Peran Komite Sekolah Dalam MeningkatkanMutu Pendidikan Di MI Pembangunan UIN Jakarta.

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU
PENDIDIKAN DI MI PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Guna Memenuhi Salah Satu
Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:
Denti Ria Riyanti
1112018200028

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M

ABSTRAK
Denti Ria Riyanti. NIM: 1112018200028, Peran Komite Sekolah Dalam
MeningkatkanMutu Pendidikan Di MI Pembangunan UIN Jakarta. Skripsi
Program Strata Satu (S-1), Program Studi Manajemen Pendidikan, Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Jakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa aktif peran
komite sekolah turut serta berpartisipasi megelola sekolah dengan tujuan
meningkatkan mutu pendidikan di MI Pembangunan UIN Jakarta. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dan metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode analisis deskriftif,metode ini dilaksanakan sebagai upaya untuk
mencari informasi sedalam-dalamnya mengenai peran komite sekolah
melaluistudi dokumen, wawancara dan observasi langsung.
Sejak diberlakukannya otonomi daerah, terjadi desentralisasi pendidikan,
yaitu adanya pelimpahan sebagai kewenangan pemerintah pusat ke daerah,
termasuk kewenangan dalam pengelolaan pendidikan. mendorong munculnya
kebijakan yang menekankan bahwa tanggung jawab pengelolaan pendidikan
bukan hanya oleh pemerintah tapi juga oleh sekolah dan masyarakat dalam rangka
mendekatkan pengambilan keputusan ke tingkat yang paling dekat dengan peserta
didik diwujudkan dengan adanya komite sekolah yang memiliki peran dalam
memberikan saran, mensupport kegiatan sekolah, sebagai pengawas, sebagai
mediator.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa komite sekolah di MI
Pembangunan UIN Jakarta telah melaksanakan tugas sebagaimana fungsinya
dengan cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari program komite sekolah yang sudah
terealisasikan dan telah berjalan dengan baik hingga saat ini, seperti Parent

Teaching Daytujuannya untuk melatih orang tua mengajar di kelas dan
memotivasi siswa agar memiliki cita-cita, pemeriksaan kantin bersih dan makanan
sehat tujuannya untuk menjaga kesehatan siswa, pengajian orang tua siswa untuk
menjaga silaturahmi dengan orang tua, kegiatan wakaf untuk melatih siswa
belajar memberi dan beramal, pemberian penyuluhan dan motivasi berupa reward
kepada pegawai kebersihan tujuannya untuk menciptakan sekolah yang bersih
agar kegiatan belajar mengajar dan kegiatan-kegiatan lainnya terasa nyaman,
mengadakan seminar motivasi untuk siswa tujuannya agar siswa terbebas dari
ancaman narkoba, dan kekerasan.

Kata Kunci:Otonomi, Komite Sekolah, Mutu Pendidikan.

i

ABSTRACT
Denti Ria Riyanti. NIM: 1112018200028, The Role of School
Committee in Improving the EducationalQuality in MI Pembangunan UIN
Jakarta,‘Skripsi’Department ofEducational Management, Faculty of Tarbiya and
Teachers’ Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta, 2016.
The purpose of this study was to know the role of school committee

actively participated in organizing schools with the goal improving the
educationalquality in MI Pembangunan UIN Jakarta. This study used qualitative
and methods used in this research is descriptive analysis method. This method
was implemented as an attempt to find the information profusely about the role of
school committee through the study of documents, interviews and direct
observation.
Since the regional autonomy, decentralization of education, namely the
delegation as central to local government authority, including authority in the
management of education. encourage the emergence of policies that emphasize
that the responsibility for the management of education not only by government
but also by the school and the community in order to bring decision-making to the
level closest to the learners realized by the school committees that have a role in
providing advice, support school activities, as supervisor, as a mediator.
These results indicate that the school committee in MI PembangunanUIN
Jakarta has undertaken the task as its function quite well. It can be seen from the
program ofschools committee that have been done and have been going well so
far, such as Parent Teaching Day, inspection canteen clean and healthy, recitals
parents, committee meetings, social events to boarding schools, provision of
counseling and motivating in form of reward to employee of cleaning serviceto
make a clean school so that teaching and learning activities and other activities

feels comfortable and conducting motivational seminars for students to encourage
them free from the threat of drugs and violence.

Keywords: Autonomy, School Committee, Quality Of Education

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmananirrahim
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT. Penulis persembahkan sebagai
ungkapan rasa syukur atas segala limpahan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya.
Berkat doa dan dukungan orang tua dan keluarga besar dan arahan dosen
pembimbing yang tidak pernah lelah membimbing penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini sehingga, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang sederhana ini
dengan baik sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Skripsi ini
berjudul “Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Sekolah di MI
Pembangunan UIN Jakarta”.
Shalawat beserta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi
Besar Muahmmad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan ke

zaman terang benderang seperti sekarang ini. Dengan risalah yang dibawanya
yaitu Agama Islam yang akan menyelamatkan dan mengantarkan pemeluknya
menuju kebahagiaan yang ada di dunia dan akhirat.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan ini masih banyak
kekurangan dan kelemahan. Tanpa bantuan serta dorongan dari berbagai pihak
yang secara moril maupun materil, dimungkinkan skripsi ini tidak akan selesai.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan pemnghargaan yang
setinggi-tingginya dan menghaturkan ucapan terimakasih kepada:
1.

Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.

Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Manajemen
Pendidikan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.

3.


Drs. Mu’arif SAM, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
membimbing penulis terkait kegiatan akademik selama perkuliahan.

4.

Prof. Dr. Husni Rahim, selaku dosen pembimbing I yang telah bersedia
membimbing dan mengarahkan penulis dari awal hingga skripsi ini
selesai.

iii

5.

Dr. Zahrudin, selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia
memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6.

Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

khususnya Dosen dan Staf Jurusan Manajemen Pendidikan yang telah
memberikan

banyak

ilmu

pengetahuan

dan

bimbingan

serta

pengalaman kepada penulis selama menikuti perkuliahan. Semoga amal
baik mereka mendapatkan ridho Allah SWT.
7.

Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, Perpustakaan Kementrian pendidikan dan kebudayaan. Yang
telah membantu penulis dalam mengumpulkan bahan-bahan referensi
dalam menyelesaikan skripsi.

8.

