Kejadian Dismenore Berdasarkan Karakteristik Orang dan Waktu serta Dampaknya pada Remaja Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015

(1)

KEJADIAN DISMENORE BERDASARKAN KARAKTERISTIK ORANG DAN WAKTU SERTA DAMPAKNYA PADA REMAJA PUTRI SMA DAN SEDERAJAT

DI JAKARTA BARAT TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh:

Abdul Karim Asma’ulludin

NIM: 1111101000094

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


(2)

(3)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT EPIDEMIOLOGI

Skripsi, Februari 2016

Abdul Karim Asma’ulludin, NIM: 1111101000094

Kejadian Dismenore Berdasarkan Karakteristik Orang dan Waktu serta Dampaknya pada Remaja Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015 xix + 113 halaman, 15 tabel, 9 grafik, 3 Bagan, 3 Lampiran

ABSTRAK

Latar Belakang: Dismenore merupakan gangguan menstruasi yang umum dialami oleh remaja. Prevalensi dismenore lebih dari 50% di hampir setiap negara di dunia. Di Indonesia diperkirakan sekitar 55% wanita Indonesia mengalami dismenore. Banyak faktor risiko terjadinya dismenore, di antaranya, usia menarche, riwayat keluarga, stres dan lain-lain. Meski tidak terlalu membahayakan, dismenore tetap dapat mengganggu aktivitas sehari-hari salah satunya terganggunya aktivitas belajar siswa. Tujuan: Diketahuinya kejadian dismenore berdasarkan karakteristik orang dan waktu serta dampaknya pada siswi SMA dan sederajat di Jakarta Barat. Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Penentuan sampel menggunakan multistage random sampling dengan total sampel sebanyak 317 orang. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner self-reported, termasuk infromasi responden, kejadian dismenore dan keparahannya, aktivitas fisik, tingkat stres, IMT, riwayat keluarga dan dampaknya. Analisis dalam penelitian ini berupa analisis univariat dengan menggunakan software pengolah data. Hasil: kejadian dismenore ringan yang paling banyak dialami oleh remaja putri (49,9%). Tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan pada variabel usia, tingkat stres, usia menarche, lama menstruasi dan siklus menstruasi dengan kejadian dismenore (Pvalue >0,05). Hubungan yang signifikan hanya didapat pada variabel aktivitas fisik dan riwayat keluarga (Pvalue <0,05). Dampak yang paling banyak dialami oleh remaja putri adalah berkurangnya konsentrasi saat KBM Simpulan:. Dismenore merupakan kejadian yang umum dialami oleh remaja putri di Jakarta Barat. Dismenore yang dialami oleh remaja putri sangat berdampak terhadap kegiatan belajarnya. Perlu pembinaan oleh pihak sekolah terkait dampak dan cara penanganan dismenore di sekolah.

Kata Kunci: Kejadian dismenore, Keparahan nyeri dismenore, Dampak dismenore, Remaja putri, SMA dan sederajat, Jakarta Barat.


(4)

ISLAMIC STATE UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

PUBLIC HEALTH STUDY Epidemiology

Undergraduate Thesis, February 2016

Abdul Karim Asma’ulludin, NIM: 1111101000094

Prevalences of Dysmenorrhea Based on Person and Time Characteristic and The Impact to Female Adolescent at Senior High School in West Jakarta 2015

xix + 113 pages, 15 tables, 9 grafics, 3 charts, 3 attachments ABSTRACT

Backgroud: Dysmenorrhea is a menstrual disorder that commonly happened to female adolescent. Prevalences of Dysmenorrhea are more than 50% in every country in the world. In Indonesia, it is estimated about 55% of female experienced dysmenorrrhea. There are many risk factors of dysmenorrhea, such as menarche age, family history, stress levels and so on. Although it is not dangerous, dysmenorrhea can affected to daily activity, such as studying. Aim & Objective: The objective of this study was to know about prevalences of dysmenorrhea based on person and time characteristic and its impact to female adolescent at senior high school in West Jakarta. Methods: A cross sectional study was carried out on November 2015 to 317 students at 8 schools in West Jakarta. Data were collected by self-administered questionnaire, including personal information, prevalence and severity of dysmenorrhea, physical activity, stress levels, BMI, family history, and the impact. Result: Prevalences of mild dysmenorrhea had 49,9%. There was no statistically significant correlation between dysmenorrhea to age, stress disorder, BMI, age at menarche, length of menstruation and menstruation cycle. But there was statically significant between dysmenorrhea to physical activity and family history. Conculsion: Dysmenorrhea was commonly happen in adolscent at West Jakarta. The impact of Dysmenorrhea was really affected their study activity. In addition, there is a need of education from school to students about the impact and how to treat a dysmenorrhea at school is needed.

Keyword: Dysmenorrhea, Severity Pain of Dysmenorrhea, The Impact of Dysmenorrhea, Female adolescent, High school, West Jakarta


(5)

(6)

(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Pribadi

Nama : Abdul Karim Asma’ulludin

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 9 April 1993

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jalan Sumur Bor Raya No 22 RT 004/012, Kalideres Jakarta Barat 11840

Telp/Hp : 085694929185

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Email : [email protected]

Kemampuan : Public Speaking, Pengoperasian Komputer (Ms. Word, Excel, Power Point), Bahasa Inggris, enumerator, analisis data (SPSS dan epidata)

B. Riwayat Pendidikan

1998-1999 : TK Nurul Hasanah

1999-2005 : SD Negeri 01 Cengkareng Barat

2001-2005 : Madrasah Diniyah Nurul Jannah Sumur Bor, Kalideres

2005-2008 : MTs. Annida Al Islamy Rawa Buaya

2008-2011 : SMA Negeri 94 Jakarta

2011-sekarang : Strata 1 Peminatan Epidemiologi Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah


(8)

Jakarta

C. Pengalaman Organisasi

2013-2014 : Staf Departemen Pengembangan Sumber Daya Orang Epidemiologi Student Association (ESA)

D. Pengalaman Kepanitiaan

2014 : Koordinator Perlengkapan Divisi Acara Seminar Profesi Peminatan Epidemiologi 2014 : Koordinator Perlengkapan Kunjungan

Lapangan Rumah Sakit Umum Fatmawati

E. Pengalaman Penelitian

2013 : Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat terhadap Masalah Banjir di Kampung Sumur Bor RT 004 RW 012 Kalideres, Jakarta Barat.

2013 : Praktik Surveilans Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan Tahun 2013.

2014 : Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Terkait Kelengkapan dan Ketepatan Pemberian Imunisasi Dasar pada Anak Usia 9-60 Bulan di Kelurahan Pamulang Timur, Kecamatan Pamulang.

2014 : Gambaran Jarak Absolut dan Jangkauang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Puskesmas dan Posyandu) terhadap Gizi Buruk dan Gizi Kurang Berdasarkan Faktor Risiko Secara Spasial di Kelurahan Bakti Jaya, Muncul dan Keranggan, Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan Tahun 2013.


(9)

2014 : Penyusunan Rencana Program

Penanggulangan Status Gizi Kurang dan Gizi Buruk pada Balita di Kelurahan Bakti Jaya, Muncul dan Keranggan, Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan Tahun 2014 (Pendekatan One Health).

2014 : Masalah Kesehatan Reproduksi Perempuan dan Pencarian Pengobatan pada Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014. 2014 : Program Pengendalian Penyakit Campak di

Dinas Kesehatan Kota Depok Tahun 2014 (Gambaran Pelaksanaan Surveilans Campak).

F. Pengalaman Kerja

2013 : Praktik Belajar Lapangan I di Kelurahan Buaran, Kota Tangerang Selatan.

2013 : Praktik Belajar Lapangan II di Kelurahan Buaran, Kota Tangerang Selatan.

Demikian Daftar Riwayat Hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

Jakarta, Februari 2016


(10)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Alla SWT yang telah memberikan nikmat-Nya sehingga skripsi dengan judul ″Kejadian Dismenore Berdasarkan Karakteristik Orang dan Waktu serta Dampaknya pada Remaja Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015“ dapat diselesaikan dengan baik.

Ucapan terima kasih, penulis haturkan kepada:

1. Kedua orang tua yang telah memberikan doa, dukungan serta motivasi dalam penyelesaian skripsi.

2. Bapak Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Ibu Fajar Ariyanti Ph.D. selaku Ketua Program Studi Kesehatan

Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Ibu Minsarnawati Tahangnacca, SKM, M.Kes. selaku pembimbing I yang telah memberikan arahan dan masukan sejak persiapan hingga selesainya skripsi ini.

5. Ibu Yuli Amran, SKM, MKM selaku pembimbing II yang telah memberikan arahan dan masukan sejak persiapan hingga selesainya skripsi ini

6. Ibu Horunnisa Ph.D yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis

7. Dosen-dosen Prodi Kesmas UIN lainnya yang juga telah memberikan ilmu yang bermanfaat selama masa perkuliahan


(11)

9. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada para responden yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Karena tanpa mereka tidak mungkin penelitian ini akan berhasil

10. Begitu pula kepada seluruh kepala sekolah yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah-sekolah tersebut.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan belum sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini menjadi lebih baik.

