Water quality studies on maintenance seed catfish Clarias sp. with changes in the composition of feed

(1)

KAJIAN KUALITAS AIR PADA PEMELIHARAAN BENIH IKAN LELE

Clarias sp. DENGAN PERUBAHAN KOMPOSISI PAKAN

WILDAN NURUSSALAM

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012


(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

KAJIAN KUALITAS AIR PADA PEMELIHARAAN BENIH IKAN LELE

Clarias sp. DENGAN PERUBAHAN KOMPOSISI PAKAN

Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2012 \

WILDAN NURUSSALAM C14080045


(3)

ABSTRAK

WILDAN NURUSSALAM. Kajian Kualitas Air Pada Pemeliharaan Benih Ikan Lele Clarias sp. dengan Perubahan Komposisi Pakan. Dibimbing oleh Yuni Puji Hastuti dan Lies Setijaningsih.

Ikan Lele Clarias sp. merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar unggulan yang bernilai ekonomis tinggi. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji perubahan berbagai parameter kualitas air meliputi suhu, derajat keasaman, oksigen terlarut, amonia, nitrit, nitrat, total nitrogen, dan total phospat terhadap benih ikan lele yang diberi pakan dengan komposisi berbeda. Perbedaan komposisi dikarenakan adanya subsitusi tepung ikan dengan tepung limbah udang. Konsentrasi tepung limbah kepala udang dalam pakan masing-masing adalah 0%, 15%, 30%, 45%, dan 60%. Benih ikan lele dengan bobot tebar rata-rata 2,40±0,63g dipelihara dalam akuarium volume 100 Liter dengan jumlah tebar 25 ekor per akuarium. Parameter utama yang diamati adalah kualitas air yang meliputi: suhu, derajat keasaman, oksigen terlarut, amonia, nitrit, nitrat, total nitrogen, serta total phospat. Parameter penunjang berupa peningkatan bobot rata-rata, specific growth rate (SGR), feeding convertion ratio (FCR), dan survival rate (SR). Hasil penelitian selama 30 hari menunjukkan bahwa nilai kualitas air yang terbaik terdapat pada perlakuan 15% subsitusi tepung limbah kepala udang. Nilai laju pertumbuhan juga lebih baik dibandingkan kontrol dengan nilai 2,53±0,13. Nilai SR untuk perlakuan 15% sebesar 96,00±4,00 lebih baik dibandingkan kontrol.


(4)

ABSTRACT

WILDAN NURUSSALAM. Water quality studies on maintenance seed catfish Clarias sp. with changes in the composition of feed. Supervised Yuni Puji Hastuti and Lies Setijaningsih.

Clarias sp. is one of the major freshwater commodities with high economical value in Indonesia. This research evaluated the effect of water quality parameter included: temperature, acidity, dissolved oxygen, ammonia, nitrite, nitrate, total nitrogen and total phospate in catfish culture, is fed using flour waste shrimp heads. The amount of flour waste shrimp heads were 0%, 15%, 30%, 45%, and 60%. The object with an average weight of 2.40±0.63 gram, maintained in a aquarium with 100 litres volume and the density was 25 fish/aquarium. Also biology parameter, increasing the average weight, specific growth rate (SGR), feeding convertion ratio (FCR), and survival rate (SR), observed as an additional one. 15% substitution of shrimp waste flour, was the best amount of the feed, give the significant result to all parameters. Growth rate was 2.53 ± 0.13% and SR 96.00 ± 4.00 %.


(5)

KAJIAN KUALITAS AIR PADA PEMELIHARAAN BENIH IKAN LELE

Clarias sp. DENGAN PERUBAHAN KOMPOSISI PAKAN

WILDAN NURUSSALAM

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Teknologi & Manajemen Perikanan Budidaya

Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012


(6)

Judul Skripsi : Kajian Kualitas Air Pada Pemeliharaan Benih Ikan Lele Clarias sp.dengan Perubahan Komposisi Pakan

Nama Mahasiswa : Wildan Nurussalam Nomor Pokok : C14080045

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Yuni Puji Hastuti, S.Pi., M.Si. Ir. Lies Setijaningsih, M.Si. NIP.19810604 200701 2 001 NIP. 19610203 198703 2 004

Diketahui,

Ketua Departemen Budidaya Perairan

Dr. Ir. Sukenda, M.Sc. NIP. 19671013 199302 1 001


(7)

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik. Penelitian mengenai skripsi ini dilaksanakan mulai bulan September 2011 sampai dengan Oktober 2011 bertempat di Laboratorium basah nutrisi, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar, Sempur, Bogor dengan judul ” Kajian Kualitas Air Pada Pemeliharaan Benih Ikan Lele Clarias sp.. dengan Perubahan Komposisi Pakan”.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada kedua orang tua, Bapak M. Taslim dan Ibu Alhikmah Nurul Hidayati yang telah berjasa dalam mendidik dan selalu memberikan doa. Ucapan terima kasih juga tidak lupa penulis sampaikan kepada Ibu Yuni Puji Hastuti, S.Pi., M.Si. selaku dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penelitian. Ibu Lies Setijaningsih, S.Pi., M.Si. selaku dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan kepada penulis. Ucapan terima kasih disampaikan kepada teman-teman BDP 45 yang selalu memberikan semangat untuk penyelesaian skripsi ini. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada teman teman Kotak-Kotak Ikan dan juga mahasiswa BDP angkatan 43, 44, 45, dan 46 yang telah memberi dukungan selama penelitian serta semua pihak yang telah membantu hingga penelitian selesai.

Penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penyusun memohon saran yang berguna dan membangun untuk menyempurnakan penyusunannya. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2012


(8)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Lamongan tanggal 05 Januari 1990 dari pasangan M. Taslim dan Alhikmah Nurul Hidayati. Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah SMA Negeri 1 Lamongan lulus pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) memilih mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan serta dengan minor Pengembangan Usaha Agribisnis.

Selama masa perkuliahan, penulis pernah melakukan magang di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP), Situbondo (2010) dan Praktik Lapang Akuakultur (PLA) di Balai Riset dan Pengembangan Budidaya Air Tawar Sempur, Unit Lingkungan Budidaya dan Toksikologi, Cibalagung, Bogor dengan judul laporan “Pembenihan Ikan Nilem (Osteochilus hasselti)”. Penulis juga pernah menjadi asisten mata kuliah Dasar-Dasar Genetika Ikan 2010-2011, Manajemen Kualitas Air 2011-2012, Fisika Kimia Perairan 2011-2012, Enginering Akuakultur 2011-2012. Selain itu penulis juga aktif sebagai pengurus Badan Kerohanian Islam Mahasiswa 2008-2010, Al-Marjan FPIK 2009-2010, Forum Mahasiswa Lamongan 2008-2011, Himpunan Mahasiswa Akuakultur Departemen Budidaya Perairan periode 2010-2011.

Penulis pernah mendapatkan dana insentif dari Program Kreatifitas Mahasiswa bidang Penelitian (PKM-P) pada tahun 2011 dengan judul “Efektivitas Promoter β-aktin Ikan Medaka dan Ikan Gurame dalam Memproduksi Ikan Betok (Anabas Testudineus Bloch.) Transgenik Dengan Metode Elektroporasi” dan mengikuti PIMNAS XXIV di Makassar dengan judul yang sama. Serta mendapatkan dana untuk PKM-P dengan judul “Potensi Tanaman Air Egeria densa Sebagai Pengganti Aerator dalam Oksigenasi Perairan Budidaya” pada tahun 2011.

Tugas akhir dalan pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul “Kajian Kualitas Air Pada Pemeliharaan Benih Ikan Lele


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

II. BAHAN DAN METODE ... 3

2.1 Prosedur Kerja ... 3

2.2 Rancangan Percobaan ... 3

2.3 Pengumpulan Data Kualitas Air ... 4

2.4 Laju Pertumbuhan Harian (Spesific Growth rate) ... 4

2.5 Tingkat Kelangsungan Hidup ... 4

2.6 Konversi Pakan (Feeding Convertion Ratio) ... 5

2.7 Analisis Data ... 5

III. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 6

3.1 Hasil ... 6

3.1.1 Kualitas Air ... 6

3.1.1.1 Suhu ... 6

3.1.1.2 Derajat Keasaman ... 6

3.1.1.3 Oksigen Terlarut... 7

3.1.1.4 Amonia ... 8

3.1.1.5 Nitrit ... 8

3.1.1.6 Nitrat ... 9

3.1.1.7 Total Nitrogen ... 10

3.1.1.8 Total Phospat ... 11

3.1.2 Parameter Penunjang ... 12

3.1.2.1 Rata-rata Pertambahan Bobot ... 12

3.1.2.2 Laju Pertumbuhan Harian (Spesific Growth Rate) ... 12

3.1.2.3 Konversi Pakan ... 13

3.1.2.4 Tingkat Kelangsungan Hidup ... 14


(10)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN ... 21

4.1 Kesimpulan ... 21

4.2 Saran ... 21

DAFTAR PUSTAKA ... 22


(11)

iii DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Nilai suhu media pemeliharaan ... 6

2. Nilai derajat keasaman media pemeliharaan ikan lele ... 7

3. Nilai oksigen terlarut media pemeliharaan ikan lele ... 7

4. Nilai Amonia media pemeliharaan ikan lele ... 8

5. Nilai nitrit media pemeliharaan ikan lele ... 9

6. Nilai nitrat media pemeliharaan ikan lele ... 10

7. Nilai total nitrogen media pemeliharaan ikan lele ... 11

8. Nilai total phospat media pemeliharaan ikan lele ... 11

9. Rata-rata pertambahan bobot ... 12

10. Laju pertumbuhan harian pemeliharaan ikan lele Clarias sp... 13

11. Konversi Pakan pemeliharaan ikan lele Clarias sp... 14


(12)

iv DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data bobot hasil sampling, tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, konversi pakan pemeliharaan benih ikan lele Clarias sp. dengan perubahan komposisi pakan menggunakan subsitusi limbah kepala udang terhadap tepung ikan yang berbeda (0%, 15%, 30%, 45%, dan 60%) selama 30 hari masa pemeliharaan. ... 25 2. Analisis statistik nilai suhu media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. yang diberi perubahan komposisi pakan menggunakan subsitusi limbah kepala udang terhadap tepung ikan yang berbeda (0%, 15%, 30%, 45%, dan 60%) selama 30 hari. ... 25 3. Analisis statistik nilai derajat keasaman media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. yang diberi perubahan komposisi pakan menggunakan subsitusi limbah kepala udang terhadap tepung ikan yang berbeda (0%, 15%, 30%, 45%, dan 60%) selama 30 hari. ... 26 4. Analisis statistik nilai oksigen terlarut media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. yang diberi perubahan komposisi pakan menggunakan subsitusi limbah kepala udang terhadap tepung ikan yang berbeda (0%, 15%, 30%, 45%, dan 60%) selama 30 hari. ... 26 5. Analisis statistik nilai amonia media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. yang diberi perubahan komposisi pakan menggunakan subsitusi limbah kepala udang terhadap tepung ikan yang berbeda (0%, 15%, 30%, 45%, dan 60%) selama 30 hari. ... 27 6. Analisis statistik nilai nitrit media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. yang diberi perubahan komposisi pakan menggunakan subsitusi limbah kepala udang terhadap tepung ikan yang berbeda (0%, 15%, 30%, 45%, dan 60%) selama 30 hari. ... 28 7. Analisis statistik nilai nitrat media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. yang diberi perubahan komposisi pakan menggunakan subsitusi limbah kepala udang terhadap tepung ikan yang berbeda (0%, 15%, 30%, 45%, dan 60%) selama 30 hari. ... 29


(13)

v 8. Analisis statistik nilai total nitrogen media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. yang diberi perubahan komposisi pakan menggunakan subsitusi limbah kepala udang terhadap tepung ikan yang berbeda (0%, 15%, 30%, 45%, dan

60%) selama 30 hari. ... 30

9. Analisis statistik nilai total phospat media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. yang diberi perubahan komposisi pakan menggunakan subsitusi limbah kepala udang terhadap tepung ikan yang berbeda (0%, 15%, 30%, 45%, dan 60%) selama 30 hari. ... 31

10. Analisis statistik Spesific Growth Rate (SGR) ikan lele Clarias sp. yang diberi perubahan komposisi pakan menggunakan subsitusi limbah kepala udang terhadap tepung ikan yang berbeda (0%, 15%, 30%, 45%, dan 60%) selama 30 hari. ... 32

11. Analisis statistik Feeding Convertion Ratio (FCR) ikan lele Clarias sp. yang diberi perubahan komposisi pakan menggunakan subsitusi limbah kepala udang terhadap tepung ikan yang berbeda (0%, 15%, 30%, 45%, dan 60%) selama 30 hari. ... 32

12. Analisis statistik Survival Rate (SR) ikan lele Clarias sp.. yang diberi perubahan komposisi pakan menggunakan subsitusi limbah kepala udang terhadap tepung ikan yang berbeda (0%, 15%, 30%, 45%, dan 60%) selama 30 hari... 33

13. Nilai suhu (oC) ... 33

14. Nilai derajat keasaman ... 33

15. Nilai oksigen terlarut (mg/L) ... 33

16. Nilai amonia (mg/L) ... 34

17. Nilai nitrit (mg/L) ... 34

18. Nilai nitrat (mg/L) ... 34

19. Nilai total nitrogen (mg/L) ... 34

20. Nilai total phospat (mg/L) ... 34

21. Formulasi Pakan Uji ... 35


(14)

1 I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan lele merupakan salah satu komoditas penting budidaya perikanan air tawar di Indonesia karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Saat ini, potensi agribisnis ikan lele sangat baik. Kebutuhan ikan lele sebagai protein hewani semakin meningkat untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga, restoran, atau rumah makan. Ikan lele mudah dibudidayakan karena tidak memerlukan lahan yang luas, dapat dipelihara pada kepadatan yang tinggi dan dapat bertoleransi pada kadar oksigen yang rendah. Hal tersebut dikarenakan ikan lele mempunyai organ pernafasan tambahan yang bernama “aborescent’’.

Permintaan pasar terus meningkat dari tahun ke tahun, ditunjukkan dengan hasil panen yang semuanya terserap oleh pasar. Pada pasar domestik, permintaan ikan lele semakin meningkat seiring dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat dalam mengkonsumsi ikan sebagai sumber protein hewani. Kebutuhan pasar dalam negeri untuk ikan lele umumnya berukuran dibawah 125 gram/ekor, dengan harga berkisar antara Rp. 11.000-15.000/kg. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan produksi ikan lele tahun ini sebanyak 400.000 ton, jumlah tersebut naik sekitar 11% dari tahun 2011 sebanyak 346.000 ton. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus bertambah dengan tingginya permintaan pasar. (Kementerian Kelautan Perikanan, 2012). Tingginya permintaan ikan ukuran konsumsi tentunya membutuhkan benih dalam jumlah yang banyak.

Kondisi kualitas air pada pendederan ikan lele semakin hari semakin memburuk. Kualitas air yang menurun mengakibatkan penurunan tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan. Limbah nitrogen pada media budidaya dihasilkan dari perubahan unsur protein pada pakan. Penurunan kadar protein pakan dengan merubah komposisi pakan diharapkan dapat memperbaiki kualitas air media pemeliharaan. perbaikan kondisi kualitas diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan benih ikan dan tingkat kelangsungan hidup.

Bahan baku limbah kepala udang “by product” merupakan bahan yang tidak digunakan dari pengolahan produk pangan, obat-obatan dan lain sebagainya. Limbah kepala udang umumnya dibuang dan merupakan bahan yang tidak


(15)

2 terpakai sehingga harganya murah. Menurut Suptijah, et al (1992), limbah udang dikategorikan menjadi 3 jenis berdasarkan jenis pengolahannya yaitu: kepala udang, kulit udang, dan campuran dari keduanya. Sedangkan untuk limbah kepala udang menurut Resmi (2000), tepung kepala udang sebelum dilakukan pengolahan mengandung zat-zat makanan yaitu protein 46,20%, serat kasar 16,85% dan kalsium 9,40%. Jumlah protein yang tinggi dan harga yang lebih murah, tepung limbah kepala udang diharapkan mampu menggurangi penggunaan tepung ikan serta menekan harga pakan. Pakan yang mampu menunjang pertumbuhan dari ikan lele, memiliki kadar protein berkisar antara 30%-32%. (Manurung, 2011)

Penggunaan tepung limbah kepala udang pada pakan sebagai bahan alternatif pengganti tepung ikan, tentunya dapat menimbulkan perubahan berbagai parameter kualitas air. Komposisi pakan yang berbeda-beda akan menghasilkan jumlah limbah yang berbeda pula. Limbah budidaya yang dihasilkan berasal dari pakan yang tidak termakan serta hasil metabolisme dari ikan yang dipelihara. Perubahan parameter kualitas air dapat pula menyebabkan perubahan pada kondisi ikan. Salah satu contohnya, amonia dapat meningkatkan kebutuhan oksigen pada insang dan jaringan tubuh yang mengalami kerusakan, dan menurunkan kemampuan darah dalam membawa oksigen. Dalam kondisi kronik, peningkatan amonia dapat menyebabkan timbulnya penyakit dan penurunan pertumbuhan. (Boyd, 1990).

Selama kegiatan budidaya, tidak terlepas dari tindak pencegahan maupun pengobatan terhadap serangan penyakit. Salah satu tindakan pencegahan datangnya penyakit adalah dengan menjaga kestabilan media budidaya. Untuk menjaga kestabilan lingkungan dan keberlangsungan hidup biota selama budidaya perlu dilakukan analisis kualitas air yang memadai. Parameter kualitas air yang dapat digunakan sebagai acuan antara lain suhu, derajat keasaman, kelarutan oksigen, amonia, nitrit, nitrat, total nitrogen dan total phospat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji kualitas air pada media pemeliharaan benih ikan lele Clarias sp. dengan perubahan komposisi pakan, melalui subsitusi protein tepung ikan dengan menggunakan tepung kepala udang.


(16)

3 II. BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2011 sampai dengan Oktober 2011 bertempat di Laboratorium basah nutrisi, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar, Sempur, Bogor. Penelitian terdiri dari lima perlakuan yang masing-masing dengan tiga kali ulangan. Pengujian kualitas air dilakukan pada berbagai perlakuan perubahan komposisi protein pakan yang berupa tepung ikan disubsitusi dengan tepung limbah kepala udang.

2.1 Prosedur Kerja

Wadah yang digunakan pada penelitian ini berupa akuarium kaca yang berdimensi 60X50X40 cm dan diisi dengan air sebanyak 100 liter. Akuarium dilengkapi dengan pemanas air (Water heater), tanpa menggunakan aerasi. Sumber air diperoleh dari air sumur.

Ikan uji yang digunakan benih lele Clarias sp. dengan bobot 2,40 gram/ekor. Ikan dipelihara pada akuarium dengan kepadatan 25 ekor/akuarium. Penyiponan dilakukan setiap 10 hari sekali dan ditambahkan air untuk mengganti air yang terbuang. Pemeliharaan dilakukan selama 30 hari dan pemberian pakan sebanyak 8 % dari bobot ikan pada 10 hari pertama kemudian menurun menjadi 7 % pada 10 hari kedua dan pada 10 hari terakhir sebanyak 6 % dengan frekuensi pemberian 4 kali sehari pada pukul 08.00 WIB, 10.30 WIB, 13.00 WIB, dan 15.30 WIB.

2.2 Rancangan Percobaan

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan, yaitu :

a) 0 % tepung kepala udang dicampur 100 % tepung ikan disebut sebagai kontrol

b) 15% tepung kepala udang dicampur 85 % tepung ikan c) 30% tepung kepala udang dicampur 70 % tepung ikan d) 45% tepung kepala udang dicampur 55 % tepung ikan e) 60% tepung kepala udang dicampur 40 % tepung ikan


(17)

4 Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 kali ulangan setiap perlakuan. Model percobaan sesuai dengan Steel dan Torrie (1992), yaitu:

ij Yij=µ+τ +ε

Keterangan:

Yij = data hasil pengamat pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = nilai tengah umum

τ = pengaruh perlakuan ke-I = 1, 2, 3,….,n

ij

ε = pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-1 dan ulangan ke-j 2.3 Pengumpulan Data Kualitas Air

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah suhu, derajat keasaman (pH), oksigen terlarut (DO), amonia (NH3), nitrit (NO2), nitrat (NO3), total nitrogen, dan total phospat. Data pendukung yang diambil tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, konversi pakan.

2.4 Laju Pertumbuhan Harian (Spesific Growth rate)

Laju pertumbuhan harian adalah persentase pertambahan berat ikan setiap harinya selama pemeliharaan berlangsung. Laju pertambahan harian ditunjukkan dalam satuan persen (%) (Huisman, 1987).

α = laju pertumbuhan harian (%)

Wt = bobot rata-rata pada akhir pemeliharaan (hari ke-t)(gram) W0 = bobot rata-rata pada awal pemeliharaan (hari ke-0)(gram) t = waktu pemeliharaan (hari)

2.5 Tingkat Kelangsungan Hidup

SurvivalRate (SR) merupakan pengukuran tingkat kelangsungan hidup pada ikan dimana terdapat perbandingan antara jumlah individu yang hidup pada akhir


(18)

5 penelitian dengan jumlah individu yang hidup pada awal penelitian. Perhitungan SR menggunakan rumus di bawah ini : (Goddard, 1996)

Keterangan: SR = SurvivalRate

Nt = Jumlah ikan saat panen (ekor) N0 = Jumlah ikan awal tebar (ekor)

2.6 Konversi Pakan (Feeding Convertion Ratio)

Konversi pakan menunjukkan jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan tiap kilogram daging pada ikan, rumus konversi pakan menurut sebagai berikut : (Djajasewaka, 1990)

Keterangan : Bt = Bobot biomassa pada waktu t (gram) Bd = Bobot biomassa ikan yang mati (gram) Bo = Bobot biomassa ikan pada awal (gram) F = Total pakan yang diperlukan (gram)

2.7 Analisis Data

Analisis data menggunakan ragam (Anova) dengan uji F pada selang kepercayaan 95% menggunakan program Ms. Excel dan SPSS 17.0. Apabila berpengaruh nyata, untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan diuji dengan uji Tukey. Adapun parameter yang dianalisis adalah berbagai nilai kualitas air selama pemeliharaan seperti suhu, derajat keasaman (pH), oksigen terlarut (DO), amonia (NH3), nitrit (NO2), nitrat (NO3), total nitrogen, dan total phospat. Serta parameter penunjang seperti tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, konversi pakan.


(19)

6 III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1 Kualitas Air 3.1.1.1 Suhu

Berdasarkan hasil penelitian, suhu pada media pemeliharaan ikan lele berkisar antara 27oC sampai dengan 29oC. Suhu media pemeliharaan dari setiap perlakuan A, B, C, D, dan E tidak memiliki perbedaan secara nyata (P>0.05) (Lampiran 2). Sedangkan berdasarkan grafik, diketahui bahwa suhu media pada semua perlakuan stabil mulai awal sampai akhir pemeliharaan ikan lele (Gambar 1).

Gambar 1. Nilai suhu media pemeliharaan

3.1.1.2 Derajat Keasaman

Berdasarkan hasil penelitian, nilai derajat keasaman pada media air kolam pemeliharaan ikan lele relatif sama yaitu berkisar antara 6 sampai dengan 7. Nilai pH yang diperoleh dari perlakuan A, B, C, D, dan E tidak menunjukkan perbedaan secara nyata (P>0,05) (Lampiran 3). Sedangkan berdasarkan gambar, derajat keasaman media pemeliharaan ikan lele pada semua perlakuan tidak mengalami perubahan yang berarti mulai dari awal pemeliharaan sampai akhir pemeliharaan (Gambar 2).


(20)

7 Gambar 2. Nilai derajat keasaman media pemeliharaan ikan lele

3.1.1.3 Oksigen Terlarut

Berdasarkan hasil penelitian, nilai oksigen terlarut berkisar antara 0.4 mg/L sampai dengan 5,5 mg/L. Nilai oksigen terlarut dari setiap perlakuan A, B, C, D, dan E tidak berbeda nyata (P>0,05) (Laampiran 4). Semua perlakuan oksigen terlarut mengalami penurunan jika dilihat dari awal pemeliharaan. Berdasarkan grafik penurunan nilai oksigen terlarut terjadi sampai dengan hari ke-20. Kemudian setelah hari ke-20 oksigen terlarut sudah stabil pada kisaran nilai diatas 2 mg/L (Gambar 3).


(21)

8 3.1.1.4 Amonia

Berdasarkan hasil penelitian, nilai amonia berkisar antara 0.0001 mg/L sampai dengan 0,004 mg/L. Nilai amonia perlakuan C (30% Tepung Limbah Udang dan 70% Tepung Ikan) berbeda nyata dengan perlakuan kontrol, B (0% Tepung Limbah Udang dan 100% Tepung Ikan), D (45% Tepung Limbah Udang dan 55% Tepung Ikan), dan E (60% Tepung Limbah Udang dan 40% Tepung Ikan) (P<0,05). Sedangkan nilai amonia terbaik terdapat pada perlakuan A dan B karena nilainya tidak berbeda nyata antar perlakuan tetapi berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. (Lampiran 5). Semua perlakuan nilai amonia mengalami peningkatan. Berdasarkan grafik , peningkatan nilai amonia terjadi mulai awal pemeliharaan sampai dengan akhir pemeliharaan (Gambar 4).

Gambar 4. Nilai Amonia media pemeliharaan ikan lele

3.1.1.5Nitrit

Berdasarkan hasil penelitian, nilai nitrit pada media pemeliharaan ikan lele berkisar antara 0.01 mg/L sampai dengan 0,05 mg/L. Berdasarkan nilai nitrit dari semua perlakuan memperlihatkan perlakuan D memiliki nilai yang lebih rendah dari perlakuan yang lain. Sampai dengan hari ke 10 nilai nitrit perlakuan D berbeda nyata dengan perlakuan kontrol (P<0,05). Tetapi nilai nitrit perlakuan B lebih rendah dibandingkan perlakuan A, C, D, dan E (Lampiran 6). Berdasarkan


(22)

9 grafik, nilai nitrit selalu mengalami perubahan seiring bertambahnya umur ikan lele (Gambar 5).

Gambar 5. Nilai nitrit media pemeliharaan ikan lele

3.1.1.6 Nitrat

Berdasarkan hasil penelitian, nilai nitrat pada media pemeliharaan ikan lele berkisar antara 0.5 mg/L sampai dengan 2 mg/L. Berdasarkan nilai nitrat yang diperoleh, perlakuan A tidak berbeda nyata dengan perlakuan B dan E (P>0,05) (Lampiran 7). Pada semua perlakuan nilai nitrat mengalami peningkatan pada 10 hari pertama kemudian mengalami penurunan. Nilai nitrat media pemeliharaan stabil pada hari ke-20 sampai dengan akhir pemeliharaan. Rata-rata nilai nitrat tertinggi terdapat pada perlakuan tepung kepala udang sebanyak 60%. Sedangkan rata-rata nilai nitrat terendah terdapat pada perlakuan tepung kepala udang sebanyak 0% (Gambar 6).


(23)

10 Gambar 6. Nilai nitrat media pemeliharaan ikan lele

3.1.1.7 Total Nitrogen

Berdasarkan hasil penelitian, nilai total nitrogen pada media pemeliharaan ikan lele berkisar antara 0.8 mg/L sampai dengan 7 mg/L. berdasrkan nilai total nitrogen yang diperoleh perlakuan A lebih rendah dibandingkan perlakuan B, C, D, dan E. hasil uji statistik yang dilakukan menunjukkan bahwa pada hari ke 10 dan hari 20 nilai total nitrogen perlakuan A berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (P<0,05) (Lampiran 8). Nilai total nitrogen mengalami peningkatan sampai 20 hari pertama kemudian mengalami penurunan. Nilai total nitrogen media pemeliharaan menurun pada hari ke-20 sampai dengan akhir pemeliharaan. Rata-rata nilai total nitrogen tertinggi terdapat pada perlakuan tepung kepala udang sebanyak 60%. Sedangkan rata-rata nilai total nitrogen terendah terdapat pada perlakuan tepung kepala udang sebanyak 0% (Gambar 7).


(24)

11 Gambar 7. Nilai total nitrogen media pemeliharaan ikan lele

3.1.1.8 Total Phospat

Berdasarkan hasil penelitian, nilai total phospat pada media pemeliharaan ikan lele berkisar antara 0.8 mg/L sampai dengan 2,8 mg/L. Berdasarkan nilai phospat yang diperoleh A tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (P>0,05). Nilai total phospat mengalami peningkatan sampai akhir pemeliharaan. Nilai total phospat media pemeliharaan stabil pada hari ke-10 sampai dengan hari ke-20. Kemudian nilai total phospat mengalami penigkatan sampai akhir pemeliharaan (Gambar 8).


(25)

12 3.1.2 Parameter Penunjang

3.1.2.1 Rata-rata Pertambahan Bobot

Berdasarkan hasil rata-rata pertambahan bobot selama pemeliharaan ikan lele. Pertambahan bobot terbaik terdapat pada perlakuan C dengan komposisi limbah kepala udang sebanyak 30%, sedangkan nilai pertambahan bobot terendah terdapat pada perlakuan E dengan komposisi limbah udang sebanyak 60%. (Gambar 9).

Gambar 9. Rata-rata pertambahan bobot

3.1.2.2 Laju Pertumbuhan Harian (Spesific Growth Rate)

Berdasarkan hasil laju pertumbuhan bobot harian selama pemeliharaan ikan lele. Laju pertumbuhan bobot harian terbaik terdapat pada perlakuan C dengan nilai 2,62±0,20%, sedangkan nilai terendah terdapat pada perlakuan D dengan nilai 2,05±0,10%. Dari uji statistik yang dilakukan pada perlakuan subsitusi limbah kepala udang tidak terdapat perbedaan pada perlakuan B, C, dan D. Sedangkan pada kontrol hasilnya tidak berbeda nyata terhadap semua perlakuan. Perbedaan secara nyata terdapat pada perlakuan E terhadap perlakuan B, C, dan D. (Gambar 10).


(26)

13 Gambar 10. Laju pertumbuhan harian pemeliharaan ikan lele Clarias sp. Keterangan :

Perlakuan A = 0% Tepung limbah kepala udang dan 100% Tepung ikan Perlakuan B = 15% Tepung limbah kepala udang dan 85% Tepung ikan Perlakuan C = 30% Tepung limbah kepala udang dan 70% Tepung ikan Perlakuan D = 45% Tepung limbah kepala udang dan 55% Tepung ikan Perlakuan E = 60% Tepung limbah kepala udang dan 40% Tepung ikan Huruf yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan nyata (P<0.05)

3.1.2.3 Konversi Pakan

Berdasarkan hasil konversi pakan selama pemeliharaan ikan lele. Konversi pakan terbaik terdapat pada perlakuan C dengan nilai 2,79±0,27, sedangkan nilai terendah terdapat pada perlakuan E dengan nilai 3,79±0,27. Dari uji statistik yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa pada perlakuan C dan D berbeda nyata terhadap perlakuan E. Perlakuan C dan D nilai konversi pakannya lebih baik dibandingkan perlakuan A atau kontrol. Perlakuan B dan kontrol tidak berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya. Sedangkan perlakuan E berbeda nyata terhadap perlakuan B dan C. (Gambar 11).


(27)

14 Gambar 11. Konversi Pakan pemeliharaan ikan lele Clarias sp.

Keterangan :

Perlakuan A = 0% Tepung limbah kepala udang dan 100% Tepung ikan Perlakuan B = 15% Tepung limbah kepala udang dan 85% Tepung ikan Perlakuan C = 30% Tepung limbah kepala udang dan 70% Tepung ikan Perlakuan D = 45% Tepung limbah kepala udang dan 55% Tepung ikan Perlakuan E = 60% Tepung limbah kepala udang dan 40% Tepung ikan Huruf yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan nyata (P<0.05)

3.1.2.4 Tingkat Kelangsungan Hidup

Berdasarkan hasil tingkat kelangsungan hidup selama pemeliharaan ikan lele. Kelangsungan hidup terbaik terdapat pada perlakuan C dan D dengan nilai 98,67±2,31% sedangkan nilai terendah terdapat pada perlakuan E dengan nilai 93,33±8,53%. Dari uji statistik yang dilakukan diketahui bahwa pada semua perlakuan tidak berbeda nyata. (Gambar 12).


(28)

15 Gambar 12. Tingkat Kelangsungan Hidup pemeliharaan ikan lele Clarias sp. Keterangan :

Perlakuan A = 0% Tepung limbah kepala udang dan 100% Tepung ikan Perlakuan B = 15% Tepung limbah kepala udang dan 85% Tepung ikan Perlakuan C = 30% Tepung limbah kepala udang dan 70% Tepung ikan Perlakuan D = 45% Tepung limbah kepala udang dan 55% Tepung ikan Perlakuan E = 60% Tepung limbah kepala udang dan 40% Tepung ikan Huruf yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan nyata (P>0.05)

3.2 Pembahasan

Suhu pada setiap perlakuan menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata yaitu berkisar antara 27,5oC-28,8oC (P>0,05). Suhu sangat mempengaruhi laju metabolisme dari ikan lele yang dipelihara. Kisaran suhu ini menyebabkan ikan lele dapat tumbuh dengan baik. Suhu pemeliharaan ini sesuai dengan Khairuman dan Amri (2008) yang menyatakan suhu optimum untuk kehidupan lele adalah 27ºC. Serta Mulyanto (1992), yang menyatakan bahwa suhu yang baik untuk kehidupan ikan di daerah tropis berkisar antara 25-32oC. Pada suhu tersebut ikan dapat tumbuh baik karena proses metabolismenya berjalan dengan baik.

Suhu yang stabil juga berakibat pada tingkat kelangsungan hidup ikan. Hal inilah salah satu penyebab sehingga ikan lele yang dipelihara sedikit mengalami kematian. Nilai tingkat kelangsungan hidup yang diperoleh dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup semua perlakuan berada diatas


(29)

16 90%. Pada proses budidaya ikan, fluktuasi suhu tidak boleh lebih dari 4oC karena ikan akan mudah terkena serangan penyakit yang disebabkan oleh bakteri (Nugroho, 2002).

Berdasarkan penelitian, nilai pH mulai awal pemeliharaan sampai dengan akhir, menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata (P>0,05). Nilai pH pada penelitian ini masih dalam batas toleransi ikan yaitu berkisar antar 6-7 (Lampiran 14). Seperti

diungkapkan oleh Moll (1983) dalam Sudaryanti (1990), Nilai pH optimum berkisar

antara 8-9, sedangkan jika pH di bawah 6 reaksi akan seketika terhenti. Pada pH 7 oksidasi amonia menjadi nitrit meningkat, sedangkan oksidasi nitrit menjadi nitrat lebih cepat pada pH asam. Menurut Strauss (2000), Ketika pada suatu perairan rasio C : N besar, maka akan mengakibatkan persaingan antara bakteri heterotrof dengan bakteri nitrifikasi dalam merebutkan amonia. Hal ini dapat menurunkan laju nitrifikasi.

