Analisis Kesehatan Pohon dan Simpanan Karbon di Jalur Hijau Kota Binjai

(1)

ANALISIS KESEHATAN POHON DAN SERAPAN KARBON

DI JALUR HIJAU KOTA BINJAI

SKRIPSI

Oleh:

Ermilda Reny Natalia 101201181 Manajemen Hutan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Analisis Kesehatan Pohon dan Simpanan Karbon di Jalur Hijau Kota Binjai

Nama : Ermilda Reny Natalia

Nim : 101201181

Program Studi : Kehutanan

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Siti Latifah, S. Hut, M. Si, Ph. D) (Yunus Afifuddin, S. Hut, M. Si)

Mengetahui: Ketua Program Studi


(3)

ABSTRAK

ERMILDA RENY NATALIA: Analisis Kesehatan dan Serapan Karbon di Jalur

Hijau Kota Binjai. Dibawah bimbingan SITI LATIFAH dan

YUNUS AFIFUDDIN.

Salah satu bentuk ruang terbuka hijau adalah jalur hijau jalan yang menjadi salah satu pendekatan penting dalam mengantisipasi penurunan kualitas lingkungan di perkotaan dalam hal ini kota Binjai. Selain itu, kesehatan pohon yang terdapat pada jalur hijau jalan kota Binjai juga perlu di perhatikan karena berdampak pada kemampuan pohon dalam menyerap karbon dan jenis polusi lainnya. Maka dari itu, perlu dilakukan analisis kesehatan pohon dan biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 tanaman pada jalur hijau kota Binjai.

Penelitian ini dilakukan di 51 jalur di 3 kecamatan yang ada di kota Binjai. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode survey secara sensus. Metode perhitungan data dilakukan dengan menggunakan metode FHM (Forest Health Moitory) untuk kesehatan pohon dan model alometrik untuk biomassa.

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan terdapat 4 jenis tanaman dengan jenis yang mendominasi adalah glodokan (Polyathia longifolia). Kesehatan pohon yang ada di jalur hijau jalan kota Binjai tergolong kelas sehat dengan nilai indeks kerusakan (NIK) sebesar 3,12. Nilai simpanan karbon tertinggi berdasarkan jenis tanaman dari 51 jalur hijau terdapat pada tanaman glodokan (Polyathia longifolia) dengan nilai total biomassa 611.592,85 Ton/Ha, nilai simpanan karbon 281.250,41 TonC/Ha dan nilai serapan CO2 sebanyak

1.032.387,77 Ton CO2/Ha. Nilai simpanan karbon tertinggi berdasarkan jalur

hijau penelitian terdapat pada Kecamatan Binjai Timur dengan nilai 139.590,42 TonC/Ha dan 430.255,91Ton CO2/Ha.


(4)

ABSTRACT

ERMILDA RENY NATALIA: Analysis Tress Healthty and Carbon Absorbtion at Green Belt in Binjai City. Under Academic Supervision of SITI LATIFAH and YUNUS AFIFUDDIN.

One of the green open space is green belt that’s be one important to anticipating degradation of environment quality in Binjai City. Further more, tress healthy of green belt in Binjai City is important to watch because it can impact to the ability in absorb carbon emission. So it’s need to analys tress healthy and biomass, carbon stock, CO2 absorbtion at green belt in Binjai City.

This research was doing at 51 green belt in 3 district in Binjai City. The sample had taken by survey with sensus method. Method of data accounting was using FHM (Forest Health Monitory) method for trees healthy and allometric models for biomass.

The result showed that finding 4 species at green belt with dominated species is glodokan (Polyathia longifolia). For trees healthy, based the research at green belt in Binjai City, there it’s in low damage or it can be no damage with NIK 3,12. The higher values of carbon stock based kind of plant from 51 green belt is in glodokan 611.592,85 Ton C/ha with CO2 absorbtion by 281.250,41Ton

C/ha. The higher values of carbon stock is in Binjai Timur district with 430.255,91Ton C/ha.


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Payakumbuh pada tanggal 16 Desember 1992 dari ayah Erasmus Purba dan ibu Listenty Hutahayan. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara. Pendidikan formal penulis dimulai dari SD N 10 Payakumbuh pada tahun 1998 – 2004, kemudian dilanjutkan di SMP N 1 Sosa, SMP N 1 Siprok, dan SMP N 5 Padangsidempuan tahun 2004 – 2007, lalu dilanjutkan di SMA N 3 Padangsidempuan pada tahun 2007 – 2010. Pada tahun 2010, penulis diterima di program studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMPTN).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis telah melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PEH) pada tahun 2012 di Hutan Pendidikan USU (TAHURA), Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Kemudian pada tahun 2014, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Taman Nasional Bali Barat selama satu bulan. Selama menjadi mahasiswi di Universitas Sumatera Utara, penulis mengikuti beberapa organisasi dan komunitas seperti GMKI Pertanian USU dan Himpunan Mahasiswa Silva (HIMAS) USU.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal hasil penelitian yang berjudul “Analisis Potensi Jalur Hijau Jalan Kota Binjai sebagai Jasa Lingkungan”.

Selama Pengerjaan proposal hasil ini penulis tidak lepas dari bantuan banyak pihak yang telah memeberikan bimbingan, saran, dan doa dari berbagai

pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada ibu Siti Latifah, S. Hut, M. Si, Ph. D dan bapak Yunus Afifuddin, S. Hut, M. Si

yang telah memberikan bimbingannya kepada penulis dalam menyusun proposal hasil penelitian ini.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan proposal hasil ini, oleh karena itu kritik dan saran untuk perbaikan proposal hasil penelitian ini sangat penulis harapkan.


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Ruang Terbuka Hijau ... 5

Hutan Kota dan Jasa Lingkungan ... 6

Jalur Hijau Jalan ... 8

Pohon Sebagai Penyerap CO2 ... 9

Karakteristik dan Kesehatan Pohon ... 10

Pemeliharaan Pohon ... 12

Pendugaan Biomassa dan Karbon ... 12

Hasil Penelitian Terkait ... 14

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis ... 16

Iklim ... 16

Letak Administratif ... 17

Demografi ... 17

METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian ... 18

Alat dan Bahan ... 18

Metode Penelitian ... 18

Prosedur Penelitian Serapan Karbon ... 19


(8)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Luas Jalur Hijau ... 25

Jenis dan Jumlah Tanaman Jalur Hijau ... 27

Sebaran Diameter Tanaman ... 29

Komposisi Jenis dan Kerapatan Tanaman ... 30

Biomassa, Simpanan Karbon dan Serapan CO2 ... 31

Kesehatan Pohon ... 36

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 43

Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

No Hlm

1. Nama, Luas wilayah Per Kecamatan dan Jumlah Kelurahan Kota Binjai ... 17

2. Kode dan Defenisi Lokasi Kerusakan ... 20

3. Kode dan Defenisi Tipe Kerusakan ... 23

4. Kode dan Kelas Keparahan Kerusakan ... 23

5. Persamaan Alometrik Jenis Pohon ... 23

6. Jenis Tanaman pada Jalur Hijau Penelitian di Kota Binjai ... 26

7. Jenis Tanaman yang diperoleh pada Jalur Hijau Penelitian di Kota Binjai .. 27

8. Jenis Tanaman dan Fungsinya pada Jalur Hijau ... 29

9. Jumlah Individu Tanaman pada Tiap Jalur Berdasarkan Diameter ... 30

10.Komposisi Jenis dan Kerapatan Serta Kategorinya ... 31

11.Jumlah Kerusakan Pohon ... 32

12.Tipe Kerusakan Pohon ... 34

13.Nilai Biomassa, Simpanan Karbon dan Serapan CO2 ... 37


(10)

DAFTAR GAMBAR

No Hlm

1. Bagan Alur Penelitian ... 24

2. Kanker ... 38

3. Gerowong/keropos ... 38

4. Vandalisme ... 39

5. Sayatan/luka luar ... 40


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Hlm 1. Nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 jenis tanaman per

jalur hijau ... 49

2. Berat jenis tanaman ... 51

3. Foto penelitian ... 51

4. Kriteria tanaman dengan fungsi serta persyaratannya berdasarkan Direktorat Jenderal Bina Marga (1996) ... 52

5. Contoh Perhitungan Biomassa, Simpanan Karbon, dan Serapan CO2 ... 55

6. Kriteria nilai indeks komposisi jenis dan kerapatan vegetasi ... 56

7. Kriteria penilaian kerusakan menurut metode FHM ... 56


(12)

ABSTRAK

ERMILDA RENY NATALIA: Analisis Kesehatan dan Serapan Karbon di Jalur

Hijau Kota Binjai. Dibawah bimbingan SITI LATIFAH dan

YUNUS AFIFUDDIN.

Salah satu bentuk ruang terbuka hijau adalah jalur hijau jalan yang menjadi salah satu pendekatan penting dalam mengantisipasi penurunan kualitas lingkungan di perkotaan dalam hal ini kota Binjai. Selain itu, kesehatan pohon yang terdapat pada jalur hijau jalan kota Binjai juga perlu di perhatikan karena berdampak pada kemampuan pohon dalam menyerap karbon dan jenis polusi lainnya. Maka dari itu, perlu dilakukan analisis kesehatan pohon dan biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 tanaman pada jalur hijau kota Binjai.

Penelitian ini dilakukan di 51 jalur di 3 kecamatan yang ada di kota Binjai. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode survey secara sensus. Metode perhitungan data dilakukan dengan menggunakan metode FHM (Forest Health Moitory) untuk kesehatan pohon dan model alometrik untuk biomassa.

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan terdapat 4 jenis tanaman dengan jenis yang mendominasi adalah glodokan (Polyathia longifolia). Kesehatan pohon yang ada di jalur hijau jalan kota Binjai tergolong kelas sehat dengan nilai indeks kerusakan (NIK) sebesar 3,12. Nilai simpanan karbon tertinggi berdasarkan jenis tanaman dari 51 jalur hijau terdapat pada tanaman glodokan (Polyathia longifolia) dengan nilai total biomassa 611.592,85 Ton/Ha, nilai simpanan karbon 281.250,41 TonC/Ha dan nilai serapan CO2 sebanyak

1.032.387,77 Ton CO2/Ha. Nilai simpanan karbon tertinggi berdasarkan jalur

hijau penelitian terdapat pada Kecamatan Binjai Timur dengan nilai 139.590,42 TonC/Ha dan 430.255,91Ton CO2/Ha.


(13)

ABSTRACT

ERMILDA RENY NATALIA: Analysis Tress Healthty and Carbon Absorbtion at Green Belt in Binjai City. Under Academic Supervision of SITI LATIFAH and YUNUS AFIFUDDIN.

One of the green open space is green belt that’s be one important to anticipating degradation of environment quality in Binjai City. Further more, tress healthy of green belt in Binjai City is important to watch because it can impact to the ability in absorb carbon emission. So it’s need to analys tress healthy and biomass, carbon stock, CO2 absorbtion at green belt in Binjai City.

This research was doing at 51 green belt in 3 district in Binjai City. The sample had taken by survey with sensus method. Method of data accounting was using FHM (Forest Health Monitory) method for trees healthy and allometric models for biomass.

The result showed that finding 4 species at green belt with dominated species is glodokan (Polyathia longifolia). For trees healthy, based the research at green belt in Binjai City, there it’s in low damage or it can be no damage with NIK 3,12. The higher values of carbon stock based kind of plant from 51 green belt is in glodokan 611.592,85 Ton C/ha with CO2 absorbtion by 281.250,41Ton

C/ha. The higher values of carbon stock is in Binjai Timur district with 430.255,91Ton C/ha.


(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kota merupakan suatu tempat dimana terdapat konsentrasi penduduk dengan pusat aktivitasnya seperti industri, perdagangan, pendidikan dan jasa. Dengan jumlah penduduk yang relatif besar menuntut tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. Kebutuhan akan sarana dan prasarana dapat terpenuhi dengan pembangunan, baik fisik maupun non fisik, yang intensitasnya akan terus meningkat.

Penurunan kualitas lingkungan perkotaan ditandai dengan semakin meningkatnya pencemaran udara yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor, limbah rumah tangga, dan aktivitas industri yang mengemisikan gas-gas seperti CO2 dan logam berat (Pb). Hal-hal tersebut dapat memperburuk dampak pemanasan global.

Salah satu pendekatan penting dalam mengantisipasi terjadinya penurunan kualitas lingkungan di Kota Binjai adalah melakukan penanaman pohon dengan jenis-jenis yang mampu menyerap karbondioksida (CO2) dalam kadar yang tinggi sekaligus tahan terhadap tekanan fisik.

Pembangunan yang lebih mengarah pada pembangunan fisik telah menyampingkan keberadaan ruang terbuka hijau, khususnya jalur hijau jalan. Hal ini mempengaruhi kondisi fisik yang ada pada pohon dengan terlihatnya berbagai gejala kerusakan secara fisik dan visual.

Kesehatan pohon perlu dijaga karena jika terjadi kerusakan pada pohon baik penyakit maupun mekanik dapat menyebabkan penurunan kemampuan


(15)

pohon dalam menyerap karbon dan jenis polusi lainnya yang akan berdampak pada kualitas lingkungan. Oleh sebab itu pengembangan, penggelolaan, dan pemeliharaan jalur hijau harus di tangani dengan serius terutama pada lingkungan perkotaan.

Jenis pohon yang ditanami di jalur hijau juga menentukan kualitas lingkungan. Jika pohon yang ditanam sesuai dengan kriteria untuk kawasan jalur hijau maka kualitas lingkungan di perkotaan tersebut akan baik.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan perhitungan atau analisis biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 tanaman di jalur hijau jalan Kota

Binjai dan mengidentifikasi kesehatan pohon yang ditanam pada jalur hijau kota dalam perannya sebagai jasa lingkungan.

Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi jenis-jenis tanaman yang ada di jalur hijau jalan Kota Binjai.

2. Menganalisis potensi nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 pada jenis tanaman dan jalur hijau jalan Kota Binjai.

3. Mengidentifikasi kesehatan pohon pada jalur hijau jalan kota Binjai.

Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi mengenai kondisi jalur hijau jalan dalam menyerap CO2 di Kota Binjai.

2. Sebagai dasar pertimbangan bagi pengambilan keputusan dan kebijakan dalam penentuan jenis dan luas jalur hijau jalan selanjutnya


(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Pembangunan dan pengembangan kota cenderung mengarah pada alih fungsi lahan untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan pelayanan pada penduduk kota. Salah satu dampaknya adalah berkurangnya lahan bervegetasi seperti jalur hijau, taman kota, pekarangan, lahan pertanian dan hutan yang banyak dialih fungsikan menjadi kawasan pemukiman, perkantoran, rekreasi juga industri. Berkurangnya tutupan lahan yang bervegetasi akan mempengaruhi kualitas lingkungan. Sebagaimana diketahui vegetasi dapat melakukan proses fotosintesis dengan merubah CO2 menjadi O2 dan gula. Gas CO2 dari buangan

kendaraan bermotor dan industri akan dirubah kembali melalui proses fotosintesis menjadi O2. Namun, bila vegetasi semakin berkurang, dan disertai dengan

peningkatan jumlah CO2 maka akan mengakibatkan polusi udara yang akhirnya

menyebabkan pemanasan global (Lestari et al, 2005).

Menurut Kovack (1992) dalam Karliansyah (1999), salah satu cara pemantauan pencemaran udara adalah dengan menggunakan tumbuhan sebagai bioindikator. Kemampuan masing-masing tumbuhan untuk menyesuaikan diri berbeda-beda sehingga menyebabkan adanya tingkat kepekaan, yaitu sangat peka, peka dan kurang peka. Tingkat kepekaan tumbuhan ini berhubungan dengan kemampuannya untuk menyerap CO2 dan logam berat. sehingga tumbuhan adalah

bioindikator pencemaran yang baik. Dengan demikian daun merupakan organ tumbuhan sebagai bioindikator yang paling peka terhadap pencemaran.

Pohon Angsana (Pterocarpus indicus Willd) dan pohon Glodogan (Polyalthia longifolia Bent & Hook. F) merupakan jenis tanaman yang banyak


(17)

digunakan sebagai tanaman peneduh jalan. Hal ini karena kedua jenis tanaman tersebut memiliki akar yang dapat bertahan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh getaran kendaraan, mudah tumbuh di daerah panas dan tahan terhadap angin sehingga cocok digunakan sebagai tanaman peneduh jalan yang akan dapat menyerap unsur pencemaran (Antari, 2002).

Ruang Terbuka Hijau

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia nomor 26 tahun 2007, RTH atau ruang terbuka hijau sendiri didefinisikan sebagai area memanjang, jalur, dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, dan merupakan tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alami maupun sengaja ditanam. Proporsi luas ruang terbuka hijau pada kota paling sedikit 30% luas wilayah kota. Proporsi ruang terbuka hijau 30 % tersebut merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, meningkatkan ketersediaan udara bersih bagi masyarakat dan juga meningkatkan nilai estetika kota (UU No. 26 tahun 2007).

Fungsi utama ruang terbuka hijau yaitu fungsi ekologis untuk menjamin sistem sirkulasi udara kota, pengatur iklim mikro, peneduh, produsen oksigen, penyerap air hujan, penyerap polutan, habitat satwa, dan penahan angin. Ruang terbuka hijau selain memiliki fungsi ekologis juga memiliki fungsi sosial budaya, fungsi ekonomi, dan fungsi estetika. RTH juga memiliki fungsi sosial budaya dan fungsi ekonomi. Ruang terbuka hijau juga berfungsi untuk memperindah lingkungan kota dan menciptakan keseimbangan dan keserasian suasana pada area yang terbangun dan tidak terbangun (Peraturan Menteri No. 05 Tahun 2008).


(18)

Hutan Kota dan Jasa Lingkungan

Hutan kota merupakan suatu kawasan dalam kota yang didominasi oleh pepohonan yang habitatnya dibiarkan tumbuh secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan yang tumbuh menjadi hutan besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur seperti taman. Lokasi hutan kota umumnya di daerah pinggiran. Ini dimungkinkan karena kebutuhan lokasi pemukiman atau perkantoran daerah tersebut tidak terlalu besar. Hutan kota dibuat sebagai daerah penyangga kebutuhan air, lingkungan alami, serta pelindung flora dan fauna di perkotaan (Nazaruddin, 1996).

Secara umum bentuk hutan kota adalah :

1. Jalur Hijau, berupa peneduh jalan raya, jalur hijau di bawah kawat

listrik, di tepi jalan kereta api, di tepi sungai, di tepi jalan bebas hambatan. 2. Taman Kota, diartikan sebagai tanaman yang ditanam dan ditata sedemikian

rupa, baik sebagian maupun semuanya hasil rekayasa manusia, untuk mendapatkan komposisi tertentu yang indah.

3. Kebun dan Halaman, jenis tanaman yang ditanam di kebun dan halaman biasanya dari jenis yang dapat menghasilkan buah.

4. Kebun Raya, Hutan Raya, dan Kebun Binatang, dapat dimasukkan ke dalam salah satu bentuk hutan kota. Tanaman dapat berasal dari daerah setempat, maupun dari daerah lain baik dalam negeri maupun luar negeri.

5. Hutan Lindung, daerah dengan lereng yang curam harus dijadikan kawasan hutan karena rawan longsor. Demikian pula dengan daerah pantai yang rawan akan abrasi air laut


(19)

Peran hutan kota sebagai jasa lingkungan adalah:

1. Penahan dan Penyaring Partikel Padat dari Udara, daun yang berbulu dan berlekuk seperti halnya daun bunga matahari dan kersen mempunyai kemampuan tinggi dalam menyerap partikel dalam daun yang mempunyai permukaan halus.

2. Penyerap Partikel Timbal, kendaraan bermotor merupakan sumber utama timbal yang mencemari udara di perkotaan.

3. Penyerap Debu Semen, sejumlah tanaman dapat dimanfaatkan untuk pengembangan Hutan Kota karena memiliki ketahanan tinggi terhadap pencemaran debu semen dan kemampuan tinggi dalam menyerap (absorpsi) debu Semen.

4. Peredam Kebisingan, dedaunan tanaman dapat menyerap kebisingan sampai 95%;

5. Mengurangi Bahaya Hujan Asam; pohon dapat membantu dalam mengatasi dampak negatif hujan asam melalui proses fisiologis tanaman yang disebut proses gutasi. Proses gutasi akan memberikan beberapa unsure diantaranya ialah Ca, Na, Mg, K dan bahan organik seperti glumatin dan gula

6. Penyerap Karbon-dioksida dan Penghasil Oksigen, tanaman yang baik sebagai penyerap gas CO2 dan penghasil oksigen yaitu damar (Agathis alba), daun kupu-kupu (Bauhinia purpurea), lamtoro gung (Leucaena leucocephala), akasia (Acacia auriculiformis) dan beringin (Ficus benjamina);

7. Tinggi dan lebar jalur Hutan Kota cukup besar, sehingga dapat melindungi wilayah yang diinginkan dengan baik. Angin kencang dapat dikurangi 75-80% oleh suatu penahan angin yang berupa Hutan Kota.


(20)

8. Penapis Cahaya Silau; keefektifan pohon dalam meredam dan melemahkan cahaya bergantung pada ukuran dan kerapatannya. Pohon dapat dipilih berdasarkan ketinggian maupun kerimbunan tajuknya

9. Sebagai Habitat Burung; masyarakat moderen kini cenderung kembali ke alam (back to nature). Desiran angin, kicauan burung dan atraksi satwa lainnya di kota diharapkan dapat menghalau kejenuhan dan stress yang banyak dialami oleh penduduk perkotaan. Salah satu satwaliar yang dapat dikembangkan di perkotaan adalah burung.

(REDD Indonesia, 2013).

Jalur Hijau Jalan

Jalur hijau adalah pemisah fisik daerah perkotaan dan pedesaan yang berupa zona bebas bangunan atau ruang terbuka hijau yang berada di sekeliling luar kawasan perkotaan atau daerah pusat aktifitas/kegiatan yang menimbulkan polusi (Anggraeni, 2005).

Terdapat beberapa struktur pada jalur hijau jalan yaitu daerah sisi jalan, median jalan, maupun pulau lalu lintas (traffic islands). Daerah sisi jalan adalah daerah yang berfungsi untuk keselamatan dan kenyamanan pemakai jalan, lahan untuk pengembangan jalan, kawasan penyangga, jalur hijau, tempat pembangunan fasilitas pelayanan dan melindungi bentukan alam (Rudianto, 2008).

Vegetasi merupakan faktor penting dalam lingkungan sehingga pemilihan vegetasi harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dengan karakteristik vegetasi yang ditanam, terutama untuk penanaman jalur hijau di lingkungan perkotaan yang berada di lingkungan yang penuh polusi dan keadaan yang kurang mendukung. Pemilihan tanaman untuk suatu lanskap harus memperhatikan aspek


(21)

agronomis, arsitektural tanaman dan nilai identitas tertentu, misalnya tanaman langka, unik, eksklusif dan lainnya (Nurisjah, 1991).

Menurut Fandeli (2004) penanaman pohon untuk kawasan jalur hijau harus sesuai dengan kriteria sebagai berikut:

1. Karakteristik tanaman: struktur daun setengah rapat sampai rapat, dominan warna hijau, perakaran tidak menggangu pondasi

2. Kecepatan tumbuhnya bervariasi 3. Dominan jenis tanaman tahunan

4. Berupa tanaman lokal, dan tanaman budidaya

5. Jarak tanam setengah rapat sampai rapat, sekitar 90% dari luas areal yang harus dihijaukan.

Pohon sebagai Penyerap CO2

Tumbuhan memerlukan sinar matahari, gas asam arang (CO2) yang diserap dari udara serta air dan hara yang diserap dari dalam tanah untuk kelangsungan hidupnya. Melalui proses fotosintesis, CO2 di udara diserap oleh tanaman dan diubah menjadi karbohidrat, kemudian disebarkan keseluruh tubuh tanaman dan akhirnya ditimbun dalam tubuh tanaman berupa daun, batang, ranting, bunga dan buah. Proses penimbunan C dalam tubuh tanaman hidup dinamakan proses sekuestrasi (C-sequestration). Dengan demikian mengukur jumlah C yang disimpan dalam tubuh tanaman hidup (biomassa) pada suatu lahan dapat menggambarkan banyaknya CO2 di atmosfer yang diserap oleh tanaman. Sedangkan pengukuran C yang masih tersimpan dalam bagian tumbuhan yang telah mati (nekromasa) secara tidak langsung menggambarkan CO2 yang tidak dilepaskan ke udara lewat pembakaran (Hairiah dan Rahayu, 2007).


(22)

Tumbuhan akan mengurangi karbon di atmosfer (CO2) melalui proses fotosintesis dan menyimpannya dalam jaringan tumbuhan. Sampai waktunya karbon tersebut tersikluskan kembali ke atmosfer, karbon tersebut akan menempati salah satu dari sejumlah kantong karbon. Semua komponen penyusun vegetasi baik pohon, semak, liana dan epifit merupakan bagian dari biomassa atas permukaan. Di bawah permukaan tanah, akar tumbuhan juga merupakan penyimpan karbon selain tanah itu sendiri (Sutaryo, 2009).

Tingginya potensi simpanan karbon lebih dipengaruhi oleh komposisi diameter pohon dan sebaran berat jenis vegetasinya. Tipe hutan dengan komposisi jenis pohon yang mempunyai berat jenis tinggi akan mempunyai potensi simpanan yang cenderung lebih tinggi daripada tipe hutan dengan kerapatan tinggi tetapi jenis pohonnya mempunyai berat jenis rendah. Pengukuran biomassa memberikan informasi penting dalam menduga besarnya potensi penyerapan CO2 dan karbon yang tersimpan dalam tanaman pada umur tertentu di areal tertentu juga (Maulana, 2009).

Karakteristik dan Kesehatan Pohon

Vegetasi sangat bermanfaat untuk merekayasa masalah lingkungan diperkotaan. Selain merekayasa estetika, mengontrol erosi dan air tanah, mengurangi polusi udara, mengurangi kebisingan, mengendalikan air limbah, mengontrol lalu lintas dan cahaya yang menyilaukan, mengurangi pantulan cahaya, seta mengurangi bau. Kumpulan bunga dan dedaunan yang memberikan aroma sedap berguna untuk mengurangi bau busuk. Daun dan ranting-ranting mampu memperlambat aliran angin dan curahan hujan. Akar yang menjalar akan menahan erosi tanah, baik oleh air hujan maupun oleh angin. Daun yang tebal


(23)

berguna untuk menghalangi cahaya. Daun-daun yang tipis untuk menyaring cahaya serta ranting-ranting berduri untuk menghalangi gerak-gerik manusia. (Zoer’aini, 2007).

Pohon yang tumbuh sehat pada jalur hijau kota menampilkan sifat fisik yang diinginkan sesuai desain penanaman, ditentukan oleh faktor (1) pemilihan tanaman, (2) metode penanaman, dan (3) pengelolaan pemeliharaan tanaman pasca penanaman. Tanaman akan tumbuh dengan baik bila tanaman yang dipilih toleran dengan lingkungan tempat penanaman. Metode penanaman yang benar akan menyiapkan tempat yang menjamin dengan baik pertumbuhan akar dan tajuk. Pemeliharaan yang tepat akan menjamin pertumbuhan dengan kecepatan yang normal, terhindar dari gangguan hama penyakit dan vandalisme. Sebaliknya jika faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan tersebut tidak tepat, maka tanaman akan tumbuh lamban, tidak menampilkan sifat fisik yang diinginkan, dan bahkan tanaman akan sewaktu waktu tumbang (Nasrullah, 2005).

Menurut Dahlan (1992), luka terbagi menjadi 2 bagian, yaitu: a) luka yang terbatas hanya pada kulit luar saja dan b) luka yang terjadi pada kulit luar, kulit dalam dan juga luka pada kayu gubal dan kayu teras. Semua bentuk dan ukuran luka dapat berfungsi sebagai tapak infeksi, mulai dari luka yang ditimbulkan oleh serangga makroskopik sampai luka karena aktivitas pemotongan batang serta cabang. Banyak patogen yang memanfaatkan luka sebagai tapak infeksi alternative dan mengambil keuntungan melalui jaringan yang menjadi rentan.

Beberapa jenis tanaman pelindung yang biasa ditanam di sisi kanan kiri jalan ataupun ditengah terbagi menjadi 3 bagian yaitu jenis pohon besar, jenis pohon sedang dan jenis pohon kecil. Jenis pohon besar yaitu kenari (Canarium


(24)

vulgare), mahoni (Swietenia mahagoni), angsana (Pterocarpus indicus), palem raja (Oreodoxa regia), saga (Adenanthera pavoninna), asam jawa (Tamarindus indica), dan bungur (Lagestroemia londonii). Jenis pohon sedang yaitu glodogan biasa atau tiang (Polyalthia longifolia), kupu-kupu (Bauhinia blakeana), kiara payung (Filicium decipiens), tanjung (Mimusosp elengi), cemara kipas (Thuja occidentalis), dan biola cantik (Ficus lyrata). Sedangkan jenis pohon kecil yaitu palem merah (Cryrtostachys lakka), palem botol (Mascarena lagenicaulis), palem putri (Vitsia merini) dan pinang (Areca cathecu) (Nazaruddin, 1996).

Pemeliharaan Pohon

Pemeliharaan pohon dibedakan dalam dua bagian, yaitu pemeliharaan umum dan pemeliharaan khusus terhadap pohon yang tidak normal. Pemeliharaan umum mencakup pemindahan tanaman, pemupukan, pemangkasan, perlakuan terhadap luka, penambalan lubang pohon, penguatan dan pengawatan, sedangkan pemeliharaan khusus meliputi diagnosis terhadap pohon, kontrol hama dan penyakit, penyiraman, kontrol kerusakan dan sebagainya (Pirone, 1972).

Tingkat pemeliharaan terdiri dari pemeliharaan intensif, semi intensif, dan eksktensif. Jalur hujau jalan termasuk kedalam tingkatan semi intensif seperti 1) penyiangan, pengendalian gulma, 2) penggemburan tanah, pengaerasian tanah, 3) penyiraman, irigasi, 4) pemupukan, 5) penyulaman tanaman, 6) pengendalian hama dan penyakit (Arifin, 2002).

Pendugaan Biomassa dan Karbon

Terdapat 4 cara utama untuk menghitung biomassa yaitu (i) sampling dengan pemanenan (Destructive sampling) secara in situ; (ii) sampling tanpa pemanenan (Non-destructive sampling) dengan data pendataan hutan secara in


(25)

situ; (iii) Pendugaan melalui penginderaan jauh; dan (iv) pembuatan model. Untuk masing-masing metode di atas, persamaan alometrik digunakan untuk mengekstrapolasi cuplikan data ke area yang lebih luas. Penggunaan persamaan alometrik standar yang telah dipublikasikan sering dilakukan, tetapi karena koefisien persamaan alometrik ini bervariasi untuk setiap lokasi dan spesies, penggunaan persamaan standar ini dapat mengakibatkan galat (eror) yang

signifikan dalam mengestimasikan biomassa suatu vegetasi (Australian Greenhouse Office, 1999).

Mengukur biomassa dan karbon pohon perkotaan didasarkan pada persamaan umum biomassa alometrik. Model statistik juga dapat digunakan untuk lebih memahami pengaruh biofisik kayu pohon perkotaan dan penyerapan karbon serta untuk menilai keakurasian model simpanan karbon (Timilsina et al, 2014).

Metode alometrik merupakan metode pengukuran pertumbuhan tanaman yang dinyatakan dalam bentuk hubungan-hubungan eksponensial atau logaritma antar organ tanaman yang terjadi secara harmonis dan perubahan secara proporsional (Parresol, 1999).

Penetapan persamaan alometrik yang akan dipakai dalam pendugaan biomassa merupakan tahapan penting proses pendugaan biomassa. Setiap persamaan alometrik dikembangkan berdasarkan kondisi tegakan dan variasi jenis tertentu yang berbeda satu dengan yang lain. Dengan demikian, pemakaian suatu persamaan yang dikembangkan di suatu lokasi tertentu, belum tentu cocok apabila diterapkan di daerah lain. Sebagai contoh, persamaan-persamaan yang dikembangkan di daerah beriklim sedang (temperate) yang komposisi vegetasinya cenderung homogen, akan kurang tepat apabila diterapkan di daerah tropika yang


(26)

variasi spesiesnya tinggi, persamaan yang dikembangkan di daerah lembab/basah juga tidak cocok bila diterapkan di daerah kering atau sebaliknya (Sutaryo, 2009).

Keuntungan menggunakan persamaan umum yang distratifikasi misalnya berdasarkan zona ekologi atau kelompok spesies adalah kecenderungan bahwa persamaan tersebut disusun dengan jumlah sample pohon yang banyak dan dengan rentang diameter yang besar, hal ini akan meningkatkan presisi dari persamaan. Sangat penting untuk mendapatkan basisdata untuk menyusun persamaan yang mencakup pohon-pohon dengan diameter besar terutama pada hutan yang tumbuh sempurna (mature) karena proporsi terbesar biomassa terkandung pada pohon dengan diameter besar; Sekitar 30 hingga 40% biomassa atas permukaan ditemukan pada pohon pada diameter >70 cm (Brown, 1997).

Hasil-Hasil Penelitian yang Terkait

Penelitian yang dilakukan oleh Purwasih (2013) di Jalur Hijau Jalan Kota Medan memberikan hasil bahwa potensi serapan karbon yang dimiliki oleh hutan kota bentuk jalur hijau berkisar antara 4,38 Ton CO2/Ha hingga 137,59 Ton CO2/Ha.

Penelitian yang dilakukan oleh Laengge (2012) untuk biomassa tanaman penghijauan angsana (Pterocarpus indicus Willd) di jalur hijau jalan kota Manado memberikan hasil pendugaan biomassa tanaman penghijauan angsana di Jalan Sam Ratulangi menunjukkan nilai rata-rata adalah 252,12 kg, sedangkan di Jalan Toar sebesar 230,93 kg. Besarnya kandungan biomassa berdasarkan diameter dan tinggi pohon angsana di Jalan Sam Ratulangi dan Jalan Toar disebabkan oleh besarnya ukuran diameter batang dan tinggi tanaman itu sendiri. Seperti yang diketahui, biomassa berkaitan erat dengan proses fotosintesis, di mana biomassa


(27)

bertambah karena tumbuhan menyerap CO2 dari udara dan mengubahnya menjadi senyawa organik melalui fotosintesis.

Penelitian yang dilakukan oleh Rusdianto (2008) sistem informasi pohon pada jalur hijau jalan di kota Bogor studi kasus jalan pajajaran memberikan hasil jalur hijau jalan Pajajaran memiliki peringkat kerusakan HPT dan kerusakan mekanik yang masih sangat sedikit ini terlihat pada total kerusakan HPT dan kerusakan mekanik dengan persentase tidak ada/sangat sedikit kerusakan adalah sebesar 80,0 %.

Penelitian yang dilakukan oleh Ratnaningsih dan Suhesti (2010) di hutan kota Pekanbaru memberikan hasil bahwa potensi rata-rata biomassa yang dimiliki oleh hutan kota bentuk jalur adalah 122,07 Ton/Ha sedangkan bentuk gerombol adalah 151,02 Ton/Ha. Perbedaan biomassa per hektarnya pada dua bentuk hutan kota disebabkan oleh perbedaan tingkat kerapatan pohon per hektarnya. Perbedaan kandungan karbon disebabkan adanya perbedaan kerapatan, diameter, tinggi pohon dan faktor lingkungan, dimana semua faktor ini berkorelasi positif dengan potensi karbon tegakan per hektar.


(28)

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Letak Geografis

Secara umum Kota Binjai terletak pada 3º31’40’’ - 3º40’2’’ LU dan 98º27’3’’-98º32’32’’ BT. Adapun mengenai batas-batas wilayah administrasi Kota Binjai dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Binjai (Kabupaten Langkat) dan Kecamatan Hamparan Perak (Kabupaten Deli Serdang)

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sei Bingai (Kabupaten Langkat) dan Kecamatan Kutalimbaru (Kabupaten Deli Serdang)

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sunggal (Kabupaten Deli Serdang)

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Selesai (Kabupaten Langkat) (BPS Kota Binjai, 2011).

Iklim

Kota Binjai termasuk daerah yang beriklim tropis. Berdasarkan data BPS Kota Binjai dalam angka Tahun 2011, curah hujan bervariasi antar kecamatan, curah hujan tertinggi mencapai 1.070 mm³ yang terjadi pada bulan Juni, sementara curah hujan terendah hanya mencapai 177,5 mm³ yang terjadi pada bulan Februari. Selama tahun 2011 rata-rata jumlah curah hujan di Kota Binjai yakni 649,33 mm/tahun. Curah hujan maksimum terdapat di Kecamatan Binjai Utara yaitu 191,083 mm/tahun, sedangkan curah hujan minimum terdapat di Kecamatan Binjai Kota yaitu 96,833 mm/tahun (BPS Kota Binjai, 2011).


(29)

Letak Administratif

Saat ini Kota Binjai, secara administratif memiliki 5 Kecamatan dan 37 kelurahan. Kecamatan Binjai Selatan merupakan kecamatan yang memiliki wilayah paling luas yaitu 29,96 Km², sedangkan wilayah kecamatan yang paling kecil luasnya yaitu Kecamatan Binjai Kota (4,12 Km²). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Nama, Luas wilayah Per Kecamatan dan Jumlah Kelurahan Kota Binjai

N o

Nama Kecamatan Jumlah kelurahan

Luas wilayah

(Ha) (%) Terhadap

total

1 Binjai Selatan 8 2,99 33,20

2 Binjai Kota 7 412,00 4,57

3 Binjai Timur 7 2,17 24,05

4 Binjai Utara 9 2,359.12 26,15

5 Binjai Barat 6 1,09 12,04

Jumlah 37 9,02 100,00

Sumber : BPS Binjai Dalam Angka 2011

Demografi

Jumlah penduduk Kota Binjai pada tahun 2009 terdapat sekitar 257.105 jiwa meningkat menjadi 246.154 jiwa pada tahun 2010 atau mengalami penurunan 10.951 jiwa dengan penurunan rata-rata penduduk 4,26% pertahun. Kecamatan yang mengalami pertumbuhan penduduk terbesar selama kurun waktu 5 tahun adalah Kecamatan Binjai Selatan yaitu rata-rata mengalami laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,22 % pertahun, sedangkan kecamatan yang mengalami penurunan jumlah penduduk terbesar adalah Kecamatan Binjai Kota

yang mengalami pernurunan penduduk sebesar 3,90 % pertahun (Pemko Binjai, 2012).


(30)

METODOLOGI

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di median jalur hijau Kota. Penelitian ini diaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Agustus 2014.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah meteran, pita ukur, kamera, tali plastik, kalkulator, dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah, data dari Dinas Pertamanan Kota Binjai, dan jalur hijau di jalan arteri.

Metode Penelitian

a. Metode kesehatan pohon

Metode yang digunakan adalah metode survei dan metode Forest Health Monitory (FHM). Metode survei dilakukan dengan mengetahui kondisi fisik pohon atau keadaan visual keseluruhan pohon di jalur hijau kota Binjai. Dalam metode Forest Health Monitory (FHM), tanda dan gejala kerusakan dicatat berdasarkan definisi kerusakan tersebut dapat mematikan pohon atau mempengaruhi kemampuan hidup jangka panjang pohon tersebut.

b. Pendugaan Biomassa, Simpanan dan serapan Karbon

Penelitian ini menggunakan metode sensus dan metode tanpa pemanenan (Non-destructive method) dalam pendugaan biomassa tanaman pada jalur hijau. Pada penelitian ini, penghitungan biomassa dan simpanan karbon hanya dilakukan pada bagian atas tanah (above biomass) saja yaitu tanaman (tegakan) hidup. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diambil langsung di lapangan yakni


(31)

jenis tanaman, tinggi, diameter, jarak tanam, panjang, dan lebar jalur penelitian serta dokumentasi tanaman. Data sekunder berupa letak geografis lokasi penelitian, dan tipe iklim.

Prosedur Penelitian

A. Penilaian Kesehatan/Kondisi Fisik Pohon

1. Pengambilan Data

• Pengamatan pohon dilakukan secara sensus, dicatat diameter, tinggi dan kondisinya.

• Pengamatan pohon dilakukan pada seluruh sisi dimulai dari akar. Kerusakan yang dicatat pada masing-masing pohon yaitu maksimal tiga kerusakan.

• Dicatat data kerusakan lokasi, tipe kerusakan dan nilai ambang batas keparahan untuk mengetahui indikator kerusakan pohon. Pengkodean dan penilaian kerusakan pohon dapat dilihat pada Lampiran 7.

• Data kerusakan pohon kemudian dimasukkan ke dalam tally sheet dapat dilihat pada Lampiran 8.

2. Analisis Data

Menurut Khoiri (2004) penilaian kerusakan digunakan kriteria-kriteria berdasarkan metode FHM. Data yang diperoleh dari dari penilaia kerusakan dihitung nilai indeks kerusakannya dengan kode dan bobot nilai indeks kerusakan (NIK). Hasil perhitungan akhir dapat diketahui NIK (Kelas sehat, kelas ringan, kelas sedang dan kelas berat).

NIK = �(xi. yi. zi)

1104


(32)

Keterangan:

NIK : Nilai Indeks Kerusakan pada level pohon xi : Nilai bobot pada tipe kerusakan

yi : Nilai bobot pada bagian/lokasi pohon yang mengalami kerusakan zi : Nilai bobot pada keparahan kerusakan

Nilai bobot tipe kerusakan, bagian/lokasi kerusakan dan bobot pada keparahan kerusakan dapat dilihat pada Tabel 3, Tabel 4, dan Tabel 5.

Tabel 2. Kode dan Defenisi Lokasi Kerusakan

Kode Keterangan

0 Sehat (Tidak ada kerusakan)

1 Akar (terbuka) dan tunggak (dengan tinggi 30 cm di atas permukaan tanah) 2 Akar dan batang bagian bawah

3 Bagian atas batang (setengah bagian bawah dari batang antara tunggak dan dasar tajuk hidup)

4 Bagian bawah dan bagian atas batang

5 Bagian atas batang (setengah bagian atas dari batang antara tunggak dan dasar tajuk hidup)

6 Batang tajuk (batang utama di dalam daerah tajuk hidup di atas dasar tajuk hidup)

7 Cabang (lebih besar 2.54 cm pada titik percabangan terhadap batang utama atau batang tajuk didalam daerah tajuk hidup)

8 Kuncup dan tunas (pertumbuhan tahun terakhir)

9 Daun

Tabel 3. Kode dan Defenisi Tipe Kerusakan

Kode Keterangan

01 Kanker, gul (puru)


(33)

03 Luka terbuka

04 Eksudasi (Resinosis dan gumosis) 11 Batang patah atau kurang dari 0,91 m 12 Malformasi

13 Akar patah atau mati

21 Hilangnya ujung dominan, mati ujung 22 Cabang patah atau mati

23 Percabangan atau brum yang berlebihan 24 Daun, kuncup atau tunas rusak

25 Daun berubah warna (tidak hijau)

Tabel 4. Kode dan Kelas Keparahan Kerusakan

Kelas Kode

01-19 (Sehat) 1

20-29 (Ringan) 2

30-39 (Ringan) 3

40-49 (Ringan) 4

50-59 (Sedang) 5

60-69 (Sedang) 6

70-79 (Berat) 7

80-89 (Berat) 8

90-99 (Berat) 9

Selanjutnya dapat diketahui kelas kerusakan pohon berdasarkan bobot nilai indeks dengan kriteria sebagai berikut:

Kelas sehat : 0 – < 5 Kelas kerusakan ringan : 6 – 10 Kelas kerusakan sedang : 11 – 15 Kelas kerusakan berat : 16 – > 21

B. Serapan karbon


(34)

Pengambilan data jenis tanaman dilakukan dengan metode sensus pada 5 Kecamatan di kota Binjai yang dalam hal ini dilakukan hanya pada 3 Kecamatan yang memiliki jalur hijau jalan, maka yang harus dilakukan adalah:

• Pengambilan data dilakukan dengan memilih jenis pohon dimulai dari tingkat pancang hingga tingkat pohon.

• Data tanaman yang diambil pada jalur penelitian yakni jenis tanaman, tinggi, diameter, jarak tanam, panjang, dan lebar jalur penelitian serta dokumentasi tanaman.

• Dicatat dan dimasukkan dalam tally sheet yang disediakan.

• Penghitungan nilai biomassa jenis tanaman dilakukan berdasarkan rumus alometrik baik yang umum maupun khusus.

2. Perhitungan biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2

a. Perhitungan per jenis tanaman

• Setelah diperoleh data jenis tanaman dan diameter tanaman masing - masing dalam tallysheet, maka dicari nilai biomassa tiap jenis dengan menggunakan rumus alometrik khusus ataupun umum.

• Model alometrik biomassa dari beberapa jenis pohon berdasarkan hasil-hasil penelitian sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 5. Persamaan alometrik jenis pohon

Jenis Pohon Rumus Biomassa Sumber


(35)

Angsana Y = exp(-2,134 + 2,530. Ln(D)) 2006

Pohon bercabang Y= 0,11 ρ DBH2,82 (Hairiah et al. 2007) Pohon tidak bercabang Y= 3,14 ρ H DBH2/40 (Hairiah et al. 2007) Keterangan: Y: Jumlah biomasa (ton/ha) DBH : Diameter setinggi dada (1,3m) ρ : BJ kayu (g-cm3) H : Tinggi pohon

• Setelah dimasukkan kedalam model alometrik yang sesuai diperoleh nilai biomassa per individu tanaman (Kg).

• Selanjutnya individu untuk jenis yang sama ditotalkan nilai biomassanya sehingga diperoleh per satu jalur beberapa jenis tanaman yang memiliki satuan biomassa Kg.

• Nilai biomassa setiap jenis tanaman yang ada di satu jalur diubah satuannya dari Kg menjadi Ton/Ha.

• Ditotalkan nilai satu jenis tanaman dari seluruh jalur yang ada tanaman tersebut didalamnya sehingga diperoleh nilai biomassa jenis tanaman dari seluruh jalur (Ton/Ha).

• Setelah itu, dicari nilai simpanan karbon (TonC/Ha) per jenis tanaman dengan menggunakan rumus :

Simpanan Karbon = 46 % atau 0,46 x Total Biomassa (Hairiah dan Rahayu, 2007).

• Dicari nilai serapan CO2 pada jenis tanaman dengan menggunakan

rumus :

Nilai Serapan CO2 = Simpanan Karbon x Ar/Mr CO2,

dimana Ar = Atom relatif dan Mr = Molekul relatif, atau setara dengan Simpanan Karbon x 3,67 (Bismark dkk, 2008).

• Diperoleh hasil nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 per


(36)

b. Perhitungan per jalur hijau

• Setelah diperoleh nilai biomassa jenis tanaman (Kg) yang terdapat pada satu jalur, ditotalkan nilai biomassa dari jenis-jenis tanaman yang terdapat di satu jalur penelitian.

• Diperoleh nilai biomassa total (Kg) per jalur hijau penelitian. Diubah satuannya menjadi (Ton/Ha).

• Nilai simpanan karbon (TonC/Ha) dan serapan CO2 (Ton CO2/Ha) nya

yang hanya tinggal ditotalkan untuk per satu jalur hijau saja.

• Diperoleh tabel hasil nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 untuk jalur hijau penelitian dalam satuan (Ton/Ha).


(37)

Alur penelitian yang dirancang untuk mendapatkan hasil sesuai dengan yang sebenarnya dilapangan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Bagan alur penelitian

Tinjau lokasi

Pengambilan data tegakan (tinggi, diameter)

Pengolahan data menggunakan persamaan

alometrik

Penghitungan serapan dan simpanan karbon

Penilaian kondisi pohon

Penghitungan tingkat kerusakan pohon

Diperoleh hasil tingkat kerusakan pohon


(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Luas Jalur Hijau

Jalur hijau jalan merupakan jalur dimana pada bagian tepi kiri, kanan ataupun tengahnya ditanami pohon. Dengan keadaan Kota Binjai yang semakin lama terus berkembang keberadaan jalur hijau sangatlah penting untuk menjaga lingkungan terutama udara dimana jalur hijau berfungsi sebagai penyerap polusi (CO2), peredam kebisingan, penyerap logam berat, dan juga sebagai pohon

peneduh. Dalam penelitian ini dilakukan sensus dalam pelaksanaannya.

Penelitian ini pada awalnya akan dilakukan di 5 kecamatan yang ada di Kota Binjai, tetapi hanya 3 kecamatan yang memiliki jalur hijau yaitu Kecamatan Binjai Utara, Kecamatan Binjai Kota, dan Kecamatan Binjai Timur. Maka penelitian dilakukan hanya pada 3 kecamatan saja.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, panjang jalur hijau yang ada di tiap jalan berbeda – beda. Panjang jalur hijau penelitian berkisar 1 km - 7,07 km. Sedangkan untuk lebar jalur hijau penelitian berkisar 1 meter - 4,6 meter. Dengan diketahuinya data panjang dan lebar jalur maka dapat diperoleh luas jalur penelitian. Jalur hijau penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.


(39)

Tabel 6. Jalur hijau jalan penelitian berdasarkan jalan arteri

No Kecamatan Jalur Hijau Panjang (m) Luas (m2) Ha

1 Binjai Utara** Jln. T. Amir Hamzah 694,40 1240,96 0,13

2 Binjai Kota* Jln. Sudirman 2205,80 3191,74 0,53

Jln. Sutomo

3 Binjai Timur Jln. Soekarno Hatta 4184,20 4184,20 0,51

Total Keseluruhan 1,17

Keterangan: * Luas jalur hijau penelitian terbesar ** Luas jalur hijau penelitian terkecil

Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui bahwa jalur hijau jalan penelitian terluas berada pada Jalan Sudirman Kecamatan Binjai Kota dengan luas 0,53 Ha. Pada Jalan Sudirman, jalannya lebih pendek di bandingkan Kecamatan Binjai Timur. Tapi, lebar jalur hijaunya termasuk yang terlebar dari jalur lain yaitu mencapai 1,7 m (Lampiran 1).

Luas jalur hijau jalan terkecil terdapat pada Jalan Tengku Amir Hamzah, Kecamatan Binjai Utara dengan luas 0,13 Ha. Pada jalan ini, panjang jalur hijau tidak panjang begitu juga dengan lebar jalurnya, sehingga hal inilah yang meyebabkan jalan Tengku Amir Hamzah, Kecamatan Binjai Utara memiliki nilai luas jalur hijau jalan paling kecil dibanding jalur hijau jalan yang lainnya.

Jenis dan Jumlah Tanaman Jalur Hijau

Berdasarkan hasil penelitian pada jalur hijau dari 3 kecamatan yang ada di Kota Binjai, maka dapat diketahui jenis – jenis yang telah ditanam oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Binjai sebagai upaya pengurangan emisi kendaraan bermotor. Jenis tanaman yang dijadikan sampel penelitian adalah jenis tiang dan pohon. Terdapat 4 jenis tanaman yang berada di sampel jalur hijau penelitian. Jenis tanaman yang ditanam di jalur hijau jalan penelitian merupakan jenis fast growing , memiliki estetika yang dapat dinikmati pengendara dan


(40)

pejalan kaki serta cukup kuat sehingga aman bagi pengendara. Jenis tanaman yang ditemukan pada jalur hijau penelitian dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Jenis tanaman yang diperoleh pada jalur hijau penelitian di Kota Binjai

No Jenis (Nama lokal)

Nama Latin Famili Jumlah total

Persentase (%)

1 Glodokan* Polyathia longifolia Annonaceae 1358 98,97

2 Mahoni Swietenia mahagoni Meliaceae 9 0,66

3 Angsana Pterocarpus indicus Fabaceae 3 0,22

4 Petai cina** Leucaena leucocephala Fabaceae 2 0,15

Total 1372 100,00

Keterangan: * Jumlah terbanyak ** Jumlah terkecil

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa jenis glodokan (Polyathia longifolia) memiliki jumlah total individu terbanyak yaitu 1.358 individu atau sekitar 98,97% dari keseluruhan jumlah tanaman yang ada di jalur hijau penelitian ini. Jenis yang terbanyak kedua ditanam di jalur hijau jalan penelitian adalah jenis mahoni (Swietenia mahagoni) yaitu sebanyak 9 individu atau sekitar 0,66%. Sedangkan untuk jenis yang paling sedikit yaitu yang berjumlah 2 individu atau hanya 0,15%.

Glodokan merupakan jenis yang paling banyak di temui pada jalur hijau penelitian. Hal ini dikarenakan glodokan cocok ditanami di median jalan, selain akarnya cukup kuat, glodokan juga dapat bertahan pada kondisi cuaca panas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Antari (2002) bahwa glodokan memiliki akar yang dapat bertahan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh getaran kendaraan, mudah tumbuh di daerah panas dan tahan terhadap angin sehingga cocok digunakan sebagai tanaman peneduh jalan yang akan dapat menyerap unsur pencemaran.


(41)

Jenis tanaman pada jalur hijau Kota Binjai memiliki fungsi sebagai pohon peneduh, penyerap polusi udara, penyerap kebisingan, pemecah angin, pembatas pandang, pengarah pandangan dan pembentuk pandangan. Kriteria tanaman dengan fungsi menurut Direktorat Jenderal Bina Marga (1996) dapat dilihat pada Lampiran 6. Jenis tanaman pada jalur hijau Kota Binjai yang memiliki fungsi tersebut dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Jenis Tanaman dan Fungsinya pada Jalur Hijau

Fungsi Tanaman Menurut Direktorat Jendral bina Marga (1996)

Jenis Tanaman pada Jalur Hijau Kota Binjai

Peneduh Angsana (Pterocarpus indicus)

Penyerap Polusi Angsana (Pterocarpus indicus)

Pemecah Angin Angsana (Pterocarpus indicus)

Pengarah Pandangan Mahoni (Swietenia mahagony)

Pembentuk Pandangan Glodokan (Polyalthia longifolia)

Hakikatnya tanaman yang ditanam di jalur hijau memiliki kriteria tertentu sehingga tidak sembarangan dalam menanam tanaman di jalur hijau baik di tepi maupun di median jalan. Direktorat Jenderal Bina Marga (1996) menjelaskan bahwa persyaratan utama dalam memilih jenis tanaman lansekap jalan yaitu perakaran tidak merusak konstruksi jalan, mudah dalam perawatan, batang atau percabangan tidak mudah patah, dan daun tidak mudah rontok atau gugur. Fandeli (2004) juga menambahkan penanaman pohon untuk kawasan jalur hijau harus sesuai dengan kriteria antara lain karakteristik tanaman: struktur daun setengah rapat sampai rapat, dominan warna hijau, perakaran tidak menggangu pondasi, kecepatan tumbuhnya bervariasi, dominan jenis tanaman tahunan, berupa tanaman lokal, dan tanaman budidaya, dan jarak tanam setengah rapat sampai rapat, sekitar 90% dari luas areal yang harus dihijaukan.


(42)

Sebaran diameter tanaman

Selain jenis tanaman beserta jumlahnya, diketahui juga diameter masing - masing individu tanaman. Diameter yang diperoleh kemudian diklasifikasikan berdasarkan tingkat pertumbuhan tanaman. Dalam satu jalur penelitian, komposisi diameter berbeda-beda. Ada yang komposisinya didominasi oleh tingkat pancang, tiang dan pohon. Hasil penelitian jumlah individu tanaman per jalur berdasarkan diameter (tingkat pertumbuhannya) dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah individu tanaman pada tiap jalur berdasarkan diameternya

No Kecamatan Jalur Hijau

Jumlah Individu Pancang

(<10cm)

Tiang (10-20cm)

Pohon (>20cm)

1 Binjai Utara Jln. T. Amir Hamzah 42 64 18

10 2 -

2 Binjai Kota Jln.Sudirman 80 154

Jn. Sutomo 2 16

3 Binjai Timur Jln. Soekarno Hatta 504 480

Total 628 714 30

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa dari 51 jalur dari 3 kecamatan yang diteliti 51 jalur didominasi oleh tanaman dengan diameter dibawah 10 cm (tingkat pancang) dan 20 cm (tingkat tiang). Hanya 30 pohon dengan diameter diatas atau sama dengan 20 cm (tingkat pohon). Hal ini menandakan bahwa banyak tanaman yang baru ditanam oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Binjai.

Diameter merupakan peubah yang akan mempengaruhi kandungan bahan organik dalam pohon karena diameter merupakan fungsi dari umur pohon. Brown (1997) menyatakan bahwa proporsi terbesar biomassa terkandung pada pohon dengan diameter besar. Sehingga semakin besar diameter maka semakin besar nilai biomassa yang ada dalam suatu tanaman.


(43)

Komposisi jenis dan kerapatan tanaman

Jumlah tanaman, jenis tanaman serta diameter tanaman telah diketahui per jalur penelitian. Berdasarkan data-data yang diperoleh, dapat diketahui bagaimana komposisi jenis tanaman dan kerapatan tanaman per jalur hijau di Kota Binjai. Semakin banyak individu tanaman pada satu jalur maka semakin rapat tanaman pada jalur tersebut. Namun bila semakin sedikit jumlah individu tanaman pada luasan jalur tertentu maka akan semakin tidak rapat tingkat kerapatan tanaman di jalur hijau tersebut. Hasil perhitungan komposisi jenis dan kerapatan tanaman serta kategorinya dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Komposisi jenis dan kerapatan serta kategorinya per kecamatan di jalur hijau Binjai

No Kecamatan Jalur hijau Komposisi jenis (%)

Kategori Kerapatan (ind/ha)

Kategori

1 Binjai Utara Jln. T. Amir Hamzah

3,23 Sangat sedikit

953,84 Sangat rapat 2 Binjai Kota Jln. Sudirman 0,40 Sangat

sedikit

464,76 Sangat rapat Jln.Sutomo 10,00 Sangat

sedikit

4000,00 Sangat rapat 3 Binjai Timur Jln. Soekarno

Hatta

0,10 Sangat sedikit

2342,86 Sangat rapat

Rata-rata 3,43 1940,37

Komposisi jenis tanaman yang ada pada jalur hijau penelitian termasuk kategori sangat sedikit yaitu < 20%. Sedangkan kerapatan tanaman pada jalur hijau penelitian termasuk kategori sangat rapat. Lebih lanjut mengenai kategori dan penilaiannya dapat dilihat pada Lampiran 8.

