ANALISIS LAHAN KRITIS DI KECAMTAN ONANRUNGGU KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 -2015.

(1)

ANALISIS LAHAN KRITIS DI KECAMTAN

ONANRUNGGU KABUPATEN SAMOSIR

TAHUN 2014 -2015

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperolah

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

MELDA WINDA L PANJAITAN

NIM. 3123331034

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Melda Winda L. Panjaitan. NIM 3123331034. Analisis Lahan Kritis

Di Kecamatan Onanrunggu Kabupaten Samosir Tahun 2014-2015. Skripsi, Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan, 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pertambahan luas lahan kritis di Kecamatan Onanrunggu pada tahun 2014 dan 2015, (2) faktor penyebab terjadinya lahan kritis (kemiringan lereng, tanah, erosi, vegetasi penutup lahan di kecamatan Onanrunggu.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lahan kritis yang ada di Kecamatan Onanrunggu dengan luas 6.089 hektar. Sampelnya adalah bagian dari populasi yang dapat mewakili populasi. Sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik overlay ( tumpang tindih ) peta kemiringan lereng, jenis tanah, dan penggunaan lahan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Kecamatan Onanrunggu mengalami pertambahan luas lahan kritis selama 1 tahun dari tahun 2014-2015 yaitu seluas 56,01 Ha, dengan jumlah luas lahan 175,68 Ha pada tahun 2014 bertambah menjadi 231,69 Ha pada tahun 2015. (2) faktor penyebab terjadinya lahan kritis di Kecamatan Onanrunggu adalah (a) kemiringan lereng, hal ini dikarenakan 31,13% wilayah Kecamatan Onanrunggu berada pada kemiringan lereng >40%. (b) tanah, jenis tanah di Kecamatan Onanrunggu menurut Soil Taxonony Tanah (USDA) ada 3 (tiga) ordo yaitu : (1) Ultisol (2) Inceptisol (3) Entisol. Dimana secara umum tingkat kesuburan tanahnya sangat rendah, dengan PH berkisar masam sampai agak masam. Tekstur dan kedalaman tanah ordo Entisol dan sebagian Inceptisol sangat dangkal (<30 cm) sehingga tingkat bahaya erosinya termasuk dalam kriteria sedang sampai sangat berat.(c) erosi, pada lahan kritis di Kecamatan Onanrunggu faktor erosi tidak mempengaruhi pertambahan luas lahan kritis karena berdasarkan hasil observasi vegetasi penutup lahan di Kecamatan Onanrunggu masih tergolong baik dan belum pernah terjadi erosi. (d). Vegetasi penutup lahan, vegetasi penutup lahan di Kecamatan Onanrunggu bervariasi yaitu terdiri dari lahan persawahan dengan luas 94.500 Ha (20,41%), dan lahan kering seluas 105.900 Ha (22,87%) dan Bangunan pekarangan seluas 11.700 Ha(2,52%) dan penggunaan lahan lainnya seluas 250.800 Ha (54,18%).


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Lahan Kritis di Kecamatan Onanrungu Kabupaten Samosir Tahun 2014-2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk memenuhi persyaratan sebagai tugas akhir studi Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, Namun berkat dukungan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan dan seluruh Stafnya.

2. Ibu Dra. Nurmala Brutu, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

3. Bapak Drs. Ali Nurman, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

4. Bapak Dr. Sugiharto, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik Penulis Selama Perkuliahan.

5. Bapak Drs. Kamarlin Pinem, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan arahan dari awal sampai akhir penulisan skripsi.


(7)

6. Bapak/Ibu Dosen di Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan yang telah memberikan pembelajaran yang berharga kepada penulis selama perkuliahan.

7. Bapak Kepala BAPPEDA Kabupaten Samosir dan seluruh stafnya. 8. Bapak Kepala BPS Kabupaten Samosir dan seluruh stafnya.

9. Bapak Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Samosir dan seluruh stafnya. 10.Bapak Camat Kecamatan Onanrunggu dan seluruh stafnya.

