Peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta

(1)

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN

MUTU PENDIDIKAN DI MADARASAH PEMBANGUNAN UIN

JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

BODI KURNIAWAN

106018200742

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

ABSTRAKSI

Bodi Kurniawan. Peran Komite Sekolah Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta: Jurusan Kependidikan Islam, Program Studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini berangkat dari pertanyaan bagaimana Peran Komite Sekolah dalam Meningkatan Mutu Pendidikan di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta. Dari hasil studi pendahuluan didapatkan empat fokus penelitian yaitu a) bagaimana profil komite sekolah di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta, b) bagaimana strategi Komite Sekolah dalam menggalang dana untuk Meningkatan Mutu Pendidikan di MadrasahPembangunan UIN Jakarta, c) faktor pendukung bagi Komite Sekolah dalam Meningkatan Mutu Pendidikan di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta, d) faktor penghambat bagi Komite sekolah dalam Meningkatan Mutu Pendidikan di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta. Tujuan yang harapkan dalam penelitian ini adalah, sebagai penulis tentu mengharapkan penambahan wawasan dan pengetahuan mengenai peran, fungsi, serta untuk melihat sejauh mana penerapan prinsip komite sekolah, dan tujuan dari adanya komite sekolah di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta. Dan manfaatnya yang ingin diperoleh bagi penulis, selain sejalan dengan tujuan penelitian diatas, penulis juga mengharapkan hasil penelitian ini juga berguna untuk kepentingan pengembangan kerja komite dan bahan evaluasi komite. Penelitian ini dilakukan berdasarkan pendekatan kualitatif/deskripsi analisis dengan metode studi kasus. Lokasi penelitian adalah Madrasah Pembangunan UIN Jakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan.

Sejak di berlakukannya sistem desentralisasi pendidikan, peran masyarakat menjadi sangat penting dalam mendukung keberhasilan pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah, menimbulkan rasa memiliki terhadap sekolah. Bentuk dari keterlibatan masyarakat terhadap sekolah duwujudkan dengan adanya Komite Sekolah, yang berperan sebagai pertimbangan (advisory), pendukung (supporting), pengontrol (controlling), dan penghubung (mediator). Dari hasil penelitian ini komite sekolah Madrasah Pembangunan UIN Jakarta sudah menjalankan peran dan fungsinya sebagai mana telah disebutkan diatas, walaupun secara keseluruhan belum bias dikatan sempurna, akan tetapi telah banya kontribusi yang telah diberikan komite sekolah dalam hal membantu sekolah, baik secara financial maupun secara sumbang ide dan tenaga. Harapan penulis untuk komite kedepan, agar semuanya anggota dan pengurus komite bias bekerja lebih aktif dan giat lagi, kekompakan, team work antara sekolah, masyarakat, dan komite harus lebih ditingkatkan lagi, karena melalui komite sekolah masyarakat bias berperan aktif dalam membantu sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah STW. Yang telah memberikan kita semua nikman Iman, kesehatan, waktu, kesempatan sehingga saya bisa menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Dan tak lupa pula Sholawat serta Salam mari kita sampaikan kepada baginda Rasullah SAW, yang telah membawa kita dari zaman Jahiliyah kepada zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

1. Ucapakan terima kepada Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Semoga dalam kepemimpinan beliau Fakultas ini semakin terpercaya dan berhasil dalam mencetak calon penerus bangsa. Amin

2. Kepada Bapak Drs. Rusydy Zakaria, M. Phil, selaku Kepala Jurusan KI-Manajemen Pendidikan yang telah memberikan saya banyak masukan, support dan motivasi semasa kuliah.

3. Kepada Bapak Mujahid, AK, Msc, selaku Dosen Pembimbing saya dalam penyusunan skripsi ini, berkat jasa beliau saya dapat menyelesaikan skripsi ini, dan telah banyak memberikan bimbingan yang baik dan intens, semangat, motivasi, support. Mudahan-mudahan amal baik beliau mendapat balasan yang layak dari Allah SWT. Amin

4. Kepada Bapak Drs. Mu‟arif SAM, M. Pd, selaku Dosen Panasehat Akademik saya, dan seluruh Dosen KI-Manajemen Pendidikan yang telah memberikan saya begitu banyak Ilmu Pengetahuan selama saya kuliah. 5. Terima kasih kepada Bapak Direktur Drs. A. Sofyan, M.Pd, dan Ketua

Komite Sekolah Madrasah Pembangunan UIN Jakarta Bapak Drs, Son Haji Ujaji, M. Si, yang telah banyak membantu.

6. Terima kasih saya kepada dua insan tercinta, yang telah melahirkan saya kedunia ini Ayahanda (Mas‟ud), dan Ibunda (Si‟as), yang telah memberikan saya pendidikan, bimbingan, nasehat, masukan, support, dan hal lainnya baik moril maupun materil sehingga saya bisa menyelesaikan kuliah dengan baik. Semoga amal perbuatan beliau mendapat ganjaran yang setimpal oleh Yang Maha Kuasa.


(6)

7. Kepada keluarga dirumah: Kakek, Nenek, Cek Diana, Ida, Maridon, Fhadillah, Mudrikah, Bibi, Minah, Wati, Azizah, Lela. Om Kosen (Alm), Aswan, Amri, Thamrin, Alek, Sargawi, Hafiz, Andil, Usman, abang Dayat, Firdaus, Amar, Darukin, Toni, Amar, Terima kasih atas doa yang telah diberikan. Kepada Adinda tercinta, Ade putra, Embang Sujana, Nora Ismayuna, kalian jangan nakal ya, ikuti nasehat Papa & Mama, rajin belajar jangan malas, bikin orang tua kita agar mereka bangga telah memberikan pendidikan kepada kita. Jadilah anak yang berbakti. Serta Adinda Nurul Annisa Ramanitia, Ila, Desy, Nadia, Ilham, Fitri, jangan pernah putus asa dalam sekolah.

8. Kepada kawan-kawan HMI Cab. Ciputat dan Kom. Tarbiyah, terima kasih telah membantu saya mendapatkan buku-buku referensi untuk skripsi.. Dan kawan-kawan Jurusan KI-MP anggkatan 2006 A/B, tanpa bisa saya sebutkan satu persatu. Terima kasih atas kebersamaannya, semoga kelak kita menjadi generasi yang berguna bagi Bangsa, Negara, dan Agama. 9. Kepada kawan-kawan Himpunan Mahasiswa Bungo Jabodetabek:

Wahyudin, Armidis, Bambang, Dedi, Azwar, Suhendri, Zamroni, Kholil, Syahrul, Wahyu, Lili, Rini, Eni, Rika, Anas, Heri, semangat terus kawan-kawan semua untuk berorganisasi, berikan yang terbaik untuk Kabupaten Bungo.

Penulis sadar bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan-kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan, untuk menjadi pedoman dimasa yang akan datang. Penulis berharap semoga skripsi dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca sekalian. Demikian semoga Allah meridhoi apa yang telah, sedang dan akan kita lakukan. Amin

Jakarta, 10 Maret 2011


(7)

LEMBAR PERNYATAAN

Bismillahirrohmaanirrohiim

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Bodi Kurniawan

NIM : 106018200742

Program Studi : Manajemen Pendidikan Jurusan : Kependidikan Islam

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata (SI) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan ytang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi berdasarkan ketentuan yang berlaku Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 10 Maret 2011 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ……….…...i

Abstrak………..……….…….ii

Kata Pengantar……….…..iii

Lembar Pernyataan……….v

Daftar Isi………vi

Daftar Tabel ………vii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………..…1

B. Identifikasi Masalah ………..….5

C. Pembatasan Masalah………...…6

D. Rumusan Masalah………...6

E. Tujuan & Manfaat Penelitian………....…..7

BAB II. KAJIAN TEORI A. Mutu Pendidikan ……….……….…...8

1. Pengertian Mutu Pendidikan ……….……..…...8

2. Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Pendidikan…………...…...……..10

3. Upaya Peningkatan Mutu ………....14

4. Evaluasi……….…….…..16

B. Pengertian Komite Sekolah………18

1. Konsep Dasar Pembentukan Komite Sekolah ………..………...19

2. Indikator Kinerja Komite Sekolah ……….….…....25

C. Hubungan Masyarakat Dengan Sekolah………...…...29

1. Pentingnya Hubungan Masyarakat Dengan Sekolah……….………..29

2. Tujuan Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat…...30

3. Jenis-jenis Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat……….…….…..31

4. Peran Serta Masyarakat……….……...33


(9)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat & waktu penelitian ………..38

B. Metode Penelitian, Jenis dan Sumber Data ………..38

C. Tehnik Pengumpulan Data ………..…….39

D. Tehnik Analisis Data……….…40

E. Kisi-kisi Pedoman Wawancara………..41

BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian………..……….42

B. Hasil Penelitian, Realisasi Kinerja Komite………...52

C. Deskripsi Data………..…….60

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ……….………. 64

B. Saran ………65

Daftar Pustaka ……….…………..66 Lampiran


(10)

DAFTAR TABEL

Indikator Kinerja Komite Sekolah ………. 25

Schedule Time Penelitian ……… 36

Kisi-kisi Pedoman Wawancara ………. 39

Data Jumlah Siswa ………. 48

Fasilitas Sekolah ………... 50

Fasilitas Penunjang ……… 51


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Pendidikan merupakan upaya yang dapat mempercepat pengembangan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena hanya manusia yang dapat dididik dan mendidik. Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan fisik, mental, emosional, moral, serta keimanan dan ketaqwaan manusia.1

Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka Pemerintah telah berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Tetapi kenyataan belum cukup dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satu wujud aktualisasinya dibentuklah suatu badan pembantu sekolah, organisasi orang tua murid atau wali guru. Sampai sekarang,

1Ubin Syaefudin Sa‟ud, M.Ed., Ph.D & Prof.

Dr. Abin Syamsuddin Makmun, MA.


(12)

organisasi ini telah beberapa kali mengalami perubahan nama karena disesuaikan dengan perkembangan situasi pendidikan dan masyarakat pada mulanya organisasi ini bernama Perkembangan Orang tua Murid da Guru (POMG), kemudian berubah menjadi Persatuan Orang tua Murid (POM), Badan Pembantu Penyelenggaran Pendidikan (BP3), dan sekarang dikenal dengan istilah Komite Sekolah.2

Maksud dibentuknya Komite Sekolah adalah agar ada suatu organisasi masyarakat sekolah yang mempunyai komitmen dan loyalitas serta peduli terhadap peningkatan kualitas Sekolah. Komite Sekolah yang dibentuk dapat dikembangkan secara khas dan berakar dari budaya, nilai kesepakatan, serta kepercayaan yang dibangun sesuai dengan potensi masyarakat setempat.