Kerapatan tanaman pada tiap jalur berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah tanaman dan luas areal (jalur). Pepohonan yang ditanam dengan kerapatan tinggi merupakan perlindungan karena dapat mengurangi suhu udara yang tinggi pada siang hari.


(44)

Kesehatan Pohon

Kerusakan dan Penyakit Tanaman

Hasil pengambilan data pohon di lapangan yaitu di jalur hijau jalan di 3 kecamatan Kota Binjai tercatat jumlah pohon masing-masing mempunyai 164, 264, dan 984 pohon, tercatat pada jalan Tengku Amir Hamzah Kecamatan Binjai Utara terdapat164 pohon, 156 pohon yang tidak mengalami kerusakan, 8 pohon yang mengalami kerusakan. Pada jalan Sudirman dan jalan Sutomo Kecamatan Binjai Kota terdapat 264 pohon, tercatat 256 pohon yang tidak mengalami kerusakan, 8 pohon yang mengalami kerusakan, dan pada jalan Soekarno Hatta di Kecamatan Binjai Timur terdapat 984 pohon, 973 pohon yang tidak mengalami kerusakan, 11 pohon yang mengalami kerusakan (Tabel 11).

Tabel 11. Jumlah Kerusakan Pohon

No Kecamatan Jumlah

pohon

Tingkat Kerusakan Pohon

Sehat Ring

an

Seda ng

Berat

1 Kecamatan Binjai Utara 164 156 7 0 0

2 Kecamatan Binjai Kota 264 256 8 0 0

3 Kecamatan Binjai Timur 984 973 11 0 0

Total 1372 385 26 0 0

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat 6 jenis/tipe kerusakan yang terjadi pada pohon – pohon yang ada di jalur hijau jalan penelitian, yakni vandalism, luka luar/sayatan, gerowong/keropos, lapuk/patah cabang/mati. Tipe kerusakan dan jumlah pohon yang rusak dapat dilihat pada Tabel 12.


(45)

Tabel 12. Tipe kerusakan pohon di jalur hijau jalan Kota Binjai

No Tipe kerusakan Jumlah pohon

1 Kanker 7

2 Gerowong/Keropos 2

3 Vandalisme 10

4 Luka terbuka/sayatan 5

5 Cabang patah atau mati 2

Total 26

Tipe Kerusakan Kanker

Tipe kerusakan kanker di jalur hijau jalan penelitian dijumpai sebanyak 7 kasus atau 0,51 % dari total pohon yang diamati. Contoh gejala kanker terjadi pada glodokan (Polyathia longifolia) (Gambar 2). Permukaan kulit biasanya agak tertekan kebawah atau bagian kulitnya pecah sehingga terlihat bagian kayunya. Kanker bisa terjangkit semusim atau tahunan, sehingga dari musim ke musim akan semakin besar. Kanker menyerang pada bagian berkambium sehingga mematikan fungsi pengangkutan unsur hara dan penyaluran nutrisi.

Gambar 2. Kanker pada bagian tengah batang pada jenis glodokan (Polyathia longifolia)


(46)

Tipe Kerusakan Gerowong/Keropos

Kerusakan atau penyakit yang dapat mengakibatkan kefatalan adalah gerowong atau rongga yang ada pada pangkal ataupun tengah akar dan batang. Tipe kerusakan ini dijumpai sebanyak 2 kasus atau 0,14 % dari total pohon yang diamati. Gerowong/keropos terbentuk karena timbulnya luka pada kulit pohon dan tidak langsung ditangani sehingga kulit pohon tersebut terserang oleh hama atau penyakit yang menimbulkan rongga pada batang (Gambar 3).

Gambar 3. Gerowong/keropos pada bagian tengah batang pada jenis angsana (Pterocarpus indicus)

Tipe Kerusakan Vandalisme

Vandalisme yang terjadi pada pohon yang ada di jalur hijau penelitian antara lain penempelan papan iklan di pohon, spanduk, pencoretan terhadap pohon. Tipe kerusakan ini dijumpai sebanyak 10 kasus atau 0,73 % dari total pohon yang diamati. Hal ini dapat menimbulkan kesan kurang terawat dan mempengaruhi visual pada pohon tersebut (Gambar 4).


(47)

(a) (b)

(c ) (d)

Gambar 4. (a), (b), (d) vandalisme pada jenis glodokan (Polyathia longifolia) (c ) vandalism pada jenis petai cina (Leucaena leucocephala)

Tipe Kerusakan Luka Terbuka

Luka terbuka/sayatan di Jalur hijau jalan penelitian dijumpai sebanyak 5 kasus atau 0,36% dari total pohon yang diamati. Contoh kerusakannya dilihat

pada Gambar 5 yaitu luka terbuka/sayatan pada jenis glodokan (Polyathia longifolia) yang terjadi akibat perlukaan benda tajam. Sayatan yang

terjadi pada pohon yang ada di Jalan jalur hijau penelitian relatif sedikit. Luka ini nantinya akan menjadi tempat berbagai jenis patogen memasuki batang.

Menurut Dahlan (1992), luka terbagi menjadi 2 bagian, yaitu: a) luka yang terbatas hanya pada kulit luar saja dan b) luka yang terjadi pada kulit luar, kulit dalam dan juga luka pada kayu gubal dan kayu teras. Semua bentuk dan ukuran luka dapat berfungsi sebagai tapak infeksi, mulai dari luka yang ditimbulkan oleh


(48)

serangga makroskopik sampai luka karena aktivitas pemotongan batang serta cabang. Banyak patogen yang memanfaatkan luka sebagai tapak infeksi alternative dan mengambil keuntungan melalui jaringan yang menjadi rentan.

Gambar 5. Luka luar/Sayatan pada bagian tengah batang jenis glodokan (Polyathia longifolia)

Tipe Kerusakan Cabang patah atau mati

Tipe kerusakan cabang patah atau mati yang terdapat di jalur hijau penelitian berjumlah 2 kasus atau 0,14% dari total pohon yang diamati. Pohon yang mengalami kematian pada cabangnya yaitu glodokan (Polyathia longifolia) ditunjukkan pada Gambar 6. Gejala yang terlihat adanya cabang yang mati dan daunnya berguguran. Cabang patah yang dijumpai disebabkan karena cabang lapuk dan akhirnya patah.

Gambar 6. Kerusakan cabang patah (mati) pada jenis glodokan (Polyathia longifolia)


(49)

Berdasarkan hasil pengamatan melalui metode FHM diperoleh hasil bahwa kondisi kerusakan pohon di jalur hijau jalan penelitian tergolong kelas sehat dengan nilai indeks kerusakan (NIK) sebesar 3,12. Kondisi kesehatan pohon di jalur hijau jalan penelitian dikategorikan menjadi 5 kategori. Pohon yang tercatat memiliki kerusakan sebanyak 26 pohon atau sekitar 1,88 % dari total jumlah pohon yang diamati. Pohon yang mengalami kerusakan, masih tergolong sehat sebesar 0,73 %, tingkat kerusakan ringan sebesar 0,36 %, tingkat kerusakan sedang sebesar 0,14 % dan tingkat kerusakan berat sebesar 0,65 %.

Biomassa, Simpanan Karbon dan Serapan CO2

Setiap jenis tanaman memiliki nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 yang berbeda-beda. Ada faktor yang mempengaruhi nilai biomassa,

simpanan karbon dan daya serapan CO2. Pada penelitian ini, dilakukan

penghitungan total biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 untuk jalur hijau

pada tiap kecamatan yang ada di Kota Binjai dalam hal ini pada 3 kecamatan yang memiliki jalur hijau. Nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 di tiap jalur hijau kota Binjai dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 per jalur hijau

Kecamatan Biomassa (Ton/Ha)

Simpanan karbon (TonC/Ha)

Serapan karbon (Ton CO2/Ha)

Binjai Utara** 62.725,83 28.853,89 105.893,78

Binjai Kota 275.199,86 126.510,52 464.592,42

Binjai Timur* 288.061,97 132.590,42 430.255,91

Total Keseluruhan 626.167,66 287.954,83 1.057.092,99

Rata-rata 12.277,79 5.646,17 20.727,31

Keterangan: * jalur dengan nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 terbesar ** jalur dengan nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 terkecil

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh hasil nilai biomassa tertinggi terdapat pada Kecamatan Binjai Timur dengan nilai sebesar


(50)

288.061,97 Ton/Ha. Bila nilai biomassa total tinggi maka akan selaras dengan nilai simpanan karbon dan serapan CO2 nya. Sehingga nilai simpanan karbon dan

serapan CO2 tertinggi juga terdapat pada Kecamatan Binjai Timur dengan nilai

139.590,42 TonC/Ha dan 430.255,91 Ton CO2/Ha. Sedangkan nilai biomassa,

simpanan karbon dan serapan CO2 yang terendah terdapat di Kecamatan Binjai

Utara dengan nilai berturut-turut 62.725,83 Ton/Ha, 28.853,89 TonC/Ha dan 105.893,78 Ton CO2/Ha (Lampiran 2).

Faktor yang mempengaruhi nilai biomassa adalah banyak tanaman, diameter tanaman, jenis tanaman dan nilai berat jenis tanaman tersebut. Semakin banyak tanaman maka semakin besar nilai biomassa yang dihasilkan. Dalam penelitian ini jumlah pohon menentukan besarnya nilai biomassa, pada Kecamatan Binjai Timur terdapat lebih banyak pohon sedangkan pada binjai Utara hanya terdapat 64 pohon. Hal ini menyebabkan nilai biomassa tertinggi terdapat pada Kecamatan Binjai Timur.

Maulana (2009) menambahkan bahwa tingginya potensi simpanan karbon lebih dipengaruhi oleh komposisi diameter pohon dan sebaran berat jenis vegetasinya. Tipe hutan dengan komposisi jenis pohon yang mempunyai berat jenis tinggi akan mempunyai potensi simpanan yang cenderung lebih tinggi daripada tipe hutan dengan kerapatan tinggi tetapi jenis pohonnya mempunyai berat jenis rendah. Pengukuran biomassa memberikan informasi penting dalam menduga besarnya potensi penyerapan CO2 dan karbon yang tersimpan dalam

tanaman pada umur tertentu di areal tertentu juga.

Nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 tiap jenis tanaman


(51)

Tabel 14. Nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 pada berbagai jenis tanaman di seluruh jalur hijau penelitian

No

Jenis

(Nama lokal) Nama latin

Biomassa (ton/Ha)

Simpanan Karbon (Ton C/ha)

Serapan Karbon (Ton C/Ha) 1 Glodokan* Polyathia longifolia 611.592,85 281.250,41 1.032.487,77

2 Mahoni Swietenia mahagoni 7,16 3,29 12,1

3 Angsana** Pterocarpus indicus 5,87 2,71 9,92

4 Petai cina Leucaena leucocephala 1456,78 6698,42 24583,20

Total 626.167,66 287.954,83 1.057.092,99 Keterangan: * Jenis dengan nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 terbesar ** Jenis dengan nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 terkecil

Nilai simpanan karbon per jenis tanaman merupakan total dari 51 jalur dimana setiap jenis yang sama akan ditotalkan nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2-nya. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat

diketahui bahwa jenis glodokan (Polyathia longifolia) memiliki nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 yang tertinggi yaitu nilai total biomassa

611.592,85 Ton/Ha, nilai simpanan karbon 281.250,41TonC/Ha dan nilai serapan CO2 sebanyak 1.032.387,77 Ton CO2/Ha. Sedangkan nilai biomassa, simpanan

karbon dan serapan CO2 yang terendah adalah jenis angsana (Pterocarpus

indicus) dengan nilai biomassa 5,87 Ton/Ha, nilai simpanan karbon yaitu 2,71 TonC/Ha dan nilai serapan CO2 sebesar 9,92 Ton CO2/Ha.

