116
4.8.2 Penilaian dan Sensitivitas Atribut Dimensi Kelembagaan
Penilaian  status  keberlanjutan  dimensi  kelembagaan  dilakukan  dengan menggunakan  8  delapan  atribut.    Kisaran  hasil  pembobotan  berdasarkan  hasil
penilaian kondisi eksisting setiap atribut adalah 0 – 2.
Ketersediaan struktur hukum atau aturan berupa konvensi dan kesepakatan internasional,  perundang-undangan  di  tingkat  nasional  serta  aturan  pelaksanaan
pada  level  di  bawahnya  pada  dasarnya  telah  memadai.    Demikian  pula  dengan mandat  hukum  yang  mengatur  secara  jelas  pembagian  kewenangan,  tugas,  dan
fungsi  dari  berbagai  instansi  terkait  penegakan  hukum  dalam  pengelolaan perikanan  tangkap  telah  ada  di  semua  tingkatan.    Namun  demikian  kinerja  dari
berbagai  lembaga  pelaksana  selaku  pemegang  mandat  dalam  penegakan  hukum, masih  dipengaruhi  oleh  berbagai  hal  terutama  faktor  kemampuan  sumberdaya
manusia  dan  alokasi  anggaran  yang  tidak  mencukupi.  Menurut  Charles  et  al. 2002  terdapat  dua  kunci  bagi  keberlanjutan  kelembagaan  yaitu  adanya  aturan
yang  rasional  untuk  ditegakkan  dan  keseimbangan  antara  tingkat  pengaturan sumberdaya yang dibutuhkan oleh nelayan dengan tingkat kinerja yang diperlukan
untuk menjalankan aturan secara efektif. Dalam  pengelolaan  perikanan  di  Indonesia,  keberadaan  pelabuhan
perikanan akan menentukan keberhasilan kegiatan, karena kapasitas nelayan yang rendah  memerlukan  pelabuhan  perikanan  sebagai  penunjang  utama  dalam
penyediaan  teknologi  penangkapan,  penanganan  hasil  tangkapan,  pengolahan, pemasaran dan keselamatan.  Tingkatan fasilitas teknologi yang dapat disediakan
oleh  sebuah  pelabuhan  perikanan  akan  tergantung  dari  kelas  pelayanannya sebagaimana
diatur pada
Permen Kelautan
dan Perikanan
nomor PER.16MEN2006.  Pelabuhan  Perikanan  Pantai  Pondokdadap  adalah  pelabuhan
yang  melayani  aktifitas  bongkar  muat  kapal  penangkap  ikan  dari  selatan  Jawa Timur  dengan  volume  yang  cukup  bagi  sekitar  20-50  kapal  sekoci  setiap  hari.
Namun  demikian  diperlukan  peningkatan  kualitas  pelayanan  dan  pembenahan infrastruktur  yang  belum  berfungsi  baik.  Pelabuhan  ini  sudah  dilengkapi  dengan
fasilitas  SPDN,  namun  tidak  memiliki  fasilitas  mini  cold  storage  atau  pabrik  es. Murdiyanto  2004  menyatakan  bahwa  sektor  perikanan  tangkap  memerlukan
117
fasilitas  pendaratan  ikan  atau  pelabuhan  khusus  untuk  melayani  aktifitas  sistem transfer ikan dari laut ke darat untuk kemudian dipasarkan kepada konsumen.
Tabel 28  Jenis dan nilai skor atribut pada dimensi kelembagaan No  Jenis Atribut
Penilaian Skor
1 Ketersediaan aturan
Konvensi internasional; UU, PP, Kepmen; Perda Provinsi Jatim, Rencana Tata Ruang
Kabupaten 2
2 Lembaga pelaksana
FKPPS, Dinas Peternakan dan Perikanan Kab.Malang, BP-PPP
3 3
Penegakan aturan Tidak ada  personil pengawas dan sarana
prasarana pengawasan 4
Pelabuhan perikanan  Pelabuhan Perikanan Pantai PPP 1
5 Pelibatan nelayan
1,6 6
KUD dan Lembaga Keuangan Mikro
KUD Mina Jaya,  LEPPM3,  pelelangan ikan, penyedia perbekalan melaut, dan pengelola
SPDN 1
7 Kelompok Nelayan
Kelompok Nelayan Rukun Jaya dengan anggota 303 sekoci berfungsi membantu
dalam perbekalan dan pelelangan 1
8 IUU fishing
Frekuensi kejadian hampir setiap bulan. Atribut  illegal,  unregulated  and  unreported  fishing  merupakan
permasalahan umum yang memerlukan respon cepat dari pihak pemerintah daerah dan nasional. Sanksi hukum yang lemah, serta adanya kesan pembiaran terhadap
pelaku  kegiatan  IUU  fishing  menjadikan  intensitasnya  semakin  tinggi.  Kegiatan pengawasan  yang  dilakukan  melalui  kelompok  pengawasan  masyarakat    belum
terlihat  di  PPP  Pondokdadap.  Kelompok  nelayan  yang  ada  masih  terfokus mengurusi permasalahan operasional anggotanya.
Kehadiran  nelayan  Indonesia  yang  menggunakan  kapal  sekoci  sedikit banyak  telah  membatasi  maraknya  praktek  IUU  fishing  di  ZEEI  selatan  Jawa
Timur.  Sehubungan  dengan  itu,  atribut  pelibatan  nelayan  dalam  pengawasan memiliki  nilai  yang  strategis  sebagaimana  dijelaskan  oleh  Makinen  et  al.  2008
bahwa  dalam  rangka  menjamin  keberlanjutan  pemanfaatan  sumberdaya masyarakat  harus  memiliki  akses  dan  kontrol  yang  lebih  besar  terhadap  segala
kebijakan  dan  pengawasan  yang  berkaitan  dengan  sumberdaya  yang  mereka kelola bekerjasama dengan pemerintah dan pelaku ekonomi.
118
Atribut  sensitif  pada  dimensi  kelembagaan  adalah  1  Penegakan  aturan; 2 KUD dan lembaga keuangan mikro; dan 3 Kelompok nelayan.  Hasil analisis
status  keberlanjutan  pada  dimensi  kelembagaan  perikanan  cakalang  nelayan sekoci  nilainya  masih  rendah  yaitu  34,84  yang  termasuk  dalam  kategori  kurang
berkelanjutan.
Gambar 43  Hasil analisis sensitivitas atribut pada dimensi kelembagaan. Efektifitas  lembaga  untuk  menjalankan  fungsinya  tergantung  pada
kapasitas sumberdaya manusia, sarana dan pra sarana  yang dimiliki  institusi dan sejauhmana penerimaan  lembaga tersebut oleh  stakeholder terkait Charles  et al.
2002.  Efektifitas  lembaga  terkait  dengan  penegakan  hukum  dalam  pengelolaan perikanan  cakalang  perairan  ZEEI  selatan  Jawa  Timur.  Lemahnya  kapasitas
institusi  dalam  hal  sumberdaya  manusia,  fasilitas  monitoring  dan  pengawasan, serta  sumberdaya  keuangan  menyebabkan  struktur  hukum  yang  cukup  memadai
dan mandat hukum yang jelas tidak dapat ditegakkan sebagaimana mestinya.
0,19 3,51
1,87 6,03
5,74 6,06
4,05 1,54
2 4
6 8
Lembaga Pelaksana IUU Fishing
Kelas Pelabuhan KUD dan Lembaga Keuangan Mikro
Kelompok Nelayan Penegakan Aturan
Pelibatan Nelayan Aturan Formal dan Non Formal
Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability Scale 0 to 100
A tr
ibut
119
Lemahnya  penegakan  hukum  menyebabkan  atribut  ini  dianggap  sebagai faktor  paling  sensitif  terhadap  keberlanjutan  pada  dimensi  kelembagaan.
Lemahnya  penegakan  hukum  diperparah  oleh  tingkat  pelibatan  nelayan  sekoci yang  rendah  dalam  proses  penyusunan  dan  pengambilan  kebijakan,  sehingga
kepentingan  dan  permasalahan  nelayan  sekoci  terkait  kegiatan  penangkapan cakalang di WPP-RI 573 tidak terartikulasi baik dalam kebijakan-kebijakan yang
dibuat. Berkes  2003  menyatakan  bahwa  formulasi  kebijakan  dan  tujuan
pengelolaan  sumberdaya  yang  melibatkan  isu  terkait  kondisi  faktual  nelayan dengan  menggunakan  pendekatan  pengelolaan  partisipatif  merupakan  strategi
adaptif  yang  akan  melibatkan  pengetahuan,  kapasitas,  dan    kemandirian  dari pengguna  sumberdaya,  sehingga  meningkatkan  keberlanjutan  pemanfaatan
sumberdaya dalam masyarakat. Kelompok  nelayan  sebagai  lembaga  non  formal  di  PPP  Pondokdadap
hanya  berperan  sebatas  pengaturan  hak  dan  kewajiban  setiap  pihak  terkait kesepakatan  antara  nelayan  andon,  nelayan  lokal,  pengamba;  dan  pemerintah
desa.  Kelompok  nelayan  belum  mampu  berperan  lebih  jauh  dalam  mengatur pengelolaan  kegiatan  perikanan  tangkap  dalam  konteks  yang  lebih  luas  bagi
kepentingan  anggotanya,  terutama  dalam  hal  penanganan  dan  pengolahan  hasil tangkapan.
