11. Pasar Grosir dan atau pertokoan adalah Pasar Grosir dan atau Pertokoan yang meliputi Pasar Grosir berbagai jenis Barang, dan fasilitas Pasar Pertokoan yang di kontrakkan, di sediakan
diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah; 12. Retribusi Pasar Grosir dan atau Pertokoan milik Pemerintah Daerah yang selanjutnya disebut
Retribusi adalah Pungutan Daerah sebagai Pembayaran atas jasa yang disedikan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan;
13. Wajib Retribusi adalah orang atau badan yang menurut Peraturan Daerah ini wajib membayar retribusi termasuk pemungut atau pemotong retribusi;
14. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa perIzinan dari Pemerintah Daerah;
15. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang retribusi daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
16. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SSRD, adalah bukti pembayaran atau penyetoran retribusi yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah
dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Kepala Daerah;
17. Surat Ketetapan Retribusi Dearah yang selanjutnya di singkat SKRD adalah surat ketetapan yang menentukan besarnya Jumlah Retribusi Terutang;
18. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya di singkat STRD adalah Surat untuk melakukan Tagihan Retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga atau denda;
19. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKRDLB, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena
jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang atau seharusnya tidak terutang;
20. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik Negara dan Daerah dengan nama dan
bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga danah pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya;
21. Surat ijin menempati kios SIM K adalah surat ijin yang diberikan kepada orang pribadi atau badan untuk menempati KiosToko milik Pemerintah Kota Bima;
22. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, danatau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan retribusi danatau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan daerah dan retribusi daerah;
23. Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah dan retribusi adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan
bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan daerah dan retribusi yang terjadi serta menemukan tersangkanya;
24. Kas daerah adalah Kas Daerah Kota Bima.
BAB I I NAMA, SUBYEK, OBYEK DAN GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 2 Dengan Nama Retribusi Pasar Grosir danatau Pertokoan dipungut Retribusi atas setiap
penggunaan Pasar grosir dan atau Pertokoan; Pasal 3
1 Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakanmenikmati pelayanan jasa usaha pasar grosir danatau pertokoan ;
2 Orang pribadi atau Badan yang menggunakan atau memanfaatkan pasar grosir dan atau pertokoan adalah wajib Retribusi ;
Pasal 4
1 Objek Retribusi Pasar Grosir danatau Pertokoan adalah penyediaan fasilitas pasar grosir berbagai jenis barang, dan fasilitas pasarpertokoan yang dikontrakkan, yang disediakan
diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah. 2 Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah fasilitas pasar
yang disediakan, dimiliki, danatau dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak swasta. Pasal 5
Retribusi Pasar grosir dan atau Pertokoan tergolong retribusi jasa usaha.
BAB III CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 6 1 Besarnya Retribusi yang terutang dihitung berdasarkan perkalian antara tingkat penggunaan
jasa dengan tarif retribusi. 2 Tingkat penggunaan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah jumlah penggunaan
jasa yang dijadikan dasar alokasi beban biaya yang dipikul pemerintah daerah untuk penyelenggaraan jasa yang bersangkutan.
B A B IV PRINSIP DAN SASARAN PENETAPAN
TARIF RETRIBUSI
Pasal 7 1 Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif Retribusi Jasa Usaha didasarkan pada
tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak. 2 Keuntungan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah keuntungan yang
diperoleh apabila pelayanan jasa usaha tersebut dilakukan secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.
BAB V STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI
Pasal 8 1 Struktur tarif Retribusi Pasar Grosir dan atau Pertokoan ditetapkan Berdasarkan Luas
Bangunan kios m2 dikalikan nilai sewa permeter persegi perhari; 2 Setiap orang pribadi danatau Badan yang memanfaatkan atau menggunakan jasa usaha
pasar grosir danatau pertokoan yang disediakan oleh Pemerintah wajib membayar retribusi; 3 Rincian besarnya tarif sebagaimana ketentuan ayat 2 adalah sebagai berikut :
BAB VI No
A 17.50
650 11.375
002 A
17.50 650
11.375 003
A 17.50
650 11.375
004 A
17.50 650
11.375 005
A 17.50
650 11.375
006 A
17.50 650
11.375 007
A 17.50
650 11.375
008 A
17.50 650
11.375 009
A 17.50
650 11.375
010 A
17.50 650
11.375 011
A 12.25
650 7.963
012 A
12.25 650
7.963 013
A 12.25
650 7.963
014 A
12.25 650
7.963 015
A 12.25
650 7.963
016 A
12.25 650
7.963 017
A 12.25
650 7.963
018 A
12.25 650
7.963 019
A 12.25
650 7.963
020 A
12.25 650
7.963
BLOK B 021
A 16
650 10.400
022 A
8 650
5.200 023
A 8
650 5.200
024 A
12 650
7.800 025
A 16
650 10.400
026 A
16 650
10.400 027
A 12
650 7.800
028 A
8 650
5.200 029
A 8
650 5.200
030 A
16 650
10.400 031
A 12
650 7.800
032 A
8 650
5.200 033
A 8
650 5.200
034 A
8 650
5.200 035
A 8
650 5.200
036 A
12 650
7.800 037
A 12
650 7.800
038 A
8 650
5.200 039
A 8
650 5.200
040 A
8 650
5.200 041
A 8
650 5.200
042 A
12 650
7.800 043
A 12
650 7.800
044 A
16 650
10.400 045
A 16
650 10.400
046 A
16 650
10.400 047
A 16
650 10.400
048 A
16 650
10.400 049
A 16
650 10.400
050 A
12 650
7.800
BLOK C 051
A 12
650 7.800
052 A
12 650
7.800 053
A 16
650 10.400
054 A
16 650
10.400 055
A 16
650 10.400
056 A
16 650
10.400 057
A 12
650 7.800
058 A
12 650
7.800 059
A 12
650 7.800
060 A
14. 650
9.100 061
A 14.
650 9.100
062 A
12 650
7.800 063
A 12
650 7.800
064 A
14. 650
9.100 065
A 14.
650 9.100
066 A
12 650
7.800 067
A 16
650 10.400
068 A
16 650
10.400
PEMUNGUTAN RETRIBUSI Bagian Kesatu
Tata Cara Dan Wilayah Pemungutan Pasal 9
1 Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan ; 2 Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan;
3 Dalam hal Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2 dua persen setiap
bulan dari Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.
4 Penagihan Retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat 3 didahului dengan Surat Teguran.
6 Tata cara pelaksanaan pemungutan Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Walikota. 7 Wilayah pungutan adalah di wilayah Kota Bima
Pasal 10 1 Surat teguran sebagaimana di maksud pada pasal 9 ayat 4 di terbitkan oleh Walikota atau
pejabat yang di tunjuk. 2 Pengeluaran surat teguran sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi
dikeluarkan selambat-lambatnya 15 Limabelas sejak hari kalender sejak jatuh tempo pembayaran.
3 Dalam jangka waktu 15 Limabelas hari kalender setelah tanggal surat teguran di terima subjek retribusi wajib melunasi retribusinya yang terutang.
Bagian Kedua Pemanfaatan
1 Pemanfaatan dari penerimaan jenis Retribusi diutamakan untuk mendanai kegiatan yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan pelayanan Pasar grosir dan pertokoan.
2 Ketentuan mengenai alokasi pemanfaatan penerimaan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditetapkan dengan Peraturan Walikota.
Bagian Ketiga Keberatan
Pasal 12 1 Wajib Retribusi tertentu dapat mengajukan keberatan hanya kepada Kepala Daerah atau
pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. 2 Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan
yang jelas. 3 Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 tiga bulan sejak tanggal SKRD
diterbitkan, kecuali jika Wajib Retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.
4 Keadaan di luar kekuasaannya sebagaimana dimaksud pada ayat 3 adalah suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak atau kekuasaan Wajib Retribusi.
5 Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar Retribusi dan pelaksanaan penagihan Retribusi.
Pasal 13 1 Walikota dalam jangka waktu paling lama 6 enam bulan sejak tanggal Surat Keberatan
diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan dengan menerbitkan Surat Keputusan Keberatan.
2 Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah untuk memberikan kepastian hukum bagi Wajib Retribusi, bahwa keberatan yang diajukan harus diberi keputusan oleh Walikota.
3 Keputusan Walikota atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya Retribusi yang terutang.
4 Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat 1 telah lewat dan Walikota tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.
Pasal 14 1 Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran
Retribusi dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2 dua persen sebulan untuk paling lama 12 dua belas bulan.
2 Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan diterbitkannya SKRDLB.
BAB VII TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 15 1 Pembayaran retribusi dilakukan di kas Daerah atau di tempat lain yang di tunjuk sesuai
waktu yang di tentukan dengan menggunakan SKRD: 2 Dalam hal pembayaran yang dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, maka hasil penerimaan
retribusi harus di setor ke kas Daerah selambat-lambatnya 1 x 24 jam. Pasal 16
1 Pembayaran Retribusi harus dilakukan paling lama 6 enam bulan pada tahun sewa yang berjalan;
2 Walikota dapat memberi izin kepada wajib retribusi untuk mengangsur retribusi terutang dalam jangka waktu tertentu dengan alasan yang dapat dipertanggung jawabkan;
3 Tata cara Pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud ayat 2 Pasal ini di tetapkan oleh Walikota;
4 Walikota dapat mengizinkan wajib Retribusi untuk menunda pembayaran Retribusi sampai batas waktu yang ditentukan dengan alasan yang dapat dipertanggung jawabkan.
Pasal 17 1 Pembayaran Retibusi sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 Peraturan Daerah ini diberikan
tanda bukti pembayaran; 2 Setiap Pembayaran dicatat dalam buku penerimaan;
3 Bentuk, isi, Kualitas ukuran buku dan tanda bukti pembayaran retribusi ditetapkan oleh Walikota.
Pasal 18 1 Besarnya penetapan dan penyetoran retribusi dihimpun dalam buku jenis retribusi;
2 Atas dasar buku jenis retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal dibuat daftar penerimaan dan tunggakan persejenis retribusi;
3 Berdasarkan daftar penerimaan dan tunggakan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 pasal ini dibuat laporan realisasi penerimaan dan tunggakan per jenis retribusi sesuai masa
retribusi; 4 Tatacara pemeriksaan retribusi diatur lebih lanjut dengan Keputusan Walikota
BAB VIII PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN