Efektifitas program dana bergulir syariah bagi peningkatan akses keuangan KJKS/BMT dalam rangka memperkuat UKM

EFEKTIFITAS PROGRAM DANA BERGULIR
SYARIAH BAGI PENINGKATAN AKSES KEUANGAN KJKSIBMT DALAM
RANGKA MEMPERKUAT UKM
(Studi di : BMT Cengkareng Syariah Mandiri - Cengkareng dan BMT Mekar
Dakwah - Serpong)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
SaIjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)

IIl\I

セ Ni ャ Q

UIII
Di Susun oleh :
IDAH FARIDAH
107046102212
KONSENTRASIPERBANKANSYARIAH
PROGRAMSTUDIMUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2011MJ1432H

EFEKTIFITAS PROGRAM DANA BERGULIR
SYARIAH BAGI PENINGKATAN AKSES KEUANGAN KJKSIBMT DALAM
RANGKA MEMPERKUAT UKM
(Studi di : BMT Cengkareng Syariah Mandiri - Cengkareng dan BMT Mekar
Dakwah - Serpong)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)

OIeh:
Idah Faridah
107046102212
Db:erlma

Dibawah Bimbinganda":

:


,.

,:
セ lセHN AFZ セjNゥBZLェ

.,

.-

g

Dill" Ie MNセ _

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1411 HI?OllM


.
.

. _ _..
)

NIP. 197107011998032002

.

DAFTARISI

KATA PENGANTAR ..,

i

DAFTAR lSI

v


DAFTAR TABEL

viii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

1

B. Batasan dan Perumusan Masalah .

9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

9

D. Kajian Pustaka


11

E. Metodelogi Penelitian

16

F. Pendekatan Penelitian

:

17

G. Teknik Analisis Data
H. Sistematika Penulisan

19
,

24


BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG EFEKTIFITAS DANA
BERGULIR SYARIAH
A. Usaha Mikro, Keeil dan Menengah (UMKM)
1. Pengertian Usaha Mikro, Keeil dan Menengah

26
26

2. Perkembangan UMKM

32

3. Regulasi terkait UMKM

33

B. Dana Bergulir Syariah (DBS)

35


BABI
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah

Perekonomian Indonesia tidak bisa dipisahkan dari UMKM mengingat jenis usaha
ini banyak menjadi tumpuan kehidupan masyarakat yaitu berkisar 99% menguasai usaha
di Indonesia. Pada saat krisis ekonomi pun temyata sektor ini mampu tetap bertahan,
artinya sektor UMKM mempunyai keunggulan yang sangat potensial untuk lebih
dikembangkan guna mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan. Krisis ekonomi
tahun 1997 telah membuktikan bahwa kelompok UMKM tahan terhadap krisis.
Bersamaan dengan hal itu lembaga keuangan mikro (LKM) juga justru tumbuh pesat
saat perbaukan sedang terpuruk. Daya tahan LKM terhadap krisis membuktikan, bahwa
lembaga ini tidak tergantung sistem ekonomi global. LKM berjalan dengan cara sendiri.
Salah satu penyebab LKM tahan krisis, dan yang menjadi ciri khasnya adalah
pemanfaatan modal sosial sebagai penggerak bisinisnya. Artinya semakin inklusif
lembaga keuangan semakin banyak LKM yang belmunculan. Semakin banyak LKM
muncul akan semakin memperkuat sistem keuangan. Sehingga sangat cocok apabila
dikatakan sebagai salah satu dimensi dalam membangun ketahanan ekonomi nasional

adalah membangun LKM yang kuat.
Kehadiran LKM di pedesaan membuat lembaga ini mempunyai arti penting dan
strategis dalam membangun ketahanan ekonomi nasional. Lembaga ini dapat menjadi
motor penggerak perekonomian dalam skala mikro kecil. Melalui peran sebagai lembaga
1

3

menengah ke atas, tetapi ia juga mampu menjalankan fungsinya sebagai lembaga
intermediasi keuangan di tataran sampai merata ke masyarakat keci!. Karena UKM
sebagai sektor usaha yang dimiliki oleh masyarakat kebanyakan yang seharusnya justru
banyak diberikan kesempatan untuk mendapatkan pembiayaan produktif
Tetapi pada faktanya perbankan belum mampu menjangkau kesulitan UMKM di
Indonesia. Sehingga Lembaga keuangan mikro dapat menjadi faktor kritikal dalam
membantu permasalahan ini serta dalam penanggulangan kemiskinan yang efektif.
Peningkatan akses dan pengadaan sarana penyimpanan, pembiayaan dan asuransi yang
efisien dapat membangun keberdayaan kelompok miskin dan peluang mereka untuk
keluar dari kemiskinan. Seperti telah dikemukakan diatas pengembangan LKM telah
diyakini merupakan faktor penting dalam membantu penanggulangan kemiskinan.
Padahal pengembangan keuangan mikro


dapat pula diartikan sebagai usaha

mengembangkan sistem keuangan (nasional dan lokal) yang lebih sesuai dengan kondisi
rakyat yang riil (people based financial system), miskin ataupun tidak. Kedua aspek
tersebut terkait erat satu dengan lainnya.
Namun di sisi lain LKM yaitu KJKSfBMT yang diharapkan mampu
menyelesaikan kesulitan permodalan UKM temyata masih memiliki keterbatasan modal
untuk memberikan kredit modal usaha. Maka yang hams dikembangkan dalam
menunjang penguatan lembaga keuagan mikro tersebut adalah mengajukan kerjasama
dengan bank syariah dengan menggunakan pola linkage. Dimana bank syariah
melakukan kerjasama dengan KJKSfBMT dalam rangka memberikan permodalan
kepada UMKM. Dalam pola linkage program ini diharapkan pembiayaan bank umum

8

Maka disinilah diperlukan kerjasama antara perbankan dengan KJKS/BMT
karena agar lebih optimal dalam melaksanakan program-program penyaluran dana bagi
UKM. Di samping itu pemerintah juga harus melakukan infrastruktur kebijakan
terhadap perbankan dan lembaga-lembaga yang terkait dalam pengembangan UKM,

terutama terhadap perbankan syariah, pemerintah bisa memberikan kewenangan penuh
dan kemudahan kepada bank syariah baik dari segi regulasi atau otoritas pemerintah
untuk internal bank maupun dalam segi keIjasama penyaluran dana dalam
mengembangkan UKM, agar semua kebijakan pemerintah yang berkenaan dengan
pengembangan UKM bisa optimal dan tersalurkan dengan merata sampai ke pelosok
desa sekalipun. Dengan demikian sektor perbankan syariah sebagai lembaga keuangan
yang mengemban misi bisnis (tijarah), sekaligus misi sosial (tabarru) sudah
seyogyanya mampu memberikan kontribusi bagi pengembangan sektor UKM
dimaksud dengan melakukan keIjasama dengan KJKS/BMT.
Melihat kondisi perekonomian saat ini, terutama permasalahan pernlodalan yang
dialarni UKM maka penulis tertarik untuk menelaah dan mengkaji lebih dalam tentang
seberapa besar tingkat efektifitas dana bergulir syariah tersebut bagi penguatan
keuangan KJKS/BMT. Dalam hal ini penulis akan mencoba melakukan penelitian di
BMT Cengkareng Syariah Mandiri dan BMT Mekar Dakwah .
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul "EFEKTIFITAS PROGRAM DANA BERGULIR
SYARIAH BAGI PENINGKATAN AKSES KEUANGAN KJKSillMT DALAM

