STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA BUDAYA DI KERATON KASEPUHAN CIREBON DALAM UPAYA MENINGKATKAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN.

(1)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... LEMBAR PERNYATAAN ...

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Pariwisata dan Kebudayaan ... 7

1. Pengertian Pariwisata ... 7

2. Pengertian Kebudayaan... 8

3. Wisata Budaya ... 11

B. Definisi Strategi ... 15

1. Pengertian Umum ….. ... 15

2. Pengertian Khusus ... 15

C. pengertian Pengembangan ... 16

1. Pengembangan Wisata... 16

D. Pengertian Keraton ... 18

E. Pengertian Wisatawan ... 18

F. Kerangka Pemikiran ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

A. Lokasi Penelitian ... 22


(2)

C. Metode Penelitian ... 25

D. Variabel Operasional ... 26

E. Definisi Operasional ... 28

F. Teknik Pengumpulan Data ... 28

G. Teknik Analisis Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Gambaran Umum ... 42

B. Potensi Keraton Kasepuhan Cirebon ... 45

1. Potensi Sejarah Keraton Kasepuhan Cirebon ... 45

2. Potensi Arsitektur Baluarti Keraton Kasepuhan ... 49

3.Potensi Wisata Budaya ... 67

C. Aspek Pengembangan Wisata Budaya di Keraton Kasepuhan ... 71

D. Strategi Pengembangan Keraton Kasepuhan Cirebon ... 100

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 102

A. Kesimpulan ... 106

B. Rekomendasi ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 108

LAMPIRAN ……….


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel : Hal

1.1 Data Jumlah Kunjungan Wisatawan Tahun 2007- 2011 ... 3

3.1 Pedoman Observasi Di Keraton Kasepuhan ... 26

3.2 Operasional Variabel... 27

3.3 Kategori Persentase ... 33

3.4 Matriks EFE ... 35

3.5 Matriks IFE ... 36

3.6 Matriks Analisis SWOT ... 41

4.1 Silsilah Kesultanan Kasepuhan ... 41

4.2 Data Kunjungan Wisatawan Tahun 2008-2011 ... 65

4.3 Karakteristik Wisatawan Berdasarkan Domisili ... 72

4.4 Karakteristik Wisatawan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 74

4.5 Karakteristik Wisatawan Berdasarkan Usia ... 75

4.6 Karakteristik Wisatawan Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 76

4.7 Karakteristik Wisatawan Berdasarkan Pekerjaan ... 77

4.8 Karakteristik Wisatawan Berdasarkan Pendapatam ... 78

4.9 Karakteristik Wisatawan Berdasarkan Status Marital ... 80

4.10 Karakteristik Wisatawan Berdasarkan Transportasi ... 81

4.11 Karakteristik Wisatawan Berdasarkan Intensitas Kunjungan ... 83

4.12 Karakteristik Wisatawan Berdasarkan Tipe Kunjungan ... 83

4.13 Karakteristik Wisatawan Berdasarkan Tujuan ... 84

4.14 Media Informasi ... 86

4.15 Penilaian Wisatawan Terhadap Keraton Kasepuhan ... 87

4.16 Matriks IFE ... 93

4.17 Matriks EFE ... 96


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar : Hal

2.1 Kerangka Kebudayaan Menurut Koentjaraningrat ... 8

3.1 Peta Lokasi Keraton Kasepuhan ... 22

3.2 Posisi Dalam Kuadran SWOT ... 37

4.1 Denah Keraton Kasepuhan ... 42

4.2 Denah Baluarti dan Komplek Keraton Kasepuhan ... 50

4.3 Diagram Persentase Domisili Wisatawan ... 73

4.4 Diagram Persentase Jenis Kelamin Wisatawan ... 74

4.5 Diagram Persentase Usia Wisatawan ... 75

4.6 Diagram Persentase Tingkat Pendidikan Wisatawan... 76

4.7 Diagram Persentase Pekerjaan Wisatawan ... 78

4.8 Diagram Persentase Pendapatan Wisatawan... 79

4.9 Diagram Persentase Status Marital Wisatawan ... 80

4.10 Diagram Persentase Transportasi ... 81

4.11 Diagram Persentase Intensitas Kunjungan Wisatawan ... 83

4.12 Diagram Persentase Tipe Kunjungan Wisatawan ... 84

4.13 Diagram Persentase Tujuan Wisatawan ... 85

4.14 Diagram Persentase Media Informasi ... 86


(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Koentjaraningrat (1980) dikutip dari Soelaeman ( 2010 : 21)

„budaya” merupakan perkembangan majemuk dari “budidaya” yang berarti “daya

dari budi” yang berupa cipta, karsa dan rasa, dengan „kebudayaan” yang berarti hasil dari cipta, karsa dan rasa. Dalam pariwisata, budaya dapat dijadikan sebagai salah satu objek daya tarik wisata. Pariwisata budaya pada intinya merupakan jenis pariwisata yang menawarkan kebudayaan yang berupa atraksi budaya baik yang bersifat tangible atau konkret maupun intangible atau abstrak, juga yang bersifat living culture (budaya yang masih berlanjut) dan cultural heritage (warisan budaya masa lalu), sebagai daya tarik utama untuk menarik kunjungan wisatawan.

Dalam living culture, unsur–unsur yang bisa dijadikan sebagai daya tarik antara lain tradisi suatu suku bangsa tertentu, upacara dan ritual keagamaan (living monument), seni pertunjukan, dan sebagainya. Sedangkan dalam cultural heritage, daya tarik yang ditawarkan dapat berupa benda-benda peninggalan sejarah dan purbakala, lansekap budaya, dan sebagainya.

Dalam era global sekarang ini muncul kecenderungan bahwa masyarakat ingin memahami kebudayaan di luar lingkungannya. Menurut James J. Spillane (2003) bahwa produk pariwisata budaya memiliki segmen pasar khusus yaitu para ”knowledge workers” atau dalam istilah kepariwisataan disebut ”mature tourist”


(6)

atau wisatawan yang berpengalaman dimana mereka melakukan perjalanan atau kunjungan kekawasan lain dengan tujuan tidak hanya bersifat recreational tetapi lebih bermotivasi untuk menimba pengalaman melalui keterlibatan langsung dengan aktivitas kehidupan dan tradisi serta budaya masyarakat lokal.

Kota Cirebon merupakan salah satu kota yang terletak di provinsi jawa barat. Lokasinya yang sangat stategis karena berada di perbatasan antara provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Cirebon memiliki potensi wisata yang sangat besar. Keberagaman etnis,budaya, adat, dan tradisi menjadi daya tarik utama di kota ini. Salah satu peninggalan budaya yang ada di kota Cirebon dan patut dilestarikan keberadaannya yaitu objek wisata Keraton Kasepuhan. Keraton Kasepuhan terletak di tengah kota Cirebon tepatnya berada di Jl Keraton Kasepuhan No. 43. Kota Cirebon memiliki 4 Keraton yaitu (Kasepuhan, Kanoman, Kacirebonan, dan keprabonan) beberapa kesamaan yang mungkin menjadi standar dengan Keraton-Keraton tersebut, antara lain menghadap ke Utara, lalu di sebelah Timur terdapat masjid, memiliki alun-alun untuk rakyat berkumpul, serta memiliki patung macan perlambang Prabu Siliwangi. Namun dari keempat Keraton yang ada di Cirebon, hanya Keraton Kasepuhan yang terlihat ramai dikunjungi wisatawan serta memiliki fasilitas yang memadai.

Banyak Potensi yang ada di Keraton Kasepuhan yang dapat dijadikan sebagai objek daya tarik wisata seperti acara Festival Pesisir Cirebon yang di dalamnya terdapat acara kirab budaya yaitu pawai budaya yang diikuti oleh beberapa kota / kabupaten di Jawa Barat diantaranya Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, kabupaten Majalengka, kabupaten Kuningan serta Kabupaten


(7)

Indramayu. Di acara Kirab budaya ini masing – masing kota / kabupaten menunjukkan atraksi budaya yang dimiliki oleh daerahnya. Selain itu ada festival topeng nusantara, festival Keraton nusantara, grebeg syawal, dan lain-lain. Potensi-potensi tersebut belum secara sepenuhnya diketahui oleh masyarakat dan belum dimanfaatkan secara maksimal baik oleh PemKot Cirebon maupun pengelola Keraton Kasepuhan.

Potensi tersebut seharusnya dapat menarik minat kunjungan wisatawan. Namun dilihat dari tingkat kunjungan wisatawan ke destinasi wisata yang menjadikan budaya sebagai atraksi utamanya seperti wisata budaya di Keraton Kasepuhan Cirebon pada bulan tertentu mengalami penurunan. Lebih jelasnya, jumlah kunjungan wisatawan di Keraton Kasepuhan Cirebon dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1 Data Jumlah Kunjungan Wisatawan Di Keraton Kasepuhan Tahun 2007-2011

Bulan

Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

Januari 3.725 3.105 4.469 6.009 6.576

Februari 2.385 3.063 3.579 3.904 6.662

Maret 4.019 3.983 4.900 5.780 5.504

April 3.533 4.271 3.608 4.608 5.303

Mei 2.606 3.643 3.530 4.731 5.949

Juni 3.608 3.909 5.843 5.269 7.726

Juli 3.455 3.847 5.324 7.593 8.076

Agustus 3.669 3.805 3.815 1.756 1.015

September 2.100 378 3.803 5.134 7.469


(8)

Tabel 1.1 Lanjutan

November 2.396 2.727 3.761 3.638 5.210

Desember 3.276 4.486 6.707 8.833 7.689

Total 37.863 41.303 52.325 62.417 72.699

Rata-rata per Tahun 3.155 3.442 4.360 5.201 6.058 Selisih rata-rata per tahun

terhadap kunjungan terendah

1.055 3.064 1.374 3.445 5.043

Sumber : Unit PengelolaKeratonKasepuhan Keterangan :

: AngkaKunjungantertinggi : AngkaKunjunganTerendah

Dari tabel 1.1 dapat kita amati bahwa jumlah pengunjung di objek wisata Keraton Kasepuhan mengalami peningkatan ± 10 % tiap tahunnya. Akan tetapi di bulan-bulan tertentu mengalami penurunan jumlah wisatawan yang sangat signifikan. Bahkan tiap tahun selisih antara rata-rata jumlah kunjungan pertahun terhadap angka kunjungan terendah mengalami penurunan. Hal ini terlihat pada tahun kunjungan 2010 dan 2011. Selisih antara rata-rata kunjungan pertahun mencapai 3.445 wisatawan. Sedangkan pada tahun 2011 jumlah kunjungan wisatawan mengalami penurunan tertinggi, selisih antara rata-rata kunjungan pertahun terhadap angka kunjungan terendah mencapai 5.043.

Banyak aspek yang menyebabkan penurunan kunjungan wisatawan ke Keraton Kasepuhan Cirebon. Sebagai suatu objek wisata tentu tingkat kunjungan wisatawan menjadi salah satu indikator keberhasilan pengelola dalam mengelola Keraton kasepuhan sebagai objek wisata & kawasan cagar budaya. Berdasarkan observasi yang penulis lakukan sebelum melakukan penysunan skripsi ini serta


(9)

melihat kondisi dan wawancara yang penulis lakukan kebeberapa narasumber maupun wisatawan yang berkunjung, maka perlu diadakan penelitian yang komprehensif kedalam suatu karya ilmiah. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkat judul :

Strategi Pengembangan Wisata Budaya Di Keraton Kasepuhan Cirebon Dalam Upaya Meningkatkan Jumlah Kunjungan Wisatawan”.

