PEMBELAJARAN SEJARAH DALAM MENUMBUHKAN KARAKTER
KEPAHLAWANAN
Moh. Rosyid
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri STAIN Kudus
Abstract:
Nationalism is obvious as a willingness to dedicate fully to the nation and country as a citizen because of his consciousness.
It is a part of hero’s character which can be given through historical subject at an early age by valid historical data. Its
validity can straighten controversies experienced by the people of the nation to trace their ancestors. Straightening history data must
be done in order to make a historic event being a political weapon to secure his regime or invade another regime is not sustainable
due to distance and the nature of the educational attitudes. This is relected in the data conferment of the National Hero title that
is not conirmed on the particular regime but conirmed the next regime. All is dominated by political factors. The impact is a
‘hero’ title in provinces unequally. Thus, the historical data have implied meaning implicit or explicitly explicit. To understand
the meaning by the historical mastery provision as a preparation citizen awareness about national history that has been inscribed
by their hero. Increasing patriotism and nationalism needs a solid argument so that historical events can actually be accounted for on
the basis of regeneration of the nation. Key words:
education, historical data, nationalism.
A. Latar Belakang Masalah
Penghargaan terhadap leluhur yang telah mendahului generasi kini atas perjuangannya perlu diwujudkan di antaranya dengan mengenang,
mengabadikan, dan menganugerahi. Langkah mengenang dan mengabadikan dengan dibukukan kiprahnya agar dipahami sejak usia anak-anak, sedangkan
menganugerahi dengan memberi gelar pahlawan oleh pemerintah. Wakil Presiden Boediono saat membuka Konferensi Nasional
Sejarah IX di Jakarta pada 5 Juli 2012 menyatakan, tanpa pemahaman
Moh. Rosyid
Pembelajaran Sejarah dalam Menumbuhkan Karakter Kepahlawanan
sejarah yang matang, Indonesia akan terjebak pada kesalahan yang sama. Pemahaman sejarah yang komprehensif membantu Indonesia menghadapi
tantangan. Langkah ke depan harus diarahkan dengan pedoman dan perspektif yang benar yang diperoleh dengan belajar sejarah Kompas,
672012,hlm.12. Sejak reformasi bergulir, kesadaran terhadap sejarah dan budaya yang melandasi keberadaan bangsa ini semakin meluntur, terutama
di kalangan remaja dan anak muda pada umumnya. Untuk itu nilai dan karakter kepahlawanan perlu ditanamkan sejak usia anak-anak. Hal ini
memunculkan keprihatinan, menurut Tauik Abdullah -disampaikan pada dialog kebudayaan di Pontianak, 12-13 Desember 2011- kekinian kita sebagai
bangsa tidak berdiri di ruang kosong, ia hadir dan dibangun melalui proses berdarah. Pada lapis bawah, rantai sejarah yang panjang mengikatnya sebagai
negara-bangsa. Tanpa landasan historis, kekinian kita hampa Kompas, 13122011. Sepatutnya, proses pembelajaran sejarah sebagai bagian ilmu
sosial yang memotret kiprah leluhur dioptimalkan agar hasil pembelajaran tergapai dengan baik yakni terwujudnya nasionalisme dan tertanamnya
karakter kepahlawanan sejak dini. Proses pembelajaran sejarah di kelas yang menjenuhkan karena metode yang tidak dinamis. Berdasarkan analisis
dan temuan United States Agency for International Development USAID
kurang lebih sepertiga pelajaran yang diobservasi di kelas jenjang tingkat dasar hingga perguruan tinggi PT masih didominasi model ceramah. Menurut
Djoko Santoso, Dirjen Dikti Kemendikbud, hal itu berdampak proses belajar
tidak berjalan kreatif, tidak efektif, dan tidak menyenangkan Republika, 672010, hlm.6. Dampak lanjutan dari jenuhnya siswa menerima mata
ajar sejarah yang menjenuhkan di antaranya adalah substansi mendasar pembelajaran sejarah hambar. Imbas lanjutannya adalah jerih payah yang
pernah dicurahkan oleh founding fathers dalam mengusir kolonial dari Bumi Pertiwi, memproklamirkan kemerdekaan, dan mengisi pembangunan
bangsa perlu diwarisi nilai juangnya oleh anak bangsa terlewatkan dan hanya dikenang hari dan tanggal peristiwanya.
Dengan demikian, pembelajaran sejarah standar keberhasilannya bila peserta didik menjadi insan yang tertanam dalam sanubarinya jiwa
nasionalisme dan terwujudnya karakter kepahlawanan sebagai calon pemimpin bangsa pada mendatang. Sehingga naskah ini perlu dijadikan
pijakan untuk mewujudkan tujuan adiluhung tersebut.
ELEMENTARY
Vol. 1 | No. 1 | Juli - Desember 2013
B. Landasan Teori 1. Pilar Berbangsa