10


a. Mengetahui seberapa besar tingkat efektifitas dan pengaruh/darnpak dari
penya1uran dana bergulir syariah terhadap penguatan keuangan KJKSIBMT
dalarn rangka mengatasi krisis permodalan bagi usaha kecil dan menengah.
b. Mengetahui aplikasi dan imp1ementasi dana bergulir syariah ini yang
disa1urkan kepada UMKM melalui program linkagelkeIjasarna dengan
KJKSIBMT.
2.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis dan pihakpihak lain yang berkepentingan, yaitu bagi :

I. Bagi Pemerintahan dan lembaga terkait.
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh praktisi dan pembuat
kebijakan dalarn hal penguatan KJKS/BMT, terutarna peraturan pada bank-bank
pelaksana dalarn penyaluran dana bergulir syariah ini, yang diberikan sebagai
modal usaha dalarn pengembangan usaha keci1 dan menengah (UKM).
2. Penulis
a) Mengimplementasikan i1mu dan pengetahuan yang dipero1eh selarna kuliah
b) Dapat mengetahui secara substantif faktor apa saja yang mempengaruhi
pengembangan usalla kecil dan menengah.
c) Berjalan tidakuya fungsi intermediasi 1embaga keuangan mikro serta
khususnya pada implementasi dana bergulir syarial1 yang disa1urkankepada
UKM.

14

pengaruh

yang

pembiayaan

kuat

antara

mikro . syariah

pada

BMT dengan pengembangan usaha
kecil dan menengah

6.

Jurnal

"Evaluasi Program

Program pola perkuatan dana melalui

Pengkajian

Bantuan Dana

pola perguliran pada dasamya adalah

Koperasi Dan

Bergulir

UkmNomor 1
Tahun 1- 2006

Melalui KSP/USP
Koperasi
(Pola PKPS-BBM,
Agribisnis dan
Syariah

suatu

upaya

(institutional

kelembagaan

building)

yang

dilakukan oleh pemerintah dalam
rangka meningkatkan kinerja usaha
UKM/anggota KSPIUSP Koperasi.
Hal

sekaligus

lUI

meningkatkan
Koperasi

kinerja
sebagai

intermediasi

dalam

lmtuk
KSPIUSP
lembaga
program


perguliran dana

Melihat

penelitian sebelumnya yang sudah penulis paparkan diatas, bahwa

ternyata penelitian mengenai tema Pengembangan UMKM terkait berbagai strategi yang
dilakukarmya, baik itu yang diprograrnkan oleh pemerintah maupun lembaga perbankan

18

akan disalurkan kembali kepada UMKM. Dalam hal data sekunder penulis juga
menggunakan data-data atau bahan-bahan dari berbagai daftar referensi yang ada,
seperti buku-buku, skripsi terdahulu, internet dan media lainnya yang berhubungan
dengan pembahasan penelitian ini.
1.

Telrnik pengumpulan data

Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam rangka
mendukung penelitian ini maka teknik data yang digunakan dalam penyusunan
skripsi adalah studi lapangan, dimana penulis menggunakan data yang diperoleh dari
hasil survei dilapangan dengan cara :
1. Observasi, yaitu penulis mengamati secara langsung kelapangan dengan
memperoleh data-data dari BMT terkait tentang mekanisme penyaluran dana
bergulir syariah bagi penguatan keuangan KJKSIBMT dan optimalisasi penyaluran
dana tersebut kepada UKM.
2. Wawancara, yaitu dilakukan secara langsung kepada kepala bagian yang
mengelola dana bergulir syariah dan salah satu staff di BMT, untuk mengetahui
kesesuaian dan mekanisme dari penyaluran dana bergulir syariah tersebut.

G. Teknik analisis data

a. Analisis Deskriptif
Deskriptif data merupakan langkah pendeskripsian data responden dari setiap
variabel dengan menggunakan bantuan komputer progranl SPSS. Dan hasil SPSS

19

tersebut dapat diketabui gambaran tingkat pengaruh efektifitas dana bergulir syariah
dalam penguatan akses keuangan KJKSIBMT selama program berjalan.
Model analisis deskriptif data yang didapat akan disajikan atau digambarkan
dalam bentuk tabel, diagram atau gambar, sehingga data yang diasajikan lebih mudab
dipabami atau dibaca. Data kemudian dianalisis untuk mengungkapkan pokok
masalab yang telab dirumuskan.
b. Mengukur tingkat efektifitas
Mencari seberapa besar pengaruh dana bergulir syariab terhadap penguatan akses
keuangan KJKSIBMT

yaitu dengan mengukur tingkat laba,

pertumbuhan

asset/aktiva, dan modal KJKSIBMT pada masa berjalannya penyaluran dana bergulir
syariah tersebut.
Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel,9 variabel independen atau veriabel
bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Sedangkan variabel yang dimaksud
dengan variabel dependen atau variabel terikat adalab variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.

9 variabel adalah sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan dalam penelitian yang
merupakan satu konsep yang mempunyai variasi. Terdapat dua variabel bila dilihat berdasarkan
hubunganJpengaruh antara satu variabel dengan variabellainnya, yaitu variabel dependen (terikat) dan
variabel independen (bebas).

20

Adapun variabel yang akan dipakai dalam penelitian ini antara lain:
a. Variebel bebas ( independent variable)
Varibel bebas dalam penelitian ini adalah Dana Bergulir Syariah (X) yaitu
program pemerintah dalam memenuhi akses permodalan bagi UMKM.
Yang tujuannya adalah "memberdayakan pengusaha mikro melalui kegiatan usaha
ekonomi berbasis pola syariah".
b. Variabel terikat (dependent variable)

Variabel terikat (Y) yaitu variabel yang dipengaruhi oleh independen. Dalam
penelitian ini variabel independen adalah tingkat laba/pendapatan, pertumbuhan
assetlaktiva, dan modal pada KJKS/BMT.
Hipotesa

HOI :

f3

=

0 : Tidak terdapat pengaruh antara dana bergulir syariah terhadap
peningkatan aktiva/asset dalam rangka penguatan akses keuangan
KJKS/BMT.

Hal: f3 oj:. 0 : Terdapat pengaruh antara dana bergulir syariah terhadap peningkatan
aktiva/asset dalam rangka penguatan akses keuangan KJKS/BMT.
Hoz : f3 = 0 :

Tidak terdapat pengaruh antara dana bergulir syariah terhadap
Peningkatan Pendapatan dalam rangka penguatan akses keuangan
KJKS/BMT.

Haz : f3 oj:. 0 : Terdapat pengaruh antara dana bergulir syariah terhadap Peningkatan
Pendapatan dalam rangka penguatan akses keuangan KJKS/BMT.