11.Seluruh Kepala Desa di Kecamatan Onanrunggu yang telah membantu penulis dalam memperoleh data.

12.Teristimewa penulis ucapkan kepada ayahanda Busmin Panjaitan dan ibunda tercinta Manuria E. Pakpahan serta abang Henri Samosir, dan adik Samuel Panjaitan dan Rio Panjaitan yang telah menemani penulis selama melakukan penelitian dan senantiasa memberikan dukungan, semangat, dan doa untuk penulis selama kuliah.

13.Bapak Hayat Siagian yang telah mendukung dan memberikan motivasi kepada penulis selama kuliah.

14.Fauzi Sitinjak yang telah menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini serta memberikan dukungan dan arahan kepada penulis serta motivasi, doa untuk penulis selama kuliah.

15.Nuri Nikmatin, S.Pd yang telah memberikan nasehat dan dukungan bagi penulis selama kuliah dan dalam menyelesaikan skripsi.

16.Sahabat pengukir kenangan Hans Patra Siagian, Gita Rotua Pakpahan.

17.Teman seperjuangan dan sepenanggungan selama perkuliahan Anisa Mawaddah, Aulya Pratiwi, Deni Purba, Debby Desniwati Samosir, Fajar


(8)

Anggiansyah Ritonga, Hilda Syahrani Pasaribu, Julinar Veronika, Jhon Edy Tarigan, Kristina Lukia Tambun, Nora Shanty Sinaga, Reski Cetrin Turnip, Suci Rahmadayani, Teguh Al Fajar, Wahyu Arif Nasution, Romelin Hutabarat, Sinta Simatupang, Sartika Hutasoit, Sonita Sinaga, Rosenni Naibaho, Rika Meri Samosir, Sofi Novita Tambunan, Riski Aprina dan seluruh keluarga besar AB ekstensi 2012 semoga pertemanan kita tidak pernah terhapus oleh tempat, masa, maupun waktu.

18.Terima kasih buat orang yang telah mencintai, menyayangi, serta mendoakan penulis.

Akhir kata, harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca terkhusus untuk Jurusan Pendidikan Geografi.

Medan, September 2016 Penulis,


(9)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULI SAN ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Kerangka Teoritis ... 7

B. Penelitian Relevan ... 27

C. Kerangka Berpikir ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 35

A. Lokasi Penelitian ... 35

B. Populasi dan Sampel ... 35

C. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 36

D. Tehnik Pengumpulan Data ... 40


(10)

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH ... 47

A. Keadaan Fisik ... 47

B. Keadaan Non fisik ... 55

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 67

A. Hasil ... 67

B. Pembahasan ... 76

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 82

A. Kesimpulan ... 82

B. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84


(11)

DAFTAR TABEL

No Uraian Hal

1. Klasifikasi Kemiringan Lereng ... 13

2. Klasifikasi Kedalaman Efektif Tanah ... 16

3. Kriteria Kesuburan Tanah ... 17

4. Klasifikasi Tekstur Tanah ... 18

5. Klasifikasi Erosi ... 19

6. Perbandingan Penelitian Terdahulu ... 30

7. Sumber Data Primer dan Sekunder ... 40

8. Luas Wilayah Per desa Kecamatan Onanrunggu ... 48

9. Luas Kemiringan Lereng Kecamatan Onanrunggu ... 50

10. Sifat-Sifat Tanah di Kecamatan Onanrunggu Kab. Samosir ... 52

11. Penggunaan Lahan di Kecamatan Onanrunggu ... 53

12. Persentase Luas Lahan Sawah Kecamatan Onanrunggu ... 54

13. Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Onanrunggu ... 56

14. Jumlah Penduduk Menurut Umur di Kecamatan Onanrunggu ... 57

15. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 59

16. Komposisi Penduduk Menurut Suku Bangsa ... 60

17. Sarana Pendidikan Kecamatan Onanrunggu ... 61

18. Sarana Kesehatan Kecamatan Onanrunggu ... 62

19. Sarana Ibadah Kecamatan Onanrunggu ... 63

20. Panjang Jalan Menurut Jenisnya ... 64

21. Jenis Alat Transportasi di Kecamatan Onanrunggu ... 64

22. Jumlah Lahan Kritis di Kecamatan Onanrunggu ... 68

23. Pengelompokan Jenis Lahan Kritis Tahun 2015 ... 71

24. Luas Kemiringan Lereng di Kecamatan Onanrunggu ... 72

25. Tekstur Tanah Kecamatan Onanrunggu ... 73

26. Tingkat Erosi Kecamatan Onanrunggu ... 74


(12)

(13)

DAFTAR GAMBAR

No Uraian Hal

1. SkemaKerangkaBerfikir ... 34

2. Diagram Alir ... 47

3. Lahan Semi Kritis ... 69

4. LahanPotensialKritis ... 70

5. LahanKritis ... 70


(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi segala kebutuhan hidup, sehingga dalam pengelolaannya harus sesuai dengan kemampuannya agar tidak menurunkan produktivitas lahan. Dalam penggunaan lahan sering tidak memperhatikan kelestarian lahan terutama pada lahan – lahan yang mempunyai keterbatasan - keterbatasaan baik keterbatasan fisik maupun kimia. Lahan tidak terlindung dari pukulan air hujan secara langsung, akibat berberkurangnya bahan organik, aliran permukaan lebih besar daripada yang meresap ke dalam tanah dan sebagainya maka tanah akan berkurang produktivitasnya. Dengan adanya kondisi ini apabila berlangsung terus menerus sangat dikhawatirkan akan terjadi lahan kritis yang akan mengakibatkan penurunan kesuburan tanah dan produktivitas tanah.

Lahan kritis merupakan kondisi lahan yang terjadi karena tidak sesuainya kemampuan lahan dengan penggunaan lahannya, sehingga mengakibatkan kerusakan lahan secara fisik, khemis, maupun biologis Untuk menanggulangi adanya lahan kritis perlu dilakukan rehabilitasi lahan. Rehabilitasi lahan adalah usaha yang sungguh-sungguh dalam memulihkan kondisi lahan baik secara fisik, kimia maupun organik agar lahan kembali dapat produktif (Sitanala Arsyad,1989).


(15)

2

lahan. Masalah tersebut dapat menyebabkan terjadinya pengeksploitasian lahan pertanian yang terus menerus tanpa memperhatikan kaidah-kaidah konservasi, sehingga menyebabkan penurunan produktifitas lahan baik sifatnya sementara maupun tetap yang pada gilirannya akan berdampak pada perubahan ekosistem yang menyebabkan terjadinya lahan kritis.

Lahan Kritis merupakan lahan yang telah mengalami kerusakan secara fisik, kimia, dan biologis. Lahan tersebut mengalami kemerosotan kesuburannya baik secara fisik maupun kimia dan biologi. Sehingga lahan tersebut tidak dapat berfungsi secara baik sesuai dengan peruntukannya sebagai media produksi maupun sebagai media tata air. Lahan kritis memiliki kondisi lingkungan yang sangat beragam tergantung pada penyebab kerusakan lahan. Secara umum dapat dikatakan bahwa kondisi lahan kritis menyebabkan tanaman tidak cukup mendapatkan air dan unsur hara, kondisi fisik tanah yang tidak memungkinkan akar berkembang dan proses infiltrasi air hujan. Lahan kritis ditandai oleh rusaknya struktur tanah, menurunnya kualitas dan kuantitas bahan organik, defisiensi hara dan terganggunya siklus hidrologi, perlu direhabilitasi dan ditingkatkan produktivitasnya agar lahan dapat kembali berfungsi sebagai suatu ekosistem yang baik atau menghasilkan sesuatu yang bersifat ekonomis bagi manusia (Jamulya, 2012).

