Perancangan Media Kampanye Penertiban Permukiman Bantaran Rel Kereta Api Kiaracondong-Bandung

(1)

Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir

PERANCANGAN MEDIA KAMPANYE

PENERTIBAN PERMUKIMAN BANTARAN REL

KERETA API KIARACONDONG-BANDUNG

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2010/2011

Oleh:

Ilham Magrobi 51907114 Program Studi

Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut C A. Doxiadis (seperti dikutip Diah Novitasari, 2010) Permukiman adalah suatu tempat atau ruang lingkup yang merupakan jenis sektor penggunaan lahan perkotaan maupun pedesaan dimana didalamnya penduduk menetap dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari. Permukiman bantaran rel merupakan permukiman liar dan kumuh yang telah menjadi fenomena kota yang dimana didalamnya terdapat masyarakat heterogen.

Menurut Bapak Rahmat selaku Kepala Bagian Asset Produksi PT.KAI mengungkapkan bahwa masalah permukiman dipandang sebagai salah satu masalah yang paling mendesak dan sangat rumit. Hal ini dikarenakan oleh dampak yang ditimbulkan dari permasalahan seperti kependudukan, kemiskinan, pendidikan serta adanya salah seorang oknum yang menyalah gunakan kewenangannya.

Dalam perkembangannya masalah permukiman sejalan dengan pesatnya pertumbuhan penduduk, bahkan kerap terjadi urbanisasi yang tinggi atau perpindahan penduduk dari desa ke kota. Pertumbuhan penduduk yang pesat menyebabkan permasalahan baru akan kebutuhan dasar manusia terutama pada kebutuhan tempat tinggal akan semakin meningkat.


(3)

Permukiman yang terus berkembang semakin padat membuat Kebutuhan prasarana perumahan yang layak semakin mahal, keterbatasan lahan yang cenderung tidak mampu lagi memenuhi aktifitas permukimannya sehingga mendesak dan terjadi pemanfaatan ruang.

Salah satu bagian kota yang memiliki potensi bagi penggunaan lahan secara liar adalah lahan kosong yang berada di samping kanan-kiri rel kereta api. Pada lahan tersebut berdiri bangunan-bangunan rumah yang sangat tidak teratur bahkan tidak memiliki izin administrasi untuk mendirikan bangunan, yang sebenarnya merupakan lahan milik PT KAI yang di fungsikan sebagai pelindung badan rel dari kerusakan, gangguan serta sebagai cadangan untuk pengembangan di masa akan datang. Hal tersebut tentunya dapat menimbulkan dampak negatif seperti kurangnya tingkat keamanan bagi penghuninya, serta melanggar peraturan yang telah di tetapkan dalam “Perda Kotamadya daerah tingkat II No 24 tahun 1998 tentang retribusi izin mendirikan bangunan” dan “Undang-undang No.23 tahun 2007 tentang perkeretaapian “radius 15 meter dari kanan -kiri rel harus bersih dari bangunan”.

Seperti halnya yang terjadi pada permukiman di bantaran rel yang berlokasi diwilayah Kec.kiaracondong-Bandung, yang mencapai radius sejauh 3 Km yang dihuni oleh 13.000 Kepala Keluarga. Masyarakat yang bermukim terdiri dari masyarakat heterogen dengan tingkat ekonomi rendah yang mendirikan rumah secara tidak teratur dan tidak


(4)

memperhatikan mengenai kelegalitasan tanah dan bangunan serta keselamatannya.

Selain harga rumah yang terlampau mahal, masyarakatpun memandang permukiman tersebut dengan jarak tempuh tempat mereka bekerja dekat dengan lokasi rumah yang mereka huni sehingga dapat mengefisiensi waktu dan ongkos transportasi.

Dalam menyelesaikan masalah permukiman diatas pemerintah pernah melakukan suatu upaya penertiban pada tahun 2005, dalam bentuk relokasi seperti di pulangkan ke daerah asal, rumah susun, dan transmigrasi. Namun upaya penertiban tidak berjalan sebagaimana mestinya, karena terjadi perbedaan pandangan terhadap masyarakat seperti ganti rugi yang tidak sesuai, rentan waktu yang diberikan kurang dari 2 (dua) bulan, serta ketidak jelasan informasi tentang relokasi.

Penertiban dapat berjalan dengan baik sehingga tidak terjadi konflik kekerasan dengan masyarakat diperlukan pendekatan sosial terhadap masyarakat dengan merangkul tokoh-tokoh dari masyarakat setempat dengan mensosialisasikan tentang peraturan yang ada secara humanis, dan menjelaskan keuntungan program relokasi yang sudah menjadi kebijakan dari pemerintah yang diantaranya dapat membawa kebaikan dalam kehidupannya di masa depan.

Dengan adanya suatu program kebijakan pemerintah dalam mengatasi masalah permukiman liar, solusi yang di perlukan dengan membuat sebuah media komunikasi yang informative dan persuasive


(5)

yang bertujuan memberikan informasi agar mampu mengajak masyarakat untuk relokasi dengan memahami sebuah peraturan pemerintah agar terciptanya pembangunan nasional dalam mensejahterakan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang layak. 1.2 Identifikasi Masalah

Rumah yang berdiri disekitar pinggiran rel kereta api merupakan salah satu fenomena kota. Melihat latar belakang diatas, maka dapat disimpulkan bahwa identifikasi masalah dalam penulisan laporan proyek tugas akhir ini, yaitu:

1. Adanya tata ruang wilayah belum sepenuhnya dilaksanakan.

2. Masyarakat bantaran rel dengan karakteristik yang dilatar belakangi dari masyarakat heterogen dengan tingkat pendapatan rendah. 3. Perda yang telah menjadi ketetapan tidak dilaksanakan sepenuhnya

oleh aparat petugas terkait.

4. Pelaksanaan penertiban yang tidak berjalan dengan baik, dikarenakan:

Kompensasi yang diberikan tidak sesuai.

Terkesan mendadak hanya diberikan rentan waktu kurang dari 2bulan.

Ketidak jelasan informasi mengenai rencana relokasi.

Ketidak tegasan petugas dalam menindak lanjuti penertiban. 5. Ketidak tahuannya masyarakat mengenai undang-undang.


(6)

6. Masyarakat memandang karena dekatnya jarak tempuh dengan tempat dimana mereka bekerja.

7. Tidak adanya media yang dapat mengkomunikasikan terhadap masyarakat.

1.3 Fokus Masalah

Berdasarkan uraian pada identifikasi masalah dan kebijakan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah, maka permasalahan yang diteliti difokuskan pada : “Penertiban kawasan hunian di bantaran rel kereta api dengan melihat kebijakan Pemerintah Kota Bandung Mengenai:

1. Mensosialisasikan peraturan pemerintah dalam “Perda Kotamadya daerah tingkat II No 24 tahun 1998 tentang retribusi izin mendirikan bangunan” dan “Undang-undang No.23 tahun 2007 tentang perkeretaapian pasal 178 “radius 15 meter dari kanan-kiri rel harus bersih dari bagunan” .

2. Merelokasi masyarakat yang bertempat tinggal dalam radius 15 meter dari kanan-kiri rel yang sesuai dengan uu no.23 tahun 2007 tentang perkeretaapian pasal 178, dengan memberikan opsi

a) Di kembalikan ke kampung halaman.

b) Relokasi ke rumah susun bagi yang memilki KTP jawa barat. c) Transmigrasi.


(7)

1.4 Tujuan Perancangan

Hasil yang ingin di capai dalam perancangan media komunikasi adalah untuk:

1. Dapat memberikan informasi yang jelas terhadap masyarakat mengenai informasi relokasi yang telah menjadi kebijakan pemerintah.

2. Bahwa masyarakat di permukiman bantaran rel dapat tergugah secara emosional dengan menyadari keadaan kondisi anggota keluarga yang sebenarnya, sehingga dapat memahami banyak manfaat dari program relokasi yang diterapkan dapat memberikan sebuah harapan dimasa depan serta mendapatkan peluang yang besar dalam mensejahterakan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang layak, dengan membuat perancangan sebuah media komunikasi yang meliputi unsur visual, warna, tipografi dan komposisi yang seimbang.


(8)

BAB II

TINJAUAN PEMUKIMAN

DI BANTARAN REL KERETA API KIARACONDONG

2.1. Tinjauan Rumah sebagai Kebutuhan Dasar Manusia

Rumah adalah kebutuhan dasar manusia setelah pangan dan sandang. Selain berfungsi sebagai pelindung terhadap gangguan alam dan makhluk lainnya, rumah juga memiliki peran sebagai pusat pendidikan keluarga, persemaian budaya, penyiapan generasi muda, manifestasi jati diri dan lain sebagainya, sehingga secara ringkas dapat dikatakan bahwa kualitas sumber daya manusia dimasa mendatang akan sangat dipengaruhi oleh kualitas perumahan dimana masyarakat menempatinya.(Kerabat Perumahan dan Permukiman, Juli: 2009)

Menurut John. F. Turner 1976 (seperti dikutip Hadi Sabari Yunus, 2000) rumah mempunyai 2 pengertian, yaitu sebagai kata benda dan kata kerja. Sebagai kata benda rumah (housing) menggambarkan suatu komoditi atau produk, sedangkan sebagai kata kerja rumah menggambarkan proses atau aktivitas manusia yang terjadi dalam penghunian rumah tersebut. Ada tiga fungsi rumah di samping fungsi umumnya, yaitu:

1. Sebagai identitas keluarga, yang berkaitan dengan kualitas hunian (quality of shelter provided by housing).

2. Penunjang kesempatan keluarga, yang berkaitan dengan pekerjaan (economic base resources)


(9)

3. Pemberi rasa aman, yang berkaitan dengan jaminan terhadap rasa aman keluarga.

Budiharjo (1992: 140-141) menjelaskankan bahwa ciri-ciri rumah adalah:

1. Rumah sebagai tempat tinggal untuk memberikan keamanan. 2. Rumah memberikan ketenangan hidup.

3. Rumah memberikan kemesraan dan kehangatan hidup. 4. Rumah memberikan kebebasan psikologis dan sosial.

Budiharjo (1992:67-69) menjelaskankan bahwa persyaratan pokok suatu rumah sehat adalah:

1. Rumah harus memenuhi kebutuhan fisiologis (suhu optimal di dalam rumah, pencahayaan, perlindungan terhadap kebisingan, ventilasi yang baik, dan tersedianya ruangan untuk latihan dan bermain anak-anak).

2. Rumah harus memenuhi kebutuhan psikologis (kesempatan dan kebebasan untuk kehidupan keluarga secara normal, hubungan yang serasi antara orang tua dan anak, terpenuhinya persyaratan sopan santun dan sebagainya).

3. Rumah memberikan perlindungan terhadap penularan penyakit dan pencemaran.

4. Rumah dapat memberikan perlindungan/pencegahan terhadap bahaya kecelakaan dalam rumah.


(10)

2.1.1 Perumahan dan Permukiman

Perumahan dan permukiman mempunyai fungsi dan peranan yang sama dalam kehidupan manusia. Yudohusodo (1991) berpendapat, Perumahan merupakan suatu proses bermukim, kehadiran manusia dalam menciptakan ruang hidup di lingkungan masyarakat dan alam sekitarnya. Bermukim pada hakekatnya adalah hidup bersama, dan untuk itu fungsi rumah dalam kehidupan adalah sebagai tempat tinggal dalam suatu lingkungan yang mempunyai prasarana dan sarana yang diperlukan oleh manusia untuk memasyarakatkan dirinya.

Selain untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia, perumahan dan permukiman di yakini dapat menciptaan lapangan kerja dan menjalankan roda kegiatan ekonomi. Bagi banyak masyarakat Indonesia, terutama golongan menengah ke bawah, rumah juga merupakan barang modal utama karena di dalam rumah ini, mereka dapat melakukan kegiatan ekonominya. .

Yudohusodo (1991:115-120) menjelaskan bahwa perumahan dan permukiman memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:

1. Fungsi keselamatan.

2. Fungsi sekunder makanan/ekonomi yang menjamin kelangsungan kebutuhan hidup secara kolektif. 3. Fungsi perkembangan keturunan dan pendidikan. 4. Fungsi pembinaan solidaritas.


(11)

Budiharjo (1992:72-74) menjelaskankan bahwa fasilitas kesehatan lingkungan yang menyangkut permukiman dan perumahan, yaitu :

1. Penyediaan sarana dan pengawasan kualitas air bersih. 2. Penyediaan pembuangan sampah dan air limbah. 3. Penyediaan sarana pembuangan kotoran.

4. Penyediaan fasilitas dan pelayanan umum, serta pencemaran air dan udara.

2.1.1.1 Pembangunan Perumahan dan Permukiman dalam Kaitannya dengan Penataan Ruang

Tujuan pembangunan perumahan dan permukiman adalah menyelenggarakan pembangunan perumahan dan permukiman yang mengacu pada suatu kerangka rencana penataan ruang wilayah kota (seperti dikutip Hadi Sabari Yunus, 2000) yaitu:

1)Rencana Struktur, adalah kebijakan yang menggambarkan arahan tata ruang untuk Kawasan Perkotaan Metropolitan dalam jangka waktu sesuai dengan rencana tata ruang.

2) Rencana Umum, adalah kebijakan yang menetapkan lokasi dari kawasan yang harus dilindungi dan dibudidayakan serta diprioritaskan pengembangannya dalam jangka waktu perencanaan.


(12)

3) Rencana Rinci, terdiri dari:

a. Rencana Detail, merupakan pengaturan yang memperlihatkan keterkaitan antara blok-blok penggunaan kawasan untuk menjaga keserasian pemanfaatan ruang dengan manajemen transportasi kota dan pelayanan utilitas kota.

b. Rencana Teknik, merupakan pengaturan geometris pemanfaatan ruang yang menggambarkan keterkaitan antara satu bangunan dengan bangunan lainnya, serta keterkaitannya dengan utilitas bangunan.

Sehingga dapat berlangsung tertib, terorganisasi dengan baik, berdaya guna dan berhasil guna, sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Tujuan ini tidak akan tercapai bila tidak dilakukan perubahan dalam pengelolaan tanah “pendaftaran, sertifikasi, pembebasan tanah, ganti rugi, pemberian hak atas tanah”.

2.1.1.2. Peraturan Pemerintah dalam Per Undang-undangan Undang-undang No.4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman Pasal 7 ayat 1

Ir. MT Herman hermit, (2009) berpendapat bahwa yang dimaksud dengan membangun rumah atau perumahan termasuk membangun baru, memugar,


(13)

memperluas rumah atau perumahan, dengan mempertimbangkan faktor-faktor setempat mengenai keadaan fisik, ekonomi, sosial, dan budaya serta keterjangkauan masyarakat, baik di daerah perkotaan maupun di daerah perdesaan. Untuk mewujudkan rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur, maka pembangunan rumah atau perumahan wajib mengikuti persyaratan teknis, ekologis, dan administratif serta wajib melakukan pemantauan dan pengelolaan lingkungan. Persyaratan teknis berkaitan dengan keselamatan dan kenyamanan bangunan, dan keandalan sarana serta prasarana lingkungannya. Persyaratan ekologis berkaitan dengan keserasian dan keseimbangan, baik antara lingkungan buatan dengan lingkungan alam maupun dengan lingkungan sosial budaya. Persyaratan administratif berkaitan dengan pemberian izin usaha, izin lokasi, dan izin mendirikan bangunan serta pemberian hak atas tanah.

Inpres No.5 Tahun 1990 Tentang Peremajaan Permukiman Kumuh Yang Ada Di Atas Tanah Indonesia

Ir. MT. Herman hermit, (2009) berpendapat bahwa peremajaan permukiman kumuh ialah pembongkaran sebagian atau seluruh permukiman kumuh yang


(14)

sebagian besar atau seluruhnya berada di atas tanah milik negara dan di tempat yang sama dibangun fasilitas dan prasarana serta dibangun yang lainnya sesuai dengan RTRK. Tujuan dari peremajaan ini adalah :

1. Untuk meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan

2. Kota tertata lebih baik sesuai dengan fungsinya dalam RTRK

3. Mendorong pembangunan yang lebih efisien dengan membangun rumah susun

Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung No.24 Tahun 1998 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Pasal 2 Ayat 1

“Setiap orang pribadi atau badan yang akan mendirikan bangunan harus mendapatkan izin dari Walikotamadya atau Kepala Daerah”. (http://www.bandung.go.id)

UU No.23 tahun 2007 Tentang Perkeretaapian Pasal 178.

Menurut UU ini disebutkan, radius 15 meter dari sisi kanan dan kiri rel harus bersih dari bangunan, (http://perkeretaapian.dephub.go.id)


(15)

2.1.2 Permasalahan Permukiman

Dengan semakin menjamurnya permukiman di sepanjang rel kereta api, terjadi pemanfaatan lahan kosong di sepanjang rel kereta api memang mudah berubah menjadi tempat tinggal liar, dengan sarana dan prasarana tidak memadai sehingga dapat menimbulkan suatu kesan kumuh terhadap permukiman. Mereka yang melakukan kegiatan sehari-harinya disana seakan tidak memperhatikan kebersihan dan keamanan lingkungan. Ini jelas dapat mengancam kesehatan masyarakat yang bermukim serta membahayakan keselamatan karena jarak yang terlalu dekat dengan bantaran rel.

Komarudin dkk (1999:105) menjelaskan bahwa penyebab utama tumbuhnya lingkungan kumuh antara lain:

1. Tingkat urbanisasi tinggi

Proses perpindahan penduduk dari desa ke kota. Mereka yang berubanisasi umumnya memiliki tujuan agar kehidupannya lebih baik dari sebelumnya. Namun dalam garis besarnya dalam banyak uraian disebutkan 2 faktor utama:

a) Faktor penarik

Orang desa tertarik ke kota adalah sesuatu yang lumrah yang disesuaikan dengan kepentingan individu yang berbeda Beberapa alasan yang menarik mereka pindah ke kota antara lain:


(16)

- melanjutkan sekolah, karena mutu sekolah di desa dianggap kurang baik.

- Terpengaruh oleh cerita dari mereka yang kembali ke desa. - Tingkat upah di kota lebih tinggi.

- Hiburan lebih banyak.

- Kebebasan pribadi lebih luas. - Adat atau agama lebih longgar.

- Dan banyak sebab lainnya yang dari individu ke individu bisa sangat berbeda-beda.

b) Faktor Pendorong

Keadaan di desa umumnya mempunyai kehidupan yang statis, berikut warna kemiskinan yang seakan-akan abadi. Beberapa faktor pokok migrasi adalah sebagai berikut:

- Proses kemiskinan di desa.

- Lapangan kerja yang hampir tidak ada. - Pendapatan yang rendah.

- Adat istiadat yang ketat.

2. Para pendatang umumnya berpendidikan rendah,

Para pendatang yang tidak mempunyai keahlian dan berpendidikan rendah tidak akan mendapatkan pekerjaan yang layak, bahkan mungkin tidak akan mendapatkan pekerjaan karena persaingan yang sangat ketat, maka mereka yang tidak mendapatkan pekerjaan yang layak dan penghasilan yang rendah tidak dapat memenuhi hidupnya untuk makan pun


(17)

mereka seadanya apalagi untuk tempat tinggal. Dengan keadaan seperti itu mereka membangun rumah ditempat-tempat yang tidak diperbolehkan untuk dijadikan tempat tinggal.

3. Pengawasan tanah kurang ketat

Pengawasan tanah yang kurang ketat pun merupakan penyebab terjadinya lingkungan kumuh di perkotaan, karena banyaknya lahan kosong di perkotaan yang sebenarnya sudah direncanakan untuk medukung kegiatan suatu kota. Mereka yang tidak mengerti akan hal ini dengan keadaan ekonomi yang lemah, mereka membangun rumah tersebut, karena mereka sangat membutuhkanya untuk melangusungkan kehidupan. 4. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran hukum

Kurangnya pengetahuan dan kesadaran akan hukum yang menyebabkan mereka membangun rumah seenaknya. Mereka tidak mengetahui akibat dari yang mereka lakukan itu akan membuat lingkungan menjadi kotor dan lingkungan menjadi terancam bahkan sangat merugikan banyak pihak. 5. Keterbatasan penghasilan

Dengan penghasilan yang sangat terbatas mereka hidup di kota yang membutuhkan biaya yang sangat besar, akibat di kota yang membutuhkan biaya yang sangat besar, akibat dari keterbatasan penghasilan itu maka mereka hidup dengan keadaan yang memprihatinkan, untuk makan pun mereka susah apalagi untuk membeli rumah maka akibat dari keterbatasan


(18)

penghasilan mereka membangun rumah ditempat-tempat yang tidak diperbolehkan dan semua itu mengakibatkan adanya atau tumbuhnya permukiman liar yang kumuh di perkotaan.

6. Harga lahan tinggi

Dengan harga lahan yang tinggi mereka yang berpenghasilan rendah tidak sanggup untuk membeli rumah karena rumah yang sekarang ada merupakan rumah-rumah bagi mereka yang berpenghasilan menengah keatas, dengan bagi mereka yang berpenghasilan rendah akan membuat rumah disembarang tempat yang akan menimbulkan pemukiman yang liar dan kumuh.

7. Ketersediaan lahan (Lahan yang terbatas)

Lahan merupakan sumber daya alam yang bersifat tetap atau tidak bertambah, Dengan keterbatasan lahan dan pertambahan penduduk di perkotaan maka akan terjadi persaingan untuk mendapatkan sebidang tanah untuk dijadikan tempat tinggal. Maka mereka yang mempunyai uang akan lebih mudah untuk memperoleh rumah karena otomatis dengan keadaan lahan yang terbatas harga lahan pun akan menjadi mahal, dengan begitu maka bagi mereka yang berpenghasilan rendah tidak sanggup untuk membeli rumah sehingga semua itu menjadikan perkotaan penuh dengan pemukiman kumuh.


(19)

2.1.2.1. Tinjauan Penertiban

Warga pinggiran rel kereta api di Jalan Rawajati Barat I, Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan, resah dengan adanya isu penggusuran. Masking (60), penghuni rumah di pinggiran rel itu, mengatakan warga mendapat kabar bahwa penggusuran itu akan dilakukan dalam waktu dekat. Santerya kabar itu membuat warga gelisah. Menurut Masking, jika penggusuran itu benar-benar dilakukan, warga berharap bisa direlokasi ke tempat yang lebih baik namun tidak jauh Rawajati. Kabarnya,warga perkampungan yang masuk wilayah RW 04 Kelurahan Rawajati ini mendapat uang kompensasi. "Kita dikasih uang kompensasi Rp 500.000," ujarnya. Uang kompensasi ini dinilai tidak seimbang dengan kerugian warga. (http://www.Bataviase.co.id)

Kepala Humas PT KAI Ahmad Sujadi kepada elshinta menjelaskan, penggusuran rumah-rumah di pinggiran rel KA itu dilakukan untuk menggalakkan keselamatan transportasi di kereta api. Menurutnya, sudah seharusnya rumah-rumah kumuh di pinggiran rel KA ditertibkan, karena selain menjaga keselamatan pengguna kereta api juga untuk menciptakan kebersihkan ditempat-tempat tersebut. Dalam penggusuran ini PT. KAI tidak akan memberikan uang kerohiman kepada masyarakat yang


(20)

rumahnya digusur. PT. KAI hanya akan memberikan tiket pulang kampung secara gratis. (http://www.Elshinta.com)

Ratusan rumah di pinggir rel kereta Stasiun Angke, Jakarta Barat, Kamis (17/01/08) ditertibkan oleh petugas dari PT Kereta Api Indonesia. Langkah penggusuran terpaksa dilakukan karena jalan damai yang sudah berusaha ditempuh PT KAI tidak berjalan. Namun penggusuran ini mendapat perlawanan warga, karena merasa sudah membayar uang keamanan. (http://www.Indosiar.com).

2.1.3. Kebijakan Pemerintah Mengenai Relokasi

Untuk mengatasi permasalahan permukiman kumuh dan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah ini, pemerintah merasa perlu untuk menemukan konsep pembangunan rumah yang dibatasi oleh keterbatasan lahan yang ada. Konsep pembangunan yang di tawarkan pemerintah untuk merelokasi pemukiman bantaran rel dengan cara yaitu:

1. Mengembalikan masyarakat kedaerah asal.

2. Melakukan pembangunan rumah susun sederhana. 3. Melakukan transmigrasi dengan permukiman baru.

Hal ini merupakan suatu kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam mengatasi keterbatasan lahan yang ada di perkotaan. Dimana tujuan relokasi ini adalah untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah dapat


(21)

mengakses kepemilikan rumah serta dapat merasakan kehidupan yang aman, nyaman dan sejahtera.

Sebagian penghuni lintasan rel yang memiliki izin tinggal, akan direlokasi ke rumah susun. Adapun mereka yang tidak punya izin akan dipulangkan ke kampung asal. Pihak PT.KAI perlu melakukan membangun pagar pembatas dan menarik kembali izin mendirikan bangunan yang sudah diberikan.

Gambar 2.1 Skema relokasi penertiban 2.1.3.1 Program Relokasi

Pengertian Relokasi dalam kamus Indonesia, Relokasi adalah membangun kembali perumahan, harta kekayaan, termasuk tanah produktif dan prasarana umum di lokasi atau lahan lain. Dalam relokasi adanya obyek dan subjek yang terkena dampak dalam perencanaan dan pembangunan relokasi.

Konsep-konsep pokok perencanaan relokasi yang harus diperhatikan dalam penertiban permukiman bantaran rel sebagai berikut:


(22)

Memberikan bantuan yang layak diterima orang terkena dampak penertiban.

Ganti rugi berdasarkan jenis kerugian yang di alami masyarakat terkena penertiban.

Persiapan sarana dan prasaran sosial terhadap kepentingan penduduk yang terpenuhi.

Anggaran APBD yang digunakan dalam pembiayaan lahan dan pembangunan permukiman kembali.

Pengadaaan lahan dan permukiman kembali sesuai dengan tempat pembangunan yang ditetapkan.

2.1.3.2 Jenis Perencanaan Relokasi

Lokasi dan kualitas tempat relokasi baru adalah faktor penting dalam perencanaan relokasi, karena sangat menentukan hal-hal berikut, kemudahan menuju ke lahan usaha, jaringan sosial, pekerjaan, bidang usaha. Setiap lokasi mempunyai keterbatasan dan peluang masing-masing. Memilih lokasi yang baik dari segi karateristik lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi akan lebih memungkinkan relokasi dan pemulihan mata pencaharian dapat berhasil.

2.1.3.2.1 Relokasi Pengembalian ke Kampung Halaman

Masyarakan yang tidak memiliki KTP akan dikembalikan kekampung halaman, dengan ganti rugi yang sesuai dengan kerugian yang dialami.


(23)

2.1.3.2.2 Relokasi Rumah Susun

Pembangunan rumah susun di kota bandung tercantum dalam program Percepatan Pembangunan Rumah Susun Bagi Masyarakat Menengah Bawah oleh Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung. Secara umum program ini hal-hal sebagai berikut:

Maksud

1. Pengadaan perumahan di perkotaan haruslah memanfaatkan lahan secara efisien dengan membangun hunian secara vertical atau yang bersusun sehingga program pembangunan rumah susun menjadi solusi alternative.

2. Bagi masyarakat berpendapat rendah, rumah susun merupakan pilihan terbaik untuk memperoleh perumahan yang memenuhi standard lingkungan permukiman yang sehat,aman, harmonis dan teratur. 3. Pembangunan rumah susun yang manusiawi dikawasan kumuh kota Bandung terutama pada lahan milik pemerintah, melalui pendekatan peremajaan kota yang akan sekaligus menyelesaikan permasalahan kawasan kumuh. Tujuan

1. Memenuhi kebutuhan perumahan bagi masyarakat berpendapatan rendah.


(24)

2. Peremajaan kawasan kumuh perkotaan. Kebijakan

1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan pelayanan prasarana dan sarana kota.

2. Mengembangkan aktifitas yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan.

Strategi

1. Perwujudan lingkungan perumahan sehatyang tertata secara serasi.

2. Mengembangkan system perumahan vertical atau rumah susun dalam rangka pemenuhan kebutuhan perumahan.

Berdasarkan maksud, tujuan, kebijakan dan strategi percepatan pembagunan rumah susun diatas, maka program yang direncanakan disesuaikan dengan Rencana Strategis dan Misi kota bandung, yaitu memelihara dan membangun sarana dan prasarana kota agar sesuai dengan dinamika kegiatan kota Bandung. Oleh karena itu untuk mewujudkan lingkungan permukiman sehat yang tertata secara serasi, maka Pemerintah Kota Bandung melaksanakan program Penataan Lingkungan Permukiman yang satu diantaranya adalah mengembangkan perumahan vertical atau rumah susun.


(25)

Salah satu jenis rumah susun sederhana yang ditujukan bagi kelompok sasaran masyarakat berpendapatan menegah kebawah yang tinggal di kwasan perkotaan padat penduduk, adalah rumah susun sederhana sewa dan susun sederhana milik. Adapun kelompok sasaran yang dimaksud, terdiri keluarga berdasarkan tingkat pendapatn/bulan yaitu:

Sumber: Percepatan Pembangunan Rumah Susun

Bagi Masyarakat Menengah Bawah, Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya

Gambar 2.2 Bantuan Pemerintah terhadap Rumah Sususn Perumahan vertical rumah susun dikota Bandung terdiri dari 2 rumah susun sederhana sewa (rusunawa) dan rumah susun sederhana milik (rusunami) yaitu:

Rumah susun sederhana sewa

1. Rumah susun sederhana sewa industri dalam yang berlokasi di Kelurahan Arjuna (Kecamatan Cicendo) milik Pemerintah Kota Bandung. Jumlahnya sebanyak 6 blok


(26)

dengan 156 unit, dimana 24 unit bertipe 12m2 dan 132 untit bertipe 24m2 berlantai 4. Blok A sebanyak 52 Unit dengan luas 1.797,20m2. kemudian blok B sebanyak 56 unit dengan luas 1.843,20m2, dan blok C sebanyak 48 unit dengan luas 1.584m2.

2. Rumah susun sederhana sewa samoja yang berlokasi di kelurahan Samoja (Kecamatan Batununggal), milik kepolisian Republik Indonesia. Jumlahnya 6 blok dengan 144 unit.

3. Rumah susun sederhana sewa cingised yang berlokasi di Kelurahan Cisaranten Kulon (Kecamatan Arcamanik). Milik Pemerintah Kota bandung dengan luas 18.543m2 berlantai 5 tiap blok terdiri 96 unit bertipe 21m2.

Rumah susun sederhana milik

1. Rumah susun sederhana milik berlokasi di Kelurahan Sarijadi (Kecamatan Sukasari) dibangun oleh Perusahaan Umum pembangunan Perumahan Nasional. Jumlahnya 15 blok dengan 400 unit hunian, berlantai 4 dengan tipe 36m2.

2. Rumah susun sederhana milik suling yang berlokasi di Kelurahan Turangga (Kecamatan Lengkong). Jumlahnya 64 unit berlantai 4.

3. Rumah susun sederhana milik sukaluyu yang belokasi di Kelurahan Sukaluyu (Kecamatan Cibeunying Kaler)


(27)

dibangun oleh Perusahaan Umum pembangunan Perumahan Nasional. Jumlahnya 150 unit, berlantai 2 dengan tipe 60m2. (Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung).

2.1.3.2.3 Relokasi Transmigrasi

Transmigrasi dengan membuat kembali permukiman baru adalah merupakan konsep permukiman yang memperhatikan kesehatan, keselamatan dengan tetap memperhatikan kebutuhan dasar manusia untuk mencapai kesejahteraan. Permukiman baru ini diharapkan sebagai komplek hunian yang layak dan dapat memberikan sarana berusaha berupa tanah garapan yang diharapkan dapat menjadi usaha pengembangan produksi pertanian.

Maka untuk mencapai tujuan transmigrasi diperlukan suatu penyelenggaran program transmigrasi yang di adopsi dari proyek percontohan transmigrasi Kalimantan Timur (Dirjen Pemberdayaan Sumber daya Kawasan Transmigrasi, 2005) sebagai berikut:

a. Pembangunan Permukiman dan Penempatan Transmigrasi.

b. Pembangunan Infrastruktur dan Fasilitas Umum di Kawasan Transmigrasi.


(28)

c. Peluang dan Potensi Usaha Ekonomi.

Pemilihan lokasi transmigrasi harus memperhitungkan dampak terhadap masyarakat. Permasalahan seperti kualitas lahan, daya tampung lokasi, sumber daya, prasarana sosial dan komposisi penduduk (stratifikasi sosial,suku bangsa, jenis kelamin, etnik minoritas) perlu dipertimbangkan (Website Departemen Tenagakerja dan Transmigrasi).

Gambar.2.3 Peta Lokasi Transmigrasi Dokumen: Depnakertrans Keadaan Wilayah

ALokasi / Letak administrasi

1 Nama Lokasi Rantau Pandan SP.5 Nama Desa Rantau Pandan SP.5 Kecamatan Rantau Pandan Kabupaten / Kota Bongo

Propvinsi Jambi

2 Pola Usaha TU / TPLK 3 Luas Areal 1.527,46 Ha 4 Daya Tampung 200 KK 5 Letak Geografis

101 50 40 - 101 38 10 BT 01 34 40 - 01 38 10 LS


(29)

B. Topologi

Areal permukiman merupakan lahan kering, datar dan bergelombang

C. Curah Hujan

Bulan Basah : September s/d April Bulan Kering : Mei s/d Agustus

D. Sumber Air

Ketersediaan air bersih yang digunakan penduduk selama ini adalah sumur gali, air sungai, air hujan , Aksesbilitas

No Tujuan Jarak Transportasi 1 Desa Terdekat 3 Km Angkutan Umum 2 Kota Kecamatan 7 Km Angkutan Umum 3 Kota Kabupaten 37,5 Km Angkutan Umum 4 Kota Provinsi 297 Km Angkutan Umum Sosial Ekonomi

A.Jenis tanaman dengan kesesuaian lahan :

1 Tanaman Pangan Padi Sawah dan jagung 2 Tanaman palawija Ubi , kedelai, kacang

tanah 3 Tanaman yang

dominan Padi

4 Tanaman Perkebunan -

B. Jenis Ternak yang dapat dikembangkan Ayam buras,itik, sapi.


(30)

C. Perikanan

Budidaya perikanan yang dapat dikembangkan adalah tawes, mujair, emas, lele, gurami, nila.

D. Mata pencaharian penduduk sekitar

sebagian besar adalah petani, buruh tani, berkebun dan buka kedai makan

Sosial Budaya A. Pendidikan

Fasilitas gedung sekolah yang ada di lokasi dan sekitarnya

1 SD 1 Unit Jarak 3 km 2 SLTP 1 Unit Jarak 7 Km 3 SLTA 1 Unit Jarak 7 km B. Kesehatan

Terdapat Puskesmas pembantu didesa sengkilo sebanyak 1 unit jarak 25 Km dengan tenaga para medis dan seorang perawat.

C. Rumah Ibadah

1 Musolah 1 Unit 2 Masjid 1 Unit 3 Gereja 0 Unit 4 Pura 0 Unit


(31)

D. Fasilitas Umum

1 Kantor KUPT 1 Unit 2 Rumah Ketua UPT 1 Unit 3 Rumah Petugas UPT 1 Unit 4 Balai Desa 1 Unit

5 Sekolah 1 Unit

6 Puskesmas Pembantu 1 Unit 7 Rumah Ibadah 1 Unit Pembagian Lahan

1 Lahan Pekarangan 0,50 Ha 2 Lahan Usaha 1 0,50 Ha 3 Lahan Usaha 2 1,00 Ha

2.2 Tinjauan umum Permukiman

Bantaran Rel Kereta Api Kiaracondong

Gambar 2.4. Permukiman diwilayah studi (Dokumen Pribadi)

Wilayah studi yang menjadi objek penelitian ini adalah sepanjang rel kereta api kiaracondong mencapai radius sepanjang 3km hanya berjarak 1-2m dengan rel yang berada di wilayah:


(32)

Sebelah Utara : Kel. Suka Pura, Kec. Kiaracondong Luas wilayah : 280,70 Ha

Jumlah Penduduk : 22.034 Kepala Keluarga : 5.692 Mata pencaharian

Buruh : 2.675

Pedagang : 1.039

Sebelah Selatan : Kel. Babakan Sari Kec. Kiaracondong Luas wilayah : 88,10 Ha

Jumlah Penduduk : 34.116 Kepala Keluarga : 7.920 Mata pencaharian

Buruh : 411

Pedagang : 874

( Badan Pusat Statistik Kota Bandung)

2.2.1. Tinjauan masyarakat yang berjarak 15 meter dari rel

Ada dua macam karakteristik permukiman yang terdapat di wilayah studi ini yaitu:

a. Permukiman Permanen

Permukiman permanen yang dimaksud adalah permukiman yang dibangun di sekitar wilayah yang berada di belakang rumah dipinggir rel, dengan menggunakan batu bata dan batako sebagai bahan bangunannya. Permukiman di wilayah studi ini tidak memenuhi persyaratan administratif karena tidak mempunyai Izin Mendirikan Bangunan (IMB) mereka hanya memiliki surat Hak Guna Bangunan (HGB) dan


(33)

membayar sewa atas tanah yang digunakan kepada petugas PT.KAI.

b. Permukiman Non-Permanen

Terdapat permukiman non-permanen terutama permukiman yang berada di pinggiran rel,. Bangunan rumahnya sebagian besar terbuat dari seng, teriplek dan dengan bahan seadanya serta tidak layak huni.

Masyarakat yang berada pada jarak 15 meter terdiri dari masyarakat heterogen dengan tingkat pendapatan rendah yang bermukim dengan dengan mendirikan bangunan rumah permanen dan non permanen. Mereka beranggapan karena jarak tempat tinggal dekat dengan pekerjaan, serta adanya juga yang berpendapat lain sebaiknya tanah kosong yang berada di pinggir rel di manfaatkan sebagai permukiman bagi masyarakat yang memiliki masalah ekonomi dengan pendapatan rendah yang jika dirata-ratakan hanya mencapai kurang dari Rp.1.000.000/ kepala keluraga, dengan pendapatan seperti itu tentunya tidak cukup untuk membiayai kebutuhannya.

Menurut Ketua RT. Bapak Mulyono Jumlah 1.350 kepala keluarga terdiri dari 2 (dua) kelurahan yang terdiri dari 9 RW dan 15 RT, setiap RT memliki 90-105 kepala keluarga, yang jika dirata-ratakan 90 kepala keluarga setiap RT nya. Setiap kepala keluarga masih memiliki anak yang berusia 0-15 tahun yang setiap harinya merasakan ketidaknyaman berkatifitas dalam


(34)

bermain terutama pada kesehatan dan keselamatan jiwa anak-anak itu sendiri, semestinya anak-anak-anak-anak mendapatkan hidup yang layak untuk menunjang masa pertumbuhannya di masa depan nanti. Dengan melihat keadaan yang dirasakan oleh anak-anak, Masyarakat khususnya sebagai orang tua secara tidak langsung masyarakat tidak memperdulikan keselamatan bagi anggota keluarganya sendiri dengan bermukim di bantaran rel. 2.2.2. Sosiologi Masyarakat Permukiman

Bantaran Rel Kerata Api Kiaracondong 2.2.2.1 Segi Sosial

1. Suatu lingkungan yang dihuni oleh sejumlah penduduk yang besar di atas areal yang terbatas.

2. Terdiri dari masyarakat yang heterogen. 3. Pendapatan penduduk rendah.

4. Hubungan antara keluarga dan antar individu (interaksi sosial) masih kuat, seperti gotong royong.

2.2.2.2 Segi ekonomi

1. Sektor perekonomian sebagian besar bekerja sebagai penarik becak, tukang bakso, pedagang kaki lima, kuli bangunan, pemulung, dan lain-lain.

2. Tingkat daya tabung penduduk umumnya rendah hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.


(35)

2.2.2.3 Segi fisik

1. Letak dan bentuk fisik bangunan tidak teratur.

2. Prasarana fisik lingkungan seperti air minum, sanitasi lingkungan, sistem drainase, dan pembuangan kurang memadai.

3. Kesehatan lingkungan yang rendah, seperti kurangnya sinar matahari, kurang baiknya sistem air limbah dan persampahan dan sering terkena wabah penyakit.

4. Akses jalan tidak beraturan bahkan hanya cukup dilalui 1 orang.

5. Mudah terjadinya bencana dan banjir.

6. Kondisi bangunan umumnya terbuat dari material atau bahan-bahan seadanya yang umumnya kurang memadai. 2.2.3 Penertiban Rel Kereta Api Kiaracondong

Pada tahun 2005 pemerintah pernah melakukan tindakan penertiban permukiman di Kiaracondong. Penertiban yang dilakukan oleh pemerintah yaitu dengan merelokasi semua masyarakat yang bertempat tinggal di daerah rel kerata api dalam bentuk di pulangkan ke daerah asal, rumah susun, dan transmigrasi. Maksud dan tujuan pemerintah mentertibkan permukiman karena ingin melakukan pembangunan mengenai rencana doble track kereta api. Namun penertiban tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya, karena terjadi perbedaan pandangan terhadap masyarakat seperti ganti rugi yang tidak


(36)

sesuai, terkesan mendadak dan hanya diberi rentan waktu 2 bulan, serta ketidak jelasan informasi tentang relokasi.