22

c. Metode Analisis Data
Dalam menguji dan menganalisis pengolahan data dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan analisis Regresi Sederhana (Simple Regression Analiysis)
metode ini digunakan illltuk memprediksi nilai suatu variabel dependeI! berdasarkan
nilai variabel-variabel independen lain. Analisis regresi juga dapat digunakan untuk
melihat pengaruh variabel independen x terhadap variabel dependen y. variabel
independen x sering disebut sebagai variabel prediktor, sedangkan variabel dependen
y sering disebut sebagai variabel respons.'o

Untuk dua variabel, hubungan lineamya dapat dinyatakan dalam bentuk
·· ymtu
. II :
persamaan IImer

Y=a+bX
d. Pengujiml Secara Statistik
Uji hipotesa, hipotesis adalah pemyataan yang didefinisikan dengan baik
mengenai karakteristik populasi. 12
I. Uji Simultan (Uji F)

Untuk menjeneralisasi polulasi, maka koefisien korelasi gabungan R dan uji F
dengan tujuan untuk menguji pengaruh dm'i semua variabel variabel bebas terhadap
variabel tak bebas secara bersama-sama dalam hal ini adalah variabel program dana
10 Stanislaus S.Uyanto, Ph.D. Pedoman analisis Data dengan SPSS; Edisi Kedua,
(Yogyakarta: Graha Ilmu. 2006), h.205.
II M. Iqbal Hasan. Pokok-pokok materi statistik 2 (Statistik Injerens!f.}.(Jakarta : PT Bumi
Aksara.2006) h.219.
J2Rochaety, lvIetodologi Penelitian Bisnis, h. ]04.

23

bergulir syariah terhadap peningkatan laba, pertumbuhan asset/aktiva dalam rangka
penguatan keuangan KJKSIBMT dalam membantu modal usaha bagi pengusaha
mikro.
Dari hasil pengolahan data melaui SPSS, amak uji F dapat di ukur dari tabel

anova pada kolom sig. Apabila nilai sig < nilai @ sebesar 0.05 maha Ho ditolak, Ha
diterima, yang berarti semua variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh
terhadap variabel terikatnya.
2.

Koefisien determinasi majemuk ( R2)
Merupalcan ukuran untuk menyatakan bahwa proporsi dalam variabel yang di

jelaskan oleh variabel independen dan karenanya memberikan ukuran sejauh mana
varian dalam suatu variable menentukan dalam variabel lain. Atau juga Koefisien
determinasi

dilakukan untuk

melihat

seberapa besar variabel

independent

menjelaskan variabel dependen. Bila nilai koefisien determinasi sarna dengan 0 (R2 =
0), artinya variasi dari Y tidak dapat diterangkan oleh X sama sekali. Sementara
apabila R2

=

1, artinya variasi dari Y secara keseluruhan dapat diterangkan oleh X.

Dengan kata lain bila R2
regres!.

=

1, maka semua titik pengamatan berada tepat pada garis

24

H. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk lebih terarah dalam pembahasan skripsi kedepannya, penulis membuat
sistematika penulisan sesuai dengan masing-masing bab. Penulis membaginya
menjadi 5 (lima) bab, yang masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab yang
merupakan penjelasan dari bab tersebut. Adapun sistematika penulisan tersebut
adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan berisi tentang uraian tentang Latar Belakang Masalah,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penditian, Kajian
PustakaIReview Terdahulu, Objek Penelitian, Metode Penelitian dan
Sistematika Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Landasan teori berisi tentang tingkat efektivitas, definisi Dana Bergulir
syariah pengeltian Usaha Kecil dan Menengah, mekanisme dalarn penyaluran
serta teori-teori yang terkait dengan penelitian ini.
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG BMT CENGKARENG SYARIAH
MANDIRI DAN MEKAR DAKWAH
Yang meliputi sejarah singkat BMT Cengkareng Syariah Mandiri dan BMT
Mekar Dakwah, Visi dan Misi BSM, Struktur Organisasi, dan Produk-produk

BABII
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Usaha Mikro, Keeil dan Menengah
1. Pengertian UMKM

Dalam membahas pengembangan usaha mikro, keeil dan menengah maka terlebih
dahulu penulis akan memaparkan berbagai pendapat tentang pengertian dari masingmasing usaha agar dapat memahami dan mengerti akan kriteria dan karakteristik dari

UMK.M tersebut.
Banyak pengertian yang mengkategorikan tentang usaha mikro, keell dan
menengah maka dibawah ini akan dijelaskan beberapa pendapat para ahli dan
ketentuan akan UMKM yaitu sebagai berikut :
Definisi Usaha Mikro dan Usaha Keell menurut Kementerian Koperasi dan Usaha
Keeil dan Menengah Republik Indonesia antara lain! :
a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik keluarga atau perorangan dan
memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah)
pertahun;
b. Usaha Keell adalah usaha produktif yang berbentuk badan usaha milik
perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum termasuk koperasi;

1 Kernenterian koperasi dan Usaha kecH dan Menengah Republik Indonesia, lnformasi Skim
Kredit Perbankan bagi UMKMTahun 2010. h.35.

?h

27

1) Bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha
menengah atau besar.
2) Memiliki kekayaan bersih maksimum Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki
hasil penjualan maksimum Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah)
pertahun.
Menurut Awalil Rizky (2008) menyatakan bahwa usaha mikro adalah usaha
informal yang memiliki asset, modal, omzet yang sangat kecil. Ciri lainnya adalah
jenis komoditi usahanya sering berganti, tempat usaha kurang tetap, tidak dapat
dilayani oleh perbankan, dan umumnya tidak memiliki legalitas usaha. Sedangkan
usaha kecil menurutnya yang usaha yang lebih baik dari pada itu, tetapi masih
memiliki sebagian ciri tersebut2•
Sedangkan usaha mikro menurut SK Menteri Keuangan No. 40/KMK.06/2003
adalah usaha produktif milik keluarga atau perorangan WNI dan memiliki hasH
penjualan paling banyak Rp. 100.000.000,- pertahun serta dapat mengajukan kredit
kepada bank paling banyak Rp.50.000.000.00,-.3
Selain itu juga, Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan batasan yang
sederhana. Usaha kecil dan menengah difokuskan pada industri manufaktur dengan
2

Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Islam; Penguatan Peran LKM dan UKM di

Indonesia, hAl.
3

Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Islam; Penguatan Peran LKM dan UKM di

Indonesia ,h. 42.

,

i
IJ

...
MBGNRセ

i\iCtv\N UTAMi\
,": l..nr·
J:,\" セ
",j "/',I'\ARTA
'(,::.\/', ",

I

I

"-,.".-,--,.".-------.----_:1

menggunakan kriteria serapan tenaga kerja. Berdasarkan kriteria BPS itu, industri
skala keeil itu dieatat sebagai suatu perusabaan manufaktur yang memperkerjakan
tenaga kerja antara 5-19 orang. 4
Adapun yang dimaksud Usaba Menengab yang dijelaskan dalam INPRES No.
10 tabun 1999 adalab unit kegiatan yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari
Rp, 200 juta sampai maksimal Rp 10 miliar (tidak termasuk tanab dan bangunan
tempat usaha). Adapun kriteria Usaba Menengab sebagai berikut5

:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp. 200.000.000,00,- ( daua ratus
juta rupiab) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000,000.00,- (sepuluh
miliar rupiab), tidak termasuk tanab dan bangunan tempat usaba.
b. Di samping itu, sesuai ketentuan butir 4 (empat) Inpres NoJO/1999 tentang
usaba menengab, para menteri sesuai dengan ruang lingkup tugas,
kewenangan dan tanggung jawab masing-masing dapat menetapkan kriteria
usaba menengah sesuai dengan karakteristik -sektomya dengan ketentuan
kekayaan bersih paling banyak Rp. 10.000.0000,00- (sepuluh miliar rupiab)
e. Milik Warga Negara Indonesia
d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusabaan atau eabang perusabaan
yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung
dengan usaha besar.
4 Euis Amalia, Keadilan Distributij dalam Islam; Penguatan Peran LKM dan UKM di
Indonesia, hAS,
5 Euis Amalia, Keadilan Distributij dalam Islam; Penguatan Peran LKM dan UKM di
Indonesia, hA6.