Jakarta, Februari 2016


(12)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GRAFIK ... xviii

DAFTAR BAGAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Pertanyaan Penelitian ... 7

1.4. Tujuan Penelitian ... 7

1.4.1. Tujuan Umum ... 7

1.4.2. Tujuan Khusus ... 7

1.5. Manfaat Penelitian ... 8

1.5.1. Manfaat Bagi Peneliti ... 8

1.5.2. Manfaat Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 8


(13)

1.5.3. Manfaat Bagi Sekolah Menengah Atas ... 8

1.6. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Dismenore ... 10

2.1.1. Pengertian Dismenore... 10

2.1.2. Derajat Nyeri Dismenore ... 11

2.1.3. Lama Nyeri Dismenore ... 13

2.1.4. Etiologi Dismenore ... 13

2.2. Epidemiologi Dismenore ... 14

2.2.1. Karakteristik Orang ... 15

2.2.1.1. Usia ... 15

2.2.1.2. Aktivitas Fisik ... 16

2.2.1.3. Tingkat Stres ... 20

2.2.1.4. Indeks Massa Tubuh ... 21

2.2.1.5. Riwayat Keluarga ... 23

2.2.2. Karakteristik Tempat ... 24

2.2.2.1. Perkotaan/ Urban ... 24

2.2.2.2. Pedesaan/ Rural ... 25

2.2.3. Karakteristik Waktu ... 27

2.2.3.1. Usia Menarche ... 27

2.2.3.2. Lama Menstruasi ... 29

2.2.3.3. Siklus Menstruasi ... 30


(14)

2.3.1. Gangguan Belajar ... 31

2.4. Kerangka Teori ... 33

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 34

1.1. Kerangka Konsep ... 34

1.2. Definisi Operasional ... 36

3.3. Hipotesis ... 40

BAB IV METODOLOGI ... 41

4.1. Desain Penelitian ... 41

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41

4.3. Populasi dan Sampel ... 41

4.4. Pengumpulan Data ... 46

4.5. Pengolahan Data ... 49

4.6. Analisis Data ... 51

BAB V HASIL PENELITIAN ... 52

5.1. Hasil Univariat ... 52

5.1.1. Prevalensi Kejadian Dismenore... 52

5.1.2. Gejala Penyerta Dismenore ... 52

5.1.3. Lama Dismenore... 53

5.1.4. Karakteristik Orang ... 53

5.1.4.1. Usia ... 53


(15)

5.1.4.3. Tingkat Stres ... 54

5.1.4.4. Indeks Massa Tubuh ... 54

5.1.4.5. Riwayat Keluarga ... 55

5.1.5. Karakteristik Waktu ... 55

5.1.5.1. Usia Menarche ... 55

5.1.5.2. Lama Menstruasi ... 55

5.1.5.3. Siklus Menstruasi ... 56

5.1.6. Dampak Dismenore ... 56

5.2. Hasil Bivariat ... 57

5.2.1. Karakteristik Orang ... 57

5.2.1.1. Usia ... 57

5.2.1.2. Tingkat Aktivitas Fisik ... 58

5.2.1.3. Tingkat Stres ... 59

5.2.1.4. Indeks Massa Tubuh ... 60

5.2.1.5. Riwayat Keluarga ... 61

5.2.2. Karakteristik Waktu ... 62

5.2.2.1. Usia Menarche ... 62

5.2.2.2. Lama Menstruasi ... 63

5.2.2.3. Siklus Menstruasi ... 64

BAB VI PEMBAHASAN ... 66

6.1. Keterbatasan Penelitian ... 66

6.2. Kejadian Dismenore ... 66


(16)

6.3.1. Usia ... 69

6.3.2. Aktivitas Fisik ... 71

6.3.3. Tingkat Stres ... 73

6.3.4. Indeks Massa Tubuh ... 76

6.3.5. Riwayat Keluarga ... 79

6.4. Karakteristik Waktu ... 81

6.4.1. Usia Menarche ... 81

6.4.2. Lama Menstruasi ... 84

6.4.3. Siklus Menstruasi ... 87

6.5. Dampak Kejadian Dismenore ... 88

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 90

7.1. Simpulan ... 90

7.2. Saran ... 91


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Definisi Operasional ... 32

Tabel 4.1. Alokasi Jumlah Siswi pada Sekolah Terpilih ... 39

Tabel 4.2. Alokasi Sampel Penelitian pada Masing-Masing Sekolah ... 40

Tabel 4.3. Pengkodean Kuesionar ... 46

Tabel 5.1. Prevalensi Kejadian Dismenore pada Remaja Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015 ... 48

Tabel 5.2.Rata – Rata Lama Dismenore yang Dialami oleh Remaja Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015 ... 49

Tabel 5.3.Rata – Rata Usia Remaja Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015 ... 49

Tabel 5.4.Tingkat Aktivitas Fisik pada Remaja Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015 ... 49

Tabel 5.5.Tingkat Stres pada Remaja Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015 ... 50

Tabel 5.6.Indeks Massa Tubuh yang Dimiliki oleh Remaja Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015 ... 50

Tabel 5.7. Riwayat Dismenore pada Keluarga Remaja Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015 ... 50

Tabel 5.8.Rata – Rata Usia Menarche Remaja Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015 ... 51

Tabel 5.9.Rata – Rata Lama Menstruasi yang Dialami oleh Remaja Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015 ... 51


(18)

Tabel 5.10.Rata – Rata Siklus Menstruasi pada Remaja Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015 ... 51 Tabel 5.11.Dampak Kejadian Dismenore pada Remaja Putri SMA dan Sederajat


(19)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 5.1.Gejala Penyerta Dismenore pada Remaja Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015 ... 48 Grafik 5.2. Kejadian Dismenore Berdasarkan Usia pada Remaja Putri SMA dan

Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015 ... 53 Grafik 5.3. Kejadian Dismenore Berdasarkan Tingkat Aktivitas Fisik pada Remaja Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015 ... 54 Grafik 5.4.Kejadian Dismenore Berdasarkan Tingkat Stres pada Remaja Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015 ... 54 Grafik 5.5. Kejadian Dismenore Berdasarkan Indeks Massa Tubuh pada Remaja

Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015 ... 55 Grafik 5.6.Kejadian Dismenore Berdasarkan Riwayat Keluarga pada Remaja Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015 ... 56 Grafik 5.7.Kejadian Dismenore Berdasarkan Usia Menarche Remaja Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat ... 56 Grafik 5.8.Kejadian Dismenore Berdasarkan Lama Menstruasi pada Remaja Putri

SMA dan Sederjata di Jakarta Barat ... 57 Grafik 5.9.Kejadian Dismenore Berdasarkan Siklus Menstruasi pada Remaja Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat ... 58


(20)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1. Kerangka Teori ... 30 Bagan 3.1. Kerangka Konsep ... 31 Bagan 4.1. Alur Pengambilan Sampel Penelitian ... 41


(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan manusia yang sangat penting. Masa remaja juga merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa tersebut banyak ditandai dengan perubahan baik fisik, mental maupun psikososial. Salah satu perubahan yang dialami oleh remaja, khususnya remaja putri adalah menstruasi (Saguni dkk, 2013).

Menstruasi merupakan masa keluarnya darah dan jaringan dari endometrium, yaitu lapisan dalam uterus melalui vagina. Menstruasi terjadi karena sel telur tidak dibuahi oleh sperma sehingga sel telur dan seluruh jaringan yang terbentuk pada dinding rahim luruh dan keluar (Adnan dan Kaseng, 2008). Menstruasi merupakan hal yang terjadi secara rutin dengan adanya suatu siklus setiap bulan. Akan tetapi, saat menstruasi mungkin terdapat gangguan. Salah satu gangguan yang terjadi saat menstruasi adalah dismenore.

Dismenore atau yang juga dikenal sebagai nyeri haid merupakan keluhan umum yang dialami oleh remaja putri (Utami dkk, 2013). Angka kejadian nyeri haid atau dismenore di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan dari setiap negara mengalami nyeri haid. Prevalensi kejadian dismenore di Amerika sekitar 60%, sedangkan di Swedia sekitar 70% (Mulastin, 2013). Banyak penelitian mengenai dismenore yang telah


(22)

dilakukan di beberapa negara dengan tingkat prevalensi yang tinggi dan bervariasi (lebih dari 50%). Penelitian yang dilakukan di Thailand pada remaja putri menemukan bahwa prevalensi dismenore mencapai 84,2% (Tangchai, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Unsal dkk (2010) mendapatkan 72,7% remaja mengalami dismenore. Penelitian Kumbhar dkk (2011) di Khadapa juga menemukan bahwa prevalensi dismenore cukup tinggi yaitu mencapai 65%. Bahkan penelitian yang dilakukan oleh Al Kindi dan Al Bulushi (2011) di SMA Omani dan El Hameed dkk (2011) di Mesir mendapatkan prevalensi dismenore yang sangat tinggi yaitu sebesar 94% dan 94,4% (Al Kindi dan Al Bulushi, 2011; El Hameed dkk, 2011).

Prevalensi dismenore di Indonesia tidak memiliki angka yang pasti. Namun begitu, diperkirakan prevalensi dismenore di Indonesia sebesar 55% dari jumlah perempuan usia produktif yang ada (Mulastin, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Novia dan Nunik (2008) di Desa Banjar Kematren menemukan bahwa 71% responden mengalami dismenore. Penelitian yang dilakukan oleh Sutanto dkk (2008) di Makassar, 93,8% remaja putri mengalami dismenore. Penelitian yang dilakukan oleh Utami dkk (2013) pada remaja putri di sebuah SMA di Kabupaten Bone, menunjukkan hasil 87,1% remaja putri mengalami dismenore. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sianipar dkk (2009) di Kecamatan Pulo Gadung Jakarta Timur menemukan 63,2% remaja putri mengalami dismenore.


(23)

Terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya dismenore. Faktor hormonal yang menyebabkan dismenore terjadi karena peningkatan kadar prostaglandin dalam tubuh saat menstruasi sehingga mengakibatkan adanya kontraksi pada miometrium. Selain itu, faktor lain yang menyebabkan dismenore adalah usia menarche yang terlalu dini atau terlambat, siklus menstruasi, lama menstruasi, Indeks Massa Tubuh (IMT), aktivitas fisik, stres dan daerah tempat tinggal.

Penelitian yang dilakukan oleh Al Kindi dan Al Bulushi (2011), terdapat kecenderungan bahwa kejadian dismenore dialami oleh remaja yang usia menarche-nya kurang dari 13 tahun. Penelitian Unsal dkk pun menemukan hal yang serupa. Meskipun tidak ditemukan adanya hubungan antara usia menarche dengan dismenore tetapi diketahui bahwa terdapat kecenderungan risiko dismenore empat kali lebih tinggi pada remaja dengan usia menarche terlalu dini (Unsal dkk, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Gagua dkk (2012) menemukan bahwa remaja putri yang memiliki siklus mesntruasi tidak teratur memiliki risiko 1,6 kali mengalami dismenore dibanding dengan remaja yang siklus menstruasinya teratur. Penelitian Charu dkk (2012), menemukan tidak ada hubungan antara siklus mesntruasi dengan kejadian dismenore, namun Charu dkk (2012) menjelaskan bahwa penelitian lain menyatakan dismenore paling banyak dialami oleh remaja dengan siklus menstruasi yang panjang. El Hameed dkk (2011) menyebutkan bahwa 51,2% kejadian dismenore dialami oleh remaja dengan lama menstruasi lebih dari empat hari. Penelitian Omidvar dan Begum (2012) pun mengamini hal tersebut.


(24)

Pada penelitian tersebut remaja yang memiliki lama mesntruasi 5-6 hari paling banyak mengalami dismenore (Omidvar dan Begum, 2012).

Indeks Massa Tubuh (IMT) diketahui juga sebagai salah satu faktor penyebab dismenore. Penelitian Charu dkk (2012) menemukan bahwa sebagian besar (67%) kejadian dismenore memiliki IMT normal (18,50-25,00). Hanya sebagian kecil saja yang memiliki IMT kurus dan kelebihan berat badan. Namun pada penelitian ini, Charu dkk (2012) tidak menemukan adanya hubungan antara IMT dengan dismenore. Penelitian Al Kindi dan Al Bulushi (2011) pun menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara IMT dengan dismenore. Penelitian Sianipar dkk (2009) menemukan bahwa dua per tiga wanita aktif mengalami dismenore. Penelitian Maruf dkk (2013) menemukan bahwa sebagian besar kejadian dismenore memiliki aktivitas fisik dengan intensitas lebih dari satu jam per hari.

Faramarzi dan Salmalian (2014) menyatakan bahwa stres sebagai salah satu faktor psikologi yang berhubungan dengan kejadian dismenore pada remaja putri. Pada penelitian tersebut ditemukan bahwa remaja putri yang memiliki gejala stes memiliki risiko dua kali mengalami dismenore daripada remaja putri yang tidak memiliki gejala stres (Faramarzi dan Salamalian, 2014). Penelitian El Gilany dkk (2005) menemukan bahwa kejadian dismenore di daerah urban lebih rendah daripada kejadian dismenore di daerah rural. Remaja yang tinggal di daerah urban memiliki prevalensi kejadian dismenore sebesar 69,6% sedangkan prevalensi kejadian dismenore pada remaja putri di rural mencapai 80,1% (El Gilany,


(25)

2005). Penelitian Avasarala dan Panchangam (2008) mendapatkan hasil serupa. Pada penelitiannya, Avasarala dan Panchangam (2008) menemukan bahwa prevalensi kejadian dismenore di daerah urban sedikit lebih rendah daripada daerah rural.

Dismenore dapat berdampak pada aktivitas sehari-hari remaja. Dampak dari dismenore yang sering dialami oleh remaja putri antara lain berkurangnya konsentrasi saat belajar, ketidakhadiran di sekolah , aktivitas olah raga terhambat dan berkurangnya waktu dalam aktivitas sosial Tangchai, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Sulastri (2006), siswi yang mengalami dismenore memiliki ketidakhadiran di kelas selama kurang lebih tiga hari (Sulastri, 2006). Bahkan Al Kindi dan Al Bulushi (2011) pun menemukan bahwa remaja yang mengalami dismenore mengalami menurunan dalam performa akademik. Salah satu indikator dalam mengetahui keadaan performa akademik siswa adalah berdasarkan nilai ujian nasional. Pada tahun 2015, hasil ujian siswa SMA dan sederajat di Jakarta Barat menempati posisi kedua terbawah diantara lima kota yang ada dengan nilai rata-rata yaitu 74,61 (Disdik DKI Jakarta, 2015). Selain itu, dismenore juga memiliki dampak jangka panjang. Dampak jangka panjang jika dismenore tidak diatas dengan baik adalah dapat memicu terjadinya sindrom ovarium polikistik dan ensdometriosis (Hatem et al, 2015).

Menurut Sianipar (2009), tahun-tahun awal menstruasi merupakan periode yang rentan terhadap gangguan (Sianipar, 2009). Biasanya dismenore primer muncul pada usia kurang dari 20 tahun (Fauziyah,


(26)

2013). Remaja putri usia 15-19 tahun merupakan masih dalam tahun-tahun awal mereka mengalami menstruasi. Jumlah populasi wanita di DKI Jakarta berdasarkan hasil sensus tahun 2010 sebanyak 4.735.126 jiwa atau 49,3% (BPS, 2010). Hampir 10% dari populasi wanita merupakan remaja usia 19 tahun (BPS, 2010). Di Jakarta Barat persentase remaja usia 15-19 tahun sebesar 25,12% dan yang terbanyak di Jakarta Timur dengan persentase 26,62% (BPS, 2010). Penelitian mengenai dismenore pernah dilakukan di Kecamatan Pulo Gadung Jakarta Timur pada tahun 2009. Selain itu, berdasarkan hasil studi pendahuluan diketahui bahwa 90% responden mengalami dismneore. Belum adanya penelitian serupa di Jakarta Barat dan usia remaja (15-19) tahun merupakan usia yang rentan terhadap terjadinya dismenore serta tingginya prevalensi dismenore berdasarkan hasil studi pendahuluan membuat peneliti tertarik untuk mengetahui deskripsi kejadian dismenore berdasarkan karakterstik orang dan waktu serta dampaknya pada remaja putri SMA dan sederajat di Jakarta Barat.

1.2. Rumusan Masalah

Tingginya prevalensi kejadian dismenore baik di dunia maupun di Indonesia yang melebihi 50% dari jumlah perempuan. Bahkan berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti pada salah satu sekolah di Jakarta Barat, didapatkan bahwa 36 dari 40 siswi atau sekitar 90% mengalami dismenore. Adanya dampak terhadap performa siswi dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah salah satunya berdasarkan hasil ujian nasional. Masih belum ada penelitian sejenis di Jakarta Barat


(27)

dan usia remaja (15-19) tahun merupakan usia yang rentan terhadap terjadinya dismenore membuat peneliti tertarik untuk meniliti mengenai deskripsi kejadian dismenore pada remaja putri SMA dan sederajat di Jakarta Barat.

1.3. Pertanyaan Penelitian

a. Bagaimana prevalensi kejadian dismenore pada remaja putri SMA dan sederajar di Jakarta Barat?

b. Bagaimana deskripsi dan distribusi kejadian dismenore berdasarkan karakteristik orang (usia, aktivitas fisik, stress dan riwayat keluarga) pada remaja putri SMA dan sederajat di Jakarta Barat?

c. Bagaimana deskripsi dan distribusi kejadian dismenore berdasarkan karakteristik waktu (usia menarche, lama menstruasi dan siklus menstruasi) pada remaja putri SMA dan sederajat di Jakarta Barat? d. Bagaimana dampak akibat dismenore pada remaja putri SMA dan

sederajat di Jakarta Barat? 1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Diketahuinya kejadian dismenore berdasarkan karakteristik orang dan waktu serta dampaknya pada remaja putri SMA dan sederajat di Jakarta Barat.

1.4.2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya prevalensi kejadian dismenore pada remaja putri SMA dan sederajar di Jakarta Barat.

b. Diketahuinya deskripsi dan distribusi kejadian dismenore berdasarkan karakteristik orang (usia, aktivitas fisik, stres dan


(28)

riwayat keluarga) pada remaja putri SMA dan sederajat di Jakarta Barat.

c. Diketahuinya deskripsi dan distribusi kejadian dismenore berdasarkan karakteristik waktu (usia menarche, lama menstruasi dan siklus menstruasi) pada remaja putri SMA dan sederajat di Jakarta Barat.

d. Diketahuinya dampak akibat dismenore pada remaja putri SMA dan sederajat di Jakarta Barat.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menjadi tambahan pengetahuan dan meningkatkan kepedulian terhadap masalah kesehatan reproduksi remaja. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat menjadi bahan pertimbangan pada penelitian selanjutnya dengan menggunakan desain yang sama atau berbeda atau pada populasi yang berbeda. 1.5.2. Manfaat Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan referensi bagi perpustakaan dan bagi civitas akademia di program studi kesehatan masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 1.5.3. Manfaat Bagi Sekolah Menengah Atas

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pihak sekolah untuk membangun dan mengembangkan peran pusat informasi dan konsultasi remaja di sekolah dan meningkatkan


(29)

peran Unit Kesehatan Sekolah (UKS) dalam memberikan pelayanan bagi warga sekolah.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan kepada siswi SMA dan sederajat di Jakarta Barat khususnya siswi kelas XI dan XII. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juli hingga Desember 2015. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya kejadian dismenore berdasarkan faktor orang dan waktu serta dampaknya pada remaja putri SMA dan sederajat di Jakarta Barat. Penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel yaitu multistage random sampling pada tingkat sekolah dan simple random sampling dalam pemilihan siswi. Analisis yang akan dilakukan pada penelitian ini menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan uji chi square (taraf signifikansi <0,05) dengan bantuan software epidata ver. 2.0 dan software pengolah data.


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dismenore

2.1.1. Pengertian Dismenore

Salah satu gangguan ginekologi yang sering dialami oleh wanita khususnya remaja putri adalah dismenore (Edmonds, 2007). Dismenore merupakan nyeri saat menstruasi yang dialami oleh wanita (Okoro dkk, 2013). Dismenore umumnya dialami oleh remaja (Okoro dkk, 2013). Dismenore juga dapat diartikan sebagai siklus abdominal bagian bawah atau nyeri pelvic yang terjadi sebelum dan selama menstruasi (Ortiz, 2010). Dismenore merupakan nyeri di perut bagian bawah yang menyebar ke pinggang dan paha. Nyeri ini dapat timbul tidak lama sebelum atau bersama-sama dengan permulaan haid (Wiknjosastro, 1999).

Nyeri menstruasi atau dismenore dapat berlangsung selama beberapa jam, walaupun dalam beberapa kasus rasa nyeri tersebut juga dapat berlangsung hingga beberapa hari (Wiknjosastro, 1999). Pada umumnya dismesnore muncul ketika menstruasi terjadi pada beberapa jam sebelum dan setelah terjadinya onset serta berakhir pada 24-48 jam pertama (Harel, 2006).

Gejala dismenore yang paling sering dialami oleh wanita adalah kram pada perut. Gejala lain yang umum menyertai dismenore, antara lain mual, muntah, diare, nyeri punggung, pegal,


(31)

contoh, pada penelitian yang dilakukan oleh Chongpengsuklert dkk pada tahun 2008 di Provinsi Khon Kaen Thailand, ia menemukan bahwa pegal dan sakit punggung sebagai gejala yang paling banyak menyertai dismenore pada remaja putri. Bahkan beberapa tahun sebelumnya, Tangchai (2004) menemukan bahwa remaja yang mengalami dismenore 58,9% diantaranya disertai dengan sakit punggung dan 42,9% mengalami pegal-pegal.

2.1.2. Derajat Nyeri Dismenore

Menstruasi yang dialami oleh perempuan dapat menyebabkan rasa nyeri, khususnya pada awal menstruasi. Namum tingkat nyeri yang dialami oleh setiap perempuan dapat berbeda-beda. Menurut Manuaba (1999), dismenore dibagi menjadi tiga tingkat keparahan, antara lain:

a. Dismenore ringan

Seseorang akan mengalami rasa nyeri yang masih dapat ditolerir karena masih berada pada ambang rangsang. Rasa nyeri tersebut dapat berlangsung selama beberapa saat dan dapat melanjutkan aktivitas sehari-hari (Manuaba, 1999). Jika menggunakan face pain score, derajat ringan terdapat pada skala nyeri dengan tingkat 1-4 (Leppert, 2004).

b. Dismenore sedang

Respon yang biasa dialami oleh perempuan seperti merintih dan menekan-nekan bagian nyeri, perlu diberikan obat penghilang rasa nyeri walaupun tidak sampai menghambat


(32)

aktivitasnya (Manuaba, 1999). Jika menggunakan face pain score, derajat sedang berada pada skala 5-6 (Leppert, 2004). c. Dismenore berat

Rasa nyeri yang dialami seperti adanya rasa terbakar dan dapat menghambat aktivitas harian seseorang. Selain itu juga diperlukan istirahat selama beberapa hari dan disertai dengan gejala lain, seperti sakit kepala, migrain, diare, rasa tertekan dan mual (Manuaba, 1999). Jika mengguanakan face pain score, tingkatan ini berada pada skala 7-10 (Lepert, 2004). Nurhidayati (2007) pernah melakukan penelitian di Cianjur menemukan bahwa prevalensi nyeri dimsenore ringan cukup tinggi, yaitu sebesar 56,6% dan 43,3% lainnya mengalami dismenore berat. Dua penelitian lainnya yang dilakukan di Tasikmalaya (Asih, 2013)dan di Medan (Sirait dkk, 2014) menemukan bahwa dismenore ringan dialami oleh 66,1% dan 79,1% responden. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Al Kindi dan Al Bulushi (2011) yang menemukan bahwa nyeri sedang 41% dan ringan hanya 27%. Hal serupa juga ditemukan oleh penelitian Gumanga dan Aryee (2012) di Accra, Ghana, 170 orang (37,5%) mengalami nyeri dismenore sedang. Okoro dkk (2013) juga menemukan hasil yang berbeda dengan penelitian ini, yaitu 54% dari kejadian dismenore merupakan dismenore dengan kategori sedang.


(33)

2.1.3. Lama Nyeri Dismenore

Dismenore mulai terjadi pada 24 jam sebelum terjadinya pendarahan haid dan dapat bertahan selama 24-36 jam meskipun beratnya hanya berlangsung selama 24 jam pertama saat terjadinya pendarahan haid. Bahkan ada juga yang berlangsung hingga beberapa hari. Penelitian yang dilakukan oleh Alosaimi (2014), memberikan tiga ketegori terhadap lamanya dismenore yang dialami oleh responden dalam penelitian tersebut.

Kategorisasi dalam penelitian tersebut antara lain <2 hari, 3-4 hari dan lebih dari 4 hari (Alosaimi, 2014). Dalam penelitian tersebut, Alosaimi menemukan bahwa lama dismenore yang dialami oleh responden paling banyak ≤2 hari. Penelitian El Gilany dkk (2005), prevalensi paling tinggi remaja yang mengalami dismenore dengan durasi atau lama nyeri kurang dari 24 jam, yaitu sebesar 64, 9%. Penelitian El Hameed dkk (2011), dismenore paling banyak dialami oleh remaja selama 24 jam pertama saat menstruasi, bahkan juga ada yang telah mengalaminya pada waktu satu minggu sebelum menstruasi (El Hameed dkk, 2011). Gagua dkk (2012) juga sependapat dengan hasil penelitian ini. Pada penelitian tersebut 34,42% mengalami dismenore selama satu hari atau lebih.

2.1.4. Etiologi Dismenore

Dismenore terjadi akibat endometrium mengandung prostaglandin dalam jumlah tinggi (Morgan dan Hamilton, 2009):


(34)

i. Di bawah pengaruh progesteron selama fase luteal siklus menstruasi, endometrium yang mengandung prostaglandin meningkat, mencapai tingkat tinggi pada awal menstruasi. ii. Prostaglandin menyebabkan kontraksi pada miometrium yang

kuat dan mampu menyempitkan pembuluh darah. Hal itu dapat mengakibatkan iskemia, disintegrasi endometrium, pendarahan, dan nyeri (Morgan dan Hamilton, 2009).

2.2. Epidemiologi Dismenore

Di Amerika presentase kejadian dismenore sekitar 60% dan di Swedia sekitar 72% (Mulastin, 2013). Di Amerika Serikat, nyeri haid didapatkan 30-70% wanita dalam usia reproduksi serta 60-70% wanita dewasa yang tidak menikah. Menurut Riyanto dalam Novia dan Nunik (2008), tidak ada angka yang pasti mengenai jumlah penderita dismenore di Indonesia. Penelitian mengenai prevalensi dismenore pada mahasiswi di sebuah universitas di Jakarta tahun 2004 menemukan bahwa 83,5% mahasiswi mengalami dismenore (Sianipar dkk, 2009). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sianipar dkk (2009) pada siswi SMU di Kecamatan Pulo Gadung Jakarta Timur menemuka bahwa 63,2% remaja putri mengalami gangguan menstruasi (Sianipar dkk, 2009).

Menurut Noor (2008), dalam studi epidemiologi, terdapat tiga karakteristik yang dapat menggambarkan kejadian suatu penyakit termasuk pada dismenore, yaitu karakteristik orang, tempat dan waktu.


(35)

2.2.1. Karakteristik Orang 2.2.1.1. Usia

Istilah usia diartikan dengan lamanya keberadaan seseorang diukur dalam satuan waktu dipandang dari segi kronologik, individu normal yang memperlihatkan derajat perkembangan anatomis dan fisiologik sama (Poppy, 1998). Sedangkan menurut pendapat tokoh lain usia adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan) (Hoetomo, 2005).

Penelitian Al Kindi dan Al Bulushi (2011) dilakukan pada remaja usia 15 sampai 23 tahun dengan rata-rata usia 17-18 tahun. 51% responden yang berusia 15-17 tahun mengalami disemnore dan 49% responden berusia 18-23 tahun juga mengalami dismenore. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Manorek dkk (2014), usia responden berada pada rentanag 15-16 tahun. Menurut Sianipar dkk (2009), tahun-tahun awal menstruasi merupakan periode yang rentan terhadap gangguan (Sianipar dkk, 2009). Biasanya dismenore primer muncul pada usia kurang dari 20 tahun (Fauziyah, 2013).

Smeltzzer menjelaskan bahwa pengaruh usia pada persepsi rasa nyeri dan toleransi nyeri sebenarnya tidak diketahui secara luas. Hal ini dikarenakan penentuan rasa nyeri hanya didasarkan pada laporan rasa nyeri dan pereda


(36)

mendukung beberapa penelitian terdahulu yang tidak menemukan adanya hubungan yang bermakna antara usia dengan kejadian dismenore seperti yang dilaporkan oleh Sirait dkk (2014) ataupun penelitian Nurhidayati (2007). Akan tetapi pada penelitian yang dilakukan oleh El Gilany dkk (2005), menemukan bahwa semakin tinggi usia seseorang semakin berisiko mengalami dismenore. Bahkan El Gilany dkk menyatakan bahwa responden yang berusia 17 tahun ke atas memiliki risiko 6,59 kali mengalami dismenore dibanding dengan responden yang berusia 14 tahun (El Gilany dkk, 2005).

2.2.1.2. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik merupakan gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya (Almatsier, 2003). Menurut WHO, aktifitas fisik ialah seluruh gerakan tubuh yang dilakukan oleh otot rangka yang membutuhkan energi (WHO, 2010). Dengan melakukan aktivitas fisik, seseorang dapat mencegah terjadinya penyakit dan mengurangi faktor risiko penyakit tersebut. Aktivitas fisik sangat dianjurkan untuk semua umur, baik anak-anak, remaja maupun orang dewasa (CDC, 2011).

Berdasarkan jenis kegiatannya, aktivitas fisik dibagi menjadi tiga golongan, yaitu (Nurmalina, 2011):


(37)

a. Kegiatan ringan: kegiatan yang menyebabkan perubahan dalam pernapasan atau ketahanan (endurance) dan hanya memerlukan sedikit tenaga. Ketahanan yang dihasilkan sangat berguna untuk organ paru-paru, otot dan sirkulasi darah. Durasi kegitan yang diperlukan untuk mendapatkan ketahanan hanya selama 30 menit (4-7 hari per minggu). Contoh kegiatan: berjalan kaki, menyapu lantai, mencuci piring/baju, mencuci kendaraan dan bermain dengan teman.

b. Kegiatan sedang: kegiatan yang memerlukan tenaga, gerakan otot dan kelenturan (flexibility). Kelenturan bermanfaat untuk mempertahankan otot tubuh agar tetap bugar dan sendi dapat berfungsi dengan baik. Sama halnya dengan kegiatan ringan, durasi yang diperlukan pada kegiatan sedang selama 30 menit (4-7 hari per minggu). Contoh kegiatan: berlari kecil, bermain tenis meja, berenang, bersepeda dan jalan cepat.

c. Kegiatan berat: kegiatan yang berhubungan dengan olahraga dan membutuhkan kekuatan (strength) dan dapat mengeluarkan banyak keringat. Kekuatan yang dilakuakan selama berolahraga bermanfaat agar tulang tetap kuat, mencegah osteoporosis dan


(38)

mempertahankan bentuk tubuh. Durasi yang diperlukan pada kegiatan ini selama 30 menit (2-4 hari per minggu). Contoh kegiatan : berlari, sepak bola, push-up, angkat beban dan naik turun tangga.

Kegiatan aktivitas fisik yang direkomendasikan untuk anak-anak dan remaja berusia 6-17 tahun berdasarkan Physical Activity Guidelines for Americans adalah melakukan aktivitas aerobik selama 60 menit atau lebih per minggu dan melakukan penguatan otot tulang minimal tiga hari per minggu.Sedangkan pada orang dewasa berusia 18-64 tahun perlu melakukan aktivitas aerobik selama 150 menit (1 jam 30 menit) per minggu atau 75 menit (1 jam 15 menit) kegiatan berlari kecil, melakukan penguatan semua kelompok otot utama (kaki,pinggul, punggung, perut, dada, bahu dan lengan) selama dua hari atau lebih per minggu (CDC, 2011).

Pada anak-anak dan remaja, aktivitas fisik bermanfaat untuk perbaikan peredaran darah dan kebugaran otot, kesehatan tulang, kesehatan jantung dan metabolisme tubuh serta memperbaiki komposisi tubuh. Dengan melakukan aktivitas fisik, gejala stress yang dialami anak-anak dan remaja akan berkurang (CDC, 2011). Selain itu, melakukan aktivitas fisik dengan teratur sebelum dan selama menstruasi dapat membuat peredaran


(39)

darah pada otot rahim menjadi lancar sehingga dapat mengurangi rasa nyeri saat menstruasi (Yulistianingsih, 2004). Olahraga merupakan salah satu teknik relaksasi. Pada saat seseorang berolahraga, tubuh akan menghasilkan suatu hormon yang disebut endorphin. Hormon ini dapat berfungsi sebagai mediasi persepsi rasa nyeri. Sehingga semakin sering melakukan olahraga, biasanya dapat mengurangi rasa nyeri yang dialami (Sirait dkk, 2014).

Salah satu jenis olahraga yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri saat menstruasi adalah senam. Penelitian yang dilakukan oleh Suparto (2011), menunjukkan bahwa remaja putri yang melakukan senam dapat menurunkan rasa nyeri yang dialami. Pada penelitian tersebut, sebelum senam diketahui bahwa prevalensi dismenore tingkat ringan sebesar 7%, sedang 53% dan berat 40%. Setelah dilakukan senam, tidak ada responden yang mengalami nyeri dismenore berat, namum prevalensi yang mengalami rasa nyeri ringan menjadi 73,3%. Penelitian yang dilakukan oleh Rich-Edwards (2002), menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan gangguan menstruasi lebih rendah dialami pada wanita dengan aktivitas fisik yang aktif dibanding dengan yang tidak aktif.


(40)

Beberapa penelitian lain menemukan hal yang berbeda. Sianipar dkk (2009), justru menemukan dua per tiga wanita aktif mengalami dismenore. Selain itu, penelitian yang dilalukan oleh Maruf dkk (2013), menemukan bahwa sebagian besar yang mengalami dismenore baik ringan, sedang maupun berat memiliki aktivitas fisik dengan intensitas lebih dari satu jam per hari.

2.2.1.3. Tingkat Stres

Stress merupakan reaksi tubuh terdapat sinyal internal dan eksternal. Sinyal internal dan eksternal ini disebut sebagai stressor. Stres juga dianggap sebagai ketidakmampuan seseorang dalam mengatasi ancaman yang dihadapi oleh fisik, mental, emosional maupun spriritual, sehingga pada suatu hari hal itu dapat mempengaruhi kesehatan fisik orang tersebut (National Safety, 2003). Menurut Lazarus dan Folkman (1984), stress memiliki tiga bentuk, yaitu:

1) Stimulus, yaitu merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stress atau yang biasa disebut sebagai stressor.

2) Respon, yaitu merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stress.


(41)

3) Proses, yaitu suatu proses dari individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stress melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.

Penelitian yang dilakukan oleh Faramarzi dan Salmalian (2014), mengenai Hubungan Faktor Psikologi dan Nonpsikologi terhadap kejadian dismenore primer mendapatkan hasil bahwa, stres sebagai salah satu faktor psikologi berhubungan dengan gangguan dismenore pada remaja putri. Penelitian Muntar (2010) melaporkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat stres dengan dismenore yang dialami oleh remaja putri. Demikina pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Prihartanti (2010), yang bahkan menemukan adanya korelasi sedang antara tingkat kecemasan dengan kejadian dismenore. Secara teori, stres diketahui sebagai salah satu pemicu dismenore. Faktor psikologi seperti kecemasan menyebabkan penyaluran FSH dan LH menjadi tidak normal (Affandi, 2006).

2.2.1.4. Indeks Massa Tubuh

Indeks Massa Tubuh merupakan salah satu parameter penilaian status gizi. Dalam penilaiannya, indeks massa tubuh (IMT) terdiri atas perhitungan antara berat badan dengan tinggi badan. Perhitungan IMT dilakukan


(42)

dengan membagi berat badan (kg) dengan tinggi badan (m), dimana tinggi badan sebelumnya dikuadratkan.

Indeks Massa Tubuh (IMT) diketahui juga sebagai salah satu faktor penyebab dismenore. Penelitian Charu dkk (2012) menemukan bahwa sebagian besar (67%) kejadian dismenore memiliki IMT normal (18,50-25,00). Hanya sebagian kecil saja yang memiliki IMT kurus dan kelebihan berat badan. Namun pada penelitian ini, Charu dkk (2012) tidak menemukan adanya hubungan antara IMT dengan dismenore. Penelitian Al Kindi dan Al Bulushi (2011) pun menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara IMT dengan dismenore. Penelitian yang dilakukan oleh Asih (2013) di Tasikmalaya menemukan bahwa status gizi atau IMT berhubungan secara signifikan terhadap kejadian dismenore. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Sophia (2013) di Medan.

Salah satu penyebab terjadinya gizi kurang pada remaja adalah kurangnya asupan makanan, termasuk zat besi yang dapat menyebabkan anemia. Anemia diketahui sebagai salah satu faktor konstitusi yang menyebabkan kurangnya daya tahan tubuh terhadap rasa nyeri, sehingga pada saat menstruasi sangat mungkin terjadi dismenore (Sylvia dan Lorraine, 2006). Selain itu pada remaja yang mengalami kegemukan atau obesitas dapat juga mengalami


(43)

dismenore. Hal itu dikarenanya jaringan lemak yang berlebihan. Berlebihnya jaringan lemak ini menyebabkan terjadinya hiperplasi pada organ reproduksi wanita. Sehingga darah yang seharusnya mengalir pada masa menstruasi terganggu dan menyebabkan rasa nyeri (Sirait dkk, 2014; Ehrenthal, 2006).

2.2.1.5. Riwayat Keluarga

Riwayat penyakit pada keluarga merupakan riwayat medis yang dimiliki oleh anggota keluarga di masa lalu. Pada umumnya anggota keluarga tersebut memiliki hubungan darah dan persamaan kondisi fisik secara anatomis maupun fisiologis (Sophia, 2013; pilliteri, 2003). Riwayat keluarga merupakan salah satu faktor risiko terjadinya dismenore pada remaja. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan hal tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Unsal dkk (2010), menemukan bahwa 84,4% responden yang mengalami dismenore memiliki riwayat keluarga. Begitupun penelitian yang dilakukan oleh Shah dkk (2015), Kumbhar dkk (2011), Faramarzi dan Salmalian (2014). Walaupun dengan hasil yang berbeda-beda pada setiap penelitian. Keempat penelitian tersebut bahkan menemukan hubungan yang signifikan bahwa riwayat keluarga memang menjadi faktor risiko dismenore. Bahkan penelitian Faramarzi dan Salmalian (2014)


(44)

menemukan adanya peningkatan risiko sebesar 2,63 kali pada remaja yang memiliki riwayat keluarga untuk mengalami dismnore dibanding dengan remaja yang tidak memiliki riwayat dalam keluarganya. Bahkan hasil tersebut tidak jauh berbeda setelah di-adjusted dengan variabel lainnya.

2.2.2. Karakteristik Tempat 2.2.2.1. Perkotaan/ Urban

Menurut R. Bintarto, kota adalah sebuah bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan matrealistis dibandingkan dengan daerah belakangnya (Gunawan, 2007). Sedangkan, menurut Northam, kota adalah lokasi dengan ciri-ciri:

a) Kepadatan penduduknya lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata kepadatan penduduk di sekitarnya b) Penduduk pada lokasi atau tempat tersebut sebagian

besar tidak bergantung pada sektor pertanian dan tidak juga pada aktivitas ekonomi primer

c) Lokasi tersebut menjadi pusat kebudayaan, administrasi dan ekonomi bagi wilayah-wilayah sekitarnya

Penelitian yang dilakukan oleh Avasarala dan Panchangam (2008), prevalensi kejadian dismenore di


(45)

daerah perkotaan atau urban sedikit lebih rendah dari pada di pedesaan, yaitu dengan prevalensi 52,5%. Penelitian El Gilany dkk (2005) menemukan bahwa kejadian dismenore di daerah urban lebih rendah daripada kejadian dismenore di daerah rural. Remaja yang tinggal di daerah urban memiliki prevalensi kejadian dismenore sebesar 69,6%. 2.2.2.2. Pedesaan/ Rural

Secara etimologi, istilah desa berasal dari bahasa sansekerta, yaitu dari kata deshi yang artinya tanah kelahiran atau tanah tumpah darah. Dalam kehidupan sehari-hari istilah desa dering diartikan sebagai suatu wilayah yang letaknya jauh dari keramaian kota, serta dihuni oleh sekelompok masyarakat yang sebagian besar mata pencahariaanya di sektor pertanian. Berikut pengertian desa menurut para ahli (Soewadi, 2007) :

a. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 Pasal 1

Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah camat dan berhak menyelenggarakn rumah tangga sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Soewadi, 2007).


(46)

Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri (Harwantiyoko, 1997).

c. Menurut S.D. Misra

Desa tidak hanya kumpulan tempat tinggal, tetapi juga kumpulan daerah pertanian dengan batas-batas tertentu yang luasnya antara 50-1.000 ha (Soewadi, 2007).

d. Menurut R. Bintarto

Menurut tinjauan geografi yang dikemukakannya, desa merupakan suatu hasil perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomi, politik dan kultural yang terdapat di suatu daerah serta memiliki hubungan timbal balik dengan daerah lain (Harwantiyoko, 1997).

Penelitian yang dilakukan oleh Avasarala dan Panchangam (2008), menemukan bahwa di daerah rural atau pedesaan kejadian dismenore sebesar 55,7%. Prevalensi ini sedikit lebih tinggi dibanding prevalensi kejadian dismenore di perkotaan. Adanya perbedaan ini menurut peneliti karena perbedaan persepsi mengenai dismenore. Pada remaja putri di daerah rural, mereka


(47)

cenderung menganggap ini adalah yang yang biasa terjadi, masalah yang tidak dapat dihindari dan mengaturnya dengan menahan rasa sakit dan tidak panik. Penelitian El Gilany dkk (2005) menemukan bahwa kejadian dismenore di daerah rural lebih tinggi daripada kejadian dismenore di daerah urban. Sedangkan prevalensi kejadian dismenore pada remaja putri di rural mencapai 80,1%(El Gilany, 2005).

2.2.3. Karakteristik Waktu 2.2.3.1. Usia Menarche

Menstruasi yang pertama kali dialami oleh remaja perempuan disebut menarche, hal ini merupakan ciri biologis dari kematangan seksual perempuan. Usia gadis remaja pada waktu pertama kali mendapat menstruasi (menarche) bervariasi lebar, yaitu antara 10-16 tahun, tetapi rata-ratanya 12,5 tahun (Pernoll, 2009), menarche biasanya terjadi pada usia 8-13 tahun. Terdapat dua faktor yang menentukan kejadian menarche pada seorang remaja putri, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang dapat mempengaruhi menarche seperti genetic sedangkan faktor eksternal seperti asupan gizi, pola hidup dan status gizi remaja tersebut (Santrock, 2003). Selain itu, faktor psikologis cukup berperan ketika terjadi menarche. Hal ini diperkirakan terjadi karena pengaruh globalisasi sehingga


(48)

mengakibatkan menarche terjadi lebih dini, yaitu pada usia kurang dari atau sama dengan 10 tahun (Kusmiran, 2011).