2.3. Kampanye

2.3.1. Definisi Kampanye

Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi baru Departemen Pendidikan Nasional bahwa yang dimaksud dengan Kampanye memiliki dua arti, diantaranya:

1) Gerakan (tindakan) serentak (untuk melawan, mengadakan aksi)

2) Kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi politik atau calon yang memperebutkan kedudukan dalam parlemen dan sebagainya untuk mendapat dukungan massa pemilih dalam suatu pemungutan suara.

Selain itu, ada teori dari pakar yang mengartikan tentang definisi dari kampanye, teori yang sering di gunakan sebagai landasan yaitu:

1) Roger dan Storey, 1987 (seperti dikutip Drs. Antar Venus,M.A 2009:7) Kampanye sebagai “serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu”.

Dari definisi kampanye diatas, maka dapat diambil suatu kesimpulan, yaitu ”Kampanye adalah kegiatan yang dilakukan suatu individu atau kelompok untuk mempengaruhi masyarakat


(37)

dengan cara menyampaikan suatu informasi yang berkesan dan mudah dimengerti dari apa yang sedang sampaikan atau diinformasikan oleh suatu lembaga atau perorangan yang bertujuan membentuk suatu perubahan sosial pada masyarakat.”

Kegiatan kampanye biasanya dikaitkan dalam suatu event (acara) tertentu untuk menarik perhatian, dukungan, pemahaman dan meningkatkan kesadaran sekaligus mempengaruhi masyarakat tentang suatu tema tertentu.

2.3.2. Jenis-jenis Kampanye

Berbicara tentang jenis-jenis kampanye pada prinsipnya adalah membicarakan motivasi yang melatarbelakangi diselenggarakannya suatu kampanye. Motivasi yang dimaksud adalah akan menentukan kearah mana dan apa tujuan dari diadakannya kampanye tersebut.

Dari uraian diatas, maka kampanye dapat dibedakan menurut jenisnya menjadi 3 macam, Charles U.Larson,1992 (seperti dikutip Drs. Antar Venus,M.A 2009:10-11) yaitu:

1. Kampanye Sosial

Adalah sutu kegiatan kampanye yang berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan seringkali berdimensi perubahan sosial, yang ditujukan untuk menangani masalah-masalah sosial melalui perubahan sikap dan perilaku.


(38)

2.Kampanye Komersial/Promosi

Adalah kegiatan kampanye yang berorientasi pada produk dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan financial, dilaksanakan dalam rangka promosi untuk meningkatkan atau memperhatikan penjualan, dan sebagainya.

3. Kampanye Politik

Yaitu kampanye yang menyampaikan pesan-pesan kepada masyarakat agar masyarakat memperoleh informasi tentang apa, dan bagaimana suatu partai, program maupun visinya. Dengan demikian masyarakat dapat memahami maksud, dan tujuan dari partai tersebut untuk menentukan dipilih atau tidak. 2.3.3 Fungsi Kampanye

Drs. Antar Venus, M.A (2009:70) menjelaskan bahwa fungsi kampanye sendiri adalah untuk menyampaikan suatu pesan yang berisi tentang ajakan kepada masyarakat atau mempengaruhi masyarakat dapat mengerti maksud dan tujuan dari apa yang ingin dikomunikasikan, berdasarkan keterangan diatas maka dapat disimpulkan bahwa unsur yang terkait pada suatu kampanye adalah:

Pesan dalam suatu kampanye. Pesan adalah hal yang sangat erat kaitannya karena apabila pesan yang disampaikan tidak jelas atau tidak sampai pada target sasaran, maka kampanye tersebut gagal.


(39)

2.4. Analisis Permasalahan

Berdasarkan beberapa pemaparan dari tinjauan penertiban terdapat ketidakadilan yang diperoleh oleh masyarakat dari setiap penertiban atau penggusuran yang telah terjadi, mereka merasa selalu berada pada posisi yang dirugikan dengan kompensasi yang tidak seimbang bahkan tanpa kompensasi padahal mereka telah membayar uang sewa dan keamanan kepada petugas, hal ini yang dapat mengakibatkan terjadinya konflik pada setiap proses penertiban.

Konflik tersebut terjadi karena kurangnya pendekatan sosial terhadap masyarakat, serta adanya dugaan tindakan korupsi yang dilakukan segelintir oknum terhadap dana kompensasi bagi masyarakat yang terkena penggusuran.

Penertiban permukiman pada masyarakat bantaran rel kereta api kiaracondong terdiri dari masyarakat heterogen dengan tingkat pendapatan ekonomi rendah yang memiliki berbagai masalah sosial dan infrastruktur yang tidak layak sehingga terkesan tampak kumuh. Dalam mengatasi masalah permukiman, pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan mengenai relokasi.

Salah satu yang dapat dilakukan untuk mengkomunikasikan kebijakan pemerintah dengan masyarakat permukiman bantaran rel yaitu melakukan kampanye dengan pendekatan sosial, agar komunikasi dapat diterima dengan baik maka diperlukan sebuah perancangan media komunikasi yang bersifat informasi maupun persuasi yang dapat mengugah rasa emosi dan kepercayaan masyarakat terhadap


(40)

penertiban permukiman dengan program relokasi yang sudah di tetapkan oleh pemerintah.

Agar suatu kampanye dapat berjalan dengan baik, Maka diperlukan suatu tahapan penyampaian informasi sehingga pesan dapat diterima dan dimengerti secara baik oleh masyarakat yaitu:

1. Tahap informasi

Menyampaikan informasi mengenai Undang-undang untuk disosialisasikan kepada masyarakat permukiman bantaran rel.

Informasi yang ingin disampaikan kepada masyarakat mengenai program pokok relokasi seperti:

1. Masyarakat yang tidak memiliki KTP akan dikembalikan kekampung halaman.dengan ganti rugi yang sesuai dengan kerugian yang dialami, atau melakukan transmigrasi.

2. Masyarakat yang memiliki KTP akan direlokasi dengan pengadaan rumah susun sederhana dengan keuntungan.

Mendapatkan legalitas kepemilikan bangunan.

Keterjangkauan jarak yang disesuaikan dengan pekerjaan.

Penyediaan dan perbaikan fisik bangunan berupa sarana dan prasarana sosial.

3. Transmigrasi dengan mendirikan Pemukiman baru yang bergagasan pada peningkatkan akses terhadap:


(41)

Melakukan pemberdayaan, ekonomi, sosial, dan fisik seperti:

- Penyediaan perbaikan jaringan jalan, drainase, listrik, komunikasi.

- Penyediaan dan perbaikan pada sektor infrastruktur sarana sosial.

- Pembinaan dan pengembangan usaha. 2. Tahap Persuasi

Mengkomunikasi dengan visual-visual yang dapat menggugah rasa emosi sesuai fakta yang terjadi pada kehidupan keluarga mereka. 3. Tahap Remainding

Menyampaikan informasi melalui media yang sering di jumpai atau digunakan dalam kehidupan sehari-hari dengan maksud untuk mengingat kembali pesan yang disampaikan kampanye.


(42)

41

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

3.1.Strategi Perancangan

Strategi perancangan adalah acuan untuk memecahkan suatu masalah secara kreatif yang bertujuan untuk mencapai hasil yang optimal. Untuk mencapai hasil perancangan yang dapat memecahkan masalah permukiman yang terjadi di wilayah kiaracondong yang mencapai radius 3km dan terdiri dari masyarakat heterogen , maka perlu disusun strategi perancangan, agar pesan komunikasi yang akan di buat mudah diterima harus melalui media sesuai dengan target sasaran. 3.1.1 Strategi Komunikasi

Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi baik berupa tulisan, visual atupun verbal. Komunikasi yang digunakan dalam kampanye ini adalah komunikasi nir massa yang penyampaian informasi secara langsung hanya ditujukan kepada target sasaran. Strategi yang digunakan dengan menampilkan sebuah pesan yang dapat mewakili brand kepercayaan terhadap masyarakat dalam bentuk tagline dan mengkomunikasi sebuah tujuan suatu program ke dalam headline yang disesuikan dengan ilustrasi yang di tampilkan yang telah di kondisikan dengan keadaan lingkungan masyarakat sehingga masyarakat bisa menerima pesan yang akan disampaikan melalui komunikasi yang persuasif melalui


(43)

pendekatan secara emosional kultural dan dialog dengan tokoh masyarakat dengan melakukan aksi kegiatan seperti kerja bakti, makan bersama, operasi pasar yang di tuangkan kedalam bentuk event untuk mencapai kesepahaman mengenai relokasi melalui media komunikasi.

3.1.1.1. Target Sasaran

Target sasaran adalah seluruh masyarakat yang bermukim di atas tanah PT.KAI yang hanya berjarak 15 meter dari bantaran rek kereta yang berada di kecamatan kiaracondong. Target sasaran diatas dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Demografis

Gender : Laki –laki (Kepala keluarga) dan Perempuan .

Usia : 25 tahun- 50 tahun

Pekerjaan : Pedagang, asongan warung kecil-kecilan Buruh tukang becak, kuli bangunan,

kuli pasar, pengamen, pemulung. Pendidikan : SD, SMP, SMA

2. Status ekonomi: Masyarakat dengan pendapatan penghasilan yang rendah yang mencapai kurang dari Rp.1.000.000


(44)

43

3. Geografis:

Masyarakat perkotaan yang tinggal di daerah permukiman bantaran rel kerata api Kiaracondong 4. Psikografi:

Masyarakat dengan kebiasaan berkumpul dan gotong royong.

Masyarakat dengan pola hidup yang tidak teratur. Berangan-angan mendapatkan kebutuhan yang

lebih baik. Pekerja keras. 3.1.1.2. Tujuan Komunikasi

Tujuan komunikasi dalam kampanye ini adalah agar masyarakat dapat memahami dan menyadari akan kelayakan bertempat tinggal untuk kehidupan anggota keluarga yang terutama adalah anak yang masih memiliki banyak harapan dimasa depan nanti sehingga masyarakat dapat tergugah secara emosional dan mau di relokasi. 3.1.1.3. Pesan Utama Komunikasi

Dalam penyampaian pesan utama yang akan disampaikan kepada target sasaran adalah “Relokasi sebagai solusi yang tepat dan memberikan manfaat bagi kehidupan untuk mewujudkan suatu harapan keluarga.


(45)

Dari penjelasan diatas maka dapat diambil kata kunci yang dijadikan tagline kampanye sebagai berikut :“Relokasi, solusi untuk masa depan keluarga”

Tagline ini menjadi pesan utama dalam kampanye dimana pesan kampanye yang ingin disampaikan kepada masyarakat bisa mudah dimengerti dan dipahami maksudnya sehingga masyarakat tergerak untuk melakukan relokasi, dan menjadi sebuah solusi untuk melakukan perubahan didalam kehidupan dimasa depan. 3.1.1.4. Materi Pesan

Pesan yang akan di tampilkan dalam sebuah perancangan media kampanye di bagi kedalam beberapa pesan yaitu

Materi pesan dalam kampanye ini mempunyai beberapa tahapan, sebagai berikut :

1. Pesan utama dengan menampilkan visual fakta yang terjadi pada setiap anak-anak dengan fotografi yang di kemas dalam bentuk headline dan selalu di damping tagline agar orang tua dapat tergugah

2. Pesan yang disampaikan mengenai keuntungan dari program relokasi

3. Pesan yang disampaikan mengenai kepedulian pemerintah terhadap masyarakat yang bermukim di pinggir rel dalam bentuk tagline “Saatnya untuk peduli”


(46)

45

Tagline ini di sandingkan bersama logo untuk memberi pencitraan terhadap masyarakat bahwa program relokasi memberikan kepedulian terhadap masyarakat. 4. Meampilkan identitas visual dari para pendukung

program relokasi sebagai penaggung jawab.

5. Informasi mengenai himbauan terhadap masyarakat agar masyarakt lebih percaya lagi.

3.1.1.5. Pendekatan Bahasa

Pendekatan bahasa dalam perancangan media ini disesuaikan dengan target sasaran, yaitu menggunakan bahasa Indonesia karena masyarakat di bantaran rel terdiri dari masyarakat heterogen sehingga mudah dipahami oleh semua lapisan dan kalangan masyarakat. 3.1.2. Strategi Kreatif

Strategi kreatif yang dilakukan yaitu dengan menampilkan fakta dari potret kehidupan keluarga terutama adalah anak-anak yang seharusnya hidup dalam kelayakan dan masih mempunyai harapan untuk masa depan. Dengan menampilkan visual seperti itu diharapkan agar informasi yang di sampaikan dapat menarik perhatian dan menggugah rasa emosional masyarakat.

3.1.2.1. Pendekatan Kreatif

Pendekatan yang akan dilakukan yaitu dengan pendekatan menggunakan media komunikasi sebagai media penyampaian pesan pada lingkungan permukiman,


(47)

Dan akan adanya dialog dengan tokoh masyarakat untuk memerlancar penertiban.

3.1.3. Strategi Media

Media merupakan alat bantu atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan kepada khalayak sasaran dengan perencanaan yang sistematik dan berharap mendapatkan tanggapan atau respon dari penerima pesan.

3.1.3.1. Pemilihan Media

Pemilihan media berfungsi untuk membatasi media yang akan digunakan dalam perancangan kampanye agar tidak terlalu luas dan mencapai keefektifitasan. Maka pemilihan media dengan pertimbangan disesuaikan dengan kebiasaan dari target sasaran kampanye dan fungsi dari media sendiri agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan mudah, tepat, dan efektif.

a. Media utama

Papan Plang, menyampaikan informasi tentang perda izin mendirikan bangunan (imb). Dan wilayah yang akan terkena penertiban. Papan informasi ini di tempatkan di pinggiran rel.

Poster, Poster adalah media yang cukup efektif untuk menarik perhatian masyarakat. Poster juga mempunyai cangkupan yang luas sehingga dapat di tempatkan di tempat umum dan ruang terbuka.


(48)

47

b. Media pendukung

Brosur, adalah literatur yang menerangkan suatu informasi secara detail untuk disampaikan atau dibagikan secara langsung kepada target sasaran sehingga informasinya tepat dan efektif.

Flayer adalah selebaran kecil seperti poster, media yang cukup efektif karena dapat menyampaikan secara langsung kepada target sasaran, dan mudah dibawa kemana-mana.

Spanduk, adalah media out door yang berfungsi memberikan informasi harus lebih singkat, padat dan jelas karena orang hanya sesaat saja melihatnya. Spanduk biasanya di tempatkan diatas (digantung) pada jalan umum.

Koran adalah Iklan pada media cetak surat kabar, sebagai media pemberitahuan mengenai relokasi yang akan dilaksanakan.

Bilboard adalah media outdor yang di fungsikan untuk mengajak dan memberikan informasi secara singkat dan jelas. Media ini di tempatkan di jalan umum yang dekat dengan pekerjaan dan tempat bermukim target sasaran.


(49)

Plat nomor rumah, menyampaikan informasi yang bersifat untuk mengingat serta mengajak. Media ini di tempatkan pada setiap rumah

Sticker, media ini bersifat aplikatif dengan penempatan yang bisa dimana saja, media ini di fungsikan sebagai pengingat dan mengajak dari isi pesan yang di sampaikan

Formulir sebagai bentuk teknis dari penyelenggaraan program relokasi bagi masyarakat yang ini mendaftar. Kartu relokasi sebagai tanda bagi masyarakat yang sudah mendaftarkan diri untuk berelokasi.

c. Media gimmick

Sebagai media pelengkap yang bersifat aplikasi dengan fungsi sebagai pengingat pesan dari sebuah kampanye dan dibagikan pada saat pendaftaran berlangsung.

T-shirt Topi Kalender

Gantungan kunci 3.1.3.2. Tahapan Kampanye

Dalam perencanaan penyampaian pesan kampanye ini memiliki tiga tahapan yang mana pada tahapan-tahapan


(50)

49

tersebut merupakan bagian dari keseluruhan proses kampanye:

1. Tahap Informasi

Tahap ini merupakan tahap pengenalan atau pemberian informasi terhadap masyarakat mengenai penertiban permukiman. Teknis pelaksanaanya dengan menyebarkan media yaitu:

No Tujuan Media Penempatan

1 Agar masyarakat dapat

mengerti dasar dari

kesalahannya yang

melanggar peraturan

pemerintah.

Papan plang

Di pinggir rel

kereta

2 Memberikan informasi

tentang manfaat dari

relokasi

Poster Di persimpangan

gang dan dinding

3 Memberikan informasi

mengenai opsi

penawaran relokasi

Spanduk Di depan pintu

masuk permukiman

Tabel 3.1 Tahap informasi

2. Tahap Persuasi

Penyampaian pesan kampanye pada tahap ini mengajak masyarakat agar menyadari keadaan kehidupan yang di alamai oleh anggota keluarga terutama adalah anak-anak yang masih memerlukan akan kelayakan untuk masa pertumbuhannya dan masih memiliki harapan dan cita-cita untuk dimasa depannya nanti. Maka itu tahap ini menampilkan ilustrasi sesuai dengan keadaan kondisi yang dialamainya agar menyentuh emosi dan perasaan


(51)

masyarakat, serta menginformasikan akan manfaat relokasi yang diterima oleh masyarakat. Teknis pelaksanaanya dengan menyebarkan media yaitu:

No Tujuan Media Penempatan

1 Mengajak masyarakat

dengan menggugah rasa

emosinya

Poster Di persimpangn

gang

2 Memberikan informasi

relokasi dan manfatnya

secara detail sehingga

masyarakat percaya

Brosur Di bagikan

secara langsung

3 Menjangkau luas sasaran

yang dituju melalui media massa.

Koran Surat kabar

4 Informasi yang bersifat

ajakan, sekaligus sehingga menggugah rsa emosinya.

Sticker Di tempal pada

media yang du gunakan untuk beraktifitas saat bekerja

5 Mengajak dengan

pendekatan secara

mengingatkan akan

kebahagiaan anak-anak.

Flyer Di bagikan

langsung

6 Mengajaka dengan

pendekatan bahwa anak

tidak sepantasnnya ikut

merasakan

Bilboard Di luar sekitar

pasar

7 sebagai tanda pada setiap

rumah yang akan di relokasi

Plat no rumah

Di tempatkan di setiap rumah

8 Sebagai teknis dari

penyelenggaran program

relokasi sehingga dapat

terdata.

Formulir

9 Sebagai tanda dari suatu

program untuk menjaga dari kecurangan.

Kartu relokasi


(52)

51

3. Tahap Remainding

Pesan yang disampaikan langsung kepada masyarakat dengan media-media yang sering di jumpai oleh masyarakat didalam kehidupannya sehari-hari.

Tujuan Media Penempatan

1

Untuk mengingatkan

pesan kampanye di

kehidupan sehari-hari

masyarakat dengan

mengaplikasikan pesan kampanye pada setiap

media yang sering

masyrakat jumpai yang

disesuaikan dengan

kegiatannya.

T-shirt

Dibagikan secara langsung

2 Topi

3 Kalender

4 Gantungan

kunci

Tabel 3.3 Tahap Remainding 3.1.3.3. Pelaksanaan Kampanye

Pelaksanaan kampanye dilaksanakan oleh Pemkot Bandung dan didukung oleh lembaga yang terkait seperti PT.KAI, Dinas Tata Ruang, KPK, Kepolisian, KEMENTRANS, KEMENPERA (Kementrian Perumahan Rakyat), Dinas Pertanahan. Jadwal pelaksaan kampanye dilakukan selama enam bulan yang yang dibagi kedalam beberapa tahapan.

3.1.3.4. Jadwal Penyebaran Media

Jadwal penyebaran media dilakukan dalam 6 (enam) bulan, dengan berbagai pertimbangan yang disesuaikan dengan kebutuhan khalayak sasaran dan dibagi kedalam 3 tahap:


(53)

Tahap 1 Informasi

Agustus September Oktober Penempatan

Papan plang

Di pinggir rel

Spanduk Di depan pintu

masuk permukiman

Poster Di persimpangan

gang dan dinding Event

Tahap 2 Persuasi

November Desember Januari

Poster Di persimpangan

gang dan dinding

Billboard Di luar sekitar

pasar

Koran Surat kabar

Brosur Di bagikan secara

langsung Flyer

Sticker Di tempal pada

media yang du gunakan untuk beraktifitas saat bekerja

Plat nomor Di rumah

Event Tahap 3 Remainding

Januari

Poster

T-shirt Di bagikan langsung dalam event Topi Kalender Gantungan kunci


(54)

53

3.1.4. Strategi Distribusi Jalur Distribusi

Geografis : Kecamatan Kiaracondong-Bandung Lokasi Penyebaran : Di 2 kelurahan yaitu:

Kel.Babakan Sari di18 RW ,146 RT Kel. Sukapura di15 RW ,109 RT

Jadwal Penyebaran : Dilakukan sesuai dengan tahapan yang telah direncanakan

3.2 Konsep Visual

Konsep visual yang ditampilkan dalam media komunikasi ini menampilkan fakta dari potret kehidupan yang dialami masyarakat bantaran rel terutama yang dialami oleh anak-anak sebagai anggota keluarga. Yang dimana seharusnya anak-anak tinggal ditempat yang layak dalam membantu proses tumbuh kembangnya anak-anak dimasa depan nanti. Didalam menampilkan visual yang telah di paparkan dengan menggunakan teknik penyampaian secara teknik fotografi dan digital imaging sebagai kekuatan visual dan dibantu oleh bodycopy dan headline.

3.2.1 Kesan Visual

Kesan visual yang ditampilkan dalam perancangan media komunikasi mengenai harapan atau masa depan seorang anak yang seharusnya dimiliki dan diperhatikan oleh kedua orang tuanya. Oleh karena itu kesan visual dengan menampilkan image dengan kesan dramatis. Dan juga warna yang ditampilkan dalam


(55)

visualnya adalah warna gelap dan buram yaitu warna hitam, abu-abu, putih dan kuning agar mempertegas visual dan image tentang masa depan yang harusnya dimiliki oleh setiap anak.

3.2.2 Format Desain

Format yang digunakan disesuaikan dengan media yang akan dipakai salah satunya adalah poster. Poster sebagai Media utama dengan menggunakan poster portrait dan landscape ukuran 29,7cm x 42,0 cm(A3). Pertimbangannya adalah untuk bisa menyesuaikan dengan karakteristik media yang digunakan. Format media utama adalah bagaimana bisa menyajikan informasi dan tujuan kampanye yang jelas kepada masyarakat.

3.2.3 Layout

Gambar 3.1 Layout

Tata letak pada setiap media memiliki layout yang sama agar memliki ciri khas dan keseragaman sehingga dapat mudah mengenal pesan dari kampanye tersebut. Layout di buat dengan memadukan berbagai macam unsur grafis yang meliputi warna,


(56)

55

bentuk, ilustrasi, dan tipografi. Layout di buat dengan mengedepankan penempatan headline yang disesuaikan dengan visual tiap-tiap ilustrasi supaya terkesan sama.

3.2.4 Tipografi

Tipografi yang digunakan pada setiap media disesuaikan dengan suasana yang akan dibangun yaitu dramatis juga mempertimbangkan dari segi keterbacaan, dan komposisi yang seimbang antara tipografi dan ilustrasi sehingga mudah dipahami.

Luxi sans

ABCDEFGHIJKLMNPQRSTUVWXYZ abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

1234567890 !@#$%^&*()_+

Luxi sans merupakan font yang di kategorikan sans serif yang memiliki keterbacaan yang cukup jelas untuk menyampaikan headline utama

BadDogSCapsSSK

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

1234567890 !@#$%^&*()_+

Baddogscapsssk merupakan font yang di kategorikan sans serif yang memiliki ketebalan dan karakteristik sesuai dengan suasana yang dibangun dan tingkat keterbacaan yang cukup jelas untuk menyampaikan headline yang disesuaikan dengan ilustrasi yang di tampilkan


(57)

Calibri

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

1234567890 !@#$%^&*()_+_+

Calibri merupakan font yang di kategorikan sans serif yang difungsikan sebagai memberikan informasi karna memiliki tingkat keterbacaan yang sangat jelas.

3.2.5 Ilustrasi

Ilustrasi gambar yang di gunakan dalam rancangan media informasi relokasi adalah mengunakan ilustrasi fotografi yang menampilkan keadaan sebenarnya yang dialami oleh anak-anak yang tidak semestinya mereka harus mengalami keadaan yang sangat memprihatinkan, karena anak-anak harus mendapatkan tempat yang layak untuk perkembangan pertumbuhnanya serta untuk mencapai sebuah harapan dan cit-cita. Beberapa objek yang ditampilkan dalam media ini ada beberapa macam yaitu:

1. Orang tua harus memikirkan nasib masa depan anak-anak. 2. Tempat yang tidak layak dapat mempengaruhi pertumbuhan

anak.

3. Jiwa anak-anak akan terancam setiap kali bermain, seharusnya. anak-anak memiliki tempat bermain yang aman.

4. Hanya senyum dari anak-anak yang orang tua inginkan. 5. Orang tua pasti menginginkan semua keluarganya bahagia.


(58)

57

6. Tidak seharusnya anak-anak ikut merasakan tingal di tempat yang kurang layak.

7. Orant tua wajib memikirkan pendidikan anaknya.

Gambar 3.2 Ilustrasi 3.2.6 Warna

Warna yang digunakan pada ilustrasi yang di tampilkan yaitu buram, warna tersebut diambil karena kehidupan yang mereka miliki yang berada di bantaran rel sangat tidak layak dan tampak kumuh dan suram sekaligus untuk mempertegas kesan visual secara dramatis yaitu dengan menggunakan warna chromatik hitam ke putih. Warna kuning untuk mempertegas suatu tagline yang di tampilkan untuk membangun kesan akan kehangatan dari pesan tagline yang di sampaiakan dapat membentuk psikologis yang positif.


(59)

Warna putih di pergunakan untuk menampilkan kesan ketepatan dalam memberikan informasi kepada target sasaran yang di tuju. Warna merah di pergunakan untuk mempertegas point – point yang utama untuk di komunikasikan.


(60)

59

BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA

4.1 Teknis Media 4.1.1. Poster

Ukuran media : A3 (29,7 cm x 42 cm).

Teknis Produksi : Cetak offset separasi, kertas Art paper 260gr, laminasi doff.

Media poster dipakai sebagai media utama dalam perancangan media komunikasi, alasannya adalah karena visual poster yang dibuat untuk menarik perhatian sehingga target audiens tertarik untuk melihatnya, visual yang di tampilkan ke dalam poster dengan pendekatan emosional dengan menampilkan ilustrasi dari salah satu anggota keluarga (anak) dan dengan menambahkan headline sebagai isi pesan secara singkat namun jelas sehingga membuat target sasaran tidak terlalu sulit untuk mencerna isi dari poster ini. Media poster dapat ditempel langsung ke tempat sasaran seperti di tembok.

Media ini dibagi menjadi 3 (tiga) tahapan dalam menyampaikannya dengan visual yang berbeda.


(61)

a. Poster informasi

Gambar 4.1 Poster 1

Pada poster ini menampilkan seorang anak yang sedang di tuntun oleh orang tuanya, yang diartikan bahwa anak-anak yang masih membutuhkan bimbingan dari orang tua untuk menentukan masa depannya nanti. Maka itu pihak orang tua sudah sepatutnya memikirkan nasib masa depannya kelak dengan memahami manfaat dari program relokasi yang di tawarkan.

b. Poster persuasi


(62)

61

Pada poster ini memberikan ajakan dengan menampilkan seorang anak yang sedang asik bermain sendiri di tengah-tengah jalur rel kereta dengan penuh kebahagian tanpa pernah mengetahui keadaan yang sebenarnya dialami. Maka itu pihak orang tua harus lebih memahami bahwa anak-anak memerlukan tempat bermain yang aman.

c. Poster remainding

Gambar 4.3 Poster 3

Pada poster ini bersifat sebagai pengingat dengan menampilkan keluarga kecil yang penuh dengan kebahagiaan walaupun mereka tinggal dengan apa adanya.

4.1.2. Papan Plang

Papan plang ini berfungsi sebagai media informasi kepada masyarakat. Media ini di aplikasikan di pinggir bantaran rel agar informasi yang disampaikan mudah di jumpai oleh masyarakat, karena masyarakat lebih sering melakukan aktifitasnya di pinggir rel. Media ini di buat dengan 2 versi yang berbeda yaitu:

a. Informasi mengenai Peraturan Daerah (Perda). Ukuran media : 63cm x 39 cm.


(63)

Teknis Produksi : Plat dan Besi.

Gambar 4.4 Papan plang 1

Pada papan ini menampilkan informasi mengenai Perda Kota Bandung No.24 tentang izin mendirikan bangunan dengan tujuan agar masyarakat memahami kesalahan yang dilakukannya yaitu dengan mendirikan rumah tanpa seizin dari pihak yang berwenang.

b. Informasi wilayah yang terkena penertiban. Ukuran media : 63cm x 45cm.


(64)

63

Gambar 4.5 Papan plang 2

Pada papan ini menampilkan informasi tentang wilayah yang wajib di tertibkan berdasarkan pada wilayah RW dan RT dimana masyarakat tinggal yang mana sudah di tetapkan. Tujuannya agar masyrakat langsung dapat mengetahui dan memahaminya. 4.1.3.Spanduk

Ukuran : 1m x 4 m.

Teknis produksi : digital printing, bahan flexi.

Spanduk merupakan media outdoor, digunakan sebagai media pendukung dari media utama yaitu poster, pemilihan media ini karena spanduk berukuran besar dengan informasi lebih singkat sehingga dapat terlihat dan dipahami dengan jelas. Aplikasi media ini di depan pintu masuk permukiman dan sekitar wilayah permukiman.


(65)

Gambar 4.6 Spanduk 4.1.4. Brosur

Ukuran media : 30cm x 21 cm.

Teknis Produksi : digital printing, kertas art paper 150 gr.

Brosur digunakan sebagai media pendukung, pemilihan media ini karena brosur dapat menerangkan informasi secara detail, brosur juga dapat dibagikan secara langsung kepada target sasaran.

Gambar 4.7 Brosur depan


(66)

65

4.1.5. Billboard

Ukuran : 3m x 6m

Teknis produksi : digital printing, bahan flexi / vynil

Billboard merupakan media outdoor, digunakan sebagai media pendukung dari media utama yaitu poster, pemilihan media ini karena billboard berukuran besar dengan informasi lebih singkat sehingga dapat terlihat dan dipahami dengan jelas. Aplikasi media ini di tempatkan di jalan umum dekat dengan tempat pekerjaan seperti di pasar

Gambar 4.9 Billboard 4.1.6. Sticker

Ukuran : A6 (10.5cm x 14.8cm).

Teknis produksi : digital printing, bahan cromo.

Sticker digunakan sebagai media pendukung dari media utama yaitu poster, pemilihan media ini karena sticker bersifat aplikatif yang bisa di tempatkan dimana saja.


(67)

Gambar 4.10 Sticker 4.1.7. Koran

Ukuran :22.5cm x 15cm.

Teknis produksi : Bahan kertas koran ( surat kabar Pikiran Rakyat).

Koran digunakan sebagai media pendukung, pemilihan media ini untuk menjangkau secara luas tentang informasi yang disampaikan kepada target sasaran tentang apa yang selalu di alami oleh anggota keluarga. Informasi ini akan di aplikasikan pada media cetak surat kabar.


(68)

67

4.1.8. Plat Nomor Rumah Ukuran : 25cm x 19cm

Teknis produksi : Sablon, bahan alumunium 3mm

Media ini digunakan sebagai media pendukung, pemilihan media ini sebagai tanda pada setiap rumah yang akan di relokasi dan dapat mengajak dengan memberikan pesan dalam sebuah tagline. Meida ini di aplikasikan pada setiap rumah.

Gambar 4.12 Plat nomor rumah 4.1.9. Flyer

Ukuran : A5(14.8cm x 21cm)

Teknis produksi : Cetak offset, Art Paper 150gr

Mengajak dengan pendekatan secara mengingatkan akan kebahagiaan anak-anak. Dengan langsung diberikan kepada target sasaran


(69)

Gambar 4.13 Flyer 4.1.10. Formulir

Ukuran : A4 (29.7cm x 21cm)

Teknis produksi : Digital Printing, kertas HVS 80gr

Media penunjang sebagai bentuk teknis dari penyelenggaraan program relokasi bagi masyarakat yang akan mendaftarkan.


(70)

69

4.1.11. Kartu Relokasi

Ukuran : 8.5cm x 5.5cm.

Teknis produksi : Digital Printing Hvs 80 gr.

Media penunjang sebagai bentuk teknis dari penyelenggaraan program relokasi yang di fungsikan sebagai tanda bagi masyarakat yang sudah terdaftar.

Gambar 4.15 Kartu 4.1.12. T-shirt

Ukuran : All size (M).

Teknis produksi : Sablon, kain katun combat.

Kaos digunakan sebagai merchandise media. Alasan pemilihan media ini adalah karena pesan yang di aplikasi kan pada kaos dapat berfungsi sebagai media pengingat untuk diri sendiri dan orang lain serta mempunyai nilai guna.


(71)

4.1.13. Topi

Ukuran :All size.

Teknis produksi : Bordir.

Topi digunakan sebagai merchandise media. Alasan pemilihan media ini adalah karena pesan yang di aplikasi kan pada Topi dapat berfungsi sebagai media pengingat serta mempunyai nilai guna.

Gambar 4.17 Topi 4.1.14. Kalender

Ukuran : 29.7cm X 42cm.

Teknis produksi : Cetak offset, kertas Art paper.

Kalender digunakan sebagai merchandise media. Alasan pemilihan media ini adalah karena pesan yang di aplikasi kan pada kalender dapat berfungsi sebagai media pengingat.


(72)

71

Gambar 4.18 Kalender 4.1.16. Gantungan Kunci

Ukuran : diameter 4,5.

Teknis produksi : Plastik pvc.

Gantungan kunci digunakan sebagai merchandise media. Alasan pemilihan media ini adalah karena pesan yang di aplikasi kan pada gantungan kunci dapat berfungsi sebagai media pengingat serta mempunyai nilai guna.


(73)

4.2. Spesifikasi Hardware dan Software 4.2.1 Spesifikasi Hardware

Komputer pribadi Intel dual core E 2160 1.80 GHz, 2.00 GB of RAM ATI Radeon X1050

Approx total memory 512 4.2.2 Spesifikasi Software

Windows XP Professional (5.01.2600 Service Pack 3)

Perangkat lunak yang digunakan adalah Adobe Photoshop CS3, Corel X3, Microsoft Office Word 2007 dan Power Point 2007.


(74)

73

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, dudi. (2010). Bandung Dalam Angka. Bandung: Badan Pusat Statistik.

Antar Venus, Drs. M.A. (2009). Manajemen Kampanye. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Artikel Buletin Kerabat Perumahan dan Permukiman Juli 2009.

Budihardjo, Eko. (1992). Sejumlah Masalah Permukiman Kota. Bandung: PT. Alumni.

Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung. (2008). Percepatan Pembangunan Rumah Susun Bagi Masyarakat Menengah Bawah. Bandung: Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya.

Dkk, Komarudin. (1999). Pembangunan perkotaan berwawasan lingkungan. Jakarta: Direktorat Jendral Cipta Karya.

Herman hermit, ir. MT.(2009). Komentar Atas Undang-undang Perumahan dan Permukiman. Bandung: CV.Mandar Maju.

http://www.bandung.go.id di akses pada November 2010.

http://perkeretaapian.dephub.go.id/ di akses pada tanggal 17 November 2010.

http://bto.depnakertrans.go.id/ di akses pada tanggal 22 Mei 2011. (http://www.Indosiar.com) di akses pada tanggal 7 juni 2011. (http://www.Elshinta.com) di akses pada tanggal 7 juni 2011. (http://www.Bataviase.co.id) di akses pada tanggal 7 juni 2011.


(75)

Novitasari, Diah. (2010). Permukiman Kumuh Di Pinggiran Kota. Tersedia di: http://www.diah blog.com [20 Maret 2011].

Tim pustaka phoenix. (2011). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT. Media Pustaka Phoenix.

Yudohusodo, siswono. (1991). Rumah Untuk Seluruh Rakyat. Jakarta: INNKOPPOL, Unit Percetakan Bharakerta.

Yunus, Hadi Sabari. (2000). Struktur Tata Ruang Kota. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.


(76)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Ilham Magrobi

Alamat : Jl.Merdeka. Gg. Dharma Bakti RT 03

RW 04 Pabuaran Sibang Tangerang

Kode Post : 15114

Nomor Telepon : 08567309635

Email : Magrobi_crab@yahoo.com

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 23 September 1988

Status Marital : Belum Kawin

Warga Negara : Indonesia

Agama : Islam

Riwayat Pendidikan dan Pelatihan

Jenjang Pendidikan :

Periode Sekolah / Institusi / Universitas

Jurusan Jenjang

1994 - 2000 SDN Pabuaran 2 Tangerang 2000 2003 SMP Negeri 6 Tangerang

2003 2006 SMA PGRI 109 Tangerang IPS


(77)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur alhamdulillah atas kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan kesempatan, rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir PERANCANGAN MEDIA KAMPANYE PENERTIBAN PERMUKIMAN BANTARAN REL KERETA API KIARACONDONG-BANDUNG. Penyusunan Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir ini adalah salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Sarjana Program Studi Desain Komunikasi Visual.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi materi serta visual yang di tampilkan yang dikarenakan kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki penulis, namun segala kesulitan, hambatan dan rintangan yang penulis rasakan semuanya dapat teratasi dengan bimbingan, dorongan dan bantuan semua pihak. Untuk itu penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Penyusunan Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir. Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Bandung, 18 Juli 2011


(1)

71 Gambar 4.18 Kalender

4.1.16. Gantungan Kunci Ukuran : diameter 4,5.

Teknis produksi : Plastik pvc.

Gantungan kunci digunakan sebagai merchandise media. Alasan pemilihan media ini adalah karena pesan yang di aplikasi kan pada gantungan kunci dapat berfungsi sebagai media pengingat serta mempunyai nilai guna.


(2)

72 4.2. Spesifikasi Hardware dan Software

4.2.1 Spesifikasi Hardware Komputer pribadi Intel dual core E 2160 1.80 GHz, 2.00 GB of RAM ATI Radeon X1050

Approx total memory 512 4.2.2 Spesifikasi Software

Windows XP Professional (5.01.2600 Service Pack 3)

Perangkat lunak yang digunakan adalah Adobe Photoshop CS3, Corel X3, Microsoft Office Word 2007 dan Power Point 2007.


(3)

73 DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, dudi. (2010). Bandung Dalam Angka. Bandung: Badan Pusat Statistik.

Antar Venus, Drs. M.A. (2009). Manajemen Kampanye. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Artikel Buletin Kerabat Perumahan dan Permukiman Juli 2009.

Budihardjo, Eko. (1992). Sejumlah Masalah Permukiman Kota. Bandung: PT. Alumni.

Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung. (2008). Percepatan Pembangunan Rumah Susun Bagi Masyarakat Menengah Bawah. Bandung: Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya.

Dkk, Komarudin. (1999). Pembangunan perkotaan berwawasan lingkungan. Jakarta: Direktorat Jendral Cipta Karya.

Herman hermit, ir. MT.(2009). Komentar Atas Undang-undang Perumahan

dan Permukiman. Bandung: CV.Mandar Maju.

http://www.bandung.go.id di akses pada November 2010.

http://perkeretaapian.dephub.go.id/ di akses pada tanggal 17 November 2010.

http://bto.depnakertrans.go.id/ di akses pada tanggal 22 Mei 2011. (http://www.Indosiar.com) di akses pada tanggal 7 juni 2011. (http://www.Elshinta.com) di akses pada tanggal 7 juni 2011. (http://www.Bataviase.co.id) di akses pada tanggal 7 juni 2011.


(4)

74 Novitasari, Diah. (2010). Permukiman Kumuh Di Pinggiran Kota. Tersedia di:

http://www.diah blog.com [20 Maret 2011].

Tim pustaka phoenix. (2011). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT. Media Pustaka Phoenix.

Yudohusodo, siswono. (1991). Rumah Untuk Seluruh Rakyat. Jakarta: INNKOPPOL, Unit Percetakan Bharakerta.

Yunus, Hadi Sabari. (2000). Struktur Tata Ruang Kota. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Ilham Magrobi

Alamat : Jl.Merdeka. Gg. Dharma Bakti RT 03 RW 04 Pabuaran Sibang Tangerang

Kode Post : 15114

Nomor Telepon : 08567309635

Email : Magrobi_crab@yahoo.com

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 23 September 1988 Status Marital : Belum Kawin

Warga Negara : Indonesia

Agama : Islam

Riwayat Pendidikan dan Pelatihan

Jenjang Pendidikan :

Periode Sekolah / Institusi / Universitas

Jurusan Jenjang

1994 - 2000 SDN Pabuaran 2 Tangerang 2000 2003 SMP Negeri 6 Tangerang

2003 2006 SMA PGRI 109 Tangerang IPS


(6)

i

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur alhamdulillah atas kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan kesempatan, rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir PERANCANGAN MEDIA KAMPANYE PENERTIBAN PERMUKIMAN BANTARAN REL KERETA API KIARACONDONG-BANDUNG. Penyusunan Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir ini adalah salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Sarjana Program Studi Desain Komunikasi Visual.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi materi serta visual yang di tampilkan yang dikarenakan kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki penulis, namun segala kesulitan, hambatan dan rintangan yang penulis rasakan semuanya dapat teratasi dengan bimbingan, dorongan dan bantuan semua pihak. Untuk itu penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Penyusunan Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir. Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Bandung, 18 Juli 2011