Deformasi plastis menyeluruh Severe Plastic Deformation

Syarat – syarat atap yang harus di penuhi antara lain: 1. Konstruksi atap harus kuat menahan beratnya sendiri dan tahan terhadap tekanan maupun tiupan angin 2. Pemilihan bentuk atap yang akan dipakai hendaknya sedemikian rupa, sehingga menambah keindahaan serta kenyamanaan bertempat tinggal bagi penghuninya 3. Agar rangka atap tidak mudah diserang oleh rayapbubuk, perlu diberi lapisan pengawet 4. Bahan penutup atap harus tahan terhadap pengaruh cuaca 5. Kemiringan atau sudut lereng atap harus disesuaikan dengan jenis bahan penutupnya maka kemiringannya dibuat lebih landai. 6. Tahan panas dan tahan api. Aluminium adalah bahan yang belakangan dipilih untuk digunakan sebagai material dari pembuatan atap. Keunggulan utamanya adalah massanya yg ringan dengan kekuatan menengah dan daya tahan terhadap korosi serta kemampuannya untuk merefleksikan kembali sinar matahari. Di Indonesia klasifikasi penggunaan aluminium sebagai atap terdapat dalam SNI 03-2583- 1989 aluminium lembaran bergelombang untuk atap dan dinding. Sesuai standar tersebut salah satu jenis aluminium yang dapat digunakan sebagai bahan atap adalah seri 5005 dengan spesifikasi kekuatan mekanis seperti pada tabel 2.2 Tabel 2.2 Kekuatan mekanis aluminium 5005 Form Proof stress 0.2 Ultimate Tensile Strength, MPa Hardness, Brinnel sheet 60 120 30 Sumber: http:aluminium.matter.uk.org

2.2 Deformasi plastis menyeluruh Severe Plastic Deformation

Deformasi plastis menyeluruh adalah salah satu proses untuk memperoleh struktur kristal yang sangat halus dalam logam, yang memiliki Universitas Sumatera Utara struktur kristalografi yang berbeda Zrnik, J, 2008. Proses deformasi plastis menyeluruh dapat didefinisikan sebagai proses-proses yang menyebabkan regangan plastis yang sangat tinggi pada logam untuk menghasilkankan penghalusan butir Srinivasan, R, 2006. Jumlah tegangan plastis yang dihasilkan oleh logam klasik dalam proses operasi seringkali terbatas karena kegagalan material atau alat. Metode pembentukan tekan lebih disukai untuk menghambat terjadi nukleasi, pertumbuhan dan koalesensi yang mengarah pada rapuhan bahan. Dalam beberapa proses seperti rolling atau drawing pengurangan ukuran dari ketebalan material dapat dicapai. Namun, bentuk yang dihasilkan oleh proses cukup besar untuk digunakan dalam konversi lebih lanjut menjadi produk. Jadi proses pembentukan logam baru mampu menghasilkan deformasi plastis yang sangat besar atau menyeluruh SPD tanpa perubahan besar dalam geometri Olejnik, L, 2005. Berikut ini adalah beberapa metode deformasi menyeluruh: 1. High Pressure Torsion HPT, Valiev at al., 1997 Deformasi plastik menyeluruh dengan high pressure torsion menyebabkan terjadi deformasi didalam cakram di antara dua landasan di mana satu landasan berputar terhadap landasan lainnya yang mencengkram material seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.5. Metode ini terbatas pada cakram kecil. Deformasi yang terinduksi selama HPT adalah tidak seragam dari pusat ke diameter luar Srinivasan, R, 2006. Gambar 2.5 Persentasi secara skematik dari High pressure torsion Universitas Sumatera Utara 2. Equal Channel Angular Pressing ECAP, Segal, 1977 Equal channel angular pressing adalah suatu prosedur proses dimana material diberikan regangan plastis berupa geseran sederhana dengan penekanan melalui cetakan dua saluran. Cetakan ini terdiri dari dua saluran yang berbentuk L dengan penampang sama dan memiliki sudut θ antara dua saluran tersebut, seperti terlihat pada Gambar 2.6. Regangan yang besar akibat penekanan pada proses Cetak Tekan ini mengakibatkan perubahan pada struktur butir Srinivasan, R, 2006. Gambar 2.6 Persentasi secara skematik dari Equal channel angular pressing 3. Cyclic Extrusion-Compression CEC, J. and M. Richert, Zasadzinski, Korbel, 1979 Richert J. dkk. datang dengan ide Cyclic extrusion-compression CEC, CEC melibatkan aliran berputar dari logam antara ekstrusi bolak- balik dan ruang kompresi, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.7. Efek deformasi jelas bisa dicapai dengan bingkaicetakan tetap dan pukulan bergerak atau sebaliknya. Gambar 2.7 Persentasi secara skematik dari Cyclic extrusion-compression Universitas Sumatera Utara 4. Multiaxial Forging CCDF, Ghosh, 1988 Multi-Axial CompressionsForgings terjadi deformasi dari sampel penampang persegi panjang melalui serangkaian kompresi sehingga dimensi awal bilet yang dipertahankan. Arah penempatan diubah melalui dari sudut 90 antara kompresi yang berurutan. Skema satu langkah Multi-Axial CompressionsForgings ditunjukkan pada Gambar 2.8. Multi-Axial CompressionsForgings sangat efektif didalam memproduksi struktur butir halus, tetapi kekurangannya adalah distribusi regangan tidak seragam sepanjang bilet penampang. Namun ketidak seragaman ini dapat dihilangkan dengan pelumasan yang baik pada bilet dan melalui sejumlah langkah kompresitempa. Gambar 2.8 Persentasi secara skematik dari Multiaxial forging 5. Accumulatibe Roll-Bonding ARB, Saito, Tsuji, Utsunomiya, Sakai, 1998 Teknik ini menggunakan mesin pengerolan logam konvensional. Lempengan logam dirol sehingga ketebalannya berkurang setengahnya dari tebal awal logam sebelum dirol. Kemudian lempengan logam yang telah dirol dipotong menjadi 2 bagian, dan ditumpuk menjadi 1 lapisan, kemudian dirol kembali sehingga ketebalannya berkurang setengahnya dari tebal awal. Proses ini terus berulang-ulang dilakukan sehingga regangan yang sangat besar bisa diperoleh dan terkumpul pada logam yang diproses. Prosesnya seperti yang ditunjukkan gamba 2.9. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.9 Persentasi secara skematik dari Accumulative Roll-Bonding 6. Repetitive Corrugation And Straightening RCS, Zhu, Lowe, Jiang, Huang, 2001 Selama proses RCS, benda kerja berulang-ulang mengalami pembengkokan dan pelurusan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.10. Dengan proses ini, akumulasi tegangan tinggi sambil mempertahankan bentuk benda kerja awal. Proses ini dapat berlangsung secara terus menerus atau terputus-putus. Benda kerja diratakan diluar dengan cetakan datar dalam proses yang terputus-putus dan gulungan halus dalam proses yang berlangsung secara terus menerus. Gambar 2.10 Persentasi secara skematik dari RCS

2.3 Accumulative Roll-Bonding ARB