29

e. Bentuk usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum dan
atau badan usaha yang berbadan hukum.
Kemudian, Menurut Titik S. Partomo dan Abd. Raehman S. (2004), jika
dilihat dari eiri-cirinya kriteria umum, usaha keeil dan usaha menengah pada
dasarnya bisa dianggap sarna, yaitu sebagai berikut :
a. Struktur Organisasi yang sangat sederhana.
b. Tanpa staf yang berlebihan.
e. Bagian keIja yang 'kendur'.
d. Memiliki hirarki manajerial yang pendek.
e. Aktivitas sedikit yang formal,

dan sedikit menggunakan proses

pereneanaan
f.

Kurang membedakan antara pribadi dengan perusahaan.

Pengertian selanjutnya menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008
Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) didefinisikan UMKM
sebagai berikut6

:

I) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau
badan

usaha perorangan yang memenuhi

kriteria usaha mikro,

sebagaimana di atur dalarn undang-undang ini. Kriteria usaha mikro
adalah memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,- tidak

6 Kementerian Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia, UMKM dalam globalisasl
ekonomi. Jakarta.2008.h.n.

30

tennasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan
tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau badan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian balk langsung maupun tidak langsung dari usaha
menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil
sebagaimana dimaksud dalarn undang-undang ini,
Kriteria usaha kecil adalah memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.
50.000.000,- sarnpai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,- tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan
tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,- sarnpai dengan paling banyak Rp.
2.500.000.000,3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari
usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil
penjualan tahunan sebagaimana dimaksud dalarn undang-undang ini. 7

7 Kementerian Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia, UMKM dalam globalisasi
ekonomi. Jakarta.200S, h.92.

32

Sehingga UMKM pun mampu tumbuh dan berkembang dengan bentuk dan pendirian
yangjelas.
Persoalan ini periu mendapat perhatian tentang bentuk perusahaan karena
sampai saat ini masih banyak perusahaan UMKM yang tidak mempunyai formalitas
dan memenuhi aspek legalitas perusahaan. Mereka sering disebut dengan perusahaan
sektor informal. Mereka ini seperti pedagang kaki lima, penjual asongan, tukang
bakso, pengusaha warung tegal, industri rumah tangga dan lain sebagainya. Bagi
mereka formalitas hukum tidak pemah terpikirkan. Tetapi jumlah mereka cukup
banyak dan berserakan disetiap pojokjalanan.
Tentunya hal itu periu menjadi perhatian bagi pemerintah, sebab bisa saja pada
kondisi tertentu mereka berbenturan dengan masalah hukum. Misalnya menimbulkan
kerugian bagi konsumen, masalah pajak dan masalah hukum lainnya.
2. Perkembangan UMKM

Upaya pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dari tahun
ketahun selalu dimonitori dan di evaluasi perkembangannya. Maka dibawah ini
adalah grafik kenaikan perkembanganjumlah UMKM dari tahun 2003-2010.

33

Grafik.2.1
Persentase Perkembangan Jumlah UMKM (Juta Unit)

Sumber : Kementerian Koperasi dan UKM

Dad grafik diatas dapat dijelaskan bahwa selama kurun waktu tujuh tahun
perkembangan jumlah UMKM eukup meningkat dibandingkan tahun-tahun
sebelurnnya ini terbukti dengan meningkatnya jumlah UMKM dengan begitu juga
bersamaan dengan berkurangnya angka pengangguran. Sebanyak satu juta usaha
mikro diharapkan naik kelas menjadi usaha keeil dalam lima tahlill ke depan. Saat ini,
jumlah usaha mikro keeil menengah (UMKM) sebanyak 52,7 juta. Sekitar 4 persen
diantaranya sudah naik kelas menjadi pengusaha keel!. Sementara yang naik kelas
dari pengusaha keeil ke menengah sebanyak 51 ribu unit, dan dad usaha menengah
kebesar sekitar 12 persen. 8
3. Regulasi UMKM
Dalam berbagai kebijakan yang berbentuk peraturan perundang-undangan maupun
program-program kerja, pemerintah saat ini telah eukup banyak memfasilitasi untuk
memajukan dan mengembangkan UMKM di Indonesia.
8

"UMKM naik kelas", Republika,jum'at 15 okteber 2010, h.l3.

35

5. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia Nomor :
13.l/PERIM.KUKMNII/2006 Tentang Petunjuk Teknis Skim Pendanaan
Komoditas Koperasi dan UKM
6. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia Nomor : 14/
PERIM.KUKMNII/2006 Tentang Petunjuk Teknis Dana Penjaminan Kredit
dan Pembiayaan untuk Koperasi dan UKM
7. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia Nomor :
/PERIM.KUKMNIII/2006 Tentang Pedoman Teknis Bantuan untuk teknologi
tepat guna Kepada Usaha Kecil dan Menengah
8. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia Nomor :
06/PERIM.KUKM/1/2007 Tentang Petunjuk Teknis Program Pembiayaan
ProduktifKoperasi dan Usaha Mikro (P3KUM) Pola Syariah
9. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia Nomor :
08/PERIM.KUKM/II/2007 Tentang Petunjuk Teknis Program Pembiayaan
ProduktifKoperasi dan Usaha Mikro (P3KUM) Pola Konvensional.
Banyak sekali peraturan pemerintah khusus mengenai usaha mikro, keeil dan
menengah yang semuanya adalah upaya-upaya pemerintah dalam mendukung
kemajuan UMKM di Indonesia. Da!am hal penelitian ini maka penulis hal'lya akan
membahas tentang Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia
Nomor : 06/PER/M.KUKM/1/2007 Tentang Petunjuk Teknis Program Pembiayaan
Produktif Koperasi dan Usaha Mikro (P3KUM) Pola Syariah yaitu dalam bentuk

36

Dana Bergulir Syariah. Dibawah ini akan lebih lanjut membahas tentang pengertian,
mekanisme dan landasan hukum dana bergulir syariah.
B. Dana Bergulir Syariah
1. Pengertian Dana Bergulir Syariah

Dana Bergulir Syariah, selanjutnya disingkat DBS, adalah dana yang berasal
dari pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan Usaha Keeil dan, Menengah, yang
digulirkan menurut prinsip bagi hasil di antara KJKSfUJKS dan atau anggota
KJKSfUJKS terpilih untuk jangka waktu tertentu. lO Dana Bergulir Syariah
merupakan sebuah program spektakuler bagi pemerkuatan LKMS, Dana Bergulir
Syariah (DBS) yang dikoordinatori oleh Kementerian Negara Koperasi dan UKM
bekerja sama dengan Bank Syariah sebagai bank pelaksana. Keabsahan program ini
didasarkan atas Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor
lOlPerlM.KUKMNI/2006 tentang Petunjuk Teknis Pembiayaan Produktif Koperasi
dan Usaha Mikro (P3KUM) Pola Syariah.

11

P3KUM Pola Syariah yang selanjutnya

disebut program adalah rangkaian kegiatan pemerintah untuk mengurangi kemiskinan
dan memperluas kesempatan kerja; yang dilakukan dalam bentuk perkuatan
permodalan Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan Syariah
(KJKSfUJKS) untuk pengembangan usaha mikro degan menggunakan pola dana

JO Koperasi dan Usaha KeeH dan Menengah Republik Indonesia, Petunjuk reknis Program
Perkuatan KSPiUSP Koperasi Pola Syariah untuk Pemberdayaan Usaha Mikro dan Keeil. tahun
2004.h.7.
II Euis Amalia., Keadilan Distribut!! dalam Islam; Pengzwtan Peran LKM dan UKM di
Indonesia, h.300.

38

kemitraan dengan BMT. Tentang pelaksanaan diatur dalam pasal 16 dan pasal 17
lOfPerlM.KUKMlVI/2006 berkaitan dengan tugas bank pelaksana. Bank pelaksana
Dana Bergulir syariah (DBS) ditetapkan oleh Menteri Negara Koperasi dan UKM
yang operasionalisasinya dapat dilakukan oleh kantor cabang. Termasuk Bank
Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang merupakan bank
pelaksana DBS. Bank pelaksana diprioritaskan kepada Bank Umum dengan pola
syariah dan memiliki cabang didaerah. Pada dasamya bank pelaksana tersebut
bertugas untuk memfasilitasi terkait administrasi dan keuangan program DBS. Bank
DBS bertanggung jawab terhadap proses penyaluran dana dan pengawasannya sesuai
dengan spesifikasi tugas yang telah ditetapkan. Selain itu juga bertanggung jawab
terhadap pengelolaan dana yang ditempatkan pada banknya selama kegiatan program
berlangsung baik yang berasal dari dana awal yang ditempatkan pemerintah maupun
dana-dana simpanan milik KJKSIBMT penerima. Untuk itu bank pelaksana juga
bertanggung jawab terhadap akurasi data hasil pengawasan dan monitorig. 14
Satu hal yang cukup stategis dalam program DBS ini adalah adanya
pendampingan. Kementerian Negara Koperasi dan UKM bekerjasama dengan
asosiasi KJKS atau lembaga-lembaga yang bergerak dalam pengembangfu, lembaga
keuangan mikro. Untuk itu ditunjuk sejumlah tenaga pendamping oleh bank
pelaksana yang bertanggung jawab kepada bank pelaksana. Dengan adanya
pendampingan ini diharapkan pelaksanaan DBS akan efektif dan berjalan sesuai
dengan target dan sasaran yang ditetapkan khususnya daIam penguatan lembaga
14

A.Riawan Amin., Menata Perbankan Syariah di Indonesia, h.130.

43

pola executing menempatkan bank penyedia dana lebih tinggi posisi tawarmenawarnya dibandingkan bank penyalur. 18
Program linkage dengan pola executing masing-masing pola dilaknkan sesuai
dengan kebutuhan dilapangan dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi
kelembagaan mitra, dan ada kelebihan maupun kekurangan pada masing-masing
model. 19

Bank Indonesia, Linkage Anlara Lembaga Keuangan Syariah, h. 35.
Euis Amalia., Keadilan Dislribulij dalam Islam; Pengualan Peran LKM dan UKM di
Indonesia, h.3lO.
18

19

47

4) Pencatatan di BUSfUUS

sebagai pembiayaan ke UMK sesuai dengan

porsmya, dan pencatatan di BPRS

sebagai pembiayaan ke UMK sesuai

porsmya, sedangkan porsi pembiayaan dari BUSfUUS di catat direkening
administratifBPRS secara ojJB/S,
5) Akad antara BUSfUUS dengan BPRS adalah musyarakah, sedangkan akad
antara BPRS dengan UMK sesuai kebutuhan UMK
6) Risiko pembiayaan ditanggung bersama antara BUSfUUS dengan BPRS
sesuai dengan porsinya
7) Penentuan besamya nisbah bagi hasil/margin kepada UMK yang dibiayai
dilalcukan berdasarkan kesepakatan bersama denagn mempertimbangkan
harga pasar untuk sektor/ bidang usaha UMK yang dibiayai
8) Distribusi pendapatan antara BUSfUUS dengan BPRS di tentukan seSUal
dengan porsi nisbah yang disepakati
9) Jaminan di administrasikan oleh BPRS yang bertindak untuk diri sendiri dan
atas nama BUSfUUS.
D. Kebijakan Terkait Pengembangan Linkage Program

Adapun kebijakan Bank Indonesia untuk mendorong pelaksanaan Linkage
Program adalah sebagai berikut :
I. Penyediaan infOlmasi kinerja BPR/S yang akan menjadi calon peserta linkage
program

48

2. Perlakuan khusus dalam penilian kolektibilitas bagi BUK/BUSfUUS yang
menggunakan pola channeling
3. Pertimbangan kemudahan pembukaanjaringan kantor cabang bagi BPRIS
4. Penyediaan fasilitas infrastruktur pendukung antara lain pelaporan BPRIS ke
BI secara online
5. Keikutsertaan dalam workshop setiap 6 (enam) bulan sekali yang terkait
kebijakan linkage program
6. Promosi BUK/BUSfUUS dan BPRIS (antara lain: pencantuman nama bank
dalam website BI, pencantuman logo sebagai peserta linkage program
dikantor BPRJS
7. Linkage program award untuk BUK/BUSfUUS pemberi kredit linkage
program terbesar
8. BI dan BUKJBUSfUUS menyebarkan informasi generik model linkage
program di masing-masing website.

E. Efektifitas
1. Pengertian efektifitas
Secara etimologi, efektifitas berasal dari kata efektif yang diattikan dengan adanya
efek seperti akibatnya, pengarulmya, dampaknya, kesannya, juga biasa diattikan
dengan manjur atau mujarab, dan juga dapat diattikan dengan membawa hasil serta
berhasil guna misalnya usaha, tindakan, aksi, dan lain-Iain. 23

23 Departemen 'Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka,1996), h.2l9.

50

pelaksanaan tugas dinilai baik atau tidak sangat tergantug pada bilamana tugas itu
dise1esaikan, dan tidak terutama menjawab pectanyaan bagaimana cara pelaksanaanya
dan berapa biaya yang dikeluarkan itu. Babkan ada beberapa kegiatan yang sangat
menuntut efektifitas tanpa terlalu memperhitungkan efesiensi. Ambil saja misalnya,
suatu negara yang sedang terlibat dalam peperangan dengan suatu negara lain yang
sedang bermusuhan dengannya. Tidak jarang dalam keadaan demikian, pendekatan
efektifitaslah yang dominan. Artinya, agar suatu peperangan dengan musuh itu dapat
diakhiri secepat mungkin disectai oleh kemenangan, kalau mungkin dengan
kemenangan yang gemilang.
2.

25

Tolok Ukur Efektifitas

Pengukuran suatu efektifitas atau kineJja adalah penentuan secara periodik baik
untuk efektifitas operasional suatu organisasi, bagian operasional dan karyawan
berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang ditentukan sebelumnya.
Menurut Yowono dalam Puianingsih, pengukuran efektifitas/kineJja adalah
"tindakan pengukuran yang dilakukan sebagai aktivitas dalam rantai yang ada pada
perusahaan atau organisasi, yang hasil pengukurannya akan digunakan sebagai
umpan balik yang akan memberikan informasi tentang presentasi pelaksanaan suatu
rencana dan tingkat saat organisasi memerlukan penyesuaian atas aktivitas
perencanaan atau pengendalian".

25 Sondang P. Siagian, Organisasi, Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi (Jakarta: PT
Gunung agung, 1985) h.15!.

51

Konsep efektifitas sesungguhnya merupakan suatu konsep yang luas, mencakup
berbagai faktor di dalam maupun di luar suatu organisasi. Konsep efektifitas ini oleh
para ahli belum ada keseragaman pandangan, dan hal tersebut dikarenakan sudut
pandang yang dilakukan dengan pendekatan disiplin ilmu yang berbeda, sehingga
melahirkan konsep yang berbeda pula di dalam pengukurannya. Namun demikian,
banyak juga ahli dan peneliti yang telah mengungkapkan apa dan bagaimana
mengukur efektifitas itu.
"Sondang P Siagian" mengungkapkan beberapa hal yang menjadi kriteria dalam
pengukuran efektifitas. Efektifitas dapat diukur dari berbagai hal, diantaranya
.

26

ymtu :
I. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai.
2. Kejelasan strategi pencapaian tujuan.
3. Proses analisa dan perumusan kebijakan yang mantap.
4. Perencanaan yang matang.
5. Penyusunan program yang tepat.
6. Tersedianya sarana dan prasarana keJja.
7. Pelaksanaan yang efektif dan efisien.
8. Sistem pengawasan dan pengendalian yang mendidik.
Sedangkan konsep efektifitas dalam sebuah organisasi menurut John M.
Ivancevich dalam bukunya "Perilaku dan Manajemen Organisasi" adalah

26

Sondang P. Siagian, Ol'ganisasi, Kepemimpinan dan Pel'ilaku Administl'asi, h.160.

52

bergantung pada teoTi sistem namun di yakini bahwa konsep yang lain, yakni
dimensi waktu, juga penting. Dua kesimpulan utama dari teoTi sistem adalah : (l)
kriteria efektifitas harus mereflesikan keseluruhan input-proses-output, bukan hanya
output, dan (2) kriteria efektifitas harus mereflesikan hubungan antara organisasi dan
lingkungan luamya.

27

Selain mengukur tingkat efektifitas yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka
dalam mencapai efektifitas kerja atau efesiensi haruslah dipenuhi syarat-syarat
sebagai berikut28 :
a) Berhasil guna, yakni untuk menyatakan bahwa kegiatan telah dilaksanakan
dengan tepat dalam arti target tercapai sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
b) Ekonomis, ialah untuk menyebutkan bahwa di dalam usaha pencapaian
efektif itu maka biaya, tenaga kerja material, peralatan waktu, ruangan dan
lain-lain telah dipergunakan dengan setepat-tepatnya sebagaimana yang
telah ditetapkan dalam perencanaan dan tidak adanya pemborosan serta
penyelewengan.
c) Pelaksanaan kerja yang bertanggung jawab, yakni untuk membuktikan
bahwa dalam pelaksanaan kerja sumber-sumber telah dimanfaatkan dengan
setepat-tepatnya haruslah dilaksanakan dengan bertanggung jawab sesuai
dengan perencanaan yang telah ditetapkan.

27 John M. Ivancevich, Robert Konopaske, Michael T. Matteson., Perilaku dan Manajemen
Organisasi, (Jakarta: Erlangga), Jilid 1 Edisi ketujuh, h.23.
28 Sujadi F.X., Organisasi dan Manajemen, Penunjang Berhasilnya Proses Manajemen,
(Jakarta: CV.Masaguug,1990), Cet. Ketiga,h.36-39.

54

Dengan penelitian semacam ini dan

cara pengembngan organlsasl yang

bersangkutan menyebabkan keadaan dibeberapa bidang lebih baik dan efektif. 30
Selain itu juga terdapat beberapa ukuran yang dapat dipergunakan untuk
memperkirakan

efesiensi,

efektifitas

dan

produktivitas

organisasi

yang

menghasilkannya. Diantara beberapa ukuran itu adalah 31:
1. Ukuran waktu, yaitu beberapa lama seseorang yang membutuhkan jasa
tertentu untuk memperolehnya,
2. Ukuran harga dalam arti berapa besar biaya yang hams dikeluarkan untuk

memperolehjasa yang dibutuhkannya itu,
3. Ukuran

nilai-nilai

sosial

budaya dalam

arti

cara penghasil Jasa

menyampaikan produknya kepada kliennya,

4'. Ukuran ketelitian yang menunjukan apakah jasa yang diberikan akurat atau
tidak.
Dalam pembahasan mengenai tingkat pengukuran efektifitas diatas

bahwa

dalam menilai suatu program/tujuan dalam suatu organisasi hamslah meningkatkan
daya tahan dan sekaligus meningkatkan kemampuannya untuk tumbuh dan
berkembang, tidak cukup hanya memikirkan masalah-masalah efesiensi dan
efektifitas tetapi juga hams pula dengan sungguh-sungguh mempertimbangkan
faktor produktivitas. Yang dimaksud dengan produktivitas disini adalah kemampuan
memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari sarana dan prasarana yang tersedia
30

31

J. Winardi., Manajemen Perilaku Organisasi (Jakarta: Kencana, 2007) h. 86.
Sondang P. Siagian, Organisasi, kepemimpinan dan Peri/aku Administrasi, h.153.

58

a. Kualitas Aktiva Produktif, konsentrasi ekspor resiko la'edit, perkembangan
aktiva produktif bermasalab, dan kecukupan penyisihan penghapusan aktiva
produktif (PPAP).
b. Kecukupan kebijakan prosedur, sistem kaji ulang (review) internal, sistem
dokurnentasi, dan kinerja penanganan aktiva produktif bermasalab.
3.

Modal
Secara tradisional modal didefinisikan sebagai sesuatu yang mewakili
kepentingan pemilik dalanl suatu perusabaan. 35

Sedangkan menurut

Lutge

mengartikan modal hanyalab dalam artian uang (geldkapital). Begitu pula
Schwiedland memberikan pengertian modal dalam artian yang lebih luas, dimana
modal itu meliputi baik modal dalam bentuk uang, maupun dalam bentuk barang
(sachkapitaV, misalnya mesin, barang-barang dagangan, dan lain sebagainya. 36

Dalam perbankan Bank Indonesia telah menetapkan ketentuan tentang aspekaspek permodalan. Modal bagi bank syariah terdiri dari :
1.

