Perbedaan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Terhadap Bahaya Kehamilan Sebelum Dan Sesudah Penyuluhan Di Desa Klambir Wilayah Kerja Puskesmas Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015
PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL
TERHADAP BAHAYA KEHAMILAN SEBELUM DAN
SESUDAH PENYULUHAN DI DESA KLAMBIR
WILAYAH KERJA PUSKESMAS HAMPARAN
PERAK KABUPATEN DELI SERDANG
NURUL HIDAYAH ‘ATHIRAH
NIM : 145102207
KARYA TULIS ILMIAH
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV BIDAN PENDIDIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
(3)
(4)
(5)
Perbedaan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Terhadap Bahaya Kehamilan Sebelum Dan Sesudah Penyuluhan Di Desa Klambir Wilayah Kerja
Puskesmas Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015
ABSTRAK Nurul Hidayah ‘Athirah
Latar Belakang: Tanda bahaya kehamilan adalah tanda - tanda yang mengindikasikan adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan, yang apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bias menyebabkan kematian ibu. Tanda bahaya kehamilan dapat mengancam keselamatan ibu dan bayi dalam kandungan dan dapat menyebabkan komplikasi kehamilan.
TujuanPenelitian: Untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap bahaya kehamilan sebelum dan sesudah penyuluhan.
Metodologi Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimental the one group pretest-posttest. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 130 orang. Pengambilan sampel ini menggunakan sampling purposive.Penelitian ini dilakukan di Desa Klambir Wilayah Kerja Puskesmas Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. Analisa data digunakan uji dependent t-test.
Hasil Penelitian: Tingkat pengetahuan ibu hamil sebelum penyuluhan adalah 21 orang (61,8%) memiliki pengetahuan kurang. Sesudah penyuluhan rata-rata pengetahuan ibu hamil yaitu 25 orang (73,5%) memiliki pengetahuan baik. Hasil uji dependent sample t-test didapatkan bahwa adanya perbedaan tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap bahaya kehamilan sebelum dan sesudah penyuluhan dengan nilai p (value) = 0,000 (p value < 0,05).
Kesimpulan dan Saran: Dari hasil penelitian dapat disimpulkan ada perbedaan tingkat pengetahuan ibu hamil sebelum dan sesudah penyuluhan. Jadi diharapkan petugas kesehatan melakukan penyuluhan kepada ibu hamil agar ibu hamil dapat mengetahui tanda-tanda bahaya kehamilan.
(6)
The Difference in The Level Of Knowledge Women in The Dangers Of Pregnancy Before And After counseling In Desa Klambir Working
Area Of Puskesmas Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang In The Year 2015
ABSTRACT Nurul Hidayah ‘Athirah
Background: Danger signs of pregnancy is a signs that indicates can occur during pregnancy and unreported or undetected can lead to maternal death. Danger signs of pregnancy can threaten the safety of mothers and babies in the womb and it canlead tocomplications of pregnancy.
Objective: To determine differences in the level of knowledge women in the dangers of pregnancy before and after counseling.
Research Methodology: Theresearchis used a quasi experimental design of the one group pretest-posttest. The number of samples in the research was 130 people. The samples is using purposive sampling. The research carried out in Desa Klambir working area of Puskesmas Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. Data analysis is dependent t-test.
Results: The level of knowledge women before the extension was 21 people (61.8%) have less knowledge. After counseling, the knowledge of women was 25 people (73.5%) have good knowledge. The results dependent sample t-test showed that level of knowledge women have differences to dangers of pregnancy before and after counseling with p value (value) = 0.000 (p value < 0.05).
Conclusions and Suggestions: The results of the research, there are differences in the level of knowledge women before and after counseling. So health workers are expected to do counseling to women so that women can also learn the danger signs of pregnancy.
(7)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Adapun judul karya tulis ini adalah Perbedaan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Terhadap Bahaya Kehamilan Sebelum dan Sesudah Penyuluhan di Desa Klambir Wilayah Kerja Puskesmas Hamparan Perak Kab. Deli Serdang Tahun 2015. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat bagi peneliti untuk menyelesaikan program pendidikan D-IV Bidan Pendidik di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Penulis karya tulis ilmiah ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Mahnum Lailan Nst, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Dosen pembimbing karya tulis ilmiah ini yang dengan penuh keikhlasan dan kesabaran telah memberikan arahan, bimbingan, serta ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. 4. Sri Muria Ningsih, SKM selaku Kepala UPT. Puskesmas Hamparan Perak yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk meneliti di Desa Klambir.
5. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
6. Teristimewa buat kedua orang tua tercinta ayahanda Sulaiman, S.Pd, M.Psi dan Ibunda Nur Aina Dewi S.Pd, M.Psi serta adikku yang terkasih Fadhilah Karimah
(8)
Hasanah yang tiada henti-hentinya memberi semangat, dukungan, doa, serta nasehat kepada penulis selama ini.
7. Kepada seluruh teman-teman D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, yang tak dapat disebutkan satu persatu yang telah member banyak bantuan dan semangat kepada peneliti sehingga karya tulis ilmiah ini selesai.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ilmiah ini masih belum sempurna dikarenakan keterbatasan kemampuan peneliti. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.
Akhir kata, semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin
Medan, Juli 2015 Peneliti,
(9)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK………..
KATA PENGANTAR………..……..
DAFTAR ISI………...
DAFTAR TABEL………... DAFTAR SKEMA……….
DAFTAR LAMPIRAN………..
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ... B. Rumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... 1.Tujuan Umum ...
2.Tujuan Khusus ... D. Manfaat Penelitian ...
1. Bagi Peneliti……… 2. Bagi Institusi Pendidikan………. ……….. 3. Bagi Tempat Penelitian………... BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengetahuan ...
2. Tingkat Pengetahuan………..
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi………...
4. Pengukuran Pengetahuan………....
B. Penyuluhan Kesehatan... 1. Pengertian Penyuluhan Kesehatan... 2. Tujuan Penyuluhan ...………...
3. Sasaran………....
4. Materi/Pesan………...
5. Metode………
6. Alat Bantu dan Media Penyuluhan………. 7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Penyuluhan………..
i iii v vii viii ix 1 4 4 4 5 5 5 5 5 6 6 8 10 10 10 11 12 12 13 15 19
(10)
C. Tanda Bahaya Kehamilan………. 1. Ketidaknyamanan Umum Pada Kehamilan……….... 2. Deteksi Dini Tanda Bahaya Kehamilan……….
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep….. ... B. Definisi Operasional………...
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian ... B. Populasi dan Sampel ...
C. Tempat Penelitan………..
D. Waktu Penelitian………...
E. Etik Penelitian………...
F. Alat Pengumpulan Data………
G. Instrument Penelitian………
H. Validitas Instrumen………...
I. Prosedur Penelitian………... J. Analisa Data………...
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil………...
B. Pembahasan………....
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan……… B. Saran……….. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 20 26 32 33 34 36 36 38 38 39 40 40 41 43 44 46 51 56 57
(11)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Defenisi Operasional………... 34 Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas………... 42 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Karakteristik Responden di Desa
r Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Deli Serdang Tahun
2015………. 46
Tabel 5.2 Distribusi Kategori Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Terhadap Bahaya Kehamilan Sebelum dan Sesudah Penyuluhan di Desa Klambir Wilayah Kerja Puskesmas Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2015……… 47
Tabel 5.3 busi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Terhadap Bahaya Kehamilan Sebelum Penyuluhan di Desa Klambir Wilayah Kerja Puskesmas Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun
2015………... 48
Tabel 5.4 busi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Terhadap Bahaya Kehamilan Sesudah Penyuluhan di Desa Klambir Wilayah Kerja Puskesmas Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015………... 48 Tabel 5.5 busi Rata-Rata Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Terhadap Bahaya
Kehamilan Sebelum dan Sesudah Penyuluhan di Desa Klambir Wilayah Kerja Puskesmas Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang
(12)
DAFTAR SKEMA
Skema Halaman
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Persetujuan Untuk Menjadi Responden Lampiran 2 Lembar Persetujuan Responden (Informed Consent) Lampiran 3 Kuisioner Penelitian
Lampiran 4 Lembar Kunci Jawaban Lampiran 5 Lembar Konsultasi Lampiran 6 Master Data Penelitian
Lampiran 7 Distribusi Hasil Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Lampiran 8 Hasil Output Data Penelitian
Lampiran 9 Surat Izin Data Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU Lampiran 10 Balasan Surat Izin Penelitian
(14)
Perbedaan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Terhadap Bahaya Kehamilan Sebelum Dan Sesudah Penyuluhan Di Desa Klambir Wilayah Kerja
Puskesmas Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015
ABSTRAK Nurul Hidayah ‘Athirah
Latar Belakang: Tanda bahaya kehamilan adalah tanda - tanda yang mengindikasikan adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan, yang apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bias menyebabkan kematian ibu. Tanda bahaya kehamilan dapat mengancam keselamatan ibu dan bayi dalam kandungan dan dapat menyebabkan komplikasi kehamilan.
TujuanPenelitian: Untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap bahaya kehamilan sebelum dan sesudah penyuluhan.
Metodologi Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimental the one group pretest-posttest. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 130 orang. Pengambilan sampel ini menggunakan sampling purposive.Penelitian ini dilakukan di Desa Klambir Wilayah Kerja Puskesmas Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. Analisa data digunakan uji dependent t-test.
Hasil Penelitian: Tingkat pengetahuan ibu hamil sebelum penyuluhan adalah 21 orang (61,8%) memiliki pengetahuan kurang. Sesudah penyuluhan rata-rata pengetahuan ibu hamil yaitu 25 orang (73,5%) memiliki pengetahuan baik. Hasil uji dependent sample t-test didapatkan bahwa adanya perbedaan tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap bahaya kehamilan sebelum dan sesudah penyuluhan dengan nilai p (value) = 0,000 (p value < 0,05).
Kesimpulan dan Saran: Dari hasil penelitian dapat disimpulkan ada perbedaan tingkat pengetahuan ibu hamil sebelum dan sesudah penyuluhan. Jadi diharapkan petugas kesehatan melakukan penyuluhan kepada ibu hamil agar ibu hamil dapat mengetahui tanda-tanda bahaya kehamilan.
(15)
The Difference in The Level Of Knowledge Women in The Dangers Of Pregnancy Before And After counseling In Desa Klambir Working
Area Of Puskesmas Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang In The Year 2015
ABSTRACT Nurul Hidayah ‘Athirah
Background: Danger signs of pregnancy is a signs that indicates can occur during pregnancy and unreported or undetected can lead to maternal death. Danger signs of pregnancy can threaten the safety of mothers and babies in the womb and it canlead tocomplications of pregnancy.
Objective: To determine differences in the level of knowledge women in the dangers of pregnancy before and after counseling.
Research Methodology: Theresearchis used a quasi experimental design of the one group pretest-posttest. The number of samples in the research was 130 people. The samples is using purposive sampling. The research carried out in Desa Klambir working area of Puskesmas Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. Data analysis is dependent t-test.
Results: The level of knowledge women before the extension was 21 people (61.8%) have less knowledge. After counseling, the knowledge of women was 25 people (73.5%) have good knowledge. The results dependent sample t-test showed that level of knowledge women have differences to dangers of pregnancy before and after counseling with p value (value) = 0.000 (p value < 0.05).
Conclusions and Suggestions: The results of the research, there are differences in the level of knowledge women before and after counseling. So health workers are expected to do counseling to women so that women can also learn the danger signs of pregnancy.
(16)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu upaya untuk menilai derajat kesehatan masyarakat. Semakin rendah AKI, derajat kesehatan di negara tersebut semakin baik. AKI di Indonesia masih relatif lebih tinggi dibanding negara anggota ASEAN, bahkan lebih tinggi dari negara Vietnam yaitu 95 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2003. Negara anggota ASEAN lain misalnya Malaysia yang tercatat 30 per 100.000 dan Singapura 9 per 100.000 kelahiran hidup. (Siswono, 2009).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2011 Angka Kematian Ibu (AKI) di negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia yaitu 29/100.000 kelahiran hidup, Thailand yaitu 48/100.000 KH, Vietnam yaitu 59/100.000 KH, serta Singapore yaitu 3/100.000 KH. Dibandingkan dengan negara-negara maju, angkanya sangat jauh berbeda seperti Australia yaitu 7/100.000 KH dan Jepang yaitu 5/100.000 KH dan AKI di Asia Tenggara menyumbang hampir 1/3 jumlah kematian ibu global (WHO dalam Jurnal USU, 2011). Dan pada tahun 2012 angka kematian ibu di Indonesia mencapai 9.900 orang dari 4,5 juta keseluruhan kelahiran (WHO dalam BKKBN, 2012).