Penggantian nama BP3 menjadi Komite Sekolah didasarkan atas perlunya keterlibatan masyarakat secara penuh dalam meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu tujuan pembentukan Komite Sekolah adalah meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. Hal ini berarti peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam peningkatkan mutu pendidikan, bukan hanya sekadar memberikan bantuan berwujud material saja, namun juga diperlukan bantuan berupa pemikiran, ide, dan gagasan-gagasan inovatif demi kemajuan suatu sekolah. Untuk itu masyarakat adalah bagian dari sekolah yang akan memainkan perannya sebagai stakekholder pendidikan. Mengapa masyarakat harus terlibat ? hal ini dapat dilihat dari segi keterkaitannya sebagai berikut:

a. Sekolah adalah bagian yang integral dari masyarakat, ia bukan lembaga yang terpisah dari masyrakat.

b. Sekolah adalah lembaga sosial yang berfungsi untuk melayani anggota masyarakat dalam bidang pendidikan.

c. Masyarakat adalah pemilik sekolah; sekolah ada karena masyarakat memerlukannya.

Betapa pentingnya hubungan sekolah dengan masyarakat itu, dapat pula ditinjau dari sudut pandangan historis, sebagai berikut;

2


(13)

a. Dalam zaman kemerdekaan ini sekolah merupakan lembaga pendidikan yang seharusnya mendidik generasi muda untuk hidup masyarakat, sehingga

b. Sekolah haruslah merupakan tempat pembinaan dan pengembangan pengetahuan dan kebudayaan yang sesuai dan dikehendaki oleh masyarakat tempat sekolah itu didirikan.

c. Sebaliknya, masyarakat harus dan wajib membantu dan bekerja sama dengan sekolah agar apa yang diolah dan dihasilkan sekolah sesuai dengan apa yang dikehendaki dan dibutuhkan oleh masyarakat.3

Pengurus Komite dipilih karena mereka memiliki keterampilan-keterampilan dan jaringan hubungan yang mereka miliki. Karena tugas dan fungsi komite sekolah sangat diharapkan dapat membantu sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan, pelayanan, dan peran serta masyarakat terhadap dunia pendidikan. Sebagian besar anggota Komite mempunyai minat menjadi anggota Komite di Sekolah anaknya. Anggota Komite Sekolah pada umumnya dipilih melalui musyawarah antara orang tua dan pihak Sekolah. Beberapa orang anggota BP3 diangkat kembali menjadi anggota Komite dan tugasnya diperluas. Semula Komite ditetapkan oleh SK kepala sekolah, sedangkan Komite-komite yang baru dibentuk (tahun 2003) ditetapkan oleh SK Kepala Diknas.

Ada beberapa fungsi komite sekolah:

1. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat 2. Kerjasama dengan masyarakat

3. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan

4. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan:

a. Kebijakan dan program pendidikan

b. Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS) d. Kriteria kinerja satuan pendidikan

3

Drs, Ngalim Purwanto, MP. Administrasi & Supervisi pendidikan. (Bandung:PT Remaja Rosdakarya). hal 189


(14)

e. Kriteria tenaga kependidikan f. Kriteria fasilitas pendidikan

g. Hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan

5. Mendorong partisipasi orang tua siswa dan masyarakat

6. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan pendidikan 7. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, dan

keluaran pendidikan di satuan pendidikan.4

Komite Sekolah dengan semangat tinggi, merinci perubahan-perubahan di dalam 4 bidang peningkatan pembelajaran, guru dan kesejahterannya, fasilitas sekolah yang lebih baik, dan perbaikan lingkungan fisik. Walaupun demikian, ada kendala-kendala. Kendala yang paling menonjol adalah usaha sekolah untuk mendanai program, terutama karena perencanaan dilakukan lebih dulu, dan kemudian dicarikan sumber dana. Komite Sekolah dalam hal ini dengan mengunakan berbagai cara untuk mengumpulkan dana termasuk: penjualan, donatur dan berbagai sumbangan lainnya.

Untuk merealisasikan program di atas dan mendorong partisipasi orang tua dalam kegiatan sekolah, kepala sekolah harus melakukan hal-hal sebagai berikut.

1. Menganalisis sekolah dan partisipasi orang tua dalam program kegiatan sekolah. Upayakan untuk melibatkan guru, tenaga kependidikan, serta komite sekolah.

2. Menyusun tugas-tugas yang dapat dilakukan bersama dengan orang tua secara fleksibel.

3. Membantu guru mengembangkan program pelibatan orang tua dalam berbagai aktivitas sekolah, dan pembelajaran

4. Menginformasikan secara luas program sekolah, dan membuka peluang bagi orang tua untuk melibat diri dalam program tersebut.

5. Mengundang orang tua untuk menjadi relawan dalam berbagai aktivitas sekolah.

4

Dr. Bedjo Sujanto, M.Pd. Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah. (Jakarta:CV Sagung Seto, Jakarta). Hal 63


(15)

6. Memberikan penghargaan secara proporsional dan professional terhadap keterlibatan orang tua dalam berbagai program dan kegiatan sekolah.5 Berdasarkan hasil wawancara awal dengan Direktur Madrasah Pembangunan UIN Jakarta yang akan menjadi sasaran penelitian ini, mempunyai Komite Sekolah cukup bagus, walaupun komite sekolah Madrasah Pembangunan ini sempat mengalami stagnasi/vakum, namun 2 tahun terakhir ini, dan pada kepengurusan yang baru ini komite Madrasah Pembangunan mulai menunjukkan perkembangan-perkembangan, kemajuan-kemajuan sebagai lembaga mandiri yang membantu sekolah. Antara lain berperan membantu sekolah dalam mengembangkan mutu pendidikan, merumuskan dan menetapkan visi dan misi, menyusun standar pembelajaran, menyusun rencana strategis pengembangan sekolah, menyusun dan menetapkan rencana progam tahunan, serta mengembangkan potensi kearah prestasi unggulan. Komite Sekolah di Madrasah Pembangunan ini juga mempunyai bebrapa program, antara lain:

a. Mengadakan pengajian bagi orang tua murid satu kali dalam seminggu, yang di selenggarakan setiap hari Selasa, pesertanya adalah orang tua murid, tujuannya adalah untuk lebih mempereratkan tali silaturrahmi antara wali murid dengan pihak sekolah, membangun komunikasi yang lebih intens antara wali murid dan pihak sekolah.

b. Berpartisipasi dalam menangani masalah keuangan siswa yang bersal dari keluarga yang kurang mampu. Ini bertujuan untuk membantu meringankan beban orang tua murid yang kurang mampu. Untuk pembahasan yang lebih rinci mengenai komite sekolah di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta akan ditindak lanjuti dalam penelitian selanjutnya.

Beberapa alasan penulis memilih tema di atas adalah:

a. Adanya fenomena yang berkembang di masyarakat terhadap keberadaan Komite Sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

b. Komite Sekolah merupakan organisasi baru dalam dunia pendidikan yang menarik untuk ditelaah lebih mendalam khususnya dalam membantu

5

Dr. E. Mulyasa, M.Pd. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. (Bandung:PT Remaja Rosdakarya). Hal 169


(16)

meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta

II. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Banyak komite sekolah yang tidak aktif menjalankan tugas dan fungsinya. 2. Bagaimana kinerja Komite Sekolah di Madrasah Pembangunan ?

3. Faktor-faktor yang menghambat Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta.

4. Sejauh mana keterlibatan masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan ?

III. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis membatasi masalah pada: Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di Madrasah

Pembangunan. Menurut Pasal 56, ayat 3 UU Nomor 20 Tahun 2003, Komite Sekolah/Madrasah sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.6

IV. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan mendasar yang hendak dibahas adalah: “Bagaimana upaya yang dilakukan oleh Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta ?

6


(17)

V. Tujuan & Manfaat

Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Manfaatnya: (1) Bagi Guru, sebagai informasi mengenai upaya yang telah dilakukan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan, dan (2) Bagi Komite Sekolah, sebagai bahan untuk menumbuh kembangkan upaya meningkatkan mutu pendidikan.


(18)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. MUTU PENDIDIKAN 1. Mutu Pendidikan

Mutu adalah sebuah proses terstruktur untuk memperbaiki keluaran yang dihasilkan.7 Masalah mutu pendidikan merupakan salah satu masalah nasional yang dihadapi dan mendapat perhatian sungguh-sungguh dalam system pendidikan nasional di Indonesia, mengingat mutu pendidikan merupakan sumber dari kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Secara substantif mutu itu sendiri mengandung dua hal, yaitu sifat dan taraf. Sifat adalah sesuatu yang menerangkan keadaan benda, sedangkan taraf adalah menunjukan dalam suatu skala. Sedangkan menurut kamus besar Bahasa Indonesia mutu adalah ukuran baik buruk suatu benda, kadar atau derajat ( kepandaian, kecerdasan dan kualitas). Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu dalam hal ini mengacu pada proses dan hasil pendidikan. Dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan dibentuknya Komite Sekolah yang mewadahi peran serta masyarakat untuk membantu sekolah meningkatkan mutu pendidikan.

7

Jerome S. Arcaro Pendidikan Berbasis Mutu, (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR), cet. Ke-IV. h 75


(19)

Dalam proses pendidikan yang bermutu terlibat berbagi input seperti, bahan ajar (kognitif, afektif, psikomotorik), metode, sarana dan prasarana, dan autput (hasil belajar siswa).

