Hormone
GnRH yang merangsang pelepasan
Folicle Stimulating Hormone
FSH dan
Luteinizing Hormone
LH. Pada fase folikuler dini, folikel berkembang karena pengaruh FSH yang meningkat. Berkembangnya folikel,
produksi estrogen meningkat dan hal ini akan menekan produksi FSH. Folikel yang akan berovulasi melindungi dirinya dari atresia, sedangkan folikel yang
lainnya mengalami atresia. Pada saat yang bersamaan LH juga meningkat yang berperan dalam pembuatan estrogen dalam folikel. Pada folikel akhir, FSH mulai
menurun dan terjadi perkembangan folikel yang cepat, hal ini menunjukkan folikel yang telah masak bertambah peka terhadap FSH. Perkembangan folikel
berakhir setelah kadar estrogen dalam plasma tinggi. Awalnya estrogen meninggi secara berangsur-angsur kemudian dengan cepat mencapai puncaknya. Hal ini
memberi umpan balik positif terhadap pusat siklik, dan dengan lonjakan LH pada pertengahan siklus , mengakibatkan terjadinya ovulasi.
Pada fase luteal, setelah ovulasi, sel-sel granulosa membesar, folikel menjadi korpus luteum.
Luteinized granulosa cells
dalam korpus luteum membuat progesteron banyak, dan
luteinized theca
cells juga membuat estrogen banyak, sehingga kedua hormon ini meningkat pada fase luteal. Setelah 10-12 hari ovulasi
korpus luteum mengalami regresi berangsur-angsur disertai berkurangnya kapiler- kapiler dan diikuti menurunnya sekresi progesteron dan estrogen. Empat belas
hari setelah ovulasi terjadi menstruasi Wiknjosastro, 2007.
2.3 Dismenore 2.3.1 Defenisi
Dismenore adalah nyeri selama menstruasi yang disebabkan oleh kejang otot uterus Hillegas, 2005.
2.3.2 Klasifikasi
Dismenore dibagi menjadi dua yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder. Dismenore primer adalah dismenore tanpa kelainan anatomis genitalis.
Dismenore sekunder adalah dismenore yang disertai kelainan anatomis genitalis.
Universitas Sumatera Utara
Menurut pembagian klinisnya dismenore dibagi menjadi tiga yaitu dismenore ringan, sedang dan berat. Dismenore ringan berlangsung beberapa saat
dan melanjutkan kerja sehari-hari. Dismenore sedang diperlukan obat penghilang rasa nyeri, tanpa perlu meninggalkan kerjanya. Dismenore berat perlu istirahat
beberapa hari dan dapat disertai sakit kepala, sakit pinggang, diare dan rasa tertekan Manuaba, 2001.
2.3.3 Faktor Risiko
Faktor risiko dari dismenore adalah usia kurang dari 20 tahun, usaha untuk menurunkan berat badan, depresi, perdarahan menstruasi yang berat, nulliparitas
dan merokok French, 2005. Selain itu panjangnya periode menstruasi, riwayat keluarga, obesitas serta pengkonsumsi alkohol juga merupakan faktor resiko
dismenore Calis, 2011.
2.3.4 Etiologi
Dismenore primer terjadi akibat endometrium mengandung prostaglandin dalam jumlah tinggi dan prostaglandin menyebabkan kontraksi miometrium yang
kuat serta mampu menyempitkan pembuluh darah yang mengakibatkan iskemia, disintegrasi endometrium, perdarahan dan nyeri Morgan, 2009.
Dismenore sekunder disebabkan karena beberapa kondisi yaitu endometriosis, fibroid uterus, penyakit radang panggul, perdarahan uterus
disfungsional, prolaps uterus, maladaptasi pemakaian AKDR, produk kontrasepsi yang tertinggal setelah abortus spontan, abortus terapeutik atau melahirkan serta
kanker ovarium Morgan, 2009.
2.3.5 Gambaran Klinis
Dismenore primer memiliki gejala seperti kram perut, ketidaknyamanan sehari atau dua hari sebelum menstruasi, diare, mual atau muntah, pusing dan
pingsan. Dismenore sekunder memiliki gejala sesuai dengan etiologinya. Endometriosis memiliki gejala nyeri yang meningkat selama menstruasi dan nyeri
Universitas Sumatera Utara
yang menetap. Penyakit radang panggul memiliki gejala nyeri tekan saat palpasi serta massa adneksa yang dapat teraba. Fibroid uterus gejalanya perubahan aliran
menstruasi, nyeri kram dan polip dapat teraba. Prolaps uterus gejalanya nyeri punggung yang dimulai saat pramenstruasi serta disertai dispareunia Morgan dan
Hamilton, 2009.
2.3.6 Patogenesis
Pembentukan prostaglandin yang memicu terjadinya dismenore. Terjadinya nekrosis endometrium makin memicu pembentukan prostaglandin.
Prostaglandin meningkat menjelang menstruasi Manuaba, 2001. Prostaglandin F2
ὰ adalah sebuah siklooksigenasi metabolit asam arakhidonat yang menyebabkan vasokonstriksi Paula, 2006.
Peningkatan kadar prostaglandin ditemukan dalam cairan endometrium wanita dismenore yang berhubungan dengan nyeri. Sebuah peningkatan
prostaglandin tiga kali lipat di endometrium terjadi dari fase folikuler ke fase luteal, dengan peningkatan lebih lanjut terjadi selama menstruasi. Peningkatan
prostaglandin diikuti dengan penurunan progesteron pada akhir fase luteal pada miometrium yang meningkat dan kontraksi uterus yang berlebihan Calis, 2011.
2.3.7 Pengobatan 2.3.7.1 Farmakologi
Pengobatan dismenore primer melibatkan penggunaan NSAID dimana siklooksigenase inhibitor mengurangi produksi prostaglandin Paula, 2006. Obat-
obat yang digunakan misalnya asam mefenamat 250 mg setiap 6 jam, indometasin 25 mg setiap 8 jam, meklofenamat 100 mg setiap 4-6 jam, naproxen 250 mg
setiap 4-6 jam, ibuprofen 400 mg setiap 8 jam, diklofenak 50 mg Manuaba, 2001.
Pengobatan dismenore sekunder dilakukan sesuai dengan penyebabnya Manuaba, 2001.
Universitas Sumatera Utara
2.3.7.2 Non Farmakologi
Pengobatan dismenore non farmakologi antara lain dengan olahraga, botol air panas yang diletakkan di perut bagian bawah, istirahat, hindari kafein
Morgan, 2009
2.4 NSAID