Mekanisme penyaluran dana koperasi syariah BMT Assalam dalam pemberdayaan UKM Kebayoran Baru Jakarta Selatan

(1)

LEMBARAN PERNYATAAN

Dengan ini kami menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya sendiri yang diajukan untuk memenuhi 2. persyaratan memperoleh gelar Strata I di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Semua sumber yang telah saya gunakan telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya sendiri, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 02 Juni 2010


(2)

ABSTRAK Ach Zaini

“Mekanisme Penyaluran Dana Koperasi Syariah BMT Assalam Dalam Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah” Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Kendala yang dihadapi oleh para pelaku usaha kecil dan menengah adalah terbatasnya modal yang dimiliki untuk meningkatkan usahanya. Dikarenakan kurang memiliki akses ke perbankan atau juga karena kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap dana yang dialokasikan oleh perbankan terhadap UKM sehingga menyebabkan mereka sulit untuk mendapatkan tambahan dana dari bank. Untuk mengatasi masalah tersebut dibutuhkan kehadiran sebuah lembaga yang dapat memberikan tambahan modal untuk pengembangan usaha yang mereka tekuni. Hal ini dapat terwujud dengan hadirnya Koperasi Syariah BMT Assalam yang merupakan salah satu alternatif bagi mereka para pengusaha kecil dan menengah. Dalam membantu meningkatkan ekonomi pengusaha kecil dan menengah. Dalam meningkatkan usaha kecil dan menengah tentunya Koperasi Syariah BMT Assalam berupaya melakukan mekanisme penyaluran dana dengan semaksimal mungkin supaya dapat menjangkau keberadaan usaha kecil dan menengah.

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Mekanisme Penyaluran Dana Koperasi Syariah BMT Assalam Dalam memberdayakan Usaha Kecil dan Menengah, dalam hal ini peneliti menggunakan pendekatan Kualitatif, yang menghasilkan data deskriptif dengan menggunakan data berupa observasi, wawancara dan studi dokumentasi.

Dari hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa koperasi syariah BMT Assalam dalam meningkatkan ekonomi usaha kecil dan menengah bersal dari modal simpanan anggota dan pinjaman dari luar yang dikembangkan dan dengan berbagai unit usaha simpan pinjam dan pembiayaan serta kerjasama dengan lembaga terkait. Dengan menggunakan sumber dana yang dikumpulkan dari anggota sebagi sumber pendanaan serta penyaluran dana yang dilakukan Kopsyah BMT Assalam terhadap berbagai jenis usaha yang dijalani untuk pemberdayaan UKM, maka apa yang menjadi tujuan Koperasi Syariah BMT Assalam akan terealisasi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.


(3)

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji syukur ke hadirat ilahi Robbi, yang telah memberikan nikmat serta hidayahnya, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad Saw, keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya.

Skripsi yang berjudul “Mekanisme Penyaluran Dana Koperasi Syariah BMT Assalam Untuk Peningkatan Usaha Kecil Menengah (UKM) Kebayoran Baru, Jakarta Selatan”. Skipsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) pada program studi Mnajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama menyusun skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami penulis, baik yang berkaitan dengan waktu, pengumpulan data-data yang berkaitan dengan skripsi dan lain sebagainya. Namun, berkat kesungguhan hati dan kerja keras serta dorongan dan bantuan dari berbagai pihak baik itu dari Dosen, keluarga, dan sahabat memberikan mutifasi yang sangat kuat bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini. Sehingga segala kesulitan dan hambatan tersebut dapat diatasi dengan baik. Sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan cepat dan tepat.

Oleh karena itu, seyogyanya penulis mengucapkan terima kasih kepada yang bersangkutan :


(4)

1. Kepada kedua orang tua yang telah banyak berjasa dalam hidup

penulis, tanpa didikan serta bimbingan dari beliau penulis tidak akan menjadi orang yang berguna bagi agama, keluarga, dan masyarakat luas. Semoga beliau mendapat tempat yang mulia di sisi Allah SWT.

2. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Bapak Dr. Murodi, MA, Pudek I dan Pudek II Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas kepada penulis selama mengikuti pendidikan program studi Manajemen Dakwah.

3. Ketua Jurusan Manajemen Dakwah, Bapak Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA yang telah memberikan kesepakatan kepada penulis untuk dapat menyusun skipsi ini hingga selesai.

4. Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku sekretaris jurusan Manajemin Dakwah .

5. Drs. Sugiharto, MA, selaku pembimbing dalam penulisan karya ilmiah ini, yang telah banyak memberikan masukan serta meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan terhadap penulis.

6. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang banyak menuangkan ilmunya pada penulis, sehingga penulis sadar betul bahwa masih banyak hal yang harus diperjuangkan dalam hidup ini.

7. Seluruh karyawan Koprasi Syariah BMT Assalam yang telah memberikan kesempatan kepada kepada penulis untuk melakukan


(5)

iv

penelitian dan meluangkan waktunya untuk memberikan data-data yang diperlukan.

8. Ahmad Muis sahabat karibku senasib dan seperjuangan yang senantiasa memberikan motivasi, yang selalu ada disaat suka maupun duka.

9. Semua teman-teman KKN yang takdapat disebutkan satu persatu yang telah kita lewati bersama selama KKN baik suka dan duka.

10. Keluarga besar penulis yang telah banyak membantu penulis baik berupa materi atau non materi semuanya kami ucapkan banyak- banyak terima kasih.

11. Teman-teman seangkatan dan seperjuangan MD, yang tidak pernah penulis lupakan selama 4 tahun kita menempuh pendidikan bersama.

Akhirnya, penulis berharap semoga doa yang diberikan mendapatkan balasan yang berlimpah ganda dari Allah SWT dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi yang membaca pada umumnya dan segenap keluarga manajemen dakwah pada khususnya.

Jakarta, 02 Juni 2010

Penulis


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Metodologi Penelitian ... 8

E. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Mekanisme ... 14

B. Konsep Penyaluran ... 14

1. Pengertian penyaluran ... 14

2. Macam-macam Penyaluran ... 15

3. Tujuan Penyaluran ... 17

C. Konsep Koperasi Syariah ... 18

1. Gambaran Tentang Koperasi Syariah ... 18

2. Landasan Dasar Sistem Koperasi Syariah ... 19

3. Peran dan Fungsi Koperasi Syariah ... 23

4. Prinsip Operasional Koperasi Syariah ... 26

D. Baitul Mal wa at-Tamwil (BMT) ... 27

1. Pengertian BMT ... 27

2. Legalitas BMT ... 30


(7)

vi

3. Jenis-jenis Usaha BMT ... 34

4. Sumber-sumber Dana BMT ... 42

5. Pengalokasian Dana BMT ... 44

E. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) ... 45

1. Pengertian UKM ... 45

2. Jenis-jenis UKM ... 46

3. Kedudukan UKM ... 48

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG KOPERASI SYARI’AH “BMT-ASSALAM” KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN A. Sejarah Berdirinya Koprasi Syari’ah ... 51

B. Nama, Tempat Kedudukan dan Wilayah Kerja Kopsyah ... 52

C. Visi dan Misi Koprasi Syari’ah ... 53

D. Asas dan Landasan Koperasi Syari’ah ... 54

E. Tujuan Serta Usaha Koperasi Syari’ah ... 56

F. Struktur Pengurus Koprasi Syari’ah ... 57

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sumber Dana Koperasi Syari’ah ... 59

B. Mekanisme Penyaluran Dana Koperasi Syari’ah ... 62

C. Bentuk Pemberdayaan Terhadap UKM ... 69

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 75 DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN - LAMPIRAN


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dilihat dari sejarah, koperasi memang dilahirkan sebagai badan usaha dengan tujuan mulia untuk memajukan kepentingan ekonomi dari anggota-anggotanya. Latar belakang kelahirannya telah memberikan ciri khusus bahwa koperasi-koperasi berbeda dengan bentuk usaha yang lain. Koperasi sebagai bentuk yang kita kenal sekarang ini telah ada kira-kira satu setengah abad yang lalu di Eropa Barat dalam satu sistem sosial ekonomi kapitalis liberal yang dirasakan sebagai penekanan oleh yang kuat terhadap yang lemah. Oleh karena itu koperasi selalu menampakkan wataknya yang selalu cenderung untuk membela diri, menunjukkan ciri- ciri manusiawi yang kuat dan menjunjung tinggi keadilan dan pemerataan.1

Salah satu mewujudkan pembangunan sebagai mana tertuang dalam undang – undang dasar 1945, yaitu tercapainya masyarakat yang adil dan makmur baik materiil maupun spiritual adalah dengan berkoperasi. Undang-undang dasar 1945 menegaskan dalam pembukaannya bahwa salah satu tujuan bangsa Indonesia adalah untuk mewujudkan kesejahteraan umum. Penegasan di atas tidak terlepas dari pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan yaitu Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.2

1

Ninik Widayanti., Manajemen Koperasi, (Jakarta : Rinika Cipta, 2002), edisi terbuka, h. 1

2

Muhammad Firdaus, Agus Edi susanto(PERKOPRASIAN: Sejarah, Teore dan Praktek, Jakarta Ghalia Indonesia, 2002), hal. 37


(9)

2

Pasal 3 UU RI NO.25/1992 tentang perkoperasian dikatakan bahwa: ”koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan undang-undang dasar 1945.” pasal 3 dijelaskan, Bahwa koperasi hendak mewujudkan kesejahteraan anggota terlebih dahulu. Sekiranya nanti mempunyai kelebihan kemampuan,maka usaha tersebut diperluas masyarakat di sekitarnya, karena para anggota koperasi pada dasarnya juga merupakan anggota masyarakat,maka dengan jalan ini secara bertahap koperasi ikut berperan meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Secara operasional ekonomi kerakyatan adalah kegiatan ekonomi yang bertumpu pada sektor Riil, yang mampu menyerap potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat, dan hasil yang ditunjukkan untuk kemakmuran seluruh anggota masyarakat. Bentuk usaha yang sesuai dengan konsep ini adalah koperasi serta Usaha Kecil Menengah (UKM).3

Adanya persamaan falsafah antara koperasi dan ajaran Islam,bisa ditemukan dalam Al-Qur’an,dalam penekanan pentingnya kerja sama dan tolong menolong (ta’awwun), persaudaraan (ukhuwah) dan pandangan hidup demokrasi (musyawarah). Sebagaimana firman Allah menyatakan dalam surat Al-Maidah ayat-ayat yang berbunyi sebagai berikut:

3

Sri Edi Sasono, Koprasi didalam Orde Ekonomi Indonesia, (Jakarta: Unifersitas Indonesia Press, 1987),hal.166


(10)

3

Artinya: ”Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa, dan janganlah tolong – menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksanya. (QS.Al-Maidah:2)”

Adapun pengertian usaha kecil dan menengah di beberapa Negara tidak sama. Tergantung pada konsep yang digunakan Negara tersebut. Oleh karena itu pengertian usaha kecil menengah ternyata tidak sama antara satu Negara dengan Negara yang lainnya. Dalam pengertian sedikitnya mencakup 2 aspek, yaitu aspek penyerapan tenaga kerja dan aspek pengelompokan perusahaan ditinjau dari tenaga kerja yang diserap dalam kelompok perusahaan tersebut.4

Menurut UU No.9 tahun 1995,tentang usaha kecil, bahwa usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan perusahaan. Kekayaan perusahaan maksimal Rp.200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan pada tempat usaha. Sedangkan menurut Inpres No.10 tahun 1999, tentang usaha menengah bahwa usaha menengah adalah unit kegiatan yang memiliki kekayaan lebih besar dari Rp.200 juta sampai Rp.10 milyar.

Dalam wawasan Islam, ditegaskan bahwa tuhan tidak akan merubah keadaan satu kaum, selam kaum tersebut tidak merubah sebab-sebab kemunduran mereka sesuai dalam surat Ar-Ra’d ayat 11

4

.Titik Sartika Partomo, M.s dan Abd.Rahman Soejoedono, Ekonomi Sekala Kecil, Menengah dan Koprasi, (Jakarta: Ghalia Indonesia,2002), cet.ke-1,h.16


(11)

4

Artinya: ”Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan satu kaum sehingga

mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.

(QS:Ar-ra’d:11)

Ayat di atas membuktikan dengan nyata, bahwa untuk mewujudkan perekonomian nasional yang baik, tentunya tidak akan berjalan dengan sendirinya artinya diperlukan peran dari seluruh pihak terutama pemerintah masyarakat. Karena masyarakat yang lebih tahu bagaimana kebutuhan masyarakat itu sendiri. Keberadaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (KUKM), mencerminkan wujud nyata kehidupan sosial dan ekonomi bagian terbesar dari rakyat Indonesia. Peran usaha kecil menengah (UKM), yang besar ditunjukkan oleh kontribusinya terhadap produksi nasional, jumlah unit usaha dan pengusaha, serta penyerapan tenaga kerja. Masalah yang dihadapi oleh usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia dalam perkembangannya yang tingkat intensitasnya dan sifatnya berbeda,namun masalah yang sering disebut adalah keterbatasan dana dan kesulitan dalam pemasaran.5

Tantangan ke depan usaha kecil menengah (UKM), untuk mampu bersaing pada era perdagangan bebas, baik di dalam pasar domistik maupun di pasar ekspor, sangat ditunjukkan oleh dua kondisi utama. Pertama, lingkungan internal usaha kecil dan menengah (UKM) harus diperbaiki, yang mencakup aspek kualitas SDM, terutama wirausaha, pengusaha teknologi dan informasi, struktur organisasi, sistem manajemen, kultur atau budaya bisnis, kekuatan modal dan jaringan bisnis dengan pihak luar. Kedua, lingkungan eksternal harus juga kondusif, yang terkait dengan kebijakan pemerintah,

5


(12)

5

aspek hukum ,kondisi persaingan pasar, kondisi sosial ekonomi kemasyarakatan, kondisi infrastruktur, tingkat pendidikan masyarakat, dan perubahan ekonomi global. Secara nasional, pilihan strategi dan kebijakan untuk memperdayakan usaha kecil dan menengah (UKM) dalam memasuki era pasar global menjadi sangat penting bagi terjaminnya kelangsungan hidup dan perkembangan usaha kecil dan menengah (UKM) sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pertumbuhan dan pemerataan pendapatan.6

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis bermaksud mengadakan penelitian ilmiah guna mengetahui sejauh mana hal yang dilakukan oleh koperasi untuk dalam hal mekanisme penyaluran dana. Dengan harapan penulis, penelitian ini dijadikan bahan diskusi oleh semua pihak, sehingga menjadikan referensi yang lebih baik lagi ke depannya. Adapun hasil penelitian ini adalah untuk memenuhi tugas akhir dalam menempuh gelar kesarjanaan Fakultas ilmu Dakwah dan Komunikasi,yang disusun dalam bentuk karya ilmiah, yaitu skripsi.

Dan judul skripsi ini adalah ”MEKANISME PENYALURAN DANA PADA KOPERASI SYARI’AH BMT-ASSALAM UNTUK PENINGKATAN USAHA KECIL MENENGAH (UKM)” Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

6

Pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, kecil dan Menengah (www.bappenas.go.id) diakses tanggal 20 februari 2010


(13)

6

Untuk menjelaskan permasalahan agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami isi, maka pembahasan dalam skripsi ini penulis membatasi masalah pada Mekanisme Penyaluran Dana Pada Koperasi Syari’ah BMT Assalam Kebayoran Baru Jakarata Selatan terhadap UKM

2. Perumusan Masalah

Penulis membatasi masalah ini hanya pada Mekanisme Penyaluran Dana Koperasi syaria’ah BMT Assalam untuk peningkatan UKM Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, rumusan masalah yang penulis bahas adalah sebagai berikut: a. Dari mana sumber dana koperasi syari’ah

b. Bagaimana mekanisme penyaluran dana koperasi syari’ah terhadap UKM

c. Bentuk pemberdayaan terhadap peningkatan UKM

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang dirumuskan di atas, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini:

a. Untuk mengetahui sumber dana pada Koperasi Syari’ah ”BMT-Assalam” Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

b. Untuk mengetahui seperti apa mekanisme penyaluran dana yang dilakukan Koperasi Syari’ah ”BMT-Assalam” Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.


(14)

7

c. Untuk mengetahui bentuk pemberdayaan penyaluran dana koperasi syari’ah BMT Assalam terhadap peningkatan UKM

2. Manfaat Penelitian a. Kegunaan Akademis

Sebagai tambahan referensi dan menambah jumlah pendidukan mengenai mekanisme penyaluran dana koperasi atau Lembaga keuangan Islam, untuk kepentingan dakwah itu sendiri.

b. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan menjadi masukan baru untuk menambah wawasan berbagai kalangan Seperti teoritis, praktisi, dan untuk aktivitas dakwah Islam pada umumnya serta para pengelola Serta para pengelola Koperasi Syari’ah pada khususnya yang menjadikan Koperasi Syari’ah “BMT-Assalam” Kebayoran Baru, Jakarta Selatan sebagai lembaga keuangan syari’ah untuk lebih meningkatkan kembali proses penyaluran dana pada koperasi

D. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metodologi penelitian Deskriptif Kualitatif. Secara umum adalah penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat dari populasi (objek penelitian). Dilakukan dengan pengamatan langsung yang bersifat interaktif dan Memaparkannya


(15)

8

sesuai dengan data-data yang di dapat. Adapun yang dimaksud dengan Kualitatif menurut Klrik dan Miller adalah penelitian kualitatif sebagai tradisi penelitian yang tergantung pada pengamatan sesuai dengan kemampuan yang berhubungan langsung dengan orang-orang di sekitar objek penelitian dalam bahasa dan peristilahan sendiri. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data Deskriptif berupa kata-kata tertulis ataupun lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.7

Deskriptif kualitatif yaitu satu metode penelitian yang dihasilkan dari satu data-data yang dikumpulkan dan berupa kata-kata,gambar dan penelitian alamiah. Jadi penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif, data tertulis dengan informasi dari orang yang terlibat dalam objek penelitian. Adapun sumber utama penelitian kualitatif adalah aktivitas objek di lapangan, selain itu juga bisa data tambahan berupa dokumen, file dan Kepustakaan lainnya.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah daerah yang akan dijadikan sasaran penelitian. Adapun penelitiannya diadakan di Koperasi Syari’ah ”BMT-As-salam” Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam upaya penyusunan skripsi ini data sangat dibutuhkan sebagai sumber pokok. Dan untuk memperoleh data tersebut penulis

7

Lexy J. Mleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), cet. Ke-11, h. 3


(16)

9

mengadakan penelitian dengan menggunakan metode pengumpulan data yaitu:

a. Riset kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara membaca, dan memahami ,menguraikan dengan sistematis terhadap buku-buku atau sumber-sumber yang bersifat ilmiah yang berkaitan dengan judul skripsi ini.

b. Riset lapangan, yaitu penelitian yang dilakukan melalui pengamatan langsung di lapangan terhadap gejala-gejala sebenarnya.8

Dalam penelitian lapangan ini, penulis menggunakan jenis pengumpulan data sebagai berikut:

1) Observasi; yaitu penulisan secara langsung mengadakan pengamatan secara langsung di lapangan mengenai aktivitas-aktivitas yang dilakukan di Koperasi Syari’ah ”BMT-Assalam” Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, keadaan pengelola, juga para anggota yang terlibat di dalam semua kegiatan di Koperasi Syari’ah ”BMT-Assalam”Kebayaoran Baru, Jakarta Selatan.

2) Wawancara; yaitu pengumpulan data dengan teknik ini yaitu, mengadakan wawancara Langsung dengan sumber data yang lain seperti pengurus, pimpinan, dan lain-lain.

3) Dokumentasi; yaitu data-data yang dibutuhkan dicari, dikumpulkan, dibaca, dan dipelajari dari sumber-sumber berupa arsip-arsip maupun buku-buku dan se bagainya yang berkaitan

8

Hari Wijaya dan Triton, Pedoman Penulisan Ilmiah Proposal dan Skripsi, (Yogyakarta: Tugu Publisher Oryza, 2007), h.63. cet-1


(17)

10

dengan Koperasi Syari’ah”BMT-Assalam” Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

4) Subyek dan Obyek Penelitian

Adapun yang menjadi subyek penelitian ini adalah orang-orang yang menjadi sumber informasi yang relevan dengan obyek yang diteliti,seperti manajer serta setaf badan pengelola pada Koperasi Syari’ah ”BMT-Assalam” Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Kemudian yang menjadi obyek penelitian ini adalah mekanisme penyaluran dana pada Koperasi Syari’ah ”BMT-Assalam” Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

5) Langkah-langkah penelitian

Adapun langkah-langkah penelitian yang dilakukan dalam penelitian lapangan adalah sebagai berikut:

a) Menentukan lokasi penelitian b) Menggali kepustakaan c) Studi pendahuluan d) Merumuskan masalah

e) Menyusun daftar wawancara f) Pengolahan dan menganalisa data g) Laporan penelitian(penulisan skripsi) 6) Teknik Analisa Data

Dalam menganalisa data tersebut, penulis menggunakan analisis kualitatif “yang menggambarkan dan mengabstrakkan satu kenyataan menjadi fakta dengan fakta lain sehingga terbentuk satu


(18)

11

pengertian data yang bersifat kualitatif tersebut diolah secara persentase.

Jadi, penelitian ini penulis menganalisa dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif yaitu satu teknik analisis data di mana penulis membaca, mempelajari, memahami, dan kemudian menguraikan semua data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi, kemudian dibuat analisa-analisa yang komprehensif sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.

4. Pedoman Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini,penulis berpedoman pada buku ”Pedoman Penulisan karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Desertasi)”. Terbitan CEQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan skripsi ini, penulis sudah melakukan penelitian terhadap buku – buku, skripsi, tesis, disertasi, dan skripsi yang judul materi pembahasannya hampir sama dengan skripsi penulis antara lain:

1. Pemanfaatan dan pendistribusian dana zakat, infaq, dan shodaqoh. Disusun oleh Djuhairiyah mahasiswa FIDKOM jurusan PMI tahun 2003, berisi tentang pemanfaatan ZIS terhadap ekonomi masyarakat, pendidikan, bantuan sarana ibadah, dan pendistribusian oleh BAZIS Kodya Jakarta barat.


(19)

12

2. Manajemen penghimpunan dan pendistribusian zakat melalui teknoiogi informasi pada manajemen zakat Jakarta, disusun oleh Panca Mardi Siswanto, mahasiswa FIDKOM konsentrasi MD, Tahun 2005. Membahas tentang manajemen penghimpunan zakat melalui teknologi informasi(SMS) dari manajemen pendistribusian zakat yang disalurkan kepada lembaga amil yang telah bergabung dengan manajemen zakat jakarta.