Pada dasarnya peristiwa menarche pada remaja putri memiliki kaitan yang erat denga puncak kurva kecepatan penambahan tinggi badan. Seotjiningsih (2004) menjelaskan bahwa remaja putri yang terlambat menstruasi umumnya memiliki berat badan yang lebih ringan dibanding remaja putri yang menstruasi pada usia ideal. Sedangkan remaja putri yang terlalu cepat menstruasi memiliki IMT yang lebih tinggi. Akan tetapi remaja putri yang terlambat cenderung memiliki IMT yang lebih kecil dari pada usia yang seharusnya(Seotjiningsih, 2004). Usia menarche juga dipengaruhi oleh faktor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan pada umumnya. Ketika asupan gizi yang didapat seorang remaja putri itu baik, sehingga menyebabkan percepatan pembentukkan hormon-hormin yang berpengaruh terhadap menarche (Meorsitawati, 2008). Selain itu paparan yang berlebihan dari prostaglandin juga dapat mempercepat menarche (Charu, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Charu (2012), menemukan bahwa usia menarche berhubungan dengan kejadian dismenore pada remaja putri. Dalam menelitian tersebut, menemukan bahwa remaja putri yang usia menarchenya 15 tahun keatas memiliki 30% lebih tinggi


(49)

untuk melaporkan terjadi dismenore dibanding dengan remaja putri yang usia menarche antara 12-14 tahun. Begitupula dengan remaja putri yang terlalu cepat menarche (<11 tahun) memiliki peluang 23% lebih tinggi untuk mengalami dismenore. Harel (2006), menjelaskan bahwa tingkat keparahan dismenore berhubungan positif dengan usia menarche.

2.2.3.2. Lama Menstruasi

Lama menstruasi merupakan waktu yang diperlukan dalam satu fase menstruasi. Lama menstruasi berkisar anatar 3-8 hari namun umumnya sekitar lima hari (pkbi-diy). Lamanya menstruasi seseorang dapt disebabkan oleh faktor psikologis maupun fisiologis. Faktor psikologis ini berkaitan dengan tingkat emosional remaja yang cenderung labil. Sedangkan faktor fisiologis dapat disebabkan oleh kontraksi otot uterus yang berlebih, sehingga produksi prostaglandinpun juga berlebih (Utami dkk, 2013; Sirait dkk, 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Omidvar dan Begum (2012), pada remaja usia 18-28 tahun menunjukkan bahwa kejadian dismenore paling banyak dialami oleh remaja yang memiliki lama menstruasi 5-6 hari, yaitu sebesar 54,2%. Penelitian yang dilakukan oleh El Hameed dkk (2011) pun menunjukkan hal yang serupa yaitu 51,2% kejadian


(50)

dismenore dialami oleh remaja yang memiliki durasi menstruasi ≥5 hari.

2.2.3.3. Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi adalah jarak antara masa menstruasi, yaitu jarak dari pertama menstruasi terakhir ke hari pertama menstruasi berikutnya. siklus menstruasi bervariasi sesuai usia, keadaan fisik dan emosi, serta lingkungan. Panjang siklus menstruasi pada seorang perempuan yang normal adalah sekitar 28 hari atau 1 bulan, tetapi interval 24-32 hari masih dianggap normal kecuali siklusnya sangat tidak teratur (Manuaba, 2003). Siklus menstruasi dibagi dalam dua tahap yaitu tahap pra-ovulasi (dari hari pertama sampai saat ovulasi) dan pasca ovulasi (dari hari ovulasi sampai haid berikutnya). Charu dkk (2012) memberikan tiga kategori dalam menentukan siklus menstruasi dalam penelitiannya. Remaja dengan interval selama 21-35 hari dianggap memiliki siklus mesntruasi normal, jika kurang dari 21 hari, terlalu cepat dan jika lebih dari 35 hari terlalu lama.

Penelitian yang dilakukan oleh Gagua dkk (2012), remaja putri yang memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur memiliki risiko 1,6 kali mengalami dismenore dibanding dengan yang siklus menstruasi teratur. Penelitian yang dilakukan oleh El Gilany dkk (2005) di Mesir,


(51)

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara siklus menstruasi yang tidak normal dengan dismenore. Siklus menstruasi yang tidak teratur diketahui sebagai salah satu risiko yang paling besar mengalami dismenore.

2.3. Dampak Dismenore 2.3.1. Gangguan Belajar

Gangguan saat menstruasi seperti disminorea, dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, khususnya pada remaja dapat menimbulkan gangguan belajar pada seorang siswi atau mahasiswi sehingga berpengaruh pada prestasi dibidang akademik maupun non akademik. Banyak remaja yang mengeluh bahkan tidak masuk sekolah pada saat menstruasi. Hal ini disebabkan karena proses menstruasi yaitu peluruhan dinding rahim, keadaan seperti ini dapat dicegah dengan pola hidup sehat dan makan makanan yang bergizi (Sheila, 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Avasarala dan Panchangan (2008) menunjukkan bahwa remaja putri yang mengalami dismenore 48,5% tidak hadir di dalam kelas dan 27,8% tidak hadir ketika ujian. Selain itu penelitian Charu (2012) juga menemukan bahwa dismenore berhubungan dengan ketidakhadiran remaja putri di sekolah. Penelitian yang dilakukan oleh Yuliani dan Hidayati (2010) ditemukan bahwa kejadian dismenore pada remaja putri memengaruhi aktivitas belajar mereka. Penelitian Iswari dkk (2014) pun menenukan bahwa semakin berat derajat nyeri yang


(52)

dialami oleh responden, maka aktivitas belajarnya pun semakin terganggu. Oleh karena itu, salah satu dampak dialaminya dismenore oleh remaja putri adalah terganggunya aktivitas belajar mereka, baik itu dari segi kehadiran maupun konsentrasi saat belajar.


(53)

2.4. Kerangka Teori

Bagan 2.1. Kerangka Teori

(Sumber: Morgan dan Hamilton, 2009; Noor, 2008; Wikjosastro, 1999; Bobak, 2005; Okoro dkk, 2013)

Menstruasi

Peningkatan hormon progesterone pada fase luteal

Peningkatan Prostaglandin

Adanya kontraksi pada miometrium

Dismenore

Karakteristik Orang 1. Usia Responden 2. Aktivitas Fisik 3. Stres

4. Indeks Massa Tubuh

5. Riwayat Keluarga

Karakteristik Tempat 1. Perkotaan / Urban 2. Pedesaan / Rural

Karakteristik Waktu 1. Usia Menarche 2. Siklus Menstruasi 3. Lama Menstruasi Dampak Dismenore

Gangguan Belajar


(54)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

1.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori pada bab II, dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel yang akan diteliti, antara lain usia responden, aktivitas fisik, dan stres untuk karakteristik orang, usia menarche, lama dismenore dan lama siklus menstruasi untuk karakteristik waktu, dan variabel dampak dismenore yang terdiri atas gangguan belajar dan gangguan sosial.

Karakteristik tempat tidak diteliti karena tempat penelitian berada di wilayah perkotaan sehingga tidak dapat membandingkan kejadian disemenore di pedesaan. Selain itu, penelitian sebelumnya menyatakan bahwa tidak ada perbedaan kejadian dismenore di daerah urban dan rural. Oleh karena itu, kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut:

Karakteristik Orang

Karakteristik Waktu Usia

Aktivitas Fisik Stres

Usia Menarche

Lama Dismenore

Dismenore

Indeks Massa Tubuh Riwayat Keluarga


(55)

Berdasarkan pada teori bahwa usia responden merupakan salah satu faktor risiko terjadinya dismenore. Selain itu usia ini juga masih berkaitan dengan faktor risiko yang lain yaitu usia menarche, karena berdasarkan pada teori dismenore biasanya terjadi dua hingga tiga tahun pasca menarche. Sedangkan usia menarche yang terlalu cepat ataupun lambat juga menjadi faktor risiko dismenore. Variabel lain yang diteliti seperti aktivitas fisik, indeks massa tubuh, tingkat stres dan riwayat keluarga juga merupakan faktor risiko dismenore. Berdasarkan teori aktivitas fisik yang kurang cenderung berkorelasi dengan kejadian dismenore. Begitu pula dengan indeks massa tubuh yang terlalu kurus ataupun terlalu gemuk juga cenderung menyebabkan remaja putri mengalami dismenore. Tingkat stres yang dialami oleh remaja pun juga berhubungan dengan kejadian dismenore. Keberadaan riwayat dismenore dalam keluarga juga cenderung memperbesar risiko mengalami dismenore pada remaja putri.

Selain itu variabel lain yang juga menjadi faktor risiko dari dismenore adalah lama menstruasi dan siklus menstruasi yang dialami oleh remaja putri. Hal ini sangat berkaitan dengan paparan prostaglandin ketika remaja putri menstruasi. Semakin lama masa menstruasi yang dijalani, semakin sering pula terpapar prostaglandin tersebut. Begitu pula dengan siklus menstruasi. Jika remaja putri memiliki siklus menstruasi yang terlalu cepat, sehingga mengakibatkan seringnya terpapar prostaglandin juga dapat memicu dismenore. Meskipun terdapat akibat jangka panjang dari dismenore seperti berisiko mengalami endometriosis, remaja putri juga akan mengalami dampak lain khususnya dalam aktivitas belajar mereka. Banyak hasil penelitian yang menyebutkan bahwa remaja putri yang mengalami


(56)

1.2. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Dismenore Rasa nyeri di perut bagian bawah yang menyebar ke pinggang dan paha yang terjadi beberapa hari sebelum dan selama menstruasi yang dialami oleh responden pada periode menstruasi sebelum atau ketika penelitian dilakukan

Self-reported Kuesioner 0. Tidak ada nyeri 1. Nyeri ringan 2. Nyeri sedang 3. Nyeri berat

Ordinal

Lama Dismenore Rentang waktu mengalami nyeri yang terjadi beberapa hari sebelum dan selama menstruasi

Self-reported Kuesioner 0. ≤ 2 hari 1. 3-4 hari 2. > 4 hari (Alosaimi, 2014)

Ordinal

Usia Kronologi Lama hidup responden sejak dilahirkan hingga saat penelitian dilakukan dalam satuan tahun


(57)

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Aktivitas Fisik Kegiatan fisik sehari-hari

meliputi berjalan, berlari, bersepeda, olahraga dan lain-lain yang dilakukan sebelum penelitian

Self-reported Kuesioner 0. Rendah, jika skor < 600 MET per minggu

1. Sedang, jika skor 600-2999 MET per minggu

2. Tinggi, jika aktivitas fisik

dilakukan ≥ 3000 MET per minggu

(WHO, 2010)

Ordinal

Stres Tekanan atau gangguan yang dialami oleh responden sehingga menghambat kegiatan sehari-hari pada periode menstruasi sebelum penelitian dilakukan

Self-reported Kuesioner DASS (Depression Anxiety and Stress Scale)

0. Stres ringan, jika skor total 15-18

1. Stres sedang, jika skor total 19-25

2. Stres berat, jika skor total 26-33

3. Stres sangat berat ≥ 34 ()

Ordinal

Indeks Massa Tubuh Perbandingan antara berat badan (kg) dengan tinggi badan (m2) yang dimiliki oleh

Self-Reported Kuesioner 0. Sangat Kurus, jika IMT < 17,50

1. Kurus, jika IMT


(58)

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur responden pada periode

mesntruasi sebelum penelitian dilakukan

18,49

2. Normal, jika IMT 18,50 – 24,99

3. Gemuk, jika IMT 25,00 – 27,00

4. Obesitas, jika IMT > 27,00

() Riwayat Keluarga Ada tidaknya anggota keluarga

responden yang mengalami dismenore

Self-reported kuesioner 0. Tidak 1. Tidak Tahu 2. Ya

Nominal

Usia Menarche Usia responden saat pertama kali mengalami menstruasi yang dinyatakan dalam satuan tahun

Self-reported kuesioner Tahun Rasio

Lama Menstruasi Rentang waktu menstruasi yang biasa dialami oleh responden dalam satu siklus menstruasi

Self-reported Kuesioner 0. ≤ 4 hari 1. 5-7 hari 2. > 7 hari (Alosaimi, 2014)


(59)

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Siklus Menstruasi Rentang waktu antara satu

menstruasi dengan menstruasi berikutnya

Self-reported Kuesioner 0. < 21 hari 1. 21-35 hari 2. > 35 hari (Charu dkk, 2012)

Ordinal

Gangguan Belajar

Kehadiran saat kegiatan belajar mengajar

Kehadiran responden dalam proses belajar mengajar di kelas saat mengalami dismenore

Self-reported Kuesioner 0. Hadir 1. Tidak hadir

Nominal

Kehadiran saat ujian Kehadiran responden ketika ujian berlangsung pada saat mengalami dismenore

Self-reported Kuesioner 0. Hadir 1. Tidak hadir

Nominal

Konsentrasi saat belajar

Kefokusan responden dalam memperhatikan pemberian materi oleh guru atau tenaga pendidik saat mengalami dismenore

Self-reported Kuesioner 0. Konsentrasi 1. Tidak konsentrasi


(60)

3.3. Hipotesis

1. Adanya hubungan antara usia dengan kejadian dismenore pada remaja putri SMA dan sederajat di Jakarta Barat

2. Adanya hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan kejadian dismenore pada remaja putri SMA dan sederajat di Jakarta Barat

3. Adanya hubungan antara tingkat stres dengan kejadian dismenore pada remaja putri SMA dan sederajat di Jakarta Barat

4. Adanya hubungan antara indeks massa tubuh dengan kejadian dismenore pada remaja putri SMA dan sederajat di Jakarta Barat

5. Adanya hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian dismenore pada remaja putri SMA dan sederajat di Jakarta Barat

6. Adanya hubungan usia menarche antara dengan kejadian dismenore pada remaja putri SMA dan sederajat di Jakarta Barat

7. Adanya hubungan lama menstruasi antara dengan kejadian dismenore pada remaja putri SMA dan sederajat di Jakarta Barat

8. Adanya hubungan siklus menstruasi antara dengan kejadian dismenore pada remaja putri SMA dan sederajat di Jakarta Barat


(61)

BAB IV METODOLOGI

4.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi dengan menggunakan desain studi potong lintang (cross sectional). Studi cross sectional dipilih dalam penelitian ini karena pengukuran dan pengumpulan data baik variabel independen maupun variabel dependen dilakukan dalam waktu yang sama.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di beberapa sekolah SMA dan sederajat di Jakarta Barat yang terpilih secara acak. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Juli hingga Desember 2015.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswi kelas XI dan XII SMA dan sederajat yang terdaftar di masing-masing sekolah SMA dan sederajat di Jakarta Barat. Sedangkan sampel dalam penelitian ini dipilih secara acak pada sekolah yang terpilih untuk menjadi tempat penelitian. Kelas X tidak dimasukkan ke dalam populasi dan sampel dikarenakan data siswa untuk tahun ajaran 2015-2016 belum tersedia dengan baik. Jumlah sampel dalam penelitian ini dihitung dengan berdasarkan pada rumus besar sampel untuk metode pemilihan sampel secara multistage random sampling. Rumus besar


(62)

sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus beda dua proporsi dan klaster random sampling sebagai berikut (Ariawan, 1998):

Z1-α = derajat kepercayaan 95% = 1,64

Z1-β = kekuatan uji 80% = 0,84

P1 = proporsi pada penelitian terdahulu (Sirait dkk, 2014) = 85,9% = 0,859

P2 = proporsi pada penelitian terdahulu (Muntari, 2010) = 67,7% = 0,677

deff = desain efek = 2

Penggunaan desain efek 2 dikarenakan dismenore merupakan kejadian yang sering dialami (Ariawan, 1998). Berdasarkan pada rumus tersebut, sampel minimal dalam penelitian ini sebesar 264 siswi. Peneliti memperhitungkan terjadinya missing data dan non respond, sehingga besar sampel dalam penelitian ini menjadi 317 siswi.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan multistage random sampling. Pemilihan sampel pertama kali dengan menentukan sekolah berdasarkan jenis sekolah. Peneliti mengelompokkan sekolah menjadi delapan klaster berdasarkan jenis sekolah. Jenis sekolah yang berjumlah kurang dari 50 sekolah, hanya diambil satu klaster. Sedangkan jenis sekolah yang berjumlah lebih dari 50 sekolah, menjadi dua klaster. Jenis sekolah tingkat SMA di Jakarta Barat terdiri atas SMA negeri (17 sekolah), SMA swasta (106 sekolah), Madrasah Aliyah negeri (6 sekolah), Madrasah


(63)

Aliyah swasta (9 sekolah), SMK negeri (9 sekolah) dan SMK swasta (103 sekolah). Sehingga, total sekolah SMA sederajat di Jakarta Barat berjumlah 250 sekolah. Setelah masing-masing sekolah terpilih, peneliti melakukan pemilihan berikutnya yaitu pemilihan terhadap kelas XI dan XII di masing-masing sekolah yang terpilih. Pemilihan sekolah dilakukan secara acak sederhana dan didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.1

Alokasi Jumlah Siswi pada Sekolah Terpilih

Klaster Jenis Sekolah Nama Sekolah Jumlah

Siswi 1 SMA negeri SMA Negeri 84 Jakarta 291 siswi 2

SMA swasta

SMA Islam Al Huda

Cengkareng, Jakarta 361 siswi 3 SMA Cengkareng Satu Jakarta 154 siswi 4 Madrasah

Aliyah negeri MAN 12 Jakarta 272 siswi 5 Madrasah

Aliyah swasta

Madrasah Aliyah Annida

Al-Islamy 118 siswi

6 SMK negeri SMK Negeri 60 Jakarta 209 siswi 7

SMK swasta

SMK Muhammadiyah 13

Jakarta 56 siswi

8 SMK Ad-Da’wah Jakarta 155 siswi

Total 1.616 siswi

Sehingga total seluruh siswi dari kedelapan sekolah yang terpilih sebanyak 1.616 siswi. Oleh karena itu, pemenuhan sampel pada masing-masing sekolah dilakukan dengan metode probability proporsional size (PPS). Sehingga pengalokasian sampel adalah sebagai berikut:


(64)

Tabel 4.2

Alokasi Sampel Penelitian pada Masing-Masing Sekolah

No Nama Sekolah Jumlah

Sebaran Sampel

1 SMA Negeri 84 Jakarta 57

2 SMA Islam Al Huda Jakarta 71

3 SMA Cengkareng 1 Jakarta 30

4 MA Negeri 12 Jakarta 53

5 MA Annida Al-Islamy Jakarta 23

6 SMK Negeri 60 Jakarta 41

7 SMK Muhammadiyah 13 Jakarta 12

8 SMK Ad –Da’wah Jakarta 30

Total 317

Alur pengambilan sampel dalam penelitian ini, pertama kali peneliti menentukan tempat penelitian. Selanjutnya peneliti akan membagi sekolah-sekolah berdasarkan jenis penyenggaraan sekolah-sekolah tersebut, yaitu membaginya dalam enam kelompok sebagai berikut, SMA negeri, SMA swasta, MA negeri, MA swasta, SMK negeri dan SMK swasta. Setelah sekolah terpilih berdasarkan jenis tersebut, peneliti menentukan sampel berdasarkan pemilihan sampel sederhana menggunakan daftar siswa sesuai dengan sekolah dan alokasi dari masing-masing- sekolah tersebut.


(65)

Bagan 4.1 Alur Pengambilan Sampel Penelitian SMA dan sederajat di

Jakarta Barat

SMA Negeri SMA Swasta MA Negeri MA Swasta SMK Negeri SMK Swasta

SMAN 84 SMA Al Huda SMA Cengkareng Satu

MAN 12 MA Annida Al Islamy

SMKN 60 SMK

Muhammadiyah 13 SMK Ad- Da’wah Kelas XI Kelas XII Kelas XI Kelas XII Kelas XI Kelas XII Kelas XI Kelas XII Kelas XI Kelas XII Kelas XI Kelas XII Kelas XI Kelas XII Kelas XI Kelas XII


(66)

4.4. Pengumpulan Data a. Data Primer

Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini antara lain data yang terkait dengan identitas responden, kejadian dismenore yang dialami oleh responden termasuk derajat nyeri, aktivitas fisik, stres, gangguan yang dialami oleh responden terhadap belajar.

b. Data sekunder

Dalam penelitian ini, data sekunder didapatkan dari masing-masing sekolah yang terpilih. Data tersebut berupa jumlah siswi pada setiap kelas yang digunakan sebagai frame sampling dalam penelitian.

c. Instrumen

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang digunakan telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas di SMA Negeri 65 Jakarta. Uji validitas dan reliabilitas ini dilakukan pada 21 siswi di sekolah tersebut. Uji validitas dan reliabilitas ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan instrumen yang digunakan dalam penelitian. Uji validitas dilakukan dengan membandingkan hasil statistik Corrected item-Total Correlation dengan r-tabel, sedangkan uji reliabilitas dengan membandingkan antara nilai Cronbach’s Alpha dengan r-tabel. Pengujian secara statistik hanya dapat dilakukan pada bagian stres. NilaiCronbach’s Alpha yang didapat adalah 0,861 dan r-tabel 0,423. Karena nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari r-tabel maka instrumen dinyatakan reliabel. Sedangkan nilai Corrected item-Total Correlation dinyatakan valid karena lebih besar dari r-tabel


(67)

(0,423) kecuali pada pertanyaan e05, e08 dan e11. Sedangkan untuk pertanyaan lainnya uji validitas dilakukan dengan melihat tanggapan siswi terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, terdapat beberapa pertanyaan yang kurang dipahami oleh siswi yang berpartisipasi. Pertanyaan-pertanyaan tersebut antara lain, c03, d03, d06, dan d09. Pada pertanyaan-pertanyaan yang terlihat kurang dipahami oleh responden saat uji validitas, peneliti merubah redaksi kata atau kalimat sehingga lebih mudah untuk dipahami.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini, terdiri atas:

1) Lembar persetujuan (inform consent), merupakan pernyatan dari peneliti terkait tujuan penelitian, manfaat yang didapat oleh responden, kontak peneliti, dan persetujuan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian.

2) Identitas responden, berisi mengenai data diri responden antara lain, sekolah, kelas, jurusan/program, nama, no. Hp, tanggal lahir, usia responden dan alamat tempat tinggal responden.

3) Gejala dismenore dan keluhan lainnya yang dialami oleh responden saat menstruasi

4) Aktivitas fisik, pertanyaan ini berdasarkan pada kueioner standar dari International Physical Activity Questionnaires. Pada kuesioner tersebut terdapat 16 pertanyaan yang berkaitan dengan aktivitas fisik yang biasa dilakukan. Tingkat aktivitas fisik dibedakan menjadi lima bagian, yaitu:


(68)

a) Rendah, jika aktivitas fisik < 600 MET minggu

b) Sedang, jika aktivitas fisik 600 – 2999 MET per minggu c) Tinggi, jika aktivitas fisik dilakukan ≥ 3000 menit per minggu 5) Stres, pertanyaan ini berdasarkan pada kuesioner standar yaitu

Depression Anxiety and Stress Scale. Dalam bagian ini terdapat 14 pertanyaan. Masing-masing pertanyaan berdasarkan pada frekuensi yang dialami oleh responden. Terdapat pembobotan dalam bagian pertanyaan ini, yaitu:

a) Sering Sekali diberikan bobot 3 b) Lumayan sering diberikan bobot 2 c) Kadang-kadang diberikan bobot 1 d) Tidak pernah diberikan bobot 0

Sehingga total bobot dalam pertanyaan ini adalah 42 poin. Penentuan tingkat stres dalam penelitian ini sebagaimana tercantum dalam definisi operasional.

6) Indeks Massa Tubuh (IMT) yang terdiri atas pertanyaan berat badan dan tinggi pada responden pada periode menstruasi sebelum penelitian. Hasil perhitungan IMT yang dilaporkan oleh responden akan dikonversikan dengan menggunakan rumus IMTukur =0,63 +

[1,01 x IMTself-reported] + [0.0006 x usia dalam tahun]. Pertimbangan

atas penggunaan konversi ini antara lain, peneliti tidak mengukur langsung berat badan dan tinggi badan responden dan informasi yang diberikan oleh responden berdasarkan pada ingatan mereka.


(69)

IMT dalam penelitian ini dikategorisasikan sebagai berikut (Istianty dan Rusilanti, 2013):

a) Sangat Kurus, jika nilai IMT < 17,50 b) Kurus, jika nilai IMT antara 17,50 - 18,49 c) Normal, jika nilai IMT antara 18,50 – 24,99 d) Gemuk, jika nilai IMT anatara 25,00 – 27,00 e) Obesitas jika nilai IMT > 27,00

7) Riwayat Keluarga, ada tidaknya anggota keluarga lain yang mengalami dismenore dan siapa saja yang mengalaminya.

8) Karakteristik waktu yang meliputi, usia menarche, lama dismenore dan lama siklus menstruasi yang dialami responden.

9) Dampak yang dirasakan ketika mengalami dismenore terkait dengan aktivitas belajar dan sosial

Seluruh data tersebut diisi oleh responden (self-reported) dan dikembalikan kepada peneliti dengan terlebih dahulu dicek kelengkapan jawabannya.

4.5. Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul, kemudian diolah dengan menggunakan software epidata ver. 2.0. langkah pengolahan data adalah sebagai berikut: 1. Data Editing

Langkah pertama yang dilakukan adalah mengedit data. Hal ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya data yang kurang atau tidak jelas yang diberikan oleh responden terkait setiap variabel yang diteliti. Jika terdapat data yang kurang atau tidak jelas, peneliti akan


(70)

mengkoreksi dengan menghubungi responden. Oleh karena itu, nomor kontak responden menjadi sangat perlu dalam hal ini.

2. Coding Data

Setelah memastikan jika data yang diberikan oleh responden lengkap dan jelas, langkah berikutnya adalah mengkode data. Data yang telah dikumpulkan diberikan kode sesuai dengan jenis variabel, baik itu nominal, ordinal maupun interval. Selain itu kode diberikan untuk mempermudah dalam melakukan analisis data.

Pengkodeaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3

Pengkodeaan Kuesioner

Pertanyaan Kode

Identitas Responden IR

Dismenore dan Keluhan Lainnya A

Riwayat Keluarga B

Status Menstruasi C

Aktivitas Fisik D

Tingkat Stres E

Indeks Massa Tubuh (IMT) F

Gangguan Belajar G

3. Entry Data

Setelah semua variabel mendapatkan kode yang diperlukan, langkah selanjutnya adalah memasukkan data ke software epidata ver 2.0.

4. Exporting Data

Setelah semua data dimasukkan dan dibersihkan, langkah selanjutnya adalah memindahkan data dari epidata ver. 2.0 ke software


(1)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 7.717a 6 .260

Likelihood Ratio 6.623 6 .357

N of Valid Cases 316

a. 3 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,48.

Crosstab

a04

Total tidak nyeri nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat

siklus < 21 hari Count 4 16 10 0 30

% within siklus 13.3% 53.3% 33.3% .0% 100.0%

21 - 35 hari Count 49 138 84 9 280

% within siklus 17.5% 49.3% 30.0% 3.2% 100.0%

> 35 hari Count 2 2 2 0 6

% within siklus 33.3% 33.3% 33.3% .0% 100.0%

Total Count 55 156 96 9 316

% within siklus 17.4% 49.4% 30.4% 2.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 2.844a 6 .828

Likelihood Ratio 3.738 6 .712

N of Valid Cases 316

a. 5 cells (41,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,17.

Crosstab

a04

Total tidak nyeri nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat


(2)

aktiv aktivitas ringan

Count 20 51 16 1 88

% within aktiv 22.7% 58.0% 18.2% 1.1% 100.0%

aktivitas sedang

Count 15 54 43 3 115

% within aktiv 13.0% 47.0% 37.4% 2.6% 100.0%

aktivitas berat

Count 20 51 37 5 113

% within aktiv 17.7% 45.1% 32.7% 4.4% 100.0%

Total Count 55 156 96 9 316

% within aktiv 17.4% 49.4% 30.4% 2.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 12.848a 6 .046

Likelihood Ratio 13.510 6 .036

N of Valid Cases 316

a. 3 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,51.

Crosstab

a04

Total tidak nyeri nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat

stres tidak stres Count 22 40 20 2 84

% within stres 26.2% 47.6% 23.8% 2.4% 100.0%

stres ringan Count 9 28 19 0 56

% within stres 16.1% 50.0% 33.9% .0% 100.0%

stres sedang Count 16 61 34 3 114

% within stres 14.0% 53.5% 29.8% 2.6% 100.0%

stres berat Count 6 20 20 2 48

% within stres 12.5% 41.7% 41.7% 4.2% 100.0%

stres sangat berat

Count 2 7 3 2 14

% within stres 14.3% 50.0% 21.4% 14.3% 100.0%

Total Count 55 156 96 9 316


(3)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 18.519a 12 .101

Likelihood Ratio 16.469 12 .171

N of Valid Cases 316

a. 7 cells (35,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,40.

Statistics

f02 f01

N Valid 316 316

Missing 0 0

Mean 157.85 49.685

Median 158.00 48.000

Minimum 140 30.0

Maximum 170 86.0

Crosstab

a04

Total tidak nyeri nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat

imt sangat kurus

Count 6 10 8 1 25

% within imt 24.0% 40.0% 32.0% 4.0% 100.0%

kurus Count 5 32 16 1 54

% within imt 9.3% 59.3% 29.6% 1.9% 100.0%

normal Count 42 97 66 5 210

% within imt 20.0% 46.2% 31.4% 2.4% 100.0%

gemuk Count 1 10 3 0 14

% within imt 7.1% 71.4% 21.4% .0% 100.0%

obesitas Count 1 7 3 2 13

% within imt 7.7% 53.8% 23.1% 15.4% 100.0%


(4)

Crosstab

a04

Total tidak nyeri nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat

imt sangat kurus

Count 6 10 8 1 25

% within imt 24.0% 40.0% 32.0% 4.0% 100.0%

kurus Count 5 32 16 1 54

% within imt 9.3% 59.3% 29.6% 1.9% 100.0%

normal Count 42 97 66 5 210

% within imt 20.0% 46.2% 31.4% 2.4% 100.0%

gemuk Count 1 10 3 0 14

% within imt 7.1% 71.4% 21.4% .0% 100.0%

obesitas Count 1 7 3 2 13

% within imt 7.7% 53.8% 23.1% 15.4% 100.0%

Total Count 55 156 96 9 316

% within imt 17.4% 49.4% 30.4% 2.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 17.168a 12 .143

Likelihood Ratio 14.526 12 .268

N of Valid Cases 316

a. 9 cells (45,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,37.

g01

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 231 73.1 88.5 88.5

1 30 9.5 11.5 100.0

Total 261 82.6 100.0

Missing System 55 17.4


(5)

g03

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 254 80.4 97.3 97.3

1 7 2.2 2.7 100.0

Total 261 82.6 100.0

Missing System 55 17.4

Total 316 100.0

g051

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 127 40.2 48.7 48.7

1 134 42.4 51.3 100.0

Total 261 82.6 100.0

Missing System 55 17.4

Total 316 100.0

g052

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 211 66.8 80.8 80.8

1 50 15.8 19.2 100.0

Total 261 82.6 100.0

Missing System 55 17.4

Total 316 100.0

g053

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 146 46.2 55.9 55.9

1 115 36.4 44.1 100.0

Total 261 82.6 100.0


(6)

g053

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 146 46.2 55.9 55.9

1 115 36.4 44.1 100.0

Total 261 82.6 100.0

Missing System 55 17.4

Total 316 100.0

g054

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 242 76.6 92.7 92.7

1 19 6.0 7.3 100.0

Total 261 82.6 100.0

Missing System 55 17.4