Mutu pendidikan, khususnya pada jenjang pendidikan dasar menengah, masih rendah. Sebuah informasi data bahwa indikator mutu pendidikan tidak ditunjukan perubahan yang cukup berarti. Indikator nilai rata-rata Ujian Nasional, misalnya pada dua dekade terakhir menunjukan angka konstanta antara 4-5 untuk mata pelajaran MIPA, sedangkan sedangkan untuk mata pelajaran lainnya tidak lebih dari angka 6. indikator mutu pendidikan lainnya, seperti keterampilan, disiplin, dan akhlak siswa tidak menunjukan kecenderungan membaik. Oleh karena itu, upaya untuk memperbaiki mutu pendidikan perlu dilakukan melalui kebijakan pemerintah, peningkatan efektivitas sekolah, peningkatan kualitas supervisi para pengawas, peningkatan peran Komite madrasah, kualitas guru sebagai tenaga professional yang kompeten, perbaikan kagiatan proses belajar mengajar, pengadaan buku, dana dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, serta peningkatan kepemimpinan, kinerja, dan manajemen.8

Terdapat lima dimensi pokok yang menentukan kualitas penyelenggaraan pendidikan, yaitu:

Keandalan (reability), yakni kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan secara tepat waktu, akurat dan memuaskan. Daya tangkap (responsiveness), yaitu kemauan para tenaga kependidikan untuk membantu para peserta didik dan memberikan pelayanan dengan tanggap. Proses pembelajaran hendaknya diupayakan interaktif dan memungkinkan para peserta didik mengembangkan kapasitas, kreatifitas, dan kapabilitas.

Seluruh tenaga kependidikan harus benar-benar kompeten dibidangnya, reputasi penyelenggaraan pendidikan yang positif di mata masyarakat, sikap dan perilaku seluruh tenaga kependidikan mencerminkan propesionalisme dan kesopanan.

Empati, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik antara murid dan guru. Bukti langsung (tangible), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, tenaga kependidikan dan sarana komunikasi.9

Tugas guru tidak berhenti pada ranah pentransferan sejumlah pengetahuan kepada peserta didik, akan tetapi lebih dari itu, guru juga berkewajiban untuk

8

Drs. Hikmat, M.Ag. Manajemen Pendidikan. (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hal. 294 -295

9

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Professional Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK, (Bandung : PT Remaja Rosada Karya,2003),h. 227-228


(20)

mendidik dan membentuk karakter mereka, dengan sikap dan kepribadian yang dimiliki oleh guru, karena kelak akan ada peniruan sikap dan kepribadian seorang guru oleh siswa. Untuk itu seorang guru harus memberikan contoh, teladan yang baik kepada siswa. Selain itu tugas guru juga membantu para siswa dalam mengahadapi berbagai masalah yang dihadapinya. Dengan adanya pelayanan Bimbingan Konseling diharapkan siswa bisa berbagi dalam mengahadapi dan untuk penyelesaian pemersalahan mereka.

Faktor yang Mempengaruhi Mutu Pendidikan a. Kurikulum

Menurut Prof. Dr. H. Oemar Hamalik dalam bukunya Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum‟, menjelaskan kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran. Mata pelajaran sendiri pada hakikatnya adalah pengalaman nenek moyang di masa lampau. Berbagai pengalaman tersebut dipilih, dianalisis, serta disusun secara sistematis dan logis, sehingga muncul mata pelajaran seperti sejarah, ilmu bumi, ilmu hayat, dan sebagainya.10

Kurikulum merupakan variable pendidikan yang menjadi salah satu factor dominan terjadinya proses pembelajaran. Kurikulum khusus digunakan dalam pendidikan dan pengajara yakni sejumlah mata pelajaran di sekolah atau mata kuliah di perguruan tinggi yang harus di tempuh untuk mencapai suatu ijazah atau tingkat atau keseluruhan pelajaran yang di sajikan oleh suatu lembaga pendidikan. Secara etimologi, kurikulum berasal dari bahsa Yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curere yang berarti tempat berpacu. Jadi, istilah kurikulum berasal dari dunia olah raga pada zaman Yunani kuno di Yunani, yang mengandung arti suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis star sampai garis finish.11

Doll menegaskan bahwa kurikulum itu adalah perencanaan yang ditawarkan, bukan yang diberikan, karena pengalaman yang diberkan guru belum tentu ditawarkan. Dengan demikian sluruh konsep pendidikan di sekolah itu bisa

10

Prof. Dr. H. Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Reamaja Rosdakarya, 2008) cet. Ke- II. Hal 3-4

11


(21)

dan harus ideal. Kurikulum haris bicara keharusan bukan kemungkinan.12 Dalam proses pendidikan tersebut diatas, kurikulum kurikulum menempati posisi yang sangat menentukan. Ibarat tubuh, kurikulum merupakan jantung pendidikan. Kurikulum merupakan seperangkat rancangan nilai, pengetahuan, dan ketrampilan yang harus ditransfer kepada peserta didik dan bagaimana proses transfer tersebut harus dilaksanakan.13

Dari beberapa pengertian defenisi mengenai kurikulum dapat disimpulkan bahwa kurikulum sadalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,isi dan bahan ajar yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembelajran dan proses pencapaian tujuan pendidikan atua sekolah yang di aktualisasikan dikelas maupun diluar kelas sebagai pengalaman murid serta kumpulan mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa agar tujuan pendidikan dapat tercapai.

b. Alat/Media Pendidikan

Kata media berasal dari bahasa Latin medium yang secara harfiah berarti „tengah‟, „perantara‟ atau pengantar.14

Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis kompenen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.15

Di dalam memilih alat-alat pendidikan yang akan digunakan perlu diingat atau diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Tujuan apakah yang ingin dicapai dengan alat itu Siapakah yang akan menggunakan alat itu

Alat-alat manakah yang tersedia dan dapat digunakan

12

Dede Rosyada, Paradigm Pendidikan Demokrasi Sebuah Model Peibatan Masayarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: PT Kencana Prenada Media Group, 2007), cet-III, h. 26

13

Dr. Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan (Yogyakarta: BIGRAF Publishing 2000), cet ke- 1, hal 128

14

Prof. Dr. Azhar Arsyad, M.A Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), cet. Ke-13, hal. 3

15

Dr. Arif S. Sadiman, M.Sc dkk, Media Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009 ), hal 6


(22)

Terhadap siapakah alat itu digunakan16

Zakiah Daradjat menyebutkan pengertian alat pendidikan sama dengan media pendidikan, sarana pendidikan. Sedangkan dalam kepustakaan asing, sementara ahli mengguna istilah audio visual aids (AVA) teaching materaial, instructional materail.17

Sedangkan media, menurut Asosiasi Pendidikan Nasional adalah bentuk-bentuk komunikasi baik secara tercetak maupun audiovisual serta perlatan lainnya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar, dan dibaca. Apapun batasan yang diberikan, ada persamaan di antara batasan tersebut yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, persaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.18

Para ahli telah mengklasifkasikan alat/media pendidikan kepada dua bagian, yaitu alat pendidikan yang bersifat benda (materil) dan alat pendidikan yang bukan benda (non materil).

1. Alat pendidikan yang bersifat benda

Menurut Oemar Hamalik menyebutkan secara umum alat pendidikan materil terdiri dari : a. bahan-bahan cetakan atau bacaan, b. alat tanpa proyeksi seperti papan tulis dan diagram, c. media pedndidikan tiga dimensi, d. alat pendidikan yang menggunakan tekhnik.19

2. Alat Pendidikan Yang Bukan Benda

Selain alat/media pendidikan berupa benda, terdapat pula alat/media pendidikan yang bukan berupa benda. Diantara alat/media pendidikan yang berupa bukan benda adalah : a. keteladanan, b. perintah/larangan, c. ganjaran dan hukuman.20

c. Proses Belajar Mengajar

Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbale balik yang

16

Drs. H. Abu Ahmadi, Drs. Nur Uhbiayati Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta 2003), cet ke-II, hal 144

17

H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: PT Kalam Mulia, 2004), h 180

18

Dr. Arief S. Sadiman, M.Sc, dkk. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2009) hal 7

19

H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: PT Kalam Mulia, 2004), h 182

20


(23)

berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbala balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar.

Dalam proses belajar mengajar tersirat adanya kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Antara keduanya terjalin interaksi yang saling menunjang.

Ada beberapa komponen yang terdapat dalam proses belajar mengajar, antara lain: materi pelajaran, metode mengajar, peralatan dan media evaluasi. Proses belajar mengajar juga merupakan sub sistem dari pengajaran secara keseluruhan, dimana antara komponen-komponen tersebut saling berkaitan, berhubungan dan terintegrasi.

Adapun dalam proses belajar mengajar, meliputi: Penguasaan Materi

akan sangat baik sekali jika seorang guru sebelum ia melaksanakan proses belajar mengajar ia sudah menguasai terlebih dahulu tentang materi yang akan di bahas, dan juga menguasai kurikulum secara keseluruhan. Dengan demikian pengajaran dapat dilaksanakan dengan mudah tanpa harus melihat buku terus menerus.

Penggunaan Metode Mengajar

ketetapan dalam menggunakan setiap metode pengajaran sangatlah penting sekali karena berkaitan dengan pencapaian tujuan pada akhir proses belajar mengajar.

Penampilan Guru

dalam proses belajar mengajar guru menjadi pusat perhatian siswa, maka sebaiknya guru berpenampilan baik tetapi juga sederhana atau tidak berlebihan, karena jika berlebihan justru akan membuat konsentrasi siswa menjadi terbagi, atau justru kehilangan consentrasi.

Pendayagunaan Alat/ Fasilitas

setiap alat dan fasilitas yang tersedia sebaiknya dapat dimanfaatkan secara tepat dan sesuai dengan kebutuhan. Agar tidak manjadi kemubaziran negative dan menghambat kelancaran proses pembelajaran.


(24)

2. Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan

Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah memerlukan titik berangkat dari pola pemikiran yang memandang sekolah sebagai suatu sistem. Sekolah terdiri dari berbagai komponen yang salin membutuhkan dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Melalui penggarapan seluruh komponen sekolah, pendidikan bermutu tinggi apabila setiap anak didik berkembang secara optimal sesuai kemampuannya serta dapat mengembangkan kemampuannya itu bagi kepentingan masyarakat. Pendidikan yang bermutu tinggi membawa setiap anak didik kearah pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.

Dalam peningkatan mutu pendidikan, ada beberapa metode yang digunakan dalam peningkatan mutu pendidikan adalah manajement mutu terpadu yang biasa disebut dengan total Quality manajemen (TQM).

Menurut Bounds yang dikutif oleh E. Mulyasa menyatakan bahwa “manajemen mutu terpadu adalah suatu sistem manajemen yang berfokus kepada orang yang bertujuan untuk meningkatkan secara berkelanjutan kepuasan pelanggan (customers) pada biaya sesungguhnya yang secara berkelanjutan terus menerus”.21

Mulyadi, 1998: 10. Mengemukakan TQM merupakan pendekatan sistem secara menyeluruh (bukan suatu bidang atau program terpisah) dan merupakan bagian terpadu strategi tingkat tinggi. Sistem ini bekerja secara horizontal menembus fungsi dan departemen, melibatkan semua karyawan dari atas sampai bawah, meluas ke hulu dan ke hilir, dan mencakup mata rantai pemasok dan customer.22

Manajemen mutu terpadu (TQM) juga dapat diterapkan dalam lembaga pendidikan, dengan prinsip-prinsip:

Penerapan TQM untuk meningkatkan fungsi-fungsi administrasi dan operasiatau secara luas untuk mengelola proses pendidikan secara keseluruhan.

Mengintegrasikan TQM dalam kurikulum

Penggunaan TQM dalam metode pembelajaran di kelas

21

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK, (bandung: PT Remaja rosda karya,2003), h. 224

22

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK, (bandung: PT Remaja rosda karya,2003), h. 224


(25)

Menggunakan TQM untuk mengelola aktifitas riset dan pengembangan.23 Konsep manajemen mutu terpadu dalam pendidikan memandang bahwa lembaga pendidikan merupakan industri jasa bukan sebagai proses produksi. Oleh karena itu manajemen mutu terpadu memperhatikan input, proses dan output untuk memuaskan pelanggan pendidikan (orang tua dan masyarakat).

Dalam kontek pengembangan TQM untuk layanan pendidikan, berarti semua perangkat sekolah dari kepala sekolah, guru, karyawan dan tenaga kebersihan serta keamanan, harus benar-benar memiliki kultur pelayanan terbaik terhadap siswa dan orang tua siswa sehingga mereka puas, tidak hanya diakhir setelah putra-putrinya lulus, tapi sejak awal mereka masuk kehalaman sekolah, merasa aman, nyaman, terlindungi, terhargai, dan terlayani oleh perangkat sekolah yang berada di front line.24

Dalam konteks pendidikan, sekolah itu berkualitas jika mampu melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan rancangan-rancangan yang ditetapkan bersama antara sekolah dengan komite sekolah, menacapai hasil belajar sesuai dengan target yang direncanakan, serta sesuai pula dengan harapan orang tua siswa, pemerintah, siswa, para pengguna lulusan baik sekolah atau perguruan tinggi tempat siswa melanjutkan studinya, maupun dunia kerja.25

Sedangkan menurut E. Mulyasa “pendidikan yang bermutu tidak hanya dilihat dari mutu lulusannya, tetapi juga mencakup bagaimana lembaga pendidikan mampu memenuhi kebutuhan pelanggan sesuai dengan standar mutu yang berlaku.26

23

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK, (bandung: PT Remaja rosda karya,2003), h. 225

24

Dede rosyada, Paradigm Pendidikan Demokrasi Sebuah Model Peibatan Masayarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: PT Kencana Prenada Media Group, 2007), cet-III, h. 269,270

25

Dede Dede rosyada, Paradigm Pendidikan Demokrasi Sebuah Model Peibatan Masayarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: PT Kencana Prenada Media Group, 2007), cet-III, h.268

26

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK, (bandung: PT Remaja rosda karya,2003), h. 226


(26)

Menurut Green Wood pelanggan sekolah adalah sebagai berikut: 1. Siswa-siswa yang memperoleh pelajaran.

2. Orang tua siswa yang membayar baik langsung maupun tidak langsung untuk biaya pendidikan anak-anaknya.

3. Pendidikan lanjut atau institusi pendidikan tempat siswa melanjutkan studi.

4. Para pemakai tenaga kerja yang perlu untuk merekrut staf terampil, memiliki keahlian dan berpendidikan sesuai kebutuhan.

5. Negara yang memerlukan pengawai terdidik dengan baik.27

Adapun usaha yang dilakukan kepala sekolah guna meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, aman dan menantang. Usaha ini akan membawa dampak yang positif bagi tumbuhnya sikap terbuka dari guru-guru, guru-guru juga harus didorong agar kreatif serta memiliki kerja tinggi. Tinggi rendahnya mutu pendidikan (sekolah) dapat dilihat dari berhasil tidaknya kepemimpinan yang dilaksanakan oleh kepala sekolah.

3. Evaluasi

Untuk memberikan penilain terhadap kinerja, kebijakan pendidikan, proses belajar mengajar, maka sekolah harus melakukan evaluasi untuk melihat kekurangn-kekurangan pada proses peningkatan mutu pendidikan. Dalam UU Nomor 20 tahun2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 57: (1) evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.28

a. Evaluasi Bagi Sekolah

 Evaluasi diri sekolah yang secara eksplisit bertujuan memberikan informasi kepada konstituen eksternal dan juga bagi proses peningkatan sekolah.

 Evaluasi diri yang merupakan bagian dari program peningkatan yang melibatkan sejumlah sekolah (evaluasi mungkin mempunyai tujuan tambahan untuk menilai pengaruh proyek peningkatan sekolah secara keseluruhan).

27

Dede rosyada, Paradigm Pendidikan Demokrasi Sebuah Model Peibatan Masayarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: PT Kencana Prenada Media Group, 2007), cet-III, h. 270

28


(27)

 Evaluasi yang dirancang oleh sekolah itu sendiri. b. Evaluasi Bagi Guru

1. Evaluasi guru dengan menggunakan observasi kualitas instruksi (manajemen sekolah).

2. Rating kualitas pengajaran oleh siswa. c. Evaluasi Bagi Siswa/peserta Didik

b. Prosedur informal evaluasi tugas pembelajaran, penilaian.

c. Tes kemajuan berkaitan dengan kurikulum bagi subjek berbeda (yaitu tes yang tidak distandarisasikan).

d. Presentasi semi-formal tugas pembelajaran yang dikomplitkan seperti portopolio.

e. Penilaian otentik, yaitu ketika kemajuan murid dievaluasi dalam kondisi natural (guru, sekolah).

f. Sistem monitoring murid mengenai tes dan penugasan yang distandarisasikan (sekolah).29

Evaluasi sangat penting, karena dengan adanya evaluasi pihak sekolah bisa mengatahui berbagai kekurangan dan kelemahan terhadap program, kurikulum, kinerja guru, kinerja tenaga kependidikan, untuk meningkatkan mutu pelayan , mutu sekolah, dan mutu pendidikan (secara umum). Dan mencari alternatif solusi untuk menutupi kekurangan-kekurangan melalui rapat internal sekolah maupun dengan stakeholder pendidikan .

Menurut Hamdani Ihsan, dan Fuad Hasan, didalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam. Dalam dunia pendidikan, khususnya dunia persekolahan, evaluasi mempunyai manfaat sebagai berikut:

d. Bagi Siswa

Dengan diadakannya evaluasi, maka siswa dapat mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Hasil yang diperoleh siswa dari pekerjaan evaluasi ini ada 2 kemungkinan:

1. Memuaskan 2. Tidak Memuaskan

29

Jaap Scheerens. Peningkatan Mutu Sekolah. (Ciputat: PT Logos Wacana Ilmu 2003), cet ke-1, hal 115 & 124.


(28)

e. Bagi Guru

3. Dengan hasil penilaian yang diperoleh, guru dapat mengetahui siswa-siswa mana yang sudah berhak melanjutkan pelajarannya karena sudah berhasil menguasai bahan, dan mengetahui siswa-siswa yang belum menguasai bahan.

4. Guru akan mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat bagi siswa sehingga tidak perlu mengadakan perubahan untuk memberikan pengajaran di waktu yang akan datang.

5. Guru akan mengetahui metode yang digunakan sudah tepat atau belum.

f. Bagi Sekolah

1. Informasi dari guru tentang tepat tidaknya kurikulum untuk sekolah itu, dapat merupakan bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk masa-masa yang akan datang.

2. Informasi hasil penelaian yang diperoleh dari tahun ke tahun, dapat digunakan sebagai pedoman bagi sekolah, yang dilakukan oleh sekolah sudah memenuhi standar atau belum.30

B. Komite sekolah

1. Pengertian Komite Sekolah

Komite Sekolah berasal dari dua kata yaitu „Komite dan Sekolah‟. Dalam Kamus Ilmiah Populer Komite adalah, badan, dewan, panitia.31 Berarti komite adalah sejumlah orang yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu. Sedangkan „Sekolah‟ adalah sebuah tempat dimana terjadi proses belajar mengajar serta tempat memberi dan menerima pelajaran menurut tingkatannya masing-masing. Komite sekolah merupakan institusi yang dimunculkan untuk menampung dan menyalurkan partisipasi masyarakat dalam penyelengaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan. Karena dijadikan wadah yang representatif, kemunculan komite sekolah diharapkan bisa mewujudkan peningkatan mutu, pemerataan, dan efisiensi dalam pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan.32

30

Drs. H. Hamdani Ihsan, Drs. H. A. Fuad Ihsan Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: CV Pustaka Setia 2007), cet ke-III, hal 216

31

Tim Prima Pena Kamus Ilmiah Populer. (Surabaya: GITAMEDIA PRESS), cet ke-1 2006. h 256

32

Ade Irawan, dkk, Mendagangkan Sekolah-Studi Kebijakan MBS di DKI Jakarta,


(29)

Komite Sekolah/Madrasah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orang tua/wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan.33 Menurut Bedjo Sujanto dalam bukunya Manajemen Berbasis Sekolah, Mengatakan ada 4 poin mengenai Komite Sekolah:

1. Badan mandiri yang mewadahi peranserta masyarakat dalam rangka peningkatan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan

2. Dibentuk berdasarkan musyawarah yang demokratis oleh stakeholder pendidikan

3. Nama Generik, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing satuan pendidikan

4. BP3, Komite Sekolah dan atau Majelis Sekolah yang sudah ada dapat memperluas fungsi, peran, dan keaanggotaannya sesuai dengan acuan ini.34

2. Konsep Dasar Pembentukan Komite Sekolah.

Dalam Pasal 56 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Komite sekolah/madrasah, sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayaan pendidikan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prsasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan;35

Ada dua prinsip yang harus dipegang dalam proses pembentukan Komite Sekolah, yakni: Pertama, dilaksanakan secara transparan, akuntabel, dan demokratis. Kedua, Komite Sekolah yang dibentuk harus dapat menjadi mitra sejajar dengan satuan pendidikan.

1. Kedudukan dan Sifat Komite Sekolah

Komite Sekolah Sebagai lembaga mandiri di tingkat satuan pendidikan sebagai wadah peran serta msyarakat dalam mewujudkan pelayanan pendidikan dan pencapaian hasil kualitas pendidikan yang tinggi berkedudukan di tingkat

33

UU. Sisdiknas. Pasal 1 ayat 25

34

Bedjo Sujanto. Manajemen Berbasis Sekolah. (Jakarta:CV Sagung Seto),Hal 61

35


(30)

satuan pendidikan atau Sekolah. Menurut Bedjo Sujanto, kedudukan dan sifat Komite Sekolah disebutkan bahwa:

 Komite Sekolah berkedudukan di satuan pendidikan

 Komite Sekolah dapat dibentuk di:

- Satuan pendidikan (sekolah atau diluar sekolah)

- Beberapa satuan pendidikan yang berbeda jenjang tetapi berada apada suatu lokasi berdekatan.

- Satuan-satuan pendidikan yang dikelola oleh suatu penyelenggara, - Pertimbangan lain

 Badan yang bersifat mandiri dan tidak mempunyai hubungan heararkhis dengan lembaga pemerintah.36

2. Tujuan Komite Sekolah

Komite Sekolah sebagai pemberi pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di tingkat satuan pendidikan merupakan langkah yang positif dari perencanaan pembangunan pendidikan di Negara ini. Langkah tersebut termasuk usaha mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap kepemilikan Sekolah. Oleh karena itu, pembentukan Komite Sekolah memiliki beberapa tujuan dalam peningkatan mutu pendidikan.

Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah sebagai wadah dan bentuk peran serta masyarakat dalam pendidikan bukanlah suatu kebijakan yang ekslusif atau terpisah”. Hal tersebut memungkinkan, karena Komite Sekolah merupakan bagian dari kebijakan pendidikan nasional sebagai bentuk desntralisasi, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan pendidikan. Tidak dapat dilupakan bahwa, Komite Sekolah diharapkan dapat menampung aspirasi dari semua lapisan masyarakat untuk lebih memiliki Sekolah dan bertanggung jawab terhadap pengelolaan pendidikan di satuan pendididkan.

Pembentukan Komite Sekolah dapat dilihat pada Keputusan Menteri Pnedidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tentang acuan pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah yang bertujuan sebagai berikut:

 Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan dan program pendidikan

 Meningkatkan tanggungjawab peranserta aktif dari seluruh lapisan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan

36

Bedjo Sujanto. Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, Model Pengelolaan Sekolah di Era Otonomi Daerah. (Jakarta:CV Sagung Seto 2007), Cet ke 1, hal 61-62


(31)

 Menciptakan suasana dan kondisi yang terang transparan, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu.37

a. Peran & Fungsi Komite Sekolah

Komite Sekolah memiliki peran yang sangat penting terhadap pengelolaan pendidikan. Peran Komite Sekolah tersebut tidak hanya terbatas pada mobilisasi sumbangan sebagai mana peran BP3, akan tetapi lebih berperan serta pada hal-hal yang lebih subtansial untuk membantu merencanakan, menetapkan, menjalakan, mengawasi, dan mengevaluasi pelaksanaan pendidikan. Peran Komite Sekolah sebagai pemberi pertimbangan, (Advisory Agensy), badan pendudukung (Supporting Agency), badan pengawas/pemantau (Controlling Agency), mediator (Mediator Agency).38

Sedangkan secara fungsional Komite Sekolah memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.

2. Kerja sama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/DUDI) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan bermutu. 3. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide tuntutan, dan berbagai

kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.

4. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai:

a. Kebijakan dan program pendidikan b. RAPBS

c. Kriteria kinerja satuan pendidikan d. Kriteria tenaga kependidikan e. Kriteria Fasilitas pendidikan

e. Hal-hal yang terkait dengan pendidikan

5. Mendorong orangtua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan.

6. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelengaraan pendidikan di satuan pendidikan.

7. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.39

37

Umaedi, Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah Madrasah –Mengelola Pendidikan dalam Era Masyarkat Berubah, (Jakarta: Pusat Kajian Manajemen Mutu Pendidikan, 2004). Cet, ke-1: h 405-406

38

Dr. Ace Suryadi, M.Sc & Dr. Dasim Budimansyah, M.Si, Pendidikan Nasional Menuju Masyarakat Indonesia Baru. (Bandung: PT Genesindo 2004), Cet ke-1. hal 230,233,236,240.

39


(32)

Dengan demikian, peran dan fungsi Komite Sekolah tidak dapat dipisahkan, karena ada keterkaitan antara peran dan fungsi. Contohnya, pada saat Komite Sekolah memberikan pertimbangan dalam penentuan dan pelaksaan kebijakan pendidikan, maka Komite Sekolah harus menindaklanjuti dengan cara mendorong komitmen partisipasi masyarakat agar mendukung pelaksanaan pengelolaan pendidakan yang bermutu.

Adapun tugas-tugas Komite sekolah adalah; dalam konteks ini Hatry Menjelaskan bahwa tugas-tugas Komite Sekolah antara lain adalag sebagai berikut (Hatry, 1994: 42):

1. Mengembangkan akses sekolah pada dana, sehingga sekolah mampu membangkitkan berbagai sumber dana potensial untuk mendukung proses pembelajaran siswa.

2. Mengembangkan Budgeting seklah dalam konteks pengembangan kemampuan pembiayaan untuk mendanai berbagai program sekolah. 3. Memutuskan anggaran struktur sekolah.

4. Berpartisipasi dalam pemilihan kepala sekolah, dan wakil kepala sekolah. 5. Ikut serta dalam curah pendapat tentang kurikulum dalam konteks

peningkatan kualitas hasil pembelajaran, dan memberi masukan-masukan pada sekolah tentang kualifikasi kompetensi siswa yang akan dihasilkan sekolah.

Relevan dengan fokus tugas komite sekolah, Duhou ketika menjelaskan salah satu pengalaman tentang sekolah yang telah menjalakan SBM di salah satu sekolah di Australia, yakni Victoria‟s School, dan dinamai dengan SOF atau School of Future, memaparkan bahwa tugas-tugas yang dikembangkan untuk komite sekolahnya adalah sebagai berikut (Dohou, 1999:66):

1. Komite sekolah terlibat dalam membuat dan menyusun berbagai kebijakan pendidikan dari sekolahnya.

2. Mendirikan komite pendidikan tingkat regional, dan endorong keterwakilan tiap sekolah pada komite regional tersebut.


(33)

3. Pada komite regional diperkuat dengan exspert dalam bidang-bidang yang perlukan, dan komite tersebut independent tidak terkait dengan birokrasi pendidikan, namun bertanggungjawab dengan menteri.40

4. Organisasi

1. Keanggotaan Komite Sekolah:

a. Keanggotaan Komite Sekolah terdiri atas: 1) Unsur masyarakat dapat berasal dari:

3. Orangtua/wali pereta didik 4. Tokoh masyarakat

5. Tokoh pendidikan

6. DUDI (dunia usaha dan dunia industri) 7. Organisasi profesi tenaga kependidikan 8. Wakil alumni

9. Wakil perta didik

2) Unsur dewan guru, yayasan penyelenggara pendidikan, badan pertimbangan desa dapat dilibatkan sebagai anggota komite sekolah maksimal 3 (tiga) orang.

b. Jumlah anggota minimal 9 (sembilan) orang dan gasal c. Syarat-syarat, hak dan kewajiban, serta masa bakti

keanggotaan ditetapkan dalam AD/ART.41 2. Kepengurusan Komite Sekolah:

a. Pengurusan sekurang-kurangnya terdiri: 1) Ketua

2) Sekretaris 3) Bendahara

b. Pengurus dipilih dari dan oleh anggota;

c. Ketua bukan berasal dari kepala satuan pendidikan.

Komite Sekolah adalah bagian dari organisasi, ini dibentuk agar tersusun dengan rapi kepengurusan dan kinerja Komite. Perangkat organisasi Komite Sekolah minimal yang harus ada, yang memungkinkan berjalannya roda organisasi Komite Sekolah adalah: Personel Komite Sekolah, Struktur Organisasi disertai job description setiap personel dan tata-hubungan antar personel, Panduan

40

Prof. Dr. Dede Rosyada. Paradigma Pendidikan Demokratis.hal 259

41

Bedjo Sujanto. Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, Model Pengelolaan Sekolah di Era Otonomi Daerah. hal 63


(34)

Organisasi (antara lain berupa AD/ART), fasilitas penunjang (Kantor/Sekretariat, tenaga adminstrasi).

Komite Sekolah adalah masyarakat sekolah yang peduli pendidikan yang berinteraksi satu sama lain. Pengertian dikoordinasikan secara sadar bahwa organisasi itu dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip manajemen, artinya roda organisasi harus dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip manajemen moderen. Keterikatan yang terus-menerus berarti masyarakat secara sadar merasa terikat dengan sekolah, karena mereka peduli dengan pendidikan. Terakhir adalah bahwa organisasi itu memiliki tujuan atau kelompok tujuan. Sebagaimana telah diuraikan di muka ada empat tujuan pembentukan Komite Sekolah, dan tujuan utamanya adalah meningkatkan mutu pembelajaran di satuan pendidikan tersebut, sehingga dihasilkan lulusan yang bermutu ditinjau dari aspek akademik dan non-akademik.

2. Indikator Kinerja Komite Sekolah

Berdasarkan Keputusan Mendiknas Noomor 044/U/2002 bahwa Indikator Kinerja Komite Sekolah terkait pada peran yang dilakukannya, dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 1. Indikator Kinerja Komite Sekolah PERAN

KOMITE SEKOLAH

FUNGSI MANAJEMEN PENDIDIKAN

INDIKATOR KINERJA

1. Badan Pertimbangan (Advisory Agency)

1. Perncanaan Sekolah

a. Mengidentifikasi Sumber Daya Pendidikan

b. Memberikan masukan untuk penyusunan RAPBS

c. Menyelenggarakan rapat RAPBS e. Memberikan pertimbangan

perubahan RAPBS

e. Ikut mengesahkan RAPBS bersama kelapa sekolah


(35)

2. Pelaksanaan Program,

Kurikulum, PBM dan Peniliaian

a. Memberikan masukan terhadap proses pengelolaan pendidikan di sekolah

b. Memberikan masukan terhadapa proses pembelajaran kepada guru 3. Pengelolaan Sumber Daya Pendidikan a. SDM b. S/P c. Anggaran

a. Mengidentifikasi potensi sumber daya pendidikan.

b. Memberi pertimbangan tentang tenaga kependidikan yang dapat diperbantukan di sekolah

c. Memberikan pertimbangan tentang saranan dan prasarana yang dapat diperbantukan di sekolah

d. Memberikan pertimbangan tentang anggaran yang dapat dimanfaatkan di sekolah 2. Badan Pendukung (Supporting Agency) 1. Pengelolaan Sumber Daya

a. Memantau kondisi ketenagaan kependidikan di sekolah

b. Mobilisasi guru sukarelawan untuk menanggulangi kekurangan guru di sekolah

c. Mobilisasi tenaga kependidikan non guru untuk mengisi kekurangan di sekolah

2. Pengelolaan sarana dan prasarana

a. Memantau kondisi saranan dan prasarana di sekolah

b. Mobilisasi bantuan sarana dan prasarana sekolah.

c. Mengkoordinasi dukungan sarana dan prasarana


(36)

d. Mengevaluasi pelaksanaan dukungan sarana dan prasarana sekolah

3. Pengelolaan Anggaran

a. Memantau kondisi anggaran pendidikan di sekolah.

b. Memobilisasi dukungan terhadap anggaran pendidikan di sekolah. c. Mengkoordinasikan dukungan

terhadap anggaran pendidikan di sekolah

d. Mengevaluasi pelaksanaan dukungan anggaran di sekolah 3. Badan

Pengontrol (Controlling Agency)

1. Mengontrol perencanaan pendidikan di sekolah

a. Mengontrol proses pengambilan keputusan di sekolah

b. Mengontrol kualitas kebijakan di sekolah

c. Mengontrol proses perencanaan pendidikan di sekolah

d. Pengawasan terhadap kualitas perencanaan sekolah

e. Pengawasan terhadap kualitas program sekolah

2. Memantau Pelaksanaan program sekolah

a. Memantau organisasi sekolah b. Memantau penjadwalan program

sekolah

c. Memantau alokasi anggaran untuk pelaksanaan program sekolah d. Memantau sumber daya pelaksana

program sekolah


(37)

pendidikan dalam pelaksanaan program sekolah

3. Memantau out put pendidikan

a. Memantau hasil ujian akhir

b. Memantau angka partisipasi sekolah c. Memantau angka mengulang

sekolah

d. Memantau angka bertahan di sekolah

4. Badan

Penghubung (Mediator Agency)

1. Perencanaa a. Menjadi penghubung antara komite sekolah dengan masyarakat, komite sekolah dengan sekolah, dan komite sekolah dengan dewan pendidikan b. Mengidentifikasi aspirasi

masyarakat untuk perencanaan pendidikan

c. Membuat usulan kebijakan dan program pendidikan kepada sekolah 2. Pelaksanaan

program

a. Mensosialisasikan kebijakan dan program sekolah kepada msyarakat b. Memfasilitasi berbagai masukan

kebijakan program terhadap sekolah c. Menampung pengaduan dan keluhan

terhadap kebijakan dan program sekolah

d. Mengkomunikasikan pengaduan dan keluhan masyarakat terhadap sekolah

3. Pengelolaan sumber daya

a. Mengidentifikasi kondisi sumber daya di sekolah


(38)

pendidikan b. Mengidentifikasi sumber-sumber daya masyarakat

c. Memobilisasi bantuan masyarakat untuk pendidikan di sekolah d. Mengkoordinasikan bantuan

masyarakat

C. Hubungan Masyarakat dengan Sekolah

1. Pentingnya Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

Mengapa sekolah harus berhubungan dengan masyarakat ? Untuk menjawab pertanyaan ini perlu dikemukakan terlebih dahulu beberapa pandangan filosofis tentang hakikat sekolah, hakikat masyarakat, dan bagaimana hubungan antara keduanya.

1. Sekolah adalah bagian yang integral dari masyarakat; bukan merupakan lembaga yang terpisah dari masyarakat.

2. Hak hidup dan kelangsungan hidup sekolah bergantung pada masyarakat.

3. Sekolah adalah lembaga social yang berfungsi untuk melayani anggota-anggota masyarakat dalam bidang pendidikan.

4. Kemajuan Sekolah dan kemajuan masyarakat saliang berkolerasi; keduanya saling membutuhkan.

5. Masyarakat adalah pemilik sekolah; sekolah ada karena masyarakat memerlukan.

Betapa pentinganya hubungan sekolah dengan masyarakat itu, dapat pula ditinjau dari sudut pandangan historis, sebagai berikut;

d. Dari sejarah kita mengetahui bahwa pada zaman kolonial Belanda dahulu, sekolah-sekolah sengaja diisolasikan dari kehidupan masyarakat sekitarnya.

e. Dalam zaman kemerdekaan ini sekolah sekolah merupakan lembaga pendidikan yang seharusnya mendidik generasi muda untuk hidup masyarakat, sehingga.


(39)

f. Sekolah haruslah merupakan tempat pembinaan dan pengembangan pengetahuan dan kebudayaan yang sesuai dan dikehendaki oleh masyarakat tempat sekolah itu didirikan.

3. Sebaliknya, masyarakat harus dan wajib membantu dan bekerja sama dengan sekolah agar apa yang diolah dan dihasilkan sekolah sesuai dengan apa yang dikehendaki dan dibutuhkan oleh masyarakat.

4. Dari sejarah pendidikan kita mengenal adanya arbeid school (seklah kerja) seperti yang didirikan oleh Ovide Decroly di Belgia, sekolah kerja yang didirikan oleh Kerschenteiner di Jerman, dan oleh John Dewey di Amerika Serikat. Semua itu merupakan usaha-usaha dari para ahli didik yang menunjukan kepada kita bepata pentingnya sekolah itu harus berintegrasi dengan masyarakat.

5. Pentingnya hubungan sekolah dan masyarakat dapat pula dikaitkan dengan semakin banyaknya isu yang berupa kritik-kritik tentang tidak sesuainya produk sekolah dengan kebutuhan pembangunan, bahwa lulusan sekolah merupakan produk yang tidak siap pakai, untuk memecahkan masalah-masalah itu bukan semata-mata merupakan tanggungjawab sekolah, dengan meningkatkan keefektifan hubungan sekolah dengan masyarakat beberapa masalah tersebut bisa dikurangi.42

Disamping ketidaktahuan masyarakat, pihak-pihak lainnya sebagai pengguna jasa pendidikan belum memiliki kepedulian yang tinggi. Masyarakat cendrung hanya menginginkan hasil dari dari pada proses.43 Masyarakat hanya sensitif terhadap kebijakan persekolahan jika hal itu menyangkut dengan pemungutan dana. Situasi inilah yang mempersulit adanya control yang utuh dari masyarakat tentang pentingnya hubungan Sekolah dengan masyarakat. Padahal salah satu usaha pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan didirikannya Komite Sekolah, maksud semua itu adalah, agar masyarakat ikut berpartisipasi, kerjasama, dan mengambil perannnya sebagai stakeholder pendidikan dengan pihak Sekolah untuk menjawab kebutuhan masyarakat banyak.

2. Tujuan Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat

Mengenai tujuan hubungan sekolah dan masyarakat, T. Sianipar meninjau dari sudut kepentingan kedua lembaga tersebut, yakni kepentingan sekolah dan kepentingan masyarakat itu sendiri. Ditinjau dari sudut kepentingan sekolah,

42

Drs. Ngalim Purwanto, MP. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Hal 189

43

Drs. Amiruddin Siahaan, M.Pd, dkk. Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah.


(40)

pengembangan penyelenggaraan hubungan sekolah dan msyarakat bertujuan untuk:

1. Memelihara kelangsungan hidup sekolah

2. Meningkatkan mutu pendidikan di sekolah yang bersangkutan. 3. Memperlancar proses belajar-mengajar.

4. Memproleh dukungan dan bantuan dari masyarakat yang diperlukan dalam pengembangan dan pelaksaan program sekolah.

Sedangkan ditinjau dari kebutuhan masyarakat, tujuan hubungannya dengan sekolah adalah untuk:

1. Memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama dalam bidang mental-spritual.

2. Memperoleh bantuan sekolah dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat.

3. Menjamin relevansi program sekolah dengan kbutuhan masyarakat.

4. Memperoleh kembali anggota-anggota masyarakat yang makin meningkatkan kemampuannya.

Secara lebih kongkret lagi, tujuan diselengarakannya hubungan sekolah dan masyarakat adalah:

1. Mengenalkan pentingnya sekolah bagi masyarakat.

2. Mendapatkan dukungan dan bantuan morel maupun financial yang diperlukan bagi pengembangan sekolah.

3. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang isi dan pelaksaan program sekolah.

4. Memperkaya atau memperluas program sekolah sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat.

5. Mengembangkan kerja sama yang lebih erat antara keluarga dan sekolah dalam mendidik anak.44

3. Jenis-jenis Hubungan Sekolah dan Masyarakat

Hubungan kerja sama antara sekolah dan masyarakat mengandung arti yang lebih luas dan mencakup beberapa bidang. Sudah barang tentu bidang-bidang yang ada hubungannya dengan pendidikan anak-anak dan pendidikan masyarakat pada umumnya. Menurut Ngalim Purwanto dalam bukunya Administrasi dan Supervisi Pendidikan mengatakan: bahwa hubungan kerja sama sekolah dan masyarakat itu dapat digolongkan menjadi tiga jenis hubungan, yaitu (1) hubungan edukatif, (2) hubungan cultural, dan (3) hubungan institusional.

44


(41)

a. Hubungan edukatif.

Maksudnya ialah hubungan kerja sama dalam hal mendidik, antara guru di sekolah dan orangtua di dalam keluarga. Adanya hubungan ini maksudkan agar tidak terjadi perbedaan prinsip atau bahkan pertentangan yang dapat mengakibatkan keragu-raguan pendirian dan sikap pada diri anak/murid. Antara sekolah yang diwakili oleh guru dan orangtua tidak saling berbeda atau berselisih paham, baik tentang norma-norma etika maupun norma-norma social yang hendak ditanamkan pada anak-anak didik mereka.