Pada hakikatnya lahan kritis merupakan lahan yang sudah tidak berfungsi sebagai media pengatur tata air dan unsur produksi pertanian yang baik dicirikan oleh keadaan penutup vegetasi <25%, topografi dengan kemiringan >15%, atau ditandai dengan adanya gejala erosi lembar ( sheet erosion ) dan erosi parit (gully


(16)

3

adalah lahan yang tidak produktif akibat penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya. Pendayagunaan lahan atau tanah yang kurang tetap akan menyebabkan lahan atau tanah tersebut menjadi rusak (kritis) dan kehilangan fungsinya. Hilangnya fungsi produksi dari sumber daya tanah dapat terus menerus diperbaharui, karena diperlukan waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk pembentukan tanah tersebut.

Secara morfologi Kecamatan Onanrunggu memiliki morfologi perbukitan dan pegunungan, sehingga proses-proses pengikisan permukaan tanah oleh air hujan mengakibatkan erosi dan longsor berjalan intensif. Penduduk di Kecamatan Onanrunggu sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dengan mengolah lahan di lereng perbukitan. Cara pemanfaatan lahan untuk kegiatan pertanian masih belum menerapkan kaidah konservasi tanah dan air. Penggunaan lahan di Kecamatan Onan Runggu seluas 462.900 Ha, yang terbagi menjadi lahan persawahan dengan luas 94.500 Ha, dan lahan kering seluas 105.900 Ha dan Bangunan pekarangan seluas 11.700 Ha dan penggunaan lahan lainnya seluas 250.800 Ha. (Kecamatan Onan Runggu dalam Angka Tahun 2014) yang tersebar di desa-desa yang ada di Kecamatan Onanrunggu. Salah satu penyebab terjadinya lahan kritis adalah dipengaruhi oleh erosi dan air hujan. Laju erosi akan menjadi lebih berbahaya apabila didukung oleh hilangnya tutupan tanah, lahan berlereng dan panjang ketebalan olahan tanah sehingga terangkutnya bahan organik yang ada di atas permukaan tanah oleh aliran permukaan (run off). Erosi adalah peristiwa terdispersinya agregat tanah


(17)

4

Terjadi pertambahan luas lahan kritis di kecamatan Onanrunggu seluas 56,01 Ha selama 1 tahun, dengan luas 175,68 Ha (pada tahun 2014) dan 231,69 Ha (pada tahun 2015) (Sumber, Badan Pusat Statistika Kabupaten Samosir. BPS 2015). Kecamatan Onanrunggu Kabupaten Samosir yang mempunyai luas 6089Ha. Kecamatan Onanrunggu berada pada ketinggian 904-1355 meter di atas permukaan laut (mdpl). Kondisi seperti ini harus segera dilakukan upaya- upaya untuk menekan semakin meluasnya lahan kritis baik kritis secara fisik maupun secara kimia dengan jalan merehabilitasi maupun pencegahan perlakuan-perlakuan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahannya. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang Analisis Lahan Kritis Di Kecamatan Onanrunggu Kabupaten Samosir.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, permasalahan lahan kritis di Kecamatan Onanrunggu diantaranya adalah : 1) Penggunaan lahan kurang memperhatikan kelestarian lahan terutama pada lahan–lahan yang mempunyai keterbatasan-keterbatasaan baik keterbatasan fisik maupun kimia sehingga memicu terjadinya lahan kritis. 2) Adanya pendayagunaan lahan atau tanah yang kurang tepat menyebabkan lahan atau tanah tersebut menjadi rusak (kritis) dan kehilangan fungsinya. 3) Terjadinya lahan kritis dipengaruhi oleh erosi dan air hujan. 4) Laju erosi akan menjadi lebih berbahaya apabila didukung oleh hilangnya tutupan tanah, lahan berlereng dan panjang ketebalan olahan tanah sehingga terangkutnya bahan organik yang ada di atas permukaan tanah oleh aliran permukaan (run off).


(18)

5

5) Terjadi pertambahan luas lahan kritis di kecamatan Onanrunggu seluas 56,01 Ha selama 1 tahun, dengan luas 175,68 Ha (pada tahun 2014) menjadi 231,69 Ha (pada tahun 2015).

