FTIR Fourier Transform Infra-Red SEM Scanning Electron Microscope

nilai absorbansinya 0.004 sedangkan batas deteksi adalah konsentrasi suatu unsur dalam larutan yang memberikan signal setara dengan dua kali deviasi standar dari suatu segi pengukuran standar yang konsentrasinya mendekati blanko Day, 2002. SSA pada umumnya terdiri dari tiga komponen utama, yaitu sumber radiasi, pembakar dan nyala. Seperangkat sumber yang dapat memberikan garis emisi yang tajam dari suatu unsur spesifik tertentu dikenal sebagai lampu pijar Hollow cathode. Lampu ini berisi gas mulia yang bertekanan rendah dan memiliki dua elektroda, satu diantaranya berbentuk silinder dan terbuat dari unsur yang sama dengan unsur yang dianalisis Gary, 1986. Pembakar dan nyala pada SSA disesuaikan dengan karakteristik unsur yang dianalisa. Nyala terdiri dari bahan bakar dan oksidan. Umumnya bahan bakar yang digunakan adalah propana, butana, hidrogen, dan asetilen sedangkan oksidatornya adalah udara, oksigen, N 2 O dan asetilen. Logam-logam yang mudah diuapkan umumnya memerlukan nyala pada suhu yang lebih rendah, sedangkan untuk unsur-unsur yang tidak mudah diatomisasi memerlukan suhu yang lebih tinggi. Suhu yang tinggi dapat dicapai dengan menggunakan suatu oksidator bersama dengan gas pembakar, seperti untuk atomisasi unsur alkali yang kerap kali membentuk refaktori harus menggunakan campuran asetilena udara.

B. FTIR Fourier Transform Infra-Red

Prinsip spektroskopi Inframerah yaitu radiasi IR akan melewati sampel dimana sebagian radiasi akan diserap dan lainnya akan diteruskan melewati transmitan sehingga menghasilkan suatu spektum. Spektroskopi inframerah dapat Universitas Sumatera Utara digunakan untuk mengidentifikasi sampel yang belum dikenal, menentukan kualitas sampel dan untuk menentukan berapa jumlah sampel dalam campuran. Derajat deasetilasi juga dapat ditentukan dari spektra FTIR, dimana derajat deasetilasi menunjukkan persentase perbandingan serapan gugus N-H dengan gugus C=O dari amida. Proses deasetilasi pada kitosan mengakibatkan berkurangnya kuantitas gugus C=O dari amida sehingga absorbansi gugus C=O dari amida juga akan mengalami penurunan. Berdasarkan Proton Laboratories Inc.Nuraida, 2000 yang menyatakan bahwa kitosan memiliki derajat deasetilasi ≥ 70, sedangkan kitin memiliki derajat deasetilasi 70. Dengan mengetahui derajat deasetilasi maka polimer kitin dan kitosan dapat dibedakan.

C. SEM Scanning Electron Microscope

Kata mikroskop microscope berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata micron=kecil dan scopos=tujuan, yang maksudnya adalah alat yang digunakan untuk melihat obyek yang terlalu kecil untuk dilihat oleh mata secara langsung. Mikroskop elektron ditemukan tahun 1932 untuk melihat benda berukuran di bawah 200 nanometer. Mikroskop elektron menggunakan sinar elektron yang panjang gelombangnya lebih pendek dari cahaya sehingga mikroskop elektron mempunyai kemampuan pembesaran obyek resolusi yang lebih tinggi dibanding mikroskop optik. Ada dua jenis mikroskop elektron yang biasa digunakan, yaitu tunneling electron microscopy TEM dan scanning electron microscopy SEM yang dikembangkan pertama kali oleh peneliti Jerman, Ernst Ruska dan Max Knoll. TEM bekerja dengan Universitas Sumatera Utara prinsip menembakkan elektron ke lapisan tipis sampel, yang selanjutnya informasi tentang komposisi struktur dalam sampel tersebut dapat terdeteksi dari analisis sifat tumbukan, pantulan maupun fase sinar elektron yang menembus lapisan tipis tersebut. Sedangkan SEM bekerja berdasarkan prinsip scan sinar elektron pada permukaan sampel, yang selanjutnya informasi yang didapatkan diubah menjadi gambar.

2.7 Krom Cr