Oksigen terlarut adalah oksigen yang terkandung di dalam air. Kadar oksigen yang terlarut di perairan alami bervariasi tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer (Jeffries dan Mills, 1996 dalam Effendi, 2000). Peningkatan suhu sebesar 10C akan meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10% (Brown, 1987). Oksigen terlarut merupakan salah satu parameter yang berpengaruh dalam kelangsungan hidup ikan. Pada penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa pada awal penelitian sampai dengan hari ke-20 oksigen mengalami penurunan sampai kisaran 0.5 mg/L. Setelah hari ke-20 jumlah oksigen terlarut baru stabil pada kisaran diatas 2 mg/L. Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan menunjukkan bahwa pada semua perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05). Meskipun nilai oksigen terlarut rendah benih ikan lele masih dapat hidup dikarenakan ikan lele memiliki organ pernafasan tambahan. Menurut Suyanto (1999), Ikan lele mempunyai organ pernafasan tambahan (arborescent) yang memungkinkan ikan ini dapat mengambil oksigen langsung dari udara, sehingga ikan lele dapat hidup dalam air yang kandungan oksigennya sedikit.

Nilai oksigen terlarut yang rendah pada saat awal pemeliharaan sampai dengan hari ke-30 diduga karena aktifitas bakteri yang tinggi untuk menguraikan amonia menjadi nitrit serta nitrit yang diuraikan menjadi nitrat. Bakteri yang terdapat pada media pemeliharaan kemungkinan merupakan bakteri nitrifikasi.


(30)

17 Sedangkan nilai total nitrogen selama pemeliharaan yang dari awal pemeliharaan sampai hari ke-20 juga tinggi. Bakteri nitrifikasi membutuhkan oksigen dalam jumlah yang besar dalam proses kerja pada penelitian ini. Seperti diungkapkan Moll (1983) dalam Juhaeni (2002), bakteri nitrifikasi memerlukan oksigen untuk melakukan proses nitrifikasi dari amonia dan nitrit, sehingga diperlukan aerasi penuh diseluruh permukaan, di mana aktivitas bakteri terjadi. Pernyataan ini didukung oleh Boyd (1990) yang menyatakan bahwa dekomposisi secara aerobik membutuhkan ketersediaan oksigen yang kontinyu dan proses tersebut akan lebih cepat ketika konsentrasi oksigen terlarut mendekati jenuh. Hal inilah yang menyebabkan turunnya nilai oksigen terlarut pada media pemeliharaan. tetapi nilai oksigen yang rendah tersebut masih dalam ambang batas toleransi ikan lele karena tidak terjadi kematian pada ikan lele yang dipelihara.

Sedangkan untuk penurunan oksigen dari awal sampai hari ke-20 kemudian mengalami peningkatan pada hari ke-30 karena jumlah nitrogen yang ada pada media pemeliharaan ikan lele. Oksigen digunakan untuk perubahan bentuk dari limbah nitrogen yang dihasilkan. Turunnya nilai total nitrogen dipengaruhi oleh jumlah pakan yang tercerna serta hasil buangan sisa metabolisme dari ikan lele yang dipelihara berkurang (Gambar 7.)

Berdasarkan hasil perhitungan selama pemeliharaan, diperoleh nilai amonia antara 0,0001-0,008 mg/L (Lampiran 16). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pada hari ke 20 dan hari 30 nilai amonia perlakuan A dan B berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (P<0,05) (Lampiran 5). Keberadaan amonia akan mengurangi daya ikat butir darah merah terhadap oksigen, sehingga pertumbuhan ikan terhambat. Jumlah amonia dalam air akan bertambah, sesuai dengan peningkatan aktivitas dan kenaikan suhu air. Ekskresi ikan juga mempengaruhi kandungan amoniak dalam air. Ekskresi ikan berasal dari katabolisme protein pakan dan dikeluarkan dalam bentuk amonia dan urea ke air. Kandungan amoniak dalam air sumber yang baik tidak lebih dari 0,1 ppm. Air yang mengandung 1,0 ppm sudah diangap tercemar. Air yang mengandung amonia tinggi bersifat toksik karena akan menghambat ekskresi pada ikan (Chen et al., 1993).

Nilai nitrit pada penelitian ini berkisar antara 0,01-0,04 mg/L (Lampiran 17). Berdasarkan uji statistik yang dilakukan nilai nitrit pada hari ke 10, diperoleh


(31)

18 hasil bahwa perlakuan A berbeda nyata dengan perlakuan C, D, dan E (P<0,05) (Lampiran 7). Nitrit yang tinggi didalam perairan sangat berbahaya bagi udang dan ikan, karena nitrit dalam darah mengoksidasi haemoglobin menjadi meta-haemoglobin yang tidak mampu mengedarkan oksigen (Spotte, 1979 dalam Darmawan dan Erik, 2010). kandungan nitrit sebaiknya lebih kecil dari 0,3 ppm. Kadar oksigen terlarut dalam air merupakan faktor pembatas dan sangat berpengaruh terhadap berlangsungnya proses nitrifikasi. Menurut Moore (1992), kadar nitrit yang lebih dari 0,05 mg/L dapat bersifat toksik bagi organisme perairan yang sangat sensitif.. Sehingga kandungan nitrit pada penelitian ini termasuk kedalam kondisi dapat ditoleransi oleh ikan lele.

Nilai nitrat pada penelitian ini berkisar antara 0,0-2 mg/L (Lampiran 18). Sedangkan menurut uji statistik, diperoleh hasil bahwa pada hari ke 10 perlakuan A berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan pada hari ke 30 perlakuan E berbeda nyata dengan perlakuan A, B, dan C (Lampiran 7). Nitrat merupakan senyawa yang tidak berbahaya bagi organisme budidaya. Nilai nitrat pada pemeliharaan selama penelitian juga menunjukkan kisaran nilai 0,5-1,5 ppm. Menurut Volenweider (1969) dalam Wetzel (1975), kadar nitrat sebesar 1–5 mg/L termasuk kedalam perairan mesotrofik. Nitrat pada perairan mampu menstimulasi meningkatnya jumlah alga (blooming algae).

Nilai total nitrogen yang diperleh pada penelitian ini berkisar antara 0,8-7 mg/L (Lampiran 19). Menurut uji statistik yang dilakukan diperoleh hasil bahwa perlakuan A merupakan perlakuan terbaik dengan nilai 4,227 mg/L pada hari ke 10 dan 6,227 pada hari ke 20 karena berbeda nyata dengan perlakuan lain (Lampiran 8).Total nitrogen yang meningkat pada awal pemeliharaan sampai dengan hari ke-20 diakibatkan jumlah pakan yang tidak termakan serta tingginya sisa hasil metabolisme ikan yang dikeluarkan ke lingkungan menjadi penyebabnya. Sedangkan nilai total nitrogen yang menurun pada hari ke-20 sampai akhir pemeliharaan menunjukkan bahwa pakan optimal diserap oleh ikan sehingga hasil buangannya berupa nitrogen jumlahnya sedikit.

Nilai total phospat pada penelitian ini berkisar antara 0,1-3 mg/L (Lampiran 20). Total phospat terbaik terdapat pada perlakuan D. Total phospat di perairan


(32)

19 pada perlakuan menunjukkan bahwa nilai yang stabil sampai dengan hari ke-20. Phospat pada perairan berfungsi untuk bahan pertumbuhan plankton .

Sebagian besar limbah udang berasal dari kulit, kepala, dan ekornya. Menurut Resmi (2000), tepung kepala udang sebelum dilakukan pengolahan mengandung zat-zat makanan yaitu protein 46,20%, serat kasar 16,85% dan kalsium 9,40%. Jumlah protein yang tinggi diharapkan mampu menggurangi penggunaan tepung ikan yang harganya mahal di pasaran.

Hasil dari perhitungan pertambahan bobot ikan lele selama pemeliharaan (Gambar 9.) menunjukkan bahwa rata-rata pertambahan bobot terbaik terdapat pada perlakuan C. Sedangkan pertambahan bobot terendah ditunjukkan pada perlakuan E. Pertambahan bobot pada semua perlakuan mengalami kenaikan dari awal sampai dengan akhir pemeliharaan. Perlakuan C pertambahan bobot lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol.

Dari hasil perhitungan laju pertumbuhan spesifik selama pemeliharaan (Gambar 2.) diketahui bahwa perlakuan C dengan konsentrasi limbah kepala udang sebanyak 30% memberikan nilai pertumbuhan yang terbaik sebesar 2,69±0,47%. Berdasarkan uji statistik yang dilakukan diperoleh hasil bahwa laju pertumbuhan spesifik tidak berbeda nyata antara perlakuan C dengan konsentrasi subsitusi limbah kepala udang sebanyak 30% yang bernilai 2,69±0,47% dan konsentrasi 45% yang bernilai 2,62±0,20%. Berdasarkan penelitian ini jumlah maksimum tepung kepala udang yang mampu menggantikan tepung ikan dalam pakan adalah sebanyak 45%. Karena pada jumlah tersebut ikan lele masih dapat tumbuh dengan baik.

Kelangsungan hidup dari semua perlakuan tidak menunjukkan perbedaan secara nyata (P>0,05). Tingkat kelangsungan hidup yang masih baik dikarenakan kualitas air yang masih dalam ambang batas toleransi ikan. Walaupun demikian amonia dan nitrit yang paling baik terdapat pada perlakuan B yaitu substitusi 15%. Dimana perlakuan B tidak berbeda nyata dengan perlakuan A (substitusi 0%). Dari hasil bahasan secara keseluruhan, berdasarkan nilai ekonomi perlakuan B memberikan dampak yang lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya. Pada perubahan bobot perlakuan B juga memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan perlakuan A (Lampiran 22).


(33)

20 Dalam industri budidaya pakan menyerap hampir 80% biaya produksi. Menurut Behrends (1990), apabila harga ransum dapat ditekan sebanyak 2% saja, maka keuntungan dari penjualan produk peternakan (karkas) meningkat sampai sebesar 8 persen. Sesuai dengan pendapat Rasyaf (1994), bahwa yang sangat menentukan tinggi rendahnya harga ransum adalah bahan makanan sumber protein yang berasal dari bahan asal hewani. Bila dihitung secara nominal berdasarkan kandungan protein kasar pada limbah udang, maka pada tahun 2004 diperoleh limbah udang sebesar 66,3 ribu ton atau setara 88,5 ton protein kasar. Jumlah tersebut merupakan potensi bahan baku pakan sebagai sumber protein hewani yang sangat besar, namun dibalik beberapa kelebihan yang dimiliki limbah udang ini memiliki beberapa kekurangan seperti tingginya kandungan serat kasar dan terdapatnya kandungan zat antinutrisi khitin yang menyebabkan kecernaan terhadap protein menjadi rendah. Sehingga dalam penggunaan untuk pakan tepung limbah kepala udang jumlahnya harus dibatasi. Pada penelitian ini dari kondisi kualitas airnya diperoleh hasil bahwa penggunaan subsitusi tepung limbah kepala udang maksimal yang masih mampu menunjang pertumbuhan ikan lele adalah konsentrasi sebanyak 45%. Pernyataan ini sesuai dengan Purwaningsih (2000), limbah udang terdiri dari 30% khitin dari bahan keringnya. Adanya khitin ini mengakibatkan adanya keterbatasan atau faktor pembatas dalam penggunaan limbah udang untuk dijadikan bahan penyusun pakan ikan jika digunakan secara langsung tanpa dilakukan pengolahan.


(34)

21 IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan kajian kualitas air pada penelitian ini, subsitusi 15% tepung limbah kepala udang memberikan hasil yang terbaik pada kualitas air dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini bisa dilihat dari nilai kualitas air yang memiliki nilai amonia lebih rendah dari perlakuan lain dan memberikan pertumbuhan bobot dan nilai kelangsungan hidup yang paling baik dengan nilai 98,67±2,31 %.

4.2 Saran

Pengujian berbagai parameter kualitas air yang berpengaruh pada perbaikan kualitas pakan melalui subsitusi tepung ikan dengan tepung limbah kepala udang dalam skala produksi massal dengan dosis subsitusi protein limbah kepala udang sebanyak 15%.


(35)

22 DAFTAR PUSTAKA

Adiwidjaya, Darmawan, Erik, dan Sutikno. 2010. Aplikasi Frekuensi Pemberian Pakan Buatan Secara Optimal Pada Budidaya Udang Windu Intensif Berkelanjutan. www.udang-bbbap.com. [20 Mei 2012].

Behrens, BR. 1990. Nutrition Ekonomic for Layers. Poultry International. Vol 29. No. 1. 16 - 20.

Boyd and Claude E. 1990. Water Quality in ponds for Aquaculture. Elsevier Science Publisher B.V., The Netherlands.

Boyd. 1990. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Auburn University. Elseveir Science Publising Company, Albama, Inc. New York.

Brown, AL. 1987. Freshwater Ecology. Heinemann Educational Books. London. 163 p.

Chen, JC and Kou YZ. 1993. Accumulation of Ammonia in the Haemolymph of Penaeus Monodon Exposed to Ambient Ammonia. Aquaculture.

Djajasewaka, H. 1995. Pakan Ikan. CV.Yasaguna. Jakarta.

Effendi, H. 2002. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius.

Goddard, S. 1996. Feed Management in Intensive Aquaculture. Chapman and Hall, New York

Huisman, EA. 1987. The Principles of Fish Culture Production. Department of Aquaculture, Wageningen University, The Netheland. hlm 100.

Juhaeni, H. 2002. Penambahan tepung tapioca yang berbeda terhadap kelimpahan bakteri dan waktu mencapai kelimpahan maksimum pada larutan kotoran ayam 100% jenuh (9 gram/liter). [Skripsi]. IPB

Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2011ª. Data Potensi dan Produksi ikan lele. Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Khairuman dan Amri K. 2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka.

Manurung, LDI. 2011. Efektifitas Pengurangan Tepung Ikan Pada Kadar Protein yang Berbeda Dalam Pakan Ikan Lele Clarias sp [Tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. xv + 60 hlm


(36)

23 Moore, JW. 1991. Inorganic Contaminants of Surface Water. Springerverlag.

New York. 334 p.

Mulyanto, 1992. Lingkungan Hidup untuk Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: 138

Nugroho E dan Sutrisno. 2002.Budidaya Ikan dan Sayuran Akuaponi. Penebar Swadaya.Jakarta

Purwaningsih, S. 2000. Teknologi Pembekuan Udang, Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.

Rasyaf, M. 1994. Makanan Ayam Broiler. Cetakan I. Kanisius, Yogjakarta. Hal : 120 – 212.

Resmi. 2000. Pengaruh Pemanfaatan Tepung Limbah Udang Olahan dalam Ransum Ayam Petelur Terhadap Penampilan Produksi Telur. [Tesis]. Pascasarjana Universitas Andalas, Padang.

Septijah, P, Salamah E, Sumaryanto H, Purwaningsih S, dan Santoso J. 1992. Pengaruh Berbagai Metode Isolasi Khitin Kulit Udang Terhadap Mutunya. Laporan Penelitian Jurusan Pengolahan Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan. IPB. Bogor.

Steel, RGD and Torrie JH. 1982. Principle and Procedures of Statistics a iometrical Aprroach 2nd. Florida: CRC Press.Winton JR (2001) Fish health management. In: Wedemeyer GA (ed.) Fish Hatchery Management, American Fisheries Society, Bethesda, p: 559.

.

Strauss, EA. 2000. The effects of organic carbon and nitrogen availability on nitrification rates in stream sediments [disertasi]. Department of Biological Sciences, Notre Dame, Indiana. vii + 95 p.

Sudaryanti, S. 1991. Dampak mekanisme alat Limnotek 3.1. terhadap sebaran oksigen terlarut (studi restorasi di peraran Situ Bojongsari, Bogor) [tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. viii + 78 hlm.

Suyanto, SR. 1999. Budidaya Ikan Lele. Cetakan XXII. Penebar Swadaya. Jakarta.

Wetzel, RG. 1975. Limnology. W.B. Saunder Co. Philadelphia, Pennsylvania. 743 p.


(37)

24

LAMPIRAN


(38)

25 Lampiran 1. Data bobot hasil sampling, tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, konversi pakan pemeliharaan benih ikan lele Clarias sp. dengan perubahan komposisi pakan menggunakan subsitusi limbah kepala udang terhadap tepung ikan yang berbeda (0%, 15%, 30%, 45%, dan 60%) selama 30 hari masa pemeliharaan.

Perlakuan Bobot Hasil Sampling Hari ke-(g) SR

(%)

SGR

(%bb/hari) FCR

0 10 20 30

0%TKU100%TI 2.4 3.04 3.86 4.89 94,67 2,40 3,15

15%TKU85%TI 2.4 3.08 3.96 5.08 96,00 2,53 2,97

30%TKU70%TI 2.4 3.13 4.08 5.32 98,67 2,69 2,81

45%TKU55%TI 2.4 3.11 4.03 5.21 98,67 2,62 2,79

60%TKU40%TI 2.4 2.94 3.60 4.41 93,33 2,05 3,79

Lampiran 2. Analisis statistik nilai suhu media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. yang diberi perubahan komposisi pakan menggunakan subsitusi limbah kepala udang terhadap tepung ikan yang berbeda (0%, 15%, 30%, 45%, dan 60%) selama 30 hari.

ANOVA nilai suhu media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. hari 10 Sumber

Keragaman JK Db KT F P

Perlakuan 1.656 4 .414 .795 .576

Galat 2.605 5 .521

Total 4.261 9

ANOVA nilai suhu media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. hari 20 Sumber

Keragaman JK Db KT F P

Perlakuan .476 4 .119 1.133 .436

Galat .525 5 .105

Total 1.001 9

ANOVA nilai suhu media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. hari 30 Sumber

Keragaman JK Db KT F P

Perlakuan .834 4 .208 1.311 .379

Galat .795 5 .159


(39)

26 Lampiran 3. Analisis statistik nilai derajat keasaman media pemeliharaan ikan lele

Clarias sp. yang diberi perubahan komposisi pakan menggunakan subsitusi limbah kepala udang terhadap tepung ikan yang berbeda (0%, 15%, 30%, 45%, dan 60%) selama 30 hari.

ANOVA nilai derajat keasaman media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. hari 10 Sumber

Keragaman JK Db KT F P

Perlakuan .241 4 .060 .926 .516

Galat .326 5 .065

Total .567 9

ANOVA nilai derajat keasaman media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. hari 20 Sumber

Keragaman JK Db KT F P

Perlakuan .110 4 .027 2.012 .231

Galat .068 5 .014

Total .178 9

ANOVA nilai derajat keasaman media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. hari 30 Sumber

Keragaman JK Db KT F P

Perlakuan .048 4 .012 1.158 .428

Galat .052 5 .010

Total .100 9

Lampiran 4. Analisis statistik nilai oksigen terlarut media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. yang diberi perubahan komposisi pakan menggunakan subsitusi limbah kepala udang terhadap tepung ikan yang berbeda (0%, 15%, 30%, 45%, dan 60%) selama 30 hari.

ANOVA nilai oksigen terlarut media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. hari 10 Sumber

Keragaman JK Db KT F P

Perlakuan .008 4 .002 .234 .908

Galat .041 5 .008

Total .049 9

ANOVA nilai oksigen terlarut media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. hari 20 Sumber

Keragaman JK Db KT F P

Perlakuan .087 4 .022 4.209 .073

Galat .026 5 .005


(40)

27 ANOVA nilai oksigen terlarut media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. hari 30

Sumber

Keragaman JK Db KT F P

Perlakuan .272 4 .068 .136 .962

Galat 2.489 5 .498

Total 2.760 9

Lampiran 5. Analisis statistik nilai amonia media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. yang diberi perubahan komposisi pakan menggunakan subsitusi limbah kepala udang terhadap tepung ikan yang berbeda (0%, 15%, 30%, 45%, dan 60%) selama 30 hari.

ANOVA nilai amonia media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. hari 10 Sumber

Keragaman JK Db KT F P

Perlakuan 1.377 4 .344 76.459 .000

Galat .023 5 .005

Total 1.400 9

ANOVA nilai amonia media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. hari 20 Sumber

Keragaman JK Db KT F P

Perlakuan 1.233 4 .308 18.313 .003

Galat .084 5 .017

Total 1.317 9

ANOVA nilai amonia media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. hari 30 Sumber

Keragaman JK Db KT F P

Perlakuan 3.482 4 .871 14.624 .006

Galat .298 5 .060

Total 3.780 9

Uji lanjut tukey nilai amonia media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. hari 10

Perlakuan Ulangan Subset for alpha = 0,05

1 2 3 4

0% 3 0.0001289

15% 3 0.0001679

30% 3 0.0001905 0.0001905

45% 3 0.000207

60% 3 0.000239


(41)

28 Uji lanjut tukey nilai amonia media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. hari 20

Perlakuan Ulangan Subset for alpha = 0,05

1 2 3

0% 3 0.001283

15% 3 0.001497 0.001497

30% 3 0.001723

45% 3 0.001971 0.001971

60% 3 0.002284

Sig. .091 .071 .248

Uji lanjut tukey nilai amonia media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. hari 30

Perlakuan Ulangan Subset for alpha = 0,05

1 2 3

0% 3 0.002066

15% 3 0.002336 0.002336

30% 3 0.002789 0.002789

45% 3 0.003148 0.003148

60% 3 0.003731

Sig. .141 .097 .058

Lampiran 6. Analisis statistik nilai nitrit media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. yang diberi perubahan komposisi pakan menggunakan subsitusi limbah kepala udang terhadap tepung ikan yang berbeda (0%, 15%, 30%, 45%, dan 60%) selama 30 hari.

ANOVA nilai nitrit media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. hari 10 Sumber

Keragaman JK Db KT F P

Perlakuan .002 4 .000 13.162 .007

Galat .000 5 .000

Total .002 9

ANOVA nilai nitrit media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. hari 20 Sumber

Keragaman JK Db KT F P

Perlakuan .000 4 .000 2.328 .190

Galat .000 5 .000

Total .001 9

ANOVA nilai nitrit media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. hari 30 Sumber

Keragaman JK Db KT F P

Perlakuan .000 4 .000 6.347 .034

Galat .000 5 .000


(42)

29 Uji lanjut tukey nilai nitrit media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. hari 10

Perlakuan Ulangan Subset for alpha = 0,05

1 2

0% 3 .04900

15% 3 .03000 .03000

30% 3 .01450

45% 3 .01000

60% 3 .02000

Sig. .099 .117

Lampiran 7. Analisis statistik nilai nitrat media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. yang diberi perubahan komposisi pakan menggunakan subsitusi limbah kepala udang terhadap tepung ikan yang berbeda (0%, 15%, 30%, 45%, dan 60%) selama 30 hari.

ANOVA nilai nitrat media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. hari 10 Sumber

Keragaman JK Db KT F P

Perlakuan .245 4 .061 27.655 .001

Galat .011 5 .002

Total .257 9

ANOVA nilai nitrat media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. hari 20 Sumber

Keragaman JK Db KT F P

Perlakuan .467 4 .117 4.774 .058

Galat .122 5 .024

Total .589 9

ANOVA nilai nitrat media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. hari 30 Sumber

Keragaman JK Db KT F P

Perlakuan 1.016 4 .254 9.903 .014

Galat .128 5 .026

Total 1.145 9

Uji lanjut tukey nilai nitrat media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. hari 10

Perlakuan Ulangan Subset for alpha = 0,05

1 2 3

0% 3 1.50650

15% 3 1.63000 1.63000

30% 3 1.76950 1.76950

45% 3 1.95500

60% 3 1.59550 1.59550


(43)

30 Uji lanjut tukey nilai nitrat media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. hari 30

Perlakuan Ulangan Subset for alpha = 0,05

1 2

0% 3 .80900

15% 3 1.02250

30% 3 1.00150

45% 3 1.42000 1.42000

60% 3 1.68650

Sig. .060 .523

Lampiran 8. Analisis statistik nilai total nitrogen media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. yang diberi perubahan komposisi pakan menggunakan subsitusi limbah kepala udang terhadap tepung ikan yang berbeda (0%, 15%, 30%, 45%, dan 60%) selama 30 hari.

ANOVA nilai total nitrogen media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. hari 10 Sumber

Keragaman JK Db KT F P

Perlakuan 7.445 4 1.861 74.754 .000

Galat .124 5 .025

Total 7.569 9

ANOVA nilai total nitrogen media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. hari 20 Sumber

Keragaman JK Db KT F P

Perlakuan 2.476 4 .619 44.068 .000

Galat .070 5 .014

Total 2.547 9

ANOVA nilai total nitrogen media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. hari 30 Sumber

Keragaman JK Db KT F P

Perlakuan 1.840 4 .460 2.549 .166

Galat .902 5 .180

Total 2.743 9

Uji lanjut tukey nilai total nitrogen media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. hari 10

Perlakuan Ulangan Subset for alpha = 0,05

1 2

0% 3 4.30000

15% 3 5.76650

30% 3 6.05700

45% 3 6.33900 6.33900

60% 3 6.86600


(44)

31 Uji lanjut tukey total nitrogen media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. hari 20

Perlakuan Ulangan Subset for alpha = 0,05

1 2

0% 3 6.22700

15% 3 6.86600

30% 3 7.10400

45% 3 7.28900 7.28900

60% 3 7.73350

Sig. 1.000 .076 .064

Lampiran 9. Analisis statistik nilai total phospat media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. yang diberi perubahan komposisi pakan menggunakan subsitusi limbah kepala udang terhadap tepung ikan yang berbeda (0%, 15%, 30%, 45%, dan 60%) selama 30 hari.

ANOVA nilai total phospat media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. hari 10 Sumber

Keragaman JK Db KT F P

Perlakuan .328 4 .082 5.420 .046

Galat .076 5 .015

Total .404 9

ANOVA nilai total phospat media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. hari 20 Sumber

Keragaman JK Db KT F P

Perlakuan .191 4 .048 1.900 .249

Galat .126 5 .025

Total .317 9

ANOVA nilai total phospat media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. hari 30 Sumber

Keragaman JK Db KT F P

Perlakuan .976 4 .244 4.206 .074

Galat .290 5 .058

Total 1.265 9

Uji lanjut tukey total phospat ikan lele Clarias sp. Perlakuan Ulangan Subset for alpha = 0,05

1 2

0% 3 2.4133333 2.4133333

15% 3 2.5333333

30% 3 2.6866667

45% 3 2.6166667

60% 3 2.0466667


(45)

32 Lampiran 10. Analisis statistik Spesific Growth Rate (SGR) ikan lele Clarias sp. yang diberi perubahan komposisi pakan menggunakan subsitusi limbah kepala udang terhadap tepung ikan yang berbeda (0%, 15%, 30%, 45%, dan 60%) selama 30 hari.

ANOVA Spesific Growth Rate (SGR) ikan lele Clarias sp. Sumber

Keragaman JK Db KT F P

Perlakuan 1.066 4 .267 8.709 .003

Galat .306 10 .031

Total 1.373 14

Uji lanjut tukey Spesific Growth Rate (SGR) ikan lele Clarias sp. Perlakuan Ulangan Subset for alpha = 0,05

1 2

0% 3 2.4133333 2.4133333

15% 3 2.5333333

30% 3 2.6866667

45% 3 2.6166667

60% 3 2.0466667

Sig. .072 .146

Lampiran 11. Analisis statistik Feeding Convertion Ratio (FCR) ikan lele Clarias sp. yang diberi perubahan komposisi pakan menggunakan subsitusi limbah kepala udang terhadap tepung ikan yang berbeda (0%, 15%, 30%, 45%, dan 60%) selama 30 hari.

ANOVA Feeding Convertion Ratio (FCR) ikan lele Clarias sp. Sumber

Keragaman JK db KT F P

Perlakuan 4.653 4 1.163 12.376 .001

Galat .940 10 .094

Total 5.593 14

Uji lanjut tukey Feeding Convertion Ratio (FCR) ikan lele Clarias sp. Perlakuan Ulangan Subset for alpha = 0,05

1 2

0% 3 2.9733333

15% 3 3.1500000 3.1500000

30% 3 2.7933333

45% 3 2.8066667

60% 3 3.7933333


(46)

33 Lampiran 12. Analisis statistik Survival Rate (SR) ikan lele Clarias sp.. yang diberi perubahan komposisi pakan menggunakan subsitusi limbah kepala udang terhadap tepung ikan yang berbeda (0%, 15%, 30%, 45%, dan 60%) selama 30 hari.

ANOVA Survival Rate (SR) ikan lele Clarias sp. Sumber

Keragaman JK db KT F P

Perlakuan 68.267 4 17.067 .842 .529

Galat 202.667 10 20.267

Total 270.933 14

Lampiran 13. Nilai suhu (oC)

Perlakuan Waktu Pemeliharaan hari ke-

0 10 20 30

A = 0% TLU+100% TI 28.80 27.50±0.28 27.49±0.44 27.56±0.08

B = 15% TLU+85% TI 28.80 27.50±0.71 27.90±0.35 28.15±0.35

C = 30% TLU+70% TI 28.80 27.50±0.49 27.80±0.14 28.10±0.28

D = 45% TLU+55% TI 28.80 27.50±0.71 27.45±0.49 28.40±0.42

E = 60% TLU+40% TI 28.80 27.50±1.13 28.00±0.28 28.25±0.64

Lampiran 14. Nilai derajat keasaman

Perlakuan Waktu Pemeliharaan hari ke-

0 10 20 30

A = 0% TLU+100% TI 6.36 6.36±0.21 6.38±0.28 6.42±0.13

B = 15% TLU+85% TI 6.36 6.29±0.08 6.23±0.11 6.31±0.10

C = 30% TLU+70% TI 6.36 6.70±0.51 6.38±0.05 6.40±0.06

D = 45% TLU+55% TI 6.36 6.33±0.11 6.56±0.17 6.48±0.08

E = 60% TLU+40% TI 6.36 6.30±0.08 6.40±0.16 6.30±0.12

Lampiran 15. Nilai oksigen terlarut (mg/L)

Perlakuan Waktu Pemeliharaan hari ke-

0 10 20 30

A = 0% TLU+100% TI 5.50 1.31±0.15 0.56±0.12 2.35±0.19

B = 15% TLU+85% TI 5.50 1.28±0.04 0.48±0.06 2.79±0.89

C = 30% TLU+70% TI 5.50 1.23±0.06 0.29±0.06 2.70±0.59

D = 45% TLU+55% TI 5.50 1.28±0,11 0.40±0.03 2.70±0.72


(47)

34 Lampiran 16. Nilai amonia (mg/L)

Perlakuan Waktu Pemeliharaan hari ke-

0 10 20 30

A = 0%

TLU+100% TI 0.00018312 0.002397±0.00031 0.002525±0.00088 0.004478±0.00069 B = 15%

TLU+85% TI 0.00018312 0.002809±0.00074 0.002147±0.00042 0.004098±0.00006 C = 30%

TLU+70% TI 0.00018312 0.008349±0.00026 0.003425±0.00142 0.005927±0.00455 D = 45%

TLU+55% TI 0.00018312 0.003903±0.00088 0.005846±0.00052 0.008302±0.00194 E = 60%

TLU+40% TI 0.00018312 0.004174±0.00088 0.004875±0.00228 0.006366±0.00219

Lampiran 17. Nilai nitrit (mg/L)

Perlakuan Waktu Pemeliharaan hari ke-

0 10 20 30

A = 0% TLU+100% TI 0.013 0.049±0.013 0.030±0.012 0.020±0.003

B = 15% TLU+85% TI 0.013 0.030±0.003 0.017±0.002 0.013±0.002

C = 30% TLU+70% TI 0.013 0.015±0.004 0.020±0.001 0.012±0.001

D = 45% TLU+55% TI 0.013 0.010±0.028 0.030±0.003 0.018±0.001

E = 60% TLU+40% TI 0.013 0.020±0.049 0.035±0.009 0.022±0.004

Lampiran 18. Nilai nitrat (mg/L)

Perlakuan Waktu Pemeliharaan hari ke-

0 10 20 30

A = 0% TLU+100% TI 0.511 1.507±0.006 0.783±0.062 0.809±0.035

B = 15% TLU+85% TI 0.511 1.630±0.011 0.677±0.062 1.023±0.127

C = 30% TLU+70% TI 0.511 1.770±0.059 0.990±0.173 1.002±0.08

D = 45% TLU+55% TI 0.511 1.955±0.047 1.165±0.08 1.420±0.262

E = 60% TLU+40% TI 0.511 1.596±0.073 1.243±0.28 1.687±0.19

Lampiran 19. Nilai total nitrogen (mg/L)

Perlakuan Waktu Pemeliharaan hari ke-

0 10 20 30

A = 0% TLU+100% TI 0.879 4.300±0.016 6.227±0.163 4.354±0.179

B = 15% TLU+85% TI 0.879 5.767±0.149 6.866±0.064 5.588±0.181

C = 30% TLU+70% TI 0.879 6.057±0.078 7.104±0.109 5.041±0.818

D = 45% TLU+55% TI 0.879 6.339±0.3 7.289±0.072 5.314±0.133

E = 60% TLU+40% TI 0.879 6.866±0.078 7.734±0.151 5.387±0.388

Lampiran 20. Nilai total phospat (mg/L)

Perlakuan Waktu Pemeliharaan hari ke-

0 10 20 30

A = 0% TLU+100% TI 0.122 0.839±0.025 0.988±0.021 2.428±0.294

B = 15% TLU+85% TI 0.122 1.027±0.007 1.282±0.24 2.796±0.036

C = 30% TLU+70% TI 0.122 1.034±0.018 1.139±0.243 2.318±0.447

D = 45% TLU+55% TI 0.122 1.234±0.173 1.129±0.023 1.904±0.011


(48)

35 Lampiran 21. Formulasi Pakan Uji

Bahan makanan (%)

Perlakuan persen subsitusi protein tepung kepala udang terhadap tepung

ikan

A B C D E

Tepung ikan (fish meal) 25 21 17 13 9

Tepung kepala udang (Shrimp head meal) 0 4 8 12 16

Bungkil kedelai (soybean meal) 25 25 25 25 25

Dedak padi (rice bran) 20 20 20 20 20

Dedak polar (wheat pollard) 15 15 15 15 15

Terigu (wheat flour) 10 10 10 10 10

Vitamin (vitamin premix)* 2 2 2 2 2

Mineral (mineral premix)** 1 1 1 1 1

Minyak ikan (fish oil) 2 2 2 2 2

*

Komposisi campuran vitamin (composition of vitamin premix) (mg/kg) : Vit B1 200; B2 500; B6 50; B12 (mc.g) 1.200.000; Vit D3 (I.U) 200.000; Vit E (I.U) 800; Vit C 20500; Vit K 200; Ca-D-Panthotenate 600 mg; Niacin 4.000; Cholin Chloride 1.000; Santoquin (antioxidant) 1.000

**

Komposisi mineral mix (composition of mineral premix) (g/kg): CaCO3 750; CuSO4 5; FeSO4 5; MnSO4 3,3; Co 0,001; ZnO2 5; KI 0,001; Tepung Tulang (Bone meal) 211


(49)

36 Lampiran 22. Analisis Usaha

Perbedaan Harga Subsitutusi Tepung Ikan dengan Limbah Kepala Udang dalam 10.000 Kg

LKU 0%TI 100% LKU 15%TI 85% LKU 30%TI 70% LKU 45%TI 55% LKU 60%TI 40%

Limbah Kepala Udang (%) Tepung Ikan (%) Harga Protein Hewani (Rp) (juta) Limbah Kepala Udang (%) Tepung Ikan (%) Harga Protein Hewani (Rp) (juta) Limbah Kepala Udang (%) Tepung Ikan (%) Harga Protein Hewani (Rp) (juta) Limbah Kepala Udang (%) Tepung Ikan (%) Harga Protein Hewani (Rp) (juta) Limbah Kepala Udang (%) Tepung Ikan (%) Harga Protein Hewani (Rp) (juta)

0 25 4 21 8 17 12 13 16 9

0 2500 400 2100 800 1700 1200 1300 1600 900

0 25 25 0,2 21 21,2 0,4 17 17,4 0,6 13 13,6 0,8 0,9 9,8

Penghematan


(50)

ABSTRAK

WILDAN NURUSSALAM. Kajian Kualitas Air Pada Pemeliharaan Benih Ikan Lele Clarias sp. dengan Perubahan Komposisi Pakan. Dibimbing oleh Yuni Puji Hastuti dan Lies Setijaningsih.

Ikan Lele Clarias sp. merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar unggulan yang bernilai ekonomis tinggi. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji perubahan berbagai parameter kualitas air meliputi suhu, derajat keasaman, oksigen terlarut, amonia, nitrit, nitrat, total nitrogen, dan total phospat terhadap benih ikan lele yang diberi pakan dengan komposisi berbeda. Perbedaan komposisi dikarenakan adanya subsitusi tepung ikan dengan tepung limbah udang. Konsentrasi tepung limbah kepala udang dalam pakan masing-masing adalah 0%, 15%, 30%, 45%, dan 60%. Benih ikan lele dengan bobot tebar rata-rata 2,40±0,63g dipelihara dalam akuarium volume 100 Liter dengan jumlah tebar 25 ekor per akuarium. Parameter utama yang diamati adalah kualitas air yang meliputi: suhu, derajat keasaman, oksigen terlarut, amonia, nitrit, nitrat, total nitrogen, serta total phospat. Parameter penunjang berupa peningkatan bobot rata-rata, specific growth rate (SGR), feeding convertion ratio (FCR), dan survival rate (SR). Hasil penelitian selama 30 hari menunjukkan bahwa nilai kualitas air yang terbaik terdapat pada perlakuan 15% subsitusi tepung limbah kepala udang. Nilai laju pertumbuhan juga lebih baik dibandingkan kontrol dengan nilai 2,53±0,13. Nilai SR untuk perlakuan 15% sebesar 96,00±4,00 lebih baik dibandingkan kontrol.


(51)

ABSTRACT

WILDAN NURUSSALAM. Water quality studies on maintenance seed catfish Clarias sp. with changes in the composition of feed. Supervised Yuni Puji Hastuti and Lies Setijaningsih.

Clarias sp. is one of the major freshwater commodities with high economical value in Indonesia. This research evaluated the effect of water quality parameter included: temperature, acidity, dissolved oxygen, ammonia, nitrite, nitrate, total nitrogen and total phospate in catfish culture, is fed using flour waste shrimp heads. The amount of flour waste shrimp heads were 0%, 15%, 30%, 45%, and 60%. The object with an average weight of 2.40±0.63 gram, maintained in a aquarium with 100 litres volume and the density was 25 fish/aquarium. Also biology parameter, increasing the average weight, specific growth rate (SGR), feeding convertion ratio (FCR), and survival rate (SR), observed as an additional one. 15% substitution of shrimp waste flour, was the best amount of the feed, give the significant result to all parameters. Growth rate was 2.53 ± 0.13% and SR 96.00 ± 4.00 %.


(52)

1 I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan lele merupakan salah satu komoditas penting budidaya perikanan air tawar di Indonesia karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Saat ini, potensi agribisnis ikan lele sangat baik. Kebutuhan ikan lele sebagai protein hewani semakin meningkat untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga, restoran, atau rumah makan. Ikan lele mudah dibudidayakan karena tidak memerlukan lahan yang luas, dapat dipelihara pada kepadatan yang tinggi dan dapat bertoleransi pada kadar oksigen yang rendah. Hal tersebut dikarenakan ikan lele mempunyai organ pernafasan tambahan yang bernama “aborescent’’.

Permintaan pasar terus meningkat dari tahun ke tahun, ditunjukkan dengan hasil panen yang semuanya terserap oleh pasar. Pada pasar domestik, permintaan ikan lele semakin meningkat seiring dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat dalam mengkonsumsi ikan sebagai sumber protein hewani. Kebutuhan pasar dalam negeri untuk ikan lele umumnya berukuran dibawah 125 gram/ekor, dengan harga berkisar antara Rp. 11.000-15.000/kg. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan produksi ikan lele tahun ini sebanyak 400.000 ton, jumlah tersebut naik sekitar 11% dari tahun 2011 sebanyak 346.000 ton. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus bertambah dengan tingginya permintaan pasar. (Kementerian Kelautan Perikanan, 2012). Tingginya permintaan ikan ukuran konsumsi tentunya membutuhkan benih dalam jumlah yang banyak.

Kondisi kualitas air pada pendederan ikan lele semakin hari semakin memburuk. Kualitas air yang menurun mengakibatkan penurunan tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan. Limbah nitrogen pada media budidaya dihasilkan dari perubahan unsur protein pada pakan. Penurunan kadar protein pakan dengan merubah komposisi pakan diharapkan dapat memperbaiki kualitas air media pemeliharaan. perbaikan kondisi kualitas diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan benih ikan dan tingkat kelangsungan hidup.

Bahan baku limbah kepala udang “by product” merupakan bahan yang tidak digunakan dari pengolahan produk pangan, obat-obatan dan lain sebagainya. Limbah kepala udang umumnya dibuang dan merupakan bahan yang tidak


(53)

2 terpakai sehingga harganya murah. Menurut Suptijah, et al (1992), limbah udang dikategorikan menjadi 3 jenis berdasarkan jenis pengolahannya yaitu: kepala udang, kulit udang, dan campuran dari keduanya. Sedangkan untuk limbah kepala udang menurut Resmi (2000), tepung kepala udang sebelum dilakukan pengolahan mengandung zat-zat makanan yaitu protein 46,20%, serat kasar 16,85% dan kalsium 9,40%. Jumlah protein yang tinggi dan harga yang lebih murah, tepung limbah kepala udang diharapkan mampu menggurangi penggunaan tepung ikan serta menekan harga pakan. Pakan yang mampu menunjang pertumbuhan dari ikan lele, memiliki kadar protein berkisar antara 30%-32%. (Manurung, 2011)

Penggunaan tepung limbah kepala udang pada pakan sebagai bahan alternatif pengganti tepung ikan, tentunya dapat menimbulkan perubahan berbagai parameter kualitas air. Komposisi pakan yang berbeda-beda akan menghasilkan jumlah limbah yang berbeda pula. Limbah budidaya yang dihasilkan berasal dari pakan yang tidak termakan serta hasil metabolisme dari ikan yang dipelihara. Perubahan parameter kualitas air dapat pula menyebabkan perubahan pada kondisi ikan. Salah satu contohnya, amonia dapat meningkatkan kebutuhan oksigen pada insang dan jaringan tubuh yang mengalami kerusakan, dan menurunkan kemampuan darah dalam membawa oksigen. Dalam kondisi kronik, peningkatan amonia dapat menyebabkan timbulnya penyakit dan penurunan pertumbuhan. (Boyd, 1990).

Selama kegiatan budidaya, tidak terlepas dari tindak pencegahan maupun pengobatan terhadap serangan penyakit. Salah satu tindakan pencegahan datangnya penyakit adalah dengan menjaga kestabilan media budidaya. Untuk menjaga kestabilan lingkungan dan keberlangsungan hidup biota selama budidaya perlu dilakukan analisis kualitas air yang memadai. Parameter kualitas air yang dapat digunakan sebagai acuan antara lain suhu, derajat keasaman, kelarutan oksigen, amonia, nitrit, nitrat, total nitrogen dan total phospat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji kualitas air pada media pemeliharaan benih ikan lele Clarias sp. dengan perubahan komposisi pakan, melalui subsitusi protein tepung ikan dengan menggunakan tepung kepala udang.


(54)

3 II. BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2011 sampai dengan Oktober 2011 bertempat di Laboratorium basah nutrisi, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar, Sempur, Bogor. Penelitian terdiri dari lima perlakuan yang masing-masing dengan tiga kali ulangan. Pengujian kualitas air dilakukan pada berbagai perlakuan perubahan komposisi protein pakan yang berupa tepung ikan disubsitusi dengan tepung limbah kepala udang.

2.1 Prosedur Kerja

Wadah yang digunakan pada penelitian ini berupa akuarium kaca yang berdimensi 60X50X40 cm dan diisi dengan air sebanyak 100 liter. Akuarium dilengkapi dengan pemanas air (Water heater), tanpa menggunakan aerasi. Sumber air diperoleh dari air sumur.

Ikan uji yang digunakan benih lele Clarias sp. dengan bobot 2,40 gram/ekor. Ikan dipelihara pada akuarium dengan kepadatan 25 ekor/akuarium. Penyiponan dilakukan setiap 10 hari sekali dan ditambahkan air untuk mengganti air yang terbuang. Pemeliharaan dilakukan selama 30 hari dan pemberian pakan sebanyak 8 % dari bobot ikan pada 10 hari pertama kemudian menurun menjadi 7 % pada 10 hari kedua dan pada 10 hari terakhir sebanyak 6 % dengan frekuensi pemberian 4 kali sehari pada pukul 08.00 WIB, 10.30 WIB, 13.00 WIB, dan 15.30 WIB.

2.2 Rancangan Percobaan

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan, yaitu :

a) 0 % tepung kepala udang dicampur 100 % tepung ikan disebut sebagai kontrol

b) 15% tepung kepala udang dicampur 85 % tepung ikan c) 30% tepung kepala udang dicampur 70 % tepung ikan d) 45% tepung kepala udang dicampur 55 % tepung ikan e) 60% tepung kepala udang dicampur 40 % tepung ikan


(55)

4 Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 kali ulangan setiap perlakuan. Model percobaan sesuai dengan Steel dan Torrie (1992), yaitu:

ij Yij=µ+τ +ε

Keterangan:

Yij = data hasil pengamat pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = nilai tengah umum

τ = pengaruh perlakuan ke-I = 1, 2, 3,….,n

ij

ε = pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-1 dan ulangan ke-j 2.3 Pengumpulan Data Kualitas Air

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah suhu, derajat keasaman (pH), oksigen terlarut (DO), amonia (NH3), nitrit (NO2), nitrat (NO3), total nitrogen, dan total phospat. Data pendukung yang diambil tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, konversi pakan.

2.4 Laju Pertumbuhan Harian (Spesific Growth rate)

Laju pertumbuhan harian adalah persentase pertambahan berat ikan setiap harinya selama pemeliharaan berlangsung. Laju pertambahan harian ditunjukkan dalam satuan persen (%) (Huisman, 1987).

α = laju pertumbuhan harian (%)

Wt = bobot rata-rata pada akhir pemeliharaan (hari ke-t)(gram) W0 = bobot rata-rata pada awal pemeliharaan (hari ke-0)(gram) t = waktu pemeliharaan (hari)

2.5 Tingkat Kelangsungan Hidup

SurvivalRate (SR) merupakan pengukuran tingkat kelangsungan hidup pada ikan dimana terdapat perbandingan antara jumlah individu yang hidup pada akhir


(1)

31

Uji lanjut tukey total nitrogen media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. hari 20

Perlakuan Ulangan Subset for alpha = 0,05

1 2

0% 3 6.22700

15% 3 6.86600

30% 3 7.10400

45% 3 7.28900 7.28900

60% 3 7.73350

Sig. 1.000 .076 .064

Lampiran 9. Analisis statistik nilai total phospat media pemeliharaan ikan lele

Clarias

sp. yang diberi perubahan komposisi pakan menggunakan

subsitusi limbah kepala udang terhadap tepung ikan yang berbeda

(0%, 15%, 30%, 45%, dan 60%) selama 30 hari.

ANOVA nilai total phospat media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. hari 10

Sumber

Keragaman JK Db KT F P

Perlakuan .328 4 .082 5.420 .046

Galat .076 5 .015

Total .404 9

ANOVA nilai total phospat media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. hari 20

Sumber

Keragaman JK Db KT F P

Perlakuan .191 4 .048 1.900 .249

Galat .126 5 .025

Total .317 9

ANOVA nilai total phospat media pemeliharaan ikan lele Clarias sp. hari 30

Sumber

Keragaman JK Db KT F P

Perlakuan .976 4 .244 4.206 .074

Galat .290 5 .058

Total 1.265 9

Uji lanjut tukey total phospat ikan lele Clarias sp.

Perlakuan Ulangan Subset for alpha = 0,05

1 2

0% 3 2.4133333 2.4133333

15% 3 2.5333333

30% 3 2.6866667

45% 3 2.6166667

60% 3 2.0466667


(2)

32

Lampiran 10. Analisis statistik Spesific Growth Rate (SGR) ikan lele Clarias sp.

yang diberi perubahan komposisi pakan menggunakan subsitusi

limbah kepala udang terhadap tepung ikan yang berbeda (0%, 15%,

30%, 45%, dan 60%) selama 30 hari.

ANOVA Spesific Growth Rate (SGR) ikan lele Clarias sp.

Sumber

Keragaman JK Db KT F P

Perlakuan 1.066 4 .267 8.709 .003

Galat .306 10 .031

Total 1.373 14

Uji lanjut tukey Spesific Growth Rate (SGR) ikan lele Clarias sp.

Perlakuan Ulangan Subset for alpha = 0,05

1 2

0% 3 2.4133333 2.4133333

15% 3 2.5333333

30% 3 2.6866667

45% 3 2.6166667

60% 3 2.0466667

Sig. .072 .146

Lampiran 11. Analisis statistik Feeding Convertion Ratio (FCR) ikan lele Clarias

sp. yang diberi perubahan komposisi pakan menggunakan subsitusi

limbah kepala udang terhadap tepung ikan yang berbeda (0%, 15%,

30%, 45%, dan 60%) selama 30 hari.

ANOVA Feeding Convertion Ratio (FCR) ikan lele Clarias sp.

Sumber

Keragaman JK db KT F P

Perlakuan 4.653 4 1.163 12.376 .001

Galat .940 10 .094

Total 5.593 14

Uji lanjut tukey Feeding Convertion Ratio (FCR) ikan lele Clarias sp.

Perlakuan Ulangan Subset for alpha = 0,05

1 2

0% 3 2.9733333

15% 3 3.1500000 3.1500000

30% 3 2.7933333

45% 3 2.8066667

60% 3 3.7933333


(3)

33

Lampiran 12. Analisis statistik

Survival Rate (SR) ikan lele

Clarias

sp.. yang

diberi perubahan komposisi pakan menggunakan subsitusi limbah

kepala udang terhadap tepung ikan yang berbeda (0%, 15%, 30%,

45%, dan 60%) selama 30 hari.

ANOVA Survival Rate (SR) ikan lele Clarias sp.

Sumber

Keragaman JK db KT F P

Perlakuan 68.267 4 17.067 .842 .529

Galat 202.667 10 20.267

Total 270.933 14

Lampiran 13. Nilai suhu (

o

C)

Perlakuan Waktu Pemeliharaan hari ke-

0 10 20 30

A = 0% TLU+100% TI 28.80 27.50±0.28 27.49±0.44 27.56±0.08 B = 15% TLU+85% TI 28.80 27.50±0.71 27.90±0.35 28.15±0.35 C = 30% TLU+70% TI 28.80 27.50±0.49 27.80±0.14 28.10±0.28 D = 45% TLU+55% TI 28.80 27.50±0.71 27.45±0.49 28.40±0.42 E = 60% TLU+40% TI 28.80 27.50±1.13 28.00±0.28 28.25±0.64

Lampiran 14. Nilai derajat keasaman

Perlakuan Waktu Pemeliharaan hari ke-

0 10 20 30

A = 0% TLU+100% TI 6.36 6.36±0.21 6.38±0.28 6.42±0.13 B = 15% TLU+85% TI 6.36 6.29±0.08 6.23±0.11 6.31±0.10 C = 30% TLU+70% TI 6.36 6.70±0.51 6.38±0.05 6.40±0.06 D = 45% TLU+55% TI 6.36 6.33±0.11 6.56±0.17 6.48±0.08 E = 60% TLU+40% TI 6.36 6.30±0.08 6.40±0.16 6.30±0.12

Lampiran 15. Nilai oksigen terlarut (mg/L)

Perlakuan Waktu Pemeliharaan hari ke-

0 10 20 30

A = 0% TLU+100% TI 5.50 1.31±0.15 0.56±0.12 2.35±0.19 B = 15% TLU+85% TI 5.50 1.28±0.04 0.48±0.06 2.79±0.89 C = 30% TLU+70% TI 5.50 1.23±0.06 0.29±0.06 2.70±0.59 D = 45% TLU+55% TI 5.50 1.28±0,11 0.40±0.03 2.70±0.72 E = 60% TLU+40% TI 5.50 1.25±0,01 0.35±0.06 2.79±0.89


(4)

34

Lampiran 16. Nilai amonia (mg/L)

Perlakuan Waktu Pemeliharaan hari ke-

0 10 20 30

A = 0%

TLU+100% TI 0.00018312 0.002397±0.00031 0.002525±0.00088 0.004478±0.00069 B = 15%

TLU+85% TI 0.00018312 0.002809±0.00074 0.002147±0.00042 0.004098±0.00006 C = 30%

TLU+70% TI 0.00018312 0.008349±0.00026 0.003425±0.00142 0.005927±0.00455 D = 45%

TLU+55% TI 0.00018312 0.003903±0.00088 0.005846±0.00052 0.008302±0.00194 E = 60%

TLU+40% TI 0.00018312 0.004174±0.00088 0.004875±0.00228 0.006366±0.00219

Lampiran 17. Nilai nitrit (mg/L)

Perlakuan Waktu Pemeliharaan hari ke-

0 10 20 30

A = 0% TLU+100% TI 0.013 0.049±0.013 0.030±0.012 0.020±0.003 B = 15% TLU+85% TI 0.013 0.030±0.003 0.017±0.002 0.013±0.002 C = 30% TLU+70% TI 0.013 0.015±0.004 0.020±0.001 0.012±0.001 D = 45% TLU+55% TI 0.013 0.010±0.028 0.030±0.003 0.018±0.001 E = 60% TLU+40% TI 0.013 0.020±0.049 0.035±0.009 0.022±0.004

Lampiran 18. Nilai nitrat (mg/L)

Perlakuan Waktu Pemeliharaan hari ke-

0 10 20 30

A = 0% TLU+100% TI 0.511 1.507±0.006 0.783±0.062 0.809±0.035 B = 15% TLU+85% TI 0.511 1.630±0.011 0.677±0.062 1.023±0.127 C = 30% TLU+70% TI 0.511 1.770±0.059 0.990±0.173 1.002±0.08 D = 45% TLU+55% TI 0.511 1.955±0.047 1.165±0.08 1.420±0.262 E = 60% TLU+40% TI 0.511 1.596±0.073 1.243±0.28 1.687±0.19

Lampiran 19. Nilai total nitrogen (mg/L)

Perlakuan Waktu Pemeliharaan hari ke-

0 10 20 30

A = 0% TLU+100% TI 0.879 4.300±0.016 6.227±0.163 4.354±0.179 B = 15% TLU+85% TI 0.879 5.767±0.149 6.866±0.064 5.588±0.181 C = 30% TLU+70% TI 0.879 6.057±0.078 7.104±0.109 5.041±0.818 D = 45% TLU+55% TI 0.879 6.339±0.3 7.289±0.072 5.314±0.133 E = 60% TLU+40% TI 0.879 6.866±0.078 7.734±0.151 5.387±0.388

Lampiran 20. Nilai total phospat (mg/L)

Perlakuan Waktu Pemeliharaan hari ke-

0 10 20 30

A = 0% TLU+100% TI 0.122 0.839±0.025 0.988±0.021 2.428±0.294 B = 15% TLU+85% TI 0.122 1.027±0.007 1.282±0.24 2.796±0.036 C = 30% TLU+70% TI 0.122 1.034±0.018 1.139±0.243 2.318±0.447 D = 45% TLU+55% TI 0.122 1.234±0.173 1.129±0.023 1.904±0.011 E = 60% TLU+40% TI 0.122 1.361±0.212 1.390±0.088 2.039±0.047


(5)

35

Lampiran 21. Formulasi Pakan Uji

Bahan makanan (%)

Perlakuan persen subsitusi protein tepung kepala udang terhadap tepung

ikan

A B C D E

Tepung ikan (fish meal) 25 21 17 13 9

Tepung kepala udang (Shrimp head meal) 0 4 8 12 16

Bungkil kedelai (soybean meal) 25 25 25 25 25

Dedak padi (rice bran) 20 20 20 20 20

Dedak polar (wheat pollard) 15 15 15 15 15

Terigu (wheat flour) 10 10 10 10 10

Vitamin (vitamin premix)* 2 2 2 2 2

Mineral (mineral premix)** 1 1 1 1 1

Minyak ikan (fish oil) 2 2 2 2 2

*

Komposisi campuran vitamin (composition of vitamin premix) (mg/kg) : Vit B1 200; B2 500; B6 50; B12 (mc.g) 1.200.000; Vit D3 (I.U) 200.000; Vit E (I.U) 800; Vit C 20500; Vit K 200; Ca-D-Panthotenate 600 mg; Niacin 4.000; Cholin Chloride 1.000; Santoquin (antioxidant) 1.000

**

Komposisi mineral mix (composition of mineral premix) (g/kg): CaCO3 750; CuSO4 5; FeSO4 5; MnSO4 3,3; Co 0,001; ZnO2 5; KI 0,001; Tepung Tulang (Bone meal) 211


(6)

36

Lampiran 22. Analisis Usaha

Perbedaan Harga Subsitutusi Tepung Ikan dengan Limbah Kepala Udang dalam 10.000 Kg

LKU 0%TI 100% LKU 15%TI 85% LKU 30%TI 70% LKU 45%TI 55% LKU 60%TI 40%

Limbah Kepala Udang (%) Tepung Ikan (%) Harga Protein Hewani (Rp) (juta) Limbah Kepala Udang (%) Tepung Ikan (%) Harga Protein Hewani (Rp) (juta) Limbah Kepala Udang (%) Tepung Ikan (%) Harga Protein Hewani (Rp) (juta) Limbah Kepala Udang (%) Tepung Ikan (%) Harga Protein Hewani (Rp) (juta) Limbah Kepala Udang (%) Tepung Ikan (%) Harga Protein Hewani (Rp) (juta)

0 25 4 21 8 17 12 13 16 9

0 2500 400 2100 800 1700 1200 1300 1600 900

0 25 25 0,2 21 21,2 0,4 17 17,4 0,6 13 13,6 0,8 0,9 9,8

Penghematan