Respons Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.) Terhadap Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan Larutan Mikroorganisme Lokal

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO ( Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN LARUTAN MIKROORGANISME LOKAL SKRIPSI OLEH : LIPERI TARIGAN 090301186 BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014
Universitas Sumatera Utara

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO ( Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN LARUTAN MIKROORGANISME LOKAL SKRIPSI
OLEH : LIPERI TARIGAN
090301186 BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014
Universitas Sumatera Utara

Judul Penelitian
Nama Nim Program Studi

: Respons Pertumbuhan Bibit Kakao ( Theobroma cacao L.) Terhadap Pemberian Pupuk Kandang Ayam Dan Larutan Mikroorganisme Lokal
: Liperi Tarigan : 090301186 : Agroekoteknologi

Disetujui Oleh :


(Ferry Ezra Sitepu, SP, MSi.) Ketua Pembimbing
NIP.19680602 199802 1 001

(Ir. Ratna Rosanty Lahay, MP.) Anggota Pembimbing
NIP.19631019 198903 2 002

Diketahui Oleh :

(Prof. Dr.Ir. T Sabrina, M.Sc.) Ketua Program Studi
NIP. 19640620 198903 2 001

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK LIPERI TARIGAN : Respons Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.) Terhadap Pemberian Pupuk Kandang Ayam Dan Larutan Mikoorganisme Lokal, dibimbing oleh FERRY EZRA SITEPU dan RATNA ROSANTY LAHAY.
Salah satu faktor yang menentukan mutu bibit kakao adalah kesuburan media tumbuh. Kesuburan media tumbuh dapat diperbaiki atau ditingkatkan dengan pemupukan anorganik maupun organik, diantaranya adalah dengan memanfaatkan pupuk kandang ayam serta larutan mikoorganisme lokal, yang diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan bibit kakao. Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian USU pada bulan Juni 2013 sampai dengan bulan September 2013, menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor yaitu faktor pertama dalah dosis pupuk kandang ayam (0, 150, dan 300 g/polibag) dan faktor kedua dalah dosis larutan mikrooganisme lokal (0, 15, 30 dan 45 cc/L air). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, total luas daun, bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk, dan bobot kering akar.
Dari hasil penelitian, pupuk kandang ayam berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman pada 12 MST dan 14 MST, jumlah daun pada 8,10 dan 12 MST, diameter batang, total luas daun, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk dan bobot basah akar. Pemberian larutan mikroorganisme lokal berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter. Interaksi berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter. Hasil terbaik dari penelitian ini diperoleh pada perlakuan pemberian pupuk kandang ayam 300 g/polibag dan pemberian larutan mikroorganisme lokal 15 cc/L air) . Kata kunci : pupuk kandang ayam, larutan mikroorganisme lokal, bibit kakao.
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT LIPERI TARIGAN: Response of chiken manure and local microorganisms on growth cocoa (Theobroma cacao L.) seedlings , supervised by FERRY EZRA SITEPU and RATNA ROSANTY LAHAY.
One of the factors that determine the quality of cocoa seedlings is the fertility growing medium. Fertility growing medium can be improved or enhanced with inorganic or organic fertilizer, such as using of chiken manure and local microorganisms. This research had been conducted at experimental field in Faculty of Agriculture USU in June 2013 until September 2013, using randomized complete block design with two factor. The first factor is dose of chiken manure (0, 150 and 300 gram/ polybag) and the second factor is dose of local microorganisms (0, 15, 30 and 45 cc/ Liter of water). Parameter observed were plant height, number of leaves, stem diameter, the total leaves area, fresh weight of shoot, fresh weight of root, dry weight of shoot and dry weight of root.

From the research, chiken manure significantly affect on plant height (12 and 14 WAP), number of leaves( 8-12 WAP), stem diameter(4-14 WAP), the total leaves area, fresh weight of canopy ,dry weight of canopy and fresh weight of root. Local microorganisms unsignificantly affect on all parameters. Interaction unsignificantly affect on all parameter. The best result from this experimental were obtained in the treatment of chicken manure at 300 g/polybag and local microorganisms 15 cc /L of water. Keywords: chiken manure , local miroorganisms, cocoa seed.
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 29 September 1989 dari ayah Parte Tarigan dan ibu Sumiati Barus. Penulis merupakan putra kedua dari tiga bersaudara. Tahun 2008 penulis lulus dari SMA St.Yoseph di Medan, dan pada tahun 2009 masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih minat Budidaya Pertanian dan Perkebunan, Program Studi Agroekoteknologi. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (Himagrotek), sebagai asisten kordinator praktikum di Laboratorium Dasar Agronomi. Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PTPN III Kebun Bangun Siantar, dari tanggal 9 Juli sampai 18 Agustus 2012.
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Respons Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.) Terhadap Pemberian Pupuk Kandang Ayam Dan Larutan Mikroorganisme Lokal”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah memberikan dukungan finansial dan spiritual. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada bapak Fery Ezra Sitepu, SP,MSi., selaku dosen ketua komisi pembimbing dan ibu Ir.Ratna Rosanty Lahay, MP., sebagai dosen anggota komisi pembimbing, yang telah memberikan bimbingan dan masukan selama penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada seluruh staf pengajar, pegawai serta kerabat di lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah berkontribusi dalam kelancaran studi dan penyelesaian skripsi ini. Semoga hasil skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Medan, Mei 2014
Penulis
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI Halaman
ABSTRAK................................................................................................. i ABSTRACT................................................................................................. ii RIWAYAT HIDUP................................................................................... iii KATA PENGANTAR............................................................................... iv DAFTAR ISI.............................................................................................. v DAFTAR TABEL...................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR................................................................................. viii DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. ix PENDAHULUAN...................................................................................... 1
Latar Belakang................................................................................ 1 Tujuan Penelitian............................................................................ 4 Hipotesis Penelitian........................................................................ 4 Kegunaan Penelitian....................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 5
Botani Tanaman.............................................................................. 5 Syarat Tumbuh................................................................................ 7
Iklim.................................................................................... 7 Tanah................................................................................... 9 Pupuk Kandang Ayam.................................................................... 10 Mikroorganisme Lokal................................................................... 13
BAHAN DAN METODE PENELITIAN.................................................. 16
Tempat dan Waktu Penelitian......................................................... 16 Bahan dan Alat................................................................................ 16 Metode Penelitian............................................................................ 16
PELAKSANAAN PENELITIAN................................................................ 19

Persiapan Lahan............................................................................... 19 Persiapan Naungan.......................................................................... 19 Persiapan Media Tanam Dan Aplikasi Pupuk Kandang Ayam...... 19 Persiapan Larutan Mikroorganisme Lokal...................................... 19 Pengecambahan Benih.................................................................... 20 Penanaman Kecambah.................................................................... 20 Aplikasi Larutan Mikroorganisme Lokal....................................... 20 Pemeliharaan Tanaman.................................................................. 21
Penyiraman......................................................................... 21 Penyulaman......................................................................... 21 Penyiangan......................................................................... 21 Pengendalian Hama dan Penyakit...................................... 21 Pengamatan Parameter................................................................... 21 Tinggi Tanaman (cm)......................................................... 21 Jumlah Daun (helai)........................................................... 22
Universitas Sumatera Utara

Diameter Batang (mm)....................................................... 22 Total Luas Daun (cm²)....................................................... 22 Bobot Basah Tajuk (g)....................................................... 22 Bobot Kering Tajuk (g)...................................................... 23 Bobot Basah Akar (g)......................................................... 23 Bobot Kering Akar (g)........................................................ 23 Rasio Bobot Kering Tajuk/Bobot Kering Akar.................. 23 HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................. 24 Hasil............................................................................................... 24 Pembahasan.................................................................................... 44 KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 48 Kesimpulan..................................................................................... 48 Saran............................................................................................... 48 DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 47 LAMPIRAN................................................................................................ 52
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Tinggi tanaman 4-14 MST (cm) pada pemberian pupuk kandang ayam
dan larutan mikrooganisme lokal .................................................................. 25 2. Jjumlah daun 4-14 MST (mm) pada pemberian pupuk kandang ayam
dan larutan mikroorganisme lokal................................................................. 28 3. Diameter batang 4-14 MST (helai) pada pemberian pupuk kandang
ayam dan larutan mikroorganisme lokal ....................................................... 31 4. Total luas daun (cm2) pada pemberian pupuk kandang ayam dan
larutan mikroorganisme lokal ....................................................................... 33 5. Bobot basah tajuk (g) pada pemberian pupuk kandang ayam dan
larutan mikroorganisme lokal ....................................................................... 35 6. Bobot kering tajuk (g) pada pemberian pupuk kandang ayam dan
larutan mikroorganisme lokal ....................................................................... 37 7. Bobot basah akar (g) pada pemberian pupuk kandang ayam dan
larutan mikroorganisme lokal ....................................................................... 39 8. Bobot kering akar (g) pada pemberian pupuk kandang ayam dan
larutan mikroorganisme lokal ....................................................................... 41 9. Rasio bobot kering tajuk/bobot kering akar pada pemberian pupuk
kandang ayam dan larutan mikroorganisme lokal................... ..................... 42
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR


No. Halaman

1. Hubungan tinggi tanaman dengan pemberian beberapa dosis

pupuk kandang ayam pada 14 MST..........................................

26

2. Hubungan jumlah daun dengan pemberian beberapa dosis

pupuk kandang ayam pada 12 MST..........................................

29

3. Hubungan diameter batang dengan pemberian beberapa dosis

pupuk kandang ayam pada 14 MST.........................................

32


4. Hubungan total luas daun dengan pemberian beberapa

dosis pupuk kandang ayam.....................................................

34

5. Hubungan bobot basah tajuk dengan pemberian beberapa

dosis pupuk kandang ayam.......................................................

36

6. Hubungan bobot kering tajuk dengan pemberian

beberapa dosis pupuk kandang ayam ....................................... 38

7. Hubungan bobot basah akar dengan pemberian beberapa

dosis pupuk kandang ayam.......................................................


40

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Deskripsi tanaman kakao varietas Lindak TSH 858 ..................................... 52 2. Bagan penelitian............................................................................................ 53 3. Data hasil analisis pupuk kandang ayam .................................................... ..54 4. Data hasil analisis larutan mikroorganisme lokal................................ ....... . 55 5. Data hasil analisis tanah ultisol ..................................................................... 56 6. Data pengamatan tinggi tanaman 4 MST (cm) ............................................. 57 7. Sidik ragam tinggi tanaman 4 MST .............................................................. 57 8. Data pengamatan tinggi tanaman 6 MST (cm) ............................................. 58 9. Sidik ragam tinggi tanaman 6 MST .............................................................. 58 10. Data pengamatan tinggi tanaman 8 MST (cm) ............................................. 59 11. Sidik ragam tinggi tanaman 8 MST .............................................................. 59 12. Data pengamatan tinggi tanaman 10 MST (cm) ........................................... 60 13. Sidik ragam tinggi tanaman 10 MST ............................................................ 60 14. Data pengamatan tinggi tanaman 12 MST (cm) ........................................... 61 15. Sidik ragam tinggi tanaman 12 MST ............................................................ 61 16. Data pengamatan tinggi tanaman 14 MST (cm) ........................................... 62 17. Sidik ragam tinggi tanaman 14 MST ............................................................ 62 18. Data pengamatan jumlah daun 4 MST (helai) .............................................. 63 19. Sidik ragam jumlah daun 4 MST .................................................................. 63 20. Data pengamatan jumlah daun 6 MST (helai) .............................................. 64 21. Sidik ragam jumlah daun 6 MST .................................................................. 64 22. Data pengamatan jumlah daun 8 MST (helai) .............................................. 65 23. Sidik ragam jumlah daun 8 MST .................................................................. 65 24. Data pengamatan jumlah daun 10 MST (helai) ............................................ 66 25. Sidik ragam jumlah daun 10 MST ................................................................ 66 26. Data pengamatan jumlah daun 12 MST (helai) ............................................ 67 27. Sidik ragam jumlah daun 12 MST ................................................................ 67 28. Data pengamatan jumlah daun 14 MST (helai) ............................................ 68 29. Sidik ragam jumlah daun 14 MST ................................................................ 68 30. Data pengamatan diameter batang 4 MST (mm) .......................................... 69 31. Sidik ragam diameter batang 4 MST ............................................................ 69 32. Data pengamatan diameter batang 6 MST (mm) .......................................... 70 33. Sidik ragam diameter batang 6 MST ............................................................ 70 34. Data pengamatan diameter batang 8 MST (mm) .......................................... 71 35. Sidik ragam diameter batang 8 MST ............................................................ 71 36. Data pengamatan diameter batang 10 MST (mm) ........................................ 72 37. Sidik ragam diameter batang 10 MST .......................................................... 72 38. Data pengamatan diameter batang 12 MST (mm) ........................................ 73
Universitas Sumatera Utara