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka masalah yang akan diteliti adalah :

1. Pertambahan luas lahan kritis di Kecamatan Onanrunggu tahun 2014 -2015

2. Faktor penyebab terjadinya lahan kritis (kemiringan lereng, tanah, erosi, vegetasi penutup lahan) di Kecamatan Onanrunggu

D. Rumusan Masalah

Sebagai rumusan masalah dalam penenlitian ini, berdasarkan identifkasi masalah dan pembatasan masalah adalah sebagai berikut :

1. Berapakah pertambahan luas lahan kritis di Kecamatan Onanrunggu pada tahun 2014 dan 2015?

2. Apakah faktor penyebab terjadinya lahan kritis (kemiringan lereng, tanah, erosi, vegetasi penutup lahan) di kecamatan Onanrunggu?


(19)

6

E.Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pertambahan luas lahan kritis di Kecamatan Onanrunggu pada tahun 2014 dan 2015.

2. Faktor penyebab terjadinya lahan kritis (kemiringan lereng, tanah, erosi, vegetasi penutup lahan) di kecamatan Onanrunggu.

F. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis mampu berguna untuk Geografi UNIMED dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan mengenai penggunaan lahan dengan lahan kritis.

2. Memberikan informasi yang berguna dalam mempertimbangkan pengembangan wilayah dan sebagai arahan bagi tata guna lahan di daerah Kecamatan Onanrunggu

3. Penelitian ini mampu menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi peneliti maupun pembaca mengenai masalah yang diteliti dalam penelitian ini.

4. Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian yang berhubungan masalah yang akan dikaji dengan penelitian ini.


(20)

82

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa :

1. Kecamatan Onanrunggu mengalami pertambahan luas lahan kritis selama 1 tahun sebesar 56,01 Ha yaitu dengan jumlah luas lahan 175,68 Ha pada tahun 2014 bertambah menjadi 231,69 Ha pada tahun 2015.

2. Terjadinya lahan kritis di Kecamatan Onanrunggu disebabkan oleh faktor (a) kemiringan lereng, hal ini dikarenakan 31,13% wilayah Kecamatan Onanrunggu berada pada kemiringan lereng >40%. (b) tanah, jenis tanah di Kecamatan Onanrunggu menurut Soil Taxonony Tanah (USDA) ada 3 (tiga) ordo yaitu : (1) Ultisol (2) Inceptisol (3) Entisol. Dimana secara umum tingkat kesuburan tanahnya sangat rendah, dengan PH berkisar masam sampai agak masam. Tekstur dan kedalaman tanah ordo Entisol dan sebagian Inceptisol sangat dangkal (<30 cm) sehingga tingkat bahaya erosinya termasuk dalam kriteria sedang sampai sangat berat.(c) erosi, pada lahan kritis di Kecamatan Onanrunggu faktor erosi tidak mempengaruhi pertambahan luas lahan kritis karena berdasarkan hasil observasi vegetasi penutup lahan di Kecamatan Onanrunggu masih tergolong baik dan belum pernah terjadi erosi. (d) Vegetasi penutup lahan, vegetasi penutup lahan di Kecamatan Onanrunggu bervariasi yaitu terdiri dari lahan persawahan dengan


(21)

83

Bangunan pekarangan seluas 11.700 Ha(2,52%) dan penggunaan lahan lainnya seluas 250.800 Ha (54,18%).

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas dapat diberikan beberapa saran antara lain :

1. Penggunaan lahan di Kecamatan Onanrunggu perlu diperhatikan dan dijaga kelestariannya dan perlu adanya arahan penggunaan lahan bagi lahan pertanian yang ada pada daerah penelitian untuk memaksimalkan produksi lahan, dengan kondisi tersebut diharapkan Pemerintah setempat dapat mengoptimalkan penggunaan lahan kritis dengan meningkatkan sifat fisik kimia tanah pada lahan kritis.