Modal inti, dimana terdiri dari modal disetor dan cadangan tambaban modal
(disclosed reserve). Modal inti tersebut diperhitungkan dengan faktor pengurang

berupa pos goodwill. Dalam perhitungan laba atau rugi tabun berjalan sebagai
komponen dari cadangan tambaban modal harus dikeluarkan pengaruh
perhitungan pajak tangguhan.

35

Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah.( Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006),

h.135.
36 Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, (BPFE- Yogyakarta, 2001),
Edisi ke-4, h. 18.

59

2.

Modal pelengkap
Modal pelengkap terdiri dari

37 :

a. Selisih penilaian kembali aktiva tetap;
b. Cadangan umum dari penyisihan penghapusan aktiva produktif setinggitingginya 1,25% dari aktiva tertimbang menurut resiko.
c. Modal pinjarnan yang memenuhi kriteria Bank Indonesia, yaitu pinjarnan
yang didukung oleh instrument atau warkat yang mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
I. Berdasarkan prinsip Qardh;
2. Tidak dijarnin oleh bank penerbit (issuer), dan sifatnya dipersamakan
dengan modal serta telah dibayar penuh;
3. Tidak dapat dilunasi atau ditarik atas inisiatif pemilik, tanpa persetujuan
Bank Indonesia;
4. Mempunyai kedudukan yang sarna dengan modal dalarn hal jurnlah
kerugian bank melebihi saldo laba dan cadangan-cadangan yang
termasuk modal inti, meskipun bank belum dilikuidasi.

37

Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, h.136.

60

4. Teori Penyaluran Dana Bergulir Syariah

Dalam teori ekonomi, kredit dipandang hanya sebagai alat untuk melumasi
roda-roda perdagangan, bisnis dan industri. Kenyataannya, kredit menciptakan
kekuatan ekonomi yang dengan cepat bembab menjadi kekuatan sosial. Ketika
lembaga-Iembaga perkreditan serta perbankan membuat ketentuan yang
menguntungkan sektor (kelompok) tertentu, maka sektor (kelompok) itu akan
meningkat status sosial ekonominya. 38
Menurut Robinson (2000) seperti dikutip Wijono (2005, hal A), pinjaman
dalam bentuk micro credit mempakan salah satu upaya ampuh dalam mengatasi
kemiskinan. Hal tersebut didasarkan babwa pada masyarakat miskin sebenarnya
terdapat perbedaan klasifikasi yang mencakup : Pertama, masyarakat yang sangat
miskin (the extreme poor) yakni mereka yang tidak berpenghasilan dan tidak
memiliki kegiatan produktif, kedua, masyarakat yang dikategorikan miskin
namun memiliki kegiatan ekonomi (economically active working poor), dan

ketiga, masyarakat yang berpenghasilan rendab (lower income) yakni mereka
yang memiliki penghasilan meskipun tidak banyak.
Kaitarrnya dengan pengembangan kredit dalam bentuk penyaluran dana
bergulir syariab, maka semakin tinggi penyaluran dana yang diberikan kepada
lembaga keuangan yaitu KJKS/BMT maka semakin meningkatkan knalitas
keuangan bagi lembaga tersebut. Begitu juga bila dana tersebut disalurkan dengan

38

Yunus 2007, hal 151

BABIII
GAMBARAN UMUM TENTANG BMT CENGKARENG SYARIAH
MANDIRI DAN BMT MEKAR DAKWAH SERTA PERKEMBANGANNYA.

A. BMT CENGKARENG SYARIAH MANDIRI
I. Latar Belakang Pendirian
Pada Perrnulaaan tahun 2006 merupakan ujung tonggak bersejarah bagi
gerakan ekonomi umat dengan lahimya sebuah lembaga keungan mikro syariah
BMT Cengkareng Syariah Mandiri. Berawal dari kesamaan visi dan misi tiga
alumni muda dari tiga universitas negeri di Jakarta yang terangkum dalam cita-cita
bersama untuk berkarya menggerakkan potensi umat melalui pemberdayaan
ekonomi. Dimana visi dan misi tersebut didasari dengan kondisi masyarakat yang
pada saat itu banyak sekali yang mengalami kesulitan dana untuk usahanya.
Sehingga ketiga alumni muda inilah mendirikan BMT Cengkareng Syariah
Mandiri. 1
Dimulai dengan modal 50 juta dan berkantor yang sangat sederhana di
pinggiran pasar, terselip didalam sebuah gang sempit ditengah pemukiman padat
penduduk pada sebuah desa yang masuk dalam prigram Inpres desa tertinggal
(IDT), tepatnya didaerah kapuk- Cengkreng, Jakarta Barat, melangkah dengan
pasti menggerakkan ekonomi umat. Namun kesederhaan dan serba keterbatasan
yang dimiliki oleh BMT CSM tidak menghalangi BMT CSM untuk selalu berbuat.
I

Company Profile BMT Cengkareng Syarlah Mandlrl, (Jakarta Bara! : BMT CSM, 2006)

fi?

63

Justru kondisi tersebutlah yang mengajarkan (Learning by doing) dan menootut
BMT CSM untuk selalu kreatif, inovatif dan arif dalam menjawab tantangan
usaha, sehingga dari pembelajaran tersebut dihasilkan seuah system manajemen
yang dapat mendukung gerak lembaga.

"..... Supaya harta itu jangan beredar diantara orang-orang kaya saja
diantara kamu ..... " (Q.S. AI-Hasyr :7). Demikian firman Allah SWT tentang funsi
dan fungsi harta, yang mendorong BMT CSM ootuk menjadi mediator investasi
yang menjungjoog tinggi nilai-nilai amanah dan profesionalisme usaha antara

aghniya yang kelebihan likuiditas ( investor) dan fuqara yang gigih dalam
berusaha (Inovator) namoo kekurangan likuiditas (modal). Terbukti, bahwa dalam
kurun waktu yang relatif singkat (15 bulan), lebih dari 300 pengusaha mikro yang
telah merasakan sentuhan BMT CSM melalui pembiayaan Muamarah (Mudah,
Murah, Murni Syariah) dengan perguliran dana lebih dari 800 juta rupiah. 2
BMT CSM sendiri menyadari dengan sepenuh hati bahwa fakta tersebut masih
jauh dari keberhasilan, secara kualitas mauplm kuantitas, karena ini adalah sebuah
proses yang tak pernah tootas. Tapi dengan dukoogan dan kepercayaan dari
berbagai pihak, BMT CSM yakin lembaga "kecil" ini mampu melakukan hal yang
besar dengan kesoogguhan yang besar pula tentunya.
2. Visi dan Misi BMT Cengkareng Syariah Mandiri
Visi BMT Cengkareng Syariah Mandiri adalah menjadikan BMT ini sebagai
lembaga keooagan mikro syariah yang professional, amanah dan menjadi
2

Company Profile BMT Cengkareng Syariah Mandiri.

65

4. Produk - produk BMT Cengkareng Syariah Mandiri
a. Produk Penyimpanan (funding)
1) Pengarnan (Pengusaha Mandiri)
2) Taqarub (Tabungan aqiqah dan qurban)
3) Tunas (tabungan anak sholeh)
4) Sahara (simpanan hari raya idhul fitri dan idhul qurban)
Sahara adalah simpanan khusus untuk mempersiapkan kebutuhan keuangan
yang meningkat ketika menghadap hari raya idhul fitril idhul qurban.
5) Insani (investasi syariah terkini)
Merupakan produk unggulan BMT CSM berbentuk simpanan berjangka 3,
6,9, 12, dst. Dengan pola bagi hasil, INSANI di investasikan pada UKM
(usaha keeil muslim) yang halal dan produktif.
b. Produk Penyaluran Dana (Lending)
1. Murabahah

Yaitu akad jual beli barang antara mitra dengan BMT CSM dengan
menyatakan harga perolehan/ harga beli/ harga pokok ditarnbah
keuntungan atau margin yang disepakati kedua belah pihak.
2.

Mudharabah
Yaitu akad kerjasarna BMT CSM selaku pemilik modal (Shahibul

maal) dengan mitra selaku pengelola usaha (mudharib) untuk mengelola usaha
yang prodiktif dan halal. Dan hasil keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah
yang telah ditentukan kedua belah pihak.

67

B. BMT MEKAR DAKWAH

1. Latar Belakang Pendirian

Ide awal pengembangan ekonomi umat dengan basis syariah dan
berbentuk lembaga keuangan mikro atau Baitul Maal wat-Tamwil atau BMT. BMT
Taruna Quran mulai operasi sejak November 2003. Resmi berdiri di tanggal 12
Februari 2004, dengan nama BMT Mekar Da'wah yang manajemen masih dibawah
BMT Taruna Qur'an Yogyakarta. Manajemen Taruna Yogyakarta mengalami
kendala yang menyebabkan di bulan Juni 2004 penanganan BMT Mekar Da'wah
terpisah dari BMT Taruna Quran Yogyakarta diambil alih Komunitas Syariah
Jakarta. Pembenahan manajemen dilakukan tim Counterpart Jakarta hingga
mengalami perkembangan yang positif dan cukup layak dianggap sebuah lembaga
keuangan mikro yang berbasis syariah Islam. 3
Meskipun kondisi ekstenal dan internal di BMT Mekar Da'wah alami
pasang surut dalam kinerja operasional, baik dari pergantian pengurus, pengelola
dan lokasi usaha, tetapi pergantian tersebut mulai membentuk: tim kinerja BMT
yang semakin solid begitu menginjak tahun 2008. Pemulihan keadaan semakin
solid teljadi tahun 2009. Kinerja BMT dari sisi Baitul Tamwil teliata rapi dan di sisi
Baitul Maal menunjukkan peranmlliya. BMT Mekar Da'wah di Serpong makin
diakui dan dipercaya bar.kan menjadi lembaga yang mendapat tempat tersendiri.

3

Company Profile BMT Mekar Dakwah- Serpong, (Tangerang SelaIan : BMT Mekar

Dakwah, 2005)

68

Fungsi BMT dengan pemberdayaan ekonomi maupun sosial semakin
berkembang dengan program-program kemaslahatan umat, didukung oleh lembagalembaga yang bersinergi dengan BMT, baik lembaga keuangan pendidikan, sosial,
pemerintahan dan lainnya. Keikutsertaan lembaga-Iembaga laindalam kegiatan
yang diadakan BMT Mekar Da'wah, sesuai dengan motto kaIni "Jujur Bermitra,

Prafesianal Bekerja".
2.

Visi dan Misi BMT Mekar Dakwah
Visi:

"Menjadi Lembaga Keuangan MUcro Syari 'ah yang handal karena kualitas
pelayanan dan ldnerja aperasianal terbaik bagi pengembangan UMKM
secara berkelanjutan. "
Misi:

"Mengupayakan meningkatkan taraf kehidupan dan kemampuan sasial dan
ekanami masyarakat secara berkesinambungan melalui muamalah yang
sesuai dengan prinsip syari 'ah. 4
3.

Produk-Produk BMT Mekar DaliWah

I. Produk Penghimpunan Dana
Produk penghimpunan dana berupa :
}o
}o
4

Investasi Pihak Kedua yang bersifat pemberdayaan sosial dan ekonomi
Simpanan Pihak Ketiga yang bersifat titipan maupun berbagi hasil.

Company Profile BMT Mekar Dakwah- Serpong.

69

>-

Dana bersifat Zakat Infaq Shodaqah dan lainnya

2. Produk Penyaluran Dana
Produk Penyaluran Dana berupa :

>-

Dana Sharity atau Dana Kebajikan

>-

Dana talangan atau Pinjaman

>-

Dana Bisnis yaitu Jual Beli, yakni : Murabahah

>-

Dana Pemberdayaan Umat, yakni : Musyarakah dan Mudharabah

3. Produk Layanan Anggota
Bentuk Produk layanan kemudahan dalam membantu pembayaran untuk
tagihan seperti ; Listrik, telpon, dan bahkan dapat melayani pembelian pulsa
dan transfer antar bank, semua itu dapat dilakukan secara otomatis atau
online.

4.

Budayll Kerja BMT Mekar Dakwah
1. Prinsip-Prinsip Kerja BMT

>- Selalu berusaha memegang nilai-nilai akidah yang sesuai syariah Islam
>- Selalu menjadikan Rasulullah SAW sebagai suri tauladan dalam bekerja dan
berperilaku

>-

Selalu berusaha berlaku jujur dan seimbang atau adil dalam menentukan
suatu keputusan

>- Berlaku transparan didalam menjaga amanah sesuai syariah Islam
>- Utamakan kekompakan tim dalam bekerja
>- Azas keserderhanaan memberikan solusi masalah yang sesuai syariah Islam

70

2. Etika Kerja BMT

>-

Lebih banyak memberikan azas manfaat bagi kemaslahatan umat

>-

Berusaha memberikan solusi yang mudah dan menyenangkan bagi semua
pihak

>-

Selalu berusaha menepati janji dan menjaga amanah yang diberikan

>-

Segala kegiatan atau aktivitas yang dijalankan hams menambah
pengetahuan yang berguna

>-

Selaiu menjaga jalinan tali silaturahim dengan semua pihak

>-

Menjaga niIai-nilai ibadah didalam bekerja yang sesuai syariah Islam

>-

Selalu memiliki rasa kepedulian yang tinggi, baik simpati maupun empati

3. Teknologi Kerja Operasional
BMT Mekar Da'wah telah menggunakan sistem komputerisasi, baik administrasi
keuangan, transaksi maupun pelaporan telah berbasis teknologi informasi (TI).
Dengan sistem komputerisasi tersebut akan meminimalkan resiko kesalahan manusia
yang berarti menjamin adanya transparasi dan accountable. Sistem II ini, diharapkan
dapat menjadi jaminan meningkatnya kualitas pelayan terhadap masyarakat makin
baik hingga kepercayaan masyarakat semakin baik. 5

4. Jaringan Kerja Operasional
5

Company Profile BMT Mekar Dakwah- Serpong, Ibid.

71

BMT Mekar Da'wah merupakan bagian tak terpisah dari komunitas Serpong dan
komunitas yang lebih besar yakni Kota Tangerang Selatan khususnya, bahkan
jangkauannya se-Jabodetabek hingga lingkup nasional umumnya. Komunitas tersebut
merupakan salah satu bentuk dari fung