GAMBARAN PENGUNGKAPAN DIRI (SELF DISCLOSURE) PADA PASANGAN PENGGUNA INTERNET CHATTING

GAMBARAN PENGUNGKAPAN DIRI (SELF DISCLOSURE)
PADA PASANGAN PENGGUNA INTERNET CHATTING

SKRIPSI

Oleh :
Eki Vidya Aryanti
NIM : 06810097

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011

GAMBARAN PENGUNGKAPAN DIRI (SELF-DISCLOSURE)
PADA PASANGAN PENGGUNA INTERNET CHATTING

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi


Oleh :
Eki Vidya Aryanti
NIM : 0681097

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur senantiasa saya sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat hidayah-Nya, serta menganugrahkan begitu banyak
nikmat kepada kita sebagai umat Islam berupa kesehatan, kecerdasan pikir serta rasa
saling mengasihi antar manusia. Dengan seizin Allah pula, saya sebagai penulis
dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan sebaik-baiknya.
Penulis sangat menyadari dalam menyelesaikan tugas akhir ini, tentunya ada
campur tangan dari berbagai pihak. Baik berupa bimbingan, arahan bahkan doa dari
orang-orang yang dekat dengan penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

menyampaikan terima ksih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Drs. Tulus Winarsunu, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.
2. Dra. Tri Dayakisni, M.Si selaku pembimbing I yang dengan sabar mengarahkan
dan membimbing penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.
3. Dra. Cahyaning, M. Si selaku pembimbing II yang dengan sangat teliti
memberikan masukan hingga saya mengerti dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Orang tua tercinta saya di rumah, Bapak Eko Budi Santoso dan Ibu Sutami yang
tak pernah lelah mendoakan saya siang dan malam. Serta dukungan moril yang
diberikan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Kedua adikku Muhammad Alfit Prahardika yang secara tidak langsung membuat
saya terpacu untuk segera menyelesaikan skripsi ini dan Nayla Ratri Lathifanisa
yang dengan senang hati selalu menghibur saya.
6. Saudara Galih “Kebo” Maulana yang setia menemani saya dalam keadaan
apapun dan tak henti-hentinya memberikan dukungannya kepada saya. Semoga
apa yang kita cita-citakan segera tersampai.
7. Teman-teman seperjuanganku di kelas F yang senasib (Wibi Paramitha, Athiya
Nur Fauziyah, Sherly Indra Restanty, Dhika Dwi Jayanti, Yunia Shellyna, Rizky
Nisa Aulia, Dina Fitriana, Alyssa Stefani Kania, dll) terima kasih kalian telah
setia menemani perjuangan saya sampai titik darah penghabisan.

8. P.W, K..L, T.A, P.A, J, S.H yang dengan rela hati menjadi subyek saya.

9. Bapak Salis Yuniardi selaku dosen wali yang telah memberikan wejangan yang
sangat berkesan hingga tak bisa dilupakan. Karna janji yang telah saya ucap akan
saya pertanggung jawabkan.
10. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih
semua.
Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis telah melakukan dengan
sebaik-baiknya menurut kemampuan dan pengetahuan penulis. Namun penulis akan
sangat senang dengan kritikan dan saran dari semua pihak dengan harapan skripsi ini
menjadi jauh lebih baik. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Malang, 05 Agustus 2011

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………..

i


INTISARI ………………………………………………………………….

ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………

iii

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………..

v

DAFTAR TABEL ………………………………………………………… vi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… vii

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………… 1

B. Rumusan Masalah ………………………………………. 4
C. Tujuan Penulisan ………………………………………... 4
D. Manfaat Penelitian ………………………………………. 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Self-Disclosure (pengungkapan diri) ……………………. 6
B. Keluasan dan Kedalaman (breadth and depth)
dalam Onion Theory …………………………………….. 8
C. Dimensi Pengungkapan Diri ……………………………. 10
D. Tingkatan-tingkatan dalam Pengungkapan Diri ……….... 11
E. Faktor-faktor yang mempengaruhi Self-Disclosure ……... 13
F. Fungsi Self-Disclosure ………………………………...… 14
G. Komunikasi melalui Medium Chatting …………………. 15

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ………………………………………….. 17

B. Batasan Istilah …………………………………………... 17
C. Subyek Penelitian ……………………………………….. 18
D. Teknik Pengumpulan Data ………………...……………. 18
E. Teknik Analisa Data …………………………………….. 19

F. Keabsahan Data ………………………………………… 20

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Subyek Penelitian …………………………….. 21
B. Deskripsi Data …………………………………………… 21
C. Analisa Data ……………………………………………... 39
D. Pembahasan ……………………………………………… 41

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ……………………………………………… 48
B. Saran …………………………………………………….. 49


DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 50
LAMPIRAN ………………………………………………………………… 51

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar

Halaman

Gambar 2.1 : Penetration Personality Structure (Onion Theory)…….…… 8

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel

Halaman

Tabel 4.1 : Identitas Subyek Penelitian ………………………………….. 21
Tabel 4.2 : Analisa Data …………………………………………………. 39


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

Halaman

Lampiran 1 : Guide Interview …………………………………………………. 50
Lampiran 2 : Wawancara dengan Subyek ……………………………………... 52
Lampiran 3 : Surat Persetujuan …………………………………………………. 82

DAFTAR PUSTAKA
Andrew, F. W., & Matthew, J. S. (2004). Communication theories in action. USA:
Wadsworth.
Burhan, B. (2007). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Dani, V. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor : Ghalia Indonesia.
David, O. S., Jonathan, L. F., & Merrill, C. (1988). Psikologi sosial. Jakarta:
Erlangga.
Dayakisni, T., & Hudaniah. (2006). Psikologi sosial. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang.

Dedy, M. (2001). Human communication. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.
Em, G. (2006). A first look at communication theory. USA: McGraw Hill.
Joseph, A. D. (2005). Essentials of human communication Book. USA: Pearson
Education Inc.
Joseph, A. D. (2007). The interpersonal communication Book. USA: Pearson
Education Inc.
Julia, T. W. (2004). Communication theories in action. USA: Wadsworth.
Moleong, L. (2000). Metode penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Papu, J. (2002). Pengungkapan diri, (Online), (http://www.e-psikologi.com).
Rakhmat, J. (2005). Psikologi komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ronald, B. A., & George, R. (1991) Understanding Human Communication. Texas:
Rinehart & Winston, Inc.
Ronald, B. A., Lawrence, B. R., & Russel, F. P. (2007). Interplay: The process of
interpersonal communication. New York: Oxford University Press.
Stephen, W., Little, J., & Karen, A. F. (2005). Theories of human communication.
USA: Wadsworth.

Subiakto, H. (2006). Komunikasi interpersonal. perkembangan teori dan
perdebatan-perdebatan di dalamnya. Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya.

Warner, J. S., & James, W. T. (2008). Teori komunikasi. Jakarta: Prenada Media
Group.
Wikipedia ensiklopedia bebas. (2002). Cybersex. Retrieved 15 Mei 2011 from
http://en.wikipedia.org/wiki/Cybersex.
Wood, Andre F., & Smith. Matthew J. (2005). Online communication. New Jersey:
Lawrence Erlbaum Associates, Inc.,Publisher.

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Zaman globalisasi yang semakin maju ini memunculkan hasil teknologi
yang berkembang, contohnya saja komputer, hampir semua orang tertarik
dengan komputer dengan generasi baru perangkat internet yang tampaknya
mempunyai kemampuan tak terbatas.
Internet bukan hanya sebagai wadah informasi tetapi juga dianggap
sebagai metode yang dulu kaku dan dingin, sekarang merupakan cara yang
paling banyak dipakai untuk memanfaatkan internet dan jasa online (Shafiro,

2001). Selanjutnya Shafiro menerangkan bahwa pemanfaatan jasa online yang
paling populer dikalangan anak-anak, pra remaja dan remaja adalah fasilitas
“Ruang ngobrol” (chat room), yaitu jenis surat elektronik yang terbuka dan
langsung.
Komunikasi online atau yang lebih di kenal dengan sebutan online chat,
merupakan salah satu percakapan antar persona di dunia maya. Seiring dengan
kemajuan dan perkembangan teknologi komunikasi, jarak yang jauh bukan
suatu hambatan bagi seseorang untuk berkomunikasi, dan juga menjalin
hubungan dengan orang-orang di bebagai belahan dunia. Tidak jarang dalam
sebuah percakapan online, menjadikan sebuah hubungan pertemanan menjadi
sebuah hubungan romantik, meskipun kedua individu yang terlibat dalam
hubungan romantik tersebut belum pernah bertemu atau bertatap muka secara
langsung. Hubungan romantik yang terjalin antar individu melalui dunia maya
ini di sebut online romance. Menurut Walter (tt), online romance yang terjadi
dalam suatu komunikasi dengan perantara komputer yang mungkin mengarah
pada pembentukan hubungan emosional yang kuat.
Walter memberikan tiga faktor yang cenderung menjadikan partner
komunikasi via komputer lebih menarik, yaitu : (1) E-mail dan jenis
komunikasi komputer lainnya memungkinkan presentasi diri yang sangat
efektif, dengan lebih sedikit penampilan atau perilaku yang tidak diinginkan,
dibandingkan komunikasi langsung. Dengan kata lain, seseorang tidak harus

kerepotan ketika berkomunikasi dengan orang lain melalui e-mail, (2) Orang
yang terlibat dalam komunikasi via komputer kadang kala mengalami proses
atribusi yang berlebihan, yang didalamnya seseorang membangun kesan
stereotype tentang partner mereka. Kesan-kesan ini sering mengabaikan
informasi negatif, seperti kesalahan cetak, kesalahan ketik, dan sebagainya, (3)
Ikatan intensifikasi bisa terjadi yang di dalamnya pesan-pesan positif dari
seorang partner akan membangkitkan pesan-pesan positif dari rekan satunya
(dalam Severin & Tankard, 2008).
Banyak yang berpendapat bahwa sebuah hubungan idealnya dilakukan
secara langsung, tidak melalui layar komputer. Namun bagaimana dengan
hubungan cinta via internet yang saat ini sudah banyak dilakukan masyarakat?
King, Austin-Oden, dan Lohr (2009) menjelaskan bahwa dalam setiap
hubungan pada dasarnya semua individu memiliki kecenderungan untuk
mencari reward (ganjaran / akibat) yang positif. Jika usaha yang dilakukan
tidak sebanding dengan reward yang diterima, maka biasanya hubungan
tersebut akan berakhir. Seperti saat salah satu pihak merasa bahwa apa yang
dilakukan untuk menyenangkan pihak lain hanyalah sebuah hal yang sia-sia.
Pasangan justru tidak mengapresiasi segala yang telah dilakukan, bukan kasih
sayang yang diperoleh tapi hanya respon dingin yang diterima. Hal tersebut
tidak hanya terjadi di dunia nyata, di dunia maya pun hal tersebut berlaku. Oleh
karena itu King, dkk (tt) berpendapat bahwa hubungan yang terjalin via internet
tidak jauh berbeda dengan yang terjalin di dunia nyata.
Diungkapkan oleh Levine (2000) dan Joinson (2001) melalui sebuah
penelitian menemukan bahwa self-disclosure atau pengungkapan diri bahkan
secara kualitas dan kuantitas terjadi pada saat seseorang melakukan komunikasi
online daripada interaksi face to face (De Vito, 2007). Dengan adanya
komunikasi dunia maya membebaskan seseorang untuk menjadi pribadi yang
selalu diinginkan tanpa adanya rasa takut dan khawatir terhadap budaya atau
norma-morma yang mengikat dan berlaku di sekitarnya (Wood & Smith, 2005).
Melalui penelitiannya, Scramaglia (2002) menemukan bahwa mereka
yang menjalin hubungan melalui internet memiliki tingkat keintiman serta
kepercayaan yang lebih besar dibandingkan mereka yang berhubungan di dunia

nyata. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian Pornsakulvanich, Haridakis,
dan Rubin (2008) yang menjelaskan bahwa pengguna media internet
menunjukkan tingkat self disclosure atau tingkat keterbukaan yang tinggi
kepada pasangan online-nya. Hal tersebut bisa saja muncul dengan anggapan
bahwa akan lebih mudah untuk kita menceritakan sesuatu kepada orang asing
yang tidak akan kita temui. Pornsakulvanich (2008) juga menjelaskan bahwa
keterbukaan dengan pasangan akan membuat hubungan yang dijalankan
semakin baik.
Meskipun demikian, Scramaglia (2002) menemukan bahwa hubungan
yang dimulai via internet kebanyakan tidak bertahan lama. Hayhoe (dalam
Scramaglia, 2002) menjelaskan bahwa 70% pasangan di Australia yang
memulai hubungannya via internet hanya bertahan selama beberapa bulan.
Sedangkan di Itali, jumlah tersebut meningkat menjadi 80% saat pasangan
melakukan ‘kopi darat’ atau bertemu dengan pasangan internetnya.
Terbukanya kesempatan untuk menjalin hubungan dan kemudian
memeliharanya memungkinkan terjadinya konsekuensi akan keterbukaan diri
satu dengan yang lainnya. Kontrol diri untuk menentukan batasan pribadi akan
mendorong terjadinya pengungkapan diri secara sukarela kepada yang lainnya.
Dengan demikian apakah kebutuhan untuk berafiliasi dan privasi memberikan
sumbangan kepada munculnya keterbukaan diri (self-disclosure).
Salah satu unsur penting dalam berkomunikasi antar pribadi melalui
medium internet yaitu adanya sebuah self disclosure atau pengungkapan diri
pada saat melakukan komunikasi dengan seseorang yang secara realita belum
di kenal. Self disclosure dapat terjadi dalam segala bentuk komunikasi, bukan
hanya komunikasi interpersonal melalui tatap muka atau face to face dan hanya
dengan orang-orang yang dekat atau yang di kenal saja. Self disclosure dapat
juga terjadi melalui internet.
Dengan adanya komunikasi dunia maya membebaskan seseorang untuk
menjadi pribadi yang selalu di inginkan tanpa adanya rasa takut dan khawatir
terhadap budaya atau norma-norma yang mengikat dan berlaku di sekitarnya
(Wood & Smith, 2005).

Berdasarkan sebuah survey yang dilakukan oleh Clements (1998)
menunjukkan bahwa kaum dewasa muda (usia 18-24) menggunakan internet
secara berbeda dengan kaum dewasa tua (usia 35-54). “Pengguna dewasa tua
cenderung menggunakan internet untuk berita dan informasi, sedangkan yang
lebih muda cenderung memanfaatkannya untuk beragam tujuan, diantaranya
yaitu untuk sosialisasi (45%)” (Severin & Tankard, 2009).
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti ingin mengetahui
bagaimana gambaran self disclosure pasangan yang bertemu melalui online
chating, dimana dalam hal ini peneliti memilih fokus penelitian terhadap
sebuah hubungan asmara yang terjalin melalui medium internet atau online
romance, yang pada akhirnya hubungan online romance tersebut akan
mencapai jenjang pernikahan.

B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah
yang diangkat oleh peneliti yaitu bagaimana gambaran self-disclosure
(pengungkapan diri) pada pasangan yang bertemu melalui online chating?

C.

Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran self-disclosure (pengungkapan
diri) pada pasangan yang bertemu melalui online chating. Dalam hal ini selfdisclosure (pengungkapan diri) yang akan diteliti adalah aspek tentang
keluasan (breadth) dan kedalaman (depth). Hal ini dikarenakan aspek tersebut
yang melatar belakangi terjadinya sebuah hubungan.

D.

Manfaat Penelitian
1.

Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan ilmiah dalam
usaha memperoleh pemahaman dalam self disclosure melalui media
chatting pada pasangan di Indonesia.

2.

Manfaat Praktis
Peneliti berharap penelitian ini akan memiliki manfaat praktis bagi
pengguna internet, khususnya yang ingin mencari pasangan melalui
internet. Dengan penelitian ini pengguna akan tahu hal-hal seputar apa
yang dibicarakan pasangan yang bertemu melalui chatting.