Peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan pada SMPN 244 Jakarta

(1)

Oleh :

FADLI HASAN

104018200657

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2011


(2)

TEMBAR

PENGESAHAN

PANITIA

UJIAN

SKRIPSI

Skripsi yang berjudul "Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMP Negeri 244 Jakarta" yang disusun oleh Fadli Hasan dengan nomor induk mahasiswa 10401820A657 telah diujikan pada tanggal 28 Juli 2011

dan telah diterima serta disyahkan oleh Dewan Penguji Skripsi Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan

UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi

ini

telah

diterima setragai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (s-l) pada jurusan/prodi Kl-Manajemen Pen<iidikan

Sakarta, 19 SePtember 20 I 1 Panitia Uj ian MunaqasYah

4l

!iefiia i-aniiia

(Ketua Jurusan/Program Studi)

Drs. Rusvdi Zakaria, Ni.Erl- M.Pht! NTP: 19560530 198503 1 002

r-et Prorii / Sekretaris Jurusan

Manajemen Pendidikan

Drs. Muarif SAM. M.Pel

NIP: 19650717 199403 I 005

Penguji I

Prof. Dr. Armai Arief, MA NIP: 19560119 198603 1 003

Penguji II

Drs. Muiahid.

Ak

M-Sc-NIP : 19470714 196510 1 001

q--.

..Zrun^-\*-:1.

/gt

0)

t4//

<-z'^ /

2c

;2'

i ai:roa i anga!

Mengetahui,

Dekan FITK UIN Syalif Hidayatullah Jakarta

i\


(3)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi

Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Dr. H. Fathi Ismail, MM. NIP. 1949 t0t2 1978 031003

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN

KEPENDIDIKAN

ISLAM

FAKULTAS

ILMU TARBIYAH DAl\

KEGT'RUAN

UIN

SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011


(4)

(5)

iii Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Fadli Hasan

NIM : 104018200657

Program Studi : Manajemen Pendidikan Jurusan : Kependidikan Islam

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi berdasarkan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta,23 Juni 2011 Penulis


(6)

ABSTRAK

Fadli Hasan, 104018200657 Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Di SMP Negeri 244 Jakarta

Meningkatkan mutu bukan hanya di dunia industri dianggap penting, tapi dalam dunia pendidikan pun sangatlah penting. Berdasarkan pentingnya suatu mutu pendidikan, tentu saja perlu dilakukan upaya-upaya atau langkah-langkah kongkrit dalam meningkatkan mutu pendidikan, salah satunya adalah melakukan reorientasi penyelenggaraan pendidikan, yaitu dibentuknya Komite Sekolah. sebab langsung berhubungan dengan perannya sebagai penyelenggara pendidikan. Untuk mendapat-kan mutu pendidikan yang baik maka diperlukan peran serta masyarakat yang terwadahi dalam Komite Sekolah.

Skripsi yang berjudul “Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatkan

Mutu Pendidikan di SMP Negeri 244 Jakarta”, dimaksudkan untuk

mengetahui peran komite sekolah yang telah dilakukan oleh anggota komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan yang beracuan pada Operasional Kegiatan dan Indikator Komite Sekolah, yaitu Komite Sekolah berperan dalam hal memberikan pertimbangan (advisory), sebagai pendukung (supporting), pengontrol (controlling), dan mediator.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini deskriptif kualitatif, yaitu penelitian dengan cara menganalisis data yang diarahkan untuk menjawab rumusan masalah, tetapi tidak untuk menguji hipotesis. Dengan demikian data utama dari penelitian ini dapat diketahui dengan jelas dari analisis deskriptif.

Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis dapat menarik kesimpulan bahwa peran komite sekolah dalam menignkatkan mutu pendidikan di SMP Negeri 244 Jakarta sangat efektif.


(7)

iv

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya menuju jalan yang diridhai-NYA.

Skripsi ini disusun sebagai syarat kelulusan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dalam rangka mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd). Dalam penyusunannya penulis mengalami kendala-kendala, namun semuanya dapat terselesaikan dengan baik atas bantuan dan masukan yang berarti dari banyak pihak.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada :

1. Bapak Dr. H. Fathi Ismail, M.M, pembimbing yang telah banyak memberikan waktunya untuk membimbing saya dengan keikhlasan dan kesabaran dalam memberikan semangat dalam menyelesaikan karya ilmiah “skripsi” ini hingga selesai.

2. Bapak Prof. Dr. Dede Rosada, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan beserta staf yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. Rusydi Zakaria, M.Ed. M.Phil dan Bapak Drs. Muarif SYAM, M.Pd, Ketua program studi Manajemen Pendidikan jurusan Kependidikan Islam yang telah memberikan nasehat, arahan dan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Drs. H. Nurochim, M.M, Dosen pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi, bimbingan, dan bantuan selama menjalani proses pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Siti Aisyah Ketua Komite Sekolah dan Bapak Drs. T. Rianto, M.Pd. Kepala Sekolah SMP Negeri 244 Jakarta. Semua anggota komite sekolah,


(8)

v

staff dan guru SMP Negeri 244 Jakarta yang telah memperkenankan dan mambantu penulis untuk mengadakan penelitian di SMP Negeri 244 Jakarta. 6. Kepada Ayahanda dan Ibunda yang tercinta, dan keluarga penulis yang

senantiasa memberikan dorongan, do’a, dan dukungannya kepada penulis selama menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas cinta, kasih sayang, dan pengorbanan yang diberikan.

7. Sahabat-sahabat KIMP Angkatan 2004 (Hawari, Faisal, Encep Ade, dan kawan-kawan kelas B KIMP 2004) atas semua masukan dan dukungan yang diberikan.

8. Kanda-kanda, Kawan-kawan, sahabat, IMMawan dan IMMawati seperjuangan di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM).

9. Staf perpustakaan utama UIN, Fakultas tarbiyah, yang telah menyediakan buku-buku sumber dalam penulisan skripsi ini.

Tentunya kesalahan takkan luput dari penulisan kecil ini, semoga kritikan dapat menjadi masukan yang berarti bagi penulis di kemudian hari, jika dalam penulisannya ada yang kurang berkenan, mohon juga dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca sekalian. Demikian semoga Allah meridhoi apa yang telah, sedang dan akan kita lakukan. Amin.

Jakarta, 23 Juni 2011


(9)

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Masalah Penelitian ... 5

1. Identifikasi Masalah ... 5

2. Pembatasan Masalah ... 5

3. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Organisasi Komite Sekolah ... 8

1. Peran Komite Sekolah dalam MBS ... 9

2 Tujuan, Tugas dan Fungsi Komite Sekolah ... 11

3. Hubungan Komite Sekolah Dengan Sekolah ... 13

a. Pemberi Pertimbangan ... 14

b. Forum Komunikasi ... 15

c. Dukungan Keuangan/Financial ... 18

d. Kendali Mutu ... 19

B. Mutu Pendidikan ... 20

1. Pengertian Mutu ... 21

2. Standar Mutu Pendidikan ... 22


(10)

vii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian ... 29

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

C. Sumber Data ... 29

D. Metode Penelitian ... 29

E. Teknik Pengumpulan Data ... 30

F. Teknis Pengolahan Data ... 31

G. Instrumen Penelitian ... 31

H. Tekhnik Analisis Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Sekolah ... 34

1. Profil Sekolah SMPN 244 Jakarta ... 34

2. Visi dan Misi ... 34

3. Biodata Sekolah ... 36

B. Deskrispsi dan Analisis Data ... 37

1. Badan Pemberi Pertimbangan (dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan) ... 38

2. Badan Pendukung (financial, pemikiran dan tenaga) ... 40

3. Badan Pengontrol (transparansi dan akuntabilitas) ... 42

4. Badan Penghubung (mediator/komunikator antara pemerintah dan masyarakat) ... 44

5. Pengendalian Mutu ... 45

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 48

B. Saran ... 49


(11)

viii

Tabel 3 Biodata Sekolah ... 36

Tabel 4 Komite Sekolah diikutsertakan dalam penentuan program

sekolah ... 38

Tabel 5 Komite sekolah ikut memberikan pertimbangan dalam menentukan siswa yang akan diterima di sekolah tersebut ... 38

Tabel 6 Komite Sekolah memberi pertimbangan dalam hal peningkatan kesejahteraan guru ... 39

Tabel 7 Komite Sekolah memberikan pertimbangannya untuk ikut

menentukan siapa guru yang yang dianggap berprestasi ... 39

Tabel 8 Komite Sekolah memberi pertimbangan dalam hal

pengadaan buku ... 39

Tabel 9 Rekapitulasi Badan pemberi pertimbangan ... 39

Tabel 10 Komite Sekolah secara aktif mencari dana sendiri dan tidak

bergantung kepada dana alokasi dari pihak sekolah ... 40

Tabel 11 Komite Sekolah melakukan pendataan sendiri ... 40 Tabel 12 Komite Sekolah melibatkan secara aktif tokoh masyarakat atau

Pemerintah ... 41

Tabel 13 Komite Sekolah ikut mengawasi proses rehabilitasi/perbaikan

fisik ... 41

Tabel 14 Komite Sekolah ikut menyumbang dalam bentuk tenaga kerja ... 41 Tabel 15 Komite Sekolah memberi saran tentang proses belajar

mengajar di kelas ... 41

Tabel 16 Rekapitulasi Badan Pendukung ... 42 Tabel 17 Komite Sekolah ikut mengawasi proses belajar mengajar

di kelas ... 42

Tabel 18 Komite Sekolah pernah memeriksa laporan keuangan ... 43 Tabel 19 Komite Sekolah menandatangani Surat Pertanggung


(12)

ix

Jawaban (SPJ) proyek atau kegiatan ... 43

Tabel 20 Rekapitulasi Badan Pengontrol ... 43 Tabel 21 Komite Sekolah mengadakan pertemuan dengan dinas pendidikan

setempat dalam hal meningkatkan mutu ... 44

Tabel 22 Komite Sekolah mengadakan pertemuan dengan para

tokoh-tokoh pendidikan... 45

Tabel 23 Komite Sekolah memfasilitasi pertemuan antara pihak sekolah

dengan wali murid ... 45

Tabel 24 Rekapitulasi Badan Penghubung (Mediator Antara Pemerintah

Dan Masyarakat) ... 45

Tabel 25 Komite Sekolah memberikan saran tentang layanan sekolah ... 46 Tabel 26 Komite Sekolah memberi saran tentang lingkungan dan

sumber daya fisik di sekolah ... 46

Tabel 27 Komite Sekolah memberi saran atau kritik kepada

kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya ... 46

Tabel 28 Rekapitulasi Pengendalian Mutu ... 46 Tabel 29 Rekapitulasi Persentase Peran Komite Sekolah


(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Harapan yang merata pada dunia pendidikan masih suatu permasalahan yang belum terselesaikan. Walaupun otonomi daerah sudah berjalan masih banyak daerah-daerah yang tertinggal dalam dunia pendidikan. Pemerataan dan perluasan memperoleh pendidikan dasar bagi seluruh warga Negara harus secara terus menerus diwujudkan, dengan kebijakan pemerintah tentang wajib belajar pendidikan dasar yang dimulai sejak 2 Mei 1984.

Perkembangan masyarakat yang semakin kompetitif menuntut setiap orang untuk berkompetisi secara sehat. Demikian halnya dengan lembaga pendidikan. Kompetisi untuk merebut pasar menuntut setiap lembaga guna mengedepankan kualitas dalam proses manajerial dan pembelajarannya. Kualitas juga sering disamaartikan dengan mutu. Oleh karena itu, peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah intensif, efektif, dan efesien dalam proses pembangunan, kalau tidak ingin bangsa ini kalah bersaing dalam menjalani era globalisasi.

Dalam era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini pendidikan sangat berperan penting dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk manusia-manusia terampil guna berpartisipasi dalam pembangunan.


(14)

2

Dalam undang-undang No.20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah “Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.1

Pendidikan juga merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar secara aktif mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan peserta didik, masyarakat, Bangsa dan Negara.

Dunia pendidikan di Indonesia saat ini setidaknya menghadapi empat tantangan besar yang kompleks. Pertama, tantangan untuk meningkatkan nilai tambah (added value), yaitu bagaimana meningkatkan nilai tambah dalam rangka meningkatkan produktivitas serta pertumbuhan dan pemerataan ekonomi sebagai upaya untuk memelihara dan meningkatkan pembangunan berkelanjutan. Kedua, tantangan untuk melakukan pengkajian secara komprehensif dan mendalam terhadap terjadinya transformasi (perubahan) struktur masyarakat, dari masyarakat yang agraris ke masyarakat industri yang menguasai teknologi dan informasi, yang implikasinya pada tuntutan dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Ketiga, tantangan dalam persaingan global yang semakin ketat, yaitu bagaimana meningkatkan daya saing bangsa dalam meningkatkan karya-karya yang bermutu dan mampu bersaing sebagai hasil penguasaan ilmu pengetahuan, tekhnologi dan seni (IPTEKS). Keempat, munculnya kolonialisme baru di bidang IPTEK dan ekonomi yang menggantikan kolonialisme politik.2

Dukungan masyarakat dalam rangka penyelenggaraan pendidikan dasar menunjukkan antusiasme yang cukup menggembirakan, tampak dengan

1 Diknas, Undang-Undang No.20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional.

2 Umiarso & Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di era Otonomi Pendidikan,


(15)

adanya banyak lembaga pendidikan swasta, baik umum maupun yang berafiliasi kepada agama-agama tertentu. Partisipasi masyarakat juga sering diwujudkan dengan keikutsertaan para orangtua dalam kegiatan lain di sekolah yang terwadahi di dalam komite sekolah, dan sejalan dengan pelaksanaan manajemen pendidikan berbasis sekolah.

Berdasarkan pengamatan dan hasil analisis yang dilakukan oleh Depdiknas pada tahun 2001, sedikitnya ada 4 faktor yang menyebabkan pendidikan tidak mengalami peningkatan secara nyata, yaitu: (1) kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan

education production function atau input-output analysis yang dilaksanakan

secara tidak konsekuen; (2) penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara birokratik-sentralistik: (3) rendahnya peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan; dan (4) rendahnya anggaran pendidikan.3

Berdasarkan kenyataan-kenyataan di atas, tentu saja perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan, salah satunya adalah melakukan reorientasi penyelenggaraan pendidikan, yaitu dibentuknya Komite Sekolah. Komite sekolah adalah merupakan badan yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Tanpa mengesampingkan komponen lainnya, khususnya Komite Sekolah mempunyai peran yang sangat strategis, karena Komite Sekolah berperan sebagai pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan, pendukung (supporting agency) baik yang berwujud finansial, pemikiran maupun tenaga dalam penyelesaiaan pendidikan di satuan pendidikan, pengontrol (controlling

angency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelengaraan dan

keluaran pendidikan di satuan pendidikan serta mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di lingkungan satuan pendidikan.

SMPN 244 Jakarta merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai Visi “Menghasilkan lulusan yang beriman dan bertaqwa, cerdas, mandiri,

3 Marimin, Tesis; Peran Komite Sekolah dalam Peningkatkan Mutu Pendidikan,


(16)

4

kreatif dan kompetitif dalam kebersamaan” merupakan suatu jawaban dari

suatu tantangan yang hadir di era dimana teknologi informasi dimanfaatkan secara menyeluruh dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, telah menggesernya nilai-nilai sosial budaya yang telah terpelihara berabad-abad lamanya. Perubahan pandangan dan perilaku telah terjadi baik secara individu ataupun kelompok. Hal tersebut akan menciptakan terjadinya dehumanisasi, jika kita tidak mampu memanfaatkan alat yang super canggih tersebut secara arif dan bijak.

Sebagai masyarakat pendidikan, komponen-komponen (para pendidik) lembaga pendidikan SMPN 244 Jakarta sedang mengarahkan peserta didiknya untuk mampu hidup dalam masyarakat sepuluh tahun yang akan datang. Komponen-komponen tersebut tidak sedang mengajarkan mereka untuk hidup seperti yang sekarang kita alami. Tapi komponen-komponen ini mengarahkan peserta didik untuk hidup dalam era global dalam suhu kompetisi.

Memasuki era global, fakta menunjukkan bukan saja semakin ketatnya persaingan kemampuan diri, tetapi semakin terbuka pintu-pintu yang mengarah pada perusakan moral. Sekolah SMPN 244 Jakarta sebagai lembaga pendidikan telah menjadi alternatif yang memiliki peranan penting dalam pembentukkan watak, kepribadian, dan kualitas bangsa di masa yang akan datang.

Dalam upaya mempertahankan dan usaha untuk lebih meningkatkan prestasi dan reputasi, maka Sekolah SMPN 244 Jakarta menitikberatkan pembinaan pada pembentukkan watak, kepribadian, dan kualitas bangsa di masa yang akan datang. Titik berat pembinaan ini menjadi trade mark (merek dagang) Sekolah SMPN 244 Jakarta dan menjadi landasan penyusunan program tahunan sehingga hasilnya akan dirasakan oleh peserta didik.

SMPN 244 Jakarta berbenah diri dengan melakukan perubahan dan perombakan kurikulum guna memenuhi tuntutan perkembangan zaman sebagai konsekuensi dari trade mark di atas. Pembenahan juga dilakukan dari segi sumber daya manusia dalam pencapaian tujuan. Faktor yang tidak luput


(17)

dari sasaran pembenahan adalah sarana dan prasarana sebagai pendukung proses belajar mengajar yang kondusif.

Untuk mewujudkan semua hal tersebut, Sekolah Menengah Pertama Negeri 244 Jakarta sebagai lembaga pendidikan memerlukan dukungan dan partisipasi dari semua pihak, terutama peran orang tua siswa sebagai pemberi amanat.

Berdasarkan atas kenyataan tersebut, kiranya tepat jika dilakukan penelitian dengan judul “Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatkan

Mutu Pendidikan (Studi Pada SMP Negeri 244 Jakarta).”

B. Masalah Penelitian

1. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasi masalah yang akan diteliti yaitu:

a. Peran dan kontrol komite sekolah yang belum dapat menyikapi kebijakan Sekolah

b. Peran komite sekolah yang kurang dalam penyelenggaraan pembangunan sekolah

c. Kurangnya peran komite sekolah untuk perkembangan mutu output lembaga pendidikan

d. Organisasi Komite Sekolah belum mendukung otonomi.

e. Komite Sekolah belum membumikan Manajemen Berbasis Sekolah

2. Pembatasan Masalah

Komite Sekolah dan peranannya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah meliputi empat aspek, yaitu:

1. Sebagai pemberi pertimbangan (advisory agency). 2. Sebagai pendukung (supporting agency)

3. Sebagai pengontrol (controlling agency), dan


(18)

6

3. Rumusan Masalah

Masalah pokok yang akan dikaji adalah “Bagaimanakah peran Komite Sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, jika dianalisis dari empat aspek, yakni sebagai pemberi pertimbangan, sebagai pendukung, sebagai pengontrol dan sebagai mediator.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran terhadap: 1. Peranan Komite Sekolah sebagai badan pemberi pertimbangan dalam ikut

serta menyusun rencana program sekolah, melaksanakan program dan mengelola sumber daya sekolah.

2. Peranan Komite Sekolah sebagai badan pendukung dalam ikut serta penyelenggaraan pendidikan di sekolah.

3. Peranan Komite Sekolah sebagai badan pengontrol (mewujudkan transparansi dan akuntabilitas) penyelenggaraan dalam pendidikan di sekolah.

4. Peranan Komite Sekolah sebagai badan mediator antara Komite Sekolah dengan masyarakat, Komite Sekolah dengan sekolah, dan Komite Sekolah dengan dewan pendidikan.

D. Manfaat Penelitian

Dengan mendasarkan pada rumusan masalah yang dianalisis, maka hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Proses dan hasil penelitian ini dapat merupakan pengembangan penelitian komite sekolah yang mempunyai peran dan fungsi meningkatkan keikutsertaan masyarakat, khususnya peran dan fungsi komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.


(19)

2. Manfaat Praktis

a. Bahan masukan kepada Dewan Pendidikan dalam rangka pembinaan terhadap Komite Sekolah berkaitan dengan perannya sebagai badan pemberi pertimbangan, pendukung, pengontrol dan mediator di satuan pendidikan.

b. Bahan masukan kepada Kepala Sekolah dalam rangka peningkatan fungsi manajemen berkaitan dengan kerjasamanya dengan Komite Sekolah.


(20)

8

BAB II KAJIAN TEORI

A. Organisasi Komite Sekolah

Organisasi adalah kesatuan (entity) social yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relative dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relative terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.1 Organisasi adalah kumpulan orang-orang yang sedang bekerja bersama melalui pembagian tenaga kerja untuk mencapai tujuan yang bersifat umum.2

Dalam Kamus Besar Indonesia yang lain Komite diartikan “Panitia” (beberapa orang yang diserahi untuk melakukan tugas).3

Madrasah/Sekolah sebagai lembaga/institusi mempunyai satu tujuan atau lebih. Dalam mencapai tujuan tersebut, perlu disusun rencana strategis dan bagaimana mencapai tujuan tesebut. Cara pencapaiannya dilakukan melalui berbagai perencanaan dan program kegiatan yang dituangkan dalam

1

Stephen P. Robbins, Teori Organisasi Struktur, Desain & Aplikasinya, (Jakarta; Arcan). Cet-1, h.4

2 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta; RjaGrafindo Persada, 2007),

Cet.ke-I, h.60

3 W.J.S Poerwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007),


(21)

Rencana Kerja Sekolah/Madrasah (RKS/M). RKS/M adalah rencana kerja yang disusun bersama oleh sekolah/madrasah dan komite sekolah/madrasah.

Dengan adanya RKS/M yang jelas, semua pihak yang berkepentingan seperti orangtua, guru, pegawai, dan kepala sekolah sendiri akan mengetahui: apa yang dibutuhkan oleh sekolah, apa yang perlu dilakukan untuk memperbaiki keadaan sekolah, maksud dan tujuan kegiatan kegiatan yang akan dilakukan selama beberapa tahun yang akan datang.4

Dibentuknya komite sekolah merupakan konsekuensi perluasan makna partisipasi masyarakat serta menampung dan menyalurkannya dalam penyelengaraan pendidikan pada tingkat sekolah. Selain itu adanya komite sekolah juga mewadahi partisipasi masyarakat dalam menciptakan suasana dan kondisi yang transparan, akuntabel, dan demokratis dalam penyelengaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan.5

Komite Sekolah merupakan suatu badan atau lembaga non profit dan non politis, dibentuk berdasarkan musyawarah yang demokratis oleh para

stakeholder pendidikan pada tingkat satuan pendidikan sebagai representasi

dari berbagai unsur yang bertanggungjawab terhadap peningkatan kualitas proses dan hasil pendidikan.

1. Peran Komite Sekolah

2. Peran Komite Sekolah dalam MBS

Manajemen Berbasis Sekolah dapat diartikan sebagai model manajemen sekolah yang memberikan otonomi kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan langsung

4 Muhaimin. dkk, Manajemen Pendidikan Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana

Pengembangan Sekolah/Madrasah, (Jakarta: Kencana 2009), Cet. ke-I, h.200

5 Bedjo Sujanto, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, (Jakarta; CV. Sagung Seto),


(22)

10

semua warga sekolah dan masyarakat yang dilayani, dengan tetap selaras dengan kebijakan nasional tentang pendidikan.6

MBS merupakan salah satu model manajemen pendidikan yang berbasis pada otonomi atau kemandirian sekolah dan aparat daerah dalam menentukan arah, kebijakan, serta jalannya pendidikan di daerah masing-masing. Keberhasilan dalam pelaksanaan MBS sangat ditentukan oleh perwujudan kemandirian manajemen pendidikan pada tingkatan kabupaten atau kota. Gagasan MBS sebenarnya merupakan jawaban atas tantangan pendidikan kita ke depan.

Selain itu MBS merupakan strategi untuk mewujudkan sekolah yang efektif dan produktif. Istilah ini pertama kali muncul di Amerika Serikat ketika masyarakat mulai mempertanyakan relevansi pendidikan dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat setempat. MBS merupakan paradigma baru manajemen pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada sekolah, dan pelibatan masyarakat dalam kerangka kebijakan pendidikan Nasional. Otonomi diberikan agar sekolah leluasa mengelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.

Dalam sistem MBS, semua kebijakan dan program sekolah ditetapkan oleh Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan, badan ini merupakan lembaga yang ditetapkan berdasarkan musyawarah dari pejabat daerah setempat, komisi pendidikan pada Dewan Perwakilan Daerah (DPRD), pejabat pendidikan daerah, kepala sekolah, tenaga kependidikan, perwakilan orang tua peserta didik, dan tokoh masyarakat. Lemabaga inilah yang menetapkan segala kebijakan sekolah berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang pendidikan yang berlaku. Selanjutnya, komite sekolah perlu merumuskan dan menetapkan visi, misi, dan tujuan sekolah dengan


(23)

berbagai implikasinya terhadap program-program kegiatan operasional untuk mencapai tujuan sekolah.7

3. Tujuan, Tugas dan Fungsi Komite Sekolah

Pembentukan dewan pendidikan sebagai pemberi pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan ditingkat kabupaten sedangkan Komite sekolah sebagai pemberi pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan ditingkat satuan pendidikan merupakan langkah yang positif dari perencanaan pembangunan pendidikan di Negara ini.

Nanang Fatah dalam bukunya menjelaskan tujuan dibentuknya Komite sekolah yaitu adalah suatu organisasi “Masyarakat Sekolah” yang mempunyai komitmen dan loyalitas serta peduli terhadap peningkatan kualitas peserta didik.

Menurut Bedjo Sujanto dalam bukunya tentang tujuan Komite sekolah, yaitu; pertama, mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan dan program pendidikan di satuan pendidikan. Kedua, meningkatkan tanggungjawab peran serta aktif dari seluruh lapisan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. Ketiga, menciptakan suasana dan kondisi yang transparan, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan.8

Komite sekolah selaras dengan wewenangnya mempunyai tugas pokok sebagai berikut:

7 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung; PT. REMAJA

ROSDAKARYA, 2005), h.35

8

Bedjo Sujanto, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, (Jakarta; CV. Sagung Seto), Cet. Ke-1, h. 62


(24)

12

a. Menyelengarakan rapat-rapat sesuai program yang ditetapkan b. Bersama-sama sekolah merumuskan dan menetapkan visi dan misi c. Bersama-sama sekolah menyusun standar pelayanan pembelajaran

di sekolah

d. Bersama-sama sekolah menyusun rencana strategis pengembangan sekolah

e. Membahas dan turut menetapkan pemberian tambahan kesejahteraan berupa uang honorium yang diperoleh dari masyarakat kepada kepala sekolah, tenaga guru dan tenaga administrasi sekolah

f. Bersama-sama sekolah mengembangkan potensi kearah prestasi unggulan, baik yang bersifat akademis maupun yang non akademis g. Menghimpun dan menggali sumber dana dari masyarakat untuk

meningkatkan kualitas pelayanan sekolah

h. Mengelola kontribusi masyarakat berupa uang yang diberikan kepada sekolah

i. Mengelola kontribusi masyarakat yang berupa non material (tenaga, pikiran) diberikan kepada kepala sekolah

j. Mengevaluasi program sekolah secara profesional sesuai kesepakatan dengan pihak sekolah meliputi pengawasan penggunaan sarana dan prasarana sekolah, pengawasan keuangan secara berkala dan berkesinambungan

k. Mengindentifikasi berbagai permasalahan dan memecahkan bersama-sama dengan pihak sekolah

l. Memberikan respon terhadap kurikulum yang dikembangkan secara standar nasioal maupun lokal

m. Memberikan motivasi, penghargaan (baik berupa materi maupun non materi) kepada tenaga kependidikan atau kepada seseorang yang berjasa kepda sekolah secara profesional sesuai dengan kaidah profesional guru atau tenaga administrasi sekolah


(25)

n. Memerikan otonomi profesional kepada guru mata pelajaran dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikannya sesuai kaidah dan kompetensi guru

o. Membangun jaringan kerjasama dengan pihak luar sekolah yang bertujaun untuk meningkatkan kualitas pelayanan proses dan hasil pendidikan

p. Memantau kualitas proses pelayanan dan hasil pendidikan di sekolah

q. Mengkaji laporan pertanggungjawaban pelaksanaan program yang dikonsultasikan oleh kepala sekolah

r. Menyampaikan usul atau rekomendasi kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan sekolah.9

Fungsi Komite sekolah :

1. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat 2. Kerjasama dengan masyarakat

3. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide dan tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan

4. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan (kebijakan dan program pendidikan, RAPBS, kriteria kinerja satuan pendidikan, kriteria fasilitas pendidikan, dan hal-hal yang terkait dengan pendidikan)

5. Mendorong partisipasi orangtua dan masyarakat

6. Mengalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan pendidikan 7. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program,

penyelenggaraan dan keluaran pendidikan.10

9 Nanang Fattah, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah dan Dewan Sekolah, (Bandung:

Pustaka Bani Quraisy, 2004), Cet. Ke-1 h. 164-165

10 Bedjo Sujanto, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, (Jakarta; CV. Sagung Seto),


(26)

14

4. Hubungan Komite Sekolah dengan Sekolah

Tidak bisa dipungkiri persekolahan di Indonesia menunjukan perkembangan yang mengagumkan, sekiranya dalam kurun waktu beberapa dekade terakhir ini. Perkembangan tersebut tidak bisa dilihat hanya karena suatu prestasi kepala sekolah dan pemerintah, tapi peranan komite sekolah juga berperan dalam mengembangkan persekolahan di Indonesia sebagai bukti tanggungjawab terhadap mutu pendidikan yang berhubungan dengan Lembaga Pendidikan.

Bedjo Sujanto dalam bukunya menuliskan peranan Komite Sekolah sebagai berikut:

1. Pemberian pertimbangan (advisory) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan.

2. Pendukung - Finansial, - Pemikiran, - Tenaga

3. Pengontrol transparansi dan akuntabilitas.

4. Mediator antara eksekutif dengan masyarakat di satuan pendidikan.11

a. Pemberi Pertimbangan

Ada tiga langkah utama yang dilakukan perusahaan dalam merumuskan strategi. Pertama mengembangkan visi dan strategic

mission. Kedua, penetapan tujuan, dan ketiga, langkah terakhir

menyusun strategi untuk mencapi tujuan tersebut.12

11 Bedjo Sujanto, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, (Jakarta; CV. Sagung Seto),

Cet. Ke-1, h.62

12 Bambang Haria, Strategi Manajemen; Strategi Memenangkan Perang Bisnis,


(27)

Visi merupakan gambaran perubahan pada masa datang yang ingin kita ciptakan. Sedangkan misi adalah jalan yang perlu ditempuh

(the chosen track) agar visi dapat tercapai.13

Penetapan visi dan misi organisasi harus didasarkan pengamatan tajam trend perkembangan lingkungan sekitarnya dalam kurun waktu jangka panjang. Kesesuaian antara misi dan asumsi perkembangan lingkungan akan menjadi misi lembaga pendidikan sebagai jalan lurus dan bebas hambatan yang memudahkan lembaga pendidikan mencapai tujuan.

Disinilah peran komite sekolah sebagai pemberi pertimbangan dimana visi dan misi yang akan diimplementasikan melalui kebijakan-kebijakan sekolah yang tidak sesuai menjadi sesuai dengan perkembangan zaman sekarang ini.

b. Forum Komunikasi

Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain.14 Komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan berita atau informasi dari seseorang ke orang lain.15

W. Weaver seorang tokoh komunikasi berpendapat tentang komunikasi, “Komunikasi adalah semua prosedur dimana pikiran seseorang dapat memengaruhi orang lain”. Miller juga berpendapat Komunikasi berarti bahwa informasi disampaikan dari satu tempat ketempat yang lain.

Komunikasi keorganisasian mempunyai beberapa tujuan. 1.Memberikan Informasi: tujuan utama komunikasi ialah

mengirimkan informasi dari suatu sumber kepada

13 Ibid, h.23 14

T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta; BPFE-YOGYAKARTA), h.272

15 Miftah Toha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta; PT.


(28)

16

orang atau kelompok-kelompok alamat komunikasi. Beragai jenis informasi dikirimkan dalam kebijakan organisasi, peraturan-peraturan, dan perubahan-perubahan serta perkembangan dalam organisasi dan sebagainya.

2.Umpan Balik: diperlukan adanya umpan balik bagi para

karyawan tentang prestasi mereka; untuk bagian-bagian tentang prestasi mereka; dan bagi manajemen yang lebih tinggi tentang pencapaian tujuan dan kesulitan yang dijumpai. Komunikasi umpan balik membantu usaha mengambil langkah-langkah perbaikan dan penyesuain yang diperlukan, dan memberikan mtivasi kepada orang-orang untuk mengembangkan rencana-rencana yang menantang dan realistis.

3.Pengendalian: sistem informasi manajemen dikenal sebagai

suatu mekanisme pengendalian. Informasi diberikan untuk menjamin pelaksanaan rencana-rencana sesuai dengan maksud semula.

4.Pengaruh: informasi merupakan kekuasaan. Satu tujuan organisasi ialah mempengaruhi orang.

5.Memecahkan Persoalan: dalam banyak hal komunikasi

bertujuan memecahkan persoalan. Banyak pertemuan kelompok diadakan sebagai sumber saran guna

mendapatkan penyelesaian-penyelesaian alternative bagi

suatu persoalan dan sampai kepada terpilihnya suatu penyelesaian tertentu.

6.Pengambilan Putusan: untuk mencapai suatu putusan

diperlukan beberapa macam komunikasi, misalnya pertukaran informasi pendapat, alternatif-alternatif yang ada, segi-segi menguntungkan atau tidak menguntungkan dari tiap alternatif, dan sebagainya. Komunikasi sangat membantu dalam pengambilan keputusan.


(29)

7.Mempermudah Perubahan: efektivitas suatu perubahan

yang diadakan dalam suatu organisasi sebagian besar tergantung pada kejernihan dan spontanitas komunikasi.

8.Pembentukan Kelompok: komunikasi membantu

pembangunan hubungan. Bahkan dalam perselisihan yang berat, hubungan baik hanya dapat dikembalikan jika proses komunikasi terus dilanjutkan. Jika terputus, kelompok bisa hancur. Dalam hubungan ini komunikasi perasaan, perhatian, dan dukungan terutama penting sekali.

9.Menjaga Pintu: komunikasi membantu membangun

hubungan organisasi dengan dunia luar. Organisasi dapat menggunakan lingkungannya untuk meningkatkan efektivitasnya. Organisasi juga dapat mempengaruhi lingkungan itu sendiri, pemerintah, sistem pelanggannya, sistem sumber dayanya, dan sebagainya. Komunikasi dalam hal ini memainkan suatu peranan yang kritis.16

Gordon I Zimmerman et. al, merumuskan bahwa kita dapat membagi tujuan komunikasi menjadi dua kategori dasar. Pertama, untuk menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi kebutuhan kita untuk memberi makan dan pakaian kepada diri sendiri, memuaskan kepanasaran kita akan lingkungan, dan menikmati hidup. Kedua, untuk menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang lain.

Rudolph F. Verderber mengemukakan bahwa komunikasi itu memiliki dua fungsi. Pertama, fungsi sosial yaitu untuk kesenangan, untuk menunjukan ikatan dengan orang lain, membangun dan memelihara hubungan. Kedua, fungsi pengambil keputusan, yaitu

16 Udai Pareek, Perilaku Organisasi; Pedoman ke Arah Pemahaman Proses Komunikasi


(30)

18

memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu pada suatu saat tertentu.17

Dari beberapa fungsi dasar yang diungkapkan para tokoh komunikasi terlihat jelas bahwa fungsi komunikasi yaitu sebagai fungsi sosial untuk menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi kebutuhan kita dalam menikmati hidup (kepuasan), dan fungsi pengambil keputusan, yaitu memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu pada suatu saat tertentu.

c. Dukungan Keuangan

Dalam melaksanakan kegiatannya, sekolah memerlukan dukungan pembiayaan yang memadai. Pertanyaan mendasar yang perlu dijawab dalam menjelaskan standar pembiayaan sekolah adalah: “bagaimana kondisi pembiayaan untuk pendidikan di sekolah baik yang terkait dengan biaya investasi, biaya operasi, maupun biaya personal yang bersumber dari pemerintah maupun masyarakat?”.

Perencanaan keuangan sekolah sedikitnya mencakup dua kegiatan, yakni penyusunan anggaran, dan pengembangan Rencana Anggaran Belanja Sekolah (RAPBS).

Penyusunan anggaran keuangan sekolah sering disebut Anggaran Belanja Sekolah (ABS), biasanya dikembangkan dalam format-format yang meliputi: (1) sumber pendapatan terdiri dari UYHD, DPP, OPF; dan lain-lain; (2) pengeluaran untuk kegiatan belajar mengajar, pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana, baha-bahan dan alat pelajaran honorarium dan kesejahteraan.18

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan keuangan sekolah atau anggaran belanja sekolah menurut Morphet (1975) adalah sebagai berikut:

17 Elvinaro Ardianto. Bambang Q-Aneed, Filsafat Ilmu Komunikasi, (Bandung; Simbiosa

Rekatama Media) Cet.I. h.3

18 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung; PT. REMAJA


(31)

a.Anggaran belanja sekolah harus dapat mengganti beberapa peraturan dan prosedur yang tidak efektif sesuai dengan perkembangan kebutuhan pendidikan.

b.Merevisi peraturan dan input lain yang relevan, dengan merancang pengembangan sistem secara efektif.

c.Memonitor dan menilai keluaran pendidikan secara terus menerus dan berkesinambungan sebagai bahan perencanaan tahap berikutnya.

Berdasarkan hal tersebut dapat dikemukakan bahwa perencanaan keuangan sekolah dapat dikembangkan secara efektif jika didukung oleh beberapa sumber yang esensial, seperti: a) sumber daya manusia yang kompeten dan mempunyai wawasan luas tentang dinamika sosial masyarakat; b) tersedianya informasi yang akurat dan tepat waktuuntuk menunjang pembuatan keputusan; c) menggunakan manajemen dan teknologi yang tepat dalam perencanaan; d) tersedianya dana yang memadai untuk menunjang pelaksanaan.19

Pengembangan RAPBS pada umumnya menempuh langkah-langkah pendekatan dengan prosedur diantaranya pada tingkat kerjasama dengan komite sekolah. Kerjasama antara komite sekolah dengan kelompok kerja yang telah terbentuk dalam organisasi, dilakukan untuk melakukan rapat pengurus dan rapat anggota dalam rangka mengembangkan kegiatan yang harus dilakukan sehubungan dengan pengembangan RAPBS.20

d. Kendali Mutu

Dari beberapa peran Komite Sekolah di lembaga pendidikan, kendali mutu merupakan faktor penting dalam meningkatkan mutu yang berkesinambungan. dalam pengendalian mutu ini ada dua hal

19

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung; PT. REMAJA ROSDAKARYA), Cet. Ke-1, h. 200


(32)

20

yang penting untuk dibahas, prinsip pengendalian mutu dan proses pengendalian mutu.

Prinsip pengendalian mutu dalam rangka penjaminan mutu pendidikan pada tingkat satuan pendidikan didasarkan pada prinsisp-prinsip tersebut.

a. Quality First, yaitu seluruh pikiran dan tindakan kepala/pimpinan pada berbagai tingkat organisasi atau unit di satuan pendidikan harus mengutamakan atau memprioritaskan mutu.

b. Stakeholder-In, yaitu seluruh pikiran dan tindakan kepala/pemimpin pada berbagai tingkat organisasi atau unit di satuan pendidikan harus ditujukan pada kepuasan stakeholders. c. The Next Process is Our Stakeholder, yaitu setiap orang yang

melakukan tugas dalam penyelanggaraan proses pendidikan di sekolah harus menganggap pihak lain yang menggunakan hasil pelaksanaan tugasnya sebagai stakeholders yang harus dipuaskan.

d. Speak with Data, yaitu setiap orang yang menyelenggarakan

proses pendidikan di sekolah dalam melakukan tindakan dan pengambilan keputusan harus didasarkan pada hasil analisis data yang akurat dan relevan.

e. Upstream Management, yaitu seluruh pengambilan keputusan

dalam menyelenggarakan proses pendidikan di sekolah dilakukan secara partisipatif.21

Proses peengendalian mutu dalam rangka penjaminan mutu pendidikan di sekolah mengarah pada pengendalian mutu berbasis

Plan, Do, Check, Action (PDCA). Proses ini sesuai dengan model

pengendalian mutu yang sering digunakan di lembaga


(33)

pendidikan/sekolah. Proses pengendalian mutu berbasis PDCA ini akan menghasilkan perbaikan berkelanjutan atas mutu pendidikan.22

B. Mutu Pendidikan

Bagi setiap institusi, mutu adalah agenda utama dan meningkatkan mutu merupakan tugas yang paling penting. Walaupun demikian, sebagian orang menganggap mutu sebagai sebuah konsep yang penuh dengan teka-teki. Mutu dianggap sebagai suatu hal yang membingungkan dan sulit untuk diukur. Mutu dalam pandangan seseorang terkadang bertentangan dengan mutu dalam pandangan orang lain, sehingga tidak aneh jika ada dua atau lebih pakar yang tidak memiliki kesimpulan yang sama tentang bagaimana cara menciptakan institusi yang baik.

Tapi suatu hal yang bisa kita yakini adalah mutu merupakan suatu hal yang membedakan antara yang baik dan yang sebaliknya. Bertolak dari kenyataan tersebut, mutu dalam pendidikan akhirnya merupakan hal yang membedakan antara kesuksesan dan kegagalan. Sehingga mutu jelas sekali merupakan masalah pokok yang akan menjamin perkembangan sekolah dalam meraih status ditengah-tengah persaingan dunia pendidikan yang kian keras.

Pendidikan yang bermutu akan diperoleh pada sekolah yang bermutu yang memiliki standar mutu, dan sekolah yang bermutu akan menghasilkan SDM yang bermutu pula.

1. Pengertian Mutu

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, Mutu adalah ukuran baik buruk suatu benda, keadaan, taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan, dan sebagainya).23

Mutu memiliki pengertian yang bervariasi. Seperti yang dinyatakan Nomi Preffer dan Anna Coote setelah mereka berdiskusi tentang mutu

22

Ibid, h.561

23 Pusat pembinaan dan pengembangan Bahasa, depdikbud, kamus besar bahasa


(34)

22

dalam jasa kesejahteraan, bahwa ”Mutu merupakan konsep yang licin”. Mutu mengimplikasikan hal-hal yang berbeda pada masing-masing orang.24

Tak dapat dipungkiri bahwasannya setiap orang setuju terhadap peningkatan mutu pendidikan. Hanya saja, masalah yang muncul kemudian adalah kurangnya kesamaan makna tentang mutu tersebut.

Membicarakan tentang pengertian kualitas atau mutu dapat berbeda makna bagi setiap orang, karena mutu memiliki banyak kriteria dan sangat tergantung pada konteksnya. Dalam mendefinisikan mutu ada lima pakar utama dalam TQM (Total Quality Managemen) yang saling berbeda pendapat, tetapi memiliki maksud yang sama.

Menurut Edward Sallis, mutu dapat dipandang sebagai sebuah konsep yang secara bersama-sama absolut sekaligus relatif. Konsep mutu yang absolut jika dikaitkan dengan konteks pendidikan, maka konsep sedemikian adalah elit, karena hanya sedikit institusi yang dapat memberikan pengalaman pendidikan dengan ”mutu tinggi” kepada peserta didik. Sebagian besar peserta didik tidak bisa menjangkaunya, dan sebagian besar institusi tidak berangan-angan untuk memenuhinya.25

Sedangkan definisi relatif tersebut memandang mutu bukan sebagai atribut produk atau layanan, tetapi sesuatu yang dianggap berasal dari produk atau layanan tersebut. Mutu dapat dikatakan ada apabila sebuah layanan memenuhi spesifikasi yang ada. Mutu merupakan sebuah cara yang menentukan apaka produk terakhir sesuai dengan standar atau belum.26

Lain halnya dengan konsep relatif yang memandang mutu, Mutu adalah sebuah hal yang berhubungan dengan gairah dan harga diri. (Tom Peters dan Nancy Austin, A Passkin For Excellence, 1985). Mutu

24 Edward Sallis, Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan, (Jogjakarta: IRCiSoD ), Cet.

Ke-I, h. 50,

25

Edward Sallis, Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan, (Jogjakarta: IRCiSoD ), Cet. Ke-I,h. 52


(35)

Pendidikan Secara umum dapat dikatakan sebagai suatu gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan.

2. Standar Mutu Pendidikan

Ada beberapa prinsip yang perlu dipegang dalam menerapkan program mutu pendidikan diantaranya sebagai berikut:

a. Peningkatan mutu pendidikan menuntut kepemimpinan kepala sekolah dalam bidang pendidikan.

b. Kesulitan yang dihadapi para professional pendidikan adalah ketidakmampuan mereka dalam menghadapi “kegagalan sistem” yang mencegah mereka dari pengembangan atau penerapan cara atau proses baru untuk memperbaiki mutu pendidikan yang ada. c. Peningkatan mutu pendidikan harus melakukan loncatan-loncatan.

Norma dan kepercayaan lama harus dirubah. Sekolah harus belajar bekerja sama dengan sumber-sumber yang terbatas. Para professional pendidikan harus membantu para siswa dalam mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan guna bersaing di dunia global.

d. Uang bukan kunci utama dalam usaha peningkatan mutu. Mutu pendidikan dapat diperbaiki jika administrator, guru, staff, pengawas, dan pimpinan kantor Diknas mengembangkan sikap yang terpusat pada kepemimpinan, teamwork, kerja sama, akuntabilitas, dan rekognisi. Uang tidak menjadi penentu dalam peningkatan mutu.

e. Kunci utama dalam peningkatan mutu pendidikan adalah komitmen pada perubahan. Jika semua guru dan staf sekolah telah memiliki komitmen pada perubahan, pimpinan dapat dengan mudah mendorong mereka menemukan cara baru untuk memperbaiki efesiensi, produktivitas dan kualitas layanan pendidikan. Guru akan menggunakan pendekatan baru atau model-model mengajar,


(36)

24

membimbing, dan melatih dalam membantu perkembangan siswa. Demikian juga stafadministrasi, ia akan menggunakan proses baru dalam menyusun biaya, menyelesaikan maslah, dan mengembangkan program baru.

f. Banyak professional di bidang pendidikan yang kurang memiliki pengetahuan dan keahlian dalam menyiapkan para siswa memasuki pasar kerja yang bersifat global. Ketakutan terhadap perubahan, atau takut melakukan perubahan akan mengakibatkan ketidaktahuan bagaimana mengatasi tuntutan-tuntutan baru.

g. Program penigkatan mutu dalam bidang komersial tidak dapat dipakai secara langsung dalam pendidikan, tetapi membutuhkan penyesuaian dan penyempurnaan. Budaya, lingkungan dan proses kerja tiap organisasi berbeda.

h. Salah satu komponen kunci dalam program mutu adalah sistem pengukuran. Dengan menggunakan sistem pengukuran memungkinkan para professional pendidikan dapat memperlihatkan dan mendokumentasikan nilai tambah dari pelaksanaan program peningkatan mutu pendidikan, baik terhadapa siswa, orang tua maupun masyarakat.

i. Masyarakat dan manajemen pendidikan harus menjauhkan diri dari kebiasaan menggunakan “program singkat”, peningkatan mutu dapat dicapai melalui perubahan yang berkelanjutan tidak dengan program-program singkat.27

Setelah memahami definisi mutu, maka diketahui pula apa saja yang termasuk dalam dimensi mutu. Garvin, seperti yang dikutip oleh M. N. Nasution28 mendefinisikan delapan dimensi yang dapat digunakan

27 Nana Syaodih Sukmadinata. dkk, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah,

(Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), Cet. Ke-1, h. 9-11

28 M. N. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management), (Jakarta;


(37)

untuk menganalisis karakteristik kualitas produk. Kedelapan dimensi itu adalah sebagai berikut:

1. Kinerja/performa (performance), yaitu berkaitan dengan aspek fungsional dari produk dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan ketika ingin membeli suatu produk yakni karakteristik pokok dari produk inti.

2. Features, merupakan aspek kedua dari performa yang menambah

fungsi dasar berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembangannya, yaitu cirri-ciri/keistimewaan tambahan atau karakteristik pelengkap/tambahan.

3. Keandalan (reliability), yaitu berkaitan dengan kemungkinan suatu produk yang berfungsi secara berhasil dalam periode waktu tertentu dibawah kondisi tertentu. Dengan demikian, keandalan merupakan karakteristik yang merefleksikan kemungkinan tingkat keberhasilan dalam penggunaan suatu produk.

4. Konformitas (conformance), yaitu berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan. Kalau menurut Tjiptono, konformitas berkaitan dengan sejauh mana karakteristik desain operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya.

5. Daya tahan (durability), yaitu berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan.

6. Kemampuan pelayanan (serviceability), merupakan karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan/kesopanan, kompetensi, kemudahan, serta penanganan keluhan yang memuaskan.

7. Estetika (aesthetics), merupakan karakteristik mengenai keindahan yang bersifat subjektif sehingga berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi atau pilihan individual.


(38)

26

8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), yaitu karakteristik yang berkaitan dengan reputasi (brand name, image).29

Adapun indikator atau kriteria yang dapat dijadikan tolok ukur mutu pendidikan yaitu hasil akhir pendidikan, hasil langsung pendidikan (hasil langsung inilah yang dipakai sebagai titik tolok pengukuran mutu pendidikan suatu lembaga pendidikan, misal: tes tertulis daftar cek, anekdot, skala rating, dan skala sikap), proses pendidikan, instrument input (alat berinteraksi dengan raw input, yakni siswa), serta raw input dan lingkungan.

Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu berpedoman pada konteks hasil pendidikan yang mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu (missal: setiap semester, setahun, 5 tahun dan sebagainya). Prestasi yang dicapai dapat berupa hasil tes kemampuan akademis (misal: ulangan umum, UN dan lain-lain) atau prestasi dibidang lain (misal: dalam cabang olahraga dan seni). Bahkan prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang

(Intangible), seperti suasana disiplin, keakraban, saling menghormati dan

sebagainya.

C. Kerangka Berfikir

Mutu Pendidikan secara umum merupakan suatu gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan. Dalam konteks pendidikan pengertian mutu mencakup input, proses, dan output

pendidikan. Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengelolaan input

pendidikan dilakukan secara harmonis, seperti guru yang mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik.

29 Umiarso dan Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan,


(39)

Komite Sekolah dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas). Komite Sekolah dibentuk di setiap satuan pendidikan atau kelompok satuan pendidikan. Keberadaan Komite Sekolah kini telah diperkuat dari aspek legal karena telah dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tantang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu pada Pasal 56.

Komite Sekolah dibentuk agar ada suatu organisasi masyarakat sekolah yang mempunyai komitmen dan loyalitas serta peduli terhadap peningkatan kualitas sekolah. Komite Sekolah yang dibentuk dapat dikembangkan secara khas dan berakar dari budaya, demografis, ekologis, nilai kesepakatan.

Oleh karena itu, Komite Sekolah yang dibangun harus merupakan pengembang kekayaan filosifis masyarakat secara kolektif. Artinya, Komite Sekolah mengembangkan konsep yang berorientasi kepada pengguna (client

model), berbagi kewenangan (power sharing and advocacy model), dan

kemitraan (partnership model) yang difokuskan pada peningkatan mutu pendidikan.

Komite sekolah tidak mempunyai hubungan yang hierarkis dengan satuan pendidikan maupun lembaga pemerintah lainnya. Komite sekolah merupakan badan yang pada dasarnya memiliki tujuan, tugas pokok, peran dan fungsi yang dibentuk pada satuan pendidikan khususnya sekolah.

Peran komite sekolah yang dijabarkan dalam fungsi komite sekolah adalah sebagai pemberi pertimbangan (advisory), pendukung (supporting), pengontrol (controlling), dan mediator.

Pemberi pertimbangan ialah memberikan masukan, pertimbangan dan rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai (1) kebijakan dan program pendidikan, (2) RAPBS, (3) kriteria kinerja satuan pendidikan (4) kriteria tenaga kependidikan, (5) kriteria fasilitas pendidikan, dan (6) hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan. Sebagai pendukung yang dijabarkan dalam fungsi komite sekolah adalah mendorong orang tua dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pendidikan, menggalang dana masyarakat dalam rangka


(40)

28

pembiayaan penyelenggaraan pendidikan, mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelengaraan pendidikan yang bermutu. Sebagai pengontrol yang dimaksud ialah melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelengaraan, dan keluaran pendidikan. Sebagai mediator ialah melakukan kerjasama dengan masyarakat, menampung dan menganalisis aspirasi, ide,tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.30

Terbentuknya komite sekolah diharapkan agar ada organisasi masyarakat sekolah yang memiliki komitmen dan loyalitas tinggi serta peduli terhadap peningkatan kualitas pendidikan.

Dengan demikian, apabila komite sekolah mengerti dan paham akan apa yang harus dilakukan dengan komitmen dan loyalitas yang tinggi, maka kualitas atau mutu pendidikan pun akan menjadi baik, dan akan terlihat peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu sekolah.

30 Departemen Pendidikan Nasional, Acuan Operasional Kegiatan dan Indikator Komite


(41)

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Peran Komite sekolah di SMP Negeri 244 Jakarta dalam meningkatkan mutu pendidikan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini adalah di SMP Negeri 244 Jakarta. Adapun penelitian ini dilaksanakan mulai Februari hingga April 2011.

C. Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah, guru dan anggota komite sekolah dengan jumlah anggota 17 orang.

D. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari fenomena objek yang diteliti.


(42)

30

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan tekhnik:

a. Wawancara

Dalam hal ini penulis mengadakan wawancara dengan Ketua Komite Sekolah guna mendapat informasi tentang peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah tersebut. Metode wawancara ini digunakan untuk dapat mengetahui bentuk peran komite sekolah yang telah dilakukan oleh komite sekolah di SMP Negeri 244 Jakarta.

b. Dokumentasi

Dokumentasi dimaksudkan untuk memperkuat data yang diperoleh dari hasil wawancara. Adapun dokumen yang dibutuhkan terkait dengan penelitian ini adalah dokumen tentang kegiatan komite sekolah yang telah dilakukan oleh segenap pihak komite sekolah.

c. Observasi

Observasi ini dilaksanakan untuk memperoleh data yang menyeluruh mengenai kondisi objek yang sedang diteliti, seperti mengamati lingkungan sekolah keadaan guru, struktur organisasi komite sekolah, serta untuk melihat secara langsung tentang peran komite sekolah di SMP Negeri 244 Jakarta.

d. Angket

Sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan peran komite sekolah di SMP Negeri 244 Jakarta. Angket ini disusun sesuai dengan kisi-kisi instrument penelitian yang telah dibuat dan disebarkan kepada anggota-anggota komite sekolah di SMP Negeri 244 Jakarta, guna mengetahui peran komite sekolah yang dilakukan komite sekolah SMP Negeri 244 Jakarta. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian lapangan, yaitu terjun langsung di lokasi penelitian untuk mendapatkan yang diperlukan.


(43)

F.

Tekhnik Pengolahan Data

Teknik dalam pengoalah data ini, penulis mengerjakan dengan cara sebgai berikut:

1. Editing/Verifikasi

Setelah angket diisi oleh responden dan dikembalikan kepada penulis, penulis segera meneliti kelengkapan dalam pengisian angket apabila ada jawaban tidak dijawab, penulis menghubungi responden yang bersangkutan untuk disempurnakan jawabannya agar angket tersebut sah.

2. Coding (pengkodean)

Tahap pengkodean meliputi kegiatan mengubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan hasil isian angket yang diserahkan kepada responden.

3. Tabulating

Tabulating (menyusun data dalam bentuk tabel) merupakan tahap lanjutan dalam proses editing, lewat tabulasi ini data lapangan akan tampak ringkas dan tersusun dalam suatu tabel yang baik, sehingga dapat dipahami dengan mudah.

4. Skoring (penilaian)

Pada tahap skoring ini peneliti memberi nilai pada data sesuai dengan skor yang telah ditentukan berdasarkan kuesioner yang telah diisi oleh responden.

G.

Instrumen Penelitian

Adapun instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh data mengenai Peran Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMP Negeri 244 Jakarta dibuat dalam bentuk non test dengan menggunakan angket. Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, dengan jawaban sudah disediakan oleh peneliti sehingga responden tinggal memilih. Berikut ini adalah kisi-kisi instrumen penelitian yaitu :


(44)

32

Tabel 1 Kisi-Kisi Angket

No. Variabel Indikator No. Item

1 Peran Komite Sekolah

1.Sebagai badan pemberi pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan 2.Sebagai badan pendukung

baik berupa finansial, pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan

3.Sebagai badan pengontrol dalam rangka transparansi dan akuntabilitas

penyelenggaraan pendidikan 4.Sebagai komunikator /

mediator antara Pemerintah dengan Masyarakat

1,2,3,4,5

6,7, 8,9,10,11

12,13,14

15,16,17,18,19,20

H.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan agar data yang terkumpul itu dapat dianalisa kemudian diambil kesimpulan.

Dalam analisis data penulis mengkategorikan hasil angket menurut indikator masing-masing, dan perhitungan yang penulis gunakan adalah untuk mengetahui peran komite sekolah dan mutu pendidikan di SMP Negeri 244 Jakarta, maka teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif melalui beberapa tahapan:


(45)

Data yang diperoleh dari hasil wawancara akan ditampilkan terlebih dahulu beserta analisisnya oleh peneliti. Selanjutnya data yang diperoleh dari hasil angket akan ditampilkan kemudian dalam tiga tahap, yaitu: tampilan tiap butir soal, tampilan tiap indikator, dan tampilan keseluruhan data. Untuk mengetahui peranan komite sekolah di SMP Negeri 244 Jakarta, pertama-tama terlebih dahulu ditentukan skor ideal/kriterium. Skor ideal adalah skor yang ditetapkan dengan asumsi bahwa setiap responden memberi jawaban dengan skor tertinggi. Selanjutnya untuk menjawab pertanyaan yang berkenaan dengan peranan komite sekolah dalam meningkatkan mutu dapat dilakukan dengan cara membagi jumlah skor hasil penelitian dengan skor ideal.1

Untuk mengetahui setiap butir pernyataan maka hasil angket akan dideskripsikan lebih rinci dengan menghitung nilai setiap butir pernyataan dalam instrumen, sehingga dapat diketahui mana yang mendapat nilai rendah, nilai tinggi dan nilai rata-rata.

Jawaban setiap item instrument yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negative, yangdapat berupa kata-kata.2 Untuk menentukan tingkat keefektifan tiap butir/indikator digunakan klasifikasi sebagai berikut:

Tabel 2

Klasifikasi nilai rentang interval Klasifikasi Persentase Mean

Sangat Efektif 76 % - 100 %

Cukup Efektif 51 % - 75 %

Kurang Efektif 26 % - 50 %

Sangat Tidak Efektif 0 % - 25 %

1 Sugiono Metode Penelitian Administrasi, (Bandung : PT Alfa Beta, 2008), Cet. Ke-16,

h. 204


(46)

34

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Sekolah

1. Profil SMP Negeri 244 Jakarta

Sebelum disahkan atau ditetapkan oleh pemerintah nama SMP N 244 adalah SMP N 114 KJ (kelas jauh), artinya dalam kegiatan operasional SMP N 114 KJ ini menginduk pada SMP N 114 di daerah Semper. Dalam melakukan kegiatan belajar mengajar masa SMP N 114 KJ ada di dua tempat atau lokasi, yakni :

Pada tahun pembelajaran 1982-1983 tempat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar bertempat di Marunda dengan Kepala Sekolah Drs. O. Napitupulu dan Wakil Kepala Sekolah Sahureka Johanes

Pada tahun pembelajaran 1983-1984, 1984-1985 dan 1985-1986, tempat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar bertempat di Kelapa Dua (kelas 1 dan 2) dan di Jl. Swasembada (kelas 3), dengan Kepala Sekolah Drs. O. Napitupulu dan Wakil Kepala Sekolah Sahureka Johanes

2. Visi dan Misi

Visi : Menghasilkan lulusan yang beriman dan bertaqwa, cerdas,


(47)

Indikator Visi :

1. Unggul dan bermutu dalam mewujudkan pengembangan kurikulum yang adaktif dan proaktif

2. Unggul dan bermutu dalam mewujudkan sosialisasi KTSP, baik dalam tingkat sekolah, kecamatan,kodya maupun provinsi

3. Unggul dan bermutu serta dinamis dalam mewujudkan pengembangan silabus

4. Aktif dan kreatif serta bermutu dalam kegiatan sosialisasi silabus 5. Aktif dalam melaksanakan kegiatan pendalaman materi khusus siswa

kelas IX, terutama dalam mata pelajaran UN

6. Aktif dalam kegiatan proses pembelajaran melalui Try Out untuk kelas 7,8 dan 9

7. Aktif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran US khusus siswa kelas IX

8. Unggul dalam media pembelajaran, melalui pemenuhan sarana prasarana

9. Aktif dalam penggunaan media pembelajaran dengan menggunakan konsep CTL

10. Aktif bekerja sama dengan komite dalam rangka memenuhi standar pembiayaan

Pendidikan

1. Aktif memberikan kesempatan kepada tenaga pendidik dan kependidikan untuk mengikuti kegiatan-keiatan peningkatan sumber daya manusia.

2. Siswa dapat hidup dengan berbagai keragaman suku, agama, ras dan budaya yang saling menghormati dan menghargai

3. Siswa selalu bersaing dalam memperoleh nilai hasil tes, ulangan atau ujian akhir

4. Siswa menggunakan media dalam kegiatan pembelajaran


(48)

36

M i s i :

1. Sekolah melaksanakan pendidikan yang menghasilkan lulusan cerdas, terampil, beriman, bertaqwa dan memiliki keunggulan kompetitif 2. Sekolah melaksanakan kegiatan pembinaan pembiasaan rohani

disamping melalui kegiatan kurikuler

3. Mengembangkan pembelajaran dengan pendekatan CTL 4. Memberikan tugas individu dalam kegiatan pembelajaran

5. Melaksanakan dan mengikut sertakan kegiatan berbagai lomba baik tingkat sekolah, kecamatan, kodya maupun propinsi dalam berbagai event

6. Mengembangkan pilar pendidikan learning to live together

7. Mewujudkan perangkat pembelajaran yang lengkap, mutakhir dan berwawasan kedepan

8. Melaksanakan system penilaian yang otentik, akurat dan dapat diakses unsur orang tua, masyarakat dan pemerintah

9. Melengkapi sarana prasarana pembelajaran

3. Biodata Sekolah

Tabel 3 Biodata Sekolah

Instansi : Dinas Pendidikan

Unit Kerja (No. Sekolah) : SMP Negeri 244

Alamat Sekolah : Jl. Cilincing Bhakti VI/28

Kotamadya : Jakarta Utara

Provinsi : DKI Jakarta

No. Telepon : 021 – 4400872

Fax : 021 – 44836760

Kode Pos : 14120

No. Tanggal SK Pendirian Sekolah : 0886/O/1986 Tanggal 22-12-1986


(49)

Untuk mengetahui peran Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu Pendidikan di SMPN 244 Jakarta, penulis menggunakan beberapa teknik yang diantaranya teknik observasi, wawancara dan angket. Hasil angket yang telah dikumpulkan ditabulasikan kedalam bentuk prosentase berdasarkan dimensinya masing-masing dan diolah dengan menggunakan rumusan distribusi frekuensi, kemudian dikorelasikan dengan hasil wawancara ketua Komite Sekolah. Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh dapat dengan mudah dimengerti dan dapat dipahami serta dapat memberikan penjelasan dari tujuan penelitian yang dilakukan.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis dapat dikemukakan beberapa hal mengenai komite sekolah di SMP Negeri 244 Jakarta. Berawal dari terbentuknya komite sekolah yang direspon positif oleh sekolah dan masyarakat sekitar sekolah, dikarenakan dapat membantu program-program pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan. Komite sekolah di SMP Negeri 244 Jakarta dibentuk dari masyarakat yang terdiri dari tokoh agama, tokoh pendidikan, wali murid, dokter, dan tiga guru yang tidak ditempatkan dalam posisi inti, misalkan, sebagai bendahara tiga atau anggota bidang pendidikan.

Dalam memelihara kesepahaman peduli terhadap pendidikan, Komite sekolah di SMP Negeri 244 Jakarta juga selalu memberikan kenangan seperti ”ucapan terima kasih” yang berbentuk penghargaan kepada segenap anggotanya maupun wali murid yang selalu mendukung program komite sekolah.

Dalam organisasi tidak mungkin luput dari masalah. komite sekolah juga memiliki permasalahan atau kekurangan yang selalu dievaluasi. Evaluasi ini pun memiliki dua hari yang ditentukan yaitu senin dan sabtu. Permasalahan yang dihadapi komite sekolah bukanlah suatu kendala yang tidak bisa diatasi bersama.

Ketua Komite Sekolah juga memberikan tanggung jawab dan memfungsikan tiap-tiap anggota komite di bidang mereka yang merupakan cara untuk selalu mengingatkan dan mengajak para anggota komite sekolah


(50)

38

untuk terus berperan aktif dalam meningkatkan mutu pendidikan. Komite sekolah juga tidak hanya mengingatkan dan mengajak para anggota yang pasif dalam perannya sebagai komite, dan bersikap tegas untuk menggantikan anggota-anggotanya yang sudah diingatkan dan diajak tapi tidak mengindahkannya sehingga digantikan dengan yang lain yang lebih siap mendukung program-program komite sekolah yang diketuai oleh ibu Siti Aisyah.

Dalam analisis data, penulis menganalisis data hasil angket dengan cara mengelompokan setiap indikator-indikator yaitu sebagai berikut:

1. Badan pemberi pertimbangan (dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan)

Pada indikator pemberi pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan terdapat 5 pernyataan dimana hasil penghitungan angketnya adalah sebagai berikut :

a. Komite Sekolah diikutsertakan dalam penentuan program sekolah.

Tabel 4

Komite sekolah diikutsertakan dalam penentuan program sekolah memiliki kriteria yang efektif, diantaranya, dilaksanakannya program remedial bagi siswa yang kemampuannya rendah, dilaksanakannya pengayaan bagi siswa yang sudah mampu (penguatan akan kemampuan).

- rapat pembentukan panitia komite sekolah SMPN 244 Jakarta (Sabtu, 60 februari 2010)

- rapat merancang kegiatan akhir tahun 2009-2010 (sabtu, 20 februari 2010)

- rapat rencana perpisahan kelas IX (Jumat, 26 februari 2010)

Skor Ideal (SI)

Skor Perolehan (SP)

SP : SI % Kriteria


(51)

b. Komite sekolah ikut memberikan pertimbangan dalam menentukan siswa yang akan diterima di sekolah tersebut.

Tabel 5

Komite sekolah ikut memberikan pertimbangan dalam menentukan siswa yang akan diterima di sekolah kurang efektif, karena komite di sekolah di SMPN 244 Jakarta tidak pernah dilibatkan dalam penentuan siswa yang akan diterima

c. Komite Sekolah memberi pertimbangan dalam hal peningkatan kesejahteraan guru misalnya seperti pemberian insentif atau bonus kepada guru yang berasal dari anggaran komite sekolah.

Tabel 6

Komite Sekolah memberi pertimbangan dalam hal peningkatan kesejahteraan guru efektif, terbukti dengan pemberian insentif atau bonus kepada guru-guru yang berprestasi (efektif dalam proses belajar mengajar)

d. Komite Sekolah memberikan pertimbangannya untuk ikut menentukan siapa guru yang yang dianggap berprestasi.

Tabel 7 Skor Ideal

(SI)

Skor Perolehan (SP)

SP : SI % Kriteria

51 17 0,333 33 % Kurang

Efektif

Skor Ideal (SI)

Skor Perolehan (SP)

SP : SI % Kriteria

51 42 0,823 82 % Efektif

Skor Ideal (SI)

Skor Perolehan (SP)

SP : SI % Kriteria


(52)

40

Komite Sekolah memberikan pertimbangannya untuk ikut menentukan siapa guru yang yang dianggap berprestasi “efektif”, terlibatnya dalam rapat penentuan kriteria guru yang berprestasi (komunikatif, informatif dan terampil)

e. Komite Sekolah memberi pertimbangan dalam hal pengadaan buku baik bagi siswa maupun untuk sekolah sendiri, serta dalam pengadaan alat peraga untuk sekolah.

Tabel 8

Komite Sekolah memberi pertimbangan dalam hal pengadaan buku baik bagi siswa maupun untuk sekolah sendiri terlihat efektif, dengan tersedianya perpustakaan dan alat peraga untuk membantu guru dalam proses belajar mengajar.

Tabel 9

Rekapitulasi Badan pemberi pertimbangan (dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan)

Berdasarkan hasil angket indikator pertama ini, yang disebarkan kepada komite terbukti bahwa 79% responden menyatakan peran komite sekolah sangat efektif sebagai pemberi pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan. Hal ini terlihat dari data hasil penelitian yang penulis lakukan dan sesuai dengan hasil wawancara yang telah penulis lakukan kepada ketua komite sekolah, bahwa komite sekolah diikutsertakan dalam penentuan program sekolah dan ikut serta dalam

Skor Ideal (SI)

Skor Perolehan (SP)

SP : SI % Kriteria

51 49 0,96 96 % Efektif

Skor Ideal (SI)

Skor Perolehan (SP)

SP : SI % Kriteria

255 201 0,788 79 % Sangat


(53)

memberikan pertimbangan siapa guru yang berprestasi. Selain itu komite juga berperan dalam memberikan pertimbangan pengadaan buku baik untuk siswa maupun untuk sekolah sendiri, serta dalam pengadaan alat peraga untuk sekolah.

1. Badan Pendukung (financial, pemikiran dan tenaga)

Pada indikator badan pendukung (financial, pemikiran dan tenaga) terdapat 6 pernyataan dimana hasil penghitungan angketnya adalah sebagai berikut :

a. Komite Sekolah secara aktif mencari dana sendiri dan tidak bergantung kepada dana alokasi dari pihak sekolah.

Tabel 10

Dalam pencarian dana Komite Sekolah secara aktif dapat dibilang sangat efektif, karena komite sekolah terutama ketua komite sekolah berperan dengan membuat relasi-relasi potensial yang berada di jakarta utara.

b. Komite Sekolah melakukan pendataan sendiri mengenai kondisi sosial ekonomi dan sumber daya pendidikan masyarakat.

Tabel 11

dalam hal pendataan sendiri terlihat ketika pertemuan-pertemuan wali-wali murid dalam mensosialisasikan program-program

Skor Ideal (SI)

Skor Perolehan (SP)

SP : SI % Kriteria

51 48 0,941 94 % Sangat

Efektif

Skor Ideal (SI)

Skor Perolehan (SP)

SP : SI % Kriteria

51 48 0,941 94 % Sangat


(54)

42

sekolah komite sekolah berperan mendata dalam hal sosial ekonomi dan sumber daya pendidikan sehingga dapat terlihat mana wali murid yang memang harus dibantu dan dapat memberika bantuan lebih dalam dunia pendidikan yang masih perlu perhatian lebih dari masyarakat sekitar SMP Negeri 244 Jakarta.

c. Komite Sekolah melibatkan secara aktif tokoh masyarakat atau pemerintah (diluar anggota komite) apabila menghadapi suatu masalah.

Tabel 12

Konsultasi dan komunikasi dengan tokoh masyarakat atau pemerintah dalam memecahkan suatu masalah merupakan jalan utama bagi komite sekolah SMP Negeri 244 Jakarta. Terlihat dengan perkembangan dan kemajuan sekolah, contoh; infrastruktur di sekolah yang berusaha dilengkapi dalam menunjang kualitas siswa, jumlah murid yang bertambah.

d. Komite Sekolah ikut mengawasi proses rehabilitasi/perbaikan fisik.

Tabel 13

Supervisi yang dilakukan komite sekolah sangat efektif dengan dibentuknya jadwal bagi para anggota komite untuk bisa datang ke sekolah dalam pengawasan infrstruktur yang biasa dievaluasi pada hari senin dan sabtu.

Skor Ideal (SI)

Skor Perolehan (SP)

SP : SI % Kriteria

51 50 0,98 98 % Sangat

Efektif

Skor Ideal (SI)

Skor Perolehan (SP)

SP : SI % Kriteria

51 42 0,823 82 % Sangat


(55)

e. Komite Sekolah ikut menyumbang dalam bentuk tenaga kerja dalam rehab/perbaikan sekolah tersebut, baik ikut bekerja secara langsung maupun tidak langsung (membayar buruh untuk bekerja).

Tabel 14

Dalam hal ini komite sekolah ikut bekerja secara langsung maupun tidak langsung. Pembuatan tempat parkir dan mushola merupakan hasil dari kerjasama komite sekolah dengan buruh.

f. Komite Sekolah memberi saran tentang proses belajar mengajar di kelas misalnya menyarankan agar guru lebih melibatkan siswa secara aktif dalam pelajaran di kelas, atau menyarankan untuk memperbanyak memberi tugas di rumah.

Tabel 15

Memberikan evaluasi atau saran kepada guru-guru merupakan hasil dari supervisi para komite yang diwakili dari para wali murid yang biasa dibahas dalam pertemuan-pertemuan rutin komite sekolah dengan wali murid.

Skor Ideal (SI)

Skor Perolehan (SP)

SP : SI % Kriteria

51 41 0,803 80 % Sangat

Efektif

Skor Ideal (SI)

Skor Perolehan (SP)

SP : SI % Kriteria

51 45 0,882 88 % Sangat


(1)

50

3 Pengontrol (Transparansi dan Akuntabilitas)

153 120 0,784 78 % Sangat

Efektif

4

Badan Penghubung (Mediator Antara Pemerintah Dan Masyarakat)

153 132 0,862 86 % Sangat

Efektif

5 Pengendalian Mutu 153 128 0,836 84 % Sangat

Efektif

TOTAL PERSENTASE 1020 855 4,165 417

Sangat Efektif


(2)

48 BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMP Negeri 244 Jakarta termasuk dalam kategori sangat efektif (83,4%), yang meliputi :

1. Peran komite sekolah Sebagai pemberi pertimbangan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan terbukti sangat efektif (79%), dimana komite sekolah diikutsertakan dalam penentuan program sekolah, ikut serta dalam memberikan pertimbangan siapa guru yang dianggap berprestasi, dan ikut serta dalam memberikan pertimbangan pengadaan buku baik untuk siswa maupun untuk sekolah sendiri, serta dalam pegadaan alat peraga untuk sekolah. 2. Sebagai pendukung berlangsungnya pendidikan di sekolah SMP

Negeri 244 Jakarta dikategorikan sangat efetif (90%), dimana komite sekolah aktif mencari dana sendiri dan tidak bergantung kepada dana alokasi dari pihak sekolah, melakukan pendataan sendiri mengenai kondisi sosial ekonomi dan sumber daya pendidikan masyarakat, melibatkan secara aktif tokoh masyarakat atau pemerintah dalam perbaikan fisik sekolah.

3. Sebagai pengontrol transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan terbukti sangat efektif (78%), dimana komite sekolah


(3)

49

ikut serta mengawasi proses belajar mengajar dan selalu menandatangani surat pertanggung jawaban (SPJ) proyek atau kegiatan di sekolah.

4. Sebagai mediator/komunikator antara pemerintah dan masyarakat terbukti sangat efektif(86%), dimana komite sekolah mengadakan pertemuan dengan dinas pendidikan setempat, kadang-kadang juga mengadakan pertemuan dengan para tokoh-tokoh pendidikan dan memfasilitasi pertemuan anatara pihak sekolah dengan wali murid. 5. Dalam pengendalian mutu pun terbukti sangat efektif (84%),

dikarenakan komite sekolah juga memberikan saran tentang layanan sekolah, memberi saran tentang lingkungan dan sumber daya fisik sekolah, begitupun dalam memberikan saran atau kritik kepada kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya.

B. SARAN

1. Komite Sekolah

- Sebagai badan pemberi pertimbangan, komite sekolah ikut serta dalam memberikan pertimbangan untuk meningkatkan standar mutu pendidikan di SMP Negeri 244 Jakarta.

- Sebagai badan pendukung, komite sekolah terus mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu di SMP Negeri 244 Jakarta sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

- Sebagai badan pengontrol, sebaiknya komite sekolah ikut mengawasi proses belajar mengajar di kelas agar dapat memberikan saran yang terbaik dalam proses belajar mengajar.

- Sebagai mediator/komunikator, komite sekolah menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh di satuan pendidikan di SMP Negeri 244 Jakarta.


(4)

2. Kepala Sekolah

- Kepala Sekolah dapat menjadikan komite sekolah sebagai partnership dalam rangka peningkatan fungsi manajemen berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan di SMP Negeri 244 Jakarta

- Kepala sekolah juga dapat memberikan saran-saran terbaiknya terhadap komite sekolah dalam perannya di SMP Negeri 244 Jakarta.


(5)

51

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro, Bambang Q-Aneed, Filsafat Ilmu Komunikasi, (Bandung; Simbiosa Rekatama Media) Cet. ke-1.

Departemen Pendidikan Nasional, Acuan Operasional Kegiatan dan Indikator Komite Sekolah, (Jakarta, 2003)

Diknas, Undang-Undang No.20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional.

Edward Sallis, Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan, (Jogjakarta: IRCiSoD ), Cet. ke-I.

Handoko, T., Hani, Manajemen, (Yogyakarta; BPFE-YOGYAKARTA, 2003).

Haria, Bambang, Strategi Manajemen; Strategi Memenangkan Perang Bisnis, Bayumedia.

Muhaimin, dkk, Manajemen Pendidikan Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, (Jakarta: Kencana, 2009).

Mulyasa, E., Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung; PT. REMAJA ROSDAKARYA, 2005).

Nasution, M., N., Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management), (Jakarta; Ghalia Indonesia, 2005).

Pareek, Udai, Perilaku Organisasi; Pedoman ke Arah Pemahaman Proses Komunikasi Antar Pribadi dan Motivasi Kerja, (Jakarta; PT Pustaka Binaman Pressindo), Cet. ke-3.

Poerwadaminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007).

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, depdikbud, kamus besar bahasa Indonesia, (jakarta Balai Pustaka,1999) Cet. ke-10.

Robbins, Stephen P., Teori Organisasi Struktur, Desain & Aplikasinya, (Jakarta; Arcan).

Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta; Rajawali Pers, 2009), Cet. ke-1.

Sugiono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung : PT Alfa Beta, 2008), Cet. ke-16.


(6)

Sujanto, Bedjo, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, (Jakarta; CV. Sagung Seto), Cet. Ke-I.

Toha, Miftah, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta; PT. RAJAGRAFINDO), Cet. ke-1.

Umiarso & Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di era Otonomi Pendidikan, (Jogjakarta: IRCiSod, 2010).

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta; RjaGrafindo Persada, 2007).