2.3.2 Pembuatan Ekstrak Purwoceng
Tanaman purwoceng dalam keadaan segar kemudian dikeringkan dengan cara dijemur selama seminggu. Ketika tanaman sudah kering maka seluruh bagian
tanaman dihaluskan menggunakan blender sampai menjadi serbuk atau simplisia. Serbuk tersebut dijadikan ekstrak dengan cara melarutkan serbuk purwoceng ke
dalam alkohol 70. Setelah itu ampasnya disaring sedangkan larutan ekstrak purwoceng dimasukkan ke dalam botol sprayer lalu disemprotkan ke pakan.
Setiap dosis yang digunakan dilarutkan dalam 100 ml alkohol. Pembuatan larutan ekstrak dilakukan secara parsial per 1 kg pakan.
2.3.3 Pemeliharaan Ikan Uji
Ikan lele ditebar dalam bak masing-masing perlakuan sebanyak 10 ekor berukuran 200-300 gekor ikan berjenis kelamin jantan. Ikan lele pada penelitian
ini di adaptasi selama seminggu, kemudian diberi pakan perlakuan yaitu berupa pellet komersial dicampur dengan ekstrak purwoceng selama
± 30 hari masa penelitian, sebanyak 3 kali sehari. Setelah 30 hari perlakuan pada ikan uji
kemudian dilihat pengaruhnya sesuai dengan parameter yang telah ditentukan. Sampling pertumbuhan dilakukan pada setiap 2 minggu selama pemeliharaan.
Selain itu juga dilakukan pengamatan tingkah laku pada ikan percobaan. Pada hari ke-30 dilakukan pembedahan pada ikan uji untuk pengamatan gonad ikan uji
meliputi bobot testis, motilitas sperma, spermatokrit, jumlah sperma dan GSI Gonado Somatic Index.
2.4 Parameter Uji
2.4.1 Bobot Testis
Perhitungan bobot testis dilakukan pada akhir hari ke-30 masa pemeliharaan. Setiap bak pemeliharaan dilakukan pengambilan 5 ekor ikan uji
secara acak. Ikan uji tersebut ditimbang bobot tubuhnya kemudian di lakukan pembedahan. Setelah itu, testis diambil dari tubuh dan dibersihkan lalu dihitung
bobot testisnya.
5
2.4.2 Gonado Somatic Index GSI
Indeks kematangan gonad atau dikenal dengan istilah Gonado Somatic Index
GSI dapat diketahui dengan rumus:
ܩܵܫ ൌ ܹ݃݊ܽ݀
ܹ݅݇ܽ݊ ݔ ͳͲͲ
2.4.3 Kadar Spermatokrit
Penghitungan kadar spermatokrit dilakukan dengan cara sampel cairan semen dimasukkan dalam tabung mikrohematokrit sampai 45 bagian. Ujung
tabung disumbat dengan crystoceal. Tabung hematokrit di sentrifuse selama 5 menit dengan kecepatan 8000 rpm. Setelah itu dilakukan pengukuran kadar
hematokrit dengan rumus sebagai berikut: Kadar Spermatokrit =
௫ ௬
x 100 Keterangan : x = padatan cairan semen cm
y = total cairan semen cm
2.4.4 Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap RAL. Analisis stasistik dilakukan dengan menggunakan Microsoft Office Excel
2007 dan program SAS 9.1.3.
6
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil 3.1.1 Bobot Tubuh Ikan Lele
Hasil penimbangan rata-rata bobot tubuh ikan lele yang diberi perlakuan ekstrak purwoceng Pimpinella alpina molk. pada pakan sebanyak 0; 2,5; 5; dan
7,5 gkg pakan disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1.Rata-rata bobot tubuh ikan lele pada dosis pemberian ekstrak purwoceng yang berbeda melalui pakan setelah 30 hari pemeliharaan
Berdasarkan diagram rata-rata bobot tubuh yang disajikan pada Gambar 1, dapat diketahui bahwa perlakuan 0 gkg pakan memiliki rata-rata bobot tubuh
tertinggi dibanding dengan perlakuan lainnya yaitu sebesar 417,2±58,7 gram sedangkan rata-rata bobot tubuh terendah, terdapat pada perlakuan 5 gkg pakan
yaitu sebesar 396,8±37,1 gram. Ikan uji yang diberi ekstrak purwoceng dengan dosis yang berbeda memiliki rata-rata bobot tubuh lebih rendah dibanding kontrol.
Setelah dilakukan uji lanjut Duncan, diperoleh hasil bahwa rata-rata bobot tubuh antar perlakuan tidak berbeda nyata P0,05.
385 390
395 400
405 410
415 420
2.5
Rata-rata bobot tubuh
gram
Perlakuan gkg pakan
5 7.5
417,2 ± 58,7
a
414,0 ± 44,8
a
412,6 ± 66,9
a
396,8 ± 37,1
a
7