2 2.
Undang-undang 11 Tahun 1995 sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 39 Tahun 2007;
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 29PMK.012007 sebagaimana diubah dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 71PMK.012007; dan 4.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 72PMK.012007. Dalam rangka menciptakan persamaan pemahaman dalam pelaksanaan Kode Etik Pegawai
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 01PM.42008 dan prosedur dalam pembentukan Komisi Kode Etik, penanganan laporanpengaduan
atas adanya dugaan pelanggaran Kode Etik, dan tata kerja Komisi Kode Etik di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor
P-08BC2008, dipandang perlu memberikan pedoman tentang pelaksanaan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 01PM.42008 tentang Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-08BC2008 tentang Pembentukan, Susunan, dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
I. RUANG LINGKUP PEMBERLAKUAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR 01PM.42008
Seluruh dugaan atas terjadinya pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai dan dapat mengarah pada pelanggaran disiplin sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980
tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, untuk pertama kali diproses berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 01PM.42008 dan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor
P-08BC2008, kecuali dugaan pelanggaranpelanggaran atas : 1.
Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang PemberhentianPemberhentian Sementara Pegawai Negeri;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai negeri Sipil;
dan 3.
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 tentang Izin Perceraian dan Perkawinan bagi Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 45
Tahun 1990 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 tentang Izin Perceraian dan Perkawinan bagi Pegawai Negeri Sipil.
Sekretaris Direktorat Jenderal atau Kepala Kantor Wilayah Bea dan Cukai pejabat yang berwenang membentuk Komisi Kode Etik dapat mempertimbangkan proses penyelesaian atas
dugaan pelanggaran disiplin tanpa melalui prosedurmekanisme berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 01PM.42008 dan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-
08BC2008 terlebih dahulu, tetapi dapat langsung melalui prosedurmekanisme yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980.
II. PEMBENTUKAN KOMISI KODE ETIK
1. Komisi Kode Etik dibentuk setiap terjadi pelanggaran Kode Etik.
2. DirekturKepala Kantor Pengawasan dan PelayananKepala Bagian Umum dapat
mengusulkan pembentukan Komisi Kode Etik dengan mengajukan surat atau nota dinas kepada pejabat yang berwenang membentuk Komisi Kode Etik.
3. Atas usulan tentang pembentukan Komisi Kode Etik dari DirekturKepala KantorKepala
Bagian Umum, Sekretaris Direktorat Jenderal atau Kepala Kantor Wilayah menetapkan pembentukan Keanggotaan Komisi Kode Etik.
4. Sekretaris Direktorat Jenderal atau Kepala Kantor Wilayah dapat menetapkan sendiri
pembentukan Keanggotaan Komisi Kode Etik tanpa melalui usulan. 5.
Susunan keanggotaan Komisi Kode Etik terdiri dari : a.
1 satu orang ketua merangkap anggota, yang ditunjuk berdasarkan jabatan dan atau pangkat tertinggi dan mampu dalam memimpin sidang.
b. 1 satu orang sekretaris merangkap anggota, yang ditunjuk berdasarkan kemampuan
dalam mengkoordinasikan anggota Komisi Kode Etik dan membuat notulensi dan atau resume hasil sidang Komisi Kode Etik dan administrasi persuratan lainnya.
c. Sekurang-kurangnya 3 tiga orang anggota, yang ditunjuk berdasarkan penilaian atas
kompetensi dan referensi yang baik dalam menelaah dan mengkaji suatu permasalahan dugaan terjadinya pelanggaran Kode Etik.
3 6.
Anggota Komisi Kode Etik berasal dari : a.
1 satu orang pegawai yang bertugas membidangi kepegawaian; b.
1 satu orang pegawai berasal dari unit kerja yang sama dengan pegawai yang diduga melakukan pelanggaran Kode Etik;
c. 1 satu orang pegawai yang bertugas membidangi kepatuhan internal apabila terdapat
pemisahan tugas dan fungsi kepegawaian dan kepatuhan internal; dan d.
Pegawai lainnya. 7.
Keputusan pembentukan Komisi Kode Etik disampaikan kepada : a.
masing-masing anggota Komisi Kode Etik disertai dengan : 1
laporan hasil penelitian dan atau penyelidikan, dan atau 2
bukti-bukti; b.
Sekretaris Direktorat Jenderal.
III. PELANGGARAN KODE ETIK