Perencanaan Dan Pengembangan Pariwisata (Studi pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata,Pemuda dan Olahraga Kota Dumai)

(1)

PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PARIWISATA

(Studi pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata,Pemuda dan Olahraga

Kota Dumai)

Disusun

Oleh :

WIDYA RAHMAWATY

NIM 050903076

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2009


(2)

ABSTRAK

PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PARIWISATA

(STUDI PADA DINAS KEBUDAYAAN, PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA DUMAI)

WIDYA RAHMAWATY NIM : 050903076

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Pengembangan kepariwisataan tidak terlepas dari pembenahan objek-objek wisata dengan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai maupun daya tarik spesifik yang dimilikinya. Dalam rangka mengembangkan pariwisata di Kota Dumai, diperlukan perencanaan yang matang yang dibuat oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota Dumai dengan melibatkan masyarakat dan para stakeholder.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perencanaan strategis yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota Dumai serta kendala-kendala yang dihadapi dalam rangka mengembangkan kepariwisataan di Kota Dumai. Populasi dan sampelnya diambil seluruh pegawai yakni 27 orang pegawai yang ada di Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota Dumai . Teknik pengambilan data yang penulis gunakan adalah dengan melakukan wawancara serta menyebarkan angket (quetioner) kepada responden yang ada di Dinas Kebudayaan,Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota Dumai. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan bagi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota Dumai maupun pihak-pihak terkait dan tertarik dengan masalah pengembangan pariwisata.

Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian deskriptif dengan teknik analisa kualitatif, yaitu dengan menyajikan data sekaligus melakukan analisa tentang objek yang diteliti.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa dalam penyusunan perencanaan dengan melibatkan masyarakat dengan para stakeholder pariwisata. Dalam rangka pengembangan pariwisata di Kota Dumai melakukan tiga tahap yaitu penataan objek tujuan wisata, promosi dan pengembangan objek tujuan wisata. Namun dalam hal melakukan perencanaan pengembangan pariwisata perlu diperhatikan kelestarian ekosistem lingkungan yang sehat dan proses pembangunan yang berkelanjutan. Sementara kendala yang diharapkan pada masalah keterbatasan dana, kualitas dan kuantitas personalia yang ada pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota Dumai masih belum memadai, kurangnya partisipasi masyarakat serta kondisi Negara Indonesia yang belum pulih dari krisis multidimensional.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Masa Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagaimana mestinya. Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat yang telah memperjuangkan agama Allah dimuka bumi.

Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan akademis untuk mendapatkan gelar sarjana sosial dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Adapun judul dari skripsi ini ialah : PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN

PARIWISATA (Studi pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Dumai).

Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dari semua pihak, maka skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu, baik dari penulisan proposal, saat penelitian dan sampai selesainya skripsi ini, yaitu :

1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. Muhammad Arif Nasution.

2. Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA dan Sekretaris Departemen, Ibu Dra. Hj. Beti Nasution, M.Si.

3. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si , selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan masukan, pengarahan serta bimbingannya dalam penyelesaian skripsi ini.


(4)

4. Kepada seluruh Staff Pengajar di Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP-USU, dan tidak lupa buat Kak Mega, Kak Emi dan Kak Dian, serta seluruh Pegawai civitas akademika FISIP-USU terima kasih atas setiap bantuan dan pengetahuan selama penulis menjalani studi di FISIP-USU.

5. Bapak Drs. H. M. Ali Hanafiah selaku Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Dumai, Bapak H. Yulizar, S.Sos, M.Si selaku kepala bidang pariwisata, Bapak Abdul Hamid S.Sos selaku kepala seksi Seni & Budaya atas kerjasamanya dalam memberikan segala informasi yang menunjang penelitian penulis.

6. Kepada seluruh pegawai di Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Dumai, tak lupa buat Kak Popi, Bang Junaidi dan Bang Taufik, atas bantuan dan kerjasamanya dalam memberikan segala informasi yang menunjang penelitian penulis.

7. Teristimewa untuk Papa H. Ruslan Suhendra & Mama Hj. Suhendrawati yang selalu menjadi orang tua yang baik dan bisa menjadi sahabat terbaik wiwid selama ini, yang selalu memberikan doa, semangat, dan masukan yang tidak ternilai harganya dalam kehidupan ini, terutama dari awal hingga dalam penyelesaian skripsi ini. Tiada kata yang dapat mewakili ucapan terima kasih wiwid atas kasih sayang, pengorbanan dan kepercayaan yang papa dan mama berikan kepada wiwid.

8. Kepada keluarga besar yang berada di Medan dan di Dumai, terima kasih atas perhatian dan dukungannya untuk wiwid, terutama kepada siska, bang dodi dan dian, makasi ya udah banyak nemenin wiwid.

9. Kepada yang terkasih Dimas Andrakewa, terima kasih banyak atas dukungan, semangat, cinta dan kasih sayang yang telah diberikan kepada wiwid, terutama


(5)

disaat penyelesaian skripsi ini, yang telah banyak menemani wiwid dalam segala hal termasuk pada saat pengetikan ini.hehe.. Selalu menjaga kepercayaan, kejujuran dan ketulusan ya, semoga ini menjadi “bukan cinta biasa”.

10.Kepada sahabat-sababat, mumut, kak rini, dan ira, terima kasih atas persahabatan kita selama ini, yang selalu menemani wid di rumah dan selalu jadi orang terdekat dan selalu menemani wid saat senang dan sedih…^_^

11.Kepada sahabat-sahabat yang mempertemukan kita di kampus..hehe,, ester, budi, ula, nelda, fani, chris, abeth. terima kasih atas segala yang kita lalui selama ini, hingga akhirnya membuat kita jadi bersama dari suatu cerita perjalanan yang rumit dan pastinya gak akan terlupakan..hahaaa…..

12.Kepada teman-teman yang juga telah mendukung dan membantu wiwid, yaitu kak nisa, bang dodi, amri, santi dan teman yang lain,yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

13.Kepada orang-orang yang pernah menjadi bagian dalam hidup wiwid, yang telah memberikan semangat dan dukungan dari awal kuliah hingga dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas perhatian dan segala sesuatunya yang menjadikan pelajaran hidup yang berharga buat wiwid.

Sebagai peneliti pemula, Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu penulis dengan senang hati akan menerima kritik dan saran atas perbaikan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

ABSTRAK ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Kerangka Teori ... 8

1. Perencanaan... 9

a. Pengertian Perencanaan ... 9

b. Jenis – jenis Perencanaan ... 10

c. Tahap-Tahap Dasar Perencanaan ... 12

d. Pola Perencanaan ... 13

e. Prinsip Perencanaan ... 14

f. Bentuk Perencanaan ... 14

2. Pariwisata ... 20

a. Pengertian Pariwisata ... 20

b. Bentuk Pariwisata ... 23

c. Jenis – jenis Objek dan Daya Tarik Wisata... 24

d. Integrasi dalam Sistem Pariwisata ... 25


(7)

a. Tahap – tahap perencanaan Pariwisata ... 30

b. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pengembangan Pariwisata Daerah ... 31

c. Pengembangan Sasaran Pariwisata Daerah yang Lebih Luas ... 34

d. Permasalahan yang di hadapi ... 35

e. Pedoman pengembangan sasaran Pariwisata Daerah ... 37

f. Pentingnya Perencanaan Pengembangan Pariwisata ... 38

g. Usaha – usaha dalam pengembangan Pariwisata ... 39

h. Aspek yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pengembangan pariwisata ... 40

F. DEFINISI KONSEP DAN OPERASIONAL VARIABEL ... 41

BAB II METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian ... 43

B. Lokasi Penelitian... 43

C. Populasi & Sampel ... 43

D. Teknik Pengumpulan Data ... 44

E. Teknik Analisa Data ... 45

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Dumai ... 46

B. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kebijakan di Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda & Olahraga Kota Dumai ... 50

C. Struktur Organisasi dan Tata Kerja di Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda & Olahraga Kota Dumai ... 54


(8)

BAB IV PENYAJIAN DATA

A. Identitas Responden ... 76 B. Variabel Penelitian ... 79 BAB V ANALISA DATA ... 94 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 107 B. Saran... 109 DAFTAR PUSTAKA ... 111 LAMPIRAN – LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

BAB I

TABEL I.1 Indikator-indikator yang berkaitan dengan Perencanaan dan

Pengembangan Pariwisata ... 42

BAB III TABEL III.1 Kunjungan Tamu Agustus 2008-februari 2009 ... 72

III.2 Kunjungan Wisatawan di Setiap Objek Wisata di Kota Dumai Agustus 2008-Februari 2009 ... 72

III.3 Jumlah Hotel di Kota Dumai ... 73

III.4 Fasilitas atau Akomodasi Wisata di Kota Dumai ... 73

III.5 Jumlah Angkutan Jalan, Laut dan Udara di Kota Dumai ... 74

BAB IV TABEL IV.1 Usia Responden ... 77

IV.2 Jabatan Struktural ... 77

IV.3 Agama ... 78

IV.4 Tingkat Pendidikan ... 78

IV.5 Jenis Kelamin ... 79

IV.6 Distribusi Jawaban Tentang visi telah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam proses perencanaan dan pengembangan pariwisata ... 79

IV.7 Distribusi Jawaban Tentang memahami visi yang diusung Pemda dalam kaitannya terhadap pengembangan pariwisata ... 80

IV.8 Distribusi Jawaban Tentang visi yang telah ditetapkan untuk melaksanakan pengembangan pariwisata mungkinkah dapat terlaksana dengan baik ... 80


(10)

IV.9 Distribusi Jawaban Tentang visi tersebut diyakini dapat memiliki orientasi terhadap masa depan pengembangan

sumber daya manusia ... 81 IV.10 Distribusi Jawaban Tentang pihak luar diikutsertakan

menghimpun aspirasi dan keinginan masyarakat ... 81 IV.11 Distribusi Jawaban Tentang misi yang ditentukan dalam

perencanaan dan pengembangan pariwisata berguna terhadap

masyarakat ... 82 IV.12 Distribusi Jawaban Tentang Penetapan Misi yang Berkaitan

dengan Pengembangan Pariwisata Sesuai dengan Sumber

Daya yang Ada ... 82 IV.13 Distribusi Jawaban Tentang dalam penetapan misi yang

dibuat Kota Dumai memiliki perbedaan dengan misi-misi

daerah-daerah lain ... 83 IV.14 Distribusi Jawaban Tentang tujuan yang hendak dicapai

dalam pengembangan pariwisata di Kota Dumai telah berhasil dilakukan dan sesuai dengan rencana yang telah

dibuat ... 83 IV.15 Distribusi Jawaban Tentang tugas yang diberikan oleh

pimpinan telah sesuai dengan keahlian yang anda miliki ... 84 IV.16 Distribusi Jawaban Tentang bertanggungjawab terhadap

setiap kerja yang diberikan pimpinan ... 84 IV.17 Distribusi Jawaban Tentang pariwisata itu bagian dari

ekonomi atau sebaliknya ekonomi bagian dari pariwisata ... 85 IV.18 Distribusi Jawaban Tentang kesiapsiagaan Kota Dumai untuk

menyongsong tahun kunjungan wisata telah dipersiapkan

dengan matang ... 85 IV.19 Distribusi Jawaban Tentang kesiapan budaya dan mental

masyarakat sekitar dalam menghadapi wisatawan asing dan

wisatawan daerah lain ketika berkunjung ke Kota Dumai ... 86 IV.20 Distribusi Jawaban Tentang sarana dan prasarana pariwisata


(11)

IV.21 Distribusi Jawaban Tentang menyediakan sarana pariwisata apakah harganya terjangkau bagi setiap golongan yang ingin

menikmati panorama wisata yang ada di Kota Dumai ... 87 IV.22 Distribusi Jawaban Tentang informasi dan promosi dapat

meningkatkan efektifitas kelembagaan pariwisata di Kota

Dumai ... 87 IV.23 Distribusi Jawaban Tentang promosi yang dilakukan melalui

pemasangan iklan memberikan keinginan mengetahui informasi lebih lanjut terhadap pariwisata yang dipromosikan

semakin besar ... 88 IV.24 Distribusi Jawaban Tentang setiap pengambilan keputusan

penting anda dilibatkan oleh pimpinan ... 88 IV.25 Distribusi Jawaban Tentang diadakan suatu pelatihan untuk

mendukung pelaksanaan tugas anda ... 89 IV.26 Distribusi Jawaban Tentang Pimpinan Selalu Membentuk

Kelompok Kerja Apabila Ada Tugas yang dianggap penting ... 89 IV.27 Distribusi Jawaban Tentang kinerja pegawai ditempat ini

sudah memuaskan wisatawan yang dilayani ... 90 IV.28 Distribusi Jawaban Tentang didalam bekerja mengutamakan

kepuasan wisatawan ... 90 IV.29 Distribusi Jawaban Tentang pariwisata yang dikunjungi

memberikan kepuasan bagi para wisatawan yang berkunjung

di Kota Dumai ... 91 IV.30 Distribusi Jawaban Tentang Perencanaan dan Pengembangan

Pariwisata (Studi pada Dinas kebudayaan, Pariwisata,


(12)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR I.1 Langkah-langkah Perencanaan Strategi ... 16 I.2 Aspek-aspek Perencanaan Pariwisata Yang Perlu Dikaji ... 33 III.1 Struktur Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan,

Pariwisata, Pemuda dan Olahraga ... 66 IV.1 Bart chard Perencanaan Dan Pengembangan Pariwisata .... 93


(13)

ABSTRAK

PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PARIWISATA

(STUDI PADA DINAS KEBUDAYAAN, PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA DUMAI)

WIDYA RAHMAWATY NIM : 050903076

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Pengembangan kepariwisataan tidak terlepas dari pembenahan objek-objek wisata dengan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai maupun daya tarik spesifik yang dimilikinya. Dalam rangka mengembangkan pariwisata di Kota Dumai, diperlukan perencanaan yang matang yang dibuat oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota Dumai dengan melibatkan masyarakat dan para stakeholder.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perencanaan strategis yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota Dumai serta kendala-kendala yang dihadapi dalam rangka mengembangkan kepariwisataan di Kota Dumai. Populasi dan sampelnya diambil seluruh pegawai yakni 27 orang pegawai yang ada di Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota Dumai . Teknik pengambilan data yang penulis gunakan adalah dengan melakukan wawancara serta menyebarkan angket (quetioner) kepada responden yang ada di Dinas Kebudayaan,Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota Dumai. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan bagi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota Dumai maupun pihak-pihak terkait dan tertarik dengan masalah pengembangan pariwisata.

Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian deskriptif dengan teknik analisa kualitatif, yaitu dengan menyajikan data sekaligus melakukan analisa tentang objek yang diteliti.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa dalam penyusunan perencanaan dengan melibatkan masyarakat dengan para stakeholder pariwisata. Dalam rangka pengembangan pariwisata di Kota Dumai melakukan tiga tahap yaitu penataan objek tujuan wisata, promosi dan pengembangan objek tujuan wisata. Namun dalam hal melakukan perencanaan pengembangan pariwisata perlu diperhatikan kelestarian ekosistem lingkungan yang sehat dan proses pembangunan yang berkelanjutan. Sementara kendala yang diharapkan pada masalah keterbatasan dana, kualitas dan kuantitas personalia yang ada pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota Dumai masih belum memadai, kurangnya partisipasi masyarakat serta kondisi Negara Indonesia yang belum pulih dari krisis multidimensional.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam rangka menghadapi tantangan dan kemajuan zaman serta meningkatkan kesejahteraan rakyat, Negara Republik Indonesia terus giat melaksanakan pembangunan dalam berbagai bidang. Berhasil tidaknya pembangunan tersebut akan sangat tergantung pada partisipasi disertai tekad dan semangat dari seluruh rakyat Indonesia. Disamping itu harus pula ditopang dengan disiplin dan tanggung jawab dari seluruh aparat pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah.

Pembangunan sebagai upaya sadar manusia dengan tujuan mencapai kemajuan peningkatan kesejahteraan hidupnya, selalu diupayakan dari masa ke masa. Pembangunan itu sendiri pada dasarnya merupakan upaya rekayasa terhadap sumberdaya alam yang ada. Sebagai upaya rekayasa tentunya setiap langkah pembangunan dihadapkan pada dua kemungkinan yang kontras, yaitu umpan balik positif atau umpan balik negatif. Untuk itu diperlukan kearifan dari manusia dalam setiap upaya langkah pembangunan. Kesalahan dalam pengambilan keputusan setiap langkah tahapan, akan berdampak negatif dengan kerugian yang sangat besar dan berdampak luas dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sehingga dibutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang sangat besar dalam upaya perbaikannya. Begitu pula apabila kita tepat dalam pengambilan keputusan setiap langkah dan tahapannya, keuntungan yang bisa dinikmati akan sangat besar dan dapat dinikmati dalam jangka panjang.


(15)

Pembangunan adalah proses aktivitas yang bersifat kontinyu dan terencana yang ditujukan untuk merubah dan meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi ke arah yang lebih baik dan wajar dari waktu ke waktu.Perencanaan pembangunan merupakan salah satu faktor yang menentukan arah dan tujuan yang ingin dicapai. Menurut Riant Nugroho D (2003: 67) dalam bukunya Reinventing Pembangunan menyatakan bahwa perencanaan menentukan arah, prioritas dan strategi.

Sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa penyusunan RAPBD berpedoman kepada Rencana Kerja Pembangunan Tahunan daerah yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). RKPD adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode I (satu) tahun yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan RAPBD dan dasar-dasar pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah melalui Satuan Kerja. Perangakat Daerah, RKPD merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RJPMD) yang memuat prioritas pembangunan daerah, rencana kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian daerah secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta program satuan kerja perangkat daerah, kementerian atau lembaga, kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. RKPD kemudian dijabarkan lebih lanjut ke dalam Rencana Kerja Satuan Perangkat Daerah (Renja-SKPD).

Rencana Kerja Satuan Perangkat Daerah disusun dengan berpedoman kepada Rencana Strategis Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD) dan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah (RKP), yang memuat kebijakan, program, dan


(16)

kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh Pemerintah Daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

Dalam konteks Perencanaan Pembangunan Daerah, perencanaan strategis berkaitan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah. Hal itu dijelaskan dalam “Surat Edaran Menteri Dalam Negeri, Nomor: 050/2020/SJ Tahun 2005 Tata Cara Penyusunan RPJP Daerah dan RPJM Daerah” mengemukakan bahwa: Dalam upaya mendapatkan RPJM Daerah yang dapat mengantisisi kebetuhan pembangunan daerah dalam jangka waktu lima tahun, maka penyusunannya perlu dilakukan secara komprehensif dan lintas pemangku kepentingan (stakeholder) pembangunan. Untuk itu dilaksanakan tahapan penyusunan RPJM Daerah sebagai berikut: “……penyiapan rancangan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (rancangan Renstra-SKPD, yang dilakukan oleh seluruh SKPD. Penyusunan rancangan Renstra SKPD bertujuan untuk merumuskan visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD, agar selaras dengan program prioritas Kepala Daerah terpilih”.

Untuk konsistensi perencanaan, maka muatan rancangan awal RPJM pedoman bagi Kepala SKPD dalam penyusunan rancangan Renstra SKPD. Langkah-langkah perencanaan strategis pemerintahan daerah bersifat normatif. Artinya mengikuti petunjuk yang ditetapkan oleh Departemen Dalam Negeri (lihat Surat Edaran Menteri Dalam Negeri, Nomor: 050/2020/SJ, Tanggal 11 Agustus 2005. Petunjuk Penyusunan Dokumen RPJP Daerah dan RPJM Daerah).

Penyusunan Rencana Strategi (Renstra) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), rancangan Renstra-SKPD disusun berpedoman pada rancangan awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah. Seperti dikemukakan dalam Petunjuk


(17)

Penyusunan Dokumen RPJP Daerah dan RPJM Daerah bahwa dalam upaya mendapatkan RPJM Daerah yang dapat mengantisipasi kebutuhan pembangunan daerah dalam jangka waktu lima tahunan, maka penyusunannya perlu dilakukan secara komprehensif dan lintas pemangku kepentingan (stakeholder) pembangunan. Untuk itu dilaksanakan tahapan penyusunan RPJM Daerah sebagai berikut: Pertama, Penyiapan rancangan awal RPJM Daerah. Kegiatan ini dibutuhkan guna mendapatkan gambaran awal dari jabaran visi, misi, dan program Kepala daerah terpilih. Kedua, penyiapan rencangan Rencana Strategi Satuan Kerja Perangkat Daerah (rancngan Renstra-SKPD) yang dilakukan oleh seluruh SKPD. Penyusunan rancangan Renstra-SKPD bertujuan untuk merumuskan visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan yang sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD, agar selaras dengan program prioritas Kepala Daerah terpilih. Ketiga, Penyusunan rancangan RPJM Daerah. Tahap ini merupakan upaya mengintegrasikan rancangan awal RPJM Daerah dengan rancangan Renstra- SKPD, yang menghasilkan rancangan RPJM Daerah.

Pariwisata merupakan sektor yang dapat diandalkan di berbagai daerah di Indonesia. Namun, pengembangannya masih belum optimal maka dibutuhkan suatu perencanaan agar terciptanya pembangunan pariwisata yang berkelanjutan. Perencanaan pariwisata itu sendiri membutuhkan suatu konsep pengembangan untuk meningkatkan potensi pariwisata dengan mengoptimalkan accommodation, attraction, amenities, accessiibilty, dan activities. Akan tetapi, banyak kendala dan permasalahan dalam proses pengembangan pariwisata sehingga pariwisata menjadi sektor yang tidak berkembang. Untuk itu, sebagai perencana harus dapat melihat lebih dalam tidak hanya dengan mengidentifikasi secara umum melainkan secara komprehensif serta melibatkan masyarakat agar berpatisipasi dalam pembangunan pariwisata.


(18)

Pembangunan sektor pariwisata merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang pelaksanaannya melibatkan tiga stakeholder kunci yakni pemerintah, swasta dan masyarakat. Pengembangan sektor ini dilaksanakan secara lintas sektoral yang melibatkan banyak institusi baik tingkat lokal, regional, nasional bahkan internasional.

Pengembangan atau pembangunan pariwisata telah terbukti mampu memberi dampak positif dengan adanya perubahan yang besar dalam kehidupan masyarakat. Secara ekonomi pariwisata memberi dampak dalam perluasan lapangan usaha dan kesempatan kerja, peningkatan income per kapita dan peningkatan devisa negara. Dalam bidang kehidupan sosial terjadi interaksi sosial budaya antara pendatang dan penduduk setempat sehingga dapat menyebabkan perubahan dalam way of life masyarakat serta terjadinya integrasi sosial.

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang pendukung yang sangat berarti terhadap pembangunan, karena melalui pariwisata dapat diperoleh dana dan jasa bagi pembangunan, diantaranya dapat dilihat dalam bentuk devisa, pajak dan retribusi yang diperoleh dari perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata. Dalam perencanaan pengembangan suatu daerah, sektor pariwisata memberikan peranan besar terhadap peningkatan pendapatan daerah.

Sektor pariwisata sebagai salah satu sektor andalan (leading sector) disamping industri kecil dan agro industri, merupakan suatu instrumen untuk menghasilkan devisa dan sekaligus diharapkan akan memperluas dan meratakan kesempatan berusaha, lapangan kerja serta memupuk rasa cinta tanah air.

Kota Dumai adalah sebuah


(19)

1999 tanggal 20 April 1999 setelah sebelumnya sempat menjadi

Kota Dumai yang terletak di tepi pantai memiliki potensi pengembangan pariwisata seperti wisata alam, budaya dan belanja. Beberapa daerah wisata di antaranya kawasan konservasi di Kecamatan Sungai Sembilan, hutan wisata di Kecamatan Dumai Barat dan Dumai Timur, kawasan pantai Teluk Makmur di Kecamatan Medang Kampai dan Tasik Bunga Tujuh di Kecamatan Dumai Timur.

Sebagai gerbang utama untuk memasuki Riau Daratan, beberapa turis sudah berulang kali mengunjungi Dumai, terutama yang ingin mengunjungi Malaka. Dumai sangat mudah dicapai karena transportasinya yang lancar. Ada beberapa objek wisata yang menarik dalam perjalanan menuju Dumai, seperti adanya suku terbelakang yang dinamakan suku Sakai, hutan tropis di sepanjang jalan, dan air sungai yang warnanya unik seperti warna teh. Selain itu juga dapat dilihat beratus pipa angguk yang mengangkat minyak dari perut bumi.

Melihat kondisi Kota Dumai yang mempunyai posisi sebagai salah satu pintu masuk bagi wisatawan manca Negara ke Provinsi Riau dengan pelabuhan internasional yang secara geografis berhadapan langsung dengan Negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura melalui Selat Malaka yang merupakan jalur Pelayanan Internasional, perlu disadari pentingnya meletakkan pondasi yang kokoh dan kuat dalam pengembangan, pembangunan bidang kepariwisatawan, yang juga merupakan peluang baik bagi Pemerintah Kota Dumai untuk merebut serta mempromosikan potensi yang dimiliki seperti potensi alam, keanekaragaman budaya yang semuanya itu merupakan modal besar bagi usaha pengembangan dan peningkatan kepariwisatawan.


(20)

Melihat perkembangan Kota Dumai sebagai kota pelabuhan dan merupakan pintu gerbang wisatawan asing maupun lokal tidak diharapkan hanya sebagai kota transit saja, namun diupayakan bagaimana agar masa tinggal atau menginap para wisatawan lebih lama dan tentunya dengan memperkenalkan potensi-potensi wisata daerah.

Dengan latar belakang demikian, sehingga judul dalam penelitian ini adalah “Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata (Studi pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kota Dumai )".

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, agar permasalahnnya tidak melebar, maka permasalahnnya perlu dirumuskan. Perumusan masalah dimaksudkan sebagai usaha guna menfokuskan penelitian yang akan dilakukan hingga mendapatkan hasil yang maksimal.

Bertitik tolak dari latar belakang masalah maka penulis mengemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Bagaimana perencanaan strategi yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga dalam upaya pengembangan sektor pariwisata di Kota Dumai?”

C. Tujuan Penelitian

Sejauh mana penelitian yang dilakukan tentu mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau menjadi tujuan penelitian. Dengan kata lain tujuan penelitian adalah untuk memperjelas dan menghindari terjadinya kesimpangsiuran. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui perencanaan strategi yang dilakukan


(21)

dalam upaya pengembangan sektor pariwisata yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga di Kota Dumai.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi penulis, bermanfaat untuk menambah pengetahuan serta mengembangkan kemampuan berpikir melalui penulisan karya ilmiah di bidang ilmu sosial. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian di FISIP USU.

2. Sebagai masukan bagi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga di Kota Dumai dalam membuat perencanaan dan pengembangan pariwisata

3. Memberikan sumbangan pemikiran bagi masyarakat dalam menambah wawasan dan pengetahuan di bidang kepariwisataan sehingga dapat mengembangkan kreativitas dalam usaha-usaha kepariwisataan

4. Dapat menjadi bahan informasi yang dapat memberikan sedikit gambaran bagi penelitian lain yang ada kaitannya dengan penelitian ini

E. Kerangka Teori

Kerangka teori dalam melaksanakan pelaksanaan penelitian merupakan hal penting, karena kerangka teori berfungsi sebagai jembatan penghubung objek penelitian untuk analisa dan evaluasi berbagai variabel yang diteliti. Jadi kerangka teori dapat diartikan sebagai dasar dalam memecahkan permasalahan. Dengan demikian maka kerangka teori dalam penelitian ini adalah :


(22)

1. Perencanaan

a. Pengertian Perencanaan

Pelaksanaan semua fungsi manajemen harus diawali dengan perencanaan. Menurut Kadarman, et.a (1996) mengatakan bahwa perencanaan sebagai suatu proses menentukan sasaran yang ingin dicapai, tindakan yang seharusnya dilaksanakan, bentuk organisasi yang tepat untuk mencapainya dan sumber daya manusia yang bertanggung jawab terhadap kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan. Dengan kata lain perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa. Perencanaan yang baik dapat dicapai dengan mempertimbangkan kondisi diwaktu yang akan datang dalam mana perencanaan dan kegiatan yang diputuskan akan dilaksanakan, serta periode sekarang pada saat rencana dibuat. Menurut M. Karebet Widjayakusuma dan M. Ismail Yusanto (2002) Fungsi perencanaan memiliki 4 tujuan penting yaitu :

a. Mengurangi atau mengimbangi ketidakpastian dan perubahan-perubahan di masa mendatang.

b. Memusatkan perhatian pada pencapaian sasaran.

c. Memastikan proses pencapaian tujuan dapat terlaksana secara efisien dan efektif. d. Memudahkan pengawasan

b. Jenis-jenis Perencanaan

Jenis-jenis perencanaan dapat dilihat dari berbagai sisi. Ada yang melihat dari sudut visi perencanaan, institusi yang dilibatkan, dan wewenang dari masing-masing institusi yang terlibat maupun dilihat dari sudut pengelolaan atau koordinasi antar berbagai lembaga. Menurut Glasson (2002:16-21) menyebutkan tipe-tipe perencanaan itu sebagai berikut:


(23)

1. Perencanaan Indikatif Versus Perencanaan Imperatif

Pembedaan ini didasarkan atas ketegasan dari isi perencanaan tersebut dan tingkat kewenangan dari institusi pelaksana. Perencanaan indikatif adalah perencanaan dimana tujuan yang hendak dicapai hanya dinyatakan dalam bentuk indikasi, artinya tidak dipatok dengan tegas atau hanya diperkirakan. Perencanaan imperative adalah perencanaan yang mengatur baik sasaran, prosedur, siapa pelaksana, kapan dilaksanakan dan bahan-bahan serta alat-alat yang dipakai untuk menjalankan rencana tersebut.

2. Perencanaan Phisik Versus Perencanaan Ekonomi

Pada dasarnya pembeda ini didasarkan atas isi atau materi dari perencanaan tersebut. Perencanaan phisik (physical planning) hádala perencanaan untuk mengubah atau memanfaatkan struktur phisik statu wilayah. Misalnya, perencanaan tata ruang tanah, perencanaan jalar transportasi, dan sebagainya. Perencanaan ekonomi (economic planning) berkenaan dengan perubahan struktur ekonomi suatu wilayah dan langkah-langkah untuk memperbaiki tingkat kemakmuran statu wilayah.

3. Perencanaan Alokatif Versus Perencanaan Inovatif

Pembedaan ini didasarkan atas perbedaan visi dari perencanaan. Perencanaan alokatif berkenaan dengan mensukseskan suatu rencana umum yang telah disusun pada level yang lebih tinggi ataupun telah menjadi kesepakatan bersama. Jadi dalam ini inti kegiatannya adalah berupa koordinasi dan sinkronisasi agar sistem kerja untuk mencapai tujuan tersebut dapat berjalan secara efektif. Dalam perencanaan inovatif para perencana lebih memiliki kebebasan baik di dalam menetapkan target maupun dalam cara yang ditempuh untuk mencapai target tersebut. Artinya dapat menetapkan prosedur atau cara-cara baru yang penting target itu tercapai.


(24)

4. Perencanaan Bertujuan Jamak Versus Perencanaan Bertujuan Tunggal

Pembedaan ini didasarkan atas luas pandang (skop) yang dicakup. Perencanaan bertujuan tunggal adalah apabila sasaran yang hendak dicapai adalah sesuatu yang dinyatakan dengan tegas dalam perencanaan dan bersifat tunggal. Misalnya, rencana pemerintah membangun 100 unit rumah di suatu lokasi tertentu. Perencanaan bertujuan jamak adalah perencanaan yang memiliki beberapa tujuan sekaligus.

Misalnya, agar perhubungan di daerah itu semakin lancar, mendorong bertambahnya aktivitas pasar sehingga di kemudian hari pendapatan pemerintah dari penerimaan pajak meningkat.

5. Perencanaan Bertujuan Jelas Versus Perencanaan Bertujuan Laten

Pembedaan ini didasarkan atas konkrit dan tidak konkritnya isi dari rencana tersebut. Perencanaan bertujuan jelas adalah perencanaan yang dengan tegas menyebutkan tujuan dan sasaran dari perencanaan tersebut, dimana sasaran yang dicantumkan dapat diukur keberhasilannya. Misalnya, tujuan adalah menaikkan taraf hidup masyarakat, sedangkan sasarannya adalah menaikkan pendapatan perkapita dalam 3 tahun. Perencanaan bertujuan laten adalah perencanaan yang tidak menyebutkan sasaran dan tujuannya pun kurang jelas sehingga sulit untuk dijabarkan. Misalnya, kehidupan dalam masyarakat yang aman, nyaman dan penuh dengan rasa kekeluargaan.

6. Top Down versus Bottom Up Planning

Pembedaan ini didasarkan atas kewenangan dari institusi yang terlibat. Perencanaan model top down adalah apabila kewenangan utama adalah perencanaan itu berada pada institusi yang lebih tinggi dimana institusi perencaan pada level yang lebih rendah harus menerima arahan dari institusi yang lebih tinggi. Sebaliknya, perencanaan bottom up adalah apabila kewenangan utama dalam perencanaan itu


(25)

berada pada institusi yang lebih rendah dimana perencanaan yang lebih tinggi harus menerima usulan-usulan yang diajukan oleh perencanaan pada tingkat yang lebih rendah.

7. Vertical versus Horizontal Planning

Pembedaan ini didasarkan atas kewenangan antar institusi walaupun lebih ditekankan pada perbedaan jalur koordinasi yang diutamakan perencana. Vertical planning adalah perencanaan yang lebih mengutamakan koordinasi antar berbagai jenjang pada sektor yang sama. Model ini mengutamakan keberhasilan sektoral. Horizontal planning adalah menekankan pada pentingnya merencanakan keterikatan antar berbagai sektor sehingga berbagai sektor dapat berkembang secara bersinergi.

8. Perencanaan Yang Melibatkan Masyarakat Secara Langsung Versus Yang Tidak Melibatkan Masyarakat Secara Langsung

Perencanaan ini juga didasarkan atas kewenangan yang diberikan kepada institusi perencana yang sering kali terkait dengan luas bidang yang direncanakan. Perencanaan yang melibatkan masyarakat secara langsung adalah apabila masyarakat dari sejak awal sudah diberitahu dan diajak ikut serta dalam menyusun rencana tersebut. Perencanaan yang tidak melibatkan masyarakat secara langsung adalah apabila masyarakat tidak dilibatkan sama sekali dan hanya dimintakan persetujuan dari legislatif untuk persetujuan akhir. Misalnya, perencanaan yang bersifat teknis pelaksanaan maupun yang bersifat internal.

c. Tahap-tahap Dasar Perencanaan

Walaupun perencanaan merupakan tindakan awal dalam suatu manajemen, tetapi perlu dekatahui tahap-tahap yang harus dilaksanakan dalam membuat suatu perencanaan. Semua tahap perencanaan pada dasarnya dilihat melalui empat tahap (Handoko, 1993 : 79), antara lain :


(26)

1. Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan

Perencanaan dimulai dengan keputusan-keputusan tentang keinginan-keinginan atau yang jelas maka organisasi tidak akan dapat menggunakan sumber-sumber daya yang dimiliki secara efektif.

2. Merumuskan keadaan saat ini

Dengan menganalisa keadaan organisasi saat ini rencana dapat dirumuskan untuk menggambarkan rencana kegiatan yang lebih lanjut. Dalam tahap ini diperlukan informasi-informasi terutama mengenai keuangan dan data statistik yang didapatkan dari organisasi.

3. Mengidentifikasikan segala kemudahan dan hambatan

Setiap kekuatan dan kelemahan serta kemudahan dan hambatan perlu diidentifikasi untuk mengukur kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal yang dapat membantu organisasi dalam mencapai tujuannya atau yang mungkin dapat menimbulkan masalah. Walaupun sulit dilakukan untuk mengantisipasi keadaan, masalah dan kesempatan serta ancaman yang mungkin terjadi di waktu yang akan datang adalah bagian penting dalam proses perencanaan.

4. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan

Dalam tahap ini perencanaan meliputi pengembangan berbagai alternatif kegiatan untuk pencapaian tujuan dan alternatif yang dipilih adalah yang terbaik dan yang paling memuaskan diantara alternatif yang ada.

d.Pola-Pola Perencanaan

Pada umumnya ada tiga macam pola yang berlaku dalam bidang perencanaan yang mencakup :


(27)

2 Optimizing. Mengoptimalisasikan usaha untuk mencapai prestasi sebaik mungkin. 3 Adaptivizing, mengadaptasi atau menyesuaikan pekerjaan dengan

perubahan-perubahan jangka pendek maupun perubahan penting.

e. Prinsip Perencanaan

Untuk mencapai suatu tujuan dengan cara yang paling efektif, perencanaan yang baik atau usaha mental harus dilaksanakan sebelum tindakan dilakukan, atau usaha fisik. Beberapa prinsip yang dikemukakan sebagai berikut :

1 Perencanaan harus mendahului pelaksanaan fisik atau tindakan 2 Tindakan dilakukan pada waktu yang tepat

3 Adanya elemen waktu dalam konsep pertahapan dari banyak rencana.

4 Jangka waktu yang tercakup harus cukup lama untuk memenuhi komitmen manajerial.

f. Bentuk-Bentuk Perencanaan 1) Rencana Strategis

Strategi adalah program umum untuk pencapaian tujuan-tujuan organisasi dalam pelaksanaan misi. Strategi memberikan pengarahan terpadu bagi organisasi dan berbagai tujuan organisasi, dan memberikan pedoman pemanfaatan sumber daya-sumber daya organisasi yang digunakan untuk mencapai tujuan.

Strategi dapat juga didefenisikan sebagai pola tanggapan organsasi terhadap lingkungannya sepanjang waktu. Strategi menghubungkan sumber daya manusia dan berbagai sumber daya lainnya dengan tantangan dan resiko yang harus dihadapi dari lingkungan di luar perusahaan.

Perencanaan strategis telah lama digunakan sebagai alat untuk mentransformasi dan merevitalisasi organisasi pemerintah dan organisasi non-pemerintah (nonprofit). Tujuan utamanya adalah untuk merespon kemungkinan terjadinya


(28)

perubahan-perubahan perubahan-perubahan lingkungan dimasa depan. Perubahan tersebut sebagai akibat terjadinya ketidak tentuan keadaan politik, ekonomi, tuntutan masyarakat, dan perubahan teknologi yang terjadi secara cepat. Kesemuanya itu menuntut perubahan internal dan eksternal organisasi agar bisa menjalankan kegiatan atau programnya secara berkesinambungan.

Perencanaan strategis menjadi landasan pedoman pemerintah daerah untuk mendapatkan kejelasan tentang apa yang mau capai suatu dan bagaimana mencapainya. Dengan kata lain, perencanaan strategis memaparkan gambaran besar dari apa-apa yang kerjakan dan kemanan tujuannya. Dalam perencanaan strategis diperlukan integrasi antara kemampuan intelektual dan kemampuan empirikal dan intuisi serta pengalaman dari sumber daya manusia aparatur pemerintah untuk mampu menyusun rencana strategis guna menjawab tuntutan perkembangan dan/atau perubahan lingkungan, baik ditingkat lokal, nasional dan global.

Dalam perencanaan strategis ditentukan strategi pembangunan yang meliputi penentuan visi, misi, nilai-nilai, sasaran, startegi, tujuan, dan program. Analisis terhadap lingkungan internal organisasi maupun eksternal merupakan langkah yang sangat penting dalam mengidentifikasi kekutan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities) dan tantangan atau kendala (threats) yang ada. Analisis tersebut sangat penting dan merupakan dasar bagi perwujudan visi, misi, dan strategi instansi pemerintah.

Dengan kata lain, perencanaan strategis merupakan proses analisis, identifikasi dan klarifikasi terhadap :

1. Visi, misi, strategi, dan faktor-faktor keberhasilan organisasi. 2. Penentuan tujuan, sasaran, dan aktivitas organisasi

3. Cara-cara mencapai tujuan dan sasaran dengan memperhatikan tugas pokok dan fungsi instansi bersangkutan.


(29)

Semua elemen rencana strategis tersebut di atas saling mengisi atau melengkapi antara satu dengan lainnya. Misalnya, misi seharus sesuai dengan tata nilai dan visi organisasi, dan harus menjawab tuntutan dan atau kebutuhan-kebutuhan dari masyarakat, dan para pemangku kepentingan (stakeholders). Secara akumulatif hasil utama adalah mencapai tujuan, dan memenuhi atau mewujudkan visi. Rencana strategis yang merupakan produk dari perencanaan strategis harus berpedoman pada rancangan RPJM Daerah.

Langkah-langkah Perencanaan Strategis

Perencanaan strategis merupakan suatu proses multi-tahap (multi-step process) yang meliputi penentuan tata nilai, visi, misi, tujuan, strategi dan program. Langkah-langkah perencanaan strategis dipaparkan pada Gambar I.1

Gambar I.1

Langkah-langkah Perencanaan Strategi

VISI TATA NILAI

MISI KRITIS/STRATEGIS ISU-ISU

KEBIJAKAN

TUJUAN

SWOT

SASARAN STRATEGIS

PROGRAM


(30)

Diagram kerja perencanaan strategis menujukkan bahwa setiap aspek-aspek dalam perencanaan saling berhubungan dan saling melengkapi antara satu dengan lainnya. Visi dan misi dibangun selanjutnya dilanjutkan penentuan tujuan. Tata nilai merupakan landasan moral dari misi dan tujuan oraganisasi. Program-program yang disusun merupakan penjabaran dari misi untuk mewujudkan visi. Kerangka kerja harus memberi hubungan/pertalian dan kejelasan terhadap kerja dari organisasi atau proyek.

Visi

Visi merupakan suatu pemikiran atau pandangan kedepan, tentang apa, kemana dan bagaimana mencapai keadaan yang lebih baik di masa depan. Dengan kata lain, visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode program, untuk mewujudkan sasaran yang mungkin dicapai dalam jangka waktu tertentu. Visi bukan merupakan jargon atau moto. Kalimat yang sering digunakan menjelaskan suatu pernyataan visi berifat membangkitkan semangat (inspiring), bercita-cita tinggi (aspiring) dan memotivasi (motivating). Dalam pernyataan visi terkandung berbagai nilai yang mampu untuk:

1. Menarik komitmen dan kehidupan anggota organisasi, 2. Menciptakan makna bagi kehidupan anggota organisasi, 3. Menciptakan standar keunggulan, dan

4. Menjembatani keadaan sekarang dan keadaan masa depan.  Misi

Misi adalah pernyataan yang luas atau umum tentang sesuatu yang akan dikerjakan, dengan siapa atau untuk siapa, dan kenapa. Dengan kata lain, misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mencapai visi. Dalam misi dinyatakan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dalam kurung waktu tertentu melalui strategi yang telah dipilih.


(31)

Tujuan dan Sasaran

Tujuan dan sasaran sering digunakan secara bergantian (interchangeable), tetapi sebenarnya pengertiannya berbeda. Untuk menghindarkan salah pengertian dalam penggunaannya perlu klarifikasi seperti berikut:

1. Tujuan adalah penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi. Tujuan adalah sesuatu atau apa yang akan dicapai atau dihasilkan pada jangka waktu periode perencanaan, misalnya dalam rencana strategis adalah1 (satu) sampai 5 (lima) tahun. Pada umumnya penetapan tujuan didasarkan pada faktor-faktor kunci keberhasilan yang dilakukan setelah penetapan visi dan misi. Tujuan tidak selalu harus dinyatakan dalam bentuk kuantitatif, namun harus dapat menunjukkan suatu kondisi atau keadaan yang ingin dicapai dimasa yang akan datang. Tujuan akan mengarahkan perumusan sasaran, kebijaksanaan, program, dan kegiatan dalam mewujudkan misi. Oleh karena itu, tujuan harus dapat menyediakan dasar yang kuat untuk menetapkan indikator kinerja.

2. Sasaran adalah penjabaran dari tujuan secara terukur, yaitu sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan secara nyata oleh organisasi dalam jangka waktu tahunan, semester, triwulan, dan bulanan. Sasaran harus menggambarkan hal yang ingin dicapai melalui tindakan-tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan. Sasaran memberikan fokus pada penyusunan kegiatan sehingga bersifat spesifik, terinci, dapat diukur dan dapat dicapai.

Program dan Kegiatan

Program adalah penjabaran atau realisasi dari kebijakan yang merupakan kumpulan kegiatan-kegiatan nyata, sistematis dan terpadu yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa instansi pemerintah, atau merupakan kerjasama dengan pemangku


(32)

kepentingan atau partisipasi masyarakat yang bertujuan untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Keberhasilan program dalam kegiatan yang dilakukan sangat erat kaitannya dengan kebijakan operasional instansi yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari kebijakan tingkat nasional atau provinsi. Untuk memahami adanya kaitan kinerja kegiatan dengan program dan kebijakan, maka perlu dipahami keterkaitan antara kebijakan yang telah ditetapkan dengan program dan kegiatan sebelum diimplementasikan.

Kegiatan adalah tindakan nyata dalam jangka waktu tertentu yang dilakukan oleh instansi pemerintah dengan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai sasaran dan tujuan sesuai dengan kebijakan dan program yang telah ditetapkan.

2) Rencana Operasional

Merupakan penguraian lebih terperinci bagaimana rencana-rencana strategik akan dicapai. Ada dua tipe dua rencana operasional yakni :

- Rencana sekali pakai (Single Use Plan)

Dikembangkan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dan tidak digunakan kembali bila telah tercapai.

- Rencana Tetap (Standing Plan)

Wujud umum rencana-rencana tetap adalah kebijaksanaan, prosedur dan aturan. Rencana ini sekali ditetapkan akan terus diterapkan sampai perlu di ubah (modifikasi) atau dihapuskan. Sekali ditetapkan, rencana tetap memungkinkan para manejer menghemat waktu yang digunakan untuk perencanaan dan pembuatan keputusan karena situasi-situasi yang sama ditangani secara konsisten.


(33)

2. Pariwisata

a. Pengertian Pariwisata

Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua kata yaitu kata pari yang berarti penuh, seluruh, atau semua dan kata wisata yang berarti perjalanan. Kata pariwisata dapat diartikan perjalanan penuh, mulai berangkat dari suatu tempat, ke satu atau beberapa tempat lain dan singgah kemudian kembali ke tempat semula (Kuncoro, 2004: 295).

Pariwisata adalah suatu fenomena yang ditimbulkan oleh salah satu bentuk kegiatan manusia, yaitu kegiatan yang disebut perjalanan (travel), maka perjalanan yang dikategorikan sebagai kegiatan wisata dapat dirumuskan sebagai berikut; “….Perjalanan dan persinggahan yang dilakukan oleh manusia di luar tempat tinggalnya untuk berbagai maksud dan tujuan, tetapi bukan untuk tinggal menetap di tempat yang dikunjungi atau disinggahi, atau untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan dengan mendapatkan “upah“. Rumusan tersebut didasarkan atas definisi tentang pengertian pariwisata yang dirumuskan oleh dua pakar pariwisata berkebangsaan Swiss, Prof. Hunziker dan Prof. Krapf (H. Kodhyat, 1996). Kedua pakar tersebut memberikan rumusan sebagai berikut :

Pariwisata adalah keseluruhan (gejala) dan hubungan-hubungan yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan manusia di luar tempat tinggalnya dengan maksud bukan untuk tinggal menetap (di tempat yang disinggahinya) dan tidak berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan yang menghasilkan upah.

Dari pengertian pariwisata di atas, dapat diketahui bahwa pariwisata bukan merupakan kegiatan yang menghasilkan upah, sebaliknya dengan mengadakan perjalanan pariwisata, maka seseorang akan mengeluarkan biaya. Biaya-biaya dimaksud antara lain biaya konsumsi, biaya menginap, biaya transportasi, dan biaya-biaya lainnya.


(34)

Biaya ini dikeluarkan sesuai dengan sarana yang digunakan oleh wisatawan ketika melakukan kunjungan wisata.

Berkaitan dengan itulah, maka kunjungan wisatawan mempunyai dampak ekonomi kepada daerah tujuan wisata yang didatangi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dampak langsung adalah dengan adanya kunjungan wisatawan, maka akan menciptakan permintaan terhadap fasilitas-fasilitas yang berkaitan dengan jasa industri pariwisata seperti hotel atau losmen melati, rumah makan, sarana angkutan atau travel biro dan jenis hiburan lainnya. Dengan adanya kegiatan pemenuhan kebutuhan wisatawan ini, akan meningkatkan pendapatan masyarakat (Yoeti, 1999: 57-58). Dampak tidak langsung adalah perkembangan di bidang pariwisata akan meningkatkan juga bidang-bidang lainnya.

Secara luas pariwisata dapat dilihat sebagai kegiatan mengembangkan potensi obyek dan daya wisata serta kawasan-kawasan wisata potensial secara berkelanjutan (sustainable tourism development) dan kegiatan yang mempunyai multidimensi dari rangkaian proses pembangunan. Pembangunan sektor pariwisata menyangkut aspek sosial budaya, ekonomi dan politik (Spillane, 1994: 14).

Menurut Richard Sihite dalam Marpaung dan Bahar ( 2000:46-47) menjelaskan definisi pariwisata sebagai berikut : Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamsyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

Nyoman S. Pendit (2003:33) menjelaskan tentang kepariwisataan sebagai berkut: Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan langsung terhadap


(35)

kemajuan-kemajuan pembangunan atau perbaikan pelabuhan pelabuhan (laut atau udara), jalan-jalan raya, pengangkutan setempat,program program kebersihan atau kesehatan, pilot proyek sasana budaya dan kelestarian lingkungan dan sebagainya. Yang kesemuanya dapat memberikan keuntungan dan kesenangan baik bagi masyarakat dalam lingkungan daerah wilayah yang bersangkutan maupun bagi wisatawan pengunjung dari luar. Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan dan sumbangan terhadap pelaksanaan pembangunan proyek-proyek berbagai sektor bagi negara-negara yang telah berkembang atau maju ekonominya, dimana pada gilirannya industri pariwisata merupakan suatu kenyataan ditengah-tengah industri lainnya. Manfaat Pariwisata, yaitu:

 Meningkatkan hubungan yang baik antar bangsa dan negara

 Membuka kesempatan kerja serta perluasan lapangan pekerjaan bagi masyarakat

 Merangsang dan menumbuhkan aktivitas ekonomi masyarakat

 Meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat, pendapatan daerah dan devisa

negara

 Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan

 Membantu dan menunjang gerak pembangunan, seperti penyediaan sarana dan

prasarana yang diperlukan

 Menjaga kelestarian flora, fauna dan lingkungan Tujuan Penyelenggaraan Kepariwisataan

 Memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan dan meningkatkan mutu obyek

& daya tarik wisata.

 Memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan mutu obyek dan daya tarik

wisata.


(36)

 Meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat

 Mendorong pendayagunaan produksi nasional.

b. Bentuk Pariwisata

Bentuk-bentuk pariwisata menurut kategori (Nyoman S. Pendit, 2002: 17-18) adalah :

1) Menurut asal wisatawan

Jika asalnya dari dalam negeri berarti sang wisatawan hanya pindah tempat sementara di dalam lingkungan wilayah negerinya sendiri dan selama ia mengadakan perjalanan, maka disebut pariwisata domestik, sedangkan jika ia datang dari luar negeri disebut pariwisata internasional.

2) Menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran

Kedatangan wisatawan dari luar negeri adalah membawa mata uang asing. Pemasukan valuta asing ini berarti memberi dampak positif terhadap neraca pembayaran luar negeri suatu negara yang dikunjunginya, yang ini disebut pariwisata aktif. Sedangkan kepergian seorang warga negara ke luar negeri memberikan dampak negatif terhadap neraca pembayaran luar negerinya disebut pariwisata pasif.

3) Menurut jangka waktu

Kedatangan seorang wisatawan di suatu tempat atau negara diperhitungkan pula menurut waktu lamanya ia tinggal di tempat atau negara yang bersangkutan. Hal ini menimbulkan istilah-istilah pariwisata jangka pendek dan pariwisata jangka panjang, yang mana tergantung kepada ketentuan-ketentuan yang diberlakukan oleh suatu negara untuk mengukur pendek atau panjangnya waktu yang dimaksudkan.


(37)

4) Menurut jumlah wisatawan

Perbedaan ini diperhitungkan atas jumlah wisatawan yang datang, apakah sang wisatawan datang sendiri atau rombongan. Maka timbullah istilah-istilah pariwisata tunggal dan pariwisata rombongan.

5) Menurut alat angkut yang dipergunakan

Dilihat dari segi penggunaan alat pengangkutan yang dipergunakan oleh sang wisatawan, maka kategori ini dapat dibagi menjadi pariwisata udara, pariwisata laut, pariwisata kereta api dan pariwisata mobil, tergantung apakah sang wisatawan tiba dengan pesawat udara, kapal laut, kereta api atau mobil.

c. Jenis-jenis Objek dan Daya Tarik Wisata

Objek wisata dan daya tarik wisata adalah “segala sesuatu yang mempunyai daya tarik bagi orang-orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu yang terdiri dari:

1. Objek dan daya tarik wisata alam, meliputi:

a) Pantai, merupakan salah satu objek dan daya tarik wisata yang berkaitan erat dengan aktifitas seperti berjemur di terik matahari, berenang, naik perahu, berfoto, ski air, dan lain-lain.

b) Pegunungan, berhubungan dengan kegiatan menikmati pemandangan, mendaki, berkemah dan berfoto. Jenis objek dan daya tarik wisata ini termasuk gunung berapi dan bukit-bukit dengan keunikan tertentu.

c) Daerah liar dan terpencil, daerah ini sering disebut sebagai primitive areas dimana pengunjung mencari ketenangan, lingkungan alami dengan pembangunan yang terbatas serta masyarakat tradisional.


(38)

d) Taman dan daerah konservasi, berhubungan dengan flora dan fauna antara lain taman safari, kebun binatang, aquarium, dan botanic garden. Keberadaan objek dan daya tarik wisata ini dapat juga dijadikan sebagai tempat pengembangbiakan atau penakaran bagi flora dan fauna yang langka.

2. Objek dan daya tarik wisata sosial budaya, meliputi :

a) Museum dan fasilitas budaya lainnya, berhubungan dengan aspek alam dan aspek kebudayaan di suatu kawasan atau daerah tertentu. Museum ini berupa museum arkeologi, sejarah, etnologi, sejarah alam, seni dan kerajinan, ilmu pengetahuan, teknologi dan industri dan lain-lain.

b) Peninggalan sejarah purbakalaan dan monumen, berupa monumen nasional, gedung sejarah, kota, desa, bangunan keagamaan serta tempat-tempat bersejarah lain seperti bangunan-bangunan kuno.

c) Pola kehidupan dan tradisi, termasuk adat-istiadat, pakaian, upacara dan kepercayaan dari suatu suku bangsa tertentu.

d) Wisata keagamaan, etnis dan nostalgia, erat kaitannya dengan wisatawan atau pengunjungan yang memiliki latar belakang kebudayaan, agama, etnis dan sejarah yang sama atau hal-hal yang pernah berhubungan dengan masa lalunya (Marpaung, 2002 : 80-93).

Objek pariwisata dan segala atraksi yang diperlihatkan merupakan daya tarik utama, mengapa seseorang datang berkunjung pada suatu tempat, oleh karena itu keaslian dari objek dan atraksi yang ditampilkan harus dipertahankan sehingga wisatawan hanya ditempat tersebut dapat melihat dan menyaksikan.

d. Intergrasi Dalam Sistem Pariwisata

Dengan membangun objek wisata saja wisatawan belum tentu berdatangan. Objek wisata itu harus diintegrasikan dengan syarat-syarat pariwisata lainnya, yaitu jasa


(39)

pelayanan wisata, transportasi dan aktualisasi perjalanan atau pemasaran. Untuk melaksanakan hal itu banyak dimanfaatkan prasarana umum yang ada, yang biasanya disediakan oleh pemerintah. Yang dapat dianggap tugas pembangunan objek wisata ialah pembangunan yang langsung dan secara khusus berhubungan dengan atau terletak dalam kompleks objek wisata dan tidak ditangani oleh penyedia prasarana umum. 1. Jaringan Transportasi

Tanpa dihubungkan dengan jaringan transportasi tidak mungkin sesuatu objek wisata mendapat kunjungan wisatwan. Objek wisata merupakan akhir perjalanan wisata dan harus memenuhi syarat-syarat aksesibilitas, artinya objek wisata harus mudah dicapai dan dengan sendirinya juga mudah ditemukan. Jalan merupakan jalan akses itu harus berhubungan dengan jalan prasarana umum. Kondisi jalan umum dan jalan akses merupakan syarat yang penting sekali dan menentukan aksebilitas sesuatu objek wisata.

2. Akomodasi

Selain dihubungkan dengan fasilitas angkutan, objek wisata juga harus menyediakan akomodasi. Selama di tempat objek wisata, para wisataan juga mempunyai kebutuhan-kebutuhan hidup (tourist needs) yang harus disediakan. Akomodasi atau jasa pelayanan itu yang terpenting ialah fasilitas untuk beristirahat apabila mereka lelah, fasilitas untuk makan dan minum, petugas penerangan dan juga petugas keamanan. Kualitas dan petugas harus sesuai dengan kebutuhan para wisatawan. Dalam objek wisata yang banyak dikunjungi orang asing harus ada petugas yang dapat berbahas asing.

3. Pemasaran

Tempat objek wisata sebenarnya juga tempat kegiatan pemasaran pariwisata. Pembangunan objek wisata yang sesuai dengan motif wisatawan berarti penawaran


(40)

(supply) yang tepat dengan permintaan (demand) wisatawan sebagai konsumen. Wisatwan yang merasa puas, apalagi kalau mereka itu dilengkapi dengan sarana promosi seperti gambar-gambar, folder dan leaft, serta pulang dengan membawa cendera mata, dapat diharapkan akan meneruskan informasi kepada lingkungannya. Ini disebut promosi yang paling efektif (Soekadijo, 1996: 68-70).

Dalam peningkatan dan pembangunan pariwisata harus didukung oleh beberapa unsur seperti:

1. Objek tujuan wisata (tourism destination) yang memiliki keindahan, keunikan dan kelengkapan fasilitas pendukung.

2. Pelayanan (services) yang memenuhi standar minimum menuju kepuasan tamu (customer satisfaction).

3. Sistem transportasi (transportation system) yang berlangsung secara terus menerus serta menjamin keamanan dan keselamatan penumpang.

4. Komunikasi (comunications) yang memiliki akses umum dan luas.

5. Masyarakat (community) yang sadar wisata, ramah, disiplin dan lingkungan hidup bersih.

6. Fasilitas lain (other facility) seperti penginapan, restoran dan hiburan atau atraksi seni dan budaya.

3. Perencanaan Pengembangan Pariwisata

Pengembangan adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan ke sasaran yang dikehendaki (Porewadarmanto, 1994 : 64). Pengembangan adalah suatu usaha menuju ke arah yang lebih baik yang berarti ada perubahan dan pertumbuhan. Perubahan itu bisa dalam arti kualitas dan kuantitas.


(41)

Dalam konteks pariwisata secara kualitas berarti meningkatkan objek wisata dan peningkatan mutu pelayanan, sedangkan secara kuantitas berarti perluasan dan penganekaragaman objek wisata serta akomodasi lainnya.

Perencanaan pengembangan pariwisata adalah suatu usaha untuk menetapkan langkah-langkah yang akan ditempuh dalam upaya meningkatkan pariwisata sebagai sumber devisa bagi negara, sehingga pengembangan pariwisata benar-benar terarah dan dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya (Marpaung, 2002).

Pengembangan pariwisata merupakan pengembangan yang berencana secara menyeluruh sehingga dapat memberikan manfaat terhadap kehidupan masyarakat baik dari segi ekonomi, sosial dan budaya. Dengan adanya perencanaan potensi dari objek pariwisata tersebut akan berkembang sehingga menimbulkan keuntungan besar bagi pengusaha yang bergerak di bidang kepariwisataan dan juga pemerintah. Oleh karena itu pengembangan pariwisata haruslah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat menarik banyak wisatawan dari berbagai daerah maupun negara yang pada akhirnya akan menjadi sebuah aset yang sangat penting dalam pembangunan.

Konsep pengembangan kepariwisataan yang berorientasi pada optimalisasi fungsi sumber daya alam, pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan pendekatkan kolaboratif dan pelestarian keseimbangan lingkungan. Pengembangan pariwisata membutuhkan peran dan partisipasi berbagai pihak (stakeholders). Partisipasi dari berbagai pihak tersebut terlibat dalam proses perencananaan yang terdiri dari keputusan politik, bahwa pariwisata akan dikembangkan, penentuan tujuan dan sasaran, survai data pendukung, analisis dan sintesis. Pariwisata biasanya akan dapat lebih berkembang atau dikembangkan jika bagaimanapun juga, beberapa jenis objek itu adalah untuk kepentingan konservasi. Jadi tidak terus dikembangkan untuk kepentingan ekonomi.


(42)

Para pelaku pariwisata Indonesia seyogyanya melakukan perencanaan yang matang dan terarah untuk menjawab tantangan sekaligus menangkap peluang yang akan lalu lalang di kawasan kita. Pemanfaatan peluang harus dilakukan melalui pendekatan “ re-positioning ” keberadaan masing-masing kegiatan pariwisata dimulai dari sejak investasi, promosi, pembuatan produk pariwisata, penyiapan jaringan pemasaran internasional, dan penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas. Kesemuanya ini harus disiapkan untuk memenuhi standar internasional sehingga dapat lebih kompetitif dan menarik, dibandingkan dengan kegiatan yang serupa dari negara-negara disekitar Indonesia.

Di bidang budaya harus dirintis kembali pengembangan dan peningkatan kehidupan kebudayaan dikalangan masyarakat secara rutin dan berkesinambungan diberbagai tingkatan daerah dari desa sampai ke perkotaan, tidak lagi dipusatkan hanya di Pusat ataupun di ibu kota propinsi. Gerakan massal ini memerlukan waktu minimal 5 – 10 tahun. Adanya upaya penyeragaman budaya menjadi budaya nasional, seperti pada masa lalu, haruslah dicegah agar kebhinekaan budaya dan kesenian dapat tumbuh berkembang dengan sehat dan alamiah. Apresiasi budaya dan kesenian diberbagai tingkatan harus dilakukan oleh rakyat secara spontan bukan lagi didasarkan karena adanya arahan dari pusat ataupun diselenggarakan melalui panitia pusat. Yang pada akhirnya setelah surat keputusan berakhir maka berbagai event ataupun festival pun tidak muncul lagi dan menunggu SK berikutnya. Paragdima berpikir semacam ini haruslah dikikis habis oleh para pelaku pariwisata itu sendiri. Dan seandainya pun Pemerintah ada dananya dan akan membantu kegiatan-kegiatan budaya kesenian, hendaknya hanyalah bersifat “start-up” untuk menggulirkan kegiatan tersebut pada tahap-tahap awal sedangkan untuk selanjutnya harus dapat dikembangkan sendiri dari swadaya masyarakat.


(43)

Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa dalam pengembangan pariwisata yang potensial harus dilakukan penelitian, dan di evaluasi sebelum fasilitas wisata dikembangkan disuatu daerah tertentu. Hal ini penting agar perkembangan daya tarik wisata yang ada dapat sesuai dengan keinginan pasar potensial dan untuk menentukan pengembangan yang tepat dan sesuai.

Dengan demikian metode-metode dari rencana pengembangan perlu dipertimbangkan dengan mencakup tingkatan-tingkatan yang paling dominan dari sebuah sistem konstruksi, sebagaimana misalnya dalam pembuatan undang-undang dan kontrol-kontrol pengaturan yang dapat membawa efek. Bilamana rencana pengembangan telah dibuat instrumennya, harus dimonitor agar mengetahui beberapa penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi.

a. Tahap-tahap Perencanaan Pariwisata

Menurut Charles Keiser Jr. Dan Larry E. Helber, tahap-tahap perencanaan pariwisata itu dimulai dari pengembangan pariwisata daerah (regional tourism develpoment) mencakup pembangunan fisik objek dan atraksi wisata yang akan dijual, fasilitas akomodasi, restoran, pelayanan umum, angkutan wisata dan perencanaan promosi yang akan dilakukan.

Adapun tahap-tahap berikutnya akan banyak tergantung pada kondisi daerah tujuan wisata tersebut, yakni mengenai kecenderungan peningkatan kunjungan wisatawan. Artinya, pengembangan dengan sistem prioritas sesuai dengan kebutuhan atau permintaan pasar. Untuk pengembangan ini perlu dilakukan pendekatan-pendekatan dengan organisasi pariwisata yang ada (pemerintah atau swasta) dan pihak-pihak terkait yang diharapkan dapat mendukung kelanjutan pembangunan pariwisata di daerah itu.


(44)

Dalam perencanaan pengembangan pariwisata semua aspek operasional perlu dipertimbangkan secara cermat, terutama faktor-faktor yang mendukung kelancaran wisatawan semenjak ia berangkat dari negara asalnya, selama dalam perjalanan, ditempat tujuan, pada objek dan atraksi wisata yang dikunjungi, sehingga ia kembali ke negara asalnya dengan perasaan puas (dalam Yoeti, 1997 : 29-31).

b. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Perencanaan Pengembangan Pariwisata Daerah

Perencanaan pengembangan bagi Daerah Tujuan Wisata meliputi sejumlah aspek kunci seperti :

1. Pengalaman-pengalaman masa lalu daerah tersebut yang berkaitan dengan kepariwisataan yang mungkin perlu dipertimbangkan, termasuk ciri-ciri, karakteristik dan sejarah daerah, organisasi-organisasi pariwisata di daerah itu atau perusahaan-perusahaan yang berhasil menjalankan bisnisnya di daerah tersbut. 2. Organisasi pariwisata didaerah harus siap menyesuaikan misi dengan karakteristik

pariwisata di daerah itu. Misalnya, bila suatu daerah memiliki ekowisata yang menonjol, maka misi harus disesuaikan dengan keuntungan yang akan diperoleh dari ekowisata tersebut.

3. Kondisi sumber daya potensi yang dimiliki daerah dapat mempengaruhi kemungkinan tentang dapat atau tidaknya misi yang dirumuskan dijalankan.

4. Suatu perencanaan yang dianggap berhasil biasanya selalu mencoba mewujudkan pilihan dan harapan masyarakat mayoritas di daerah itu.

5. Perencanaan pariwisata harus didasarkan pada kompetensi daerah yang bersifat lain dari yang lain. Untuk itu perlu diupayakan berkonsentrasi pada kekuatan-kekuatan yang dimiliki daerah. Misalnya, kalau potensi pariwisata itu yang


(45)

dominan adalah warisan budaya yang dimiliki daerah, maka misi harus mendapat penekanan utama pada warisan budaya itu.

Dengan demikian kesimpulannya adalah bahwa perencanaan yang dirumuskan itu hendaknya memenuhi syarat-syarat kelayakan yang berarti bahwa Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga di Kota Dumai hendaknya menghindari perumusan misi yang tidak mungkin dapat dicapai, dapat memberi semangat bersifat khusus, dan berbeda dengan yang lain.

Adapun mengenai substansi pernyataan misi, didalamnya hendaknya dimasukkan aspek-aspek seperti pertimbangan dan alasan keberdaan Organisasi Pariwisata Daerah serta tanggung jawabnya dalam pengembangan pariwisata sebagai suatu industri di daerah tersebut. Aspek lainnya yang perlu diperhatikan adalah kebutuhan (needs) dan keinginan (wants) serta harapan (expectation) wisatawan yang dapat dipenuhi oleh perusahaan-perusahaan kelompok industri pariwisata serta dampak ekonomi yang diberikan industri pariwisata jika dikembangkan didaerah itu. Selain itu juga perlu diperhatikan beberapa petunjuk umum untuk menetapkan strategi pengembangan pariwisata di daerah itu, seperti misalnya mengikutsertakan penduduk setempat (local people) dalam proyek-proyek pariwisata yang dikembangkan (Yoeti, 2002 : 48).

Adapun aspek-aspek yang perlu diketahui dalam perencanaan pariwisata adalah : 1) Wisatawan (tourist), yaitu mengenai karakteristik wisatawan yang diharapkan

datang.

2) Pengangkutan (transportation), yakni fasilitas transportasi yang tersedia atau yang dapat digunakan, baik untuk membawa wisatawan dari negara ke daerah tujuan wisata yang akan dituju maupun transportasi lokal kalau melakukan perjalanan wisata di daerah tujuan wisata yang dikunjungi.


(46)

3) Atraksi atau objek wisata yaitu bagaimana objek atau atraksi yang akan dijual dengan memperhatikan tiga syarat seperti apa yang dapat dilihat (something to buy) di daerah tujuan wisata yang dikunjungi.

4) Fasilitas pelayanan (service facilities), meliputi akomodasi perhotelan yang ada, restoran, pelayanan umum di daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi.

5) Informasi dan promosi (information and promotion), yaitu informasi tentang daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi. Untuk itu perlu dipikirkan cara-cara publikasi atau promosi yang akan dilakukan, menyangkut iklan, video, brosur atau booklet sehingga calon wisatawan mengetahui tiap paket wisata (Yoeti, 1997:2-3). Berikut ini adalah gambar dari aspek-aspek yang perlu diketahui dalam perencanaan pariwisata:

Domestik Mancanegara

Iklan  Darat

Brosur  Laut

Video  Udara

 Something to see  Something to do  Something to buy

Hotel Restoran

Pelayanan Umum Gambar I.2

Aspek-aspek Perencanaan Pariwisata Yang Perlu Dikaji Wisatawan

Informasi /

Promosi Transportasi

Objek (Atraksi) Wisata


(47)

c. Pengembangan Sasaran Pariwisata Daerah yang Lebih Luas

Pengembangan pariwisata harus merupakan pengembangan yang berencana secara menyeluruh, sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat baik dari segi ekonomi, sosial dan budaya. Pengembangan kepariwisataan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk menarik jumlah wisatawan yang semakin banyak secara terus-menerus sehingga akan merupakan asset penting dalam pembangunan, baik bagi negara dan bagi Kota Dumai pada khususnya yang bertujuan memajukan perekonomian bangsa.

Pembangunan keperiwisataan adalah bagian integral dari pembangunan daerah yang dapat memberikan arti penting bagi masyarakat, terutama untuk menciptakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, meningkatkan pendapatan dan memperkenalkan alam Indonesia untuk memupuk rasa cinta tanah air. Walaupun memberikan banyak dampak positif terhadap pembangunan pariwisata, ada baiknya agar industri pariwisata tidak lupa memprioritaskan faktor lingkungan dan sosial berdampingan dengan keinginan untuk mengembangkan perekonomian pada daerah tujuan wisata tersebut.

Selanjutnya Mill dan Morrison (1995) juga menganjurkan supaya sasaran sektor pariwisata tidak ditetapkan secara eksklusif, karena sasaran pariwisata harus disusun sesuai dengan kepentingan nasional yang lebih luas. Menurut Gunn menetapkan sasaran pengembangan pariwisata pada suatu saerah tujuan wisata sebagai berikut:

a. Mempersiapkan asesibilitas, fasilitas dan daya tarik pariwisata sedemikian rupa sehingga bila wisatawan berkunjung ke daerah tujuan wisata tersebut merasa puas, senang dan sesuai dengan harapannya mengapa ia melakukan perjalanan wisata. b. Supaya perusahaan-perusahaan yang termasuk industri pariwisata memperoleh hasil

dari keuntungan yang berimbang atau proporsional dengan volume kunjungan wisatawan ke daerah itu, apalagi bagi pengusaha yang telah menginvestasikan modalnya dalam sektor pariwisata yang pengembaliannya relatif cukup lama.


(48)

c. Pengembangan yang dilakukan hendaknya sekaligus dapat memberikan perlindungan terhadap kerusakan lingkungan, pencemaran seni dan budaya, kerusakan moral dan kepribadian bangsa, kehancuran kehidupan beragama dan terhindar dari perdagangan psikotropika (obat-obat terlarang) internasional.

Walau dua sasaran diatas lebih menekankan pada ekonomi, namun sasaran akhirnya ia menginginkan agar sasaran ketiga dianggap lebih penting diperhatikan (dalam Yoeti, 2002: 52). Dengan demikian, sasaran pengembangan pariwisata harus menyediakan kerangka untuk meningkatkan standar kehidupan penduduk yang lebih baik melalui manfaat ekonomi dari sektor pariwisata. Disamping itu juga perlu membangun infrastruktur dan menyediakan fasilitas rekreasi dan hiburan, baik bagi wisatawan maupun masyarakat setempat dan menjamin dilakukannya berbagai macam pembangunan di kawasan wisata yang banyak dikunjungi wisatawan. Kemudian yang paling perlu diperhatikan adalah merancang suatu program pembangunan yang konsisten berdasarkan filosofi perekonomian rakyat, sosial dan budaya, yang hidup di tengah-tangah masyarakat banyak yang tinggal dan hidup di sekitar proyek pariwisata itu dikembangkan.

d. Permasalahan yang Dihadapi

1. Penataan kawasan wisata masih sering terlihat kurang mengikuti kaedah teknis penataan ruang, misalnya memanfaatkan kawasan yang mempunyai kemiringan lereng tidak layak untuk dikembangkan namun tetap dibangun menjadi obyek pariwisata, seperti pembangunan sarana akomodasi, yang dapat menimbulkan dapak negatif terhadap upaya pariwisata itu sendiri. Contohnya permandian air panas di Kab. Mojokerto Jawa Timur yang beberapa waktu yang lalu terjadi bencana banjir bandang yang mengakibatkan kerugian jiwa dan material yang sangat besar. Contoh lain yaitu pengendalian yang masih belum efektif terhadap


(49)

pembangunan fasilitas pariwisata yang merambah ke kawasan lindung yang diduga menjadi salah satu penyebab terjadinya erosi dan banjir, seperti yang terjadi di kawasan pariwisata puncak.

2. Permasalahan lainnya yaitu pengembangan kegiatan pariwisata masih fokus hanya pada pengembangan aspek fisik saja, seperti hanya mengembangkan karena potensi alamnya seperti Danau Toba, karena potensi situs seperti Borobudur. Saat ini dalam pengembangan kegiatan pariwisata belum terlihat upaya menciptakan obyek pariwisata baru yang bersifat non-fisik, seperti dengan mengembangkan potensi kebudayaan yang dimiliki oleh daerah tersebut, apakah upacara adat yang dimiliki atau kegiatan unik yang ada contohnya tempat penangkaran buaya di daerah Medan berpotensi untuk dikembangkan sebagai tempat wisata nasional. Sebenarnya masih banyak potensi-potensi pariwisata lainnya yang dapat dikembangkan yang terkait dengan aspek budaya, seperti misalnya Tanah Toraja, Taman Laut Bunaken, sebagaimana diusulkan dalam RTRWN.

3. Konflik antar sektor juga masih sering terjadi dalam mengembangkan kegiatan pariwisata, seperti misalnya konflik antar sektor pertanian dengan sektor pariwisata yang terjadi Bali, dimana pengembangan kawasan wisata di Bali mempengaruhi penyediaan air baku untuk kawasan pertanian.

4. Permasalahan-permasalahan dalam konteks lokal yang sering ditemui antara lain dalam pelaksanaan kegiatan pariwisata, masih banyak terjadi masyarakat yang berada di dalam kawasan wisata tersebut masih belum ikut “memiliki”, manfaat yang dihasilkan belum sepenuhnya dirasakan oleh masyarakat di sekitarnya hanya dirasakan oleh para investor saja.

5. Keterbatasan dukungan sarana dan prasarana penunjang merupakan juga salah satu permasalahan yang perlu mendapat perhatian. Dimana dukungan sarana dan prasarana merupakan faktor penting untuk keberlanjutan penyelenggaraan


(50)

kegiatan pariwisata, seperti penyediaan akses, akomodasi, angkutan wisata, dan sarana prasarana pendukung lainnya. Masih banyak kawasan wisata yang sangat berpotensi tetapi masih belum didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Selain itu sarana dan prasarana yang

6. dibangun hanya untuk kepentingan lokal saja, belum dapat melayani kebutuhan penyelenggaraan pariwisata di luar lokasi. Seperti misalnya penyediaan angkutan wisata hanya tersedia di area kawasan wisata saja, tetapi sarana angkutan untuk mencapai kawasan tersebut dari akses luar belum tersedia.

e. Pedoman Pengembangan Sasaran Pariwisata Daerah

Dari analisis yang pernah dilakukan oleh bermacam-macam lembaga atau organisasi, termasuk yang dilakukan oleh Gravens dan Lamb menyatakan beberapa kriteria dan pedoman yang dapat menentukan sasaran pengembangan pariwisata daerah, antara lain adalah :

a. Setiap sasaran harus relevan dengan hasil keseluruhan. Misalnya, kesadaran berpromosi dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kunjungan wisatawan yang diinginkan.

b. Setiap sasaran hendaknya konsisten dengan sasaran-sasaran lain dari daerah tujuan wisata tersebut. Sasaran yang tidak konsisten dapat berlawanan dengan sasaran yang lain.

c. Setiap sasaran yang hendak dicapai harus cukup realistis, logis dan bukan suatu hasil rekayasa.

d. Sasaran yang ditetapkan dapat dijadikan sebagai pedoman atau petunjuk dalam pelaksanaan. Sasaran yang ditetapkan dapat mempermudah dalam pengambilan keputusan, yang berarti dapat membantu organisasi untuk menyeleksi alternatif pelaksanaan yang dilakukan (dalam Yoeti, 2002: 53).


(51)

Maka dapat disimpulkan bahwa supaya sasaran dapat memenuhi fungsinya dengan baik, maka sasaran itu harus dapat menggambarkan suatu pertimbangan tentang keseimbangan antara kinerja yang diinginkan dengan kemungkinan pencapaiannya. Juga penting diperhatikan, sasaran harus ditetapkan dengan jalan membandingkan dengan sasaran-sasaran lain di daerah tersebut. Bila ini tidak dilakukan mungkin akan dapat mengakibatkan terjadinya benturan antara sasaran-sasaran yang satu dengan yang lain atau bahkan dalam sasaran itu sendiri.

f. Pentingnya Perencanaan Pengembangan Pariwisata

Merencanakan sesuatu bila dilakukan dengan baik tentu akan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya dan dapat pula memperkecil efek samping yang tidak menguntungkan. Karena itu pentingnya perencanaan dalam pengembangan pariwisata sesuai dengan apa yang telah dirumuskan dan berhasil mencapai sasaran yang dikehendaki, baik itu ditinjau dari segi ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan hidup. Hal ini mengingatkan bahwa dalam pengembangan sektor pariwisata memerlukan biaya yang relatif besar seperti pembangunan lapangan terbang, pelabuhan, jalan-jalan menuju objek wisata, pembangunan hotel dan akomodasi lainnya, pengadaan tenaga listrik, sarana telekomunikasi dan sebagainya sehingga perlu perencanaan yang matang.

Pertumbuhan kepariwisataan yang tidak terkendali sebagai akibat dari perencanaan yang kurang baik, pasti akan menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan bagi semua pihak. Dengan perkataan lain, akan dapat menimbulkan masalah-masalah sosial dan budaya, terutama di daerah atau tempat dimana terdapat tingkat perbedaan sosialnya antara wisatawan dengan penduduk setempat. Misalnya, tingkah laku penduduk yang suka meniru seperti apa yang dilakukan wisatawan asing sehingga dapat menimbulkan masalah-masalah sosial seperti hilangnya kepribadian,


(1)

1. Pelaksanaan Promosi Pariwisata Nusantara dalam dan luar negeri dengan indikator output kegiatan gebyar wisata nusantara (Jakarta), Malaka Expo (Malaka), Pekanbaru Fair, Indonesia City Expo (Pontianak).

2. Pengembangan jaringan kerjasama promosi pariwisata seperti pembuatan brosur, banner, kalender, tas leaflet, baliho pariwisata dengan indikator output kegiatan tersedianya alat promosi dan informasi potensi objek wisata Kota Dumai.

Selain itu juga terjalinnya kerjasama pelaku yang terlibat dalam pengembangan SDM Pariwisata dengan indicator output kegiatan pemilihan bujang dan dara tahun 2009 adalah tersedianya Duta Pariwisata kota Dumai yang professional sebanyak 1 pasang (putra-putri).

Berdasarkan pada tabel 30 dapat diketahui bahwa Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata berdasarkan rekapitulasi data variabel tunggal bahwa jumlah responden terhadap nilai tertinggi yang dicapai adalah 107, sedangkan jumlah nilai jawaban terendah adalah 93 Berada pada kategori cukup memuaskan ada sebanyak 11 orang responden (40,7%), sedangkan kategori kurang memuaskan ada sebanyak 7 orang (25,9%), yang menjawab memuaskan ada sebanyak 4 orang (14,8%), yang menjawab tidak memuaskan menjawab 3 orang (11,1%), dan hanya ada 2 orang (7,4%) yang menjawab pada kategori sangat memuaskan.


(2)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota Dumai, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Bahwa perencanaan strategis dalam upaya pengemabangan pariwisata pada Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota Dumai memiliki kategori cukup memuaskan. Hal ini terbukti dari jawaban responden berada pada kategori cukup memuaskan dengan responden sebanyak ada sebanyak 11 orang responden (40,7%), sedangkan kategori kurang memuaskan ada sebanyak 7 orang (25,9%), yang menjawab memuaskan ada sebanyak 4 orang (14,8%), yang menjawab tidak memuaskan menjawab 3 orang (11,1%), dan hanya ada 2 orang (7,4%) yang menjawab pada kategori sangat memuaskan.

2. Untuk menyusun atau membuat rencana strategis, anda perlu akan melakukan suatu proses yang terdiri dari serangkaian tahap-tahap kegiatan dimana rangkaian tersebut dinamakan proses perencanaan strategis. Banyak nama atau istilah yang umum digunakan orang dalam rangkaian atau tahap-rahap kegiatan-kegiatan tersebut. Terkadang digunakan digunakan tahapan yang berbeda. Tetapi pada prinsipnya ada tahap yang tidak boleh tidak ada dalam proses perencanaan strategis, yaitu; perumusan visi, misi, tujuan dan sasaran, serta program dan sasaran.

3. Visi yang dilakukan Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota Dumai Visi bukan merupakan jargon atau moto. Kalimat yang sering digunakan menjelaskan suatu pernyataan visi berifat membangkitkan semangat (inspiring), bercita-cita tinggi (aspiring) dan memotivasi (motivating). Visi yang terkandung didalamnya


(3)

dengan cara : melestarikan dan mengembangkan nila-nilai asset budaya tradisional dan objek-objek wisata atau taman wisata kota, meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar daerah baik tingkat provinsi maupun tingkat nasional serta kerjasama para pelaku industri pariwisata, meningkatkan SDM, aparatur di bidang pariwisata, informasi dan komunikasi serta kebudayaan dan pengembangan sistem pelayanan informasi dan komunikasi.

4. Misi adalah pernyataan yang luas atau umum tentang sesuatu yang akan dikerjakan, dengan siapa atau untuk siapa, dan kenapa. Dengan kata lain misi yang di buat oleh Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota Dumai adalah peningkatan apresiasi kebudayaan dan pariwisata, peningkatan pembinaan dan penguatan kelembagaan di bidang kebudayaan dan pariwisata, peningkatan kualitas SDM aparatur dan mitra usaha di bidang kebudayaan dan pariwisata, pengembangan sistem informasi dibidang kebudayaan dan pariwisata.

5. Tujuan dan sasaran sering digunakan secara bergantian (interchangeable), tetapi sebenarnya pengertiannya berbeda. Tujuan adalah sesuatu atau apa yang akan dicapai atau dihasilkan pada jangka waktu periode perencanaan, misalnya dalam rencana strategis adalah1 (satu) sampai 5 (lima) tahun. Tujuan yang hendak dicapai adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui kebudayaan dan pariwisata, terciptanya lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat daerah. Sedangkan sasaran adalah penjabaran dari tujuan secara terukur, yaitu sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan secara nyata oleh organisasi dalam jangka waktu tahunan, semester, triwulan, dan bulanan.

6. Program dan kegiatan, Program adalah penjabaran atau realisasi dari kebijakan yang merupakan kumpulan kegiatan-kegiatan nyata, sistematis dan terpadu yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa instansi pemerintah, atau merupakan kerjasama dengan pemangku kepentingan atau partisipasi masyarakat yang


(4)

bertujuan untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Keberhasilan program dalam kegiatan yang dilakukan sangat erat kaitannya dengan kebijakan operasional instansi yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari kebijakan tingkat nasional atau provinsi. Dalam penyusunan perencanaan pengembangan kepariwisataan di Kota Dumai dilakukan dengan melibatkan masyarakat dan stakeholder pariwisata. Adapun rencana yang disusun adalah melakukan penataan terhadap objek-objek tujuan wisata yang didukung oleh fasilitas serta sarana dan prasarana transportasi yang memadai. Kemudian meningkatkan usaha pemasaran melalui promosi dan bekerjasama dengan pengusaha wisata, masyarakat maupun pihak asing dan selanjutnya mengembangkannya sehingga dapat berkesinambungan.

7. Sementara itu kendala maupun hambatan yang dihadapi dalam rangka pembangunan pariwisata di Kota Dumai adalah masih kurangnya pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pengembangan pariwisata serta kondisi negara Indonesia yang dilanda krisis multidimensional. Disamping itu juga keadaan personalia pada Kantor Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga yang masih kurang memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas serta keterbatasan dana yang dimiliki oleh Kota Dumai.

B. Saran

Untuk pengembangan kepariwisataan di Kota Dumai, maka perlu dibuat Master Plan dan Zona Kawasan Pariwisata yang menjadi panduan sehingga pembangunan pariwisata lebih terarah. Hal ini menghindari terjadinya pemborosan anggaran mengingat pembangunan pariwisata memerlukan dana yang begitu besar.

Kekayaan alam dan pesona alam yang luar biasa sebenarnya menjadi modal utama dalam pengembangan objek wisata. Pengembangan wisata juga memiliki


(5)

keunikan tersendiri. Jika kegiatan lain membutuhkan modal besar untuk pembangunan daerah, maka dalam wisata daya tarik utama justru pesona alam yang asli. Investor tidak perlu susah payah mengeluarkan modal besar untuk membangun objek wisata. Daya tarik wisatanya sudah tersedia berupa pesona alam.

Kalaupun membangun fasilitas, berupa cottages atau tempat peristirahatan, tidak perlu modal besar karena biasanya wisatawan menyukai tempat peristirahatan yang alami, bukan hotel yang mewah. Namun, tarifnya setara dengan tarif hotel bintang lima dan tidak pernah sepi peminat. Pengelolaan wisata terkesan kurang serius dilakukan pemerintah. Pembangunan infrastruktur tidak optimal serta koordinasi antar instansi pemerintah masih sangat lemah.

Perlu adanya calender of event pariwisata yang tetap dan teratur setiap tahunnya. Maksudnya adalah pengadaan kegiatan-kegiatan kepariwisataan seperti pameran-pameran seni dan budaya, perlombaan olahraga misalnya renang, lari, terbang layang, sepeda, jet sky, dan lain-lain. Selanjutnya dalam hal penyediaan sarana dan prasarana wisata agar dilakukan secara merata pada setiap kecamatan serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Agung. Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi. (1983). Metode Penelitian Survay. Jakarta LP3ES

Burhan Bungin. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Husein Umar. (2008). Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan. Cetakan Pertama. Jakarta : Rajawali Press

Istijanto (2008). Riset Sumber Daya Manusia. Cetakan Pertama. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

M. Iqbal Hasan. (2003). Pokok-pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif) : Edisi Kedua. Yakarta : PT. Bumi Aksara.

Nyoman S. Pendit. (2003). Ilmu Pariwisata: Sebuah Pengantar Perdana. Cetakan Ketujuh. Jakarta: PT. Pradnya Paramitha.

Ronny Sugiantoro, S.Pd., SE. (2000). Pariwisata : Antara Obsesi dan Realita Yogyakarta : Mitra Gama Widya.

T. Hani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Liberty, Yoyakarta

Soekadijo, R. G. (1997). Anatomi Pariwisata. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Siagian, SP. (2007). Fungsi-Fungsi Manajemen. Jakarta : Cetakan Pertama. Edisi Revisi. Jakarta : Bumi Asri.

Singgih Sutanto. (2008). Menguasai Statistik di Era Informasi dengan Menggunakan SPSS 16. Jakarta. PT. Elex Media Komputindo.

Siswanto (2007). Pengantar Manajemen. Cetakan Pertama. Jakarta : Bumi Aksara. Sitanggang. H. (1999). Perencanaan Pembangunan. Jakarta : Pustaka

Sinar Harapan

Sugiyono. (2003). Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.

Robinso Tarigan (2004). Ekonomi Regional. Cetakan Keempat. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Yoeti, Oka. A. (1985). Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa

Winardi. (2001). Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta PT. Raja Grafindo Persada.