Krom Cr Interaksi Logam dengan Kitin dan Kitosan

prinsip menembakkan elektron ke lapisan tipis sampel, yang selanjutnya informasi tentang komposisi struktur dalam sampel tersebut dapat terdeteksi dari analisis sifat tumbukan, pantulan maupun fase sinar elektron yang menembus lapisan tipis tersebut. Sedangkan SEM bekerja berdasarkan prinsip scan sinar elektron pada permukaan sampel, yang selanjutnya informasi yang didapatkan diubah menjadi gambar.

2.7 Krom Cr

Krom adalah logam berwarna abu-abu, berkilau, keras yang ditemukan pada tahun 1797 oleh Vauquelin. Bijih utama krom adalah kromit, yang ditemukan di Zimbabwe, Rusia, Selandia Baru, Turki, Iran, Albania, Finlandia, Republik Demokrasi Madagaskar, dan Filipina. Logam ini biasanya dihasilkan dengan mereduksi krom oksida dengan aluminum. Krom digunakan untuk mengeraskan baja, pembuatan baja tahan karat dan membentuk banyak alloy logam campuran yang berguna. Kebanyakan digunakan dalam proses pelapisan logam untuk menghasilkan permukaan logam yang keras dan indah dan juga dapat mencegah korosi. Krom memberikan warna hijau emerald pada kaca dan secara luas digunakan sebagai katalis dalam bidang industri. Logam kromIII merupakan logam berat yang berbahaya dan beracun, dimana pada konsentrasi tinggi dapat membahayakan lingkungan. Adapun sifat-sifat yang dimiliki oleh krom adalah Darmono,1995 : a. Sifat kimia krom Universitas Sumatera Utara o Logam yang mengkilap dan titik cairnya tinggi dan banyak dipergunakan di industri baja. o Dapat larut dalam asam kecuali nitrit dan tidak larut dalam air. o Pada tingkat konsentrasi 10 ppm dalam air, krom diperkirakan toksik bagi beberapa alga b. Sifat fisik krom o Titik lebur 1903 C pada tekanan 1 atm o Titik didih 2642 C pada 1 atm o Massa jenis 650 gcm 3 Logam kromIII Cr adalah salah satu jenis polutan logam berat yang bersifat toksik, dalam tubuh logam kromIII biasanya berada dalam keadaan sebagai ion Cr 3+ . Krom dapat menyebabkan kanker paru-paru, kerusakan hati liver dan ginjal. Jika kontak dengan kulit menyebabkan iritasi dan jika tertelan dapat menyebabkan sakit perut dan muntah.

2.8 Interaksi Logam dengan Kitin dan Kitosan

Folsom 1986 mengemukakan bahwa interaksi antara ion logam dengan ligan pada umumnya berasal dari alam, berlangsung melalui proses pertukaran kation, yang secara garis besar dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu : o Interaksi pertukaran kation cepat melibatkan ion Na, K, Mg, Ca, Li, Cs, Rb, Sr, dan Ba. Kation-kation ini cenderung membentuk kompleks dengan ligan oksigen menghasilkan senyawa kompleks yang relatif stabil sehingga ligan mengalami pertukaran yang cepat di dalam air. Universitas Sumatera Utara o Interaksi pertukaran kation menengah melibatkan ion MnII, FeII, CoII, NiII, CuII dan PbII. Kation-kation ini menunjukkan afinitas kuat dengan ligan yang mengandung O, N dan S dan di dalam sistem perairan, logam ini membentuk senyawa kompleks yang stabil sehingga tidak ditemukan dalam ion bebas. o Interaksi pertukaran kation lambat yang melibatkan ion logam CuII, CrIII, TiII, CdII, AgII dan HgII. Kation-kation ini memiliki afinitas yang kuat dengan ligan yang mengandung nitrogen dan sulfur. Kemampuan kitin dan kitosan untuk mengadakan interaksi dengan ion logam disebabkan senyawa tersebut mengandung gugus fungsional utama, yaitu amida dan amina. Amida merupakan gugus aktif yang mempunyai ikatan rangkap parsial sebagai akibat adanya ikatan rangkap pada gugus karbonilnya, sedangkan gugus aktif amina tidak memiliki ikatan rangkap. Kitin dan kitosan memiliki kemampuan mengikat ion-ion logam karena elektron nitrogen yang terdapat dalam gugus-gugus amino tersubstitusi dapat memantapkan ikatan dengan ion-ion logam transisi. Interaksi kitosan dengan ion logam terjadi karena proses pengkompleksan dimana penukaran ion, penyerapan dan pengkhelatan terjadi selama proses berlangsung. Kitosan menunjukkan affinitas yang tinggi pada logam transisi golongan tiga, begitu pula pada logam yang bukan golongan alkali dengan konsentrasi rendah. Muzzarelli, 1997. Inoue 1993 mengatakan bahwa sifat penyerapan ion logam yang sangat baik oleh kitosan dengan selektif dan kapasitas yang tinggi disebabkan oleh : o Sifat hidrofilik kitosan dengan jumlah yang besar pada gugus hidroksil Universitas Sumatera Utara o Gugus amina primer dengan aktivitas yang tinggi o Struktur rantai polimer kitosan yang fleksibel yang dapat membentuk konfigurasi untuk pengompleksan kitosan dengan in logam. Ion logam yang terserap terjadi berdasarkan mekanisme penukaran kation ion logam valensi n terserap dan dapat menyingkirkan sejumlah n ion H + . Mekanisme reaksi penyrapan ini yaitu : o Protonasi gugus amina primer. o Penyerapan ion logam untuk membentuk n khelat yang stabil yang terkordinasi oleh atom nitrogen dari gugus amina dan atom oksigen dari gugus hidroksil. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Bahan- Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Kitosan Fluka CrNO 3 .9H 2 O p.a E. Merck FeCl 3. 6H 2 O FeSO 4 .7H 2 O NaOH HCl Aquades Asam asetat glacial p.a E. Merck Paraffin CMC Glutaraldehid 25 p.a E.Merck

3.2 Peralatan

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian FMIPA USU. Analisis Spektroskopi Serapan Atom SSA dilakukan di Laboratorium Analitik FMIPA USU, analisis FTIR di Laboratorium Kimia Organik UGM dan analisis SEM di Laboratorium Geologi ITB. Alat- alat yang digunakan yaitu alat-alat gelas, neraca analitis, oven, pH-meter dan pengaduk mekanikal. Universitas Sumatera Utara