COMPARATIVE STUDY ON STUDENTS’ ACCOUNTING COMPETENCY THROUGH TRANSACTION PROVE PRACTICUM MEDIA AND STUDENTS’ WORK SHEET (LKS) BY GIVING ATTENTION ON INITIAL ABILITY ON STUDENTS CLASS XI SOCIAL SCIENCE MA MATHLA'UL ANWAR GISTING TANGGAMUS REGENCY ACADEMIC
ABSTRACT
COMPARATIVE STUDY ON STUDENTS’ ACCOUNTING COMPETENCY THROUGH TRANSACTION PROVE PRACTICUM MEDIA AND STUDENTS’ WORK SHEET (LKS) BY GIVING ATTENTION ON INITIAL ABILITY ON STUDENTS
CLASS XI SOCIAL SCIENCE MA MATHLA'UL ANWAR GISTING TANGGAMUS REGENCY ACADEMIC YEAR 2012-2013
By
Yuyun Oktafiyani
The research aimed to know the differences of students’ accounting competency result through transaction prove learning media and students’ Work Sheet (LKS). The prove transaction method was applied on experimental class and LKS was applied on control class.
The receatch population were all students of class XI social science departemen (IPS) as many as 102 studens, while the research samples were 68 students. The data collecting technique of research used test, the test was conducted twice, that are initial test to know the initial ability of each class (experimental and control classes), and final test used to know the competency achievement of studens’ after being given treatment in each class with different treatments.
The analisis indicated (1) that there was a difference on students’ accouting competency in which the learning used transaction prove media compared to that of used LKS media. (2) that there was a diference on accouting competency whit transaction prove media and LKS media. (3) that there was a diference on accouting competency whit transaction prove media and LKS media for high initial ability. (4) that there was a diference on accouting competency whit transaction prove media and LKS media for low initial ability (5) there was a difference competency on high and low initial abilities. (6) that there was an interaction on transaction prove practicum media and studens’ working sheet with the initial ability toward accouting competency (7) there was average difference (mean) of accounting competency on students who had high initial ability that the lerning used transaction prove media was higher compared with that of who used LKS. (8) that there was a difference on average ability (mean) on students’ accouting who had low initial ability in which the learning used transaction prove media was higher compared to those who used LKS media.
Key words: students’ accouting competency, transaction media prove, LKS media, initial ability.
(2)
ABSTRAK
STUDI PERBANDINGAN KOMPETENSI AKUNTANSI SISWA MELALUI MEDIA PRAKTIK BUKTI TRANSAKSI DAN LEMBAR KERJA SISWA
(LKS) DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL PADA
SISWA KELAS XI IPS MA MATHLA’UL ANWAR GISTING
KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2012-2013 OLEH
YUYUN OKTAFIYANI
Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil kompetensi akuntansi siswa melalui media pembelajaran bukti transaksi dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Metode bukti transaksi di terapkan pada kelas eksperimen dan media LKS diterapkan pada kelas kontrol.
Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI jurusan IPS sebanyak 102 siswa, sedangkan sampel penelitiannya adalah 68 siswa. Teknik pengumpulan data penelitian yang digunakan adalah dengan tes, tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu tes kemampuan awal masing masing kelas (kelas eksperimen dan kelas kontrol), serta tes akhir untuk mengetahui ketercapaian kompetensi akuntansi siswa setelah kedua kelas diberikan perlakuan yang berbeda.
Berdasarkan analisis diperohel hasil sebagai berikut. (1) Terdapat perbedaan kompetensi akuntansi siswa yang pembelajarannya menggunakan media bukti transaksi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan media LKS. (2) Terdapat perbedaan kompetensi akuntansi dengan media bukti transaksi dan media LKS. (3) Terdapat perbedaan kompetensi akuntansi dengan media praktik bukti transaksidan LKS untuk memampuan awal tinggi. (4) Terdapat perbedaan kompetensi akuntansi dengan media praktik buktitransaksi dan LKS untuk memampuan awal rendah. (5) Terdapat perbedaan kompetensi akuntansi untuk kemampuan awal tinggi dan kemampuan awal rendah. (6) Terdapat interaksi antara media praktik bukti transaksi dan lembar kerja siswa dengan kemampuan awal terhadap kompetensi akuntansi. (7) Terdapat perbedaan rerata (mean) kompetensi akuntansi pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi yang pembelajarannya menggunakan media praktik bukti transaksi lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan LKS. (8) Terdapat perbedaan rerata (mean) kompetensi akuntansi pada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah yang pembelajarannya menggunakan media bukti transaksi lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan media LKS.
Kata Kunci: Kompetensi Akuntansi Siswa, Media Bukti Transaksi, Media LKS, Kemampuan Awal.
(3)
MELALUI MEDIA PRAKTIK BUKTI TRANSAKSI DAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN
AWAL PADA
SISWA KELAS XI IPS MA MATHLA’UL ANWAR GISTING
KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2012-2013
OLEH:
YUYUN OKTAFIYANI
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER PENDIDIKAN
Pada
Program Pascasarjana Magister Pendidikan IPS
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung
PROGRAM PASCA SARJA MAGISTER PENDIDIKAN IPS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
(4)
(5)
(6)
(7)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gisting kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus pada tanggal 17 Oktober 1986, anak pertama dari dua bersaudara keluarga Sutrisno dan Sriyati.
Pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 1 Margodadi Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus selesai pada tahun 1999, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di MTs Margodadi Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus selesai tahun 2002, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Muhamadiyah Gisting selesai tahun 2005.
Tahun 2005, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Pendidikan Akuntansi, Program Studi Akuntansi FKIP Universitas Muhamadiyah Surakarta Jawa Tengah selesai tahun 2009.
Tahun 2009 Penulis bekerja di Madrasah Aliyah Al-Mar’uf Margodadi dan tahun 2011 penulis bekerja di Madrasah Aliyah Mathaul Anwar Gisting , tahun 2010 peneliti lulus tes dan tercatat sebagai mahasiswa Program Pasca Sarjana Magister Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung.
(8)
MOTO
“Ilmu adalah pelita, iman adalah jalan Islam adalah tujuan”
“Diamnya seorang mukmin adalah dzikir, berkatanya seorang mukmin adalah jihad” <Suharmawan, S.Pd., S.Kom., M.T.I.>
“Tidak usah engkau pendulikan orang yang membenci kita, sesungguhnya orang tersebut membenci kita karena kita lebih baik dari dia”
(9)
PERSEMBAHAN
Seiring doa dan rasa puji syukur kehadirat Allah SWT kupersembahkan karya kecilku ini kepada yang tercinta:
Kedua orang tuaku yang kuhormati dan kusayangi, Suami, anakku serta anakku tercinta,
Orang-orang yang telah menyayangiku dan menjadi warna
indah dalam hari-hariku
Para Dosen, pembimbing yang kuhormati serta Guru-guru serta teman seperjuangan
(10)
Alhamdulilahhirobbil Alamin, dengan mengucapkan puji yukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini yang berjudul: Studi Perbandingan Kompetensi Akuntansi Siswa Melalui Media Praktik Bukti Transaksi Dan Lembar Kerja Siswa (LKS) Dengan Memperhatikan Kemampuan Awal Pada Siswa Kelas XI IPS MA. Mathla’ul Anwar Gisting, Tanggamus Tahun Pelajaran 2012/2013. Penyusunan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Master Pendidikan di program pasca sarjana Universitas Lampung.
Dalam penulisan Tesis ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari banyak pihak, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. If. Sugeng. P. Hariyanto, M.S. Rektor Universitas Lampung .
2. Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Lampung dan pembahas I.
3. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
4. Dr. M Toha B. S. Jaya, M.S. Selaku pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
5. Dr. Hi. Pargito, M.Pd. selaku ketua program magister Pendidikan IPS dan pembahas II Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Lampung
(11)
6. Dr. Gunawan S, S.Pd, S.E, M.M. selaku seketaris Program Magister Pendidikan IPS dan Pembimbing I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
7. Drs. Tedi Rusman, M.Si. selaku pembimbing II yang selalu membimbing untuk menyelesaikan tesis ini.
8. Seluruh dosen dan staf administratif pada Program Magister Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
9. Bapak dan Ibuku tersayang yang senantiasa menyayangi dan mendoakanku serta menantikan keberhasilanku.
10. Suamiku, Anakku serta adikku tercinta terima kasih atas dukungan, keceriaan dan pengorbanannya selama ini.
11. Bapak Suharmawan, S.Pd, S.Kom, M.TI. Serta Ibu terimakasih atas semua Ilmu dam Motivasi yang selama ini terus diberikan kepada penulis.
12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.
Semoga segala bantuan, bimbingan, dukungan dan doa yang diberikan kepada penulis mendapat ridho dari Allah SWT. Semoga Tesis ini bermanfaat bagi semua pihak. Amin.
Bandar Lampung, Februari 2014 Penulis,
(12)
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 9
1.3. Pembatasan masalah ... 10
1.4. Rumusan masalah ... 10
1.5. Tujuan Penelitian ... 11
1.6. Kegunaan Penelitian ... 12
1.6.1. Secara Teoritis ... 12
1.6.2. Secara Praktis ... 13
1.7. Ruang Lingkup Penelitian ... 13
II. KAJIAN PUSTAKA ... 19
2.1. Tinjauan Pustaka ... 19
2.1.1. Belajar dan Pembelajaran ... 19
2.1.2. Teori Belajar dan Pembelajaran Kontruktivisme ... 20
2.1.3. Kompetensi Siswa ... 24
a. Pengertian Kompetensi ... 24
b. Pengertian Kompetensi Siswa ... 25
2.1.4. Media Pembelajaran ... 27
a. Pengertian Media Pembelajaran ... 27
b. Fungsi, Kelebihan Kemampuan Media Pembelajaran dan Hambatan-Hambatan Komunikasi dalam Proses Pembelajaran ... 32
c. Klasifikasi Media Pembelajaran ... 34
d. Media Pembelajaran Berupa Media Praktik Bukti Transaksi ... 35
e. Media Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 39
2.1.5. Kemampuan Awal ... 43
a. Pengertian Kemampuan Awal ... 43
b. Jenis-Jenis Kemampuan Awal Siswa ... 47
c. Langkah-Langkah Analisis Kemampuan Awal Siswa... 49
2.1.6. Pendidikan IPS di SMA ... 50
2.1.7. Mata Pelajaran Ekonomi dan Akuntansi dalam Kelompok IPS ... 43
2.1.8. Hakikat Ekonomi Akuntansi dalam IPS ... 53
a. Pengertian Akuntansi ... 57
(13)
c. Bentuk dan Fungsi Jurnal Umum... 60
d. Fungsi Jurnal Umum meliputi sebagai berikut ... 61
e. Hasil Penelitian yang Relevan ... 62
2.2. Kerangka Pikir ... 64
2.3. Anggapan Dasar Hipotesis ... 70
2.4. Hipotesis ... 70
III. METODE PENELITIAN ... 74
3.1. Metode Penelitian ... 74
3.1.1. Desain Penelitian ... 76
3.1.2. Desain Penelitian Eksperimen ... 76
3.1.3. Prosedur penelitian ... 77
3.2. Populasi, Sampel dan Sumber Data ... 79
3.2.1. Populasi ... 79
3.2.2. Sampel ... 80
3.2.3. Jenis dan Sumber Data ... 81
3.3. Variabel Penelitian ... 82
3.3.1. Variabel Bebas (Variabel Independen)... 82
3.3.2. Variabel Terikat (Variabel Dependen) ... 82
3.3.3. Variabel Moderator... 82
3.4. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ... 83
3.4.1. Definisi Konseptual Variabel ... 83
a. Kompetensi Siswa ... 83
b. Media praktik bukti transaksi ... 83
c. Media Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 84
d. Kemampuan awal ... 84
3.4.2. Definisi Operasional Variabel ... 84
a. Kompetensi Siswa ... 84
b. Media Praktik Bukti Transaksi ... 85
c. Media Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 85
d. Kemampuan awal ... 86
3.5. Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Awal ... 86
3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 88
3.7. Uji Persyaratan Instrumen ... 88
3.7.1. Uji Validitas ... 89
3.7.2. Uji Reliabilitas ... 91
3.7.3. Taraf Kesukaran ... 93
3.7.4. Daya Beda ... 95
3.8. Uji Persyaratan Analisis Data ... 97
3.8.1. Uji normalitas ... 97
3.8.2. Uji Homogenitas ... 98
(14)
3.9.1. Analisis Varians Dua Jalan ... 98
3.9.2. Uji-t Dua Sampel Independen ... 101
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 104
5.1. Data Hasil Penelitian ... 104
5.1.1. Deskripsi Data Kemampuan Awal ... 104
a. Data Kemampuan Awal Rendah Kelas Eksperimen ... 104
b. Data Kemampuan Awal Tinggi Kelas Eksperimen ... 105
c. Data Kemampuan Awal Rendah Kelas Kontrol ... 105
d. Data Kemampuan Awal Tinggi Kelas Kontrol ... 106
5.1.2. Deskripsi Data Kompetensi Akuntansi... 107
a. Data Kompetensi Akuntansi Kelas Eksperimen Dengan Kemampuan Awal Rendah ... 107
b. Data Kompetensi Akuntansi Kelas Eksperimen Dengan Kemampuan Awal Tinggi ... 108
c. Data Kompetensi Akuntansi Kelas Kontrol Dengan Kemampuan Awal Tinggi ... 108
d. Data Kompetensi Akuntansi Kelas Kontrol Dengan Kemampuan Awal Tinggi ... 109
5.2. Uji N-Gain Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 110
5.2.1. Uji N-Gain Kelas Eksperimen Dengan Kemampuan Awal Rendah ... 111
5.2.2. Uji N-Gain Kelas Eksperimen Dengan Kemampuan Awal Tinggi ... 112
5.2.3. Uji N-Gain Kelas Kontrol Dengan Kemampuan Awal Rendah ... 112
5.2.4. Uji N-Gain Kelas Kontrol Dengan Kemampuan Awal Tinggi ... 113
5.2.5. Rekapitulasi Uji N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 114
5.3. Uji Hipotesis ... 114
5.3.1. Uji Persyaratan Hipotesis ... 114
a. Uji Normalitas ... 114
b. Uji Homogenitas ... 116
5.3.2. Uji Hipotesis Penelitian ... 116
a. Uji Hipotesis Ke Satu ... 117
b. Uji Hipotesis Ke Dua ... 118
c. Uji Hipotesis Ke Tiga ... 120
d. Uji Hipotesis Ke Empat ... 121
e. Uji Hipotesis Ke Lima ... 123
f. Uji Hipotesis Ke Enam ... 124
g. Uji Hipotesis Ke Tujuh ... 126
h. Uji Hipotesis Ke Delapan ... 128
(15)
V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 148
5.1. Kesimpulan ... 148
5.2. Implikasi ... 152
5.3. Saran ... 152
DAFTAR PUSTAKA ... 154
(16)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1. Hasil Ulangan Harian Akuntansi Siswa Kelas XI IPS MA. Mathla’ul
Anwar Gisting Tahun Pelajaran 2012/2013 ... 2
1.2. Skala Penilaian ... 5
2.1. Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar Pelajaran Ekonomi Kelas XI Dan XII ... 55
2.2. Tata Cara Pembuatan Jurnal ... 69
3.1. Jumlah siswa kelas XI IPS MA.Mathla’ul Anwar Gisting ... 80
3.2. Tahap Pembelajaran Menggunakan Media Praktik Bukti Transaksi ... 85
3.3. Tahap Pembelajaran Menggunakan Media LKS... 86
3.4. Rekapitulasi Uji Validitas Intrumen Kemampuan Awal ... 90
3.5. Rekapitulasi Uji Validitas Intrumen Hasil Belajar ... 90
3.6. Rekapitulasi Uji Taraf Kesukaran Intrumen Kemampuan Awal ... 94
3.7. Rekapitulasi Uji Taraf Kesukaran Intrumen Hasil Belajar ... 94
3.8. Rekapitulasi Uji Daya Beda Intrumen Kemampuan Awal ... 96
3.9. Rekapitulasi Uji Daya Beda Intrumen Hasil Belajar ... 97
3.10. Rumus Unsur Tabel Persiapan Anava Dua Jalan ... 99
4.1. Data Kemampuan Awal Rendah Kelas Eksperimen. ... 104
4.2. Data Kemampuan Awal Tinggi Kelas Eksperimen ... 105
4.3. Data Kemampuan Awal Rendah Kelas Kontrol... 106
(17)
Tabel Halaman 4.5. Data Kompetensi Akuntansi Kelas Eksperimen Dengan Kemampuan
Awal Rendah. ... 107 4.6. Data Kompetensi Akuntansi Kelas Eksperimen Dengan Kemampuan
Awal Tinggi. ... 108 4.7. Data Kompetensi Akuntansi Kelas Kontrol Dengan Kemampuan Awal
Rendah. ... 109 4.8. Data Kompetensi Akuntansi Kelas Kontrol Dengan Kemampuan Awal
Tinggi. ... 109 4.9. Hasil Perhitungan N-Gain Kelas Eksperimen Dengan Kemampuan
Awal Rendah ... 111 4.10. Hasil Perhitungan N-Gain Kelas Eksperimen Dengan Kemampuan
Awal Tinggi ... 112 4.11. Hasil Perhitungan N-Gain Kelas Kontrol Dengan Kemampuan Awal
Rendah ... 113 4.12. Hasil Perhitungan N-Gain Kelas Kontrol Dengan Kemampuan Awal
Tinggi ... 113 4.13. Rekapitulasi Perhitungan N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol . 114 4.14. Uji Normalitas Data Penelitian ... 115 4.15. Uji Homogenitas Data Penelitian ... 116
(18)
4.16. Uji T Perbedaan Kompetensi Akuntansi Siswa Yang Pembelajarannya Menggunakan Media Bukti Transaksi Dibandingkan Yang Pembelajarannya Menggunakan Media LKS. ... 118 4.17. Uji F Perbedaan Kompetensi Akuntansi Dengan Media Bukti Transaksi
Dan Media LKS ... 119 4.18. Uji F Perbedaan Kompetensi Akuntansi Dengan Media Praktik Bukti
Transaksi Dan LKS Untuk Kemampuan Awal Tinggi. ... 121 4.19. Uji F Perbedaan Kompetensi Akuntansi Dengan Media Praktik Bukti
Transaksi Dan LKS Untuk Kemampuan Awal Rendah ... 122 4.20. Uji F Perbedaan Kompetensi Akuntansi Untuk Kemampuan Awal
Tinggi Dan Kemampuan Awal Rendah Kelas Eksperimen. ... 124 4.21. Uji F Interaksi Antara Media Praktik Bukti Transaksi Dan Lembar
Kerja Siswa Dengan Kemampuan Awal Terhadap Kompetensi Akuntansi ... 125 4.22. Uji T Perbedaan Rerata (Mean) Kompetensi Akuntansi Pada Siswa
Yang Memiliki Kemampuan Awal Tinggi Yang Pembelajarannya Menggunakan Media Praktik Bukti Transaksi Dibandingkan Yang Pembelajarannya Menggunakan LKS. ... 127 4.23. Uji T Perbedaan Rerata (Mean) Kompetensi Akuntansi Pada Siswa
Yang Memiliki Kemampuan Awal Rendah Yang Pembelajarannya Menggunakan Media Bukti Transaksi Dibandingkan Yang Pembelajarannya Menggunakan Media LKS. ... 129
(19)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1. Skema Penentuan KKM Mata Pelajaran... 8
2.1. Fungsi Media Dalam Proses Pembelajaran ... 27
2.2. Paradigma Penelitian ... 61
4.1. Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal Kelas Eksperimen ... 92
4.2. Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal Rendah Kelas Eksperimen ... 95
4.3. Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal Tinggi Kelas Kontrol ... 97
4.4. Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal Kelas Kontrol ... 100
4.5. Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal Rendah Kelas Kontrol ... 102
4.6. Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal Tinggi Kelas Kontrol ... 104
4.7. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kelas Eksperimen ... 110
4.8. Distribusi Frekuensi Hasil belajar Rendah Kelas Eksperimen ... 112
4.9. Distribusi Frekuensi Hasil belajar Tinggi Kelas Eksperimen ... 114
4.10. Distribusi Frekuensi Hasil belajar Kelas Kontrol ... 117
4.11. Distribusi Frekuensi Hasil belajar Rendah Kelas Kontrol ... 119
(20)
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Madrasah Aliyah Mathla’ul Anwar Gisting merupakan salah satu dari sekian ribu lembaga pendidikan formal yang ada di Indonesia. MA. Mathla’ul Anwar Gisting bertujuan mengantarkan anak didiknya untuk berprestasi gemilang dan menjadi lulusan yang bekualitas melalui peningkatan prestasi anak didiknya dari tahun ke tahun. Adapun yang dilakukan MA. Mathla’ul Anwar Gisting dalam rangka mewujudkan tujuannya diantaranya adalah dengan menciptakan susasana pembelajaran yang kondusif, nyaman dan menyenangkan. Di MA. Mathla’ul Anwar Gisting, diketahui bahwa pembelajaran akuntansi di MA. Mathla’ul Anwar Gisting masih terfokus pada guru (teacher centered) dimana guru menjelaskan dan siswa hanya menyimak, sehingga tidak terjadi interaksi dalam pembelajaran. Hal ini menyebabkan pembelajaran siswa tidak berlangsung efektif. Selain itu kurangnya referensi buku paket sebagai buku pegangan siswa dari setiap mata pelajaran yang ada termasuk mata pelajaran akuntansi, kurangnya sikap positif siswa terhadap pelajaran akuntansi, rendahnya motivasi belajar akuntansi dan partisipasi siswa secara aktif dalam proses pembelajaran masih sangat rendah. Hal ini menunjukkan kompetensi siswa belum dapat ditingkatkan. Berikut ini adalah hasil ulangan harian akuntansi siswa Kelas XI Tahun Pelajaran 2012/2013.
(21)
Tabel 1.1. Hasil Ulangan Harian Akuntansi Siswa Kelas XI IPSMA. Mathla’ul Anwar Gisting Tahun Pelajaran 2012/2013
No. Kelas Interval Nilai Jumlah
0 – 75 75 – 100
1 XI IPS 1 21 13 34
2 XI IPS 2 23 11 34
3 XI IPS 3 19 15 34
Jumlah 63 39 102
Persentase 61,76% 38,24% 100,00%
Sumber: Dokumentasi Guru Mata Pelajaran
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa hasil ulangan harian akuntansi siswa masih belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan yaitu nilai terendah minimal 75. Salah satu prinsip penilaian pada. kurikulum berbasis kompetensi adalah menggunakan acuhan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik.KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) adalah kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan. KKM harus ditetapkan diawal tahun ajaran oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama. Pertimbangan pendidik atau forum MGMP secara akademis
menjadi pertimbangan utama penetapan KKM.
Ada beberapa kreteria penetapan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang dapat dilaksanakan diantaranya :
1. Kompleksitas indikator ( kesulitan dan kerumitan)
2. Daya dukung (sarana dan prasarana yang ada, kemampuan guru, lingkungan, dan juga masalah biaya)
(22)
3. Intake siswa (masukan kemampuan siswa) kemudian dalam menafsirkan KKM dapat pula dilakukan dengan cara:
Dengan cara memberikan poin pada setiap kreteria yang ditetapkan (dalam bentuk % ) :
1. Kompleksitas: (tingkat kesulitan/kerumitan)
Kompleksitas tinggi pointnya = 1
Kompleksitas sedang pointnya = 2
Kompleksitas rendah poinya = 3
2. Daya dukung: (Sarana/prasarana, kemampuan guru, lingkungan dan biaya)
Daya dukung tinggi pointnya = 3
Daya dukung sedang pointnya = 2
Daya dukung rendah pointnya = 1
3. Intake Siswa: (masukan kemampuan siswa)
Intake siswa tinggi pointnya = 3
Intake siswa sedang pointnya = 2
Intake siswa rendah poinnya = 1
Contoh:
Jika indikator memiliki kreteria kompleksitas rendah=3, daya dukung tinggi =3, intake siswa sedang =2, maka:
KKM = x 100%
9 2 3 3
(23)
Acuhan kriteria tidak diubah secara serta merta karena hasil empirik penilaian. Pada acuhan norma, kurva norma sering digunakan untuk menentukan ketuntasan belajar peserta didik jika diperoleh hasil rata-rata kurang memuaskan. Nilai asing sering dikonversi dari kurva normal untuk mendapatkan sejumlah peserta didik yang melebihi nilai 75 sesuai proporsi kurva. Acuhan kriteria mengharuskan pendidik untuk melakukan tindakan yang tepat terhadap hasil penilaian, yaitu memberikan layanan remedial bagi yang belum tuntas dan atau layanan pengayaan bagi yang sudah melampaui Kriteria Ketuntasan Minimal. Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan musyawarah guru mata pelajaran disatuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama. Pertimbangan pendidik atau forum MGMP serta akademis menjadi pertimbangan utama penetapan KKM. Kriteria ketuntasan menunjukkan persentase tingkat pencapaian kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus). Angka maksimal 100 merupakan kriteria ketuntasan ideal. Target ketuntasan secara nasional diharapkanmencapai minimal 75. Satuan pendidikan dapat memulai dari kriteria ketuntasan minimal dibawah target nasional kemudian ditingkatkan secara bertahap. Penetapan KKM ditetapkan oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran. Langkah penetapan KKM adalah sebagai berikut :
1. Guru atau kelompok guru menetapkan KKM mata pelajaran dengan mempertimbangkan tiga aspek kriteria, yaitu kompleksitas, daya dukung, dan intake peserta didik dengan skema sebagai berikut:
(24)
Gambar 1.1. Skema Penentuan KKM Mata Pelajaran
Hasil penetapan KKM indikator berlanjut pada KD, SK hingga KKM mata pelajaran.
2. Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran disahkan oleh kepala sekolah untuk dijadikan patokan guru dalam melakukan penilaian.
3. KKM yang ditetapkan disosialisasikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan yaitu peserta didik, orang tua, dan dinas pendidikan.
4. KKM dicantumkan dalam LHB pada saat hasil penilain dilaporkan kepada orang tua/wali peserta didik.
Untuk memudahkan analisis setiap indikator, perlu dibuat skala penilaian yang disepakati oleh guru mata palajaran.
Tabel 1.2. Skala Penilaian
Aspek yang dianalisis Kriteria dan Skala Penilaian
Tinggi Sedang Rendah
Kompeleksitas <75 75-79 80-100
Daya dukung 80-100 75-79 <75
(25)
Adapun masalah pembelajaran siswa dalam belajar akuntansi di MA. Mathlau’ul Anwar adalah sebagai berikut:
1. Mutu proses pembelajaran akuntansi masih rendah, hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar.
2. Rendahnya kompetensi akuntansi siswa disebabkan siswa kurang memiliki pemahaman dan nilai yang baik mengenai materi pelajaran akuntansi mulai dari tahap awal (kompetensi dasar 1 dan 2) sehinggaa siswa kesulitan memahami materi selanjutnya.
3. Guru-guru masih banyak menggunakan metode mengajar secara konvensional,
guru menjelaskan, siswa hanya menyimak, sehingga siswa tidak terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar.
4. Kurangnya referensi buku paket sebagai buku pegangan siswa dari setiap mata pelajaran yang ada termasuk mata pelajaran akuntansi.
5. Kurangnya sikap positif siswa terhadap pelajaran akuntansi. 6. Rendahnya motivasi belajar akuntansi siswa.
7. Partisipasi siswa secara aktif dalam proses pembelajaran masih sangat rendah. 8. Bahan ajar akuntansi belum dilengkapi dengan lembar kerja siswa dan media
praktik akuntansi.
Oleh karena itu perlu diciptakanlah sebuah solusi untuk mengatasi masalah pembelajaran ini dengan menitik beratkan pada peningkatan aktivitas siswa yang kemudian berdampak pada kompetensi siswa. Pembaharuan sebuah pembelajaran tidak harus menggunakan sarana dan prasarana yang serba canggih dengan biaya yang mahal, namun dengan sedikit kreatifitas yang efektif dan disesuaikan dengan
(26)
kemampuan masing-masing peserta didik. Media sebagai alat bantu pembelajaran yang digunakan guru dapat digunakan untuk mengefektifkan pembelajaran, hal ini sesuai dengan pendapat Leviedan Lentz dalam Arsyad (2003: 16) yang mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual yaitu:
“(1) Fungsi Atensi artinya media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran; (2) Fungsi Afektif artinya media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika sedang belajar. Gambar visual dapat menggugah emosi siswa dan sikapnya; (3) Fungsi Kognitifartinya media visual atau gambar dapat memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingatinformasi atau pesan yang terkandung dalam gambar; (4) Fungsi Kompensatorisartinya media pembelajaran befungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan secara verbal”
Pembelajaran yang memanfaatkan media, siswa di dorong untuk mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya dan bagaimana usaha untuk mencapainya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Supriya (2009) menunjukkan bahwa pembelajaran yang menggunakan media lembar kegiatan siswa lebih efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dari pada pembelajaran yang menggunakan media modul.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diharapkan dengan memanfaatkan media praktik bukti transaksi dan LKS dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam mata pelajaran akuntansi. Dalam mempelajari mata pelajaran akuntansi, diperlukan penguasaan, pemahaman konsep dan prinsip-prinsip akuntansi serta keterampilan dalam penyusunan laporan-laporan finansial yang sesuai dengan prinsip akuntansi. Dengan demikian pembelajaran mata pelajaran akuntansi memerlukan banyak latihan soal akuntansi.
(27)
Pemanfaatan media untuk pembelajaran akuntansi dimaksudkan agar siswa dapat memiliki keterampilan tentang penyusunan laporan-laporan finansial dengan prinsip akuntansi, serta dapat mempertinggi mutu pembelajaran dan kompetensi siswa yang dicapai akan mempunyai nilai tinggi. Namun para siswa memiliki kemampuan awal yang berbeda-beda terhadap mata pelajaran akuntansi, sehingga peneliti tertarik meneliti pengaruh variabel kemampuan awal siswa dalam mata pelajaran akuntansi sebagai variabel moderator.
DeCecco dalam H. Nashir (2004:64) menyatakan bahwa kemampuan awal adalah pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki siswa sebelum ia melanjutkan kejenjang berikutnya.Siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dalam mata pelajaran akuntansi cenderung mau mengikuti proses pembelajaran dengan baik, serta berusaha untuk mengatasi masalah dan kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran. Kondisi ini akan berimplikasi pada penguasaan dan pemahaman siswa terhadap konsep dan keterampilan tentang penyusunan laporan-laporan finansial berdasarkan prinsip akuntansi, dengan demikian siswa dapat menggunakan media praktik bukti transaksi sebagai media belajar mereka. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah dalam mata pelajaran akuntansi, mereka cenderung untuk tidak melakukan berbagai upaya sebagaimanayang dilakukan oleh siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi. Tindak lanjut dari kemampuan awal rendah ini adalah dengan menggunakan media LKS sebagai media belajar yang diharapkan dapat meningkatkan kompetensi siswa. Hal ini dikarenakan untuk menganalisis bukti transaksi diperlukan ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan menganalisis soal dari media LKS.
(28)
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Studi Perbandingan Kompetensi Akuntansi Siswa
Melalui Media Praktik Bukti Transaksi Dan Lembar Kerja Siswa (LKS) Dengan Memperhatikan Kemampuan Awal Pada Siswa Kelas XI IPS MA.
Mathla’ul Anwar Gisting, Tanggamus Tahun Pelajaran 2012/2013”
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut.
1. Mutu proses pembelajaran akuntansi masih rendah, hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar.
2. Rendahnya kompetensi akuntansi siswa disebabkan siswa kurang memiliki
pemahaman dan nilai yang baik mengenai materi pelajaran akuntansi.
3. Guru-guru masih banyak menggunakan metode mengajar secara
konvensional, guru menjelaskan, siswa hanya menyimak, sehingga siswa tidak terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar.
4. Kurangnya referensi buku paket sebagai buku pegangan siswa dari setiap mata pelajaran yang ada termasuk mata pelajaran akuntansi.
5. Kurangnya sikap positif siswa terhadap pelajaran akuntansi. 6. Rendahnya motivasi belajar akuntansi siswa.
7. Partisipasi siswa secara aktif dalam proses pembelajaran masih sangat rendah.
(29)
8. Bahan ajar akuntansi belum dilengkapi dengan lembar kerja siswa dan media praktik akuntansi
1.3. Pembatasan masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, tampak jelas bahwa masalah kompetensi akuntansi siswa dipengaruhi oleh banyak faktor. Maka penelitian ini dibatasi pada kajian membandingkan penerapan media praktik bukti transaksi dan media LKS dengan memperhatikan variabel moderator yaitu kemampuan awal siswa. Pokok bahasan jurnal umum dan posting buku besar.
1.4. Rumusan masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah.
1. Apakah terdapat perbedaan kompetensi akuntansi siswa yang
pembelajarannya menggunakan media praktik bukti transaksi
dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan media LKS?
2. Apakah terdapat perbedaan kompetensi akuntansi dengan media praktik bukti transaksi dan media LKS?
3. Apakah terdapat perbedaan kompetensi akuntansi dengan media pratik bukti transaksi dan LKS untuk kemampuan awal tinggi?
4. Apakah terdapat perbedaan kompetensi akuntansi dengan media pratik bukti transaksi dan LKS untuk kemampuan awal rendah?
5. Apakah terdapat perbedaan kompetensi akuntansi untuk kemampuan awal tinggi dan kemampuan awal rendah?
(30)
6. Apakah ada interaksi antara media praktek bukti transaksi dan lembar kerja siswa dengan kemampuan awal terhadap kompetensi akuntansi siswa ?
7. Apakah ada perbedaan rerata (mean)kompetensi akuntansi pada siswa yang
memiliki kemampuan awal tinggi yang pembelajarannya menggunakan media praktik bukti transaksi lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan media LKS?
8. Apakah ada perbedaan rerata (mean) kompetensi akuntansi pada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah yang pembelajarannya menggunakan media praktik bukti transaksi lebih rendah dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan media LKS?
1.5. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui adanya perbedaan kompetensi akuntansi siswa yang
pembelajarannya menggunakan media praktik bukti transaksi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan media LKS.
2. Mengetahui adanya perbedaan kompetensi akuntansi dengan media praktik
bukti transaksi dan media LKS
3. Mengetahui adanya perbedaan kompetensi akuntansi dengan media pratik bukti transaksi dan LKS untuk kemampuan awal tinggi
4. Mengetahui adanya perbedaan kompetensi akuntansi dengan media pratik bukti transaksi dan LKS untuk kemampuan awal rendah
5. Mengetahui adanya perbedaan kompetensi akuntansi untuk kemampuan awal tinggi dan kemampuan awal rendah
6. Mengetahui rata-rata kompetensi akuntansi pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi yang pembelajarannya menggunakan media
(31)
praktik bukti transaksi lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan media LKS.
7. Mengetahui rata-rata kompetensi akuntansi pada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah yang pembelajarannya menggunakan media praktik bukti transaksi lebih rendah dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan media LKS.
8. Mengetahui adanya interaksi antara media praktek bukti transaksi dan lembar kerja siswa dengan kemampuan awal terhadap kompetensi akuntansi siswa ?
1.6. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan manfaat bagi pembelajaran akuntansi. Beberapa manfaat yang diperoleh dengan penelitian ini dinyatakan sebagai berikut:
1.6.1. Secara Teoritis
a. Untuk melengkapi dan memperkaya khasanah keilmuan serta teori yang sudah diperoleh melalui penelitian sebelumnya.
b. Menyajikan suatu wawasan khusus tentang penelitian yang
nenekankan pada penetapan media praktik pada mata pelajaran akuntansi.
(32)
1.6.2. Secara Praktis
a. Bagi sekolah, dapat menjadi bahan pertimbangan perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran akuntansi di MA. Mathla’ul Anwar Gisting dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Selain itu hasi penelitian juga dapat digunakan sebagai referensi dan pertimbangan dalam meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran akuntansi.
b. Bagi guru, sebagai masukan untuk dapat menentukan media
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kompetensi akuntansi siswa
c. Bagi siswa, sebagai upaya untuk dapat meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran akuntansi dan peran aktif siswa dalam kelas.
1.7. Ruang Lingkup Penelitian
Dari rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas, maka ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Objek penelitian ini adalah kompetensi akuntansi siswa, media praktik bukti transaksi dan media LKS.
2. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS, semester genap.
3. Tempat penelitian ini dilaksanakan di MA. Mathla’ul Anwar Gisting, Tanggamus
(33)
4. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013.
5. Ruang Lingkup Keilmuan/Kajian Kelilmuan
Ruang lingkup ilmu/kajian keilmuan yang berkaitan dengan penelitian dibidang akuntansi ini adalah pada pendidikan IPS. Menurut Woolever dan Scott (1988:10-13) dalam pendidikan IPS, terdapat 5 Tradisi atau 5 perspektif. Lima perspektif tersebut tidak saling menguntungkan secara eksklusif, melainkan saling melengkapi. Seorang pendidik mungkin mempertahankan satu, beberapa, atau semua pandangan ini. Mereka yang setuju dengan beberapa tujuan dapat memegang satu pandangan lebih kuat dari pandangan yang lainya. Adapun lima perspektif pada tinjauan inti pendidikan ilmu pengetahuan sosial adalah sebagai berikut:
1. Ilmu pengetahuan sosial sebagai transmisi kewarganegaraan
2. Ilmu pengetahuan sebagai pengembangan pribadi
3. Ilmu pengetahuan sosial sebagai refleksi inkuiry
4. Ilmu pengetahuan sosial sebagai sosial sebagai pendidikan ilmu-ilmu sosial 5. Ilmu pengetahuan sosial sebagai pengembalian keputusan yang rasional dan aksi sosial
Penelitian ini digunakan perspektif nomor empat yaitu IPS sebagai pendidikan ilmu-ilmu sosial. Dengan adanya pendidikan IPS diharapkan siswa akan memperoleh pemahaman dan penghargaan dari cara bagaimana pengetahuan diperoleh melalui metodologi ilmiah, akan mengembangkan sikap ilmiah, dan akan memiliki sebuah struktur pengetahuan ilmiah mengenai sikap dan
(34)
kebiasaan manusia. Pendidikan suatu ilmu pengetahuan bukanlah bagaimana mengajarkan ilmu pengetahuan kepada siswa, tetapi juga harus mengajarkan tentang makna dan nilai-nilai atas ilmu pengetahuan itu untuk kepentingan kehidupan siswa kearah yang lebih baik. Pelatihan pra-mahasiswa dalam ilmu sosial akan menambah siswa setiap hari tentang perilaku manusia yang lainya. Perilaku manusia per-individu, lembaga masyarakat, kebudayaan, sejarah, alokasi, sumberdaya yang langkah, dan sebagainya. Siswa mampu juga memahami dan menghargai nilai dari metode dan sikap ilmiah.
Menurt NCSS dalam Pargito (2010:35) ada 10 (sepuluh) konsep social studies yaitu:
“(1) kultur, (2) time continuity and change,(3) people, places and
environments,(4) individual developmen and idenntity, (5) individuals group, and institutional,(6) power, authority and govermance, (7) production, distribution and consumtions, (8) science, technology and society, (9) global
connections (10) civic ideals and practices.”
Ekonomi merupaka ilmu tentang prilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi, dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi, dandistribusi. Samuelson dan nordhaus (1990:5) dalam supardan (2009:367) mengemukakan bahwa ilmu ekonomi merupakan studi tentang prilaku orang dan masyarakat dalam memilih cara menggunakan sumber daya yang langkah dan memilih alternative penggunaan dalam rangkah memproduksi berbagai komoditi, kemudian menyalurkan baik dalam saat ini maupun dimasa depan
(35)
kepada berbagai individu dan kelompok yang ada didalam masyarakat. Hal ini sesuai dengan tema IPS yang ke 7 yaitu produksi, konsumsi, dan distribusi.
Mata pelajaran ekonomi bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
“(1) Memahami sejumlah konsep ekonomi untuk mengkaitkan peristiwa dan masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi dilingkungan individu, rumah tangga, masyarakat dan negara; (2) Menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang diperlakukan untuk memahami ilmu ekonomi; (3) Membentuk sikap bijak, rasional dan tanggung jawab dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen dan akuntansi; (4) Membuat keputusan yang bertanggung jawab mengenai nilai-nilai sosial ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional.” (Depdiknas, 2004)
Dalam sistem pendidikan di Indonesia, akuntansi berada dibawah payung “Ekonomi”. Sehingga struktur akuntansi merupakan bagian dari mikro ekonomi yang diturunkan menjadi managemen (ekonomi perusahaan), dan akuntansi merupakan bagian managemen tersebut. Secara garis besar akuntansi dibagi menjadi akuntansi keuangan dan akuntansi managemen. Akuntansi keuangan menghasilkan informasi keuangan, berwujud laporan keuangan yang ditujukan
kepada pihak ekstern perusahaan, sedangkan akuntansi management
menghasilkan informasi keuangan yang ditujukan kepada pihak intern
perusahaan. Dalam kurikulum 2004 kedudukan akuntansi berada di dalam lingkup ekonomi perusahaan.
Pengertian pendidikan IPS di Indonesia sebagaimana yang terjadi disejumlah negara pada umummya masih dipersepsikan beragam (Sapriya, 2009:11).
(36)
Namun definisi yang telah dirumuskan sebagai hasil adopsi dari gagasan global reformers adalah definisi Prof. Nu’man Somatri yang mendefinisikan pendidikan IPS dalam dua jenis. Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial yang humaniora serta kegiatan dasar
manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan
pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.
Pendidikan IPS adalah seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dari humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan (Somantri, 2001:92)
Pengertian yang pertama berlaku untuk pendidikan dasar dan menengah, sedangkan pengertian kedua berlaku perguruan tinggi atau LPTK. Menurut Somantri, pendidikan IPS pada pendidikan dasar atau menengah, tingkat kesukaran bahan ajar harus di sesuaikan dengan tingkat kecerdasan dan minat peserta didik, sedangkan untuk perguruan tinggi disesuaikan dengan tingkat kesukaran perguruan tinggi.
Perbedaan definisi pendidikan IPS tersebut berimplikasi bahwa pendidikan IPS dapat dibedakan atas dua, yakni pendidikan IPS sebagai mata pelajaran dan pendidikan IPS sebagai kajian akademik (Sapriya, 2009:12)
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 23. Pendidika IPS untuk tingkat sekolah sangat erat kaitanya dengan disiplin ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi dengan humaniora dan ilmu pengetahuan alam yang dikemas secara ilmiah dan pedagogis untuk kepentingan
(37)
pembelajaran disekolah. Tujuan pendidikan IPS ditingkat pendidikan sekolah adalah mempersiapkan peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), sikap dan nilai (attitudes and value) untukdigunakan sebagai kemampuan memecahkan masalah pribadi, sosial dan mengambil keputusan serta berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik.
Pendidikan ilmu sebagai kajian akademik atau pendidikan disiplin ilmu yaitu seleksi dan integrasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan ilmu lain yang relevan, dikemas secara psikologis dan sosial-kultur untuk tujuan pendidikan. Berbagai tradisi dalam ilmu sosial termasuk konsep, struktur, cara kerja ilmuan, sosial, aspek, metode maupun nilai yang dikembangkan dalam ilmu-ilmu sosial, dikemas secara psikologis, ilmiah, pedagogis, dan sosial kultur untuk kepentingan pendidikan.
Berdasarkan pengertian diatas dapat dikemukakan bahwa pendidikan IPS merupakan suatu program pendidikan yang mengintergrasikan konsep-konsep ilmu sosial dan humaniora untuk tujuan pendidikan. Melalui pendidikan IPS diharapkan dapat membantu siswa memperoleh pengetahuan sosial, humaniora, memiliki kepekaan dalam kesadaran sosial serta keterampilan mengkaji dan memecahkan masalah-masalah sosial dikehidupanya.
(38)
II. KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini dipaparkan teori-teori, tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan dan kerangka pikir yang digunakan untuk memperkuat serta mengarahkan penelitian pengembangan ini. Teori-teori tersebut diambil dari buku literatur dan internet.
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan. Dengan belajar membuat manusia dari tidak mengetahui menjadi tahu. Dengan belajar dapat mengubah tingkah laku yang membawa perubahan bagi individu untuk belajar ke arah perkembangan. Belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Individu dapat dikatakan telah mengalami proses belajar, meskipun pada dirinya hanya ada perubahan dalam kecenderunganprilaku De Cecco & Crawford, 1977 dalam Ali (2000:14).
Belajar adalah salah satu proses perubahan kegiatan melalui reaksi terhadap lingkungan, tidak dapat disebut bila disebabkan oleh suatu keadaan seperti kelelahan atau disebabkan oleh hal-hal lain. Berkaitan dengan belajar Gagne dalam Herpratiwi (2009:27) berpendapat bahwa proses belajar merupakan suatu proses diman peserta didik terlibat dalam aktivitas yang memungkinkan mereka
(39)
memiliki kemampuan yang dimiliki sebelumnya. Pembelajaran diberikan untukmemberikan kondisi terjadinya proses pembentukan keterlibatan siwa dalam memahami pengetahuan.
Soedijarto (1993:94), proses belajar dalam pendidikan formal, merupakan proses yang dialami scara langsung dan aktif oleh peserta didik pada saat mengikuti suatu kegiatan belajar mengajar yang direncanakan atau yang disajikan disekolah, baik yang terjadi dikelas maupun diluar kelas. Proses belajar yang baik tidak dapat terjadi dengan sendirinya, melaikan perlu proses perencanaan oleh guru. Belajar merupakan kegiatan aktif dalam membangun makkna atau pemahaman, sehingga diperlukan dorongan kepada peserta didik dalam membangun gagasan (Depdiknas, 2002). Sehingga diperlukan diterapkan dilingkungan yang mendorong motivasi dan tanggung jawab peserta didik untuk belajar.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses yang dialami secara langsung dan aktif oleh peserta didik dengan memotivasi serta bertanggung jawab dalam belajar
2.1.2 Teori belajar dan Pembelajaran kontruktivisme
Teori kontruktivisme belajar adalah suatu proses menganalisis dan mengaitkan pembelajaran yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimilikinya, sehingga pengetahuan dapat dikembangkan. Padangan kontrukvisme tentang pembelajaran adalah peserta didik diberi kesempatan memilih dan menggunakan model belajar sendiri dalam belajar guru membimbing peserta
(40)
didik ketingkat pengetahuan yang tinggi. Selain itu peseta didik diberikan kesempatan untuk berkomunikasi dan berinteraksi social dengan temanya untuk mencapai tujaun belajar.
Pieget (Depdiknas 2004:5) menjelaskan bahwa perkrmbangan kemampuan intelekrual manusia terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhi, sebagai berikut.
1. kematangan
2. pengalaman yamg meliputi:
a. pengalam fisik
b. pengalam logika matematis c. transmisi sosial
d. penyeimbangan.
Kontruktivisme lahir dari gagasan Piage dan Vigotsky. Hakikat dari teori Kontrutivisme adalah ide bahwa siswa harus menjadikan informasi itu miliknya sendiri. Peran guru adalah membantu siswa menemukan fakta, konsep, atau prinsip bagi dari mereka sendiri, bukan memberikan atau mengendalikan seluruh bagian kelas (http://ibrohimhaminullah.blogspot.com).
Piage dalam Suparno (1997:44) bahwa pengetahuan dibentuk oleh anak sendiri yang sedang belajar. Piage memperhatikan bagaimana skema yang dimiliki seseorang beradaptasi dan berubah selama perkembangan mentalnya, bagaimana proses perubaghan konsep melaluiasimilasi dan akomondasi
(41)
mereka. Tampak bahwa Piage lebih menekankan perhatian pada keaktifan individu dalam mengkonstruksi pengetahuan melalui struktur kongnitifnya.
Menurut Cobb dalam Suparno (1997:46) Vigotsky juga memperhatikan pembentukan anak secara psikologis dan ditambah dengan menekankan pentingnya interaksi sosial dengan orang-orang lain terutama yang memiliki kemampuan yang lebih baik. Jika peserta didik belajar sendiri maka ia akan memperoleh pemahaman pengetahuan pada batas tertentu. Dengan adanya berkemampuan lebih maka pemahaman pengetahuanya akan meningkat.
Teori Konstruktivis menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan ini tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, UUSPN No.20 tahun 2003 Bab I pasal I (2008:5) menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan mengkonstrusikan pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pembelajaran.
Pebelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap
(42)
materi pelajaran. Pembelajaran menurut Gagne, Briggs, dan Wager (Prawiradilaga, 2007: 15) adalah upaya menciptakan kondisi dengan sengaja agar tujuan pembelajaran dapat dipermudah pencapaianya. Dalam kegiatan pembelajaran perlu dipilih strategi yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa yang meliputi kemampuan dasarnya, mitivasinya, latar belakang akademikny, latar belakang ekonominya, dan lain sebagainya. Kesiapan guru mengenal karateristik siswa dalam pembelajaranya adalah modal utama penyampain bahan ajar dan menjadi indikator suksenya pelaksanaan pembelajaran.
Pembelajaran guru harus memahami hakekat materi pelajaran yang diajarkanya sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir siswa dan memahami berbagai model yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajar yang matang untuk guru. Jadi, berpikir dan pembelajaran diarahkan untuk membangun kemampuan berpikir dan kemampuan menguasai materi pelajaran, dimana pengetahuan itu sumbernya dari luar diri, tetapi dikontruksi dalam diri individu siswa. Kemampuan tidak diperoleh dengan cara diberikan atau ditransfer dari orang
lain tapi “dibentuk” dan “dikonstruksi” oleh idividu itu sendiri, sehinggasiswa
(43)
Keberhasian pembelajaran dicapai 10 % dari apa yang dibaca, 20% dari apa yang didengar. 70% dari apa yang dikatakanya, dan 90% dari yang dikatakan dan dilakukan. Lebih lanjut dikatakan bahwa 90% masukan indra untuk otak berasal dari sumber visual.
Uraian diatas pada kegiatan pembelajaran terlibat siswa secara aktif sangat diperlukan. Untuk menarik minat dan meningkatkan prestasi belajar perlu mengaitkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah memiliki siswa. Materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola dan logika tertentu, dari yang sederhana sampai yang kompleks dan perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatiakan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.
2.1.3 Kompetensi Siswa
a. Pengertian Kompetensi
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kompetensi adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal.Menurut Finch dan Crunkilton dalam Mulyasa (2004: 38) bahwa yang dimaksud dengan kompetensi adalah penguasaan terhadap suatu tugas, ketrampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Hal itu menunjukkan bahwa kompetensi mencakup tugas, ketrampilan sikap dan apresiasi yang harus dimiliki peserta didik untuk dapat melaksanakan tugas - tugas pembelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu. Sedangkan menurut Broke dan Stone
(44)
(Uzer Usman, 2007:14) kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru yang tampak sangat berarti.
“Sedangkan dalam blok dunia pendidikan Indonesia (2009) Kompetensi
merupakan pengetahuan, keterampilan nilai dan sikap dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak dinamis, berkembang dan dapat diraih setiap waktu. Kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap-sikap dasar dalam melakukan sesuatu. Kebiasaan berfikir dan bertindak itu didasari oleh budi pekertiluhur baik dalam kehidupan pribadi, sosial kemasyarakatan, keber-agama-an, dan
kehidupan berbangsa dan bernegara.”
Gardon (1988 : 109) dalam blok dunia Indonesia (2009) menjelaskan beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi sebagai berikut :
“(1) Pengetahuan (knowledge), yaitu kesadaran dalam bidang konitif; (2) Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman konektif; (3) Kemampuan (skil), yaitu sesuatu yang dimuliki oleh individu untuk melakukan tugas-tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya; (4) Nilai (value), yaitu suatu standar perilaku yang di yakini dan secara spikologis telah menyatu dalam diri seseorang; (5) Sikap (attitude), yaitu perasaan (senang – tidak senang, suka – tidak suka) atau reaksi terhadap sesuatu rangsangan yang datang dari luar (6) Minat (interest), yaitu kecerendungan seseorang untuk melakukan sesuatu
perbuatan.”
Rumusan tentang kompetensi tersebut pada dasarnya kompetensi adalah daya cakup, daya rasa dan daya tindak seseorang yang siap diaktualisasikan ketika menghadapi tantangan kehidupanya, baik pada masa kini maupun masa akan datang.
(45)
b. Pengertian Kompetensi Siswa
Kompetensi siswa adalah kemampuan siswa yang dihasilkan selama dia mengikuti pembelajaran, artinya seberapa jauh siswa menyerap materi yang disampaikan guru, seberapa persen tujuan yang telah ditetapkan guru dapat dikuasai siswa, dan seberapa baik siswa mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan, berinteraksi dengan dengan lingkungan sosialnya, dan kinerja yang ditunjukkannya dalam memecahkan masalah-masalah belajar dari kehidupan.
Kompetensi terbentuk dari lima karakteristik sebagaimana dikatakan Pencer dan Spencer (1993), yaitu watak, motif, konsep diri, pengetahuan, dan ketrampilan. Kompetensi pengetahuan dan ketrampilan adalah kompetensi yang mudah dinilai, diberikan, dilatihkan, diajarkan, dialami, dan dikembangkan karena merupakan kompetensi yang berada di permukaan yang cenderung dapat dilihat. Sedangkan kompetensi konsep diri, watak, dan motif bersifat lebih tersembunyi, lebih dalam, dan berperan sebagai sumber dari kepribadian yang tidak mudah untuk dinilai dan dikembangkan. Kompetensi harus dimiliki oleh siswa SMU/MA yaitu selain dapat digunakan untuk menembus seleksi masuk perguruan tinggi favorit, yang terkesan sebagai kompetensi akademik, juga untuk melanjutkan kehidupannya, di masyarakat, artinya selain kompetensi untuk dapat bergaul dan hidup bersama di tengah-tengah masyarakat, siswa juga harus memiliki kemampuan menghasilkan materi dari sejumlah keahliannya.
(46)
Usia individu tingkat SMU adalah usia yang cukup dewasa dan tidak sedikit dari mereka yang melanjutkan kehidupan ke kehidupan yang sebenarnya. Oleh karena itu, mereka harus dibekali dengan kemampuan life skills (kecakapan hidup). Kecakapan hidup lebih luas dari ketrampilan untuk bekerja, apalagi sekedar ketrampilan manual. Artinya, kecakapan hidup ini mencakup kemampuan individu untuk menyelesaikan berbagai persoalan kehidupannya yang bersifat praktik sosial maupun individual.
WHO (1997) dalam http://id.netlog.com mengategorikan kecakapan hidup dalam lima pilar, yaitu:
“(1) Kecakapan mengenal diri (self awareness), yang juga sering disebutkemampuan personal (personal skills); (2) Kecakapan berpikir rasional (thinking skills); (3) Kecakapan sosial (sosial skills); (4) Kecakapan akademik (akademic skills); (5) Kecakapan vokasional/khusus (vocational skills).”
Lima pilar tersebut dikategorikan lagi menjadi dua, yaitu general life skills, yaitu kecakapan mengenal diri, berpikir rasional, dan kecakapan sosial. Sedangkan kecakapan akademik dan vokasional dikategorikan sebagai spesifik life skill
2.1.4 Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Kata “media” merupakan bentuk jamak dari “medium”, yang berasal dan
Bahasa Latin “medius” yang berarti tengah. Sedangkan dalam Bahasa Indonesia, kata “medium” dapat diartikan sebagai “antara” atau “sedang”
(47)
sehingga pengertian media dapat mengarah pada sesuatu yang mengantar atau meneruskan informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan. Istilah media mula-mula dikenal dengan alat peraga, kemudian dikenal dengan istilah audio visual aids (alat bantu pandang/dengar). Selanjutnya disebut instructional materials (materi pembelajaran), dan kini istilah yang lazim digunakan dalam dunia pendidikan nasional adalah instructional media (media pendidikan atau media pembelajaran).
Media tentunya mempunyai cakupan yang sangat luas, oleh karena itu saat ini masalah media kita batasi ke arah yang relevan dengan masalah pembelajaran saja atau yang dikenal sebagai media pembelajaran. Berikut ini beberapa pendapat para ahli komunikasi atau ahli bahasa tentang pengertian media yaitu:
“(1) Purnamawati dan Eldarni (2001: 4), media adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar; (2) Sadiman, dkk. (2006: 6), media sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa, sehingga proses belajar mengajar berlangsung dengan efektif dan efesien sesuai dengan yang diharapkan; (3) Heinich et.al., 2002; Ibrahim, 1997; Ibrahim et.al., (2001) medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima. (4) Gagne dan Briggs dalam Arsyad (2002: 4), media adalah alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi, yang terdiri antara lain buku, tape-recorder, kaset, video kamera, video recorder, film,
slide, foto, gambar, grafik, televisi dan komputer; (5) AECT (Association for Education and Communicatian Technology) dalam Harsoyo (2002) memaknai media sebagai segala bentuk yang dimanfaatkan dalam proses penyaluran informasi; (6) NEA (National Education Association) dalam Harsoyo (2002) memaknai media sebagai segala benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibincangkan beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan tersebut; (7) Briggs dalam Dadang Supriatna
(48)
(2009: 3) menyebutkan bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Sementara itu Schramm berpendapat bahwa media merupakan teknologi pembawa informasi atau pesan instruksional yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar
dan dibaca.”
Dapat ditarik kesimpulan bahwa media pembelajaran adalah alat perantara atau pengantar yang digunakan untuk menyalurkan pesan sehingga terjadi komunikasi dari pengirim ke penerima agar dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa. Oleh karena proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Media pembelajaran adalah komponen integral dari sistem pembelajaran.
Levie dan Lentz dalam Arsyad (2003: 16) mengemukakan bahwa “media pembelajaran mempunyai fungsi afektif, artinya media pembelajaran dalam bentuk visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika sedang belajar. Gambar visual dapat menggugah emosi siswa dan sikapnya” Dari pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa media pembelajaran yang berbeda akan berakibat pada perbedaan sikap dan emosi siswa ketika mengikuti proses pembelajaran, hal ini akan berpengaruh pula pada hasil yang akan dicapai dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa kompetensi akuntasi siswa akan berbeda jika pembelajarannya digunakan media bukti transaksi dan LKS.
(49)
Levie dan Lentz dalam Arsyad (2003: 16) mengatakan “media pembelajaran befungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan secara verbal.”
Pendapat di atas dapat dijelaskan media pembelajaran bukti transaksi dan LKS memberikan akomodasi yang berbeda kepada setiap siswa dalam menerima dan memahami materi pembelajaran. Hal ini akan berakibat pada hasil yang berbeda terhadap ketercapaian kompetensi akuntansinya. Perbedaan ketercapaian kompetensi akuntansi ditunjukkan dari hasil rata-rata yang berbeda antara kelompok siswa yang digunakan media pembelajaran bukti transaksi dan kelompok siswa yang digunakan media pembelajaran LKS.
Rebber (1988) dalam Syah (2010:121) mengatakan bahwa “Kemampuan
awal persyaratan awal untuk mengetahui adanya perubahan” Sedangkan Gagne dalam Sudjana (1996:158) dalam Rizal mengatakan bahwa:
“Kemampuan awal lebih rendah dari pada kemampuan baru dalam pelajaran, kemampuan awal merupakan prasyarat yang harus dimiliki siswa sebelum memasuki pembelajaran materi pelajaran berikutnya yang lebih tinggi. Jadi seorang siswa mempunyai kemampuan awal yang baik akan lebih cepat memahami materi dibandingkan dengan siswa yang tidak mempunyai kemampuan awal dalam proses pembelajaran.”
Dari kedua pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa kemampuan awal siswa sangat berpengaruh terhadap kompetensi akuntansi siswa. Siswa yang mempunyai kemampuan awal yang baik akan mempunyai kompetensi akuntasi yang lebih tinggi, dibandingkan siswa yang mempunyai
(50)
kemampuan awal rendah. Ketercapian kompetensi akuntansi siswa akan semakin baik jika digunakan media pembelajaran yang tepat. Hal ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Levie dan Lentz dalam Arsyad
(2003: 16) mengatakan “media pembelajaran befungsi untuk
mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan secara verbal.” Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara media pembelajaran bukti transaksi, media pembelajaran LKS, dan kemampuan awal siswa terhadap kompetensi akuntansi siswa.
Sedangkan menurut Komaruddin (2004: 872), yang dimaksud dengan transaction document atau dokumen transaksi adalah:
“merupakan salah satu jenis warkat atau dokumen yang terdiri dari pesanan
-pesanan, faktur-faktur, cek-cek, korespondensi aktif dengan langganan, pelayanan-pelayanan, leveransir-leveransir dan sebagainya. Pengarsipannya dapat disusun menurut nomor atau abjad.”