Drs. H. Sugiono, selaku Kepala Sekolah MI Pembangunan UIN Jakarta,
yang telah banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data dan
mengizinkan penulis melakukan penelitian di sekolah tersebut sehingga
penulis merasa sangat terbantu dalam menyelesaikan skripsi ini dengan
baik.

9.

Drg. Silvia Wahyuni, selaku Ketua Umum Komite Sekolah MI
Pembangunan UIN Jakarta, beserta seluruh jajarannya, yang telah
banyak membantu penulis dengan sepenuh hati dan ikhlas sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan.


10. Bapak dan Mamah terhebat, Rusmini dan Alm. Dani, yang telah
mendidik, membimbing dan membesarkan penulis dengan penuh kasih
sayang terbaik untuk belajar memaknai kehidupan, memberikan
bantuan moril dan materil yang luar biasa yang tidak akan pernah bisa
terbalas dan terbayar dengan apapun.
11. Kakak dan adik penulis, Rukman Mardiana, dan Sherly Diniyati yang
telah memberikan keceriaan, canda, tangis, dan tawa yang selalu
menumbuhkan harapan dan cita-cita penulis sehingga dukungan moril
itu mamppu menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

iv

12. Mamang Ucon atas dukungan materil dan saran yang di berikan kepada
penulis, terutama dalam penyusunan skripsi.
13. Keluarga besar dari Bapak maupun Ibu, kakek dan nenekku, Alm.
Muhammad bin Surya, Alm. Siti Aminah, Enjun, Murni, atas dukungan
moril dan saran yang di berikan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
14. Sahabat-sahabatku seperjuangan terutama Nurul Ro’fah, Syipa Pauziah,
Adelia Khaerunnisa, Rizka Zayyana, Santi Eka Wati, Widda Durriah,

Windi Melsyarah, Mantik Sari Zahiah, Rikkah, Rittah Riani Romdin,
Ika Oktavianti, Fitri Supriatin (Fizma), Nurfitriyani, Septi Nurhikmah,
Syarifatul Hilwa, Zurqotunnajah (Mami), Nuning Yulistika, Juliana
Sapitri, Agustian Mulyandari, Mila Astuti, Khalillurohman, Abdul
Basit, Achmad Suhandi, Aziz Abdillah, Hamdan Syamsudin, Harsya
Bachtiar, Ali Ridho, Ibrahim Aris Sumantri, Irvansyah Fazar, Ahmad
Solahuddin, Abdul Azis, Agung WS, Agung Prasetio, Akbar, Farras
Muhammad, Bunglon FC, Power Ranger, Hayaters. Terima kasih atas
semua pengalaman yang berharga yang takkan pernah terlupakan canda
dan tawa kalian mampu memberikan energi positif yang di berikan
kepada penulis dan telah memberikan kritik dan saran yang
membengun penulis menyelesaikan skripsi ini. Semoga kita dapat di
pertemukan kembali.
15. Teman-teman seperjuangan jurusan Manajemen Pendidikan kelas A
dan B yang telah memberikan banyak semangan dan motivasi kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
16. Serta kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya
terima kasih atas bantuannya, semoga Allah SWT membalasnya dengan
balasan


yang

setimpal.

Dengan

menengadahkan

tangan

dan

mengucapkan syukur Allhamdulillah, karena hanya kepada Allah SWT
jualah penulis mohonkan semoga amal baik yang telah di berikan
menjadi amal sholeh dan diterima disisi-Nya. Akhirnya tiada kata lain

v

yang lebih berarti selain sebuah harapan semoga penelitian ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya bagi pebaca pada umumnya. Amin.

Jakarta, 03 Oktober 2016
Penulis

Denti Ria Riyanti

vi

DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................. 5
C. Pembatasan Masalah ................................................................. 5
D. Perumusan Masalah .................................................................. 6
E. Tujuan Penelitian ...................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian .................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Mutu Pendidikan ....................................................................... 7
1.

Pengertian Mutu Pendidikan.............................................. 7

2.

Standar Mutu Pendidikan .................................................. 12

3.

Kebijakan Penjaminan Mutu Pendidikan .......................... 13

4.

Membangun Mutu Pendidikan .......................................... 14

5.

Upaya Menjaga Mutu Pendidikan Di Sekolah .................. 16

B. Komite sekolah ......................................................................... 17
1.

Pengertian Komite Sekolah ............................................... 17

2.

Landasan Pembentukan Komite Sekolah .......................... 20

3.

Nama, Kedudukan, Sifat dan Tujuan Komite Sekolah ...... 23

4.

Peran Dan Fungsi Komite Sekolah .................................... 25

5.

Organisasi .......................................................................... 28

6.

Hubungan Komite Sekolah Dengan Mutu ......................... 29

7.

Partisipasi Orang Tua dan Masyarakat Di Sekolah ........... 30

8.

Menggalang Partisipasi Orang Tua ................................... 34

9.

Tujuan Partisipasi Orang Tua Di Sekolah ......................... 35

vii

C. Penelitian Yang Relevan ........................................................... 37
D. KerangkaBerfikir ...................................................................... 45
E. Keterbatasan Penelitian............................................................. 47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 49
B. Metode penelitian .................................................................... 50
C. Teknik Pengumpulan Data........................................................ 51
D. Teknik Analisi Data .................................................................. 53
E. Instrumen Penelitian ................................................................. 53
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran lokasi penelitian ...................................................... 57
1. Profil MI Pembangunan ..................................................... 57
2. Sarana Prasarana ................................................................ 59
3. Sejarah Madrasah Pembangunan UIN Jakarta................... 61
4. Struktur Organisasi ............................................................ 64
5. Visi dan Misi...................................................................... 65
6. Tujuan ................................................................................ 66
7. Kurikulum .......................................................................... 67
8. Guru ................................................................................... 70
9. Siswa .................................................................................. 75
10. Kegiatan Ekstrakurikuler ................................................... 80
11. Panca Prestasi Siswa .......................................................... 84
B. Deskripsi Hasil Penelitian Komite Sekolah .............................. 88
1. Profil Komite Sekolah ....................................................... 88
2. Visi Misi Komite Sekolah ................................................. 89
3. Tujuan Pembentukan Komite Sekolah .............................. 90
4. Keanggotaan Komite Sekolah ........................................... 90
5. Organisasi Komite Sekolah ............................................... 92
6. Pembiayaan Komite Sekolah ............................................. 96
7. Peran Komite Sekolah ....................................................... 97
a. Memberikan Saran (advisory agency) ........................ 99

viii

b. Mensupport (supporting agency) ................................ 103
c. Sebagai Mediator ........................................................ 109
d. Pengawas (controlling) ............................................... 110
8. AnalisisPenelitian .............................................................. 110
BAB V PENUTUP
C. Kesimpulan.................................................................................. 115
D. Saran ............................................................................................ 116
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1

Perbedaan Penelitian

37

Tabel 2.2

Perbedaan Penelitian

40

Tabel 2.3

Perbedaan Penelitian

41

Tabel 2.4

Perbedaan Penelitian

42

Tabel 2.5

Perbedaan Penelitian

43

Tabel 2.6

Perbedaan Penelitian

44

Tabel 3.1

Jadwal Kegiatan

49

Tabel 3.2

Daftar Ceklis Dokumen

54

Tabel 3.3

Kisi-kisi Pedoman Wawancara

55

Tabel 3.4

Pedoman Observasi

56

Tabel 4.1

Data Fisik Bangunan Madrasah Ibtidaiyah UIN Jakarta

58

Tabel 4.2

Fasilitas Kantor

59

Tabel 4.3

Fasilitas Lainnya

60

Tabel 4.4

Data Siswa Kelas I

74

Tabel 4.5

Data Siswa Kelas II

75

Tabel 4.6

Data Siswa Kelas III

76

Tabel 4.7

Data Siswa Kelas IV

77

Tabel 4.8

Data Siswa Kelas V

78

Tabel 4.9

Data Siswa Kelas VI

79

Tabel 4.10

Jumlah Siswa Kelas I-VI

79

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1

Mutu Pendidikan

47

Gambar 4.1

Struktur Organisasi MI Pembangunan

65

Gambar 4.2

Struktur Organisasi Komite Sekolah

95

xi

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini lembaga pendidikan sedang bersaing untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan dengan cara memberikan pelayanan terbaik agar
menghasilkan keluaran yang berkualitas. Untuk mencapai pendidikan
bermutu harus ada kerja sama antara pemerintah, orang tua siswa, dan
masyarakat karena pendidikan adalah tanggung jawab bersama. Semua
orang sepakat untuk meningkatkan mutu pendidikan demi tercapainya
tujuan bersama. Untuk mencapai tujuan tersebut harus adanya perencanaan
yang menjadi peranan penting dalam menentukan tingkat efektivitas
pelaksanaan program. Masalah mutu pendidikan merupakan salah satu
masalah nasional yang dihadapi dan mendapat perhatian sungguh-sungguh
dalam sistem pendidikan nasional di Indonesia. Mengingat mutu
pendidikan merupakan sumber dari kemajuan dan kesejahteraan bangsa.
Pendidikan menjadi corak dan mutu kehidupan setiap orang di
dunia. Tidak mengherankan bila semua orang dari berbagai pihak
berpendapat bahwa pendidikan adalah wilayah strategis bagi kehidupan
manusia. Sehingga program pendidikan di rancang dan di atur dengan
begitu sempurna agar mendapatkan hasil yang diinginkan.
Memasuki abad ke-21, isu tentang perbaikan sektor pendidikan di
Indonesia mencuat ke permukaan, tidak hanya dalam jalur pendidikan
umum, tetapi semua jalur dan jenjang pendidikan. Bersamaan dengan itu,
di awal abad ke-21 ini, prestasi pendidikan di Indoseia tertinggal jauh di
bawah negara-negara Asia lainnya, seperti Singapura, Jepang, dan
Malaysia. Bahkan jika dilihat dari indeks sumber daya manusia, yang
salah satu indikatornya adalah sektor pendidikan.1 Posisi Indonesia belum

1

Dede Rosyada, paradigma pendidikan demokratis, (Jakarta, Kencana Prenada Media
Grup, 2004), h 1.

1

2

memperlihatkan peningkatan yang signifikan bahkan masih fluktuatif,
terkadang naik dan terkadang turun kembali.
Reformasi pendidikan di Indonesia menjadi lebih kongkrit setelah
periode reformasi yang dimulai pada tahun 1998. Reformasi pendidikan
pada periode ini telah membawa dampak yang cukup besar, ada dua
kebijakan yang telah di kembangkan pada periode ini yaitu otomasisasi
dan demokratisasi.
Otonomi

Sekolah

merupakan

kewenangan

yang

diberikan

pemerintah kepada sekolah untuk mengatur dan mengurus kepentingan
sekolah berdasarkan aspirasi masyarakat sekolah dan stakeholder lainnya
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Salah satu model desentralisasi yang diterapkan dalam manajemen
persekolahan adalah School based management atau Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS). School based management diharapkan menumbuhkan
kreativitas

dan

pemberdayaan

kemampuan

semua

sumber

demi

tercapainya kemandirian. Pada MBS terkandung nilai pokok bagi
tumbuhnya keunggulan sekolah. Bahwa MBS merupakan suatu model
desentralisasi dikemukakan Deemer dan Davis (1996) yakni: School Based
Management sebagai suatu model desentralisasi dan kolaburasi dalam
pengambilan keputusan pendidikan yang dutujukan untuk pencapaian
tujuan pendidikan.2
Manajemen berbasis sekolah hadir dengan membawa warna baru
dalam dunia pendidikan sebagai upaya dalam meningkatkan mutu
pendidikan.

Berwujud otonomi pemerintah memberikan kewenangan

kepada sekolah untuk mengelola manajemen sekolahnya sendiri untuk
dapat meningkatkan mutu pendidikan. Program MBS sendiri menjadikan
para siswa lebih ekspresif, lebih berani lebih interaktif, dan lebih pintar.
Program MBS membawa banyak perubahan terhadap sekolah.
Dunia pendidikan Indonesia di era globalisasi saat ini bertahap
mengalami perubahan. Perubahan itu tidak lepas dari kebijakan yang
2

Engkoswara, dkk, “Administrasi Pendidikan”, (Bandung, Alfabeta, 2010), h. 293.

3

diterapkan oleh pemerintah dalam proses peningkatan kualitas dan
menyongsong millennium development goals. Tentu disamping itu juga
mengalami keterbatasan yang menuntut usaha bersama dalam proses
menuju kemajuan dan keunggulan.3
Pelibatan aktif stakeholder dalam pengambilan keputusan dan
perencanaan organisasi meningkatkan kemungkinan tindakan yang
berhasil.4
Pelibatan masyarakat dan orang tua dalam maningkatkan mutu
sekolah sebagai salah satu implikasi dimulai dengan dibentuknya suatu
wadah yang dapat menampung aspirasi, dukungan, dan pendapat dari
masyarakat maupun orang tua. Hubungan antara sekolah dengan
masyarakat dan orang tua harus terjalin secara kekeluargaan agar terjadi
kerja sama untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan kualitas
sekolah, pelibatan ini diwujudkan dalam bentuk komite sekolah.
Di dalam Islam orang tua memegang peranan penting terhadap
pendidikan anak. Anak adalah amanah yang dititipkan Allah kepada orang
tua, dan juga ujian yang diberikan Allah kepada para orang tua.
Sebagaimana yang tertulis didalam surat al-anfal ayat 28 :5


Artinya: Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu
hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang
besar.
Petunjuk yang dapat membedakan antara yang haq dan yang batil,
dapat juga diartikan disini sebagai pertolongan.
Maka dari itu penulis meneliti apakah orang tua sangat berperan
aktif
3

dalam

membantu

sekolah

untuk

mencerdaskan

anak

dan

Syahraini Tambak, Membangun Bangsa Melalui Pendidikan, (Yogyakarta, Graha Ilmu,
2013), h. 22.
4
N. McGinn-T Welsh, Desentralisasi Pendidikan, (Jakarta, PT Logos Wacana Ilmu,
2003), h 87.
5
Surat al-anfal ayat 28

4

meningkatkan mutu pendidikan, karena sekolah dikatakan bermutu dilihat
dari input, proses dan output. Lulusan yang bermutu berasal dari sekolah
yang bermutu. Orang tua dan sekolah berperan penting dalam memberikan
dukungan serta fasilitas terhadap bakat minat anak. Orang tua siswa harus
menyediakan waktu sebanyak mungkin untuk berkunjung ke sekolah dan
ke kelas guna mengontrol pendidikan anaknya.6
Penulis memilih MI Pembangunan sebagai objek penelitian.MI
Pembangunan adalah salah satu sekolah yang memiliki Komite Sekolah
yang berperan aktif mendukung sekolah dalam mensukseskan program
sekolah dan memberikan dukungan dan saran serta ikut mengawasi dalam
semua kegiatan sekolah, dukungan tersebut berupa pikiran, tenaga, dan
materi. Dan setiap kegiatan yang ada di sekolah itu di ketahui oleh komite
sekolah. Komite Sekolah menjembatani komunikasi antara orang tua dan
kepala sekolah, serta membantu orang tua dalam menyampaikan keluhankeluhan kepada kepala sekolah. Namun kehadiran anggota komite dalam
rapat hanya 75% dari 1.379 orang tua siswa sedangkan kehadiran
pengurus komite 80% dari 45 orang. Semua anggota komite sekolah
adalah orang tua siswa Madrasah Pembangunan terdiri dari orang tua MI,
MTs, dan MA. Meskipun sudah ada program khusus untuk orang tua
namun kehadiran dalam rapat masih belum mencapai 100% karena adanya
kesibukan pribadi dari masing-masing anggota maupun pengurus. Komite
sekolah di MI Pembangunan belum melakukan pendekatan yang lebih
intens lagi kepada orang tua siswa yang belum bisa hadir dalam rapat atau
dalam kegiatan-kegiatan sekolah dengan mendatangai orang tua siswa ke
rumahnya selain untuk menjalin kedekatan komite sekolah juga bisa
membicarakan perkembangan ananknya di sekolah agar lebih jelasnya
sebaiknya guru pun ikut dengan komite sekolah untuk mendatangi orang
tua siswa.
Namun itu semua tidak menjadi kendala komite sekolah karena
ikatan kekeluargaan antara pengurus komite sekolah dengan orang tua
6

Nurkholis, Manajemen Berbasis Sekolah, (PT Grasindo, Jakarta 2003), h. 125.

5

siswa terjalin dengan baik. Program komite sekolah dalam rangka
meningkatkan komunikasi dengan orang tua melalui sosial media cukup
efektif namun orang tua lebih merasa puas dengan datang langsung ke
ruang komite untuk bertanya ataupun mengadukan keluhannya. Ada faktor
yang menghambat komite sekolah yaitu guru dan orang tua, tidak semua
guru di MI Pembangunan UIN Jakarta yang bisa di ajajak untuk bekerja
sama, dan tidak semua orang tua bisa hadir ketika rapat dan kegiatan
sekolah lainnya dengan alasan urusan pribadi.
Oleh karena itu penelitian ini dilakukan di MI Pembangunan UIN
Jakarta. Penulis ingin melihat seberapa besar peran Komite Sekolah
didalam mengembangkan mutu pendidikan. Maka dari itu, penulis tertarik
mengkaji dan meneliti lebih dalam permasalahan tersebut dalam bentuk
skripsi yang berjudul “Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan Di Mi Pembangunan Uin Jakarta”.

B. Identifikasi Masalah
Dari uraian mengenai latar belakang masalah yang telah disebutkan
di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Terdapatnya hambatan komunikasi antara komite sekolah dengan
guru
2. Kurangnya efektifnya bentuk komunikasi Komite Sekolah dengan
orang tua siswa melalui media sosial
3. Terdapatnya hambatan peran komite sekolah dalam meningkatkan
mutu pendidikan di MI Pembangunan UIN Jakarta.
4. Kehadiran anggota komite dalam rapat masih kurang maksimal

C. Pembatasan Masalah
Banyak faktor baik internal maupun eksternal yang dapat
mempengaruhi kinerja Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan. Dan agar lebih terarah maka penulis akan membatasi masalah
pada Komite Sekolah :

6

1. Bentuk-bentuk komunikasi Komite Sekolah dengan kepala sekolah,
orang tua siswa, dan guru di MI Pembangunan
2. Peran Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di MI
Pembangunan UIN Jakarta.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah

di atas,

penulis dapat merumuskan bahwa masalah yang sangat penting dan pokok
yang akan diteliti adalah “Bagaimana Peran Komite Sekolah dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan Di MI Pembangunan UIN Jakarta”.

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan apa yang telah dirumuskan pada perumusan masalah,
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar Peran Komite
Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat

berguna bagi semua pihak,

diantaranya :
1. Bagi peneliti, hasil penelitian yang diperoleh dapat memberikan
pengalaman langsung kepada peneliti dalam mengembangkan
unsur-unsur

dalam

manajemen

sebagai

strategi

dalam

meningkatkan mutu pendidikan. Dapat memberikan gambaran
terhadap pelaksanaan Komite Sekolah dan peningkatan mutu
pendidikan di MI Pembangunan.
2. Bagi sekolah, sekolah dapat mengetahui peran komite sekolah dan
masalah yang dihadapi dalam meningkatkan mutu pendidikan
3. Bagi komite Sekolah, Komite Sekolah dapat mengetahui potensi
dan masalah yang ada dalam meningkatkan mutu sekolah.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Mutu Pendidikan
1. Pengertian Mutu Pendidikan
Mutu merupakan topik penting dalam diskusi tentang
pendidikan sekarang ini. Mutu menciptakan lingkungan bagi pendidik,
orang tua, pejabat pemerintah, wakil-wakil masyarakat, dan pemuka
bisnis untuk bekerja sama guna memberikan kepada para siswa
sumber-sumber daya yang dibutuhkan untuk memenuhi tantangan
masyarakat, bisnis dan akademik sekarang dan masa depan.1
Mutu adalah sebuah proses terstruktur untuk memperbaiki
keluaran yang dihasilkan. Mutu bukanlah benda magis atau sesuatu
yang rumit. Mutu didasarkan pada akal sehat. Fokus mutu didasari
upaya positif yang dilakukan individu.2
Menurut jarome S. Arcaro Mutu adalah sebuah proses
terstruktur untuk memperbaiki keluaran yang dihasilkan. Mutu
pendidikan yang dimaksud disini adalah kemampuan lembaga
pendidikan dalam mendayagunakan sumber-sumber pendidikan untuk
meningkatkan kemampuan belajar seoptimal mungkin.3
Mutu adalah kemampuan (ability) yang dimiliki oleh suatu
produk atau jasa (services) yang dapat memenuhi kebutuhan atau
harapan, kepuasan (statisfaction) pelanggan (customers) yang dalam
pendidikan dikelompokan menjadi dua, yaitu siswa atau mahasiswa
sebagai pembelajar (leaners) dan eksternal customer yaitu masyarakat
dan dunia industri. Mutu tidak berdiri sendiri artinya banyak faktor
1

Jarome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu : Prinsip-Psrinsip Perumusan Dan Tata
Langkah Penerapan, (Yogyakarta, Pustaka Belajar, 2007), h. 75.
2
Ibid, h. 77.
3
Aminatul Zahroh, M.Pd.I, Total Quality Managemen, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2014), h. 28.

7

8

untuk mencapainya dan untuk memelihara mutu. Dalam kaitannya ini
peran dan fungsi sistem menjamin mutu (Quality Assurance System)
sangat dibutuhkan.4
Dalam Dictionary of Education, pendidikan merupakan: (a)
proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan
bentuk-bentuk tingkah laku lainnya dalam masyarakat dimana dia
hidup, (b) proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh
lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari
sekolah), sehingga mereka dapat memperoleh dan mengalami
perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individual yang
optimum.5
Mutu pendidikan merupakan kesesuaian antara kebutuhan
pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) dengan layanan yang
diberikan oleh pengelola pendidikan. kerangka filosofi pendidikan
dalam pengembangan sekolah bermutu adalah kesesuaian input, proses,
dan hasil sekolah dengan kebutuhan para pemangku kepentingan.
Kerangka filosofi ini harus menjadi kerangka berpikir seluruh
komponen penyelenggaraan pendidikan di dalam satuan pendidikan.
Pihak-pihak

yang

berkepentingan

(stakeholders)

dengan

pendidikan terdiri dari pihak internal dan eksternal. Stakeholder
pendidikan internal meliputi: peserta didik, guru, kepala sekolah, dan
tenaga kependidikan lainnya. Sedangkan stakeholder pendidikan
eksternal meliputi: calon peserta didik, orang tua, pemerintah (pusat
daerah), masyarakat umum, dan masyarakat khusus (seperti dunia usaha
dan dunia inustri).
Pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder) antara lain
meliputi pihak-pihak internal dan pihak-pihak eksternal :6
4

Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2012), h. 2.
5
Udin Syaefudin Sa’ud, Abin Syamsuddin Makmun, perencanaan pendidikan, (Bandung,
PT. Remaja Rosdakarya, 2014), h. 6.
6
Muhaimin, Manajemen Pendidikan : Aplikasinya Dalam Penyusunan Rencana
Pengembangan Sekolah/Madrasah, (Jakarta, Kencana, 2009), h. 16.

9

1. Pihak internal
1) Orang tua siswa
2) Siswa
3) Guru
4) Pegawai sekolah/madrasah
5) Komite sekolah/madrasah
6) Kepala sekolah/madrasah
7) Kepala desa/kelurahan, pemuka agama, dan tokoh masyarakat
lainnya
8) Unsur masyarakat lainnya (kalo ada), termasuk di dalamnya
kelompok petani atau nelayan, atau golongan etnis minoritas
atau pengusaha, dan lain-lain, sesuai dengan keadaan setempat
2. Pihak eksternal
1) Standar akreditasi Ban S/M
2) Standar kriteria sekolah/madrasah mandiri/standar internasional
(RM/S BI atau M/S BI)
3) Standar kriteria sekolah/madrasah nasional (S/MSN)
4) Standar kriteria sekolah/madrasah dan PT favorit pada tingkat
lanjutan
Dari pendapat pihak-pihak yang berkepentingan tersebut,
selanjutnya sekolah/madrasah dapat melakukan penggalian dan
pengolahan informasi secara akurat dan representatif untuk memperoleh
informasi yang akurat dan representatif tentang pandangan dan harapan
stakeholders perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut : (1) apa
metode yang digunakan untuk menggali pandangan dan harapan
mereka; (2) berapa jumlah mereka yang dimintai pendapatnya; (3)
kapan hal itu dilakukan; (4) apa pandangan mereka terhadap
sekolah/madrasah dalam keadaannya saat ini; dan (5) apa harapan atau
saran-saran mereka tentang pengembangan sekolah/madrasah di masa
mendatang.

10

Proses pendidikan yang bermutu adalah proses pendidikan yang
memiliki kesesuaian dengan kebutuhan stakeholder internal dan
eksternal. Secara umum, orientasi manajemen mutu sekolah adalah
peningkatan mutu layanan pendidikan, memperbaiki produktivitas dan
efisiensi

pendidikan

melalui

perbaikan

kinerja

sekolah,

serta

peningkatan mutu kinerja dalam upaya menghasilkan lulusan
pendidikan yang memuaskan atau memenuhi kebutuhan stakeholders.7
Pendidikan bermutu adalah pendidikan yang mampu melakukan
proses pematangan kualitas peserta didik yang dikembangkan dengan
cara membebaskan peserta didik dari ketidaktahuan, ketidakmampuan,
ketidakberdayaan, ketidakbenaran, ketidakjujuran, dan dari buruknya
akhlak dan keimanan.8
Dalam hal ini sekolah di tuntut untuk bisa memberikan
kepuasan kepada pengguna jasa pendidikan dengan cara meningkatkan
kinerja personil sekolah (kepala sekolah, guru, dan karyawan). Sekolah
harus

lebih

kreatif

dalam

mengembangkan

program

sekolah,

menigkatkan kualitas belajar mengajar dan mengelola manajemen
dengan baik agar dapat menghasilkan lulusan yang bermutu.
Pendidikan adalah hal penting bagi kehidupan manusia, karena
manusia akan sulit berkembang dan terbelakang tanpa pendidikan dan
yang dibutuhkan adalah pendidikan yang bermutu. Kemajuan suatu
bangsa di tentukan oleh seberapa besar bangsa tersebut menganggap
penting

terhadap

pendidikan.

Sekolah

adalah

tempat

untuk

melaksanakan pendidikan didalam PP. No. 47 Tahun 2008 tentang
wajib belajar selama 9 tahun terdiri dari Sekolah Dasar (SD) atau
Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau
Madrasah Tsanawiyah (MTs). Kemajuan zaman di tentukan oleh
majunya pendidikan maka dari itu program wajib belajar untuk
menjawab kebutuhan dan tantangan zaman, sekolah sebagai sarana
7

Ridwan Abdullah Sani, Penjaminan Mutu Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), h. 6.
Dedy Mulyasana, Pendidikan Bermutu Dan Berdaya Saing, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 120.
8

11

pendidikan diharapkan dapat memberikan kualitas yang sangat baik dan
peran aktif dari semua pihak yang menginginkan pendidikan bermutu
(kepala sekolah, guru, staf pendidikan, pemerintah, masyarakat dan
orang tua).
Oleh karena itu sekolah sebagai pusat pendidikan harus bisa
melaksanakan fungsinya secara optimal dalam meningkatkan mutu
pendidikan, agar dapat meningkatkan martabat bangsa.
Sekolah bermutu ditandai dengan pengelola yang bermutu, yang
terdiri dari kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya yang
didukung orang tua melalui komite sekolah. Terciptanya pendidikan
bermutu karena adanya kerjasama dari (stakeholders) sekolah yang
bertanggungjawab atas kemajuan pendidikan. Pendidikan yang bermutu
adalah pendidikan yang mampu menghasilkan lulusan (output) yang
memiliki kemampuan atau kompetensi akademik maupun kompetensi
kejuruan, yang dilandasi oleh kompetensi personal dan sosial, yang
secara menyeluruh disebut sebagai kecakapan hidup (life skill).
Pendidikan kecakapan hidup adalah pendidikan yang bermutu, baik
quality in fact maupun quality in perception.9 Agar terciptanya output
yang sesuai dengan yang diharapkan maka harus lebih menekankan
terhadap proses pengolahan.
Input, merupakan langkah awal sekolah dalam seleksi masuk.
Proses,

merupakan

penggabungan

dari

langkah-langkah

yang

terorganisasi agar dapat menghasilkan output yang sesuai harapan
secara maksimal. Output, adalah hasil dari pengolahan product yang
telah di proses secara struktural dari yang biasa menjadi luar biasa.
Menurut standar ISO 8402 Quality Manajemen and Quality
Assurance Vocabulary (1994), mutu pendidikan adalah “keseluruhan
gambaran dan karakteristik suatu produk atau jasa yang berkaitan
dengan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang

9

Opcit, Aminatul Zahroh, h. 101.

12

dinyatakan

secara

langsung/tersirat”.

langsung/tersurat

maupun

secara

tidak

10

Dari beberapa devinisi di atas dapat disimpulkan bahwa mutu
pendidikan adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari output
pendidikan yang mampu menghasilkan produk/keluaran yang baik dan
layanan jasa pendidikan yang memenuhi keinginan dan kebutuhan
pelanggan atau pengguna jasa pendidikan. Mutu adalah pelayanan
terbaik dari pemberi jasa pendidikan kepada pengguna jasa pendidikan
melalui kinerja yang optimal yang dapat memberikan kepuasan kepada
pelanggan karena inti dari mutu adalah kepuasan. Pelanngan adalah
wasit terhadap mutu dan institusi sendiri tidak akan mampu bertahan
tanpa mereka.11

2. Standar Mutu Pendidikan
Standar mutu pendidikan yang disebut Standar Nasional
Pendidikan (SNP). Di dalam undang-undang No 20 tahun 2003, pasal
35 ayat 1 dinyatakan bahwa Standar Nasional Pendidikan terdiri atas
standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana
dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan
yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala.12
Pembangunan

pendidikan

nasional

meliputi

tiga

pilar

pembangunan pendidikan, yaitu (1) perluasan dan pemerataan akses
memperoleh pendidikan, (2) peningkatan mutu dan relevansi
pendidikan dan daya saing, dan (3) peningkatan efisiensi dan
efektivitas pengelolaan pendidikan. pada awalnya, pembangunan
pendidikan di negeri ini, menitikberatkan pada pembangunan

10

Ali Ramadhan, Manajemen Perkantoran, (Bandung, CV Pustaka Setia, 2014), h. 281.
Edward Sallis, Manajemen Mutu Terpadu, (Jogjakarta, IRCiSod, 2010), h. 55-56.
12
Undang-undang SISDIKNAS No. 20 tahun 2003, BAB IX Standar Pendidikan
Nasional, Pasal 35 ayat 1.
11

13

pendidikan pilar pertama. Namun, ketiga pilar tersebut saling
melengkapi dan memengaruhi dalam sistem pendidikan nasional.13

3. Kebijakan Penjaminan Mutu Pendidikan
Pendidikan diharapkan mempunyai pengaruh yang signifikan
pada pembentukan SDM (human capital) dalam aspek kognitif,
afektif, ataupun keterampilan, baik dalam aspek fisik, mental maupun
spiritual. Hal ini jelas menuntut kualitas penyelenggaraan pendidikan
yang baik agar kualitas hasil pendidikan dapat benar-benar berperan
optimal dalam kehidupan masyarakat. Komitmen bangsa dalam bidang
pendidikan paling tidak menunjukan adanya suatu keinginan yang kuat
untuk

menjadikan

pendidikan

sebagai

faktor

penting

dalam

pembangunan, sehingga upaya-upaya untuk selalu memperbaiki,
mengembangkan dan membangun dunia pendidikan harus dipahami
dalam konteks sumbangannya bagi pembangunan bangsa, karena pada
akhirnya pendidikan akan menentukan kualitas SDM/human capital,
dan kualitas hasil pendidikan yang bagus akan membentuk human
capital yang berkualitas, yang sangat penting dalam menunjang
kehidupan masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan.
Dalam upaya untuk terus meningkatkan mutu pendidikan di
Indonesia, penjaminan mutu menjadi suatu keharusan. Penjaminan
mutu (quality assurance) pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk
menjamin agar proses yang berjalan dalam organisasi/lembaga
pendidikan dapat memenuhi standar atau bahkan melebihi standar
mutu yang telah ditetapkan. Dalam Peraturan Pemerintah No. 19
tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 91 Ayat 1, 2, dan 3 tentang
penjaminan mutu pendidikan disebutkan bahwa:14

243-244.

13

Suparlan, Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2013), h. 38.

14

Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung, PT. Refika Aditama, 2010), h.

14

1) Setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan non formal
wajib melakukan penjaminan mutu.
2) Penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada
Ayat 1 bertujuan untuk memenuhi atau melampaui Standar
Nasional Pendidikan.
3) Penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada
Ayat 1 dilakukan secara bertahap, sistematis, dan terencana
dalam suatu program penjaminan mutu yang memiliki target
dan kerangka waktu yang jelas.
Dengan melihat Pasal 91 dari PP 19/2005, tampak bahwa
penjaminan kualitas merupakan suatu kewajiban bagi lembaga
pendidikan. Dalam melakukan penjaminan kualitas pendidikan, agar
sesuai konteks diperlukan peninjauan pendidikan dalam lingkup
tatarannya. Dalam upaya untuk mengkaji masalah pendidikan,
pemahaman

akan kondisi kualitas yang ada merupakan suatu hal

penting yang dapat membantu memahami posisi dan kondisi
pendidikan.

4. Membangun Mutu Pendidikan
Selama satu dekade pertama pada milenium ketiga ini,
Indonesia telah mengikuti beberapa survei internasional sebagai upaya
untuk melakukan benchmarking mutu pendidikan dalam strandar
global. Kendati hasilnya belum sesuai dengan harapan banyak pihak,
keikutsertaan tersebut dipandang penting untuk mengukur sejauh mana
pencapaian pendidikan dasar dan menengah kita selama ini
dibandingkan dengan pencapaian negara-negara di seluruh dunia,
untuk kemudian diambil langkah-langkah yang diperlukan untuk
mengejar ketertinggalan.
Berbagai ikhtiar perbaikan telah kita lakukan selama ini untuk
memecahkan permasalahan utama pendidikan, yaitu bahwa pendidikan
kita sedang menghadapi problematik paradoks di alam globalisasi: di

15

satu sisi, kita harus membangun mutu pendidikan (the persuit of
excellence) sesuai dengan rujuk-mutu (benchmarking) kompetensi
global agar kita tidak tersisih di dalam persaingan antarbangsa- di sisi
yang lain, pendidikan kita juga harus menimbang mutu pendidikan
dalam keragaman dan kearifan lokal agar siswa kita hidup menapak di
buminya sendiri.
Membangun mutu pendidikan salah satunya adalah melalui
peningkatan kualitas membaca. Literasi membaca juga merupakan
salah satu kemampuan utama yang diperoleh para siswa pada proses
perkembangan awal mereka di bangku sekolah dan kemudian menjadi
landasan untuk belajar mata pelajaran lainnya. Kemampuan dasar ini
juga dapat mereka gunakan untuk bersenang-senang dengan membaca
buku yang menarik perhatian mereka, serta yang lebih penting lagi,
sejalan dengan perkembangan dan pertumbuhan intelektualitasnya,
kemampuan dasar ini dapat digunakan untuk survive dalam
kehidupannya nyata di masyarakat luas.
Karena

demikian

pentingnya

kemampuan

ini

bagi

perkembangan generasi muda, the International Association for the
Evaluation of Educational Achievement (IEA). IEA adalah asosiasi
internasional untuk evaluasi tentang prestasi dalam pendidikan yang
didirikan pada tahun 1959 untuk kepentingan studi perbandingan
kebijakan dan praktik pendidikan di berbagai negara di seluruh dunia.
IEA melakukan suatu siklus studi yang berkesinambungan tentang
literasi membaca dan faktor-faktor yang berhubungan dengannya pada
negara-negara di seluruh dunia. Studi literasi membaca yang
diselenggarakan oleh IEA pada tahun 1991 (Elley, 1992, 1994; Wolf,
1995) dapat dianggap sebagai landasan bagi studi PIRLS . PIRLS atau
progress in Internasional Reading Literacy Study ini di rancang untuk
mengukur kecenderungan pada prestasi membaca literasi siswa dalam
siklus lima tahunan. Literasi membaca digambarkan sebagai

16

kemampuan untuk memahami dan menggunakan bahasa atau tulis
yang diperlukan oleh masyarakat dan/atau yang berharga individu.
Interaksi siswa yang baru belajar membaca itu juga
membangun makna dalam berbagai konteks (Guice, 1995). Interaksi
sosial siswa dalam kegiatan membaca dapat membantu mereka
memperoleh pemahaman terhadap bahan bacaannya. Lingkungan kelas
atau

perpustakaan

sekolah

yang

ditata

dengan

baik

dapat

meningkatkan motivasi dan kemampuan membaca siswa, memberi
peluang untuk membangun perspektif tentang bahan bacaan, dan
memandang kegiatan membaca sebagai kegiatan berbagai pengalaman
dengan teman-teman sekelasnya. Keadaan ini dapat diperluas di luar
kegiatan di sekolah ketika siswa kita itu membahas hasil membacanya
itu di rumah dengan keluarga dan teman-temannya.15

5. Upaya Menjaga Mutu Pendidikan Di Sekolah
Upaya menjaga mutu berarti prosedur yang harus dilakukan
untuk menjamin agar standar tersebut terpenuhi. Di dalam dunia
pendidikan, suatu proses yang dibakukan dalam situasi yang baku pula
seringkali menghasilkan output yang berbeda, atau bahkan tak
menghasilkan sama sekali. Dengan kata lain, kondisi-kondisi yang
berkenaan dengan input dan pross dalam program pendidikannya
merupakan suatu syarat yang tidak menjamin bagi terjadinya output.
Selain itu, hal-hal (variabel) yang mempengaruhi output pendidikan
(misalnya prestasi belajar) jumlahnya banyak sekali dan biasanya
saling berinteraksi satu sama lain.
Sebagian besar input dan proses yang terdapat dalam program
pendidikan adalah suatu yang disyaratkan namun tidak menjamin
tercapainya output yang bermutu. Namun demikian, agar mutu dapat
dicapai, persyaratan tertentu tentang input dan proses itu harus
15

Bahrul Hayat, M.A., Ph,D., Benchmark International Mutu Pendidikan, (Jakarta, PT.
Bumi Aksara, 2011), h. 56-59.

17

terpenuhi. Oleh sebab itu, menjaga mutu output perlu dilakukan
pengecekan terus menerus (audit) terhadap kondisi input dan proses.
Dengan melihat keterkaitan antara hasil pengecekan tersebut dan mutu
output yang telah tampak (yang tentunya merupakan hasil dari input
dan proses yang diperiksa), maka orang dapat menentukan caracara/strategi bagi perbaikan dan peningkatan mutu. Setiap upaya
pengendalian mutu selalu didahului oleh pengecekan terhadap mutu
output yang telah dihasilkan, lalu dihubungkan dengan input dan
prosesnya, kemudian di ambil keputusan tentang penyesuaian pada
input dan proses tersebut agar output yang berikutnya menjadi lebih
baik.
Sebagai suatu sistem yang terdiri dari input, proses, dan output,
maka yang dimaksud dengan mutu pendidikan dalam hal ini ialah
mutu ouput dari sistem pendidikan tersebut yang wujudnya adalah
perkembangan atau kemajuan pada diri murid. Ini berarti bahwa suatu
sistem pendidikan dengan input yang berupa sarana dan prasarana dan
dana yang berlimpah sekalipun, jika tidak menghasilkan lulusan
dengan tingkatan mutu yang diinginkan, adalah sistem pendidikan
yang bermutu rendah. Begitu pula dengan jumlah peserta didik atau
murid. Meskipun seratus persen anak usia sekolah telah mengikuti dan
lulus sekolah, misalnya tetapi jika kualifikasi atau mutu lulusan amat
rendah tentu tak akan dikatakan bahwa sistem persekolahan tersebut
bermutu.16

B. Komite Sekolah
1. Pengertian Komite Sekolah
Menyadari bahwa pentingnya proses peningkatan kualitas
sumber daya manusia, banyak upaya yang telah dilakukan pemerintah
untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu salah satunya adalah
16

Jahja Umar, Penilaian Dan Peningkatan Mutu Pendidikan Di Indonesia, (Ciputat, UIN
Jakarta Press, 2011), h. 38-42.

18

dibentuknya suatu wadah yang melibatkan masyarakat karena
masyarakat adalah stakeholder pendidikan yang memiliki kepentingan
akan keberhasilan pendidikan. Salah satu wujud aktualissinya adalah
Komite Sekolah yang dibentuk untuk menunjang penyelenggaraan
pendidikan di sekolah/madrasah berperan meningkatkan kualitas
pelayanan pendidikan. Komite dibentuk untuk mewadahi dan
meningkatkan partisipasi para stakeholder sekolah untuk turut
merumuskan, menetapkan, melaksanakan, dan memonitor pelaksanaan
kebijakan sekolah dan pertanggungjawaban yang terfokus pada
kualitas pelayanan terhadap peserta didik secara proporsional dan
terbuka. Komite juga mewadahi partisipasi para stakeholder untuk
turut serta dalam manajemen sekolah sesuai dengan peran dan
fungsinya, berkenaan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
program sekolah secara proporsional dalam rangka mewujudkan
“Masyarakat Sekolah” yang memiliki loyalitas terhadap peningkatan
mutu sekolah.
Menurut Djam’an Satori (2001), sebagai konsekuensi untuk
mengakomodasi aspirasi, harapan dan kebutuhan stakeholder sekolah,
maka perlu dikembangkan adanya wadah untuk menampung dan
menyalurkannya. Wadah tersebut berfungsi sebagai forum dimana
representasinya

para

stakeholder

sekolah

terwakili

secara

proporsional. Dalam berbagai dokumen ada yang ada dan konsensus
yang telah muncul dalam berbagai forum, wadah ini diberi nama
Komite Sekolah. badan sejenis ini di Australia disebut “school
council”.
Dalam pengertian lain, Djam’an Satori menyebutkan bahwa
komite sekolah merupakan suatu badan yang berfungsi sebagai forum
resmi untuk mengakomodasikan dan membahas hal-hal yang
menyangkut kepentingan kelembagaan sekolah.17
17

Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, (Jogjakarta, Ar-Ruzz
Media, 2010), h. 258.

19

Komite Sekolah atau Dewan Sekolah adalah sebuah lembaga
yang dibentuk untuk meningkatkan partisipasi dari para guru, orang
tua, dan tokoh masyarakat dalam proses pengambilan keputusan
tentang pengelolaan sekolah.18
Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi
peranserta masyarakat dalam rangka penigkatan mutu, pemerataan, dan
efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan. Dibentuk
berdasarkan

musyawarah

yang

demokratis

oleh

stakeholder

pendidikan. Nama generik, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
masing-msing satuan pendidikan BP3, Komite Sekolah dan atau
Majelis Sekolah yang sudah ada dapat memperluas fungsi, peran, dan
keanggotaannya sesuai dengan acuan ini. 19
Dalam

Keputusan

044/U/2002 tanggal

Menteri

Pendidikan

Nasional

No.

2 April 2002 disebutkan, bahwa Dewan

Pendidikan adalah badan yang mewadahi peran serta masyarakat
dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi
pengelolaan pendidikan di kabupaten/ kota. Nama badan ini bisa
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan daerah masing-masing,
seperti Dewan Pendidikan, Majelis Pendidikan, atau nama lain yang
disepakati bersama.20
Dewan Sekolah (DS) atau Komite Sekolah (KS) adalah
lembaga/badan khusus yang dibentuk berdasarkan musyawarah yang
demokratis oleh para stakeholders pendidikan di tingkat sekolah
sebagai representasi dari berbagai unsur yang bertanggungjawab
terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah. D