Jenis glodokan (Polyathia longifolia) memiliki jumlah individu yang paling banyak ditemukan dibandingkan dengan jenis lainnya. Sehingga hal tersebut mempengaruhi biomassa karena dalam penelitian ini biomassa yang ditampilkan adalah biomassa total dari keseluruhan jalur hijau yang diteliti. Sedangkan pada tanaman angsana (Pterocarpus indicus), nilai biomassanya kecil karena tanaman ini memiliki berat jenis yang cukup kecil sehingga dalam menyimpan karbon juga cukup kecil.


(52)

Berdasarkan hasil penelitian, biomassa yang dihasilkan dari total 1.372 individu tanaman yang ada di jalur hijau jalan penelitian menghasilkan nilai 626.167,66 TonC/Ha. Dari jalur hijau penelitian di Kota Binjai maka diketahui emisi yang telah diserap oleh tanaman di jalur hijau penelitian yaitu sebesar 1.057.092,99 Ton CO2/Ha. Hal ini berarti cukup banyak penyerapan emisi yang

dilakukan tanaman di jalur hijau jalan dan keberadaan tanaman tersebut memberikan pengaruh yang sangat baik bagi kualitas udara di Kota Binjai.

Pohon dan organisme foto-ototrof lainnya melalui proses fotosintesis menyerap CO2 dari atmosfer dan mengubahnya menjadi karbon organic

(karbohidrat) dan menyimpannya dalam biomassa tubuhnya seperti dalam batang, daun, akar, umbi buah dan lain-lain (Sutaryo, 2009).

Jenis-jenis yang ditemukan pada 51 jalur hijau penelitian di Kota Binjai merupakan jenis-jenis yang biasa ditanam di RTH. Pemilihan jenis perlu dilakukan agar diperoleh jenis tanaman yang benar-benar mampu mengurangi emisi CO2 yang berasal dari kendaraan bermotor hingga menyesuaikan dengan

kondisi lingkungan di Kota Binjai. Menurut Kovack (1992) dalam Karliansyah (1999), salah satu cara pemantauan pencemaran udara adalah dengan menggunakan tumbuhan sebagai bioindikator. Kemampuan masing-masing tumbuhan untuk menyesuaikan diri berbeda-beda sehingga menyebabkan adanya tingkat kepekaan, yaitu sangat peka, peka dan kurang peka. Tingkat kepekaan tumbuhan ini berhubungan dengan kemampuannya untuk menyerap CO2 dan

logam berat. sehingga tumbuhan adalah bioindikator pencemaran yang baik. Dengan demikian daun merupakan organ tumbuhan sebagai bioindikator yang paling peka terhadap pencemaran.


(53)

Berdasarkan hasil penelitian, maka jenis glodokan (Polyathia longifolia) merupakan jenis yang baik dalam menyimpan karbon dan menyerap CO2. Seperti

yang telah diuraikan sebelumnya di atas glodokan memiliki akar yang dapat bertahan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh getaran kendaraan, mudah tumbuh di daerah panas dan tahan terhadap angin sehingga cocok digunakan sebagai tanaman peneduh jalan yang akan dapat menyerap unsur pencemaran. Selain itu, jenis mahoni (Swietenia mahagoni) juga baik dalam menyerap karbon, jenis ini juga mampu menyerap debu dan timbal kendaraan bermotor. Perakaran yang kuat dam cabang yang kokoh akan membuat tanaman ini aman bagi pengguna jalan dan pengendara.

Teknik Pemeliharaan

Pemeliharaan merupakan tindakan atau usaha yang dilakukan untuk mengurangi kerusakan melalui pengawasan dan perbaikan. Arifin (2002) menyatakan bahwa tingkat pemeliharaan terdiri dari pemeliharaan intensif, semi intensif, dan eksktensif. Jalur hujau jalan termasuk kedalam tingkatan semi intensif seperti 1) penyiangan, pengendalian gulma, 2) penggemburan tanah, pengaerasian tanah, 3) penyiraman, irigasi, 4) pemupukan, 5) penyulaman tanaman, 6) pengendalian hama dan penyakit.


(54)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Jenis tanaman yang ada pada jalur hijau jalan penelitian sebanyak 4 jenis tanaman. Jenis yang paling banyak ditemukan di jalur hijau adalah glodokan (Polyathia longifolia), sedangkan yang paling sedikit adalah petai cina (Leucaena leucocephala).

2. Berdasarkan hasil yang diperoleh, dari 51 jalur hijau jalan penelitian, nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 tertinggi terdapat pada

Kecamatan Binjai Timur dengan nilai 288.061,97 TonC/Ha, 132.590,42 dan 430.255,91 Ton CO2/Ha. Sedangkan nilai biomassa, simpanan karbon

dan serapan CO2 terendah terdapat pada Kecamatan Binjai Utara dengan

nilai berturut-turut 62.725,83 Ton/Ha, 28.853,89 TonC/Ha dan 105.893,78 Ton CO2/Ha.

3. Kondisi jalur hijau jalan penelitian di 3 Kecamatan Kota Binjai tergolong kelas sehat dengan nilai indeks kerusakan (NIK) sebesar 3,12.

Saran

Pohon yang ada di jalur hijau jalan penelitian tergolong cukup sehat. Sebaiknya Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Binjai perawatan lebih intensif meskipun kerusakan yang terdapat pada jalur hijau jalan penelitian tergolong sangat sedikit. Tindakan pembaharuan data inventarisasi pohon perlu dilakukan untuk mendapatkan data terbaru.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, M. 2005. Green Belt dan Hubungannya dengan Kualitas Hidup Masyarakat di Perkotaan, Makalah Biologi Lingkungan, Program Studi Ilmu Lingkungan, Prog. Pascasarjana Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta Antari, A.A.R.J. dan K. Sundra. 2002. Kandungan Timah Hitam (Plumbum) Pada

Tanaman Peneduh Jalan di Kota Denpasar. Paper Jurusan Biologi F. MIPA-UNUD.

Arifin, H. S. 2002. Bahan Kuliah Penggelolaan Lanskap. Departemen Arsitektur Lanskap. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Australian Greenhouse Office. 1999. National Carbon Accounting System, Methods for Estimating Woody Biomass. Technical Report No. 3, Commonwealth of Australia.

Basri, I.S. 2009. Jalur Hijau (Green Belt) Sebagai Kontrol Polusi Udara Hubaungannya Dengan Kualitas Hidup Di Perkotaan. Jurnal SMARTek, Vol. 7, No. 2, Mei 2009: 113 - 120

[BPS] Badan Pusat Statistik Kota Binjai. 2011. Kota Binjai Dalam Angka 2011. Brown, S. 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forest. A

Primer. FAO. Forestry Paper. USA. 134. 10-13.

Dahlan, E.N. 1992. Hutan Kota untuk Pengelolaan dan Peningkatan* Kualitas Lingkungan Hidup. Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia. Jakarta.

Direktorat Jenderal Bina Marga. 1996. Tata Cara Perencanaan Teknik Lansekap Jalan No.033/TBM/1996. Departemen Pekerjaan Umum

Fandeli, et al,. 2004. Perhutanan Kota. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan UGM Grey, G. W. And F. J. Deneke. 1978. Urban Forestry. John Willey and Sons.

New York. 279 p.

Hairiah, K. dan S. Rahayu. 2007. Pengukuran ‘Karbon Tersimpan’ Di Berbagai Macam Penggunaan Lahan. Bogor. World Agroforestry Centre - ICRAF, SEA Regional Office. University of Brawijaya, Unibraw. Indonesia.

Karliansyah, N.W.1999. Klorofil Daun Angsana Dan Mahoni Sebagai Bioindikator Pencemaran Udara, Lingkungan Dan Pembangunan. 19 (4) 290-305.


(56)

Laengge, I., Martina,. Saroinsong., Singgano. 2012. Pendugaan Biomassa Tanaman Penghijauan Angsana (Pterocarpus indicus Wild) di Jalan Sam Ratulangi dan Jalan Toar Kota Manado. Unsrat Manado

Lestari, E. A. R dan Jaya, S. N. I. 2005. Penggunaan Teknologi Penginderaan Jauh Satelit dan SIG untuk Menentukan Luas Hutan Kota. Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. XI No. 2 : 55-69 (2005)

Maulana, S.I. 2009. Pendugaan Densitas Karbon Tegakan Hutan Alam di Kabupaten Jayapura Papua. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan. Vol. 7 No. 4 Edisi Khusus Hal. 261-274.

Nasrullah, Nizar. 2005. Bahan Kuliah Tanaman Lanskap. Departemen Arsitektur Lanskap. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Nazaruddin. 1996. Penghijauan Kota. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Nurisjah, S. 1991. Tanaman Untuk Taman dan Lansekap Kota. Kerjasama Lembaga Pengabdian pada Masyarakat IPB dengan Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

Parresol, B.R. 1999. Assessing Tree and Stand Biomass: A review With Examples and Critical Comparisons. For. Sci. 45(4): 573-593

Pirone, P. P. 1972. Tree Maintenance. Oxford University Press. New York

Pemerintah Kota Binjai [Pemko Binjai]. 2012. Selayang Pandang Kota Binjai. Diakses dari: binjaikota.go.id.

Pemerintah Republik Indonesia. 2008. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05 tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Jakarta.

Purwasih, H. 2013. Pendugaan Potensi Simpanan Karbon Tanaman di beberapa Jalur Hijau Jalan Kota Medan. Skripsi. USU

Ratnaningsih, A.T. dan E. Suhesti. 2010. Peran Hutan Kota Dalam Meningkatkan Kualitas Lingkungan. Journal of Environmental Science 2010:1(4).

REDD Indonesia. 2013. Alih Teknologi Jasa Lingkungan Puspijak. [Diakses tanggal 5 Juni 2014]

Rudianto, Y. 2008. Sistem Informasi pada Jalur Hijau Jalan di Kota Bogor. Skripsi. IPB


(57)

Sutaryo, D. 2009. Penghitungan Biomassa: Sebuah Pengantar Untuk Studi Karbon dan Perdagangan Karbon. Dipublikasikan oleh: Wetlands International Indonesia Programm. Bogor.

Timilsina, N., Staudhammer, C., Fransisco., Escobedob., Lawrenceb, A. 2014. Tree biomass, wood waste yield, and carbon storage changes in an urban forest. Jurnal Internasional

Zoer’aini, J. I 2007. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Bumi Aksara. Jakarta


(58)

(59)

Lampiran 1. Jalur hijau jalan penelitian berdasarkan jalan arteri

No Kecamatan Jalur Hijau Jalur ke Panjang (m) Lebar (m) Luas (m2)

Ha

1 Binjai Utara Jln. T. Amir Hamzah 1 134,40 2 268,80 0,030 2 78,40 2 156,80 0,020 3 61,60 2 123,20 0,010 4 50,40 2 100,80 0,010

5 44,80 2 89,60 0,009

6 140,00 2 280,00 0,028 7 184,80 1,2 221,76 0,022

Jlh 694,40 1240,96 0,13

2 Binjai Kota Jln. Sudirman 1 120,00 1,2 144,00 0,140 2 20,00 1,2 24,00 0,002 3 145,00 1,2 174,00 0,017 4 95,00 1,2 114,00 0,011 5 95,00 1,3 123,50 0,012 6 40,00 1,3 52,00 0,005 7 95,00 1,3 123,50 0,012 8 85,00 1,3 110,50 0,011 9 100,00 1,3 130,00 0,013 10 75,00 1,3 97,50 0,098 11 40,00 1,3 52,00 0,005 12 15,00 1,3 19,50 0,002 13 80,00 1,3 104,00 0,010 14 1150,00 1,6 1840,00 0,184 15 24,00 1,6 38,40 0,004

Jln. Sutomo 16 7,20 1,6 11,52 0,001

17 8,40 1,7 14,28 0,001 18 11,20 1,7 19,04 0,002

Tot al

2205,80 3191,74 0,53

3 Binjai Timur Jln. Soekarno Hatta 1 711,36 1 711,36 0,071

2 41,04 1 41,04 0,004

3 460,20 1 460,20 0,046 4 404,80 1 404,80 0,041 5 101,20 1 101,20 0,010 6 202,40 1 202,40 0,020 7 216,20 1 216,20 0,022 8 124,20 1 124,20 0,012 9 184,00 1 184,00 0,018 10 101,20 1 101,20 0,010 11 32,20 1 32,20 0,003 12 322,00 1 322,00 0,032 13 110,40 1 110,40 0,011 14 69,00 1 69,00 0,007 15 55,20 1 55,20 0,006 16 377,20 1 377,20 0,038 17 115,00 1 115,00 0,012 18 124,20 1 124,20 0,012 19 13,80 1 13,80 0,001 20 46,00 1 46,00 0,005 21 41,40 1 41,40 0,004 22 23,00 1 23,00 0,002 23 50,60 1 50,60 0,005 24 32,20 1 32,20 0,003 25 170,20 1 170,20 0,017 26 55,20 1 55,20 0,006

Tot al

4184,20 4184,20 0,51


(60)

Lampiran 2. Nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 per jalur hijau

Kecamatan Jalur Biomassa (Ton/Ha)

Simpanan karbon (Ton/Ha)

Serapan karbon (Ton CO2/Ha) Binjai Utara** 1 8.645,36 3.976,87 14.595,11

2 1.736,90 798,98 2.932,24

3 16.086,00 7.399,56 27.156,39

4 15.472,00 7.117,12 26.119,83

5 13.065,56 6.010,16 22.057,29

6 2.997,85 1.379,01 5.060,97

7 4.722,16 2.172,19 7.971,91

Total 62.725,83 28.853,89 105.893,78

Binjai Kota 1 14.674,29 6.750,17 24.773,14

2 9.358,33 4.304,83 15.789,73

3 13.702,35 6.303,08 23.132,31

4 10.572,81 4.863,49 17.849,02

5 7.759,72 3.569,47 13.099,96

6 12.595,05 793,72 21.262,96

7 12.735,78 5.858,46 21.500,54

8 19.751,00 9.085,46 33.343,65

9 20.070,35 9.232,36 33.882,77

10 11.981,11 5.511,31 20.226,51

11 3.210,05 1.476,62 5.419,20

12 3.260,00 1.499,60 5.503,53

13 3.101,91 1.426,88 5.236,65

14** 252,83 116,30 426,82

15 1.065,5 409,13 1.789,78

16 45.090,00 20.741,40 76.120,94

17 36.317,34 16.843,98 61.817,4

18 49.401,44 22.724,66 83.399,51

Total 275.199,86 126.510,52 464.592,42

Binjai Timur* 1 8.882,98 4.086,17 14.996,25

2 13.730,00 6.315,80 23.178,99

3 6.170,87 2.838,60 10.417,66

4 7.969,31 3.665,88 13.453,78

5 6.830,69 3.142,12 11.531.57

6 10.892,57 5.010,58 18.388,83

7 8.605,56 3.958,56 14.527,91

8 7.094,35 3.263,40 11.976,68

9 8.702,72 4.003,26 14.691,96

10 7.835,64 3.604,39 13.228,11

11 6.543,75 3.010,13 11.047,16

12 7.620,60 3.505,48 12.865,10

13 7.100,66 3.266,00 11.986,22

14 6.188,41 2.846,67 10.447,28

15 7.564,00 3.479,44 12.769,54

16 9.656,50 4.441,99 16.302,10

17 15.373,91 7.071,10 25.950,94

18 11.110,48 5.110,82 18.756,71

19 5.223,08 2.402,62 8.817,60

20 6.422,5 2.954,35 10.842,46

21 6.827,5 3.140,65 11.526,19

22 6.047,83 2.782,00 10.209,94

23 26.248,33 12.074,23 44.312,42

24 27.744,98 12.762,69 46.839,08

25 24.549,41 11.292,73 41.444,32

26 27.306,00 12.560,76 46.097,99

Total 288.061,97 132.590,42 430.255,91 Total Keseluruhan 626.167,66 287.954,83 1.057.092,99


(61)

Lampiran 3. Nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 jenis tanaman per jalur hijau

1. Kecamatan Binjai Utara Jalu

r

Jenis Jumla

h D. Rata-rata (cm) Biomassa (ton/ha) Simpanan karbon (Ton C/ha) Serapan karbon (Ton CO2/ha)

1 Glodokan (Polyathia longifolia) 19 17,3 8641,99 3975,32 14589,41

Mahoni (Swietenia mahagoni) 3 6,4 0,77 0,35 1,30

Angsana (Pterocarpus indicus) 2 9,3 2,60 1,20 4,40

2 Glodokan (Polyathia longifolia) 10 9,5 1620,63 745,49 2735,95

Angsana (Pterocarpus indicus) 3 7,8 3,27 1,51 5,52

Petai cina (Leucaena leucocephala)

1 45,2 113,00 51,98 190,77

3 Glodokan (Polyathia longifolia) 11 17,3 16086,00 7399,56 27156,39

4 Glodokan (Polyathia longifolia) 9 22,2 15472,00 7117,12 26119,83

5 Glodokan (Polyathia longifolia) 8 18,2 13065,56 6010,16 22057,29

6 Glodokan (Polyathia longifolia) 22 11,1 2994,64 1377,53 5055,54

Mahoni (Swietenia mahagoni) 3 10,2 3,21 1,48 5,43

7 Glodokan (Polyathia longifolia) 32 11,1 4718,98 2170,73 7966,58

Mahoni (Swietenia mahagoni) 1 15,1 3,18 1,46 5,37

2. Kecamatan Binjai Kota Jalu

r

Jenis Jumla

h D.rata-rata (cm) Biomassa (ton/ha) Simpanan karbon (Ton C/ha) Serapan karbon (Ton CO2/ha)

1 Glodokan (Polyathia longifolia) 24 16,3 14674,29 6750,17 24773,14

2 Glodokan (Polyathia longifolia) 4 13,3 9358,33 4304,83 15798,73

3 Glodokan (Polyathia longifolia) 29 15,3 13702,35 6303,08 23132,31

4 Glodokan (Polyathia longifolia) 19 14,2 10572,81 4863,49 17849,02

5 Glodokan (Polyathia longifolia) 19 11,7 7759,72 3569,47 13099,96

6 Glodokan (Polyathia longifolia) 8 14,7 12595,05 5793,72 21262,96

7 Glodokan (Polyathia longifolia) 19 14,7 12735,78 5858,46 21500,54

8 Glodokan (Polyathia longifolia) 17 17,2 19751,00 9085,46 33343,65

9 Glodokan (Polyathia longifolia) 20 17,7 20070,35 9232,36 33882,77

10 Glodokan (Polyathia longifolia) 15 14,8 11981,11 5511,31 20226,51

11 Glodokan (Polyathia longifolia) 8 8,8 3210,05 1476,62 5419,20

12 Glodokan (Polyathia longifolia) 3 9,1 3260,00 1499,60 5503,53

13 Glodokan (Polyathia longifolia) 16 8,8 3101,91 1426,88 5236,65

14 Glodokan (Polyathia longifolia) 23 8,9 252,83 116,30 426,82

15 Glodokan (Polyathia longifolia) 20 9,0 1065,5 409,13 1789,78

16 Glodokan (Polyathia longifolia) 6 13,5 45090,00 20741,00 76120,94


(1)

(Hibiscus rosa sinensis) - Oleander

(Nerium oleander) 6. Penahan

silau lampu kendaraan

Tanaman perdu/semak - Ditanam rapat - Ketinggian 1,5 m - Bermassa daun padat

- Bogenvil (Bogenvillea sp) - Kembang sepatu 94

(Hibiscus rosa sinensis) - Oleander

(Netrium oleander) - Nusa Indah (Mussaenda sp) 7. Pengarah

Pandang

- Tanaman perdu atau pohon

ketinggian > 2 m. - Ditanam secara massal atau berbaris.

- Jarak tanam rapat. - Untuk tanaman perdu/semak digunakantanaman yang

memiliki warna daun hijau

muda agar dapat dilihat pada malam hari.

Cemara

(Cassuarina equisetifolia) - Mahoni

(Switenia mahagoni) - Hujan Mas (Cassia glauca) - Kembang Merak

(Caesalphinia pulcherima) - Kol Banda

(Pisonia alba) Perdu :

- Akalipa hijau Runing (Acalypha wilkesiana


(2)

macafeana) - Pangkas Kuning (Duranta sp) 8. Pembentuk

Pandangan

Tanaman Tinggi > 3m.

- Membentuk massa. - Pada bagian tertentu dibuat

terbuka

- Diutamakan tajuk Conical &

Columnar

Pohon : - Cemara

(Cassuarina equisetifolia) - Glodokan

(Polyalthea longifolia) - Bambu (Bambusa sp) Perdu :

- Akalipa hijau kuning (Acalypha Wlkesiana macafeana)


(3)

Lampiran 7. Contoh perhitungan biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2

Diameter = 32 cm

Tinggi= 6 m, Berat jenis = 0,8 Dimasukkan ke rumus biomassa, Y = 3,14.ρ.T. (DBH)2/40

= 3,14.0,8.600(32)2/40 = 38584,32 kg

Jenis yang sama dalam satu jalur, ditotalkan nilai biomassanya maka diperoleh total biomassanya adalah 742.361,52 kg. Diubah satuannya menjadi ton, maka diperoleh hasil 742,36 ton.

Luas jalur = 0,0019 ha

Maka, 742,36 ton/0,0019 ha sehingga menjadi 389.896,01 ton/ha. Kemudian dimasukkan ke rumus simpanan karbon.

Simpanan Karbon = 0,46 x Total Biomassa = 0,46 x 389.896,01 ton/ha = 179.352,16 ton C/ha Kemudian masukkan ke rumus serapan CO2 Serapan CO2 = Simpanan Karbon x 3,67

= 179.352,16 ton C/ha x 3,67 = 658.222,43 CO2/ha

Maka, diperoleh nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 satu jenis tanaman per jalur hijau penelitian.


(4)

Lampiran 8. Kriteria nilai indeks komposisi jenis dan kerapatan vegetasi

No Indeks komposisi vegetasi (%) Kategori

1 >20% Sangat sedikit

2 20 % - < 40% Sedikit

3 40% - < 60% Sedang

4 60% - < 80% Banyak

5 > 80% Sangat banyak

No Indeks komposisi vegetasi Kategori

1 ≥86 Sangat rapat

2 72,0 - < 86,0 Rapat

3 57,0 - < 72,0 Agak rapat

4 43,0 - < 57,0 Sedang

5 29,0 - < 43,0 Agak jarang

6 14,0 - < 29,0 Jarang

7 < 14,0 Sangat jarang


(5)

Lampiran 9. Kode dan Bobot Nilai Indeks Kerusakan

Tipe Kerusakan Lokasi Kerusakan Keparahan Kerusakan Kode Bobot Nilai

Indeks (x)

Kode Bobot Nilai Indeks (y)

Kode Bobot Nilai Indeks (z)

01 1.9 0 1.5 0 1.5

02 1.7 1 2 1 1.1

03 1.5 2 2 2 1.2

04 1.5 3 1.8 3 1.3

11 1.6 4 1.8 4 1.4

12 1.3 5 1.6 5 1.5

13 1 6 1.2 6 1.6

21 1 7 1 7 1.7

22 1 8 1 8 1.8

23 1 9 1 9 1.9

24 1


(6)

Lampiran 10. Tally Sheet Penilaian Kerusakan Pohon Menurut Medtode FHM

No Jenis Pohon

Tinggi (m)

Diamete r (cm)

Kerusakan 1 Kerusakan 2 Kerusakan 3