Keinginan orangtua untuk mencerdaskan putra-putri mereka tentu hal ini sejalan dengan amanat UU , yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk itu kerjasama antara guru dan orangtua harus terjalin dengan baik, sebab penanaman ilmu, ahklak, etika, moral pada diri anak tentu tidak seenaknya oleh guru, karena hal itu akan mempengaruhi kehidupan anak tersebut dimasa depan. Harus ada peran serta orangtua untuk menentukan sikap dan kepribadian putra putri mereka.

b. Hubungan Kultural.

Ialah usaha kerja sama antara Sekolah dan masyarakat yang memungkinkan adanya saling membina dan mengembangkan kebudayaan masyarakat tempat sekolah itu berada. Kita mengetahui bahwa sekolah merupakan suatu lembaga yang seharusnya dapat dijadikan barometer bagi maju-mundurnya kehidupan, cara berpikir, kepercayaan, kesenian, adat istiadat, dsb. Bahkan yang lebih diharapkan adalah hendaknya sekolah itu dapat merupaka titik pusat dan sumber tempat terpencarnya sumber nomra-norma kehidupan (norma-norma agama, etika, social, estetika, dsb.) yang baik bagi kemajuan masyarakat yang selalu berubah dan berkembang maju.

Masyarakat memiliki berbagai macam adat istiadat, dan kebudayaan. Itu harus dilestarikan, karena itu akan menjadi ciri khas daerah tersebut, untuk pelestarian dan menjaga adat istiadat dan kebudayaan itu agar berkembang dan maju, masyarakat harus kerjasama dengan pihak sekolah, dan memungkin ini dijadikan salah satu mata palajaran/kurikulum agar tetap utuh dan turun temurun.

c. Hubungan Institusional

Yakni hubungan kerja sama antara sekolah dengan lembaga-lembaga atau instansi-instansi resmi lain, baik swasta maupun pemerintah, seperti hubungan kerja sama antara sekolah dengan sekolah-sekolah lain, dengan kepala pemerintahan setempat, jawatan penerangan, jawatan pertanian, perikanan dan peternakan, dengan perusahaan-perusahaan Negara atau swasta, yang berkaitan dengan perbaikan dan perkembangan pendidikan pada umumnya.


(42)

Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang mendidik anak-anak yang nantinya akan hidup sebagai anggota masyarakat yang terdiri atas bermacam-macam golongan, jabatan, status social, dan berbermacam-macam-bermacam-macam pekerjaan, sangat memerlukan adanya hubungan kerja sama itu. Dengan adanya hubungannya ini sekolah dapat meminta bantuan dari lembaga-lembaga tersebut, baik berupa tenaga pengajar, pemberi cearama tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengadaan dan pengembangan materi kurikulum, maupun bantuan yang berupa fasilitas serta alat-alat yang diperlukan bagi kelancaran pelaksaan program sekolah.45

Instansi-instansi lain, seperti lembaga kursus, sekolah lain, maupun perusahaan-perusahaan baik milik pemerintah ataupun swasta. Semuanya itu adalah stakeholder pendidikan, pihak sekolah harus menjalin kerjasama, agar dapat saling membantu. Pihak sekolah membutuhkan berbagai alat, fasilitas, dan sarana prasarana untuk kelancaran kegiatan pendidikan. Sedangkan perusahaan-perusahan mereka membutuhkan lulusan/out put yang berkualitas, yang siap menghadapi tantangan dan perkembangan zaman.

4. Peran Serta Masyarakat

Sebagaimana yang dikemukakan terlebih dahulu, bahwa masyarakat yang merupakan lembaga ketiga sebagai lembaga pendidikan, dalam konteks penyelenggaraan pendidikan itu sendiri besar sekali perannya. Bagaimanapun kemajuan dan keberadaan suatu lembaga pendidikan sangat ditentukan oleh peran serta masyarakat yang ada. Tanpa dukungan dan partisipasi masyarakat, jangan diharapakan pendidikan dapat berkembang dan tumbuh sebagaimana yang diharapakan.

Masyarakat yang duduk sebagai anggota Komite Sekolah adalah wujud dari implementasi desentralisasi pendidikan. Untuk terlibat secara langsung dengan berbagai kebijakan sekolah secara proporsional. Masyarakat yang tergabung sebagai anggota Komite Sekolah, semakin memahami arah dan kebijakan pemerintah tentang pendidikan.46

Berikut ini adalah beberapa peran dari masyarakat terhadap pendidikan (sekolah):

45

Drs. Ngalim Purwanto, MP. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Hal 194

46

Drs. Amiruddin Siahaan, M.Pd dkk. Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah.


(43)

1. Masyarakat berperan serta dalam mendirikan dan membiayai sekolah. 2. Masyarakat berperan dalam mengawasi pendidikan agar sekolah tetap

membantu dan mendukung cita-cita dan kebutuhan masyarakat.

3. Masyarakatlah yang ikut menyediakan tempat pendidikan seperti gedung-gedung, perpustakaan, panggung-panggung keseian, dan sebagainya.

4. Masyarakatlah yang menyediakan berbagai sumber untuk sekolah. Mereka dapat diundang ke sekolah untuk memberikan keterangan-keterangan yang mengenai suatu masalah yang sedang dipelajari anak didik.

5. Masyarakatla sebagai sumber pelajaran atau laboratorium tempat belajar.47

Setelah kita melihat adanya peran masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan, yang tidak kalah pentingnya adalah pihak sekolah harus menggalang partisipasi masyarakat, partisipasi masyarakat mengacu kepada adanya keikutsertaan masyarakat secara nyata dalam suatu kegiatan. Partisipasi itu bisa berupa gagasan, kritik membangun, dukungan dan pelaksaaan pendidikan.

Koentjaraningrat, (1982) menggolongkan partisipasi masyarakat ke dalam tipologinya, ialah partisipasi kuantitaif dan partisipasi kualitatif. Partisipasi kuantitatif menunjuk pada frekuensi keikutsertaan masyarakat terhadap implementasi kebijakan, sedangkan partisipasi kualitatif menunjuk pada tingkat dan derajatnya. Partisipasi masyarakat juga dapat dikelompokkan berdasarkan posisi individu dalam kelompoknya. Pertama, partisipasi masyarakat dalam aktivitas bersama dalam proyek khusus. Kedua, partisipasi anggota masyarakat sebagai individu dalam aktivitas bersama pembangunan.

Berdasarkan kondisi tersebut, dapat dikemukan bahwa sekolah dan masyarakat merupakan partnership dalam berbagai aktivitas yang berkaitan dengan aspek-aspek pendidikan, diantaranya:

47


(44)

1. Sekolah dengan masyarakat merupakan satu keutuhan dalam menyelenggrakan pendidikan dan pembinaan pribadi peserta didik.

2. Sekolah dengan tenaga kependidikannya menyadari pentingnya kerjasama dengan masyarakat, bukan saja dalam melakukan pembahuruan tapi juga dalam menerima berbagai konsekuensi dan dampaknya, serta mencari alternatif pemecahannya.

3. Sekolah dengan masyarakat sekitar memiliki andil dan mengambil bagian serta bantuan dalam pendidikan di sekolah, untuk mengembangkan berbagai potensi secara optimal sesuai dengan harapan peserta didik.48 Selanjutnya keterlibatan masyarakat dalam program-program pendidikan sekolah, dapat dilihat melalui bentuk komunikasi. Sebab pada hakikatnya komunikasi adalah satu bentuk keterlibatan, dan keterlibatan bearati partisipasi aktif dalam program dan kegiatan sekolah. Ada beberapa bentuk keterlibatan yang bisa digunakan, yaitu:

1. Kunjungan keluarga

2. Pertemuan dengan orangtua siswa

3. Sukarelawan masyarakat yang menaruh perhatian dalam dunia pendidikan; 4. Perwakilan masyarakat pada panitia penasehat atau pertimbangan

pendidikan.49

D. Kerangka Konsep

Berdasarkan hasil pengamatan kondisi nyata dilapangan, ditemukan banyak komite sekolah yang tidak aktif menjalankan tugas dan fungsinya, baik sebagai badan penghubung, pemberi pertimbangan, pengontrol, dan pendudukung. Hal ini disebabkan lemahnya kinerja komite sekolah sebagai stakeholder pendidikan. Sedangkan sekolah menaruh harapan besar kepada

48

Drs. E. Mulyasa, M.Pd. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Hal 170-172

49

Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), Hal 342


(45)

komite untuk membantu sekolah dalam meningkatkan mutu, dan pelayanan pendidikan. Banyaknya faktor-faktor yang menghambat kinerja komite, mulai dari minimnya fasilitas, biaya dan solidaritas kepengurusan komite sampai pada rendahnya keterlibatan dan partisipasi masyarakat.

Dengan terbentuknya komite yang efektif, maka komite dapat terlibat secara penuh dalam membantu sekolah menemukan jalan keluar untuk meningkatkan kualitas dan pelayanan pendidikan di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta.

Banyak sekolah yang tidak membentuk komite, sehingga mutu dan pelayanan pendidikan di sekolah tersebut tidak berkualitas, padahal pembentukan Dewan Pendidikaan/Komite Sekolah sudah diamanatkan dalam UU nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, serta kinerja komite yang belum optimal dalam melakukan percepatan peningkatan kualitas mutu pendidikan.

Berangkat dari masalah diatas, maka dirumuskanlah strategi yang melahirkan program peningkatan mutu dan pelayanan pendidikan oleh pemerintah. Pada awal pembentukan organisasi komite ini bernama Perkembangan Orang Tua Murid dan Guru (POMG), yang kemudian berubah menjadi Persatuan Orang Tua Murid (POM), Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan (BP3), dan sekarang dikenal dengan istilah Dewan Pendidikan/Komite Sekolah. Madrasah Pembangunan UIN Jakarta telah membentuk organisasi komite yang diberi nama Komite Madrasah, serta memilih anggota kepengurusan yang mempunyai kompetensi melalui musyawarah komite. Pemilihan anggota


(46)

komite di Madrasah Pembangunan Uin Jakarta dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip pemilihan anggota komite yaitu transparan dan akuntabel.


(47)

(48)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Lembaga Pendidikan Madrasah Pembangunan UIN Jakarta, sejak bulan Januari 2011 s.d bulan Februari 2011.

Tabel. 1I Waktu Penelitian

No Bulan/Tahun Kegiatan

1 Januari/2011 Konsultasi

2 Januari/2011 Penelitian awal, mencari tahu tentang komite sekolah dengan melakukan wawancara bersama Direktur MP

3 Februari/2011 Pengumpulan data. Analisis dan penulisan laporan hasil penelitian. 4 Februari/2011 Revisi laporan penelitian.

B. Metode Penelitian, Jenis Data dan Sumber Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan tehnik analisis deskriptif, yaitu suatu metode yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, akurat


(49)

mengenai sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Dengan kata lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian pada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan. Deskripsi pada penelitian ini untuk menggambarkan peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Yaitu penelitian yang menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan yang sebenarnya dari fenomena objek yang di teliti”. Kualitatif nauralistik menunjukkan bahwa pelaksanaan penelitian ini memang terjadi secara alamiah, apa adanya, dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya, menekankan pada deskripsi alami.50

Adapun jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder tentang peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Data Primer adalah data atau informasi yang dikumpulkan terutama untuk tujuan investigasi yang sedang dilakukan. Sedangkan Data Sekunder Adalah informasi yang dikumpulkan untuk memberikan masukan dan saran, Sumber data dalam penelitian adalah ketua komite, dan kepala bidang dalam kepengurusan komite sekolah.

C. Tehnik Pengumpulan Data

1. Obeservasi

Observasi adalah “ pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan”.51 Observasi ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai subjek yang di teliti. Dalam penelitian ini penulis melakukan observasi di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tentang sarana dan prasarana, komite sekolah, struktur organisasi, serta data-data yang mendukung lainnya.

50

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: suatu pendekatan praktek, Edisi Revisi,(Jakarta:Rineka Cipta,2005),cet,ke-7, h. 12

51

Irawan Soehartono, Metodologi Penelitian Sosial, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 69


(50)

2. Wawancara

Wawancara adalah “ pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung”.52 Penulis melakukan wawancara langsung dengan ketua komite dan ketua komisi serta Direktur dan kepala sekolah guna mengetahui sejauh mana peran komite sekolah sebagai pengawas, pengontrol, mediator, dan pendukung dalam meningkatkan mutu pendidikan.

3. Studi Dokumentasi

Studi Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, profil sekolah dan sebagainya.53 Studi dokumentasi digunakan untuk menggali data dan referensi teori dan konsep peran komite dalam meningkatan mutu pendidikan.

D. Tehnik Analisa Data

Dalam pengumpulan data, peneliti melakukan pengecekan keabsahan data dengan menggunakan trianggulasi, yaitu membandingkan data dari hasil wawancara, studi dokumentasi, dengan referansi dari buku sebagai pendukung keabsahan data. Berikut trianggulasi yang digunakan:

1. Trianggulasi sumber, yaitu membandingkan dan mengecek derajat kepercayaan suatu informasi yang diperolah. Dalam hal ini peneliti membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara. 2. Trianggulasi Metode terdapat dua strategi yaitu:

a. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dengan beberapa tehnik pengumpulan data yaitu berupa wawancara langsung.

b. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Dalam hal ini melalui sumber data yaitu ketua

52

Irawan Soehartono, Metodologi Penelitian Sosial,…… h. 67

53


(51)

komite sekolah dan ketua bidang dalam kepengurusan komite dengan metode wawancara.

3. Trianggulasi teori, yaitu pengujian data dengan membandingkan data dengan mengadakan pengecekan referensi pendukung untuk lebih mengangkat derajat kepercayaan. Membandingkan data hasil penelitian dengan referensi dari buku pendukung keabsahan data. Tehnik analisa data ini menggunakan deskriptif analisis, setelah diperoleh dari lapangan, langkah berikutnya adalah mengklasifikasikan, mengolah, menganalisis kemudian hasilnya diambil dan dijadikan kesimpulan.

Tabel. III

Kisi-kisi pedoman wawancara

Variabel Aspek Indicator

Peran Komite Sekolah dalam Peningkatan mutu pendidikan

Ruang Lingkup Kinerja - Kebijakan dan program pendidikan - Tugas & Fungsi Komite Sekolah - Melibatkan masyarakat

- Relevansi Program - Evaluasi dan pengawasan

Mutu Pendidikan - Upaya peningkatan mutu

- Pendanaan

- Kurikulum

- Saranan dan Prasarana


(1)

komite Madrasah berkatualisasi secara maksimal dalam pelaksanaan program.

b. Terpeliharanya sebuah sistem dan budaya pengambilan keputusan secara koleftif.

c. Terbinanya hubungan baik dengan seluruh komponen yang ada dilingkungan Madrsah Pembangunan MP, mulai dari pihak Yayasan, Manajemen, Satuan Pendidikan, guru serta tenaga kependidikan lainnya.


(2)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan penelitian tentang peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta, berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini, penulis menyimpulkan bahwa:

1. Keberadaan Komite Sekolah di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta yang membantu pihak sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan dinilai berperan positif. Dan telah bekerja sama dengan masyarakat, orang tua, guru, pihak sekolah, serta instansi-instansi lainnya.

2. Peran yang selama ini telah dijalankan oleh Komite Sekolah sebagai lembaga mandiri yang memberikan pertimbangan kepada sekolah, dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di Sekolah berjalan dengan baik.

3. Komite Sekolah telah mendukung program-program sekolah baik berupa financial maupun tenaga.

4. Komite Sekolah juga telah mengambil perannya sebagai mediator antara sekolah dengan masyarakat, sehingga dapat mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.


(3)

5. Dalam meerencanakan program-program kerjanya, komite sekolah selalu berkoordinasi dengan pihak sekolah dan menyampaikan hasil kajian pelaksanaan program yang telah dilaksanakan kepada stakeholder secara periodik berupa keberhasilan maupun kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran program.

6. Pihak Sekolah selalu berkoordinasi dengan pihak komite dalam pengambilan kebijakan yang memang disitu ada hak dan peran serta komite.

7. Walaupun secara detail program kerja dan peran komite di Madrasah Pembangunan belum mencapai 100% , namun menurut pengamatan penulis dilapangan bias dikatakan baik.

8. Komite sekolah belum mempunyai kantor, sekretariat, atau ruang khusus sebagai tempat untuk lancarnya aktifitas organisasi.

B. Saran

1. Direktur & Kepala Madrasah di masing-masing tingkat satuan pendidikan, harus selalu memberikan masukan dan motivasi kepada para anggota komite untuk bekerja secara maksimal dan ikhlas.

2. Kualifikasi akademik guru dan tenaga kependidikan harus ditingkatkan. 3. Komite Madrasah yang sekarang telah mulai bangun dari stag, harus

bekerja lebih keras lagi untuk berperan sebagai lembaga yang mandiri. 4. Para anggota dan pengurus Komite, harus lebih berkomitmen dalam

menjalankan amanah, timbulkan rasa sense of bellonging terhadap pendidikan (khususnya di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta).

5. Visi dan Misi yang telah menjadi ruh organisasi komite ini hendaknya bukan saja untuk di hayati dan di pajang, akan tetapi menjadi pedoman dan landasan program kerja dan tujuan, selain itu visi dan misis juga untuk menjaga pola pikir, pola sikap, dan pola tindak organisasi.

6. Kekurangan dan kelemahan yang terdapat dalam kepengurusan komite saat ini, hendaknya menjadi bahan evaluasi dan acuan untuk perobahan dan perbaikan kinerja komite sekolah ke depan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, H, Drs. & Uhbiayati, Nur, Drs. Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta 2003

Arcaro, S, Jerome. Pendidikan Berbasis Mutu, (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR)

Azhar, Arsyad, Prof. Dr. M.A Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010)

Arikunto, Suharsimi. Prosedur penelitian Suatu Pendekata Peraktek,(Jakarta:Rineka Cipta 2006)

Fatah, Nanang. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah dan Dewan Sekolah. (Bandung: Pustakan Bani Quraisy, 2004.

Hamalik, Oemar, Prof. Dr. H. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Reamaja Rosdakarya, 2008)

Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. (Jakarta:Raja Grafindo Persada) Hikmat, M.Ag, Drs. Manajemen Pendidikan. (Bandung: Pustaka Setia, 2009

Ihsan, Hamdani, Drs. H. & Ihsan, Fuad, A. Drs. H. Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: CV Pustaka Setia 2007)

Mulyasa, E, Dr. M.Pd. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. (Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

Nazir, Moh, Ph.D. Metode Penelitian (Bogor:Ghalia Indonesia 2005 PEP-EX8, Panduan Peneletia Bagi Remaja (Jakarta:Dinas Olah Raga dan Pemuda 2003

Prima, Pena, Tim. Kamus Ilmiah Populer. (Surabaya: GITAMEDIA PRESS)

Purwanto, Ngalim, Drs, MP. Administrasi & Supervisi pendidikan. (Bandung:PT Remaja Rosdakarya.


(5)

Rosyada, Dede, Dr, Prof. Paradigma Pendidikan Demokratis-Sebuah Model Pelibatan Masyarkata Dalam Penyelenggaraan Pendidikan PT. Kencana Prenada Media Group 2007

Sadiman, S, Arif, Dr. M.Sc dkk, Media Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009

Scheerens, Jaap. Peningkatan Mutu Sekolah. (Ciputat: PT Logos Wacana Ilmu 2003)

Seohartono, Irawan, Dr. Metode Penelitian Sosial, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya 2008)

Siahaan, Amiruddin, Drs. dkk. Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah. (Ciputat: Quantum Teaching 2006.

Suryadi, Ace, Dr. & Budimansyah, Dasim, Dr. Pendidikan Nasional Menuju Masyarakat Indonesia Baru. (Bandung: PT Genesindo 2004

Sujanto, Bedjo, Dr.M.Pd. Manajemen Penidikan Berbasis Sekolah. (Jakarta:CV Sagung Seto, Jakarta.

Syaefudin, Sa‟ud, Ubin M.Ed., Ph.D & Syamsuddin, Makmun, Abin, Prof. Dr. MA. Perencanaan Pendidikan. (Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

sudjono, Anas 8. Pengantar Statistic Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999

Usman, Husaini. Metodologi Penelitian Social, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000)

UU. Sisdiknas. Pasal 1 ayat 24

UU & Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan, (Jakarta 2006). Hal 37

Umaedi, Manajemen Berbasis Sekolah /Madrasah –Mengelola Pendidikan

dalam Era Masyarkat Berubah, (Jakarta: Pusat Kajian Manajemen Mutu

Pendidikan, 2004)

www.depdiknas.com. Undang-undang Pendidikan

Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada)


(6)

Zamroni, Dr. Paradigma Pendidikan Masa Depan (Yogyakarta: BIGRAF Publishing 2000)