2. Upaya untuk mereklamasi atau mengelola lahan-lahan kritis harus dipertimbangkan dahulu tingkat kerusakan yang terjadi pada lahan tersebut. Reklamasi lahan-lahan kritis dapat dilakukan dengan penanaman tanaman penghijauan, yaitu secara teknis lahan kritis tidak dapat diolah untuk tujuan usaha pertanian tanaman semusim dan harus dikelola dengan melakukan penghijauan dengan menanam tanaman tahunan.


(22)

84

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Edisi ke-2. Bogor: IPB Press.

Barus, dkk.2011. Laporan Akhir Penyusunan Kriteria Lahan Kritis. Bogor: Pusat Pengkajian Pengembangan Wilayah (P4W) Institut Pertanian Bogor.

Buhtari, 1997. Kajian Geomorfologi Untuk Evaluasi Lahan Kritis.Skripsi. Universitas Gadjah Mada : Fakultas Geografi.

Kartasapoetra,dkk.2005. Teknologi Konservasi tanah dan Air. Jakarta: Bina Aksara.

Nurcahyo, Sidik. 2008. Analisis Lahan Kritis di Kecamatan Musuk Kabupaten

Boyolali. Skripsi. Universitas Gadjah Mada : Fakultas Geografi.

Sartohadi, dkk. 2012. Pengantar Geografi Tanah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Siregar, yusnawiyah, 2008. Identifikasi pemanfaatan lahan kritis. Skripsi.

Universitas Gadjah Mada : Fakultas Geografi.

Siswanto.2006. Evaluasi Sumber Daya Lahan. Surabaya: UPN Press.

Suharjo, 2003.Rehabilitas Lahan Kritis berbasis Masyarakat Daerah Kecamatan

Jenar Kabupaten Sragen. Skripsi. Universitas Gadjah Mada : Fakultas

Geografi.

Sukoco, Mas dkk. 1991. Evaluasi Sumberdaya Lahan Dasar Perpetaan Tematik. Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Yogya.

Tim Fakultas Geografi UGM, 1988. Inventarisasi Luas dan Tingkat lahan Kritis

Jawa Tengah Bagian Utara. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Treman ,I Wayan.20 Pemetaan Lahan Kritis Di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng. Skripsi. Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Yogya. Yusuf, kasmat.2003. Tanah Dan Lahan. Surabaya: UPN Press.

Suripin. 2001. Pelestarian Sumber Daya Tanah Air Dan Air. Yogyakarta : ANDI Awaludin. 2011. Pembuatan peta satuan lahan. http://Blogsot.com. Diakses

tanggal 14 juni 2015. Dari (http://awaluddinzaenuri. Blogspot.com/2011/09/pembuatan-peta-satuan-lahan_19.html).


(23)

85

Lembaga Penelitian Tanah. 1975. Beberapa Data Dan Masalah Percobaan

Konservasi Tanah Untuk Pencegahan Erosi. Bogor.

Buckman, H. O dan N. C Brady. 1982. Ilmu Tanah. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Setiawan, A. I. 2003. Penghijauan Lahan Kritis. PenebarSwadaya, Jakarta. Susanto, R. 2005. Dasar–dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Kanisius,

Yogyakarta.

Tan K.H. 1982. Kimia Tanah. Gajah Mada University Press, Yokyakarta. Utomo, W.H. 1989. Konservasi Tanah di Indonesia. Rajawali Press, Jakarta. Poerwowidodo, T. 1998. Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Jakarta.

Abdullah, T.S. 1993. Survei Tanah dan Evaluasi Lahan. Penebar Swadaya, jakarta.

Guslim. 1996. Klimatologi Pertanian. Cetakan ke IX, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Medan.

Rosmarkam. A. N.W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius, Jakarta. Siswanto, 2006. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Surabaya : UPN Press


(1)

5) Terjadi pertambahan luas lahan kritis di kecamatan Onanrunggu seluas 56,01 Ha selama 1 tahun, dengan luas 175,68 Ha (pada tahun 2014) menjadi 231,69 Ha (pada tahun 2015).

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka masalah yang akan diteliti adalah :

1. Pertambahan luas lahan kritis di Kecamatan Onanrunggu tahun 2014 -2015

2. Faktor penyebab terjadinya lahan kritis (kemiringan lereng, tanah, erosi, vegetasi penutup lahan) di Kecamatan Onanrunggu

D. Rumusan Masalah

Sebagai rumusan masalah dalam penenlitian ini, berdasarkan identifkasi masalah dan pembatasan masalah adalah sebagai berikut :

1. Berapakah pertambahan luas lahan kritis di Kecamatan Onanrunggu pada tahun 2014 dan 2015?

2. Apakah faktor penyebab terjadinya lahan kritis (kemiringan lereng, tanah, erosi, vegetasi penutup lahan) di kecamatan Onanrunggu?


(2)

E.Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pertambahan luas lahan kritis di Kecamatan Onanrunggu pada tahun 2014 dan 2015.

2. Faktor penyebab terjadinya lahan kritis (kemiringan lereng, tanah, erosi, vegetasi penutup lahan) di kecamatan Onanrunggu.

F. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis mampu berguna untuk Geografi UNIMED dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan mengenai penggunaan lahan dengan lahan kritis.

2. Memberikan informasi yang berguna dalam mempertimbangkan pengembangan wilayah dan sebagai arahan bagi tata guna lahan di daerah Kecamatan Onanrunggu

3. Penelitian ini mampu menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi peneliti maupun pembaca mengenai masalah yang diteliti dalam penelitian ini.

4. Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian yang berhubungan masalah yang akan dikaji dengan penelitian ini.


(3)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa :

1. Kecamatan Onanrunggu mengalami pertambahan luas lahan kritis selama 1 tahun sebesar 56,01 Ha yaitu dengan jumlah luas lahan 175,68 Ha pada tahun 2014 bertambah menjadi 231,69 Ha pada tahun 2015.

2. Terjadinya lahan kritis di Kecamatan Onanrunggu disebabkan oleh faktor (a) kemiringan lereng, hal ini dikarenakan 31,13% wilayah Kecamatan Onanrunggu berada pada kemiringan lereng >40%. (b) tanah, jenis tanah di Kecamatan Onanrunggu menurut Soil Taxonony Tanah (USDA) ada 3 (tiga) ordo yaitu : (1) Ultisol (2) Inceptisol (3) Entisol. Dimana secara umum tingkat kesuburan tanahnya sangat rendah, dengan PH berkisar masam sampai agak masam. Tekstur dan kedalaman tanah ordo Entisol dan sebagian Inceptisol sangat dangkal (<30 cm) sehingga tingkat bahaya erosinya termasuk dalam kriteria sedang sampai sangat berat.(c) erosi, pada lahan kritis di Kecamatan Onanrunggu faktor erosi tidak mempengaruhi pertambahan luas lahan kritis karena berdasarkan hasil observasi vegetasi penutup lahan di Kecamatan Onanrunggu masih tergolong baik dan belum pernah terjadi erosi. (d) Vegetasi penutup lahan, vegetasi penutup lahan di Kecamatan Onanrunggu bervariasi yaitu terdiri dari lahan persawahan dengan luas 94.500 Ha (20,41%), dan lahan kering seluas 105.900 Ha (22,87%) dan


(4)

Bangunan pekarangan seluas 11.700 Ha(2,52%) dan penggunaan lahan lainnya seluas 250.800 Ha (54,18%).

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas dapat diberikan beberapa saran antara lain : 1. Penggunaan lahan di Kecamatan Onanrunggu perlu diperhatikan dan dijaga

kelestariannya dan perlu adanya arahan penggunaan lahan bagi lahan pertanian yang ada pada daerah penelitian untuk memaksimalkan produksi lahan, dengan kondisi tersebut diharapkan Pemerintah setempat dapat mengoptimalkan penggunaan lahan kritis dengan meningkatkan sifat fisik kimia tanah pada lahan kritis.

2. Upaya untuk mereklamasi atau mengelola lahan-lahan kritis harus dipertimbangkan dahulu tingkat kerusakan yang terjadi pada lahan tersebut. Reklamasi lahan-lahan kritis dapat dilakukan dengan penanaman tanaman penghijauan, yaitu secara teknis lahan kritis tidak dapat diolah untuk tujuan usaha pertanian tanaman semusim dan harus dikelola dengan melakukan penghijauan dengan menanam tanaman tahunan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Edisi ke-2. Bogor: IPB Press.

Barus, dkk.2011. Laporan Akhir Penyusunan Kriteria Lahan Kritis. Bogor: Pusat Pengkajian Pengembangan Wilayah (P4W) Institut Pertanian Bogor.

Buhtari, 1997. Kajian Geomorfologi Untuk Evaluasi Lahan Kritis.Skripsi. Universitas Gadjah Mada : Fakultas Geografi.

Kartasapoetra,dkk.2005. Teknologi Konservasi tanah dan Air. Jakarta: Bina Aksara.

Nurcahyo, Sidik. 2008. Analisis Lahan Kritis di Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali. Skripsi. Universitas Gadjah Mada : Fakultas Geografi.

Sartohadi, dkk. 2012. Pengantar Geografi Tanah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Siregar, yusnawiyah, 2008. Identifikasi pemanfaatan lahan kritis. Skripsi.

Universitas Gadjah Mada : Fakultas Geografi.

Siswanto.2006. Evaluasi Sumber Daya Lahan. Surabaya: UPN Press.

Suharjo, 2003.Rehabilitas Lahan Kritis berbasis Masyarakat Daerah Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen. Skripsi. Universitas Gadjah Mada : Fakultas Geografi.

Sukoco, Mas dkk. 1991. Evaluasi Sumberdaya Lahan Dasar Perpetaan Tematik. Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Yogya.

Tim Fakultas Geografi UGM, 1988. Inventarisasi Luas dan Tingkat lahan Kritis Jawa Tengah Bagian Utara. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Treman ,I Wayan.20 Pemetaan Lahan Kritis Di Kecamatan Banjar, Kabupaten

Buleleng. Skripsi. Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Yogya. Yusuf, kasmat.2003. Tanah Dan Lahan. Surabaya: UPN Press.

Suripin. 2001. Pelestarian Sumber Daya Tanah Air Dan Air. Yogyakarta : ANDI Awaludin. 2011. Pembuatan peta satuan lahan. http://Blogsot.com. Diakses

tanggal 14 juni 2015. Dari (http://awaluddinzaenuri. Blogspot.com/2011/09/pembuatan-peta-satuan-lahan_19.html).

Kang Biauw Tjwan. 1969. Pengantar Ilmu Tanah. Percet.IPB-Bogor.

Balittanah. 2014. Tanah Andosol Di Indonesia. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian : Bogor


(6)

Lembaga Penelitian Tanah. 1975. Beberapa Data Dan Masalah Percobaan Konservasi Tanah Untuk Pencegahan Erosi. Bogor.

Buckman, H. O dan N. C Brady. 1982. Ilmu Tanah. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Setiawan, A. I. 2003. Penghijauan Lahan Kritis. PenebarSwadaya, Jakarta. Susanto, R. 2005. Dasar–dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Kanisius,

Yogyakarta.

Tan K.H. 1982. Kimia Tanah. Gajah Mada University Press, Yokyakarta. Utomo, W.H. 1989. Konservasi Tanah di Indonesia. Rajawali Press, Jakarta. Poerwowidodo, T. 1998. Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Jakarta.

Abdullah, T.S. 1993. Survei Tanah dan Evaluasi Lahan. Penebar Swadaya, jakarta.

Guslim. 1996. Klimatologi Pertanian. Cetakan ke IX, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Medan.

Rosmarkam. A. N.W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius, Jakarta. Siswanto, 2006. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Surabaya : UPN Press