Darmojo dan Kaligis, 1991; Depdiknas, 2004; Yuningsih (2006), menjelaskan yang dimaksud dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah:
“Lembaran-lembaran yang digunakan sebagai pedoman di dalam
pembelajaran serta berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik dalam kajian tertentu. LKS sangat baik dipergunakan dalam rangka strategi heuristik maupun ekspositorik. Dalam strategi heuristik LKS dipakai dalam metode penemuan terbimbing, sedangkan dalam strategi ekspositorik LKS dipakai untuk memberikan latihan pengembangan. Selain itu LKS sebagai penunjang untuk meningkatkan aktifitas siswa dalam proses belajar dapat mengoptimalkan hasil belajar.”
(51)
Dari beberapa pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa siswa yang mempunyai kemampuan awal yang tinggi akan lebih cepat memahami materi pembelajaran. Media pembelajaran bukti transaksi lebih bersifat praktik, dimana siswa beradapan langsung dengan fakta-fakta transaksi yang terjadi. Media pembelajaran LKS lebih bersifat teoritis, dimana siswa beradapan pada tugas-tugas yang harus dikerjakan dalam kajian tertentu. Siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi lebih mudah memahami materi pembelajaran akuntansi dengan media pembelajaran bukti transaksi dibandingkan dengan media pembelajaran LKS.
b. Fungsi, Kelebihan Kemampuan Media Pembelajaran dan Hambatan-Hambatan Komunikasi dalam Proses Pembelajaran
“(1) Fungsi Atensi artinya media visual merupakan inti, yaitu menarik dan
mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran; (2) Fungsi Afektif artinya media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika sedang belajar. Gambar visual dapat menggugah emosi siswa dan sikapnya; (3) Fungsi Kognitif artinya media visual atau gambar dapat memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar; (4) Fungsi Kompensatoris artinya media pembelajaran befungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang
disajikan secara verbal.”
Menurut I Wayan (2007: 3) dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Sedangkan metode adalah prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran. Fungsi media dalam proses pembelajaran ditunjukkan pada Gambar 2.1.
(52)
Gambar 2.1. Fungsi Media Dalam Proses Pembelajaran
Secara umum dapat disimpulkan bahwa media mempunyai kegunaan yaitu memperjelas, memudahkan dan membuat menarik pesan kurikulum yang akan disampaikan oleh guru kepada peserta didik sehingga dapat memotivasi belajar siswa dan mengefisienkan pembelajaran.
Menurut I Wayan (2007: 4) fungsi media dalam kegiatan interaksi antara siswa dengan lingkungan dijelaskan sebagai berikut.
“Dalam kegiatan interaksi antara siswa dengan lingkungan, fungsi media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran. Tiga kelebihan kemampuan media(Gerlach & Ely dalam I Wayan, 2007: 4) adalah sebagai berikut. Pertama, kemampuan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan dan menampilkan kembali suatu objek atau kejadian. Dengan kemampuan ini, objek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya. Kedua, kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali objek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya. Ketiga, kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara
serempak, misalnya siaran TV atau Radio.”
I Wayan Santyasa (2007: 5), mengemukakan bahwa hambatan-hambatan komunikasi dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut.
“(1) Pertama, verbalisme, artinya siswa dapat menyebutkan kata tetapi tidak
mengetahui artinya. Hal ini terjadi karena biasanya guru mengajar hanya dengan penjelasan lisan (ceramah), siswa cenderung hanya menirukan apa yang dikatakan guru; (2) Salah tafsir, artinya dengan istilah atau kata yang
(53)
sama diartikan berbeda oleh siswa. Hal ini terjadi karena biasanya guru hanya menjelaskan secara lisan dengan tanpa menggunakan media pembelajaran yang lain, misalnya gambar, bagan, model, dan sebagainya; (3) Perhatian tidak berpusat, hal ini dapat terjadi karena beberapa hal antara lain, gangguan fisik, ada hal lain yang lebih menarik mempengaruhi perhatian siswa, siswa melamun, cara mengajar guru membosankan, cara menyajikan bahan pelajaran tanpa variasi, kurang adanya pengawasan dan bimbingan guru; (4) Tidak terjadinya pemahaman, artinya kurang memiliki kebermaknaan logis dan psikologis. Apa yang diamati atau dilihat, dialami secara terpisah. Tidak terjadi proses berpikir yang logis mulai dari kesadaran
hingga timbulnya konsep.”
c. Klasifikasi Media Pembelajaran
Menurut I Wayan (2007: 9-10), media pembelajaran diklasifikasi berdasarkan tujuan pemakaian dan karakteristik jenis media. Terdapat lima model klasifikasi, yaitu menurut: (1) Wilbur Schramm, (2) Gagne, (3) Allen, (4) Gerlach dan Ely, dan (5) Ibrahim.
Menurut Sadiman (2006: 28-75), jenis media yang lazim dipakai dalam kegiatan belajar mengajar khususnya di Indonesia yaitu:
“(1) Media Grafis seperti gambar/foto, sketsa, diagram, bagan/chart, grafik (graphs), kartun, poster, peta dan globe, papan flanel/ flannel board, papan buletin (bulletin board); (2) Media Audio seperti radio, alat perekam pita magnetik, laboratorium bahasa; (3) Media Proyeksi Diam seperti film bingkai, film rangkai, media transparasi, proyektor tak tembus pandang (opaque projector), mikrofis (microfiche), film, film gelang, televisi (tv), video, permainan dan simulasi.”
Berdasarkan pemahaman atas klasifikasi media pembelajaran tersebut, akan mempermudah para guru atau praktisi lainnya dalam melakukan pemilihan media yang tepat pada waktu merencanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Pemilihan media yang disesuaikan dengan tujuan, materi,
(54)
serta kemampuan dan karakteristik pembelajar, akan sangat menunjang efisiensi dan efektivitas proses dan hasil pembelajaran.
d. Media Pembelajaran Berupa Media Praktik Bukti Transaksi
Latihan menggunakan media praktik akuntansi adalah salah satu pembelajaran yang berlandaskan pada seperangkat media yang berupa lembaran praktik berisikan lembaran bukti-bukti transaksi dan latihan sesuai dengan siklus akuntansi, dan berfungsi sebagai alat untuk mempercepat pembelajaran dan membantu siswa untuk mempermudah menangkap materi yang diberikan oleh guru. Selain itu penggunaan media praktik akuntansi berfungsi untuk mempertinggi mutu pembelajaran dan hasil belajar yang dicapai akan mempunyai nilai tinggi. Dengan demikian pemanfaatan media praktik akuntansi tersebut dimaksudkan siswa dapat memiliki keterampilan tentang menjurnal dan memposting transaksi akuntansi berdasarkan siklus akuntansi.
Merlinda (2008: 21), media praktik akuntansi yang digunakan dalam pembelajaran akuntansi dapat berupa:
“(1) Lembar analisis akuntansi; (2) Lembar jurnal umum; (3) Lembar
posting buku besar; (4) Lembar neraca saldo; (5) Lembar jurnal penyesuaian; (6) Lembar kertas kerja; (7) Lembar jurnal penutup; (8) Lembar neraca saldo setelah penutupan; (9) Lembar jurnal pembalik; (10)
Lembar laporan keuangan”
Media praktik akuntansi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar analisis transaksi yang berupa bukti-bukti transaksi. Bukti transaksi dalam akuntansi adalah kejadian awal dari siklus akuntansi. Untuk melaksanakan
(55)
sistem akuntansi, bukti transaksi merupakan trigger. Dengankata lain setiap pencatatan dalam suatu sistem akuntansi dimulai oleh bukti-bukti transaksi. Dengan demikian bukti transaksi sebagai bagian dari sistem akuntansi harus dirancang sebaik-baiknya dengan memperhatikan prinsip-prinsip penyusunan bukti.
1) Pengertian Bukti Transaksi
Joel G. Siegel & Jae K. Shim (2006: 473), Transactions (transaksi) adalah peristiwa atau kejadian dalam sebuah usaha yang mengubah posisi keuangan dan/atau keuntungannya. Transaksi dicatat dalam buku harian dan kemudian ditempatkan dalam buku besar.
Menurut A. Abdurrachman (2001: 1110) bahwa pengertian “Transaction
(transaksi, perjanjian perdagangan) adalah:
“suatu perjanjian antara dua pihak atau lebih, yang menciptakan atau menghasilkan suatu hak atau kewajiban menurut hukum. Lebih khusus ialah suatu perjanjian yang mengenai penjualan, pembelian, sewa-menyewa, pinjaman, atau bentuk lain mengenai pemindahan sesuatu yang berharga sebagai penukaran untuk uang atau barang lain yang berharga. Jadi, suatu kontrak atau persetujuan mengenai penjualan, sewa-menyewa dan lain-lain, dapat dikatakan adalah suatu transaction, akan tetapi transactions tidak
perlu mempunyai bentuk suatu kontrak.”
Sedangkan menurut Komaruddin (2004: 872), yang dimaksud dengan
transaction document atau dokumen transaksi adalah:
“merupakan salah satu jenis warkat atau dokumen yang terdiri dari pesanan -pesanan, faktur-faktur, cek-cek, korespondensi aktif dengan langganan, pelayanan-pelayanan, leveransir-leveransir dan sebagainya. Pengarsipannya
(56)
Menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2005: 172 & 1208) bukti transaksi adalah sesuatu yang menyatakan kebenaran suatu peristiwa, keterangan nyata, tanda. Dan transaksi adalah persetujuan jual beli (dalam perdagangan) antara dua pihak, 2) pelunasan pembayaran (seperti dalam bank). Soemarso (2004: 55) menyatakan bahwa transaksi (transactions) yaitu kejadian atau situasi yang mempengaruhi posisi keuangan perusahaan dan oleh karena itu harus dicatat.
Menurut Yudhi Rahmanto (2010 dalam www.slideboom.com), transaksi keuangan adalah segala kejadian-kejadian atau peristiwa yang mempengaruhi suatu posisi keuangan perusahaan (harta, utang, dan modal) yang dapat dinilai dengan uang. Bukti transaksi adalah suatu bukti telah terjadi transaksi sah yang harus dicatat yang dapat dinilai dengan uang.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa bukti transaksi adalah dokumen yang menyatakan adanya suatu peristiwa atau transaksi sah yang mempengaruhi posisi keuangan perusahaan.
2) Kegunaan dan Macam-Macam Bukti Transaksi
Kegunaan bukti transaksi menurut Soemarso (2004: 91) adalah sebagai berikut.
“Kegunaan bukti transaksi adalah untuk memastikan keabsahan transaksi
yang dicatat. Disamping itu, bukti transaksi dapat digunakan sebagai rujukan, apabila terjadi masalah di kemudian hari. Bukti transaksi dapat berasal dari (dibuat oleh) perusahaan sendiri atau diperolah dari pihak luar.
(1)
153 3. Perlunya mengubah pola pikir dari guru untuk mengganti pola mengajar konvensional dimana guru hanya sebagai satu-satunya sumber informasi, menjadi model pembelajaran yang lebih berfokus pada peserta didik. Atau dengan kata lain lebih banyak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran.
(2)
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrachman, A. 2001. Ensiklopedia Ekonomi Keuangan Perdagangan. Jakarta: PT Pradnya Paramita.
Abdul Gafur dalam H. Nashir (2004: 65) Di akses dari Internet pada http://library. ikippgrismg.ac.id/docfiles/fulltext/efd5a796a4294c3c.pdf, tanggal 8 Oktober 2012 jam 16.30 WIB
Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka
Cipta: Jakarta.
Arsyad. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Grafindo.
Cobb dalam Suparno (1997:46) Vigotsky Di akses pada http://veronikacloset.files. wordpress.com/2010/06/konstruktivisme.pdf tanggal 8 September 2012 jam 10.00 WIB
Darmojo dan Kaligis, 1991, Di akses dari Internet pada http://jumridahusni.blogspot. com/2013/06/lembar-kerja-siswa.html, tanggal 5 Oktober 2012 jam 10.30 WIB De Cecco & Crawford, 1977 dalam Ali (2000:14). Di akses dari Internet pada http:// www.academia.edu/4417154/TEORI_BELAJAR_DAN_TEORI_PEMBELAJ ARAN tanggal 5 September 2012 jam 10.00 WIB
(Depdiknas, 2002). Di akses dari Internet pada http://www.academia.edu di akses tanggal 5 September 2012 jam 12.00 WIB
Depdiknas.2004. Pedoman Penggunaan Lembar Kegiatan Siswa dan Sekenario Pembelajaran Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
Finch dan Crunkilton dalam Mulyasa (2004: 38) Di akses dari Internet pada http://rasto.wordpress.com/2008/01/31/kompetensi-guru/ tanggal 20 September 2012 jam 19.00 WIB
(3)
155 G. Siegel, Joel dan K. Shim, Joe. 2006. Kamus Istilah Akuntansi. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.
Gagne dalam Miarso (2004) Di akses dari Internet pada http://www.academia.edu di akses tanggal 7 September 2012 jam 10.00 WIB
Gagne, Briggs, dan Wager (Prawiradilaga, 2007: 15) Di akses dari internet pada http://asnawaty.blogspot.com/2010_10_01_archive.html tanggal 17 September 2012 jam 11.00 WIB
Gagne dalam Sudjana (1996:158) Di akses dari Internet pada http://sainsedutainment .blogspot.com/2011_04_01_archive.html 5 Oktober 2012 jam 09.00 WIB Gardon (1988 : 109) dalam blok dunia Indonesia (2009) Di akses dari Internet pada
http://weblog-pendidikan.blogspot.com/2009/08/pengertian-kompetensi-dan-kurikulum.html tanggal 22 September 2012 jam 17.00 WIB
Joel G. Siegel & Jae K. Shim (2006: 473), Di akses dari Internet pada http:// jasapembuatantesis.net/definisi_penjualan tanggal 3 Oktober 2012 jam 11.00 WIB
Komaruddin. 2004. Ensiklopedia Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Levie dan Lentz dalam Arsyad (2003: 16) Di akses dari Internet pada http:// muhammad-win-afgani.blogspot.com/2008/02/media-pembelajaran.html, tanggal 3 Oktober 2012
Makalah_I_Wayan_Santyasa Di akses dari Internet pada http://www.academia. edu/6158509/Makalah_I_Wayan_Santyasa_MODEL-MODEL_
PEMBELAJARAN_INOVATIF tanggal 1 Oktober 2012 jam 10.00 WIB Mutyasa, 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik,Implementasi
dan Motivasi. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya offset
Nashir, H. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal. Jakarta: Delia Press. Nasution. 2006. Perencanaan Pembangunan. Jakarta: Bumi Aksara.
Nasution (1978;165) Di akses dari Internet pada http://kuplukluntur.blogspot.com/ 2012/11/bab-2-proposal_1511.html, tanggal 8 Oktober 2012 jam 16.45 WIB NCSS dalam Pargito. 2010. Dasar Dasar IPS. Universitas Lampung. Bandar
(4)
Pencer dan Spencer (1993) Di akses dari Internet pada http://file.upi.edu/Direktori /FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN/195808161985031-AGUS_TAUFIQ/DEFINISI_KOMPETENSI.pdf . tanggal 24 September 2012 jam 20.00 WIB
Pargito. 2010. IPS Terpadu. Universitas Lampung. Bandar Lampung
Piage dalam Suparno (1997:44) Di akses dari Internet pada http://veronikacloset. files.wordpress.com/2010/06/konstruktivisme.pdf di akses tanggal 8 September 2012 jam 15.00 WIB
Pribadi, Benny A. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Akuntansi SMA & MA. Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta.
Purnamawati dan Eldarni (2001:4), Di akses dari Internet pada http://susantotutor. wordpress.com/category/pengertian-media-pembelajaran/, tanggal 4 Oktober 2012
Sadiman, Arief S., dkk. 2006. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Santyasa Wayan I 2007. Landasan Konseptual Media Pembelajaran. Makalah.
Universitas Pendidikan Ganesha.
Rebber (1988) dalam Syah (2010:121) Di akses dari Internet pada http://sainseduta inment.blogspot.com/2011_04_01_archive.html, tanggal 9 Oktober 2012 jam 10.00 WIB
Sapriya. 2009. Pendidikan IPS. Remaja Rosdakarya. Bandung
Sardiman, Arief S., dkk. 2006. Media Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta Soemarso (2004: 55) Di akses dari Internet pada http://melatiarya.blogspot.
com/2013/01/pengendalian-internal-piutang-usaha.html, tanggal 6 Oktober 2012 jam 14.15 WIB
Somantri, Noman. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Remaja Rosdakarya.Bandung
Soedijarto (1993:94), Di akses dari Internet pada http://www.academia.edu di akses tanggal 5 September 2012 jam 10.30 WIB
(5)
157 Sudiati (2003: 11) Di akses dari Internet pada
http://kiteklik.blogspot.com/2011/03/pengertian-dan-manfaat-lks.html, tanggal 8 Oktober 2012 jam 16.00 WIB
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito: Bandung.
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta: Bandung. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suyitno, Amin, dkk. 2001. Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika. Semarang : FMIPA UNNES
Suyitno (2001:40) Di akses dari Internet pada http://library.ikippgrismg.ac.id/ docfiles/fulltext/92eee76a2c9e25dd.pdf, tanggal 7 Oktober 2012 jam 16.00 WIB
Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta: Erlangga.
Universitas Lampung. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Usman, Husaini dan Setiady Akbar, Purnomo. 2009. Metodologi Penelitian Sosial Edisi Kedua. Jakarta: Bumi Aksara.
UUSPN No.20 tahun 2003 Bab I pasal I (2008:5) Di akses dari internet pada http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/12/04/definisi-pendidikan-definisi-pendidikan-menurut-uu-no-20-tahun-2003-tentang-sisdiknas/ tanggal 10 September2012 jam 16.00 WIB
Yudhi Rahmanto Di akses dari Internet pada http://yudhi851.blogspot.com/
2013/10/pengertian-akuntansi-dalam-dunia-usaha.html, tanggal 6 Oktober 2012 jam 14.30 WIB
Yuningsih (2006), Di akses dari Internet pada http://chemodputrasunda.
blogspot.com/2012/02/penggunaan-lks-dalam-pembelajaran.html, tanggal 6 Oktober 2012 jam 14.00 WIB
Wina Sanjaya (2008: 35) Di akses dari Internet pada http://eprints.uny.ac.id /6836/1/SKRIPSI.pdf, tanggal 9 Oktober 2012 jam 11.00 WIB
WHO (1997) dalam http://id.netlog.com Di akses dari Internet pada http://id.netlog. com/rahmawinasa/blog/blogid=18224 tanggal 25 September 2012 jam 10.00 WIB
(6)
A.Haanbook, Leonard H.Clark.1973. Teaching Social Studies In Secondary School. Macmilan Publissing Co Inc. New York
ArleneB. Burgdorf Ed.D, Donald L.Barnes Ed.D, 1969. New Approaches To Teaching elementary Social Studies. Burgess Publissing Company.
David warren Saxe, 1991. Social Studies In Schools. State University Of New York Press.
David warren Saxe, 1994. Social Studies For The Elementary Teacher. The Pennsyl Lavania State University.
David warren Saxe, 1991. Social Studies In Schools. State University Of New York Press.
David warren Saxe, 1994. Social Studies For The Elementary Teacher. The Pennsyl Lavania State University.
NCSS. 1994. Curiculum Standars For Social Studies. Wasington. Wasington United States Of America.
Pargito. 2010 Dasar-dasar Pendidikan IPS. Program Pasca Sarjana Pendidikan IPS , Unila. Lampung.
Rektor Universitas Lampung. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung Bandar lampung.
Sumantri, N. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, Bandung: Remaja Rosda Karya.
James A.Bank, Ambrose A.Clegg.Jr, 1990. Teaching Strategis For The Social Studies Inquiry, Valuing and Decision-Making. Longman: New York London. James.S.Coleman, 2008. Dasar-Dasar teori Sosial. Nusa Media: Bandung
Jere brophy, Janet Alleman, 1996. Powerful Social Studies For Elementary Student. Michigan State University.
John U.Mivhaelis. Frentico. 1976. Social Studies For Children in A Democracy Recent Trends and Development. University Of California Berkeley. Kathryn P.Scott, Roberta M.Woolever, 1998. Active Learning In Social Studies
Promoting Cognitive and Social Growth. Scott Foresman and Company. Lawrence E.Metcalf, Maurice P.Hunt.1955. Teaching High School Social studies
(Problems In Reflective Thingking and Social Under Standing). Co.Inc New York.