ

ُِِْْْصاَفَْكّبَرِلَو

٧

َ

Artinya : “ Hai orang-orang yang berselimut, bangunlah lalu beri peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah dan perbuatan dosa tinggalkanlah dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh balasan yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu bersabarlah.” (QS. Muddatsir 1-7)

Setelah turunnya wahyu yang kedua ini, maka jelaslah sudah kepada Rasulullah SAW tugas apa yang harus beliau lakukan dalam menyampaikan risalah kepada seluruh umat manusia.

Dalam ayat tersebut Rasulullah SAW diperintahkan untuk:

a. Memberi peringatan (berdakwah) kepada umat manusia b. Mengagungkan Allah

c. Membersihkan dan meninggalkan perbuatan dosa dan maksiat, agar kebersihan lahir dan batin benar-benar tercapai.

d. Tidak mengharapkan sesuatu yang lebih banyak dari apa yang telah diberikan.


(39)

30

e. Tetap bersabar dalam menghadapi setiap gangguan siksaan, ejekan yang akan dilakukan oleh orang-orang yang menantang dakwah beliau.25

D.Media Storyboard Telling

1. Pengertian Media

Media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa). sebagai penyaji dan penyalur pesan, media belajar dalam hal-hal tertentu bisa mewakili guru menyajikan informasi belajar kepada siswa. Jika program media itu didesain dan dikembangkan secara baik, maka fungsi itu akan dapat diperankan oleh media meskipun tanpa keberadaan guru.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.26

Adapun media storyboard telling (papan cerita) merupakan media yang terbuat dari papan yang berukuran kecil dengan adanya gambar yang menarik pada papan tersebut dan juga penerapan audio yang diperankan

25

Ibid., 54-56.

26

Nunuk Suryani dan Leo Agung, Strategi Belajar Mengajar (Yogyakarta: Ombak, 2012) 136-137.


(40)

31

oleh pengguna. Media ini termasuk media pembelajaran yang berbasis audio visual, karena peserta didik tidak hanya dapat melihat akan tetapi dapat mendengarkan narasi yang disajikan dalam bentuk audio. Papan cerita termasuk media yang dapat digunakan sebagai alat untuk menarik perhatian siswa dalam penyampaian materi terutama materi sejarah.

2. Tujuan Penggunaan Media

Secara umum tujuan penggunaan media pembelajaran adalah:

1). Agar proses belajar mengajar yang sedang berlangsung dapat berjalan dengan tepat dan berguna.

2). Untuk mempermudah guru dalam penyampaian informasi materi kepada peserta didik.

3). Untuk mempermudah peserta didik dalam menyerap materi yang telah disampaikan oleh guru.

4). Dapat mendorong keinginan peserta didik untuk mengetahui lebih banyak terkait materi atau pesan yang disampaikan oleh guru.

5). Untuk menghindari salah pengertian atau salah paham antar peserta didik yang satu dengan yang lain terhadap materi yang disampaikan oleh guru.27

27


(41)

32

3. Kriteria Pemilihan Media

Media merupakan salah satu sarana atau alat untuk meningkatkan proses belajar mengajar. Karena terdapat beraneka ragam media yang masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda, untuk itu perlu memilihnya dengan cermat dan tepat agar dapat digunakan secara tepat dan berguna. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih media, yaitu: (1) Media yang dipilih harus selaras dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. (2) Memilih media harus sesuai dengan materi yang akan diajarkan. (3) Ketersediaan media di sekolah atau memungkinkan bagi guru untuk mendesain sendiri media yang akan digunakan merupakan hal yang perlu dipertimbangkan bagi seorang guru. (4) Media yang dipilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan disampaikan kepada siswa secara tepat dan berguna. (5) Biaya yang akan dikeluarkan dalam pemanfaatan media harus seimbang dengan hasil yang akan dicapai.28

4. Macam-macam Media

Media yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar sangat banyak macamnya, berikut beberapa media yang sering digunakan:

1). Media Visual

Media visual yaitu media yang dapat ditangkap dengan indra penglihatan. Jenis media ini terdiri dari:

28


(42)

33

a. Media gambar diam (still pictures) dan Grafis

Media ini adalah hasil potretan dari berbagai obyek yang dituangkan dalam bentuk gambar.

b. Media Papan

Media papan adalah media pembelajaran yang menggunakan papan sebagai bahan baku utamanya yang dapat dirancang baik secara memanjang maupun secara melebar sesuai dengan keinginan dan tujuan pembelajaran.

c. Media dengan proyeksi

Media ini merupakan media dengan penggunaan proyektor sehingga terlihat gambar yang nampak pada layar.

2). Media Audio

Media audio merupakan jenis media yang di dengar. Media ini memiliki karakteristik melalui bunyi atau suara-suara.

3). Media Audio Visual

Media yang dapat dilihat dan juga didengar. Media ini termasuk jenis media yang menggabungkan penggunaan suara yang memerlukan pekerjaan tambahan untuk memproduksinya. Salah satu pekerjaan yang diperlukan dalam media audio visual adalah penulisan narasi yang dapat dibuat sesuai dengan materi dan juga storyboard Telling yang mana lebih menjangkau keaktifan siswa.


(43)

34

Pada pembuatan naskah narasi, ditulis secara singkat, padat dan sederhana. Penulisan naskah ini akan lebih maksimal jika ditulis dalam kalimat yang aktif. Setelah selesai menulis, naskah narasi dapat dibagikan pada siswa dan dibaca dengan cermat.

Adapun storyboard Telling dapat dikembangkan dengan menetapkan jenis visual yang akan digunakan untuk mendukung isi pelajaran. Dengan catatan grafik atau gambarnya cocok dengan teks.29

4). Media Asli dan Orang

Media ini merupakan benda yang sebenarnya guna memberikan pengalaman langsung pada peserta didik.

5). Lingkungan sebagai Media Pembelajaran

Media yang secara nyata dapat dinikmati yakni lingkungan sekitar yang membantu penyampaian materi kepada siswa.

5. Manfaat Media Pembelajaran

Peranan media pembelajaran sangat diperlukan dalam suatu kegiatan belajar mengajar. Guru dapat menyajikan berbagai alat untuk memberikan informasi yang lebih baik kepada siswa. Melalui media pembelajaran, hal yang masih bersifat abstrak bisa lebih menjadi konkrit. Oleh karenanya, secara khusus media pembelajaran bermanfaat untuk : (1) Menangkap suatu obyek atau peristiwa-peristiwa tertentu. (2) Memanipulasi keadaan,

29


(44)

35

peristiwa, atau obyek tertentu. (3) Menambah gairah dan motivasi belajar siswa.30

6. Kelebihan dan Kekurangan Media Papan Cerita

Kelebihan papan cerita:

1) Memotivasi dan mengaktifkan peserta didik dalam belajar 2) Dapat digunakan dan dipahami pada semua tingkat sekolah 3) Mudah membuatnya dan dapat di rangcang oleh guru 4) Cocok untuk mata pelajaran sejarah

Kekurangan dari papan cerita: 1) Mudah rusak bila tidak dirawat.31

30

Wina Sanjaya, Media Komunik asi Pembelajaran (Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2012) 70-72.

31


(45)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A.METODE PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas sudah lebih dari sepuluh tahun dikenal dan dibicarakan dalam dunia pendidikan. Dalam bahasa Inggris PTK di artikan dengan Classsroom Action Research, yang disingkat CAR yang berarti penelitian tindakan kelas. Terdapat tiga kata yang membentuk pengertian tindakan kelas tersebut, berikut uraiannya:

1. Penelitian, dalam hal ini penelitian termasuk suatu kegiatan yang mencermati suatu obyek, dan menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat bagi siswa dan dapat meningkatkan mutu dari suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan, suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dapat peneliti lakukan dalam bentuk rangkaian siklus kegiatan.

3. Kelas, menunjukkan pada tempat proses pembelajaran berlangsung. Yang aman terdapat sekelompok siswa dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari seseorang guru.32

Dari penjelasan di atas, maka PTK dapat diartikan sebagai proses yang mengkaji berbagai masalah pembelajaran di dalam kelas melalui

32


(46)

37

refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang telah direncanakan dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakukan tersebut.33

Banyak model yang dapat kita gunakan sebagai pedoman dalam merancang dan melaksanakan penelitian tindakan kelas. Kita dapat memilih salah satu model sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada. Adapun model-model PTK yang sampai saat ini sering digunakan dalam dunia pendidikan , diantaranya: (a) Model Kurt Lewin, (b) Mecl Kemmis dan Mc Taggart, (c) Model John Elliott, dan (d) Model Dave Ebbutt.

Dalam pelaksanaannya, penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan model Kurt Lewin. Yang menjelaskan bahwa terdapat 4 tahap yang harus dilakukan dalam proses penelitian tindakan yakni perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Hubungan keempat komponen tersebut dipandang sebagai siklus yang dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1 Model Kurt Lewin

33

Wina Sanjaya, Penelitian Tindak an Kelas (Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2009), 26.

Identifikasi Mslh

SIKLUS I

SIKLUS II

Perencanaan ulang Observasi Refleksi

Perencanaan

Tindakan


(47)

38

Perencanaan adalah proses menentukan program perbaikan yang berangkat dari suatu ide gagasan penelitian. Sedangkan tindakan adalah pelaksanaan yang dilakukan oleh peneliti sesuai dengan perencanaan yang telah disusun oleh peneliti. Observasi adalah pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui efektifitas tindakan atau pengumpulan informasi terkait berbagai kelemahan tindakan yang telah dilakukan. Dan refleksi adalah kegiatan analisis tentang hasil observasi hingga memunculkan program atau perencanaan baru.34

Secara keseluruhan empat tahapan dalam penelitian tindakan kelas tersebut membentuk suatu siklus penelitian tindakan kelas seperti pada gambar di atas. Untuk mengatasi suatu masalah, mungkin diperlukan lebih dari satu siklus. Siklus-siklus tersebut saling terkait dan berkelanjutan. Siklus kedua, dilaksanakan bila masih ada hal-hal yang kurang berhasil dalam siklus pertama. Siklus ketiga, dilaksanakan karena siklus kedua belum mengatasi masalah, begitu juga siklus-siklus berikutnya.

B.SETTING dan SUBYEK PENELITIAN

1. Setting Penelitian

Tempat Penelitian : MI Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang Waktu Penelitian : semester genap tahun ajaran 2016 / 2017

34


(48)

39

2. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III MI Mambaul Ma’arif

Denanyar Jombang tahun ajaran 2016 / 2017 dengan jumlah 37 siswa yang terdiri dari 12 laki-laki dan 25 perempuan.

C.VARIABEL PENELITIAN

Variabel-variabel penelitian yang dijadikan titik fokus untuk menjawab permasalahan yang dihadapi yaitu:

1) Variabel Input : Siswa kelas III MI Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang tahun ajaran 2016 / 2017

2) Variabel Proses : Penerapan media Storyboard Telling (Papan Cerita)

3) Variabel Output : Peningkatan motivasi belajar SKI materi tentang peristiwa Kerasulan Nabi Muhammad SAW.

D.RENCANA TINDAKAN

Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan model penelitian tindakan Kurt Lewin. Pada setiap siklus meliputi empat komponen yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan atau tindakan, (3) pengamatan, (4) refleksi.

Beberapa prosedur yang peneliti lakukan di kelas III MI Mambaul


(49)

40

1. Perencanaan (Planning)

Langkah –langkah yang dapat dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah :

1) Menentukan pokok bahasan

2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang difokuskan pada perencanaan langkah-langkah perbaikan atau skenario tindakan yang diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Dalam rencana perbaikan pembelajaran ini peneliti menerapkan media Storyboard Telling (papan cerita).

3) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas ketika proses pembelajaran berlangsung.

4) Menyiapkan Angket

5) Menyiapkan instrumen pengumpulan data yaitu : a) Lembar pengamatan aktivitas siswa

b) Lembar pengamatan aktivitas guru

c) Lembar instrumen RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran)

2. Tindakan (acting)

Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan yang telah dirumuskan pada RPP dalam situasi yang actual. Meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.


(50)

41

a. Kegiatan Awal

1) Guru mengucapkan salam 2) Siswa berdo'a bersama

3) Guru mengabsen kehadiran siswa. 4) Guru menanyakan kabar siswa.

5) Memberikan ice breaking dengan menyanyi 5 jari tanganku untuk memfokuskan perhatian siswa.

6) Guru memberikan apersepsi “anak-anak kalian pernah mendengarkan cerita Nabi-Nabi? Cerita Nabi siapa yang sudah kalian baca?” Dalam pertemuan kali ini kita akan belajar tentang Guru menulis judul materi pembelajaran di papan tulis.

7) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai. b. Kegiatan Inti

1) Siswa membaca bacaan yang telah disediakan guru sesuai materi. 2) Guru memperlihatkan media yang telah dibawa dengan

menyampaikan kegunaannya.

3) Membuat kesepakatan bersama siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

4) Guru memulai bercerita dengan menggunakan media storyboard telling (papan cerita).


(51)

42

c. Penutup

1) Guru bertanya pada siswa tentang senang atau tidaknya mereka mendengarkan cerita dengan media yang telah digunakan.

2) Guru memberikan motivasi belajar pada siswa.

3) Guru dan siswa mengakhiri pelajaran dengan membaca do'a. 4) Guru mengucapkan salam.

3. Observasi

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses pembelajaran SKI materi peristiwa kerasulan Nabi Muhammad SAW dengan menerapkan media storyboard telling (papan

cerita) di kelas III MI Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang. Hal yang

dilakukan peneliti adalah mengamati, mencatat semua gejala yang muncul selama proses pembelajaran, termasuk aktivitas guru dan siswa, dan mengisi lembar pengamatan saat proses pembelajaran berlangsung.

4. Refleksi

Pada tahap refleksi ini guru dan observer mengevaluasi seluruh tindakan yang dilakukan berdasarkan hasil observasi. Hasil observasi dikumpulkan, kemudian dianalisis untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan mencari kendala-kendala atau kekurangan-kekurangan selama pembelajaran berlangsung. Kemudian peneliti juga melakukan refleksi diri terhadap penerapan media storyboard telling (papan cerita) dapat


(52)

43

meningkatkan motivasi belajar siswa. Jika ternyata hasil yang diperoleh belum sesuai harapan maka akan dilakukan siklus selanjutnya.

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Cara pengumpulan data yang dikumpulkan dalam penelitian tindakan kelas ini antara lain :

a. Wawancara

Wawancara dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan responden untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran.35

Menurut Denzin dalam Goets dan LeCompte wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu.36

Dalam proses wawancara ini, peneliti melakukan tanya jawab kepada guru dan siswa dengan membawa instrumen pertanyaan terkait data yang ingin diperoleh peneliti yang berkaitan dengan proses belajar mengajar di

kelas III MI Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang.

35

Kunandar, Langk ah Mudah Penelitian Tindak an Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013) 126.

36

Rochiati Wirjaatmadja, Metode Penelitian Tindak an Kelas (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012) 117.


(53)

44

b. Observasi

Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif dan rasional mengenai berbagai fenomena baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.37 Dalam hal ini teknik observasi dilakukan pada saat proses

pembelajaran berlangsung.

Pada teknik observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dan proses pembelajaran dengan menyediakan lembar observasi untuk mengukur tingkat aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar.

c. Angket

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.38 Angket dalam penelitian ini digunakan untuk

pengumpulan data mengenai motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah adanya tindakan perbaikan yang menggunakan media storyboard telling (papan cerita).

Peneliti menggunakan angket yang ditujukan untuk siswa kelas III MI

Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang, yang terdiri dari 37 siswa. Jumlah instrumen penelitian ini tergantung pada variabel penelitian yang telah

37

Zainal Arifin, Penelitian Pendidik an ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011 )153

38


(54)

45

ditetapkan untuk penelitian. Kemudian dari variabel tersebut dikembangkan menjadi indikator. Dari indikator yang telah ditentukan maka dapat disusun menjadi pertanyaan atau pernyataan yang terangkum dalam angket.

d. Tes

Dari hasil belajar siswa yang dilakukan guru selain dapat meningkatkan motivasi belajar, juga dapat mengetahui proses belajar serta potensi yang dimiliki setiap siswa terhadap pembelajaran. Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes hasil belajar baik secara individu maupun kelompok untuk mengetahui perkembangan motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran.

e. Dokumentasi

Dokumentasi adalah laporan tertulis tentang suatu peristiwa yang isinya terdiri dari penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa tersebut. Dokumentasi dalam penelitian ini berupa data hasil belajar siswa dan foto pada saat berlangsungnya penelitian tindakan kelas.

F. ANALISIS DATA

Dalam penelitian ini, didapatkan data kualitatif (wawancara dan dokumentasi) dan kuantitatif (angket dan observasi). Data kualitatif dalam penelitian ini, yaitu gambaran tentang kegiatan pembelajaran siswa yang berkaitan dengan aktifitas siswa mengikuti proses pembelajaran, perhatian, antusias dalam pembelajaran, dan kepercayaan diri dalam belajar dapat


(55)

46

dianalisis secara kualitatif. Sedangkan data kuantitatif dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari hasil angket siswa, kemudian dianalisis secara statistik deskriptif, yaitu sebagai berikut:

1. Data Hasil Angket Siswa

Data kuantitatif yang diperoleh dari hasil setiap siklus salah satunya yaitu angket, hasil angket dari setiap siswa dihitung perolehan skornya, kemudian diubah menjadi nilai dengan rumus sebagai berikut:39

Nilai Motivasi Belajar

=

( Rumus 3.1)

Setelah diketahui nilai motivasi belajar pada setiap siswa, maka data pengukuran nilai motivasi belajar siswa dinyatakan tuntas jika memenuhi kategori minimal sangat baik, sedangkan untuk menghitung prosentase motivasi belajar siswa digunakan rumus sebagai berikut:40

Nilai =

% ...( Rumus 3.2)

Untuk kategori motivasi belajar siswa berdasarkan nilai dari jumlah skor yang diperoleh pada masing-masing siswa adalah sebagai berikut :

39

Imas Kurniasih, Tek nik dan Cara Mudah Membuat Penelitian Tindak an Kelas (Kata Pena, 2014) 43.