Berdasarkan data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, rata-rata angka kematian ibu tercatat mencapai (359/100.000 KH). Ini berarti kesehatan ibu justru mengalami kemunduran selama 15 tahun. Pada tahun 2007, AKI di Indonesia sebenarnya telah mencapai (228/100.000 KH) (Saputra, 2013).
Berdasarkan laporan dari profil kab/kota AKI maternal yang dilaporkan di Sumatera Utara tahun 2012 yaitu 106/100.000 KH (Dinas Kesehatan Provinsi
(17)
Sumatera Utara, 2012). Sementara Target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) tahun 2010-2014 adalah AKI sebesar 118/100.000 KH. Selain itu Millenium Development Goals (MDGs) menargetkan AKI untuk Indonesia adalah 102/100.000 KH (Kemenkes dalam Jurnal UKM, 2011). Berdasarkan data di atas maka AKI di Indonesia masih tergolong tinggi.
Sementara berdasarkan kelompok umur, Angka kejadian kematian maternal terbanyak adalah pada usia produktif (20-34 tahun) sebesar 66,96%, kemudian pada kelompok umur >35 tahun sebesar 26,67% dan pada kelompok umur <20 tahun sebesar 6,37% (Provsu, 2012).
Menurut Direktorat Bina Kesehatan Ibu Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010 Penyebab kematian ibu yang paling umum di Indonesia adalah penyebab obstetri langsung yaitu perdarahan 28%, preeklampsi/eklampsi 24%, infeksi 11% sedangkan penyebab tidak langsung adalah trauma obstetric 5% dan lain-lain 11%.
Menurut Depkes RI dalam Kurniasari 2009 Faktor penyebab kematian ibu dibagi menjadi dua yaitu, faktor penyebab langsung dan faktor penyebab tidak langsung. Faktor penyebab langsung kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh perdarahan, eklampsia, dan infeksi. Sedangkan faktor tidak langsung penyebab kematian ibu karena adanya nilai budaya, kemiskinan, rendahnya pendidikan, kurangnya akses terhadap informasi, tingginya peranan dukun serta terbatasnya layanan medis.
Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya sebuah perilaku. Tingkat pengetahuan ibu sangat berperan dalam upaya menurunkan angka kematian ibu. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari
(18)
pengetahuan akan lebih berkesinambungan daripada perilaku yang tidak didasari dengan pengalaman (Notoatmodjo, 2010).
Tanda bahaya kehamilan antara lain dapat berupa perdarahan pervaginam, sakit kepala lebih dari biasa, gangguan penglihatan, pembengkakan pada wajah/tangan, nyeri abdomen (epigastrik), janin tidak bergerak sebanyak biasanya atau pergerakan janin <10 dalam 12 jam (Rukiyah, 2010). Selain itu tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang dapat menunjukkan adanya penyakit jantung, anemi kronis, preeklamsia, dan eklamsia. Penyakit tersebut adalah penyakit yang sering menjadi penyebab kematian ibu. Mengenal tanda bahaya kehamilan itu memiliki peranan penting untuk mencegah atau menurunkan kematian ibu, sebab ibu dapat meminta pertolongan kepada tenaga kesehatan secara cepat dan tepat. Pada kenyataanya banyak ibu hamil yang kurang mengetahui tanda bahaya kehamilan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sunarni Tahun 2011 di Salatiga menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan Ibu hamil tentang masa nifas sebelum diberikan penyuluhan pengetahuannya 60% dan sesudah diberikan penyuluhan pengetahuannya menjadi 98%. Apabila secara dini mereka telah memiliki pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan, maka diharapkan kewaspadaan mereka pada saat hamil dapat ditingkatkan.
Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Liya dkk, di Desa Tambakharjo Semarang pada tahun 2010 terdapat 1 ibu hamil meninggal di karenakan eklampsia dan 3 ibu hamil yang mengalami abortus. Sama halnya penelitian yang dilakukan oleh Arihta tahun 2013 di Bidan Praktek Mandiri (BPM) terdapat 10 wanita hamil, diperoleh bahwa terdapat 8 orang (80%) tidak patuh dalam melakukan kunjungan ANC dan hanya 2 orang (20%) saja yang patuh dalam melakukan kunjungan ANC.
(19)
Dan ketika diwawancarai, 70% di antara ibu hamil tersebut tidak dapat menyebutkan dengan tepat apa saja yang menjadi tanda bahaya selama kehamilan.
Beberapa penelitian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan sangat penting bagi ibu hamil. Dan perlu di adakan penyuluhan untuk melihat tingkat pengetahuan pada ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan sehingga ibu hamil dari yang tidak tahu menjadi mengerti tentang tanda bahaya kehamilan.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik mengambil judul Perbedaan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Terhadap Bahaya Kehamilan Sebelum Dan Sesudah Penyuluhan di Dusun V Desa Klambir Wilayah Kerja Puskesmas Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015. Penelitian ini sangat penting karena masih banyak ibu hamil yang belum mengerti tentang tanda bahaya kehamilan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah “Perbedaan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Terhadap Bahaya Kehamilan Sebelum Dan Sesudah Penyuluhan di Desa Klambir Wilayah Kerja Puskesmas Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015”.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap bahaya kehamilan sebelum dan sesudah penyuluhan di Desa Klambir Wilayah Kerja Puskesmas Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015.
(20)
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap bahaya kehamilan sebelum penyuluhan.
2. Untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap bahaya kehamilan sesudah penyuluhan.
3. Untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap bahaya kehamilan sebelum dan sesudah penyuluhan.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman pertama dan menambah pengetahuan serta wawasan penulis dalam penerapan ilmu metodologi penelitian yang telah diperoleh selama perkuliah di Universitas Sumatera Utara.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil dari penelitian dapat digunakan sebagai bahan bacaan kepustakaan di Fakultas Keperawatan Jurusan D-IV Bidan Pendidik di Universitas Sumatera Utara dan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan penelitian selanjutnya. 3. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan bagi pelayanan kesehatan di Wilayah Hamparan Perak yaitu Perbedaan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Terhadap Bahaya Kehamilan Sebelum dan Sesudah Penyuluhan di Desa Klambir Wilayah Kerja Puskesmas Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015.
(21)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI
1. PENGETAHUAN
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012). Menurut Gazalba dalam Bakhtiar (2006), pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.
Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
2. Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif
Menurut Notoatmodjo (2012), Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan.
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
(22)
tentang apa yang dipelajari antara lain dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam kompone-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaian dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasakan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
(23)
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Effendi (Health, 2009), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, antara lain:
1. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah penanaman sifat-sifat yang baik kepada anak seperti sopan santun, budi pekerti, tata tertib, agama yang kesemuanya ditujukan kepada anak (Janiwarty, 2013).
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Pendidikan yang tinggi dipandang perlu bagi kaum wanita, karena tingkat pendidikan yang tinggi maka mereka dapat meningkatkan taraf hidup, membuat keputusan yang menyangkut masalah kesehatan mereka sendiri. Seorang wanita yang lulus dari perguruan tinggi akan lebih mudah mendapat pekerjaan dan mampu berperilaku hidup sehat bila dibandingkan dengan seorang wanita yang memiliki pendidikan rendah. Semakin tinggi pendidikan seorang wanita maka ia semakin mampu mandiri dengan sesuatu yang menyangkut diri mereka sendiri (Widyastuti, 2009).
2. Media massa / Informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi,
(24)
berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
3. Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Tingkat sosial ekonomi yang rendah menyebabkan keterbatasan biaya untuk menempuh pendidikan, sehingga pengetahuannya pun rendah (Notoatmodjo, 2010).
4. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Dalam hal ini faktor keturunan dan bagaimana orang tua mendidik sejak kecil mendasari pengetahuan yang dimiliki oleh remaja dalam berfikir selama jenjang hidupnya.
5. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.
6. Usia
Semakin tua semakin bijak, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.
(25)
Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran fisik dan mental (Hanna, 2009).
4. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.
B. PENYULUHAN KESEHATAN 1. Pengertian Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan merupakan bagian dari program kesehatan, sehingga harus mengacu pada program kesehatan yang sedang berjalan. Penyusunan perencanaan program penyuluhan harus diperhatikan bahwa perencanaan yang dibuat harus sesuai dengan kebutuhan sasaran, mudah diterima, bersifat praktis, dapat dilaksanakan sesuai dengan situasi setempat, dan sesuai program yang ditunjang dan didukung oleh kebijaksanaan yang ada.