39. Sidik ragam diameter batang 12 MST .......................................................... 73 40. Data pengamatan diameter batang 14 MST (helai)....................................... 74 41. Sidik ragam diameter batang 14 MST .......................................................... 74 42. Data pengamatan total luas daun daun (cm2)................................................ 75 43. Sidik ragam total luas daun daun ................................................................. 75 44. Data pengamatan bobot basah tajuk (g) ........................................................ 76 45. Sidik ragam bobot basah tajuk ...................................................................... 76 46. Data pengamatan bobot kering tajuk (g)....................................................... 77 47. Sidik ragam bobot kering tajuk ..................................................................... 77 48. Data pengamatan bobot basah akar (g) ......................................................... 78 49. Sidik ragam bobot basah akar ...................................................................... 78 50. Data pengamatan bobot kering akar (g) ........................................................ 79 51. Sidik ragam bobot kering akar ...................................................................... 79 52. Data pengamatan ratio bobot kering tajuk/bobot kering akar....................... 80 53. Sidik ragam ratio bobot kering tajuk/bobot kering akar ............................... 80 54. Dokumentasi Penelitian................................................................... ............. 81
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK LIPERI TARIGAN : Respons Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.) Terhadap Pemberian Pupuk Kandang Ayam Dan Larutan Mikoorganisme Lokal, dibimbing oleh FERRY EZRA SITEPU dan RATNA ROSANTY LAHAY.
Salah satu faktor yang menentukan mutu bibit kakao adalah kesuburan media tumbuh. Kesuburan media tumbuh dapat diperbaiki atau ditingkatkan dengan pemupukan anorganik maupun organik, diantaranya adalah dengan memanfaatkan pupuk kandang ayam serta larutan mikoorganisme lokal, yang diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan bibit kakao. Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian USU pada bulan Juni 2013 sampai dengan bulan September 2013, menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor yaitu faktor pertama dalah dosis pupuk kandang ayam (0, 150, dan 300 g/polibag) dan faktor kedua dalah dosis larutan mikrooganisme lokal (0, 15, 30 dan 45 cc/L air). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, total luas daun, bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk, dan bobot kering akar.
Dari hasil penelitian, pupuk kandang ayam berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman pada 12 MST dan 14 MST, jumlah daun pada 8,10 dan 12 MST, diameter batang, total luas daun, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk dan bobot basah akar. Pemberian larutan mikroorganisme lokal berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter. Interaksi berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter. Hasil terbaik dari penelitian ini diperoleh pada perlakuan pemberian pupuk kandang ayam 300 g/polibag dan pemberian larutan mikroorganisme lokal 15 cc/L air) . Kata kunci : pupuk kandang ayam, larutan mikroorganisme lokal, bibit kakao.
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT LIPERI TARIGAN: Response of chiken manure and local microorganisms on growth cocoa (Theobroma cacao L.) seedlings , supervised by FERRY EZRA SITEPU and RATNA ROSANTY LAHAY.
One of the factors that determine the quality of cocoa seedlings is the fertility growing medium. Fertility growing medium can be improved or enhanced with inorganic or organic fertilizer, such as using of chiken manure and local microorganisms. This research had been conducted at experimental field in Faculty of Agriculture USU in June 2013 until September 2013, using randomized complete block design with two factor. The first factor is dose of chiken manure (0, 150 and 300 gram/ polybag) and the second factor is dose of local microorganisms (0, 15, 30 and 45 cc/ Liter of water). Parameter observed were plant height, number of leaves, stem diameter, the total leaves area, fresh weight of shoot, fresh weight of root, dry weight of shoot and dry weight of root.

From the research, chiken manure significantly affect on plant height (12 and 14 WAP), number of leaves( 8-12 WAP), stem diameter(4-14 WAP), the total leaves area, fresh weight of canopy ,dry weight of canopy and fresh weight of root. Local microorganisms unsignificantly affect on all parameters. Interaction unsignificantly affect on all parameter. The best result from this experimental were obtained in the treatment of chicken manure at 300 g/polybag and local microorganisms 15 cc /L of water. Keywords: chiken manure , local miroorganisms, cocoa seed.
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN Latar Belakang
Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas unggulan nasional setelah tanaman sawit dan karet. Kakao merupakan salah satu komoditi ekspor unggulan Indonesia yang telah memberikan sumbangan devisa bagi negara US $ 1,6 Miliar pada akhir tahun 2010. Keberadaan Indonesia sebagai produsen kakao utama di dunia menunjukkan bahwa kakao Indonesia cukup diperhitungkan dan berpeluang untuk menguasai pasar global. Seiring terus meningkatnya permintaan pasar terhadap kakao, maka perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan produktivitas dan produksi nasional dalam rangka meningkatkan ekspor kakao nasional (Badan Pusat Statistik, 2011).
Indonesia merupakan produsen kakao terbesar ketiga setelah Pantai Gading dan Ghana dengan produksi mencapai 877.296 ton. Luas areal perkebunan kakao Indonesia pada tahun 2010 mencapai 1.651.539 ha dimana hampir seluruhnya merupakan perkebunan rakyat (93,04%) yang tersebar di seluruh propinsi, kecuali DKI Jakarta. Produktivitas kakao Indonesia masih relatif rendah yaitu baru mencapai rata-rata 532,17 kg/ha, sedangkan Pantai Gading sudah mencapai 1,5 ton /ha (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2011).
Luas areal tanaman kakao di Indonesia pada tahun 2006 adalah 1.320.820 ha dengan produksi 769.000 ton. Sedangkan pada tahun 2007 luas areal tanaman kakao di Indonesia meningkat menjadi 1.379.279 ton sementara produksinya menurun menjadi 740.000 ton. Pada tahun 2008 luas areal tanaman kakao meningkat menjadi 1.473.259 sementara produksinya hanya bertambah relatif sedikit 792.000 ton dan pada tahun 2009 produksi kakao Indonesia adalah
Universitas Sumatera Utara