Kehadiran  Koperasi  Unit  Desa  Mina  Jaya  dan  lembaga  keuangan  mikro LEPM3 yang diharapkan bertindak sebagai lembaga pendukung permodalan bagi
nelayan sekoci tidak berfungsi sesuai yang diharapkan. Hal tersebut menyuburkan praktek tengkulak melalui pengamba’ sebagai satu-satunya solusi bagi penyiapan
modal  operasional  dan  pengelolaan  hasil  tangkapan  nelayan .  Pengamba’
mendapatkan  bagian  keuntungan  5  bruto  dari  total  penjualan  cakalang  hasil tangkapan  ditambah  dengan  margin  keuntungan  yang  didapatkan  dari  kegiatan
pengadaan es dan sembako. Peran  pengamba’  dalam  kegiatan  perikanan  cakalang  saat  ini  sangat
signifikan,  namun  demikian  peran  tersebut  perlu  ditata  melalui  integrasi  peran pengamba  dalam  kelembagaan  formal  seperti  koperasi  nelayan  atau  perusahaan
bersama agar pengelolaan dapat dilakukan secara lebih baik dan menguntungkan
120
semua  pihak  terkait,  sebagaimanan  hasil  analisis  mengenai  status  keberlanjutan perikanan di Iran  yang menyimpulkan bahwa kegiatan perikanan  yang dilakukan
dalam  bentuk  koperasi  selalu  memiliki  indeks  keberlanjutan  dan  kondisi  yang lebih  optimal  dibandingkan  dengan  tanpa  koperasi.  Namun  hal  tersebut  akan
sangat  tergantung  kepada  seberapa  jauh  koperasi  mampu  berperan  untuk membantu kebutuhan dan permasalahan anggotanya Allahyari 2010.
4.9 Fitness, Tingkat Kepercayaan dan Stabilitas Atribut
Nilai  stress  untuk  kelima  dimensi  adalah  kurang  dari  0,20  yang menunjukkan hasil analisis yang baik.  Nilai stress  menggambarkan goodness of
fitness dalam multi-dimensional scaling yaitu ukuran ketepatan suatu konfigurasi
dapat  mencerminkan  data  aslinya.  Nilai  stress  yang  rendah  mencerminkan kategori  goodness  of  fitness  yang  sempurna,  dengan  batas  tertinggi  menurut
Kruskal dan Wish 1979 in Kavanagh et al. 2000 adalah maksimal sebesar 0,20. Tabel 29  Nilai stress dan kuadrat korelasi dari setiap dimensi
Dimensi Keberlanjutan Stress
Squared Correlation Keterangan
Ekologi 0,1371
0,9341 0,25 dan  80
Ekonomi 0,1359
0,9512 0,25 dan  80
Teknologi 0,1389
0,9509 0,25 dan  80
Sosial 0,1338
0,9508 0,25 dan  80
Kelembagaan 0,1336
0,9473 0,25 dan  80
Nilai  kuadrat  korelasi  R
2
untuk  semua  dimensi  diatas  94  yang menunjukkan  bahwa  tingkat  kepercayaan  koefisien  determinasi  terhadap  hasil
analisis  multidimensi  untuk  penilaian  status  keberlanjutan  perikanan  cakalang dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan.  Hasil estimasi proporsi ragam data
dapat  terjelaskan  oleh  teknik  analisis  ini  secara  memadai,  dimana  nilai  R
2
yang diinginkan adalah  80 Kavanagh 2001.
Analisis  Monte  Carlo  dilakukan  untuk  melihat  tingkat  gangguan perturbation terhadap nilai ordinasi sehingga dapat diketahui seberapa jauh hasil
analisis  dapat  dipercaya  Purnomo  et  al.  2002.  Kestabilan  dapat  dilihat  dari pencaran scatter plot, dimana semakin jauh pencaran plot setiap atribut dari nilai
ordinasi  maka  tingkat  gangguannya  dianggap  besar.  Dengan  menggunakan pengulangan  repeat  dihasilkan  grafik  Monte  Carlo  untuk  semua  dimensi  yang