3. Sistem Pendistribusian Dana Zakat Pada Lembaga Pelayanan Masarakat(LPM)Dompet Duafa.di susun oleh Yudi Kurniawan mahasiswa FIDKOM konsentrasi MD tahun 2008. Berisi tentang sistem pendistribusian dana zakat yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa terhadap lembaga pelayanan masyarakat(LPM). Berbeda dengan tulisan di atas, skripsi yang penulis susun ini berjudul mekanisme penyaluran dana pada koperasi asyari’ah BMT Assalam Kebayoran Baru Jakarta Selatan.

E. Sistematika Penyusunan

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyusun sistematikanya kepada lima bab dengan Rincian sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan, pada bab ini di uraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.


(20)

13

BABII: Tinjauan teori, pada bab ini di jelaskan tentang Pengertian mekanisme, konsep penyaluran, pengertian koperasi syari’ah, konsep BMT, konsep usaha kecil menengah(UKM)

BABIII: pada bab ini diuraikan Sejarah Berdirinya Koperasi Syari’ah , Nama, Tempat Kedudukan dan Wilayah Kerja Koperasi Syari’ah, Visi dan Misi Koperasi Syari’ah, Asas dan Landasan Koperasi Syari’ah, Tujuan Serta Usaha Koperasi Syari’ah, Struktur Pengurus Koperasi Syari’ah.

BABIV: Gambaran Umum Koperasi Syari’ah ”BMT-Assalam” Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Dalam bab ini diuraikan tentang: sumber dana koperasi syari’ah, mekanisme penyaluran dana koperasi syari’ah, bentuk pemberdayaan terhadap usaha kecil menegah (UKM)

BABV: Penutup. Dalam bab ini penulis mengemukakan kesimpulan dari penulisan skripsi, serta saran-saran yang dianggap perlu.


(21)

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Mekanisme

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia pengertian dari mekanisme adalah cara kerja suatu organisasi yang ditetapkan untuk pencapaian tujuan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.1 Jadi dari pengertian mekanisme tersebut dapat kita deskripsikan bahwa mekanisme koperasi sayariah diantaranya :

1. Koperasi dalam pandangan Islam 2. Produk dan jasa koperasi syari’ah 3. Manajemen koperasi syariah 4. Sistem distribusi bagi hasil 5. Anggaran rumah tangga

B. Konsep Penyaluran

1. Pengertian penyaluran

Dalam kamus besar bahasa Indonesia penyaluran/pendistribusian berasal dari kata distribusi yang mempunyai arti penyaluran (pembagian atau pengiriman) ke beberapa orang atau ke beberapa tempat. Sedangkan penyaluran diartikan proses dan cara mendistribusikan barang kepada beberapa orang atau tempat.2

1

.J S. Badudu dan Sutan Muhammad Zain, Kamus Umum Bhs Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 1996) cet. Ke-3, h.882

2


(22)

Terdapat perbedaan dalam sistem ekonomi tentang makna distribusi. Di mana kapitalisme memberikan kebebasan kepemilikan khusus, dan memperbolehkan pemindahan kekayaan dengan cara pewarisan atau hibah, dan tidak meletakkan kaidah-kaidah untuk penentuan hal tersebut. Sementara ekonomi sosial yang kini sudah usang mengabaikan khusus bagi unsur-unsur produksi. Karena itu sistem distribusinya berdasarkan pada prinsip ” setiap individu sesuai dengan tingkat kemampuannya, dan setiap individu sesuai dengan tingkat kebutuhannya”dan berdasarkan pada perealisasian keadilan pembagian pemasukan bagi tingkatan pekerja yang berlandaskan pada pilar-pilar sosialis.3

Menurut Philip Kotler dalam bukunya ”Manajemen Pemasaran” mengatakan bahwa : Penyaluran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan produk atau jasa yang siap untuk digunakan atu dikonsumsi. Dalam hal ini distribusi dapat diartika sebagai kegiatan (membagikan, mengirimkan) kepada orang atau kebeberapa tempat.4 Dari definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa penyaluran adalah organisasi yang paling bergantung dalam memasarkan sebuah produk yang siap digunakan.

2. Macam-macam Penyaluran

a. Penyaluran bidang jasa adalah pelayanan langsung kepada pelanggan tanpa melalui perantara karena jasa dihasilkan dan dikonsumsi pada saat bersamaan.

3

Jaribah bin Ahmad al Haris, fiqh Ekonomi Umar bin Khottob. Penerjemah h. Asmuni Solihan Zamakh Syari, (Jakarta : Kholifa, 2006), h. 211

4


(23)

b. Penyaluran barang konsumsi adalah barang yang langsung digunakan oleh individu atau anggota masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya, jadi barang konsumsi terkait langsung dengan kebutuhan yang diinginkan oleh konsumen melalui agen, pengecer lalu ketoko toko.

c. Penyaluran kekayaan adalah kekayaan merupakan bentuk jama’ dari kata maal, dan kata maal bagi orang Arab adalah segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia untuk menyimpan dan memilikinya.5 Dengan demikian sesuatu yang dimiliki oleh manusia baik berupa benda mati atau benda hidup adalah kekayaan. Menurut ulama Hanafiah, kekayaan adalah segala sesuatu yang dimiliki dan dapat diambil manfaatnya, seperti tanah, binatang dan uang. Kekayaan adalah nilai aset seseorang di ukur pada satu waktu tertentu.

d. Penyaluran pendapatan adalah pendapatan merupakan uapaya yang memiliki pengaruh secara ekonomis. Adapun bentuk-bentuk penyaluran pendapatan sebagai berikut :

1) Baitul maal

Baitul maal merupakan kas negara yang dikhususkan untuk pemasukan atau pengeluaran harta yang menjadi hak kaum muslimin. Mekanisme pemasukan maupun pengeluarannya semua ditentukan oleh syariat Islam dan tidak mengikuti pendapatan manusia.

2) Pajak

Pajak pada hakikatnya adalah kewajiban yang dibebankan kepada seluruh kaum muslimin yang memiliki kelebihan harta untuk

5


(24)

memenuhi kebutuhan temporer sebagian masyarakat yang lain. Dengan sifatnya yang temporer maka pajak hanya berlaku pada saat kas baitul maal kosong dan memang sedang terdapat kebutuhan pokok yang sangat mendesak.

3. Tujuan Penyaluran

a. Membantu produsen yang kekurangan sumber daya

Saluran distribusi membantu produsen yang kekurangan sumber daya untuk memasarkan secara langsung ke pemakai akhir. Untuk memasarkan dan menyalurkan dibutuhkan sumber daya untuk melakukan komunikasi dan hubungan dengan pelanggan.

b. Penjualan langsung tidak memungkinkan

Dalam beberapa kasus, penjualan langsung yang dilakukan oleh produsen ke pemakai akhir tidak memungkinkan karena produknya harus dijual dengan produk lain. Seperti contoh, produsen produk teh botol sosro tidak mungkin menjual hanya produk-produk minuman teh botol saja, tetapi mereka pasti menjual produk minuman lain.

c. Mengatasi ke tidak cocokan produk

Mengatasi jika terjadi ke tidak cocokan produk. Dalam hal ini produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan jumlah yang telah ditetapkan oleh produsen.6

6

Pratama Rahardja dan mandala manurung, teore ekonomi mikro suatu pengantar (Jakarta : FEUI), h


(25)

C. Konsep Koperasi Syariah

1. Gambaran Tentang Koperasi Syariah

Koperasi syariah merupakan sebuah konfersi dari koperasi konfensional melalui pendekatan yang sesuai dengan syariat Islam dan peneladanan ekonomi yang dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Konsep pendirian koperasi syariah menggunakan konsep syirkah mufawadhoh yakni sebuah usaha yang didirikan secara bersama-sama oleh dua orang atau lebih, masing-masing memberikan kontribusi dana dalam porsi yang sama besar dan berpartisipasi dalam kerja dalam bobot yang sama pula. Masing-masing Patner saling menanggung satu sama lain dalam hak dan kewajiban. Dan tidak diperkenankan salah seorang memasukkan modal yang lebih besar dan memperoleh Keuntungan yang lebih besar pula dibanding dengan patner yang lainnya. Azaz koperasi syariah berdasarkan konsep gotong royong, dsan tidak dimonopoli oleh seorang pemilik modal. Begitu pula dalam hal keuntungan yang diperoleh maupun kerugian yang diderita harus dibagi secara sama dan proporsional. Penekanan manajemen usaha dilakukan secara musyawarah sesama anggota dalam Rapat Anggota tahunan (RAT) dengan melibatkan seluruhnya potensi anggota yang dimilikinya.7

7


(26)

Artinya: ”...Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa, dan janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, Allah begitu amat besar siksanya”. (Q.S Al Maidah ayat 2).

2. Landasan Dasar Sistem Koperasi Syariah

Yang menjadi alasan dasar koperasi syariah sebagaimana lembaga ekonomi Islam lainnya yakni mengacu pada sistem ekonomi Islam itu sendiri seperti tersirat melalui fenomina alam semesta dan juga tersurat dalam Al Qur’an serta Al Hadist.8

Landasan dasar koperasi syariah atara lain : a. Koperasi melalui pendekatan sistem syariah

1) Merupakan sistem ekonomi Islam yang integral dan merupakan satu kumpulan dari barang-barang atau bagian-bagian yang bekerja secara bersama-sama sebagai satu keseluruhan.

Artinya: ”Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam Islam secara keseluruhan dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan. Sesungguhnya syetan itu adalah musuhmu yang nyata”. (Q.S.Al Baqarah : 208)

2) Merupakan bagian dari nilai-nilai atau ajaran-ajaran Islam yang mengatur bidang perekonomian umat yang tidak terpisahkan dari

8


(27)

aspek-aspek lain dari seluruh ajaran Islam yang komperhensif dan integral.

Artinya: ”Pada hari ini telah aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah aku cukupkan kepadamu nikmat ku, dan telah aku ridhoi Islam sebagi agamamu bagimu. Maka barangsiapa terpaksa (393) karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa. Sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang”. (Q.S. Al Maidah: 3)

b. Tujuan sistem koperasi syariah

1) Mensejahterakan ekonomi anggotanya sesuai norma dan moral Islam :

Artinya: ”Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat Dibumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan, karena sesungguhnya syetan itu musuh yang nyata bagimu”.(Q.S. Al-Baqarah : 168)


(28)

Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang telah Alloh telah rezkikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepadanya”.(Q.S. Al Maidah : 87-88)

2) Menciptakan persaudaraan dan keadilan sesama anggota

Artinya: ”Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki serta seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal”. (Q.S. Al Hujarat (49) : 13)


(29)

”Katakanlah ; Hai manusia sesungguhnya aku ini adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi ; tidak ada tuhan selain dia, yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kalian kepada Allah dan rasulnya. Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimatnya (kitab-kitabnya) dan ikutilah dia, supaya kamu dapat petunjuk”.(Q.S. AL A’raaf(7) :158)

3) Pendistribusia pendapatan dan kekayaan yang merata sesama anggota berdasarkan kontribusinya. Agama Islam mentolerir kesenjangan kekayaan dan penghasilan karena manusia tidak sama dalam hal karakter, kemampuan, Kesungguhan dan bakat. Perbedaan diatas tersebut merupakan penyebab perbedaan dalam pendapatan dan kekayaan. Hal ini dapat terlihat pada

Artinya: ”Dan dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian yang lain beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang yang diberikannya kepadamu. Sesungguhnya tuhanmu amat cepat siksaannya, dan sesungguhnya dia maha pengampun lagi maha penyayang”.(Q.S.Al An’aam (6) : 165)


(30)

Artinya: ”Dan Allah melebihkan sebagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezki, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezekinya itu) tidak mau memberikan rezki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama merasakan rezki itu, maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah...?”(q.s. An Nahl)(16) : 71)

4) Kebebasa pribadi dalam kemaslahatan sosial yang didasarkan pada bahwa manusia diciptakan hanya untuk tunduk pada Allah.

Artinya: ”Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada bukul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah lah kesudaha segala urusan.”(Q.S. Lukman (31) : 22)

c. Krakteristik koperasi syariah

1) Mengakui hak milik anggota terhadap modal usaha

2) Tidak ditawarkan transaksi de3ngan menetapkan bunga (riba) 3) Berfungsinya institusi ziswaf

4) Mengakui mekanisme pasar yang ada 5) Mengakui motif mencari keuntungan 6) Mengakui kebebasan berusaha 7) Mengakui adanya hak bersama 3. Peran dan Fungsi Koperasi Syariah


(31)

Dalam koperasi konfensional lebih mengutamakan mencari keuntungan untuk kesejahteraan anggota, baik dengan cara tunai atau membungakan uang yang ada pada anggota. Ironisnya sebagian anggota yang meminjam biasanya anggota yang mengalami defisit keuangan untuk kebutuhan sehari-sehari dan pihak koperasi memberlakukannya sama dengan peminjam lainnya dengan mematok bunga sebagai jasa koperasi yang sama besarnya.

Pada unit jasa keuangan syariah (UJKS) koperasi syariah hal ini tidak dibenarkan, setiap transaksi pembiayaan diberlakukan secara berbeda tergantung jenis kebutuhan anggotanya dengan imbalan yang diterima seperti : fee (untuk pelayanan jasa-jasa). Margin (untuk jual beli) dan bagi hasil (untuk kerja sama usaha).9 Oleh karenanya koperasi syariah mempunyai peran dan fungsi sebagai berikut :

a. Sebagai manajer investasi

Koperasi syariah merupakan manajer investasi dari pemilik dana yang dihimpunnya. Besar kecilnya hasil usaha koperasi tergantung pada keahlian, kehati-hatian, dan profesionalisme koperasi syariah. Penyaluran dana yang dilakukan koperasi syariah memiliki implikasi langsung kepada perkembangan koperasi syariah. koperasi syariah menggunakan fungsi ini sebagi lembaga yang menginvestasikan dana-dana anggotanya pada usaha-usaha yang menguntungkan. Jika terjadi kerugian karena faktor force major maka koperasi syariah tidak boleh meminta imbalan sedikitpun karena kerugian dibebankan kepada pemilik dana.

9


(32)

Fungsi ini terlihat pada penghimpunan dana khususnya dari bentuk tabungan mudharabah dalam UJKS maupun investasi sektor riil. Oleh karenanya tidak sepatutnya UJKS koperasi syariah menghimpun dana yang bersifat mudharabah baik tabungan maupun investasi tidak terikat jika tidak memiliki obyek usaha yang jelas dan menguntungkan.

b. Sebagi investor

Koperasi syariah menginvestasikan dana yang dihimpun dari anggota maupun pihak lain dengan pola investasi yang sesuai dengan syariat. Investasi yang sesuai meliputi akad jual beli secara tunai (Al Merabahah) seperti pendiria waserda dan jual beli tidak tunai (Al Murabahah), sewa menyewa (ijaroh), kerjasama penyertaan sebagian modal (Musyarakah) dan penyertaan modal seluruhnya (Mudharabah). Keuntungan yang diperoleh dibagikan secara proporsional (sesuai kesepakatan nisbah) pada pihak yang memberikan dana seperti tabungan sukarela atau investasi pihak lain sisanya dimasukkan pada pendapatan opersi koperasi syariah.

c. Fungsi sosial

Konsep koperasi syariah mengharuskan memberikan pelayanaan sosial baik kepada anggota yang membutuhkannya maupun kepada masyarakat dhu’afa kepada anggota yang membutuhkan pinjaman darurat dapat diberikan pinjaman kebajikan dengan pengembalian pokok (A Qord) yang sumber dananya berasal dari modal atau laba yang dihimpun. Dimana anggota tidak dibebankan bunga dan sebagainya seperti dikoperasi konfensioanal. Sementara bagi anggota masyarakat dhuafa


(33)

dapat diberikan pinjaman kebajikan dengan atau tanpa pengembalian pokok (Qordhul Hasan) yang sumberdananya dari dana ZIS (zakat, infaq dan shadaqoh). Punjaman Qordhu Hasan ini diutamakan sebagai modal usaha bagi masyarakat miskin agar usahanya menjadi besar, jika usahanya mengalami kemacetan, ia tidak perlu dibebani dengan pengembalian pokoknya.

Fungsi ini juga yang membedakan antara kopersi konfensional dengan koperasi syariah dimana konsep tolong menolong begitu kentalnya sesuai dengan ajaran Islam.

Artinya: ”Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan ketaqwaan dan janganlah kamu tolong menolong dalam permusuhan dan perbuatan dosa. ”(Q.S.Al Maidah : 2)

4. Prinsip Opersional Koperasi Syariah

Pada prinsipnya, operasional UJKS tidak berbeda dengan BMT (Bitul Maal Wattamwil), Bank Umum Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank Perkereditan Syariah (BPRS), hanya sekalanya saja yang berbeda. Di koperasi syariah ini justru dapat lebih luas lagi pengembangannya terutama dalam mempraktekkan akad-akad muamalat yang sulit dipraktekkan


(34)

di perbankkan syariah karena adanya keterbatasan PBI (Peraturan Bank Indonesia).10

Prinsip dasar operasional koperasi syariah diantaranya : a. Sumber dana koperasi syariah

1) Simpanan sukarela a) Simpanan wadi’ah

b) Simpanan berjangka (Mudharabah) 2) Investasi pihak lain

a) Investasi terikat b) Investasi tidak terikat 3) Dana ZIS

a) Zakat

b) Infaq dan Shadaqoh 4) Modal koperasi

a) Simpanan pokok dan wajib b) Dana hibah

c) Dana luar, SHU berjalan b. Penyaluran dana koperasi syariah

1) Jasa-jasa a) Wakalah b) Kafalah c) Hawalah d) Ijaro

10


(35)

2) Jual beli a) Murobahah b) Salam c) Istishna d) Musawwamah 3) Investasi pembiayaan

a) Mudharabah b) Musyarakah 4) Penempatan lainnya

a) Bank syariah b) Koperasi syariah

D. Baitulmal Wa at-tamwil (BMT) 1. Pengertian BMT

Berdasarkan literatur yang ada sulit untuk menetapkan terminologi Batulmal Waat-Tanwil secara tepat. Hal ini disebabkan oleh litertur yang

minim tentang konsep tersebut serta belum ada institusi Baitulmal Waat-Tamwil yang permanin. BMT, Balai Usaha Mandiri Terpadu adalah lembaga usaha ekonomi kerakyatan yang dapat dan mampu melayani masalah usaha kecil bawah berdasarkan bagi hasil dan jual beli dengan memanfaatkan potesi jaminan dalam lingkungannya sendiri. BMT berasal dari konsep Baitulmal Waat-Tanwil (Terdiri dari dua sisi yaitu Baitulmal dan Bait at-Tamwil).11 Baitulmal adalah suatu institusi atau lembaga

11

.Yayasan PINBUK, Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem Syariah, Perjalanan Gagasan dan Gerakan BMT di Indonesia, (Jakarta : PINBUK, 2000), h.182


(36)

keuangan yang usaha pokoknya adalah menerima dan menyalurkan dana umat Islam yang bersifat non komersial. Sumber dana Baitulmal berasal dari zakat , infaq, sedekah, waqaf dan sumbangan lain-lain yang tidak mengikat. Adapun penyalurannya dialokasikan kepada mereka yang berhak (mustahiq) yaitu faqir, mikin, alimin, muallaf, hamba sahaya, ghorimin, dan ibnu sabil, atau untuk mengetahui mengetahui ciri-ciri operasional Batulmal adalah sebagai berikut:

a. Visi dan misi social(non komersial)

b. Memiliki fungsi sebagai mediator antara pembayar zakat (muzakki) dan penerima zakat.

c. Tidak boleh mengambil profit dari aktivitasnya.

d. Biaya opersional dialokasikan dari hak amilin maksimal 12,5% dari total zakat, infaq, sedekah yang diteriama.

Adapun Bait at-Tanwil adalah lembaga keuangan yang kegiatannya adalah menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat dan bersifat profit motive. Penghimpunan diperoleh melalui simpanan pihak ketiga dan penyalurannya dilakukan dalam bentuk pembiayaan atau intevestasi, yang dijalankan berdasarkan syariat .

Istilah BMT adalah penggabungan dari 2 kata, yaitu baitul maal dan baituttamwil. Secara etimologis baitulmaal berasal dari kata bait dan al-maal. Bait artinya rumah, sedangkan al-maal artinya harta benda atau kekayaan. Namun demikian, kata baitulmaal diartikan sebagai pemberdayaan.12

12


(37)

Ciri-ciri operasional Bait at-Tamwil.13 a.Visi dan misi ekonomi

b. Dijalankan dengan orientasi profit / keuntungan sesuai perinsip ekonomi Islam.

c. Memiliki fungsi sebagai mediator antara pemilik kelebihan dana (penabuang) dengan pihak yang kekurangan dana namun mempunyai potensi usaha produktif (peminjam).

d. Biaya operasional berasal dari asset sendiri atau dari keuntungan yang diperoleh. Dengan demikian, BMT menggabungkan dua kegiatan yang berbeda sifatnya, laba dan nirlaba, dalam satu lembaga. Namun secaraoperasinal BMT tetap badan yang tepisah. Dalam perkembangannya, selain bergerak dibidang keuangan, BMT juga melakukan kegiatan disektor riil. Sehingga ada tiga jenis aktifitas yang dilakukan BMT, yaitu jasa keuangan, social atau pengelolaan zakat, infak, dan sedekah (ZIS);serta sector riil. Mengingat masing-masing memiliki kekhasannya sendiri, setiap aktifitas adalah suatu badan yang terpisah, artinya pengelolaan dana ZIS, jasa keuangan, dan sector riil tidak bercampur satu sama lain. Penilaianpun perlu dipisahkan sebelum menilai kinerja BMT secara keseluruhan. Penilaianpun perlu dipisahkan sebelum menilai kinerja BMT secara keseluruhan. Selain itu, yang mendasar adalah bahwa seluruh aktifitas BMT harus dijalankan berdasarkan prinsip muamalah (ekonomi) dalam Islam.14

13

. Hertanto Widodo, et.al.,Panduan Praktis Operasional Baitulmaal Wa at-Tamwil(BMT), (Bandung : Mizan, 2000), cet.ke-2,h. 81

14

. Hertanto Widodo, et..al.Panduan Praktis Opaerasional Baitulmaal Waat at-Tamwil,cet.ke-2,h.82


(38)

2. Legalitas BMT

Sebelum berkembang istilah BMT, kita telah lebih dulu akrab dengan istilah Baitulmal (selanjutnya ditulis BM).Saat ini mengenal istilah BM hanya sebatas lembaga pengelola ZIS sebenarnya pengertian ini sudah mengalami penyempitan fungsi karena pada masa Nabi saw dan para kholifah sesudahnya, BM hanya berfungsi mengelola sebagian besar keuangan negara meliputi sumber pemasukan dan pengeluaran keuangan negara. Adapun istilah Bait at-Tamwil (BT) kurang popular. Nama ini pernah terdengar melalui BT. Teknosa di Bandung dan bt. Ridha Gusti dan Jakarta. Fungsinya kurang lebih sama dengan praktek perbankan Islam yang menerapkan system bagi hasil,perbedaannya terletak pada status kelembagaannya sebagai kelompok swadaya masyarakat dan lingkup usaha yang relatif kecil.

Pada awal perkembangannya, BMT memang tidak mempunyai badan hukum resmi.15 Dilihat dari perjalanan sejarahnya maka BMT adalah sebuah organisasi informal dalam berbentuk Kelompok Simpan Pinjam (KSP) atau Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang pada awalnya diadakan program PHBK (Proyek Hubungan Bank dengan Kelompok Masyarakat) yang diprakarsai oleh bank Indonesia dengan tujuan menjembatani hubungan bang dengan kelompok swadaya masyarakat.

BMT bewrkembang sebagai kelompok swadaya masyarakat (KSM) Kelompok Simpan Pinjam (KSP). Namun untuk mengantisipasi perkembangan ke depan, status menjadi kebutuhan mendesak. Dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, yang memungkinkan penerapan

15

. Hertanto Widodo, Panduan Praktis Operasional Baitulmaal Wat at-Tamwil, cet ke-2, h. 84-85


(39)

system operasional bagi hasil adalah perbankan dan koperasi. Saat ini, oleh lembaga-lembaga Pembina BMT diarahkan kepada berbadan hukum koperasi mengingat BMT berkembang dari kelompok swadaya masyarakt. Selain itu dengan berbentuk koperasi, BMT dapat berkembang keberbagai sektor usaha seperti keuangan dan sektor riil.

Bentuk ini juga diharapkan dapat memenuhi tujuan memberdayakan masyarakat luas, sehingga kepemilikan diharapkan BMT sebagaimana konsep koperasi akan lebih mengenai sasaran.

Dengan berdasarkan hukum koperasi, BMT diharapkan:

a. Memiliki badan hukum yang jelas dan karenanya akan lebih meyakinkan masyarakat untuk mendukungnya. Dengan demikian akan membantu memperkuat ekonomi masyarakat.

b. Lebih tangguh bila terjadi hal-hal yang menyangkut hukum dengan segala pihak yang berhubungan dengannya.

c. Jelas-jelas pendukung pengembangan ekonomi berdasarkan asas kekeluargaan.

d. Program-program pemerintah yang menyangkut pemerataan dan pengentasan kemiskinan akan memiliki saluran kelembagaan yang berperan untuk menyampaikan secara utuh ke tangan golongan ekonomi lemah secara seutuhnya.

Dengan berbadan hukum koperasi seperti yang disampaikan diatas, diharapkan BMT akan mampu menyumbang pada pembangunan nasional yakni :


(40)

a. BMT akan berperan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pendapatan masyarakat.

b. BMT berperan pula dalam mencapai sasaran umum pembangunan.

c. BMT juga akan membantu tercapainya sasaran dalam bidang ekonomi dalam rangka penataan dan pemantapan industri nasional. Keseluruhannya bersamaan dengan upaya peningkatan pemerataan yang meliputi peningkatan kesempatan usaha, lapangan kerja serta peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

d. BMT akan terlihat penuh dalam pemerataan dalam peningkatan kemampuan dan peranan usaha kecil.

e. BMT akan mampu menjadi landasan pembangunan koperasi sebagai wadah ekonomi rakyat yang arahnya dimaksudkan agar memiliki kemampuan untuk menjadi badan usaha yang efektif dan efisien sekaligus menjadi gerakan ekonomi rakyat yang tangguh dan berakar dalam masyarakat.

f. BMT akan membantu program pencapaian peningkatan fungsi dari peranan kopersi, melalui upaya peningkatan semangat kebersamaan dan manajemen yang lebih professional.

Dan bentuk badan hukum BMT diarahkan dengan koperasi sesuai dengan undang-undang republik Indonesia Nomor 7 tahun 1992 tentang perbangkan sebagaimana telah diubah dengan undang-undang Nomor 10 tahun 1998 yaitu :

Pada bab VI Bagian pertama tentang perizinan pasal 16 ayat (1)yang berbunyi : Setiap pihak yang melakukan kegiatan penghimpunan dana dari


(41)

masyarakat dalam bentuk simpanan wajib terlebih dahulu memperoleh izin usaha sebagai bank umum atau Bank Perkreditan Rakyat dari pimpinan bank Indonesia, kecuali apabila kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dimaksud diatur dengan Undang-undang tesendiri.

Kemudian pada bagian kedua tentang bentuk hukum pasal 21 yang berbunyi :

Bentuk hukum suatu Bank umum dapat berupa : a. Perseroan Terbatas (PT)

b. Koperasi; atau c. Perusahaan Daerah.

Dan pada penjelasan Bab tentang perizinan pasal 16 ayat 1 adalah : Kegiatan menghimpunan dana dari masyarakat oleh siapapun pada dasarnya merupakan kegiatan yang perlu diawasi, mengingat dalam kegiatan itu terkait kepentingan masyarakat yang dananya disimpan pada pihak yang menghimpun dana tersebut. Sehubungan dengan itu dalam ayat ini ditegaskan bahwa kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan hanya dapat dilakukan oleh pihak yang telah memperoleh izin usaha sebagai Bank Umum atau sebagai Bank Perkreditan Rakyat. Namun di masayarakat terdapat pula jenis usaha lainnya yang juga melakukan kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan atau semacam simpanan, misalnya yang dilakukan kantor pos,oleh dana pensiun, atau oleh perusahaan asuransi kegiatan lembaga-lembaga tersebut tidak termasuk kegiatan usaha perbankan berdasarkan dalam ketentuan ayat ini.


(42)

Kegiatan penghimpunan dana dari masyarat yang dilakukan lembaga-lembaga tersebut diatur dengan undang-undang tersendiri.

3. Jenis-jenis usaha (produk-produk) Baitulmal wa at-Tamwil

Kegiatan jasa keuangan yang dikembangkan oleh BMT berupa penghimpunan dana dan menyalurkannya melalui kegiatan pembiayaan dari dan untuk anggoat atau non anggota. Kegiatan ini dapat disamakan secara operasional dengan kegiatan simpan pinjam dalam koperasi atau kegiatan perbankan secara umum. Namun demikian, karena BMT mrerupakan lembaga keuangan Islam, ia dapat disamakan dengan sistem perbankan atau lembaga keuangan yang mendasarkan kegiatannya dengan syariat Islam. Hal ini juga terlihat dari produk-produk jasanya yang sama dengan yang ada dalam perbankan Islam.16

Secara garis besar produk-produk BMT antara lain : a. Penghimpunan dana

1) Simpanan

Yang dimaksud simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh anggota, calon anggota BMT yang lain dan atau anggotanya kepada BMT dalam bentuk simpanan bersyarat, simpanan sukarela dan sukarela berjangka dengan akad yang telah disepakati oleh kedua belah pihak dan pihak penyimpan akan mendapatkan profit yang dihitung dari keuntungan BMT.

Jenis-jenis simpanan pada BMT :

a) Simpanan bersyarat keanggotaan antara lain :

16

. Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga keuangan, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Edisi ke-dua, tahun 1999,h. 462-478


(43)

- Simpanan pokok khusus.

Simpanan pokok khusus adalah simpanan yang dibayar oleh para pendiri BMT yang besarnya ditentukan dalam anggaran dasar dan bisa diubah berdasarkan rapat anggota pendiri. Simpanan pokok khusus nantinya akan dijadikan modal awal dalam pelaksanaan opersional BMT.

- Simpanan pokok

Simpanan pokok adalah simpanan yang dibayar sebagai syarat keanggotaan biasa BMT, dibayar satu kali selama menjadi anggota yang besarnya ditentukan dalam anggaran dasar dan dapat diubah berdasarkan kesepakatan anggota pendiri. Besarnya simpanan pokok sama untuk semua anggota.cara pembayaran dapat dibayar sekaligus atau diangsur, selama yang bersangkutan menjadi anggota BMT maka simpanan pokok tidak dapat diambil.

- Simpanan wajib

Simpanan wajib adalah simpanan yang wajib oleh semua tingkatananggota dalam BMT secara teratur, lazimnya dibayar setiap bulan. Besarnya ditetapkan dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga hasil kesepakatan anggota dalam rapat anggota pendiri dengan mempertimbangkan pada kemampuan anggota yang terendah. Simpanan wajib tidak boleh diambil selama yang bersangkutan masih menjadi anggota BMT dan


(44)

dalam pelaksanaannya dapat menggunakan akad wadi’ah yang dhamanah atau mudharabah.

b) Simpanan bersyarat pembiayaan

Simpanan wajib pembiayaan (SWP) merupakan simpanan wajib bersyarat yang diwajibkan BMT kepada anggota/mitra yang melakukan pembiayaan. Besarnya ditentukan oleh kebijakan manajeme BMT, lazimnya 10 % dari pokok pembiayaan. Dan SWP yang disetorkan kepada BMT tidak dapat diambil dan baru bisa diambil apabila anggota/mitra telah lunas melakukan angsuran pembiayaan.

c) Simpanan sukarela

- Simpanan sukarela biasa

Simpanan sukarela biasa adalah jenis simpanan yang diadakan oleh BMT yang penyetorannya bias secara berangsu-angsu, yang besarnya ditentukan berdasarkan kebijakan menejemen BMT dan dapat diambil sewaktu-waktu. Penyetoran dan pengambilan simpanan dapat dilakukan pada jam kantor buka. Akad yang digunakan untuk jenis simpanan ini adalah akad mudharabah atau akad wadi’ah yad dhamanah, tapi biasanya menggunakan akad mudharabah.

- Simpanan sukarela berjangka adalah produk simpanan dari anggota

atau calon anggota untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian dan tidak boleh diambil sebelum jangka waktu


(45)

berakhir. Biasanya simpanan tidak dibatasi tapi ada pembatasan minimal yang ditentukan oleh kebijakan manajemen BMT yang berdasarkan kemampuan pasar.

d) Simpan untuk tujuan khusus

Simpanan untuk tujuan khusus yaitu ZIS (zakat, infaq, sedekah). 17 Memobilisasi simpanan dan jama’ah jugak dibentuk dalam sumbangan mudharabah (SM) sebagai berikut :

- Simpanan mudharabah biasa - Simpanan mudharabah pendidikan - Simpanan mudharabah haji dan umrah - Simpan mudharabah kurban

- Simpanan mudharabah Idul Fitri - Simpanan mudharabah walimah - Simpanan mudharabah aqiqah - Simpanan mudarabah perumahan - Titipan dari dana zakat, infaq, sedekah.

e) Dan adajuga produk simpanan yang dapat dibentuk oleh BMT disesuakan dengan kebutuhan pasar dan lingkungan.

Dalam simpanan mudharabah ini, penyimpan dana sebagai sahib al mal (pemilik mudal) dan pihak pengelola dana/bank sebagai mudharib (pengelola) dengan nisbah bagi hasil yang telah ditentukan sesuai dengan pendapatan BMT.

17


(46)

b. Penyaluran dana

Seperti yang dijelaskan bahwa penyaluran dana BMT dilakukan kebeberapa sektor seperti pembiayaan, investasi dan piutang usaha.pembiayaan merupakan hal terpenting dalam usaha BMT karena dari sinilah sebenarnya BMT akan mendapatkan keuntungan yang nantinya akan dipakai untuk pemenuhan operasional BMT. Istilah pembiayaan diberbagai lembaga terdapat perbedaan akan tetapi semua akan mengandung pengertian yang sama. Pembiayaan adalah istilah yang digunakan pada BMT, sedangkan koperasi menggunakan istilah peminjaman dan untuk perbankan menggunakan istilah kredit.

Dalam UU. No. 25 tahun 1992 PP No. 9 tahun 1995 tentang pelaksanaan usaha simpan pinjam oleh koperasi, pengertian pinjaman adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara koperasi dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu disertai sejumlah imbalan.

Sedankan dalam BMT pengertian pembiayaan belum ada yang baku, hanya sebagai patokan dapat dijelaskan bahwa pengertian pembiayaan adalah: PenyediAan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam atau jual beli antara BMT dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu, yang dapat disertai dengan pembagian hasil/keuntungan, infaq atau imbalan yang dapat dipersamakan dengan itu.


(47)

Dari pengertian di atas dapat dilihat adanya unsur-unsur pembiayaan : 1) Unsur kepercayaan

2) Unsur wakatu 3) Unsur resiko 4) Unsur penyerahan 5) Unsur akad

c. Jenis-jenis pembiayaan

1) Berdasarkan tujuan penggunaan

a) Investasi, pembiayaan yang dilakukan untuk pengadaan sarana.

b) Modal kerja, pembiayaan yang diadakan untuk penyediaan bahan baku atau barang untuk tujuan perdagangan.

2) Berdasarkan sektor usaha a) Perdagangan

b) Industri c) Pertanian d) Peternakan e) Jasa

3) Berdasarkan jangka waktu

a) Jangka pendek (dibawah 1 tahun) b) Jangka menengah (1 tahun) c) Jangka panjang (diatas 1 tahun)

Semua jenis pembiayaan di atas, dapat menggunakan akad yang sesuai dengan ajaran Islam, adapun akad tersebut dapat menggunakan akad


(48)

mudharabah atau musyarakah (prinsip kerjasama) atau akad murabahah serta bai’bitsaman Ajil (prinsip jual beli) atau qardul hasan (prinsip kebajikan).18 d. Prinsip kerjasama

Prinsip ini merupakan sistem yang meliputi pembiayaan pembagian, bagi hasil antara pemilik dana (shahib al mal) dengan pengelola dana (mudharib). Bentuk produk ini dapat menggunakan akad mudharabah atau musyarakah.

1) Pembiayaan mudharabah (bagi hasil)

Yang dimaksud dengan pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang diberikan oleh BMT, dan BMT selaku sebagai shahib al mal (pemilik dana) dan penerima pembiayaan sebagai pengelola dana (mudharib) dengan nisbah yang telah disepakati diantara keduanya. Pembiayaan mudharabah bertsifat kepercayaan penuh yaitu BMT memberikan kepercayaan penuh kepada pengelola untuk menjalankan usaha berdasarkan modal yang diberikan oleh BMT dan BMT tidak ikut campur dalam pengelolaannya.

2) Pembiayaan musyarakah (capital sharing)

Yang dimaksud dengan pembiayaan musyarakah adalah pembiayaan modal kerja atau investasi, yaitu BMT yang bertindak sebagai pemberi modal usaha keseluruhan, pihak BMT dapat diikut sertakan dalam proses manajemen (pengelolaan). Pembagian keuntungan berdasarkan perjanjian sesuai dengan proporsinya dalam bentuk nisbah yang dihitung

18


(49)

dari laba bersih. Apabila pengelola usaha mengalami kerugian, masing-masing pihak menanggung kerugian sesuai dengn kesepakatan perjanjian. e. Prinsip jual beli

Prinsip ini merupakan penyaluran dalam bentuk jual beli dengan pembiayaan ditangguhkan dengan cara penjualan barang dari BMT kepada nasabah dengan harga ditetapkan sebesar harga perolehan barang ditambah keuntungan yang disepakati untuk keuntungan BMT. Jual beli proses pemindahan hak milik (barang atau harta) kepada pihak lain dengn menggunakan uang sebagai alat tukarnya. Dasar hokum yang membolehkan jual beli ini dapat dilihat dalam al-quran :

Artinya : ”Padahal Allah telang menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”(Al-Baqarah/2 : 275)

Akad yang dapat dipakai dalam prinsip ini yaitu BBA (Bai’ Bitsaman Ajil), Murabahah, Bai’ as salam.

1) Pembiayaan Bai’ Bitsaman Ajil (BBA) adalah pembiayaan akad

2) jual beli, yaitu BMT membiayai nasabah untuk pembelian barang yang dibutuhkan dengan pembayaran secara angsuran.

3) Akad murabahah pada prinsipnya sama dengan BBA hanya uang dibayarkan sekaligus pada waktu jatuh tempo sesuai dengan kesepakatan.

4) Akad Bai’ as salam pada perinsipnya sama juga dengan akad BBA hanya uang dibayarkan terlebih dahulu kemudian barangnya diambil nanti sesuai dengan kesepakatan akad.


(50)

Prinsip ini merupakan pembiayaan kebajikan, lebih bersifat social dan tidak profit oriented; lebih dirasakan sebagai sumbangan lunak bagi Bisnis Usaha Kecil (BUK) yang benar-benar kekurangan modal. Nasabah tidak usah memberi keuntungan kepada BMT, tetapi hanya memberikan biaya riil yang tidak dapat dihindari untuk terjadinya suatu kontak, misalnya biaya administrasi pembiayaan. Sumber pembiayaan ini hanya satu sumber yang boleh dilakukan, yaitu simpanan yang berasal dari dana titipan yang bersumber dari ZIS atau harus merupakan kekayaan Baitulmal BMT tersebut. Yang termasuk dalam prinsip ini adalah qardul hasan.

Yang dimaksud qardul hasan adalah akad yang memindahkan hak milik yang punya hutang kepada yang berhutang dalam sejumlah uang atau yang dipersamakan dengan itu, di mana yang berhutang wajib membayar baik sejumlah uang dengan jumlah uang yang sama seperti yang terdapat pada akad.

4. Sumber-sumber Dana Baitulmal wa at-tamwil

Dana merupakan factor utama dalam sector keuangan BMT untuk menghasilkan pendapatan, selain pendapatan atas jasa yajg diberikan. Dengan dana yang cukup, emungkinkan BMT memasarkan jasa yang lebih banyak. Selain mendukung pemasaran jasa BMT, Dana juga merupakan alat likuiditas BMT. BMT harus merencanakan besarnya volume dana yng harus tersedia, sehingga tidak menghambat proses memperoleh pendapatan, tetapi juga tidak mengakibatkan dana menganggur dalam jumlah yang besar. Terdapat beberapa sumber dana yang dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan dana bagi BMT sebagai berikut :


(51)

a. Dana anggota adalah dana yang diperoleh dari anggota berupa simpanan pokok, simpanan wajib, maupun simpanan sukarela dalam bentuk yang beraneka ragam, dan setoran dana awal untuk pendirian BMT.

b. Dana cadangan adalah dana yang diperoleh dari cadangan berupa laba yang tidak dibagikan atau penyisihan penghapusan aktifa.

c. Dana pihak ketiga adalah dana yang diperoleh dari pihak ketiga dapat berupa pinjaman atu sumbangan.19

Jadi penghimpunan dana BMT dapat diperoleh dari simpanaa, yaitu dana yang dipercayakan olehnasabah kepada BMT untuk disalurkan kesektor produktif dalam bentuk pembiayaan. Simpanan ini dapat terbentuk :

a. Tabungan wadi’ah

b. Simpanan mudharabah jangka pendek c. Simpan mudharabah jangka panjang

Selain simpanan, juga dapat bersumber dari pembiayaan yang diberikan kepada semua sektor ekonomi mentadi garapan sektor informal bagi pengusaha kecil dan menengah, kemudian modal dari BMT sendiri.

Untuk pendapatan BMT meliputi pendapatan yang berasal dari penyaluran dana yang dilakukan (pembiayaan), simpanan anggota atau non anggota (tabungan) dan modal sendiri (terdiri dari simpanan pokok, simpanan wajib, modal donasi, modal penyetoran, cadangan koperasi dan sisa hasil usaha yang belum dibagikan).

19

. Hertanto Widodo, Panduan Praktis Operasional Baitulmaal Wat at-Tamwil ,cet.ke-2.,h. 197


(52)

5. Pengalokasian dana Baitulmal wa at-Tamwil

Langkah penting berkaitan dengan dana yang dihimpun oleh BMT adalah memanfaatkan dana semaksimal mungkin berupa pembebanan maupun investasi yang lain. Dengan demikian akan dihasilkan pendapatan bagi BMT dan BMT dapat memberikan bagi hasil yang cukup memuaskan bagi para pemilik dana. enyaluran dana yang dilakukan akan memberikan hasil yang beragam. Keragaman tersebut dapat berupa tingkat resiko, jangka waktu, lokaso, maupun bentuknya. Untuk itu perlu dilakukan pengajaran penyaluran dana kepada BMT, sehingga penyaluran dana tersebut aman serta memberikan hasil yang optimal20.

Penyaluran dana BMT terhadap nasabah terdiri atas dua jenis : a. Pembiayaan dengan system bagi hasil

b. Jual beli dengan pembayaran ditangguhkan atau cicilan

Pembiayaan merupakan penyaluran dana BMT kepada pihak ketiga berdasarkan kesepakatan pembiayaan antara pihak BMT dengan pihak lain dengan jangka waktu tertentu dan nisbah bagi hasil yang disepakati. Pembiayaan dibebankan menjadi pembiayaan musyarakah dan mudharabah. Penyaluran dana dalam bentuk jual beli dengan pembayaran ditangguhkan adalah penjualan barang dari BMT terhadap nasabah, de3ngan harga ditetapkan sebesar biaya perolehan barang dan ditambah marjin keuntungan yang disepakati untuk keuntungan BMT.

Bentuknya bisa berupa bai’ bitsaman ajil, pembayaran dilakukan secara angsuran, dan murabahah, pembayaran dilakukan di akhir perjanjian.

20

. Hertanto Widodo, Panduan Praktis OperasionalBaitulmaal Wat at-Tamwil, cet. Ke-2, h.200


(53)

Selain pembiayaan, penyaluran dana BMT juga dapat dimanfaatkan kepada investasi pada sector riil, investasi atau piutang usaha. Pada dasarnya, kegiatan sektor riil juga merupakan bentuk pengaluran nana BMT. Namun, berbeda dengan kegiatan sektor jasa keuntungan yang penyalurannya berjangka waktu tertentu, penyaluran dana pada sektor riil bersifat permanin atu jangka panjang dan terdapat unsur kepemilikan di dalamnya. Penyaluran dana ini selanjutnya disebut investasi atau penyertaan.

Investasi yang dilakukan BMT dapat dengan mendirikan usaha baru atau masuk ke usaha yang telah ada dengan cara membeli saham.

Dalam penyaluran dana, BMT harus selalu berhati-hati. Karena dana yang dipergunakan adalah amanat ummat yang harus dipertanggung jawabkan. Sehingga penyaluran dana pun perlu diperhitungkan dengan matang dan hati-hati.

E. Usaha Kecil dan Menengah

1. Pengertian Usaha Kecil dan Menengah

Usaha kecil merupakan bagian integral dari usaha nasional yang mempunyai kedudukan dan peranan yang strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional.21 Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat bersekala kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.

21

.Noer Soetrisno, Peranan Perbankan Sebagi Sumber Pembiayaan Usaha Golongan Ekonomi Lemah dan Koperasi, (Jakarta : Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, oktober 1998), h. 4


(54)

200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak 1 milyar. 22

Dari sudut kualitas perbedaan pengelompokan terdapat pada kenyataan dalam perusahaan kecil tidak ada pembagian kerja atau jika ada hanya sedikit, antara bidang administrasi dan operasional pada tingkat pimpinan misalnya, pada perusahaan milik satu orang, pengelolaan yang dilakukan oleh pemilik usaha (pengusaha), dan ada hitungan pribadi yang erat antara pekerja dengan pengusaha, konsumen dan pemasoknya. Sebaliknya, di dalam perusahaan menengah ada pembagian pekerjaan tetapi dari kelembagaan dan fungsinya, pembagian kerja ini tidak terlalu tegas (seperti tidak ada uraian tugas jabatan) atau tidak sepenuhnya informal.23

Dalam undang-undang No.9 tahun 1995 pasal 1 tentang usaha kecil menyebutkan bahwa “ usaha menengah dan usaha besar adalah kegiatan ekonomi yang mempunyai kriteria kekayaan bersih lebih dari Rp. 200 juta tidak termasuk tempat usaha, tanah dan bangunan hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 1 milyar.

2. Jenis-jenis Usaha Kecil Menengah

Bagi sementara pelaku bisnis, yang masuk pada katagori UKM berpendapat bahwa dalam kondisi sulit sekarang ini, peluang dan tantangan yang ada adalah benar-benar riil. Kenyataan menunjukkan bahwa usaha atau bisnis kelas menengah dan kecil masih bisa bertahan,

22

. Mohammad Jafar Hafsah, Usaha Konsepsi dan Strategi, (Jakarta : pustaka Sinar Harapan, 2002), h. 10

23

. Ronal Clapan, Pengusaha Kecil dan Menengah di Asia Tenggara (Jakarta : LP3ES, 1991), h.2


(55)

kendati penuh dengan perjuangan yang keras. UKM bisa melakukan inovasi karena tidak harus menggunakan investasi modal yang besar, sementara bagi usaha besar sangat sulit sekali bertahan dalam suasana kerisis keuangan karena memerlukan investasi modal yang besar dalam menggerakkan usaha yang dijalani. Adapun bagi korban PHK, peluang dan tantangan tidak lagi mengarah pada lowongan kerja, namun lebih pada upaya menciptaka lapangan usaha untuk mempertahankan hidupnya.24

Berdasarkan laporan kelompok pakar UKM APEK dimana Indonesia menjadi penggeraknya telah diidentivikasi empat kelompok UKM dilingkungan APEC yakni :

a. Kelompok A

UKM yang sudah masuk pasar global kelompok UKM ini telah menjadi sub kontrak dari perusahaan multi nasional terutama disektor otomotif dan elektronik jumlahnya sekitar 3-4% dari seluruh UKM b. Kelompok B

UKIM yang sudah masuk pasar internasional, kelompok ini sudah mengekspor tetapi atas dasar pesanan luar negri dan bukan atas dasar pesanan luar negeri dan bukan atas pemasaran yang agresif, berbeda dengan kelompok A, kelompok B tidak kontinyunitas. Jumlah mereka sekitar 5-7%. Di Indonesia kelompok ini banyak terdapat di Bali di mana para importer asing telah melaksanakan order bisnis yang cukup lumayan.

24

.Supardi, Tantangan dan Peluang Bisnis Usaha Kecil Menengah, (Yogyakarat : UII Press, 1999), h. 7


(56)

c. Kelompok C

UKM yang belum pernah melakukan transaksi luar negeri tetapi memiki potensi yang besar jumlahnya sekitar 30% Kelompok D UKM yang memang tidak ada orentasi ke pasar luar negeri mayoritas UKM yang ada di kelompok ini yakni sekitas 60%.25

Secara sederhana jenis usaha dapat dibedakan dalam 3 bagian yaitu barang, jasa, dan barang dan jasa.

3. Kedudukan Usaha Kecil dan Menengah

Di dalam pembukaan UUD 1945 menegaskan bahwa, berdirinya Negara Indonesia bertujuan antara lain : bahwa Negara hendak mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebagaimana kita ketahui bahwa batang tubuh UUD 1945 yang terdiri dari 16 bab dan 37 pasal ini dijiwai oleh pembukaannya, dijabarkan lebih lanjut pasal-pasalnya yakni; pasal 23, pasal 27 serta pasal 33 dan 34. dari keempat pasal tersebut yang paling pokok dan melandasi usaha-uasaha pembangunan nasional dibidang ekonomi adalh pasal 33.

Adapun bunyi pasal 33 tersebut adalah sebagai berikut :

a. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.

b. Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.

c. Bumi air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan sepenuhnya dipergunakan untuk kemakmuran rakyat. 26

25

. M. Dawam Rahardjo, Pembangunan Ekonomi Islam; suatu pendekatan, pemerataan, keadilan, dan ekonomi kerakyatan,(Jakarta : Internasa, 1997), h. 26

26


(57)

Drs Soetrisno p.H menerangkan bahwa struktur ekonomi ekonomi Indonesia dari segi kelembagaan ekonomi sektoral berdasarkan yuridis konstitusional yaitu pasal 33 dan 34 terdiri dari sektor ekonomi yaitu :

a. Sektor Koperasi b. Sektor Negara

c. Sektor swasta, antara lain : 1) Perseroan terbatas 2) Perseroan komoditor 3) Firma

4) Usaha perseroan 5) Perusaan internasional

Dalam konsep ekonomi kerakyatan tidak dikenal adanya rumusan kekuasaan sumberdaya alam maupun hasil-hasilnya, sehingga menimbulkan eksploitasi yang tidak adil, seperti yang ada pada konsep konglomerasi. Semua bentuk usaha yang ada di Negara kita, koperasi, CV, PT, atau perusahaan perorangan,dapat menjalankan dan berperan aktif dalam kegiatan ekonomi kerakyatan sesuai kaidah-kaidah kerakyatan. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan taraf hidup sebagian penduduk sekaligus sebagai kekuatan pembangunan bangsa yang beroryentasi kerakyatan, pendekatan konsep pembangunan harus bertujuan untuk meningkatkan pembangunan dan kesejahteraan manusia harkat dan martabat manusia Indonesia dengan memperhatikan kemampuan dan pengembangan potensi yang dimilikinya.

Ada kemungkinan yang dapat ditarik dari pengalaman dinegara-negara yang usaha kecilnya berkembang, antara lain :


(58)

a. Dalam kegiatan ekonomi yang semakin kompetitif usaha besar tetap berjalan seiring dengan perkembangan usaha kecil.

b. Dalam perkembangan usaha besar memang memerlukan bahan baku yang dihasilkan usaha kecil sehingga dapat menjamin berjalannya usaha baik bagi usaha besar maupun bagi usaha kecil.

c. Dalam perkembangan usaha besar dan usaha kecil terjadi hubungan saling membutuhkan sehingga saling mendukung kepentingan dan keperluan usaha. Yang pada akhirnya dapat saling memperkokoh sehingga mendorong pertumbuhan dan perkembangan usaha. 27

27


(59)

BAB III

GAMBARAN UMUM KOPERASI SYARIAH BMT ASSALAM

A. Sejarah Koperasi Berdirinya Syariah BMT Assalam

BMT Assalam dibentuk oleh BPDI Pekerjaan Umum dan Menpera untuk melaksanakan salah satu ajaran Islam yaitu:”…Tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa dan janganlah kamu tolong menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran dan bertaqwalah kepada

Allah, Allah amat berat siksaannya. (QS Al-Maidah: 2)”. Pendirian BMT

Assalam tercetus dalam suatu pertemuan BPDI PU dan MENPERA yang antara lain dihadiri oleh Ir.H. Syarifudin Akil, Ir. H.Moh Hasan Dipl HE, Ir. H. Agoes Widjanarko MIP yang kemudian dikukuhkan oleh Menteri Pekerjaan Umum.

Pengukuhan BMT Assalam ini dilakukan oleh Bapak Djoko Kirmanto pada tanggal 11 Januari 2005. BMT Assalam didirikan dengan ke putusan BPDI PU dan Menpera dengan Surat Keputusan No: 03/KPTS/BPDI/2006 pada tanggal 11 Januari 2005, maksud dan tujuan mendirikan BMT Assalam yaitu dari hasil usahanya dapat atau ikut menanggung biaya pengelolaan mesjid dan membantu dhuafa dari Umat Islam.

Dalam perkembangannya, BMT Assalam terjadi pasang surat dan pergantian Pengurus beberapa kali yang kemudian diputuskan untuk merobah BMT Assalam menjadi Badan Hukum dengan Nama Koperasi Syariah Baitul Maal Wattamwil Assalam dengan Akte Notaris No: 03 Tanggal 14 April 2009, koperasi Syariah BMT Assalam dalam menjalankan usahanya tetap


(60)

52

berpegang teguh pada prinsip-prinsip Syariah Islam yang berpedoman kepada Al Quran dan Sunah Rasulllah Saw, Praktek Koperasi Syariah BMT Assalam ialah mengutamakan mencari keuntungan bagi kesejahteraan anggota dan kaum dhuafa. Koperasi syariah BMT Assalam mengumpulkan modal usaha sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang Koperasi dan dari zakat, infaq, sedaqoh dan wakaf yang disalurkan kepada kaum dhuafa dengan pinjaman kebaikan. Selanjutnya koperasi Syariah BMT Assalam dalam melaksanakan usaha menggunakan taktik dan strategi “Sharing and profit in loss” dan menggunakan mekanisme bagi hasil yang adil.

Pengembangan usaha dari Koperasi Syariah BMT Assalam dengan membangun kekuatan ekonomi umat atau masyarakat dhuafa (Grass root) dengan kegiatan ekonomi yang Islami dari konsentrasi modal dari simpanan, donator, zakat infaq dan sodaqoh terutama dari karyawan Departemen PU dan karyawan Menpera serta masyarakat. Dalam menjalankan usahanya Koperasi Syariah BMT Assalam tetap dalam koridor amar ma’ruf nahi munkar dalam bisnis yang Islami dan mengutamakan kemuliaan Akhlak.24

B. Nama, Tempat Kedudukan dan Wilayah Kerja.

Koperasi ini bernama Koperasi Syariah Baitul Maal Wat Tamwil As Salam yang selanjutnya disingkat dengan nama Koperasi Syaraih BMT As Salam dan untuk selanjutnya dalam Anggaran Dasar ini disebut Koperasi Syariah BMT As Salam untuk selanjutnya dalam Anggaran Dasar ini disebut Koperasi. Koperasi Syariah Baitul Maal Wat Tamwil As Salam berkedudukan

24


(61)

53

di Masjid As Salam Departemen Pekerjaan Umum, Jalan Patimura, Nomor 20, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Propinsi DKI Jakarta. Wilayah kerja Koperasi Syariah Baitul Maal Wat Tamwil As Salam meliputi wilayah Masjid/Musholah di lingkungan BPDI Indonesia dan dapat membuka cabang/perwakilan di luar negeri atas ke putusan rapat anggota dan persetujuan Pimpinan BPDI. Koperasi Syariah Baitul Maal Wat Tamwil As Salam di singkat Koperasi Syariah BMT As-Salam ini termasuk dalam jenis simpan pinjam.

C. Visi Misi Koperasi Syariah BMT Assalam

Visi Koperasi Syariah (Kopsyah) “BMT As Salam adalah terwujudnya kesejahteraan umat dalam pembangunan Ekonomi Islam dan sebagai pilarnya koperasi Syariah BMT As Salam.

Misi Koperasi Syariah (Kopsyah) BMT As Salam adalah

1. Menghindari riba dalam segala bentuk dan menyuburkan zakat, infaq, shodaqoh dan wakaf.

2. Mengembangkan permodalan usaha dari para anggotanya dan masyarakat dengan penggalangan dana dari tabungan dan penyertaan modal.

3. Memberikan pelayanan untuk pembiayaan modal kerja dan investasi bagi usaha-usaha yang produktif dan menguntungkan

4. Memberikan pelayanan dan bantuan pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan, kesehatan, sosial dan lain-lain


(62)

54

5. Membantu pendistribusian zakat, infaq, shodaqoh dan wakaf sehingga mencapai sasaran yang tepat sesuai dengan kaidah-kaidah atau ketentuan syariah.

6. Melaksanakan usaha di sektor riil dan stabilitas ketahanan pangan sesuai dengan kaidah usaha yang sehat dan mendatangkan laba.

7. Melakukan pembinaan manajemen usaha yang sehat dari unit usaha kecil agar berkembang menjadi usaha yang tangguh, sehat dan handal.

D. Azas dan Landasn Dasar Kopsyah BMT AS Salam

Kopsyah BMT As Salam dilaksanakan dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam yang mengajar umatnya berkarya dengan kinerja yang baik, bertransaksi dengan adil, bekerja sama dengan jujur, melaksanakan pinjam-meminjam sebagai pengamalan tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa.

Beberapa kaidah normatif berkenaan dengan transaksi Kopsyah BMT As Salam adalah sebagai berikut:

1. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan shodaqoh dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan selalu berbuat dosa (QS Al Baqarah ayat 275-276)

2. Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan riba yang menambah-nambah itu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan (QS Ali Imran ayat 120)

3. Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang saling meridhakan di antara kamu. (QS An Nisa ayat 29)


(1)

76

1. Meski banyak unit usaha yang dijalankan oleh Kopsyah, namun diharapkan dapat terus meningkatkan dan mengembangkan kegiatan-kegiatan usahanya serta tidak cepat puas terhadap prestasi yang telah dicapai dengan mengadakan sosialisasi yang lebih luas lagi, sehingga Kopsyah BMT Assalam dapat memberikan kontribusi yang lebih besar kepada para pelaku usaha kecil dan menengah serta dapat memperluas wilayah kerjanya.

2. Karena terbatasnya pengetahuan para pelaku usaha kecil dan menengah tentang pengetahuan untuk meningkatkan usahanya, maka penulis menyarankan kepada Kopsyah BMT Assalam agar lebih mengoptimalkan bimbingan baik berupa seminar atau pelatihan menejerial atau suatu unit uasaha yang dapat menambah pengetahuan pelaku usaha kecil dan menengah dalam mengembangkan usahanya. Hal ini dilakukan supaya para pengusaha kecil dan menengah lebih terarah dan mendapat pengetahuan lebih mengenai dunia usaha guna meningkatkan uasaha yang akan atau telah mereka kelola.

3. Untuk memberikan kepuasan kepada para nasabah pembiayan, maka Kopsyah BMT Assalam diharapkan tetap berupaya untuk selalu meningkatkan pelayanan kebutuhan-kebutuhan para usaha kecil dan menengah. Dan memberikan kemudahan dalam proses pencairan dana yang diberkan agar nasabah pembiayaan pembiayaan tidak beralih ketempat lain.

Demikian kesimpulan dan saran penulis utarakan. Semoga saran-saran ini dapat menjadi sebuah masukan yang menjadi bahan pertimbangan untuk lebih termutifasi dalam memperbaiki kinerjanya.


(2)

DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA

Al-Bustani,Karom, Ust, Kamus Almunjid, (Beirut : Dar Al-Musyrik, 1996)

Alharis, Ahmad, Jaribin, Fiqh Ekonomi Umar bin Khottob, (Jakarta : Kholifa, 2006)

Anoraga, Panji, Manajemen Koperasi: Teore dan Praktek, (Jakarta:Pustaka Jaya, 1995),cet,ke-1

Badudu, J.S, Kamus Umum Basa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1996), cet, ke-3

Burhan, Umar, Prinsip-prinsip Manajemen Koperasi Produksi, (Jakarta: Kalam Mulia, 1989), cet,ke-1

Clapan, Ronald, Pengusaha Kecil dan Menengah di Asia Tenggara (Jakarta: LP3S, 1991)

Damanik, E.D.Dkk, Pengantar Perkoperasian, (Jakarta: Dwi Sagara,1986) Danuwikarsa, D, Tanya Jawab Tentang Koperasi, (Jakarta: Orba Sakti,1979) Dawam, M. Rahardjo, Pembangunan Ekonomi Islam; Suatu Pedekatan,

Pemerataan, Keadilan, dan Ekonomi Kerakyatan, (Jakarta: Internasa, 1997)

Edilius, Pengantar Ekonomi Perusahaan, Jakarta : Rineka Cipta, 1992

Effendi, Muktar EK, Drs. Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Islam. (Jakarta. Bharata Karya Karya Aksara, 1986)

HAFSAH, Jafar, Muhammad, Usaha Koperasi dan Strategi, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2002

Handoko, T. Hany, Manajemen Edisi II , (Yogyakarta:BPFE 1997), cet.Ke-II Hasibuan, Malayu, S.P, Drs. Manajemen Dasar Dan Pengertian Dasar Dan

Masalahnya, (Jakarta: Gunung Agung, 1985). Cet ke-5

Ibrahim Lubis, Pengendalian Dan Pengawasa Proyek Dalam Manajemen, (Jakarta, Ghalia Indonesia, 1985)

Nasution, Harun, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta : Djambataan, 1992)

Raharjo, Dawam, m., Pembanguanan Ekonimi Islam, Suatu Pendekatan, Pemerataan Keadilan, dan Ekonomi Kerakyatan, (Jakarta : Internasa,

1997)


(3)

78

Serang PINBUK, Modul Pelatihan Pengelolaan BMT, (Serang : PINBUK, 2000) Siamat, Dahlan, Manajemen Lembaga Keuangan, Fakultas Ekonomi UI, Edisi II,

1999

Soetrisno, noer, Peranan Perbankan Sebagi Sumber Pembiayaan Usaha Golongan Ekonomi Lemah dan Koperasi, (Jakarta : Badan Pembinaan Hukum Nasinal Departemen Kehakiman,1998)


(4)

HASIL WAWANCARA

Nama : Bpk. H. T. Amiruddin

Jabatan : Manajer Kopsyah BMT Assalam Tgl : 7 Juni 2010

Pertanyaan : Apa program jangka panjang koperasi syariah BMT Assalam dalam Memberdayakan UKM ?

Jawaban : Program jangka panjang Kopsyah BMT Assalam adalah meningkatkan pelayanan kebutuhan para pengusa kecil dan menengah dalam meningkatkan usahanya.

Pertanyaan : Dari program tersebut apa saja yang telah terrealisasi, adakah hasil yang dicapai ?

Jawaban : Program yang telah terealisasi adalah menambah anggota sebagai sumber permodalan kopsyah selanjutnya diinvestasikan kepada

para usaha kecil menengah.

Pertanyaan : Siapa saja sasaran kopsyah BMT Assalam dalam memberdayakan ekonomi pengusaha kecil dan menengah ?

Jawaban : Program yang telah terealisasi adalah menambah anggota sebagai sumber permodalan kopsyah selanjutnya diinvestasikan kepada

para usaha kecil menengah.

Pertanyaan : Siapa saja sasaran kopsyah BMT Assalam dalam memberdayakan ekonomi pengusaha kecil dan menengah ?

Jawaban : Pemberdayakan pedagang kecil, industri rumah tangga, melaksanakan bisnis yang islami dengan jasa foto kopi, periklanan, penerbitan usaha angkutan, percetakan, angkutan karyawan dan sekolah, serta angkutan barang, supplier dan kantin.

Pertanyaan : Adakah kreteria khusus bagi pembiayan nasabah ?

Jawaban : Yaitu harus harus mendaftar untuk jadi anggota terlebih dahulu, serta membayar uang sumbangan pokok, dan sumbangan wajib.


(5)

Pertanyaan : Apakah yang membedakan antara koperasi konfensional dengan koperasi syariah ?

Jawaban : Perbedaan yang mendasar adalah koperasi syariah dalam melaksanakan kegiata usahanya berdasarkan pada prinsip-prinsip ekonomi islam.

Pertanyaan : Apakah koperasi Syariah BMT Assalam mengadakan kerjasama dengan lembaga lain selain unit usaha UKM ?

Jawaban : Selain dengan UKM Kopsyah BMT Assalam mengadakan kerjasama dengan lembaga Bank Islam atau lembaga keuangan berbasis islam lainnya.

Pertanyaan : Bagai mana cara yang ditempuh koperasi syariah BMT dalam mensosialisasikan produk-produknya ?

Jawaban : Cara yang ditempuh oleh koperasi syariah BMT Assalam dalam mensosialisasikan produknya yaitu dengan menyebarkan brosur produk koperasi syariah BMT Assalam terhadap masyarakat luas.

Pertanyaan : Adakah pelatihan yang diberikan oleh koperasi syariah BMT Assalam baik terhadap karyawan dan anggotanya ?

Jawaban : Pertama, bentuk pelatihan yang diberikan kepada karyawan berupa proses menejerial dan yang berkaitan dengan peningkatan kualitas kinerjanya. Kedua pelatihan yang diberikan terhadap

anggota/UKM berupa pelatihan peningkatan usaha agar lebih berkembang.

Pertanyaan : Apakah penempatan SDM yang bekerja di koperasi syariah BMT Assalam sudah sesuai dengan kemampuan dan keahliannya ?

Jawaban : Karyawan yang bekerja di koperasi syariah BMT Assalam sudah melalui proses seleksi dan penempatan kerjanya sesuai dengan kemampuan serta keahlian yang dimiliki.

Pertanyaan : Bagaiman job deskripsi masing-masing bidang ?

Jawaban : Walau karyawan bekerja berdasarkan bidangnya, tetapi tetapi karena asas kekeluargaan, antara karyawan yang satu dengan yang lain saling membantu.


(6)

Pertanyaan : Apa yang melatar belakangi perubahan dari BMT kekopsyah BMT Assalam?

Jawaban : Pertama, untuk memperoleh legalitas dalam menjalankan unit Usaha yang dijalankan.