40

Sukardi, Evaluasi Pendidik an Prinsip dan Operasionalnya (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010) 136.


(56)

47

Tabel 3.1

Kriteria Ketuntasan Motivasi Belajar41

No Interval Kategori

1 80 - 100 Sangat baik

2 70 - 79 Baik

3 60 - 69 Cukup

4 ≤ 59 Kurang

Kategori respon yang dipakai oleh peneliti adalah kriteria pedoman penilaian, sebagai berikut: 80%    100% dengan presentasi sangat baik,

70%    79% dengan presentasi baik, 60%    69% dengan presentasi

cukup, 59% dengan presentasi kurang. 2. Data Hasil Observasi Guru dan Siswa

Data hasil dari observasi aktivitas guru dan siswa pada setiap siklus selama proses pembelajaran yang telah berlangsung akan dianalisis. Data tersebut akan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 42

Nilai Observasi =

x 100...( Rumus 3.3)

Hasil penelitian keseluruhan akan diklasifikasikan ke dalam bentuk penyekoran nilai dengan menggunakan kriteria sebagai berikut: 43

41

Ibid., 43.

42

Kunandar, Penilaian Autentik (Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2013) 151.

43

Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Tek nik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), 82


(57)

48

Tabel 3.2

Kriteria Ketetapan Hasil Observasi Guru dan Siswa Taraf

Penguasaan

Kualifikasi Nilai Huruf

91-100 Sangat Baik A

80-89 Baik B

65-79 Cukup C

55-64 Kurang D

< 55 Gagal E

3. Tes

Skor yang diperoleh tiap siswa pada penilaian tes kemudian diubah menjadi nilai. Guru diwajibkan untuk mengubah skor mentah menjadi skor berstandar 100 dengan rumus sebagai berikut :

Nilai =

x 100...( Rumus 3.4) Setelah diketahui jumlah skor tiap siswa maka dihitung nilai rata-rata dengan rumus sebagai berikut :44

X = ... (Rumus 3.5) Keterangan : X = Rata-rata

= Jumlah Seluruh Skor N = Banyaknya Subjek

44

Dr. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995) 109.


(58)

49

3. Wawancara

Data wawancara yang diperoleh dari guru dapat dianalisis dengan menggunakan beberapa pertanyaan pokok yang berhubungan dengan media storyboard telling (papan cerita) yang digunakan dalam pelajaran SKI untuk meningkatkan motivasi belajar.

G.INDIKATOR KINERJA

Indikator kinerja merupakan suatu kriteria yang digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan dari kegiatan penelitian tindakan kelas dalam meningkatkan motivasi belajar siswa materi peristiwa Kerasulan Nabi Muhammad SAW , indikator kinerja harus realistic dan dapat diukur (jelas cara pengukurannya).45

Berikut indikator kinerja yang ditetapkan peneliti untuk mengukur keberhasilan penelitian ini:

1. Prosentase hasil motivasi belajar siswa minimal mencapai 80. 2. Nilai observasi aktivitas guru 80.

3. Nilai observasi aktivitas siswa .

45


(59)

50

H.TIM PENELITI dan TUGASNYA

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan saat ini merupakan penelitian kolaboratif. Dalam hal ini peneliti berkolaborator dengan guru mata pelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam kelas III MI Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang.

1. Guru Kolaborasi

Nama : Munawaroh, A.ma

Status : Guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas III MI Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang

Tugas :Bertanggung jawab atas semua jenis kegiatan pembelajaran, mengamati pelaksanaan pembelajaran, mengamati dan mengisi lembar observasi guru dan terlibat dalam perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

2. Peneliti

Nama : Zuli Anggraeni

Status : Mahasiswa

Tugas : Menyusun perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi, menyebarkan angket kepada siswa, pelaksana kegiatan, mengamati dan mengisi lembar observasi siswa, melakukan diskusi dengan guru kolaborator, dan menyusun laporan hasil penelitian


(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN

Pada bab ini dipaparkan hasil Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Peningkatan Motivasi Belajar SKI Materi Peristiwa Kerasulan Nabi Muhammad SAW Melalui Media Storyboard Telling (Papan Cerita) Kelas III MI Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang”. Adapun hal-hal yang akan dijabarkan pada hasil penelitian ini yakni semua data yang peneliti peroleh selama penelitian hingga dilakukannya tindakan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan Media Storyboard Telling (Papan Cerita). Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, 2 Januari 2017 dan siklus II pada hari Selasa, 17 Januari 2017. Berikut uraian hasil penelitian mulai dari tahap siklus I dan siklus II:

1. Siklus I

Siklus I dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan dengan waktu 2 x 35 menit atau 2 jam pelajaran. Siklus ini terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi atau pengamatan, dan refleksi. Berikut ini pemaparan dari masing- masing tahap pada siklus I.

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini hal utama yang peneliti lakukan yaitu menyusun instrumen pembelajaran mulai dari rencana pelaksanaan pembelajaran atau RPP yang akan diterapkan pada


(61)

52

tahap pelaksanaan, membuat instrumen lembar observasi guru dan siswa, membuat angket dan daftar pertanyaan yang digunakan sebagai pedoman wawancara untuk mengetahui tanggapan guru dan siswa setelah melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan media storyboard telling (papan cerita). Selanjutnya yaitu menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan, dalam hal ini media storyboard telling (papan cerita) serta alat-alat lain yang menunjang keperluan pembelajaran.

b. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan ini, peneliti bertindak sebagai guru dan menerapkan RPP yang telah disusun pada tahap sebelumnya. Tahap ini memiliki tiga kegiatan yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Ketiga kegiatan tersebut direncanakan dan dilaksanakan sesuai RPP yang telah disusun dengan menerapkan media storyboard telling (papan cerita). Adapun pembahasan ketiga kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Kegiatan pendahuluan

Kegiatan ini membutuhkan waktu kurang lebih 10 menit. Pada tahap pembukaan ini guru masuk dalam kelas dengan ucapan salam dan memulai pembelajaran dengan do'a. Guru menanyakan tentang kabar siswa-siswi, dengan serentak mereka menjawab


(62)

53

yes, yes yes”. Kemudian guru memeriksa kehadiran siswa dengan memanggil nama siswa satu persatu. Selanjutnya guru melaksanakan apersepsi dengan bertanya kepada siswa “anak-anak kalian pernah mendengarkan cerita Nabi-Nabi?” siswa menjawab, “Pernah, bu”,

guru bertanya lagi kepada siswa, “Cerita Nabi siapa yang sudah

kalian baca?” siswa menjawab dengan berbagai jawaban, “Nabi

Isa, Nabi Ibrahim, Nabi Muhammad SAW”. Guru memberitahu

siswa materi yang akan diajarkan, “Jadi dalam pertemuan kali ini kita akan belajar tentang Peristiwa kerasulan Nabi Muhammad

SAW”. Guru kemudian menuliskan tema materi pembelajaran di papan tulis. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada hari ini “3.2.1.1 Siswa dapat menjelaskan peristiwa kerasulan Nabi Muhammad SAW, 3.2.2.1 Siswa dapat menceritakan peristiwa turunnya wahyu pertama dan kedua Nabi

Muhammad SAW”.

Gambar 4.1


(63)

54

2) Kegiatan inti

Pada kegiatan ini siswa mulai membaca bacaan yang ada di buku paket siswa kelas 3 tentang Peristiwa kerasulan Nabi Muhammad SAW sesuai dengan instruksi guru.

Gambar 4.2

Siswa membaca buku paket

Setelah semua siswa selesai membaca, guru memulai

pembelajaran dengan memperlihatkan media yang telah disediakan kepada semua siswa dan juga kegunaannya. Selanjutnya guru mulai bercerita tentang “Peristiwa kerasulan

Nabi Muhammad SAW” dengan media Storyboard Telling (papan cerita) yang mana pada tema ini terdapat 3 judul yakni (1) Kebiasaan Nabi Muhammad SAW menjelang kenabian, (2) Turunnya wahyu pertama dan kedua, (3) Nasehat Waraqah bin Naufal.


(64)

55

Gambar 4.3

Guru bercerita menggunakan media Storyboard Telling

Setelah guru selesai bercerita, guru mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengetahui kemampuan siswa terkait materi. Selanjutnya, siswa mengerjakan lembar kerja secara individu terkait cerita tanpa melihat buku panduan.

Setelah semua siswa selesai mengerjakan tugas individu, guru membagi siswa dalam 3 kelompok, dari 37 siswa di dalam kelas terdapat 11 laki-laki dan 26 perempuan. 3 kelompok tersebut dibagi sesuai keinginan mereka dengan membedakan kelompok laki-laki dan perempuan yang mana kelompok 1 terdiri atas 11 laki-laki, kelompok 2 berjumlah 13 perempuan, kelompok 3 berjumlah 13 perempuan. Selanjutnya, guru menyediakan beberapa kertas rahasia, perwakilan kelompok mengambil 1 kertas rahasia untuk mengetahui judul dari materi yang akan diceritakan.

Sebelum siswa mengerjakan tugas kelompok, guru menjelaskan langkah-langkah yang harus mereka kerjakan dalam berkelompok yaitu pertama, siswa belajar secara kelompok mengenai alur cerita


(65)

56

dengan mengurutkan gambar yang sudah disediakan tiap kelompok sesuai dengan judul, yang kedua setelah gambar sudah urut atau sesuai dengan alur nya maka tiap kelompok perwakilan 2-3 siswa maju ke depan untuk bercerita sesuai judul dari kertas yang telah dipilihnya menggunakan media storyboard telling (papan cerita) dengan cara menempel gambar sambil bercerita sesuai alur nya. Selanjutnya, siswa mulai mengerjakan tugas kelompok dengan bimbingan guru. Setelah semua kelompok selesai maka tiap kelompok perwakilan maju sesuai dengan langkah yang sudah dijelaskan oleh guru, begitu seterusnya sampai semua perwakilan kelompok mendapat kesempatan untuk maju.

Gambar 4.4

Kegiatan inti : siswa belajar kelompok dan perwakilan kelompok bercerita

Gambar 4.5


(66)

57

3) Kegiatan penutup

Pada kegiatan penutup ini guru memberikan penguatan dan membuat kesimpulan mengenai materi pembelajaran yang sudah dipelajari, kemudian memberikan umpan balik dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan menantang mengenai materi. Setelah memberikan umpan balik, guru merefleksi kegiatan

dengan cara memberikan pertanyaan: “Bagaimana kegiatan

pembelajaran hari ini? Menyenangkan atau tidak? Apa yang

sudah kalian dapatkan pada pembelajaran hari ini?”.

Sebelum pembelajaran ditutup guru dan siswa membaca Hamdalah bersama-sama dilanjutkan dengan do'a.

Setelah pembelajaran berakhir, guru membagikan lembar angket motivasi belajar kepada masing-masing siswa untuk di isi dengan jujur dan tidak diperbolehkan melihat atau meniru jawaban dari temannya. Guru mendikte angket yang akan diisi siswa dengan membacakan tiap butir soal angket dengan tujuan agar siswa lebih jelas dan mengerti maksud dari soal angket dan dapat menjawab dengan baik sesuai dengan kehendak hati siswa.

c. Observasi

Pada siklus 1 ini, observasi atau pengamatan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana penerapan media storyboard telling dapat


(67)

58

dilaksanakan dengan baik dan mengamati perubahan motivasi belajar yang terjadi pada siswa dalam pelajaran SKI.

Observasi ini terdiri dari observasi guru dan observasi siswa. Peneliti meminta bantuan guru mata pelajaran sebagai observer yang mengamati guru dan siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan media storyboard telling.

Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi kegiatan guru dan siswa. Adapun hasil yang diperoleh dari observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung adalah sebagai berikut.

a) Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus 1

Pada tahap observasi aktivitas guru terdapat beberapa aspek yang perlu diamati dengan pemberian nilai sesuai kriteria yang sudah ditentukan oleh peneliti, yaitu nilai 1 diberikan jika aktivitas guru kurang, nilai 2 diberikan jika aktivitas guru cukup, nilai 3 diberikan jika aktivitas guru baik, dan nilai 4 diberikan jika aktivitas guru sangat baik.


(1)

96

Tabel 4.11

Rekapitulasi data hasil observasi guru dan siswa pada siklus I dan siklus II

No Deskripsi data Siklus I Siklus II 1. Nilai hasil observasi guru 72 94,11 2. Nilai hasil observasi siswa 73,2 94,6

Gambar 4.12

Diagram Nilai Hasil Observasi Guru dan Nilai Hasil Observasi Siswa

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Nilai Hasil Observasi

Guru

Nilai Hasil Observasi

Siswa

Siklus I Siklus II


(2)

BAB V PENUTUP A. Simpulan

Berdasarkan paparan data dan pembahasan bab IV serta hasil analisis data dalam penelitian tentang peningkatan motivasi belajar siswa dengan menggunakan media storyboard telling pada pelajaran SKI kelas III MI Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penerapan media storyboard telling pada pelajaran SKI kelas III MI

Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang pada mata pelajaran SKI materi peristiwa kerasulan Nabi Muhammad SAW dapat dilaksanakan dengan baik, yaitu melalui tahapan kegiatan guru menjelaskan sedikit materi tentang peristiwa kerasulan Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan media storyboard telling. Hal ini dapat dibuktikan melalui data yang ada pada siklus I dan siklus II mengenai observasi aktivitas guru dan siswa. Pada siklus I hasil observasi aktivitas guru diperoleh skor 72 dan termasuk dalam kategori cukup. Sedangkan hasil observasi aktivitas siswa diperoleh skor 73,2 dan termasuk dalam kategori cukup. Pada siklus II hasil observasi aktivitas guru dan siswa mengalami peningkatan. Hasil observasi aktivitas guru pada siklus II memperoleh skor 94,11 dan termasuk kategori sangat baik. Sedangkan hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II memperoleh skor 94,6 (kategori sangat baik).