849.8760 ton dengan luas areal 1.592.983. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa belum signifikannya peningkatan produksi kakao seiring dengan peningkatan luas areal tanamnya (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2010).
Produksi kakao mempunyai kaitan yang sangat erat dengan pelaksaan teknik budidaya dan kualitas bibit. Pembibitan kakao mempunyai peranan penting untuk menghasilkan kualitas bibit yang bermutu. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mendapatkan bibit yang diharapkan, di antaranya dengan menyediakan hara pada media tanam sesuai dengan kebutuhan bibit. Pemupukan dengan menggunakan pupuk anorganik merupakan alternatif yang banyak dipilih petani dalam usaha memenuhi kebutuhan hara tanaman. Selama kurun waktu 20 tahun terakhir terjadi kenaikan penggunaan pupuk kimia sintesis hampir 5 kali lipat, sementara kenaikan produksi hanya mencapai 50%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pupuk anorganik sudah tidak efisien lagi (Sugito, 2002).
Pupuk organik mempunyai fungsi penting bagi tanah yaitu untuk menggemburkan lapisan tanah permukaan (top soil), meningkatkan populasi jasad renik tanah, mempertinggi daya serap dan daya simpan air yang secara keseluruhan akan meningkatkan kesuburan tanah. Salah satu pupuk organik yaitu pupuk kandang. Pupuk kandang merupakan produk buangan dari binatang peliharaan seperti ayam, kambing, sapi dan kerbau yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah. Kualitas pupuk kandang sangat berpengaruh terhadap respon tanaman. Pupuk kandang ayam secara umum mempunyai kelebihan dalam kecepatan penyerapan hara, komposisi hara seperti N, P, K dan Ca dibandingkan pupuk kandang sapi dan kambing (Widowati, 2004).
Universitas Sumatera Utara

MOL ( Mikroorganisme Lokal ) adalah cairan yang berbahan dari berbagai sumber daya alam yang tersedia setempat. MOL mengandung unsur hara makro dan mikro dan juga mengandung mikroba yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan dan sebagai agen pengendali hama penyakit tanaman. Berdasarkan kandungan yang terdapat dalam MOL tersebut, maka MOL dapat digunakan sebagai pendekomposer, pupuk hayati, dan sebagai pestisida organik terutama sebagai fungsida (Purwasasmita dan Kunia, 2009).
Keunggulan penggunaan larutan MOL yang paling utama adalah murah. Bahan-bahan yang ada di sekitar kita seperti buah-buahan busuk, bonggol pisang, rebung, daun gamal, keong, urin sapi, urin kelinci serta sisa makanan dapat digunakan sebagai bahan pembuat MOL. Bahan-bahan tersebut dimasukkan ke dalam drum yang kemudian dicampur dengan larutan yang mengandung glukosa seperti air nira, air kelapa atau air gula. Kemudian drum ditutup dan difermentasi sampai beberapa hari. Setelah itu MOL dapat dipakai untuk menyemprot tanaman dengan terlebih dahulu diencerkan dengan perbandingan 400 cc cairan MOL diencerkan dengan 14 l air dengan dosis 4,8 l/ha (Amalia, 2008)
Pada saat ini permasalahan yang dihadapi dalam pembibitan kakao pada skala besar adalah keterbatasan tanah top soil sebagai media tanam di polybag. Pada kenyataannya ketersediaan tanah sub soil yang cukup banyak di lapangan sudah mulai digunakan sebagai pengganti media tanam top soil. Pada umumnya tanah sub soil mempunyai nilai kesuburan yang lebih rendah dibandingkan dengan tanah top soil, antara lain ditunjukkan dengan rendahnya kandungan bahan organik dan ketersediaan unsur hara, sehigga jika ingin mendapatkan
Universitas Sumatera Utara

pertumbuhan bibit kakao yang baik pada tanah sub soil maka kandungan bahan organik dan unsur hara harus ditingkatkan (Tambunan, 2009)

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang respon pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L) terhadap pemberian pupuk kandang ayam dan larutan mikroorganisme lokal. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuan bibit kakao (Theobroma cacao L.) terhadap pemberian pupuk kandang ayam dan larutan mikroorganisme lokal serta interaksi keduannya. Hipotesis Penelitian
Pemberian pupuk kandang ayam dan larutan mikroorganisme lokal serta interaksi keduanya nyata meningkatkan pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L.) Kegunaan Penelitian
Sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman
Menurut Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (2010) sistematika tanaman kakao adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta ; Subdivisi : Angiospermae ; Kelas : Dicotyledoneae ; Sub Kelas : Dialypetalae ; Ordo : Malvales ; Family : Sterculiaceae ; Genus : Theobroma ; Spesies : Theobroma cacao L.
Akar kakao adalah akar tunggang (radix primaria). Pertumbuhan akar cokelat bisa sampai 8 meter ke arah samping dan 15 meter ke arah bawah. kakao yang diperbanyak secara vegetatif pada awal pertumbuhannya tidak menumbuhkan akar tunggang, melainkan akar-akar serabut yang banyak jumlahnya. Setelah dewasa tanaman tersebut menumbuhkan dua akar yang menyerupai akar tunggang. Pada tanah yang drainasenya jelas dan permukaaan air tanahnya tinggi, akar tunggang tidak dapat tumbuh lebih dari 45 cm. (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2010)
Tanaman kakao bersifat dimorfisme, artinya mempunyai dua bentuk tunas vegetatif. Tunas yang arah pertumbuhannya ke atas disebut dengan tunas ortrotop atau tunas air ( wiwilan atau chupon ), sedangkan tunas yang arah pertumbuhannya ke samping disebut dengan plagriotrop ( cabang kipas atau fan ). Tanaman kakao asal biji, setelah mencapai tinggi 0,9-1,5 meter akan berhenti tumbuh dan membentuk jorket ( jorquete ). Jorket adalah tempat percabangan dari pola percabangan ortrotrop ke plagriotrop dan khas hanya pada tanaman kakao. (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2010)
Universitas Sumatera Utara

Sama dengan sifat percabangannya, daun kakao juga bersifat dimorfisme. Pada tunas ortrotrop, tangkai daunnya panjang, yaitu 7,5- 10 cm sedangkan pada tunas plagiotrop panjang tangkai daunnya hanya sekitar 2,5 cm. Tangkai daun berbentuk silinder dan bersisik halus, bergantung pada tipenya. Bentuk helai daun bulat memanjang (oblongus ), ujung daun meruncing (acuminatus), dan pangkal daun runcing (acutus). Susunan tulang daun menyirip dan tulang daun menonjol ke permukaan bawah helai daun. Tepi daun rata, daging daun tipis tetapi kuat seperti perkamen. Warna daun dewasa hijau tua bergantung pada kultivarnya. Panjang daun dewasa 30 cm dan lebarnya 10 cm. Permukaan daun licin dan mengkilap (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2010)
Tanaman kakao bersifat kauliflori. Artinya bunga tumbuh dan berkembang dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut semakin lama semakin membesar dan menebal atau biasa disebut dengan bantalan bunga (cushioll). Bunga kakao mempunyai rumus K5C5A5+5G (5) artinya, bunga disusun oleh 5 daun kelopak yang bebas satu sama lain, 5 daun mahkota, 10 tangkai sari yang tersusun dalam 2 lingkaran dan masing-masing terdiri dari 5 tangkai sari tetapi hanya 1 lingkaran yang fertil, dan 5 daun buah yang bersatu. Bunga kakao berwarna putih, ungu atau kemerahan. Warna yang kuat terdapat pada benang sari dan daun mahkota. Warna bunga ini khas untuk setiap kultivar. Tangkai bunga kecil tetapi panjang (1-1,5 cm). Daun mahkota panjangnya 6-8 mm, terdiri atas dua bagian. Bagian pangkal berbentuk seperti kuku binatang dan bisanya terdapat dua garis merah. Bagian ujungnya berupa lembaran tipis, fleksibel, dan berwarna putih (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2010)
Universitas Sumatera Utara

Warna buah tanaman kakao sangat beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada dua macam warna. Buah yang ketika muda berwarna hijau atau hijau agak putih jika sudah masak akan berwarna kuning. Sementara itu, buah yang ketika muda berwarna merah, setelah masak berwarna jingga (orange). Kulit buah memiliki 10 alur dalam dan dangkal yang letaknya berselang seling. Pada tipe criolo dan trinitario alur buah kelihatan jelas. Kulit buahnya tebal tetapi lunak dan permukaannya kasar. Sebaliknya , pada forastero, permukaan kulit buah pada umumnya halus (rata), kulitnya tipis tetapi keras, dan liat. Buah akan masak setelah berumur enam bulan. Saat itu, ukurannya beragam dari panjang 10 hingga 30 cm, bergantung pada kultivar dan faktor-faktor lingkungan selama perkembangan buah (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2010)
Biji tersusun dalam lima baris mengelilingi poros buah. Jumlahnya beragam yaitu 20-50 butir per buah. Jika dipotong melintang, tampak bahwa biji disusun oleh dua kotiledon yang saling melipat dan bagian pangkalnya menempel di poros lembaga (embryo axis ). Warna kotiledon putih untuk tipe criolo dan ungu untuk tipe forastero. Biji dibungkus oleh daging buah (pulpa) yang berwarna putih. Di sebelah dalam daging buah terdapat kulit biji (testa) yang membungkus dua kotiledon dan poros embrio. Biji kakao tidak memiliki masa dorman. (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2010) Syarat Tumbuh Iklim
Iklim merupakan salah satu faktor lingkungan yang cukup berpengaruh terhadap pertumbuhan dan keberhasilan budidaya tanaman, termasuk budidaya
Universitas Sumatera Utara


kakao. Tanaman kakao dapat tumbuh pada garis lintang 10°LS-10°LU dan pada ketinggian 0-600 m dpl (Susanto, 1994).
Tanaman kakao dapat tumbuh pada daerah dengan curah hujan berkisar antara 1250-3000 mm tiap tahun. Curah hujan yang melebihi dari 2500 mm tiap tahun akan meningkatkan serangan penyakit busuk buah Phytophthora dan VSD atau Vascular Streak Dieback. Di samping itu, akan terjadi pencucian/ pelindian atau leaching yang berat terhadap tanah, sehingga akan menurunkan kesuburan tanah, pH turun dan pertukaran kation rendah.Curah hujan yang relatif rendah misalnya 1300-1500 mm tiap tahun, tetapi distribusinya merata sepanjang tahun, pertumbuhan kakao lebih baik daripada curah hujan sekitar 3000 mm tiap tahun, tetapi memiliki musim kering selama 5 bulan (Susanto, 1994).
Suhu harian yang terbaik untuk tanaman cokelat adalah sekitar 24-28 °C, dan kelembaban udaranya konstan dan relatif tinggi, yakni sekitar 80%. Suhu maksimal untuk kakao sekitar 30°C-32°C sedangkan suhu minimum sekitar 18-21 °C. Bila suhu terlalu tinggi menyebabkan hilangnya dominasi apical, dan tunas ketiak daun tumbuh menjadi daun-daun yang kecil. Sedangkan suhu yang terlalu rendah menyebabkan daun seperti terbakar dan bunga menering (Sunanto, 1992).
Sinar matahari merupakan sumber energi bagi tanaman dalam proses fotosintesis. Namun kebutuhan sinar matahari tergantung dari besar kecilnya tanaman. Tanaman muda yang baru ditanam memerlukan sinar matahari sekitar 25%-35% dari sinar matahari penuh. Sedangkan untuk tanaman dewasa atau yang sudah berproduksi kebutuhan sinar matahari makin besar yaitu 65% -75%. Hal ini dapat diperoleh dengan car mengatur tanaman penaung. Pada pembibitan, sinar matahari yang banyak akan menyebabkan bibit menjadi kecil-kecil, daunnya
Universitas Sumatera Utara

sempit, dan bibit relatif pendek. Tanaman kakao berasal dari daerah hutan tropis biasanya memperoleh naungan besar. Tanaman kakao termasuk golongan tanaman C-3. Sehingga mampu melakukan fotosintesis pada suhu relatif rendah (Susanto, 1994).
Angin yang kuat ( lebih dari 10 m/detik) berpengaruh buruk terhadap tanaman cokelat. Lebih-lebih yang datangnya dari laut yang mengandung garam akan memberikan pengaruh jelek, karena dapat menyebabkan kerusakan mekanis, daun-daun gugur, pucuk-pucuk layu, dan penyerbukan gagal. Kecepatan angin yang baik adalah 2-5 m/detik, karena dapat membantu penyerbuakan. Penanaman pohon pelindung untuk tanaman cokelat dapat mengurangi kecepatan angindan menjaga kelembaban kebun (Sunanto, 1992). Tanah
Kemasaman (pH) tanah yang baik untuk kakao adalah netral atau berkisar 5,6-6,8.Sifat ini khusus berlaku untuk tanah atas (top soil), sedangkan pada tanah bawah (sub soil) kemasaman tanah sebaiknya netral, agak masam, atau agak basa. Tanaman kakao membutuhkan tanah berkadar bahan organik tinggi, yaitu di atas 3 %. Kadar bahan organik yang tinggi akan memperbaiki struktur tanah, biologi tanah, kemampuan penyerapan (absorbsi) hara, dan daya simpan lengas tanah (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2010).
Tanah yang baik untuk kakao adalah tanah yang bila musim hujan drainase baik dan pada musim kemarau dapat menyimpan air. Hal ini dapat terpenuhi bila tanah memiliki tekstur sebagai berikut : fraksi pasir sekitar 50 %, fraksi debu sekitar 10% - 20%, dan fraksi lempung 30% - 40%. Jadi tekstur tanah yang cocok bagi tanaman kakao adalah tanah liat berpasir dan lempung liat berpasir.Struktur
Universitas Sumatera Utara

tanah yang remah dan agregat yang mantap dapat menciptakan aerase yang baik dan memungkinkan perkembangan akar (Susanto, 1994).
Seperti tanaman pada umumnya, kakao juga menghendaki tanah yang mudah diterobos oleh akar tanaman, dapat menyimpan air terutama pada musim hujan drainase dan aerasenya baik. Perakaran kakao pada umumnya dapat mencapai kedalaman sekitar 1-1,5 m untuk akar tunggangnya. Sedangkan akar lateral sebagian besar terdapat pada lapisan atas, sedalam sekitar 30 cm. Maka untuk memperoleh perakaran yang baik, yang mampu menghisap air dan unsur hara, tanaman tahan kekeringan dan tidak mudah rebah, diperlukan kedalaman efektif tanah sekitar 1,5 m. Disamping itu, tanah bebas dari batu-batuaan dan cadas yang mengganggu perkembangan akar (Susanto, 1994). Pupuk Kandang Ayam
Kotoran ayam merupakan limbah yang dihasilkan dari peternakan ayam yang dapat menimbulkan masalah bagi lingkungan. Untuk mengurangi limbah tersebut, kotoran ayam dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Pupuk yang dihasilkan disebut pupuk kompos yang disiapkan melalui proses fermentasi untuk mempercepat proses dekomposisi oleh berbagai macam bakteri, menggunakan starter EM4 selama 8 hari. Pupuk kompos yang dihasilkan dianalisis kandungan hara N, C-Organik dan C/N. Hasil penelitian Miftakhul, dkk (2013) kadar hara N, C-organik dan rasio C/N yang dihasilkan dari pupuk kandang hasil fermentasi kotoran ayam berturu-turut adalah 0,554 % , 3,308 dan 6.
Wulandari (2012) menyebutkan bila dihitung dari bobot badannya, kotoran ayam lebih besar dari kotoran ternak lainnya, dimana setiap 1.000 kg/tahun bobot ayam hidup, dapat menghasilkan 2.140 kg/tahun kotoran kering.
Universitas Sumatera Utara

Sedangkan kotoran sapi dengan bobot badan yang sama menghasilkan kotoran kering hanya 1.890 kg/tahun. Demikian pula dilihat dari segi kandungan hara yang dihasilkan dimana tiap ton kotoran ayam terdapat 65,8 kg N, 13,7 kg P dan 12,8 kg K. Sedangkan kotoran sapi dengan bobot kotoran yang sama mengandung 22 kg N, 2,6 kg P dan 13,7 kg K. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa pemberian 2500 g/tanaman pupuk kandang ayam adalah dosis terbaik untuk pertumbuhan dan hasil tanaman rosela di tanah ultisol.

Menurut Lingga dan Marsono (2004) peranan nitrogen bagi tanaman adalah merangsang pertumbuhan secara keseluruhan khususnya batang, cabang dan daun, serta mendorong terbentuknya klorofil sehingga daunnya menjadi hijau yang berguna bagi fotosintesis Kandungan Nitrogen yang tinggi pada pupuk kandang ayam memacu laju pertumbuhan jumlah daun tanaman. Nitrogen merupakan unsur yang diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman terutama daun, pertambahan tunas dan menambah tinggi tanaman. Tersediannya nitrogen maka tanaman akan membentuk bagian-bagian vegetatif yang cepat, akibat dari pembelahan sel jaringan meristem, perpanjangan dan pembesaran sel-sel baru dan protoplasma sehingga pertumbuhan tanaman berlangsung dengan baik.
Sutedjo (2002) menyebutkan bahwa unsur nitrogen merupakan unsur hara utama di dalam pembentukan organ vegetatifk tanaman seperti daun, batang dan akar. Kegunaan unsur nitrogen bagi tanaman adalah untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman dan meningkatkan kualitas tanaman.
Universitas Sumatera Utara

Fajar (2013) menyebutkan bahwa nitrogen merupakan unsur makro yang dibutuhkan banyak di tubuh tanaman bersama C, H,O,P dan K. Nitrogen merupakan unsur yang terkandung dalam pupuk urea dan pupuk kandang maupun organik dapat menyumbangkan sejumlah hara N guna pertumbuhan tanaman, terutama tajuk tanaman. Selain mengandung hara N yang tinggi, pupuk kandang ayam juga mengandung hara P yang cukup tinggi yang mampu mendukung pertumbuhan tanaman. Soegiman dalam Rukmi (2009) menyebutkan bahwa fosfor berpengaruh dalam pembelahan sel, pembuahan, perkembangan akar khusus lateral, dan akar halus berserabut, kekuatan batang pada tanaman serelia, kekebalan terhadap penyakit tertentu.
Melati dan Andriani (2005) pemberian 10 ton/ha pupuk kandang ayam memberikan peningkatan pertumbuhan dan produksi terbaik pada kedelai organik. Pemberian 10 ton/ha pupuk kandang ayam mampu meningkatkan jumlah polong isi sekitar 6.6 polong /tanaman.
Martin (2000) dalam penelitiannya melaporkan bahwa untuk pertambahan tinggi bibit eucalyptus pelliat F.Muell dengan rata-rata sebesar 16.92 cm dosis terbaik adalah 25 gram/kg tanah, pertambahan diameter dengan nilai rata-rata 0.89 cm dosis terbaik adalah 25 gr/kg tanah, jumlah daun dengan rata-rata 13.2 helai dosis terbaik adalah 25 gram/kg tanah dan 50 gram/kg tanah.
Universitas Sumatera Utara

Mikroorganisme Lokal Mikroorganisme Lokal (MOL) adalah cairan yang berbahan dari berbagai
sumber alam yang tersedia setempat. Mikroorganisme lokal mengandung hara makro dan mikro dan juga mengandung mikrob yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, merangsang pertumbuhan dan sebagai agen pengendali hama dan penyakit tanaman. Berdasarkan kandungan yang terdapat dalam MOL tersebut maka MOL dapat digunakan sebagai pendekomposer, pupuk hayati dan sebagai pestisida organik terutama fungisida (Purwasaawita dan Kunia, 2009)
Hasil penelitian Arum (2011) menyebutkan bahwa mikroorganisme lokal bonggol pisang mengandung unsur hara N, P dan K berturut-turut adalah 0,48, 0,05 dan 0,17 % dan mengandung mikrob pelarut fosfat (MPF) Aspergillus niger yang dapat meningkatkan ketersediaan P bagi tanaman, selain itu dapat meningkatkan kesehatan akar dan pertumbuhan tanaman melalui proteksinya terhadap penyakit serta mikroba selulotik Bacillus sp. yang dapat berperan dalam perombakan senyawa organik, mampu menghasilkan antibiotik dan sebagai agen pengendali hayati
Setianingsih dan amalia dalam Arum (2011) menyebutkan bahwa keunggulan penggunaan larutan MOL yang paling utama adalah murah. Bahanbahan yang ada disekitar kita seperti buah-buahan busuk, rebung, daun gamal, keong, urin sapi, urin kelinci serta sisa makanan dapat digunakan sebagai bahan pembuat MOL. Bahan-bahan tersebut dimasukkan ke dalam drum yang kemudian dicampur dengan larutan yang mengandung glukosa seperti air nira, air kelapa atau air gula. Kemudian drum ditutup dan difermentasi sampai beberapa hari. Setelah itu MOL dapat dipakai untuk menyemprot tanaman dengan terlebih
Universitas Sumatera Utara

dahulu diencerkan dengan perbandingan 400 cc cairan MOL diencerkan dengan 14 l air dengan dosis 4,8 l/ha
Hasil penelitian Ekamaida (2008) menyebutkan bahwa pemberian kompos MOL berpengaruh sangat nyata pada taraf 1% meningkatkan ketersediaan unsur hara tanah yaitu kadar karbon, N total tanah, P-tersedia tanah, kalium, natrium, kalsium, magnesium tukar, total kation tukar dan kapasitas tukar kation tanah. Pemberian pupuk kompos MOL berpengaruh nyata pada taraf 5 % terhadap peningkatan pH tanah, C/N tanah dan kejenuhan basa .
Purwasasmita dan Kunia dalam Arum (2011) menyebutkan bahwa berbagai contoh MOL yang dibuat dan diaplikasikan para petani adalah MOL buah-buah untuk membantu bulir padi agar lebih berisi, MOL daun gamal untuk penyubur daun tanaman dan disemprotkan pada padi umur 30 hst, MOL bonggol pisang untuk dekomposer saat pembuatan kompos dan disemprotkan pada padi umur10, 20, 30 dan 40 hst. MOL sayuran untuk merangsang tumbuhnya malai dan disemprotkan pada umur padi 60 hari, MOL rebung untuk merangsang pertumbuhan tanaman dan disemprotkan pada padi umur 15 hari.
Santi et al (2007) melaporkan, bahwa pemberian mikroorganisme lokal pada tanaman jagung di Pelaihari, Kalimantan Selatan dapat menghemat penggunaan pupuk kimia konvensional sebesar 25 - 75 % tanpa menimbulkan pengaruh nyata pada hasil tanaman.
Setianingsih (2009) menyebutkan jenis-jenis larutan MOL yang dapat dibuat dan kegunaannya tergantung pada jenis bahan yang digunakan, seperti sisasisa sayuran, buah-buahan, kian laut, bonggol pisang, tulang/daging hewan, dan lain-lain. Untuk larutan MOL bonggol pisang, memiliki peranan dalam masa

Universitas Sumatera Utara

pertumbuhan vegetatif tanaman, seperti proses pylocron, toleran terhadap penyakit yang disebakan oleh Rhyzoctonia oryzae dan Cercospora oryzae. Disamping itu, kadar asam fenolatnya yang tinggi membantu pengikatan ion-ion Al, Fe dan Ca sehingga membantu ketersediaan P tanah yang berguna pada proses pembungaan dan pembentukan buah. Larutan MOL rebung berguna untuk membantu perkecambahan dan kekokohan batang tanaman padi.
Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat + 25 meter di atas permukaan laut mulai bulan Juli 2013 sampai September 2013. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kakao lindak, larutan mikroorganisme lokal yang berasal dari fermentasi (bonggol pisang, gula merah dan air cucian beras) , pupuk kandang kotoran ayam, subsoil ultisol, air, fungisida Antracol 70 WP, insektisida lannate 25 WP, dan bahan-bahan lain yang mendukung penelitian ini.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor, meteran, timbangan, oven, handsprayer, tali plastik, bambu, pacak sampel, ember, pisau, plang nama, kalkulator, amplop cokelat dan alat-alat lain yang mendukung penelitian ini. Metode Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan , yaitu: Faktor I : Pupuk Kandang Ayam (K) dengan 3 taraf perlakuan yaitu :
K0 = 0 g/polibag K1 = 150 g/polibag K2 = 300 g/polibag
Universitas Sumatera Utara

Faktor II : Larutan Mikroorganisme Lokal dengan 4 taraf perlakuan yaitu :

M0 = 0 cc/l air

M1 = 15 cc/l air

M2 = 30 cc/l air

M3 = 45 cc/l air

Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 12 kombinasi yaitu :

K0M0

K1M0

K2M0

K0M1

K1M1`

K2M1

K0M2

K1M2

K2M2

K0M3

K1M3

K2M3

Jumlah ulangan

= 3 ulangan

Jumlah plot / blog

= 12 plot

Jumlah plot seluruhnya

= 36 plot

Ukuran plot

= 80cm x 80cm

Jarak antar plot

= 30 cm

Jarak antar blok (ulangan)

= 50 cm

Jumlah tanaman/plot

= 4 tanaman

Jumlah seluruh tanaman

= 144 tanaman

Jumlah sampel/plot

= 4 tanaman

Jumlah seluruh tanaman sampel = 144 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam dengan model linier

sebagai berikut :

Yijk = μ + ρi +αj + βk + (αβ ) jk + Ԑijk

i = 1,2,3 j = 1,2,3 k = 1,2,3,4

Universitas Sumatera Utara

Dimana : Yijk = hasil pengamatan blok ke i dengan perlakuan pupuk kandang ayam pada
taraf ke-j dan larutan mikroorganisme lokal pada taraf ke-k μ = nilai tengah perlakuan ρi = pengaruh blok ke-i αj = pengaruh perlakuan pupuk kandang ayam ke-j βk = pengaruh perlakuan larutan mikroorganisme lokal ke-k (αβ)jk = pengaruh interaksi antara pupuk kandang ayam pada taraf ke-j dan
larutan mikroorganisme lokal pada taraf ke-k Ԑijk = pengaruh galat percobaan blok ke-i yang mendapat perlakuan pupuk
kandang ayam ke-j dan pupuk organik cair pada taraf ke-k Data penelitian pada perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan analisis lanjutan uji beda rata-rata Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf uji 5%.
Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan
Diukur areal lahan yang akan digunakan, dibersihkan dari gulma yang tumbuh pada lahan. Dibuat plot percobaan dengan ukuran 80 cm x 80 cm. Dibuat parit drainase dengan jarak antar plot 30 cm dan jarak antar ulangan 50 cm. Persiapan Naungan
Dibuat naungan dari bambu sebagai tiang dan daun nipah sebagai atap memanjang utara-selatan dengan ukuran panjang 14 m, lebar 5 m, tinggi 1,5 m di sebelah timur dan 1,2 m di sebelah barat. Persiapan Media Tanam dan Aplikasi Pupuk Kandang Ayam
Media tanam yang digunakan adalah tanah subsoil ultisol Simalingkar. Ukuran polibag yang digunakan adalah 20 x 30 cm. Sebelum media dimasukkan ke dalam polibag terlebih dahulu dibersihkan dari sampah dan kotoran lainnya, kemudian dicampur tanah subsoil ultisol yang telah dikeringanginkan dengan pupuk kandang ayam sesuai dengan perlakuan yang telah ditetapkan. Diaplikasikan larutan mikroorganisme lokal pada media tanam sesuai dengan masing-masing perlakuan. Persiapan media tanam dan aplikasi pupuk kandang ayam serta larutan mikroorganisme lokal dilakukan dua minggu sebelum tanam. Persiapan Larutan Mikroorganisme Lokal
Disiapkan bahan-bahan yaitu bonggol pisang, gula merah, air cucian beras dengan perbandingan berat masing-masing 5 kg: 1,5 kg: 10 L. Bonggol pisang dipotong-potong dengan ukuran + 0,5-1 cm. Air cucian beras dicampur dengan gula merah (gula jawa) yang telah diiris halus dimasukkan ke dalam ember diad