37 namun intensitasnya berbeda-beda. Kesenian yang masih sering
dimainkan adalah jathilan dan reog di setiap tahunnya. Kesenian yang ada di Desa Kalikebo bersifat temporer. Hal ini
dikarenakan oleh cita rasa masyarakat yang berubah-ubah mengikuti perkembangan jaman. Namun, lain halnya dengan pertunjukan
Seni Naluri Reog Brijo Lor
. Dalam kondisi pergeseran cita rasa jaman,
Seni Naluri Reog Brijo Lor
masih mampu menunjukkan eksistensinya. Selain itu karena memang pertunjukan
Seni Naluri Reog Brijo Lor
merupakan upacara ritual bersih desa yang diselenggarakan rutin setiap tahun.
B. Sejarah
Seni Naluri Reog Brijo Lor
dalam Ritual Bersih Desa
Raden Mas Suro Lawung atau yang akrab dipanggil dengan Ki Ageng Glego berasal dari kerajaan Majapahit. Ki Ageng Glego adalah panglima
perang di kerajaan Majapahit. Tetapi, suatu ketika Ki Ageng Glego difitnah oleh salah satu putra Majapahit karena merasa iri dan dengki dengan Ki
Ageng Glego. Begitupun dengan dua kerabat Ki Ageng Glego yang bernama Sura Jayati atau Jayengresmi dan Sura Jayasentika atau Selogoro.
Raja Hayam Wuruk turun tahta dan digantikan dengan Brawijaya. Atas fitnah salah seorang putra Majapahit, Ki Ageng Glego beserta kedua
kerabatnya dimarahi oleh Sang Raja yang mengharuskan Ki Ageng Glego untuk pergi meninggalkan kerajaan Majapahit. Ki Ageng Glego
meninggalkan Majapahit ditemani oleh dua sahabatnya. Kerabat Ki Ageng Glego bernama Jayengresmi dan Selogoro. Mereka merupakan teman karib
atau sahabat sejati. Ibaratkan, ketika salah satu merasakan sakit, yang lainpun
38 ikut merasakan juga. Jika salah satu merasa senang, yang lain pun ikut merasa
senang juga. Ketiganya telah memiliki niat yang kuat untuk meninggalkan kerajaan Majapahit karena fitnah dari salah satu putra Majapahit.
Suatu ketika, tepatnya pada malam hari, mereka bertiga menginap di rumah salah satu murid Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga melalui muridnya
memerintahkan kepada Ki Ageng Glego, Jayengresmi, dan Selogoro untuk pergi menuju wilayah Barat daya
Kidul-Kulon
dari kerajaan Majapahit dan pada akhirnya sampailah di suatu daerah yang pada saat ini bernama
Brijo Lor
. Ki Ageng Glego dan kedua kerabatnya sampai di daerah yang telah
dimaksud. Mereka bertiga melaksanakan perintah yang berwujud laku. Ki Ageng Glego diperintahkan untuk menekuni dan meneruskan laku dalam
bidang kasusastraan. Sedangkan Jayengresmi diperintahkan untuk melakukan lakudalam bidang kanuragan atau beladiri. Selogoro mendapat perintah untuk
melakukan laku kebatinan. Perintah Sunan Kalijaga tersebut bukan tanpa alasan karena ketiganya telah memenuhi takdirnya untuk melakukan hal
tersebut. Pertama kali Ki Ageng Glego berada di daerah
Brijo Lor
, hanya ada sekitar sepuluh orang saja. Akan tetapi, kesepuluh orang tersebut pergi
meninggalkan tempat tersebut ketika Ki Ageng Glego datang. Mereka pergi karena berbeda keinginan dan keyakinan serta kalah berwibawa. Selain itu,
mereka bersepuluh tersebut beragama Budha. Pada zaman itu, Ki Ageng Glego diberikan petunjuk jalan oleh Suna Kalijaga untuk menyembah kepada