(3)

98

2. Adanya peningkatan motivasi belajar siswa dengan menggunakan media

storyboard telling di kelas III MI Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang. Dapat dibuktikan dari hasil angket motivasi belajar siswa. Hal ini terbukti dari prosentase siswa yang memiliki motivasi belajar pada saat observasi yang hanya mencapai 43,24% yang artinya berkategori kurang, kemudian prosentase bertambah pada siklus I menjadi 72,97% yang artinya berkategori baik, sehingga terjadi peningkatan prosentase siswa yang memiliki motivasi belajar kurang dan baik dari observasi ke siklus I sebesar 29,73%. Pada siklus II juga meningkat menjadi 89,18% yang artinya berkategori sangat baik, sehingga terjadi peningkatan prosentase siswa yang memiliki motivasi belajar kategori baik dan sangat baik dari siklus I ke siklus II sebesar 16,21%.

B.Saran

Setelah diadakan penelitian dan pembahasan terhadap peningkatan motivasi belajar dengan media storyboard telling (papan cerita) di kelas III MI Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang, maka ada beberapa saran yang dapat penulis kemukakan antara lain:

1. Untuk Kepala Sekolah

Dalam hal ini Kepala Sekolah hendaknya memberikan dukungan kepada guru untuk melakukan proses pembelajaran yang aktif dan kreatif, agar dapat menumbuhkan minat belajar tinggi dan juga memberikan manfaat


(4)

99

2. Untuk Guru

Demi kemajuan peserta didik seorang guru hendaknya selalu melakukan upaya-upaya yang sesuai dengan kebutuhan yang mereka perlukan agar peserta didik dapat tersantuni secara optimal.

3. Untuk Masyarakat

Dukungan dan kepercayaan masyarakat terhadap pendidik tentunya menjadi prioritas bagi para guru. Oleh karenanya, kepedulian masyarakat tentang pendidikan sangat diperlukan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2011. Penelitian Pendidikan. ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya) Arsyad, Azhar. 2013. Media Pembelajaran. (Jakarta: PT Raja Grafindo)

Darajat, Zakiyah. 2005. Kepribadian Guru. (Jakarta: Bulan Bintang)

Departemen Agama RI. Al-Qura’an dan Terjemahannya. Jakarta: Al-Huda 2005 Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. (Jakarta: PT Bumi Aksara) Hasil wawancara Ibu Munawaroh, A.ma. Guru SKI Kelas III MI Mambaul

Ma’arif Denanyar Jombang pada tanggal 19 Oktober 2016.

Kunandar. 2013. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru. (Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA)

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik. (Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA) Kurniasih, Imas. 2014. Teknik dan Cara Mudah Membuat Penelitian Tindakan

Kelas. (Kata Pena)

Majid, Abdul. 2012. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA)

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Tahun 2013, Tentang Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab Di Madrasah.

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, Tentang Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab Di Madrasah.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya)

Purwanto, Ngalim. 1990. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya) Sanjaya, Wina. 2012. Media Komunikasi Pembelajaran. (Jakarta: PT Fajar


(6)

101

Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. (Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri)

Sani, Mahmud. 2008. Sejarah Kebudayaan Islam. ( Surabaya: CV Mia)

Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada)

Semiawan, Conny. 2008. Penerapan Pembelajaran Pada Anak. (Jakarta: PT Indeks)

Sudjana, Nana. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya)

Sugiyono, 2015. Metode Penelitian. (Bandung: CV Alfabeta)

Sukardi, 2010. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. (Jakarta: PT Bumi Aksara)

Suryani, Nunuk dan Agung, Leo. 2012. Strategi Belajar Mengajar. (Yogyakarta: Ombak)

Tim LAPIS PGMI. 2009. Psikologi Belajar. (Surabaya: Amanah Pustaka)

Uno, B. Hamzah. 2006. Teori Motivasi dan Pengukurannya. (Jakarta: PT Bumi Aksara)

Usman, M. Basyiruddin. 2002. Media Pembelajaran. (Jakarta: Ciputat Pers) Usman, Uzer. 1995. Menjadi Guru Profesional. (Bandung: PT REMAJA

ROSDAKARYA)

Wirjaatmadja, Rochiati. 2012. Metode Penelitian Tindakan Kelas. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya)

Yusuf, Syamsu dan Sugandhi. M. Nani. 2012. Perkembangan Peserta Didik. ( Jakarta: PT. RAJA GRAFINDO PERSADA)