Menurut Maulana (2009), Penyuluhan kesehatan adalah penekanan konsep penyuluhan kesehatan lebih pada upaya mengubah perilaku sasaran agar berperilaku sehat terutama pada aspek kognitif (pengetahuan dan pemahaman sasaran), sehingga pengetahuan sasaran penyuluhan telah sesuai dengan yang diharapkan oleh penyuluh kesehatan maka penyuluhan berikutnya akan dijalankan sesuai dengan program yang telah direncanakan. Sedangkan menurut Depkes RI (2009), Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan
(26)
kesehatan. Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsi-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dan meminta pertolongan. Pada intinya penyuluhan kesehatan adalah upaya untuk memberi pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi individu keluarga dan masyarakat untuk menerapkan cara-cara hidup sehat.
Konsep kesehatan secara umum, penyuluhan kesehatan diartikan sebagai kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan cara menyebarluaskan pesan dan menanamkan keyakinan, dengan demikian masyarakat tidak hanya sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan dapat melakukan anjuran yang berhubungan dengan kesehatan (Azwar, 1983 dalam Maulana, 2009).
2. Tujuan Penyuluhan
Penyuluhan kesehatan bertujuan untuk memberdayakan individu, kelompok dan masyarakat dalam memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan, kemauan dan kemampuan, serta mengembangkan iklin yang mendukung, yang dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat, sesuai dengan sosial budaya dan kondisi setempat.
Tujuan penyuluhan adalah mengubah perilaku masyarakat kea rah perilaku sehat sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal, untuk mewujudkannya, perubahan perilaku yang diharapkan setelah menerima pendidikan tidak dapat terjadi sekaligus. Oleh karena itu, pencapaian target penyuluhan dibagi menjadi tujuan jangka pendek yaitu tercapainya perubahan pengetahuan, tujuan jangka menengah hasil yang diharapkan adalah adanya peningkatan pengertian,
(27)
sikap, dan keterampilan yang akan mengubah perilaku ke arah perilaku sehat, dan tujuan jangka panjang adalah dapat menjalankan perilaku sehat dalam kehidupan sehari-harinya.
3. Sasaran
Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Penyuluhan kesehatan pada individu dapat dilakukan di rumah sakit, klinik, puskesmas, posyandu, keluarga binaan dan masyarakat binaan. Penyuluhankesehatan pada keluarga diutamakan pada keluarga resiko tinggi, seperti keluarga yang menderita penyakit menular, keluarga dengan sosial ekonomi rendah, keluarga dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi lingkungan yang buruk dan sebagainya.
Penyuluhan kesehatan pada sasaran kelompok dapat dilakukan pada kelompok ibu hamil, kelompok ibu yang mempunyai anak balita, kelompok masyarakat yang rawan terhadap masalah kesehatan seperti kelompok lansia, kelompok yang ada di berbagai institusi pelayanan kesehatan seperti anak sekolah, pekerja dalam perusahaan dan lain-lain. Penyuluhan kesehatan pada sasaran masyarakat dapat dilakukan pada masyarakat binaan puskesmas, masyarakat nelayan, masyarakat pedesaan, masyarakat yang terkena wabah dan lain-lain (Effendy, 2003).
4. Materi/Pesan
Materi atau pesan yang disampaikan kepada sasaran hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan dari individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, sehingga materi yang disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya. Materi yang disampaikan sebaiknya menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, tidak terlalu sulit untuk dimengerti oleh sasaran, dalam penyampaian materi sebaiknya
(28)
menggunakan metode dan media untuk mempermudah pemahaman dan untuk menarik perhatian sasaran (Effendy, 2003).
5. Metode
Menurut Notoatmodjo (2007), metode penyuluhan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal. Metode yang dikemukakan antara lain :
1. Metode penyuluhan perorangan (individual)
Dalam penyuluhan kesehatan metode ini digunakan untuk membina perilaku baru atau seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakan pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Bentuk dari pendekatan ini antara lain:
a. Bimbingan dan penyuluhan
Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akanmenerima perilaku tersebut.
b. Wawancara
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum menerima perubahan, untuk mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
(29)
2. Metode Penyuluhan Kelompok
Dalam memilih metode penyuluhan kelompok harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan berbeda dengan kelompok kecil. Efektifitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran penyuluhan. Metode ini mencakup :
a. Kelompok besar, yaitu apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok ini adalah ceramah dan seminar.
1.Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah adalah: a) