Serapan air kerikil Pudak Payung menunjukkan bahwa nilai tersebut masih di bawah batas maksimal yang disyaratkan yaitu sebesar 3 sampai 30
Somayaji:27. Hasil ini tidak berbeda jauh dengan penelitian sebelumnya. Misalnya
penelitian yang dilakukan oleh Agus Suhandoko 2007, hasil pengujian serapan air kerikil Pudak Payung sebesar 7,33 dan penelitian yang
dilakukan oleh Eko Wahyudianto 2006, hasil pengujian serapan air kerikil Pudak Payung sebesar 6,03.
6. Porositas Penelitian
porositas agregat
terhadap kerikil
dilakukan di
Laboratorium Bahan Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang diperoleh hasil yaitu porositas air kerikil Pudak Payung adalah 36,45
Lampiran 55, nilai tersebut menunjukkan bahwa kerikil Pudak Payung masih berada dalam batas yang disyaratkan, yaitu antara 35 sampai 40
Tjokrodimuljo, 2007:22.
4.1.2. Hasil Analisa Gradasi Agregat
A. Analisa Gradasi Agregat Pasir Pantai
Hasil pengujian analisa gradasi pasir pantai yang diambil dari berbagai lokasi di Pantura diperoleh nilai modulus halus butir MHB yang beragam, antara lain :
MHB pasir pantai dari Tegal adalah 1,26 Lampiran 56, MHB pasir pantai dari Pemalang adalah 1,48 Lampiran 57, MHB pasir pantai dari Batang adalah 1,01
Lampiran 58, MHB pasir pantai dari Jepara adalah 1,48 Lampiran 59, dan MHB pasir pantai dari Rembang adalah 0,82 Lampiran 60.
Jika dilihat dari nilai MHB, pasir pantai dari Pemalang dan Jepara memenuhi syarat sebagai agregat normal seperti yang ditetapkan dalam SK SNI S-04-1989-F
Spesifikasi Bahan Bangunan A yakni dengan modulus halus 1,5 sampai 3,8, sedangkan pasir pantai dari Tegal, Batang dan Rembang tidak masuk dalam
persyaratan sebagai agregat normal. Hasil pemeriksaan gradasi pasir pantai dari Tegal, Pemalang, Batang, Jepara,
dan Rembang dapat dilihat pada lampiran 66. Untuk membandingkan dengan gradasi standar yang disyaratkan dalam SK-SNI-T-15-1990-03 untuk beton normal dan
SNI-03-2914-1992 untuk beton kedap air, maka gradasi agregat halus tersebut digambarkan seperti terlihat pada Gambar 4.1. dan Gambar 4.2. di bawah ini.
Gambar 4.1. Hasil pemeriksaan gradasi pasir pantai untuk beton normal. SK-SNI-T-15-1990-03
Dari Gambar 4.1 dan Lampiran 66 terlihat bahwa hasil gradasi pasir dari berbagai lokasi di Pantura Tegal, Pemalang, Batang, Jepara dan Rembang tidak
semuanya masuk dalam kurva standar SK-SNI-T-15-1990-03 untuk beton normal Gambar 2.6. Gradasi pasir pantai pasir pantai dari Tegal, Pemalang, dan Jepara
pada lubang 0,3 mm dan pasir pantai dari Batang dan Rembang pada lubang 0,3 mm dan 0,15 mm keluar dari batas gradasi standar. Ini menunjukkan bahwa pasir
pantai dari Tegal, Pemalang, Batang, Jepara dan Rembang butirannya sangat halus. Pemakaian pasir dengan diagram gradasi seperti pada Gambar 4.1. tersebut
tidak dianjurkan dalam pembuatan beton kecuali dilakukan perbaikan daerah gradasi terlebih dahulu.
Gambar 4.2. Hasil pemeriksaan gradasi pasir pantai untuk beton kedap air. SNI-03-2914-1992
Dari Gambar 4.2 dan Lampiran 67 terlihat bahwa hanya satu dari sekian pasir pantai yang masuk kedalam batas standar gradasi pasir untuk beton kedap air yaitu
pasir pantai dari Pemalang, sedangkan yang lainnya pasir pantai dari Tegal, Batang,
Jepara dan Rembang tidak semuanya masuk dalam kurva standar untuk beton kedap air SNI-03-2914-1992 Tabel 2.3. Tampak pada lubang 0,3 mm dan lubang 0,15
mm gradasi pasir pantai pasir pantai dari Tegal, Batang, Jepara dan Rembang keluar dari batas gradasi standar. Ini menunjukkan bahwa pasir pantai dari Tegal,
Batang, Jepara dan Rembang butirannya sangat halus. Pemakaian pasir dengan diagram gradasi seperti pada Gambar 4.2. tersebut
tidak dianjurkan dalam pembuatan beton kecuali dilakukan perbaikan daerah gradasi terlebih dahulu.
Pasir pantai terlalu halus jika digunakan sebagai campuran agregat untuk beton normal dan kedap air, untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan
dengan menggabungkan agregat pasir pantai dengan agregat lain yang memiliki gradasi yang lebih baik. Dalam penelitian kali ini peneliti menggabungkan agregat
pasir pantai dengan agregat halus lokal supaya agregat pasir pantai dapat digunakan sebagai agregat campuran untuk bahan beton normal dan beton kedap air.
B. Analisa Gradasi Agregat Pasir Lokal
Hasil pengujian analisa gradasi pasir lokal dari berbagai lokasi didapatkan nilai modulus halus butir MHB yang beragam, antara lain : MHB pasir Kaligung
adalah 3,18 Lampiran 61, MHB pasir Kaliboyo adalah 2,53 Lampiran 72, MHB pasir Muntilan adalah 2,94 Lampiran 63, dan MHB pasir Cepu adalah 2,77
Lampiran 64. Jika dilihat dari nilai MHB, semua pasir lokal memenuhi syarat sebagai agregat normal seperti yang ditetapkan dalam SK SNI S-04-1989-F
Spesifikasi Bahan Bangunan A yakni dengan modulus halus 1,5 sampai 3,8.
Hasil pemeriksaan gradasi pasir lokal dari Kaligung, Kaliboyo, Muntilan dan Cepu dapat dilihat pada lampiran 68. Untuk membandingkan dengan gradasi standar
yang disyaratkan dalam SK-SNI-T-15-1990-03 untuk beton normal dan SNI-03- 2914-1992 untuk beton kedap air, maka gradasi agregat halus tersebut digambarkan
seperti terlihat pada Gambar 4.3. dan Gambar 4.4. di bawah ini.
Gambar 4.3. Hasil pemeriksaan gradasi pasir lokal untuk beton normal. SK-SNI-T-15-1990-03
Dari Gambar 4.3 dan Lampiran 68 terlihat bahwa hasil gradasi pasir Kaliboyo,
Muntilan dan Cepu semuanya masuk dalam kurva standar SK-SNI-T-15-1990-03 zone 2 untuk beton normal Gambar 2.6, ini berarti pasir lokal termasuk kategori
agak kasar sehingga dapat digunakan sebagai bahan agregat campuran beton normal. Namun gradasi pasir Kaligung pada lubang 4,8 mm keluar dari batas bawah zone 2,
ini berarti pasir Kaligung terlalu kasar.
Hal ini menunjukkan bahwa pasir Kaligung agak kasar bila dipakai dalam syarat beton normal.
Untuk mengatasi
permasalahan tersebut
dapat dilakukan
dengan penggabungan agregat dengan agregat lain yang memiliki gradasi yang lebih baik.
Dalam penelitian kali ini peneliti menggabungkan agregat halus lokal dengan pasir pantai yang memiliki butiran terlalu halus, sehingga apabila digabungkan akan
memperoleh gradasi agregat yang lebih baik dan sesuai standar yang telah ditetapkan untuk bahan beton normal.
Gambar 4.4. Hasil pemeriksaan gradasi pasir lokal untuk beton kedap air. SNI-03-2914-1992
Dari Gambar 4.4 dan Lampiran 69 terlihat bahwa hasil gradasi pasir pasir Kaliboyo, Muntilan dan Cepu semuanya masuk dalam kurva standar untuk beton
kedap air SNI-03-2914-1992 Tabel 2.3, ini berarti pasir lokal tersebut dapat langsung digunakan sebagai bahan agregat campuran beton kedap air. Seperti pada
gradasi agregat beton normal ternyata gradasi pasir Kaligung pada lubang 4,8 mm keluar dari batas bawah, ini menunjukkan bahwa pasir Kaligung agak kasar bila
dipakai dalam syarat beton kedap air. Permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan penggabungan agregat dengan
agregat lain yang memiliki gradasi yang lebih baik. Dalam penelitian kali ini peneliti menggabungkan agregat halus lokal dengan pasir pantai yang memiliki butiran
terlalu halus, sehingga apabila digabungkan akan memperoleh gradasi agregat yang lebih baik dan sesuai standar yang telah ditetapkan untuk bahan beton kedap air.
C. Analisis Gradasi Agregat Kerikil
Hasil pemeriksaan kerikil Pudak Payung didapatkan nilai modulus halus butir sebesar 6,62 Lampiran 65, nilai tersebut menunjukkan bahwa kerikil dari Pudak
Payung masih dalam batas yang telah disyaratkan SK SNI S-04-1989-F yaitu antara 6 sampai 8.
Hasil pemeriksaan gradasi kerikil Pudak Payung masuk kedalam kategori sebagai agregat kasar dengan butir maksimal 20mm Lampiran 65.
Untuk membandingkan dengan gradasi standar yang disyaratkan dalam SK-SNI-T-15-
1990-03 untuk beton normal dan SNI-03-2914-1992 untuk beton kedap air, maka gradasi kerikil Pudak Payung tersebut digambarkan seperti terlihat pada Gambar 4.5
dan Gambar 4.6 dibawah ini.
Gambar 4.5 Hasil pemeriksaan gradasi kerikil Pudak Payung untuk beton normal. SK-SNI-T-15-1990-03
Gambar 4.6 Hasil pemeriksaan gradasi kerikil Pudak Payung untuk beton kedap air. SNI-03-2914-1992.
Dari Gambar 4.5 Lampiran 65 dan Gambar 4.6 Lampiran 70 tersebut tampak bahwa hasil gradasi kerikil dari pudak payung masuk dalam kurva standar
untuk beton normal SK-SNI-T-15-1990-03 dan beton kedap air SNI-03-2914- 1992, sehingga kerikil Pudak Payung tersebut dapat digunakan untuk campuran
agregat beton normal dan kedap air.
4.1.3. Hasil Gradasi Campuran Agregat