KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kabupaten Tingkat II Tapanuli Tengah terletak antara 1 11’ 00”- 2 22’ 0’’Lintang Utara dan 98 07 - 98 12’ Bujur Timur, memiliki luas wilayah 6 194. 98 Km 2 . Secara Administratif, Kabupaten Tapanuli Tengah terdiri dari 15 Kecamatan, 140 Desa dan 20 Kelurahan. Kabupaten Tapanuli Tengah berbatasan dengan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam di sebelah utara, berbatasan dengan Samudera Indonesia di sebelah barat, Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Hum. Hasundutan di sebelah timur dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan. Keadaan umum Kecamatan Pandan meliputi letak dan keadaan alam, administratif, pemerintahan, kependudukan, sarana dan prasarana serta keadaan umum perikanan tangkap yang ada diuraikan pada bagian-bagian berikut :

5.1. Letak dan Keadaan Alam

Kecamatan Pandan merupakan salah satu kecamatan di wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah, Propinsi Sumatera Utara. Jarak antara kecamatan dengan ibukota kecamatan adalah ± 0. 25 Km. Batas Kecamatan Pandan sebagai berikut : di sebelah utara berbatasan dengan Kota Sibolga, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Badiri, di sebelah barat dengan Samudera Indonesia dan di sebelah Timur dengan Kecamatan Tukka. Luas wilayah Kecamatan Pandan adalah 6 233 Ha atau 62.33 Km 2 . Penggunaan lahan di wilayah ini terdiri dari : tanah sawah seluas 187 hektar 3, tanah kering 5425 hektar 87 , bangunanpekarangan 414 hektar 6.7 dan untuk penggunaan lainnya seluas 207 hektar atau 3.3 .

5.2. Administrasi Pemerintahan

Kecamatan Pandan terdiri dari dari 9 Desa dan 2 Kelurahan yang seluruhnya merupakan desa dan kelurahan yang berstatus swasembada yakni desakelurahan setingkat lebih tinggi dari desa swakarya atau disebut juga desa berkembang. DesaKelurahan tersebut adalah : Desa Hajoran, Desa Aek Tolang, Desa Pandan, Desa Lubuk Tukko, Desa Sibuluan I, Desa Sibuluan II, Desa Sibuluan III, Desa Sipan dan Desa Sarudik. Desa-desa yang merupakan desa nelayan adalah : Desa Hajoran, Desa Pandan, Desa Lubuk Tukko, Desa Sibuluan I, Desa Sibuluan II, Desa Sibuluan III, Desa Sarudik.

5.3. Kependudukan

Tabel 3. Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Kecamatan Pandan Tahun 2003 Jenis Kelamin No Kelompok Umur Perempuan Laki-laki Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65+ 3 762 3 645 3 469 3 184 2 291 2 325 2 081 1 975 1 762 1 062 728 480 405 517 3 879 3 295 3 123 2 844 2 251 2 423 2 118 1 882 1 447 973 657 506 408 710 7 641 6 940 6 592 6 028 4 542 4 748 4 199 3 837 3 209 2 035 1 385 986 813 1 227 Jumlah 27 686 26 496 54 182 Sumber : BPS Tapanuli Tengah, 2003 Jumlah penduduk di kecamatan Pandan tahun 2003 adalah 54 182 orang yang terdiri dari 27 686 orang laki-laki dan 26 496 orang perempuan yang kesemuanya adalah warga negara Indonesia. Jumlah rumahtangga yang ada sebanyak 10 829 rumahtangga. Apabila jumlah penduduk dibagi dengan jumlah rumahtangga, maka akan dapat diperoleh rata-rata 5 jiwa per rumatangga. Komposisi penduduk menurut kelompok umur di kecamatan Pandan dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 4. Banyaknya Tenaga Kerja yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan dan DesaKelurahan Tahun 2003 No DesaKelurahan Pertanian Industri PNSABRI Lainnya Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Hajoran Aek Tolang Pandan Lubuk Tukko Sibuluan I Sibuluan III Sibuluan II Sipan Sarudik 4 692 1 012 2 432 1 517 1 832 899 322 227 3 632 2 502 852 117 87 114 25 32 12 752 177 599 1 012 216 185 99 32 17 440 1 705 1 352 1 235 652 979 402 427 152 2 102 9 076 3 815 4 796 2 472 3 110 1 425 813 408 6 926 Jumlah 16 565 4 493 2 777 9 006 32 841 Sumber : BPS Tapanuli Tengah, 2003 Adapun kepadatan penduduk Kecamatan Pandan per kilometer persegi sebanyak 870.7 jiwa. Lebih besarnya penduduk di Kecamatan Pandan jika dibandingkan dengan kecamatan lainnya yang ada di Kabupaten Tapanuli Tengah disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : Pertama, daerah Kecamatan Pandan merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Tapanuli Tengah yakni di Kelurahan Pandan yang secara otomatis merupakan pusat jasa dan perdagangan. Kedua, wilayah Kecamatan Pandan merupakan daerah pemukiman baru atau daerah urban bagi penduduk dari Kota Sibolga dimana di daerah tersebut lahan pemukiman yang tersedia terasa semakin sempit dan harga tanah yang relatif semakin mahal. Pada umumnya penduduk kecamatan Pandan bermatapencaharian di sektor pertanian, Hal ini dapat dilihat pada tabel 4. 5.4. Potensi Ekonomi 5.4.1. Pertanian Tanaman pangan merupakan kegiatan perekonomian yang dominan setelah kegiatan dari sektor perikanan di kecamatan Pandan. Tanaman pangan yang diusahakan meliputi padi sawah, padi lading, palawija jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau, kedelai, sayur-sayuran kacang panjang, cabe, terung, ketimun, kangkung, bayam, buah-buahan alpokat, rambutan, mangga, dukulangsat, jeruk, durian, jambu biji, jambu air, sawo, papaya, pisang, nenas, kueni, rambe, manggis. Tanaman pangan tersebut memiliki variasi produksi yang cukup besar.

5.4.2. Perindustrian

Tabel 5. Banyaknya Industri dirinci Menurut Jenis dan Desa Kelurahan Tahun 2003 No. DesaKelurahan Industri BesarSedang Industri Kecil Industri Rumahtangga Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Hajoran Aek Tolang Pandan Lubuk Tukko Sibuluan I Sibuluan III Sibuluan II Sipan Sarudik 3 - - - 1 - - - 7 8 4 6 4 5 - - - 10 24 8 19 7 4 - - - 12 35 12 25 11 10 - - - 29 Jumlah 11 37 76 124 Sumber : BPS Tapanuli Tengah, 2003 Kegiatan industri di Kecamatan Pandan mengalami perkembangan yang cukup besar terutama dalam industri hasil perikanan laut. Kontribusi terbesar hasil kegiatan industri ini berasal dari desa Hajoran khususnya yang bergerak dalam bidang pengolahan ikan asin. Jumlah industri menurut jenisnya di kecamatan Pandan dapat dilihat pada tabel 5. Berdasarkan tabel diatas, Desa Hajoran memiliki jumlah industri kecil dan industri rumahtangga yang paling banyak dibandingkan desa-desa lain.

5.4.3. Pariwisata

Kecamatan Pandan merupakan salah satu pusat kegiatan kepariwisataan di Kabupaten Tapanuli Tengah. Kawasan pariwisata sebagian besar telah dikembangkan di wilayah sekitar pantai dengan didirikannya hotel dan restoran. Potensi wisata yang telah dikembangkan telah banyak berpengaruh terhadap peningkatan kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Kecamatan Pandan. 5.5. Sumberdaya Perikanan 5.5.1. Keadaan Perikanan Tangkap Kecamatan Pandan memiliki sumberdaya perikanan yang cukup besar. Hal ini terlihat dari produksi perikanan yang besar bila dibandingkan dengan kecamatan lain yakni 9 619.8 BPS, 2004. Sumberdaya perikanan ini ditunjang dengan adanya satu tempat pelelangan ikan TPI yang berada di desa Sarudik. Kecamatan Pandan terletak di pesisir teluk Tapian Nauli. Usaha perikanan tangkap di Kecamatan Pandan menduduki urutan pertama diikuti oleh usaha budidaya air tawar. Hal ini dikarenakan para nelayan di daerah tersebut cenderung menggantungkan pendapatannya pada usaha penangkapan ikan karena masih tingginya permintaan masyarakat terhadap ikan laut dibanding ikan tawar sebagai konsumsi protein hewani. Ikan-ikan hasil tangkapan yang ada di kecamatan Pandan antara lain adalah : Udang, Cumi-cumi, Tongkol, Aso-aso, Gambolo, Tuan Deman, Teri, Maning, Cabe-cabe, Ikan Jarak, kembung, Tenggiri.

5.5.2. Keadaan Rumahtangga Nelayan

Nelayan adalah setiap orang yang memiliki mata pencaharian berasal dari hasil penangkapan ikan di laut. Nelayan di Kecamatan Pandan seluruhnya berasal dari suku batak dimana mayoritas adalah penduduk setempat. Pendapatan rumahtangga nelayan yang bersumber dari menangkap ikan sering tidak stabil kadang meningkat dan kadang menurun. Hal tersebut tergantung musim dan besarnya hasil tangkapan pada hari itu. Apabila nelayan tersebut tidak menangkap ikan, biasanya mereka memperbaiki alat tangkap. Pada umumnya, istri nelayan disamping sebagai ibu rumahtangga juga sangat menentukan dalam mengurus keluarga dan mengurus tempat tinggal. Kondisi perumahan di desa nelayan cukup baik dimana rumah-rumah nelayan sudah berdinding sebagian batu dan permanen walaupun masih dijumpai juga rumah yang berdinding bambu dan papan yang atap rumahnya masih menggunakan rumbia namun jumlahnya sedikit. Perumahan nelayan sudah memperhatikan aspek kesehatan melalui adanya ventilasi atau tata ruang udara dan umumnya rumah nelayan sudah memadai dan layak huni. Menurut data Badan Pusat Statistik Tapanuli Tengah 2004 jumlah rumahtangga nelayan adalah 120 rumahtangga yang merupakan nelayan tradisional yang mengandalkan perahu tanpa motor perahu kecil. Sedangkan 120 orang rumahtangga nelayan menggunakan motor tempel untuk meningkatkan pendapatannya dan 251 rumahtangga sudah menggunakan kapal motor. Keadaan sosial ekonomi nelayan di kecamatan Pandan umumnya rata-rata masih berpendidikan rendah sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, ketrampilan masih terbatas, modal usaha relatif rendah, pendapatan yang masih rendah dan berfluktuatif. Dalam penelitian, 40 rumahtangga responden yang merupakan nelayan tradisional telah diwawancarai tiap bulan dalam dua musim penangkapan selama 2 bulan yakni pada bulan Oktober dan bulan Januari 2005. Responden yang dipilih adalah rumahtangga nelayan yang menggunakan perahu sampan. Karakteristik yang dianalisis meliputi umur nelayan kepala rumahtangga atau suami, umur istri nelayan, jumlah anak balita, banyaknya anggota rumahtangga, lama pendidikan nelayan suami dan istri serta pengalaman suami. Tabel 6. Karakteristik Rumahtangga Responden No. Karakteristik Rumahtangga Satuan Rata-rata 1. Umur suami Tahun 37 2. Umur istri Tahun 34 3. Lama pendidikan suami Tahun 7 4. Lama pendidikan istri Tahun 6 5. Jumlah anak balita Orang 2 6. Banyaknya anggota rumahtangga Orang 5 7. Pengalaman kerja suami di dalam sub sektor perikanan Tahun 11 8. Pengalaman kerja suami di luar sub sektor perikanan Tahun 5 Tabel 6 menunjukkan bahwa umur rata-rata suami adalah 37 tahun dan umur rata-rata istri adalah 34 tahun. Dalam hubungannya dengan kelompok umur produktif, rata-rata usia suami dan istri termasuk dalam usia produktif umur produktif : 15 sampai 65 tahun dimana pada kelompok umur tersebut merupakan kelompok umur bagi tenaga kerja yang potensial untuk bekerja. Pendidikan rata-rata suami dan masih rendah yakni tamat SD 7 tahun. Demikian juga dengan pendidikan istri yang tidak jauh berbeda dengan pendidikan suaminya 6 tahun. Banyaknya nelayan yang hanya mengeyam pendidikan sebatas SD dan SLTP menunjukkan bahwa rumahtangga nelayan tradisional belum memiliki kemampuan untuk memperoleh pendidikan. Hal ini terkait dengan kondisi sosial ekonomi rumahtangga nelayan yang masih miskin sehingga untuk melanjutkan pendidikan perlu didukung dengan dana yang memadai disamping kemauan yang keras. Rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan kualitas sumber daya manusia dalam masyarakat nelayan semakin rendah. Akibatnya, tidak satupun dari responden memperoleh penghasilan dari sektor formal melainkan terkonsentrasi pada sektor informal. Rata-rata jumlah anak balita yang dimiliki oleh rumahtangga nelayan tradisional adalah 2 orang. Kaum ibu di daerah penelitian tidak menggunakan orang lain untuk membantu pengasuhan anaknya khususnya anak balita. Hal ini dikarenakan minimnya pendapatan rumahtangga nelayan tradisional untuk mempekerjakan orang lain untuk membantu istri dalam pekerjaan rumahtangga. Banyaknya anggota rumahtangga rata-rata 5 orang. Banyaknya anggota rumahtangga menunjukkan bahwa keluarga responden termasuk dalam kategori keluarga kecil. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan sosial ekonomi rumahtangga nelayan tradisional yang masih rendah. Pengalaman nelayan dalam kegiatan sub sektor perikanan atau melaut diukur dari lama melakukan kegiatan usaha untuk memperoleh penghasilan dan pendapatan. Pengalaman nelayan akan menentukan kemampuan dalam kegiatan penangkapan ikan di laut karena lama dan tidaknya seseorang menekuni usaha tersebut dapat ditemukan kelemahan dan kekurangan serta peluang-peluang baru untuk penangkapan ikan. Pengalaman nelayan dalam kegiatan sub sektor perikanan rata-rata 11 tahun. Pengalaman nelayan di luar sub sektor perikanan masih relatif dalam waktu yang terbatas yakni rata-rata 5 tahun. Hal ini disebabkan karena kepala keluarga atau nelayan masih mengandalkan kegiatan menangkap ikan kegiatan di dalam sub sektor perikanan dan nelayan hanya melakukan kegiatan di luar sub sektor perikanan pada saat musim paceklik untuk memberikan tambahan pendapatan yang biasanya menurun pada saat musim tersebut baca : musim paceklik.

5.5.3. Armada Penangkapan

Armada penangkapan yang digunakan nelayan di Kecamatan Pandan adalah perahu tanpa motor, perahu dengan motor tempel dan kapal motor. Namun, pada umumnya, armada penangkapan yang digunakan nelayan di Kecamatan Pandan adalah perahu tanpa motor dan perahu dengan motor tempel. Jangkauan penangkapan ikan oleh nelayan masih terbatas pada zona penangkapan I 4 mil dan dan zona penangkapan II 7 mil. Hal tersebut disebabkan karena kondisi nelayan yang masih tradisional dan semi tradisional sehingga nelayan sulit untuk melakukan investasi untuk memotorisasi armada penangkapannya dengan mesin supaya dapat menjangkau daerah penangkapan yang lebih jauh. Alat tangkap yang digunakan nelayan tradisional di Kecamatan Pandan adalah jaring udang dan jaring ikan. Nelayan di Kecamatan Pandan tergolong pada nelayan tradisional dengan alat tangkap yang masih sederhana, skala usaha yang kecil dan modal yang digunakan merupakan modal sendiripribadi.

5.5.4. Musim Penangkapan

Di sepanjang pantai barat Sumatera khususnya di Kecamatan Pandan, produksi ikan yang ditangkap nelayan dipengaruhi oleh musim penangkapan. Pada dasarnya, terdapat tiga musim penangkapan yakni musim paceklik, musim sedang dan musim panen. Musim paceklik disebut juga dengan musim barat umumnya berlangsung dari bulan Oktober sampai Desember dimana ombak dan arus laut di perairan Pandan besar sehingga jumlah ikan sedikit. Musim panen atau disebut juga musim timur berlangsung antara bulan Januari sampai bulan Mei. Pada bulan-bulan tersebut, angin bertiup dari arat timur menuju ke barat dengan kandungan uap air yang rendah sehingga banyak ikan yang dapat ditangkap. Peralihan antara musim paceklik atau musim barat dan musim panen atau musim timur merupakan musim sedang yang berlangsung antara bulan juni sampai bulan September.

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SUB SEKTOR PERIKANAN