Pengertian Seni Lukis Kubisme

6

BAB II KAJIAN SUMBER

DAN METODE PENCIPTAAN

A. Kajian Sumber

1. Pengertian Seni Lukis

Seni lukis sendiri merupakan suatu bentuk karya seni rupa dua dimensi atau dwi matra, disamping seni grafis, ilustrasi, desain komunikasi visual, gambar dan sketsa. Seni lukis merupakan cabang seni rupa dalam bentuk lukisan yang merupakan wujud dari ungkapan pengalaman artistik perupa. Sedangkan dalam kutipan Mikke Susanto 2002:101-102 Soedarso Sp, mengungkapkan: Seni adalah karya manusia dalam mengkomunikasikan pengalaman-pengalaman batinnya yang disajikan secara indah atau menarik, sehingga menyenangkan bagi penikmatnya.Kelahirannya tidak didorong oleh hasrat memenuhi kebutuhan pokok, melainkan usaha seniman dalam melengkapi dan menyempurnakan derajat kemanusiaannya serta untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya spiritual. Sementara menurut Mikke Susanto 2011 : 241, menjelaskan bahwa seni lukis adalah bahasa ungkap dari pengalaman artistik maupun ideologis yang menggunakan warna dan garis, guna mengungkapkan perasaan, mengekspresikan emosi, gerak, ilusi maupun ilustrasi dari kondisi subjektif seseorang Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa seni lukis adalah karya seni rupa yang diungkapkan pada bidang dua dimensional merupakan suatu ungkapan ide, perasaan dan imajinasi perupa, dengan memanfaatkan elemen- elemen seni serta mempertimbangkan prinsip-prinsip dasar seni dalam penciptaan lukisan.

2. Struktur Seni Lukis

Seni lukis tersusun dari dua unsur utama yang merupakan unsur pokok dalam sebuah seni lukis, yang terdiri dari unsur ideoplastis dan unsur fisikoplastis. Unsur ideoplastis meliputi : 1. Konsep Konsep merupakan salah satu unsur lukisan yang tidak tampak oleh mata, berbentuk pemikiran-pemikiran yang akan dituangkan dalam sebuah karya lukisan. Menurut Mikke susanto 20 11: 227 “konsep pokok pertama utama yang mendasari keseluruhan pemikiran.Konsep biasanya ada dalam pemikiran atau kadang- kadang tertulis secara singkat”.Sedangkan konsep menurut KBBI 1988: 588 “ide pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa kongkret .” 2. Tema Lukisan merupakan sebuah bahasa ungkap dalam bentuk visual, hal tersebut menuntut kreativitas dalam proses penciptaannya. Salah satu komponen penting dalam proses penciptaan tersebut adalah tema. Adapun pengertian tema adalah sebagai berikut. Tema juga dapat disebut sebagai rangsang cipta dari seniman yang merupakan usahanya untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan. Bentuk yang menyenangkan adalah bentuk yang dapat memberikan kebutuhan batin manusia secara utuh, dan perasaan keindahan kita dapat menangkap harmoni bentuk yang disajikan, serta mampu merasakan lewat sensitivitasnya. Tema berfungsi sebagai stimulus atau rangsangan yang ditimbulkan oleh objek. Dalam sebuah karya seni hampir dapat dipastikan adanya tema, yaitu pokok persoalan yang dihasilkan sebagai akibat adanya pengolahan objek baik objek alam maupun objek image yang terjadi dalam ide seorang seniman dengan pengalaman pribadinya Dharsono, 2004: 28 Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tema merupakan pokok persoalan yang hendak diungkapkan. Tema dipastikan ada dalam setiap lukisan. Tema lukisan yang dipilih adalah merupakan kisah-kisah yang pernah dialami dan selalu terkenang dalam ingatan, merupakan pengalaman estetis yang menentukan dalam pemilihan tema. 1. Unsur-unsur seni rupa a. Garis Mikke Susanto 2011: 148, pemaknaan tentang garis sebagai berikut: ... Garis memiliki dimensi memanjang dan punya arah, bisa pendek, panjang, halus, tebal, berombak, melengkung, lurus dan lain-lain, dalam seni lukis, garis dapat pula dibentuk dari perpaduan antara dua warna. Dharsono Soni Kartika 2004: 40 mengatakan bahwa terkadang sebagai simbol emosi yang diungkapkan lewat garis, atau lebih tepat disebut goresan. Garis yang dibuat oleh seorang seniman akan memberikan kesan psikologis yang berbeda pada setiap garis yang dihadirkan. Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa garis dalam seni lukis adalah goresan yang diciptakan sebagai simbol emosi yang berdimensi memanjang, pendek, halus, tebal, berombak, melengkung, lurus dan lain-lain yang merupakan wujud ekspresi sebagai unsurseni rupa dalam menciptakan lukisan. Sebagai contoh, lihat gambar Gambar 1: contoh karya yang menunjukan garis Anggara Tua Sitompul ”Besarkan Keyakinanmu Sebesar Keinginanmu” Hartdboard Cut diatas kanvas, 135x175 cm, 2009 Sumber: Trienal Seni Grafis Indonesia III b. Bidang Bidang memiliki bermacam-macambentuk, ada bentuk geometris dan bentuk non geometris Bidang atau shape adalah area. Bidang terbentuk karena ada dua atau lebih garis yang bertemu bukan berhimpitan. Dengan kata lain, bidang adalah sebuah area yang dibatasi oleh garis, baik oleh formal maupun oleh garis yang sifatnya ilusif, ekspresif atau sugestif Mikke Susanto 2011: 55. Dari penjelasan diatas bidang atau shape dapat dipahami sebagai area yang terbentuk oleh warna atau garis yang membatasinya. Shape atau bidang bisa berbentuk alam atau figur dan juga tidak berbentuk atau nonfigur. . Sebagai contoh, lihat gambar 5. Gambar 2: Contoh lukisan yang menunjukan bidang Nunung WS, “ lukisan 20111 Akrilik diatas kanvas, 125x155 cm, 2011 Sumber: Post Hybridity c. Warna Warna merupakan salah satu unsur terpenting pembuatan sebuah lukisan m enurut Mikke Susanto 2011:433, “warna didefinisikan sebagai getaran atau gelombang yang diterima indera penglihatan manusia yang berasal dari pancaran cahaya melalui sebuah benda…”. Dharsono 2004: 107-109, menjelaskan bahwa suatu benda dapat dikenali dengan berbagai warna karena secara alami mata kita dapat menangkap cahaya yang dipantulkan dari permukaan benda tersebut. Warna sebagai salah satu elemen atau medium seni rupa merupakan unsur susunan yang sangat penting. Demikian eratnya hubungan warna maka warna mempunyai peranan, warna sebagai warna, warna sebagai representasi alam, dan warna sebagai lambangsymbol Dharsono, 2004: 107-109.

a. Hue

“Hue adalah istilah yang digunakan untuk menunjukan nama warna dari suatu warna, seperti merah, biru, hijau, dan sebagainya. Perbedaan antara warna biru dan hijau adalah perbedaan dalam hue” Dharsono, 2004: 109-110.

b. Value

“…ada banyak tingkatan dari terang ke gelap dari mulai putih hingga hitam… Value yang berada diatas middle disebut high value, sedang berada dibawah middle low value. Kemudian value yang lebih terang daripada warna normal disebut tint, sedang yang lebih gelap dari warna normal disebut shade. Close value adalah value yang berdekatan atau bersamaan, akan memberikan kesan lembut dan terang, sebaliknya yang memberikan kesan keras dan bergejolak disebut contrast value ” Mikke Susanto 2011: 418. Menurut Dharsono 2004: 110- 111, value secara teoretis hanya membicarakan mengenai kegelapan dan kecerahan dari pada warna. Ada banyak tingkatan dari cerahterang kegelapan, mulai dari putih murni hingga hitam. Cara mengubah value adalah dengan jalan menambah putih untuk mempercerah dengan maksud meningkatkan value, sedangkan untuk menurunkannya dapat ditambah dengan hitam.

c. Intensity intensitas

Menurut mikke Susanto 2011: 196, Intensity merupakan cerah suramnya warna. Hal ini dapat memberikan kesan dramatis, menyedihkan dan lain- lain. Darsono 2004: 111-112, menjelaskan intensity sebagai, “Intensitychroma diartikan sebagai gejala kekuatanintensitas warna jernih atau suramnya warna. Warna yang mempunyai intensity penuhtinggi adalah warna yang sangat menyolok dan menimbulkan efek yang brillian, sedangkan warna yang intensitynya rendah adalah warna- warna yang lebih berkesan lembut”. Berdasarkan pemaparan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa warna adalah getaran yang diterima indera penglihatan sebagai akibat dari pantulan cahaya pada permukaan benda. Warna dalam lukisan mempunyai peran penting, karena mampu mewakili ekspresi seorang seniman, dan menghadirkan suasana yang berbeda pada penikmatnya Penulis menggunakan warna biru, merah, kuning, hijau , ungu sebagai latar belakang dan figur utama dengan warna cokelat serta menggunakan warna putih sebagai aksentuasi. Sebagai contoh, lihat gambar . Gambar 3 : Contoh lukisan yang menunjukan warna Henry matisse , “ Woman With A Hatt” Oil on canvas 79,4 x 59,7 cm Sumber: Sejarah Perkembangan Seni Rupa Modern d. Tekstur Nilai raba pada suatu permukaan kasar dan halus, keras, licin dan lain-lain apabila diraba secara fisik betul-betul berbeda, sebuah lukisan seringkali menggunakan nilai rabaan untuk menambah nilai artistiknya. Tekstur menurut Dharsono 2004: 107, tekstur merupakan unsur rupa yang menunjukan rasa permukaan bahan, yang sengaja dibuat dan dihadirkan dalam suasana untuk mencapai bentuk rupa, sebagai usaha untuk memberikan rasa tertentu pada permukaan bidang pada perwajahan bentuk pada karya seni rupa secara nyata atau semu. Mikke Susanto 2011: 49 menjelaskan, “Tekstur atau barik adalah nilai r aba atau kualitas permukaan… Tekstur dimunculkan dengan memanfaatkan kanvas, cat atau bahan-bahan seperti pasir, semen, zinc white, dan lain- lain”. Berdasarkan penjelasan diatas tekstur dalam seni lukis adalah elemen seni yang berupa kesan visual maupun nilai raba yang dapat memberikan watak karakter pada permukaan. Kehadiran tekstur pada suatu karya mampu memberikan kesan tertentu seperti berat, ringan, keras, kasar ataupun lembut. Tekstur pada karya seni mempunyai sifat semu dan nyata. Adapun tekstur yang digunakan penulis dalam penciptaan karya ini adalah tekstur yang bersifat semu. Sebagai contoh, lihat gambar Gambar 5: Contoh lukisan yang menunjukkan tekstur Robi Fathoni,”introspeksi” Pensil dan akrilik diatas kanvas, 200x145 cm, 2011 Sumber: recovery 2. Prinsip Seni Rupa a. Harmoni Menciptakan lukisan harus mempertimbangkan komposisi untuk mencapai keselarasan. Harmoni dijelaskan oleh Mikke Susanto 2011: 175 sebagai “tatanan atau proporsi yang dianggap seimbang dan memiliki keserasian. Juga merujuk pada pemberdayaan ide-ide dan potensi bahan dan teknik tertentu dengan berpedoman pada aturan- aturan ideal”. Dijelaskan oleh Dharsono 2011: 113 Harmoni atau selaras merupakan paduan unsur-unsur yang berbeda dekat. Jika unsur-unsur estetika dipadu secara berdampingan maka akan timbul kombinasi tertentu dan timbul keserasian harmoni. Namun harmonis bukan berarti merupakan syarat untuk semua komposisi susunan yang baik. Harmoni memperkuat keutuhan karena memberi rasa tenang, nyaman dan sedap, tetapi harmoni yang dilakukan terus menerus mampu memunculkan kejenuhan, membosankan, sehingga mengurangi daya tarik karya seni. Dalam suatu karya Sering kali dengan sengaja menghilangkan harmoni sehingga timbul kesan ketegangan, kekacauan, riuh, dalam karya tersebut Djelantik 2004: 46. Dari pemaparan teori-teori di atas, penulis menyimpulkan bahwa harmoni merupakan tatanan unsur-unsur rupa yang yang serasi atau berbeda dekat dengan memperhatikan proporsi. Harmoni dimaksudkan untuk memberi rasa tenang atau nyaman dalam lukisan. b. Kesatuan Untuk mencapai suatu karya yang harmoni dalam suatu lukisan memerlukan sebuah kesatuan dalam pengorganisasian unsur-unsur seni rupa pada lukisan dengan sedemikian rupa, sehingga ada harmoni antara bagian-bagian dalam lukisan.Menurut Dharsono Soni Kartika, 2004: 59. Kesatuan merupakan efek yang dicapai dalam suatu susunan atau komposisi diantara hubungan unsur pendukung karya, sehingga secara keseluruhan menampilkan kesan tanggapan secara utuh. Menurut Mikke Susanto 2011: 416, menyatakan bahwa kesatuan adalah: Merupakan salah satu unsur dan pedoman dalam berkarya seni azas-azas desain.Unity merupakan kesatuan yang diciptakan lewat sub-azas dominasi dan subordinasi yang utama dan kurang utama dan koheren dalam suatu komposisi karya seni.Dominasi diupayakan lewat ukuran- ukuran, warna dan tempat serta konvergensi dan perbedaan atau pengecualian.Koheren menurut E.B. Feldman sepadan dengan organic unity, yang bertumpu pada kedekatanletak yang berdekatan dalam membuat k esatuan.” Dari pendapat diatas secara garis besar dapat dsimpulkan bahwa kesatuan atau unity dalam seni rupa merupakan prinsip hubungan yang diciptakan melalui dominasi, kohesi kedekatan, konsistensi, keutuhan, yang merupakan isi pokok dari komposisi. Jika salah satu atau beberapa elemen rupa mempunyai hubungan, warna, bidang, arah, dan lain-lain, maka kesatuan tersebut akan tercapai. Dalam karya penulis kesatuan dibentuk menggunakan warna dan garis, sehingga kesatuan dalam lukisan terpenuhi. Menciptakan lukisan harus mempertimbangkan komposisi untuk mencapai keselarasan. Harmoni dijelaskan oleh Mikke Susanto 2011: 175 sebagai “tatanan atau proporsi yang dianggap seimbang dan memiliki keserasian. Juga merujuk pada pemberdayaan ide-ide dan potensi bahan dan teknik tertentu dengan berpedoman pada aturan- aturan ideal”. Dijelaskan oleh Dharsono 2011: 113 Harmoni atau selaras merupakan paduan unsur-unsur yang berbeda dekat. Jika unsur-unsur estetika dipadu secara berdampingan maka akan timbul kombinasi tertentu dan timbul keserasian harmoni. Namun harmonis bukan berarti merupakan syarat untuk semua komposisi susunan yang baik. Harmoni memperkuat keutuhan karena memberi rasa tenang, nyaman dan sedap, tetapi harmoni yang dilakukan terus menerus mampu memunculkan kejenuhan, membosankan, sehingga mengurangi daya tarik karya seni. Dalam suatu karya Sering kali dengan sengaja menghilangkan harmoni sehingga timbul kesan ketegangan, kekacauan, riuh, dalam karya tersebut Djelantik 2004: 46. Dari pemaparan teori-teori di atas, penulis menyimpulkan bahwa harmoni merupakan tatanan unsur-unsur rupa yang yang serasi atau berbeda dekat dengan memperhatikan proporsi. Harmoni dimaksudkan untuk memberi rasa tenang atau nyaman dalam lukisan. c. Keseimbangan Seni lukis sangat membutuhkan komposisi yang sesuai untuk mencapai keseimbangan. Menurut Dharsono 2011: 118 keseimbangan dalam penyusunan adalah keadaan atau kesamaan antara kekuatan yang saling berhadapan dan menimbulkan adanya kesan seimbang secara visual ataupun secara intensitas kekaryaan. Bobot visual ditentukan oleh ukuran, wujud, warna, tekstur dan kehadiran semua unsur dipertimbangkan dan memperhatikan keseimbangan keseimbangan terbagi menjadi dua, yaitu keseimbangan formal formal balance dan keseimbangan informal informal balance. Menurut Mikke Susanto 2011: 46 keseimbangan merupakan persesuaian meteri-materi dari ukuran berat dan memberi tekanan pada stabilitas suatu komposisi karya seni. Balance dikelompokan menjadi hidden balance keseimbangan tertutup, symmetrical balance keseimbangan simentris, asymmetrical balance keseimbangan asimetri, balance by contrast perbedaan atau adanya oposisi . Dari penjelasan teori-teori di atas, penulis menyimpulkan bahwa keseimbangan merupakan salah satu prinsip penyusunan unsur-unsur rupa. Keseimbangan dibentuk dengan cara menempatkan beberapa unsur rupa dengan memperhitungkan letak dan ukuran sehingga menimbulkan kesan seimbang. d. Kontras Seni lukis memerlukan sebuah kontras untuk menghindari kesan monoton, gersang dan membosankan, kontras Menurut Mikke Susanto 2011: 22, perbedaan mencolok dan tegas antara elemen-elemen dalam sebuah tanda atau desain. Sementara kontras Menurut Dharsono Soni Kartika 2004: 54 Kontras merupakan perpaduan unsur-unsur yang berbeda tajam. Kontras merupakan hal penting dalam komposisi untuk pencapaian bentuk yang sesuai. Tetapi perlu diingat bahwa sebuah penyusunan kontras yang berlebihan akan merusak komposisi sebuah karya. Dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kontras merupakan perbedaan unsur-unsur seni rupa yang mencolok dan tegas, guna menghindari kesan monoton dan membosankan tanpa mengabaikan komposisi untuk mencapai kesesuaian pada lukisan yang diciptakan. Dalam karya penulis kontras diciptakan menggunakan warna-wana yang kontras, seperti warna-warna orange, biru, merah ungu disusun sedemikan rupa sehingga menghasilkan lukisan. e. Irama Dalam suatu karya seni ritme atau irama merupakan kondisi yang menunjukan kehadiran sesuatu yang terjadi berulang-ulang secara teratur. Keteraturan ini bisa mengenai jaraknya yang sama Djelantik 2004: 40. Pendapat lain yang dijelaskan oleh Mikke Susanto 2011: 334 menyatakan, Irama dalam seni rupa menyangkut persoalan warna, komposisi, garis, maupun lainya. Menurut E.B Feldman rhythm atau ritme adalah urutan atau perulangan yang teratur dari sebuah elemen atau unsur-unsur dalam karya lainya. Rhythm terdiri dari bermacam-macam jenis seperti repetitif, alternatif, progresif, dan flowing ritme yang memperliha tkan gerak berkelanjutan”. Jadi yang dimaksud irama adalah salah satu prinsip dalam penyusunan unsur- unsur rupa, sehingga dengan prinsip ini terbentuklah komposisi yang ritmis. Irama dibentuk dengan cara menghadirkan perulangan teratur suatu unsur rupa. f. Aksentuasi Terkadang penggunaan unsur seni rupa yang sama dan monoton pada sebuah lukisan menimbulkan sebuah kesan membosankan, untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dibuat aksenuasi. Menurut Mikke Susanto 2011: 13 merupakan “pembeda” bagian dari satu ungkapan bahasa rupa agar tidak berkesan mebosankan atau monoton. Aksen dapat dibuat dengan warna kontras, bentuk berbeda ataupun irama yang berbeda. Sedangkan menurut Dharsono Soni Kartika 2004: 63 aksentuasi merupakan susunan beberapa unsur seni rupa atau penggunaan ruang dan cahaya bias menghasilkan titik perhatian pada fokus tertentu. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aksentuasi merupakan bagian komposisi yang ditekankan, paling utama, atau tangguh guna menghindari kesan membosankan dengan memanfaatkan unsur seni rupa dan cahaya bias untuk menghasilkan titik perhatian pada fokus tertentu, yang sering disebut sebagai pusat perhatian center of interest. Dalam karya penulis aksentuasi diciptakan menggunakan warna dan objek geometris yang berbeda-beda ukuran sebagai aksentuasi pada lukisan g. Gradasi Teknik pewarnaan dengan gradasi dalam karya lukis dapat menciptakan keselarasan pada lukisan. Menurut Dharsono Soni Kartika 2004: 55. Gradasi merupakan suatu sistem perpaduan dari laras menuju kontras, dengan meningkatkan masa dari unsur yang dihadirkan. Gradasi merupakan perpaduan dari interval besar yang dilakukan dengan penambahan atau pengurangan secara bertahap. Pendapat lain menurut Mikke Susanto. 2004: 161, sebuah tahap yang halus, bernuansa terkesan mengalir lancar dan lembut. Tahapan dengan perubahan yang halus dari terang ke gelap, dari besar ke kecil, atau tekstur kasar ke halus, atau satu warna ke warna lain Dari pendapat di atas maka dapat diambil sebuah pengertian bahwa gradasi merupakan transisi unsur-unsur rupa melalui progresi ukuran, perubahan nilai rabaan kasar ke halus maupun perubahan satu warna ke warna yang lain. Sehingga menghasilkan kesan atau efek tertentu pada lukisan yang dibuat. Dari karya penulis gradasi dicapai dengan menggunakan percampuran warna yang berdampingan.

3. Kubisme

Seni lukis berkembang sesuai perkembangan pemikiran di zamannya sehingga melahirkan aliran-aliran dalam seni ini. Salah satunya Kubisme, Kubisme adalah jenis aliran seni tentang objek ditambah dengan pengenalan atas patung-patung Afrika dan Iberia, tokoh-tokohnya Picasso dengan karyanya yang berjudul “Les Demoiselles d’Avignon” dan Braque dengan karya “nude”. Aliran “cubism” dimulai di Paris pada tahun 1906, dipelopori oleh Pablo Picasso dan George Braque. Kota tempat mereka pertama kali bekerja dan akhirnya menemukan hal yang sama dan menjadi teman karib. Secara umum diakui bahwa gerakan ini diawali oeleh karya Picasso “Less Demoiselles d’Avignon”, yang dibuat 1906-1907 dan kemudian karya Braque “Nude” 1907- 1908. Nama kubus berkaitan dengan bentuk-bentuk kubus yang aneh temuan mereka. Nama ini mulai digagas oleh Louis Vauxcelles, seorang kritikus seni Perancis bersama dengan mereka. Pada tanggal 14 November 1908, Lous menulis tinjauan pameran Braque di Galeri Kahnweiller. Terdapat dua tipe kubisme yaitu kubisme analitik dan kubisme sintetik. Dua cara yang berbeda dalam melukiskan objek, yang pertama berdasarkan pemisahan objek, yang kedua berdasarkan berbagai unsur sehingga menghasilkan bentuk baru. Kubisme analitik sebenarnya diturunkan dari cara realism Cezanne, yaitu keinginan untuk mempertahankan kesan dwimatra dari bidang kanvas. Titik tolaknya tetap seni yang mengimitasi alam, tetapi mengubahnya menurut cara tertentu. Konsep melukis untuk tidak sekedar meniru alam, melainkan menciptakan kembali bentuk-bentuk yang kuat dan terstruktur. Jadi seniman menganalisis sekurang-kurangnya unsur esensial seperti garis, bidang dan massa dari objek yang di lukis. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa jenis lukisan yang saya buat termasuk dalam jenis kubisme analtik. Karena secara keseluruhan figur manusia dalam penciptaan lukisan yang saya buat terdiri dari susunan bentuk geometris yang disusun sehingga menjadikan bentuk figur manusia dengan pendekatan kubistis. Ketertarikan penulis dengan kubisme berawal dari pemikiran Cezane “struktur dari benda adalah bentuk-bentuk geometris. Secara keseluruhan pada background lukisan yang saya buat memiliki ciri seperti efek pecahan kaca.

4. Deformasi Bentuk