A.RumusanMasalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan maka penulis mencoba mengidentifikasi masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Potensi apa saja yang dimiliki Keraton Kasepuhan untuk dijadikan sebagai daya tarik wisata budaya?

2. Aspek-aspek apa saja yang terkait pengembangan wisata budaya Keraton Kasepuhan Cirebon?

3. Strategi apa yang perlu dilakukan dalam mengembangkan Keraton Kasepuhan agar menarik minat wisatawan untuk berkunjung?

B.TujuanPenelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi potensi wisata budaya yang ada di Keraton Kasepuhan. 2. Mendeskripsikan aspek-aspek yang terkait pengembangan wisata budaya di


(10)

3. Membuat konsep strategi pengembangan wisata budaya untuk menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Keraton Kasepuhan.

C.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Hasil analisis potensi wisata Keraton Kasepuhan sebagai salah satu daya tarik wisata di kota Cirebon yang dapat dijadikan usulan untuk penelitian selanjutnya.

2. Bagi pengelola, diharapkan penelitian ini dapat menjadi pertimbangan untuk pengembangan wisata budaya di Keraton Kasepuhan.

3. Bagi masyarakat, sebagai sarana dalam menumbuhkan kesadaran dan kepedulian akan budaya lokal dan pariwisata serta sarana informasi dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia.


(11)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi Penelitian

Lokasi KeratonKasepuhan yang dijadikan tempat penelitian, yaitu terletak di Jalan KeratonKasepuhan No. 43 Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon tepatnya pada koordinat 06º 43' 559" Lintang Selatan dan 108º 34' 244" Bujur Timur. Seluruh kompleks Keraton luasnya sekitar 16 Ha ( 400 x 400 ) m. Batas –batas wilayah Keraton Kasepuhan, yaitu :

 Sebelah utara berbatasan dengan Jl. Kasepuhan,

 Sebelah timur berbatasan dengan Jl. Mayor Sastraatmaja,

 Sebelah selatan berbatasan dengan Kali Kriyan,


(12)

Gambar 3.1 Peta Lokasi Keraton Kasepuhan

B.Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi menurut Sugiyono ( 2007: 49) diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakterisktik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh subyek atau objek yang berpengaruh dalam pengembangan wisata budaya Keraton Kasepuhan. Subjeknya yaitu wisatawan yang berkunjung ke Keraton Kasepuhan Cirebon sedangkan untuk objeknya yaitu keraton kasepuhan itu sendiri, kegiatan yang menjadi atraksi seperti upacara, serta benda-benda peninggalan lainnya yang berada di Keraton Kasepuhan Cirebon.

2. Sampel Penelitian

Sampel yang diambil terdiri dari dua sampel, yaitu sampel wilayah dan sampel pengunjung. Teknik dalam pengambilan sampel dilakukan dengan cara aksidental yaitu suatu teknik pengambilan sampel berdasarkan kebetulan. Artinya siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat dijadikan sebagai sampel apabila orang yang kebetulan ditemui tersebut dipandang cocok dan layak sebagai sumber data.

a. Sampel wilayah

Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah Keraton Kasepuhan Cirebon. Dari sampel wilayah dilakukan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui potensi (wisata) yang dimiliki Keraton Kasepuhan Cirebon .


(13)

b. Sampel responden

Sampel responden dari penelitian ini adalah wisatawan yang mengunjungi Keraton Kasepuhan Cirebon. Sampel dalam penelitian ini diambil secara random dimana tiap titik, garis atau bidang dipilih secara random/acak bila tiap unsur yang terdapat dalam populasi tersebut memiliki probabilitas yang sama untuk dipilih (simple random sampling). Sedangkan teknik penentuan sampel dilakukan dengan teknik aksidental. Menurut Sugiyono (2003:60), teknik aksidental adalah suatu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai data. Besaran sampel dari penelitian ini dirumuskan dengan menggunakan Slovin. Berikut ini adalah rumus Slovin yang dimaksud :

) 1 ...( ... ... ... 2 N(e) 1 N n   Keterangan: n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = Presentase kelonggaran ketelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir (e = 0,15)

Berdasarkan rumus (1) di atas dengan populasi sebanyak 72.699 orang, dengan nilai kritis atau batas ketelitian yang diinginkan 15%, maka jumlah sampel yang diperoleh adalah:


(14)

2 N(e) 1 N n   orang 44,4 2 5) 72.699(0,1 1 72.699

n 

 

Sehingga dari perhitungan di atas, dihasilkan sebanyak 45 orang responden yang berkunjung ke Keraton Kasepuhan untuk dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini, dengan batas usia 17 tahun ke atas karena dianggap telah mampu mengambil keputusan yang rasional, serta pernah berkunjung ke kawasan wisata atau objek wisata lain.

C.Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif dan metode survey. Metode deskriptif yaitu dapat mendeskripsikan, memperoleh gambaran dan memaparkan secara sistematis, fluktual, akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang ada di daerah penelitian.

Menurut Winarno Surakhmad (1992:139) berpendapat bahwa : ”penelitian dan deskriptif bertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Pelaksanaan metode deskriptif tidak hanya sampai pengumpulan data tetapi meliputi analisis dan interprestasi tentang data itu, juga menetapkan hubungan dan kedudukan untuk unsur-unsur lainnya.”

Menurut Soehartono (1995:9, 35) mengemukakan bahwa metode survey merupakan metode untuk memperoleh data yang ada pada saat penelitian


(15)

dilakukan, data dikumpulkan melalui beberapa teknik, seperti wawancara dan pengamatan atau observasi. Metode survey ini dapat berupa survey deskriptif yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau kelompok orang tertentu atau hubungan antar suatu gejala atau lebih.

Jadi metode survey dalam penelitian ini yaitu metode penelitian yang melakukan pengamatan, baik bersifat fisik maupun sosial yang diamati dan diambil secara langsung, objek penelitian di lapangan yang mewakili populasi.

D.Variabel Operasional

Tabel 3.1 Pedoman Observasi Di Keraton Kasepuhan Cirebon

POTENSI WISATA

1. Kebudayaan

a. Adat-istiadat Upacara adat b. Musik &Kesenian Tari-tarian

c. Kerajinan Tangan Cinderamata, Batik, Lukisan Kaca

d. Sejarah Sejarah Kasepuhan e. Agama Perkembangan Islam f. Arsitektur Baluarti Kasepuhan g. Masyarakat Suku, etnis di Cirebon h. Makanan &

Kebiasaaan

Tradisi Grebek, Selamatan Bubur Slabuk

FASILITAS WISATA

2. Aksesibilitas

a. Jarak tempuh dari

Kota Cirebon ±5Km b. Angkutan umum Tersedia c. Pintu masuk Tersedia d. Loket karcis Tersedia e. Waktu Tempuh dari

Kota Cirebon ±10 menit

3. Sarana dan Prasarana

a. Kios dan rumah makan

Tersedia b. Sarana ibadah Tersedia c. Sarana kebersihan Tersedia d. Museum Tersedia e. Toko cinderamata Tersedia


(16)

f. Pendampingan

petugas Tersedia

g. Toilet Tersedia

h. Aula Tersedia

i. Lapangan parkir Tersedia

Tabel 3.2 Operasional Variabel

Konsep Variabel Sub Variabel Indikator Ukuran No. Angket

Potensi Wisata adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata dan merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut (Mariotti dalam Yoeti, 1983:160-162). Potensi wisata dibagi menjadi 3 macam yaitu potensi alam, kebudayaan, dan potensi manusia

(Wisnawa, 2011:3)

Kebudayaan i. Adat-istiadat Upacara adat 1.a j. Musik &Kesenian Tari-tarian 1.b

k. Kerajinan Tangan Cinderamata, Batik,

Lukisan Kaca 1.c l. Sejarah Sejarah Kasepuhan 1.d m. Agama Perkembangan Islam 1.e n. Arsitektur Baluarti Kasepuhan 1.f

o. Masyarakat Suku, etnis di

Cirebon 1.g

p. Makanan & Kebiasaaan

Tradisi Grebek, Selamatan Bubur

Slabuk 1.h

Fasilitas wisata adalah suatu yang bersifat melayani dan

mempermudah kegiatan atau aktivitas

pengunjung wisatawan yang dilakukan dalam rangka mendapat pengalaman rekreasi (Marpaung,

Aksesibilitas Praktis Jarak tempuh dari

Kota Cirebon ±5 Km 2.a Tersedia Angkutan

Umum 2.b

Pintu masuk 2.c Loket karcis 2.d Sesuai dengan waktu Waktu Tempuh ±

10 menit 2.e

Sarana dan Prasarana

Berorientasi pada manusia Kios dan rumah

makan 3.a

Sarana ibadah 3.b Sarana kesehatan 3.c Sarana kebersihan 3.d


(17)

2002:78) Toko cinderamata 3.f Pendampingan

petugas 3.g

Toilet 3.h

Aula 3.i

Lapangan parkir 3.j

E.Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karateristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Definisi yang dapat diamati atau diukur itulah yang merupakan kunci definisi operasional (Sugiyono 2002), dalam http://aliefyayang.blogspot.com/). Maka, setiap peneliti sebaiknya menetapkan terlebih dahulu istilah–istilah yang akan dipakai dalam tulisannya. Karena pembaca karangannya (proposal penelitian atau skripsi) tersebut perlu memahami betul istilah – istilah tersebut. Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran judul penelitian, maka penulis memberikan penjelasan tentang konsep yang ada dalam judul penelitian sebagai berikut :

Strategi adalah cara / hal yang dilakukan untuk mencapai tujuan.

Pengembangan adalah proses yang terencana, terarah, teratur, dan bertanggungjawab.

Wisata Budaya adalah kegiatan bepergian bersama-sama dengan tujuan

mengenali hasil kebudayaan setempat.

Keraton adalah tempat tinggal ratu / raja ( sultan) dan memiliki fungsi sebagai


(18)

Keraton Kasepuhan adalah Keraton yang didirikan pada tahun 1529 oleh

Pangeran Mas Mochammad Arifin II (cicit dari Sunan Gunung Jati). Kasepuhan dulunya bernama Keraton Pakungwati.

F. TeknikPengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitan ini, antara lain :

1. Teknik Observasi Lapangan

Teknik observasi lapangan atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengamati kondisi kawasan dan lingkungan sekitarnya, potensi-potensi yang dapat dikembangkan, serta hal-hal yang berpengaruh dalam upaya meningkatkan kunjungan wisatawan di Keraton Kasepuhan.

2. Teknik Wawancara

Teknik wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara menanyakan secara langsung data yang dibutuhkan kepada seseorang yang berwenang. Sugiyono (2009) menyimpulkan bahwa wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Dalam penelitian ini yang menjadi responden wawancara adalah pegawai Unit Pengelola Keraton Kasepuhan ( UPKK), serta wisatawan yang berkunjung ke Keraton Kasepuhan Cirebon.


(19)

3. Teknik Studi Dokumentasi

Teknik studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan melihat, membaca, mempelajari, kemudian mencatat data yang ada hubungannya dengan obyek penelitian. Dokumen yang digunakan dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya – karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2009). Yang menjadi data dokumentasi dalam penelitian ini adalah membaca dan mempelajari dokumen yang terkait dengan strategi pengembangan wisata budaya di Keraton Kasepuhan Cirebon, serta dokumen mengenai data dan gambar yang ada pada kawasan Keraton Kasepuhan.

4. Angket / Quesioner

Angket / questioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat daftar pertanyaan atau pernyataan yang harus diisi atau dijawab oleh responden yang menjadi anggota sampel penelitian. (Sugiono, 2004:162). Angket ini ditujukan kepada pengunjung yang berada di Keraton Kasepuhan.

Langkah-langkah penyusunan kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada pedoman perancangan kesioner yang dikemukakan oleh Malhotra (2005:325) sebagai berikut:

Menentukan informasi yang dibutuhkan.

Menentukan tekhnik pengelolaan kesioner yang digunakan.


(20)

Merancang pertanyaan untuk mengatasi ketidakmampuan dan ketidaksediaan responden menjawab.

Membuat keputusan mengenai stuktur pertanyaan.

Menentukan susunan kata dari pertanyaan

Mengurutkan pertanyaan dalam urutan yang sesuai.

Mengindentifikasi bentuk dan layout kuesioner.

Memperbanyak kuesioner. Survey lapangan.

Analisis data.

Interpretasi data hasil analisis.

G.TeknikPengolahan Data

Teknik analisis data yang diterapkan dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dengan mengolah dan menginterpretasikan data berupa argumen serta data yang bersifat non angka. Tujuan dari metode deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 1988).


(21)

Dengan adanya metode deskriptif kualitatif maka teknik analisa data dilakukan melalui 3 tahapan, yaitu :

1. Reduksi Data, yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data mentah atau data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dengan kata lain proses reduksi data ini dilakukan oleh peneliti secara terus menerus saat melakukan penelitian untuk menghasilkan data sebanyak mungkin.

2. Penyajian Data, yaitu penyusunan informasi yang kompleks ke dalam suatu bentuk yang sistematis, sehingga menjadi lebih selektif dan sederhana serta memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan data dan pengambilan tindakan. Dengan proses penyajian data ini peneliti telah siap dengan data yang telah disederhanakan dan menghasilkan informasi yang sistematis.

3. Kesimpulan, yaitu merupakan tahap akhir dalam proses anlisa data. Pada bagian ini peneliti mengutarakan kesimpulan dari data-data yang telah diperoleh dari observasi, interview, dan dokumentasi. Dengan adanya kesimpulan peneliti akan terasa sempurna karena data yang dihasilkan benar-benar valid atau maksimal. Dengan melalui langkah-langkah tersebut diatas diharapkan penelitian ini dapat memberi bobot tersendiri terhadap hasil penelitian yang peneliti sajikan. (http://yukngeblogyuk.blogspot.com/2009/04/metode-deskriptif-kualitatif.html).

1. Analisis Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data primer yang dilakukan dengan cara menyebarkan angket, dan yang menjadi responden dalam kuesioner


(22)

ini adalah wisatawan yang mengunjungi Keraton Kasepuhan berjumlah 45 responden dan sebagai acuan dalam mendapatkan responden penulis menggunakan rumus Slovin dalam perhitungannya.

Apabila form isian kuesioner telah tersebar, terkumpul, dan terisi, selanjutnya dianalisis dengan menyajikan data dalam bentuk tabel (tabulasi data) dengan menggunakan rumus presentase yang merupakan teknik statistik sederhana yang digunakan untuk melihat seberapa banyak kecenderungan frekuensi jawaban yang diberikan responden, yaitu:

Dimana:

P = persentase

f = frekuensi dari setiap jawaban yang dipilih responden n = jumlah seluruh frekuensi alternatif jawaban yang menjadi

pilihan responden (jumlah sampel) 100% = konstanta

Setelah dilakukan perhitungan, maka menurut Santoso (2001:57), hasil persentase tersebut ditafsirkan dengan kategori sebagai berikut:

Tabel 3.3 Kategori Persentase

Persentase Kategori

0 % Tidak seorang pun

1 % - 24 % Sebagian kecil 25 % - 49 % Hampir setengahnya

50 % Setengahnya

51 % - 74 % Sebagian besar 75 % - 99 % Hampir seluruhnya


(23)

(Sumber: Santoso, 2001:57)

b. Teknik SWOT

Teknik pengolahan data yang digunakan penulis adalah menggunakan teknik analisis SWOT, analisis SWOT adalah sebuah bentuk analisis situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisis ini menempatkan situasi dan kondisi sebagai sebagai faktor masukan, yang kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Satu hal yang harus diingat baik-baik oleh para pengguna analisa SWOT, bahwa analisis SWOT adalah semata-mata sebuah alat analisis yang ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi atau yang mungkin akan dihadapi oleh organisasi, dan bukan sebuah alat analisis ajaib yang mampu memberikan jalan keluar bagi masalah-masalah yang dihadapi oleh organisasi.

c. Matriks EFE (External Factors Evaluation)

Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal perusahaan. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisa hal-hal yang menyangkut persoalan eksternal relevan perusahaan. Hal ini penting karena faktor


(24)

eksternal berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap perusahaan. Berikut ini tahapan kerja Matriks EFE :

1. Buatlah daftar faktor-faktor utama yang mempunyai dampak penting pada kesuksesan atau kegagalan usaha untuk aspek eksternal yang mencakup peluang dan ancaman bagi perusahaan.

2. Tentukan bobot dari faktor-faktor tadi dengan skala yang lebih tinggi bagi yang berprestasi tinggi dan begitu pula sebaliknya. Jumlah seluruh bobot harus bernilaisatu ( 1) . Nilai bobot dinilai dan dihitung berdasarkan rata-rata.

3. Tentukan rating setiap faktor-faktor tadi antara 1 – 4, dimana : 1 = dibawah rata-rata

2 = rata-rata 3 = diatas rata-rata 4 = sangat bagus

4. Kalikan nilai bobot dengan nilai rating-nya untuk mendapatkan skor semua faktor-faktor tadi.

5 Jumlahkan skor untuk mendapatkan skor total bagi perusahaan yang dinilai. Skor total 4,0 mengindikasikan bahwa perusahaan merespon dengan cara yang luar biasa pada peluang-peluang yang ada dan menhindari ancaman-ancaman di pasar industrinya. Sementara itu, skor total sebesar 1,0 menunjukkan bahwa perusahaan tidak memanfaatkan peluang-peluang yang ada atau tidak menghindari ancaman-ancaman eksternal. Contoh tabel Matriks EFE dapat dilihat pada Tabel 3.4.


(25)

Key External Factors Bobot Rating Skor Peluang

- -

Ancaman -

-

Total 1,00

(Sumber :Diktat Kuliah Strategi Pengembangan& Pengelolaan, 2009)

d. Matriks IFE (Internal Factors Evaluation)

Matriks IFE digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting. Data dan informasi aspek internal perusahaan dapat digali dari beberapa fungsional perusahaan. Berikut ini tahapan kerja matriks IFE :

1. Buatlah daftar faktor-faktor utama yang mempunyai dampak penting pada kesuksesan atau kegagalan usaha untuk aspek eksternal yang mencakup peluang dan ancaman bagi perusahaan.

2. Tentukan bobot dari faktor-faktor tadi dengan skala yang lebih tinggi bagi yang berprestasi tinggi dan begitu pula sebaliknya. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1. Nilai bobot dinilai dan dihitung berdasarkan rata-rata industrinya.

3. Beri rating (nilai) 1 sampai 4 masing-masing faktor yang memiliki nilai : 1 = dibawah rata-rata

2 = rata-rata 3 = diatas rata-rata


(26)

3 = sangat bagus.

4. Kalikan antara bobot dengan rating dari masing-masing faktor untuk menentukan nilai skornya.

5. Jumlahkan skor untuk mendapatkan skor total bagi perusahaan yang dinilai. Nilai rata-rata adalah 2,5. Jika nilainya dibawah 2,5 menandakan bahwa secara internal perusahaan adalah lemah, sedangkan apabila nilainya diatas 2,5 menunjukkan posisi internal yang kuat. Seperti halnya pada matriks EFE, matriks IFE terdiri dari cukup banyak faktor. Jumlah faktor-faktornya tidak berdampak pada jumlah bobot karena ia selalu berjumlah 1,0.Contoh tabel Matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3Matriks IFE

(Sumber :Diktat

Kuliah Strategi Pengembangan& Pengelolaan, 2009)

e. Positioning Kuadran SWOT

Sebelumnya telah dibahas mengenai matriks IFE dan EFE. Dari matriks IFE dapat diketahui posisi sumbu X dengan rumus sebagai berikut :

X = Total Kekuatan – Total Kelemahan

Sedangkan dari matriks EFE dapat diketahui posisi sumbu Y dengan rumus sebagai berikut :

Key Internal Factors Bobot Rating Skor Kekuatan

- -

Kelemahan -

-


(27)

Y = Total Peluang – Total Ancaman

Berdasarkan matriks IFE dan EFE tersebut dapat diketahui posisi sumbu X dan posisi sumbu Y yang menentukan posisi di kuadran SWOT dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut.

Kelemahan (Weakness)

W

Peluang (Opportunity)

O

Kekuatan (Strength)

S

Kuadran III

(-,+) Ubah Strategi

Kuadran I

(+,+) Progresif

Kuadran IV

(-,-) Strategi Bertahan

Kuadran II

(+,-) Diversifikasi Strategi

T

Ancaman (Threath)

Gambar 3.1 Posisi dalam Kuadran SWOT

Sumber: Pearce dan Robinson, 1998

Kuadran I (positif, positif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.


(28)

Kuadran II (positif, negatif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenanya, organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya.

Kuadran III (negatif, positif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi, artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.

Kuadran IV (negatif, negatif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi Bertahan, artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya organisasi disarankan untuk meenggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri.


(29)

Matriks SWOT/TOWS adalah alat untuk menyusun faktor-faktor strategis organisasi yang dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi organisasi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini memiliki 4 buah strategi, yaitu :

1. Strategi SO (Strength - Opportunity)

Strategi SO adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan jalan pikiran organisasi yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan internal untuk dapat menarik keuntungan dari peluang eksternal. Jika sebuah perusahaan memiliki kelemahan besar, maka perusahaan akan berjuang untuk mengatasinya dan mengubahnya menjadi kekuatan. Tatkala sebuah organisasi dihadapkan pada ancaman yang besar, maka perusahaan akan berusaha menghindarinya untuk berkonsentrasi pada peluang.

2. Strategi WO (Weakness - Opportunity)

Strategi WO adalah strategi yang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal. Terkadang, peluang-peluang besar muncul, tetapi perusahaan memiliki kelemahan internal yang menghalanginya memanfaatkan peluang tersebut.

3. Strategi ST (Strength - Treath)

Strategi ST adalah strategi yang menggunakan kekuatan sebuah perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Hal ini bukan berarti bahwa suatu organisasi yang kuat harus selalu menghadapi ancaman secara langsung di dalam lingkaran eksternal.


(30)

Strategi WT adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan kegiatan yang bersifat defensif untuk mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal.

Untuk lebih jelas, berikut ini adalah delapan tahap bagaimana penentuan strategi dibangun melalui matriks TOWS / SWOT. Tahapan yang dimaksud adalah :

1) Buat daftar peluang dan ancaman eksternal perusahaan, masukkan ke dalam tabel EFE (External Factors Evaluation).

2) Buat daftar kekuatan dan kelemahan kunci internal perusahaan, masukkan ke dalam tabel IFE (Internal Factors Evaluation).

3) Cocokkan kekuatan-kekuatan internal dan peluang-peluang eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi SO.

4) Cocokkan kelemahan-kelemahan internal dan peluang-peluang eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi WO.

5) Cocokkan kekuatan-kekuatan internal dan ancaman-ancaman eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi ST.

6) Cocokkan kelemahan-kelemahan internal dan ancaman-ancaman eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi WT.

Tabel 3.4 Matriks Analisis SWOT


(31)

EFE (Kekuatan) (Kelemahan)

Oppurtunity

(Peluang)

S – O Strategy W – O Strategy

Threat

(Ancaman)

S – T Strategy W – T Strategy


(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya mengenai strategi pengembangan wisata budaya yang ada di Keraton Kasepuhan dalam upaya meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, maka dapat disimpulkan hal – hal berikut ini :

1. Keraton Kasepuhan memiliki potensi wisata yang dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata budaya diantaranya sejarah Keraton Kasepuhan, Baluarti Keraton Kasepuhan, benda – benda peninggalan bersejarah, acara ritual muludan / panjang jimat, grebeg syawal, selametan bubur slabuk, tradisi pembuatan kue apem, selametan lebaran Idul Fitri.

2. Berdasarkan penelitian dari hasil kuisioner yaitu mengenai karakteristik wisatawan, intensitas kunjungan wisatawan, tipe unjungan wisatawan, tujuan wisatawan, media informasi, penilaian wisatawan terhadap Keraton Kasepuhan dapat diketahui pengembangan Keraton Kasepuhan. Pengembangan atraksi untuk menarik minat lebih banyak minat wisatawan untuk mengunjungi Keraton ini perlu ditingkatkan.

3. Analisis penelitian dengan menggunakan analisis SWOT dietahui kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman yang dapat memberikan strategi yang tepat


(33)

untuk pengembangan Keraton Kasepuhan seperti menambah dan memperbaiki fasilitas, pelatihan guide, pembenukan manajemen, dan mengadakan festival lainnya serta mempromosikan Keraton Kasepuhan Cirebon dengan sosialisasi ke sekolah-sekolah dan pemilihan duta keraton.

4. Rekomendasi

Setelah menjelaskan potensi dan kendala yang ada, penulis membuat saran atau masukan bagi pihak pengelola Keraton Kasepuhan yang dapat dijadikan acuan dalam pengembangan Keraton. Rekomendasi tersebut tersebut antara lain :

1. Memperbaiki bagian – bagian yang rusak di dalam keraton serta menambah fasilitas yang diperlukan untuk kenyamanan wisatawan.

2. Membenahi manajemen yang ada agar mampu bersaing dan mempertahankan Keraton Kasepuhan sebagai daya tarik wisata budaya yang ada di Kota Cirebon. 3. Perlunya peran serta pemerintah, swasta dan masyarkat dalam hal pengembangan,

pengelolaan dan pemeliharaan Keraton Kasepuhan.

4. Melakukan promosi, sosialisasi ataupun himbauan untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke Keraton Kasepuhan.

5. Membuat agenda wisata yang dapat membantu calon wisatawan untuk mengetahui event / acara apa yang akan ia kunjungi nantinya.


(34)

(35)

108

DAFTAR PUSTAKA

Alwi,Hasan. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. David, Fred. (2009). Strategic Management. Jakarta: Salemba empat.

Fandeli, Chafid. (2002). Perencanaan Kepariwisataan Alam. Yogyakarta : Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada.

Kertawibawa, Besta, Besuki. (2007). Dinasti Raja Petapa Pangeran Cakrabuana Sang Perintis Kerajaan Cirebon. Bandung : Kiblat.

Marpaung, Happy. 2002. Pengantar Pariwisata. Alfabeta, Bandung. Maryaeni.2005. Metode Penelitian kebudayaan. Bumi Aksara, Jakarta.

Munandar Soelaeman, M. 2010. Ilmu Budaya Dasar. Refika Aditama, Bandung. Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Prawiraredja, Muhammad, Sugianto. (2005). Cirebon : Falsafah, Tradisi dan, Adat Budaya. Jakarta : Perum Percetakan Negara RI.

Pendit, N.S. (2003). Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT.Pradyna Paramita

Rangkuti, Freddy. (2009). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Sastrayuda, Gumelar. (2009). Modul Perkuliahan Strategi Pengembangan& Pengelolaan. Bandung.

Soehartono, Irawan. DR. (2004). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono, Dr. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suwartono,Gamal. 1997. Dasar-dasar Pariwisata.Andi. Yogyakarta. Wardiyanta. 2006. Metode Penelitian Pariwisata. Andi, Jogjakatya.


(36)

109

Yoeti, Oka A. 2008. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Pradnya Paramitha, Jakarta.

Zuhdi, Susanto. 1996. “Cirebon Sebagai Bandar Jalur Sutra” Kumpulan Makalah Diskusi Ilmiah. Defit Prima Karya, Jakarta.

Search Online :

Cahyadi, Anggoro. ( 2010, 27 januari ). PENGEMBANGAN PARIWISATA BUDAYA DAN TANTANGANNYA (online). Tersedia : http://anggorocahyadi.wordpress.com/2010/01/27/pengembangan-pariwisata-budaya-dan-tantangannya/ ( diakses pada 20 April 2012)

Rhamadani, Eka . Sejarah Cirebon (Online) tersedia : http://silihasih.blog.com/sejarah-cirebon/ (diakses pada 20 April 2012)

Wulan, PItri. (2011, 25 Juli). Pengertian Pengembangan ( online) Tersedia :


(1)

EFE (Kekuatan) (Kelemahan) Oppurtunity

(Peluang)

S – O Strategy W – O Strategy

Threat (Ancaman)

S – T Strategy W – T Strategy


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya mengenai strategi pengembangan wisata budaya yang ada di Keraton Kasepuhan dalam upaya meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, maka dapat disimpulkan hal – hal berikut ini :

1. Keraton Kasepuhan memiliki potensi wisata yang dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata budaya diantaranya sejarah Keraton Kasepuhan, Baluarti Keraton Kasepuhan, benda – benda peninggalan bersejarah, acara ritual muludan / panjang jimat, grebeg syawal, selametan bubur slabuk, tradisi pembuatan kue apem, selametan lebaran Idul Fitri.

2. Berdasarkan penelitian dari hasil kuisioner yaitu mengenai karakteristik wisatawan, intensitas kunjungan wisatawan, tipe unjungan wisatawan, tujuan wisatawan, media informasi, penilaian wisatawan terhadap Keraton Kasepuhan dapat diketahui pengembangan Keraton Kasepuhan. Pengembangan atraksi untuk menarik minat lebih banyak minat wisatawan untuk mengunjungi Keraton ini perlu ditingkatkan.

3. Analisis penelitian dengan menggunakan analisis SWOT dietahui kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman yang dapat memberikan strategi yang tepat


(3)

untuk pengembangan Keraton Kasepuhan seperti menambah dan memperbaiki fasilitas, pelatihan guide, pembenukan manajemen, dan mengadakan festival lainnya serta mempromosikan Keraton Kasepuhan Cirebon dengan sosialisasi ke sekolah-sekolah dan pemilihan duta keraton.

4. Rekomendasi

Setelah menjelaskan potensi dan kendala yang ada, penulis membuat saran atau masukan bagi pihak pengelola Keraton Kasepuhan yang dapat dijadikan acuan dalam pengembangan Keraton. Rekomendasi tersebut tersebut antara lain :

1. Memperbaiki bagian – bagian yang rusak di dalam keraton serta menambah fasilitas yang diperlukan untuk kenyamanan wisatawan.

2. Membenahi manajemen yang ada agar mampu bersaing dan mempertahankan Keraton Kasepuhan sebagai daya tarik wisata budaya yang ada di Kota Cirebon. 3. Perlunya peran serta pemerintah, swasta dan masyarkat dalam hal pengembangan,

pengelolaan dan pemeliharaan Keraton Kasepuhan.

4. Melakukan promosi, sosialisasi ataupun himbauan untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke Keraton Kasepuhan.

5. Membuat agenda wisata yang dapat membantu calon wisatawan untuk mengetahui event / acara apa yang akan ia kunjungi nantinya.


(4)

(5)

108

DAFTAR PUSTAKA

Alwi,Hasan. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. David, Fred. (2009). Strategic Management. Jakarta: Salemba empat.

Fandeli, Chafid. (2002). Perencanaan Kepariwisataan Alam. Yogyakarta : Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada.

Kertawibawa, Besta, Besuki. (2007). Dinasti Raja Petapa Pangeran Cakrabuana Sang Perintis Kerajaan Cirebon. Bandung : Kiblat.

Marpaung, Happy. 2002. Pengantar Pariwisata. Alfabeta, Bandung. Maryaeni.2005. Metode Penelitian kebudayaan. Bumi Aksara, Jakarta.

Munandar Soelaeman, M. 2010. Ilmu Budaya Dasar. Refika Aditama, Bandung. Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Prawiraredja, Muhammad, Sugianto. (2005). Cirebon : Falsafah, Tradisi dan, Adat Budaya. Jakarta : Perum Percetakan Negara RI.

Pendit, N.S. (2003). Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT.Pradyna Paramita

Rangkuti, Freddy. (2009). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Sastrayuda, Gumelar. (2009). Modul Perkuliahan Strategi Pengembangan& Pengelolaan. Bandung.

Soehartono, Irawan. DR. (2004). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono, Dr. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta


(6)

109

Yoeti, Oka A. 2008. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Pradnya Paramitha, Jakarta.

Zuhdi, Susanto. 1996. “Cirebon Sebagai Bandar Jalur Sutra” Kumpulan Makalah Diskusi Ilmiah. Defit Prima Karya, Jakarta.

Search Online :

Cahyadi, Anggoro. ( 2010, 27 januari ). PENGEMBANGAN PARIWISATA

BUDAYA DAN TANTANGANNYA (online). Tersedia :

http://anggorocahyadi.wordpress.com/2010/01/27/pengembangan-pariwisata-budaya-dan-tantangannya/ ( diakses pada 20 April 2012)

Rhamadani, Eka . Sejarah Cirebon (Online) tersedia : http://silihasih.blog.com/sejarah-cirebon/ (diakses pada 20 April 2012)

Wulan, PItri. (2011, 25 Juli). Pengertian Pengembangan ( online) Tersedia :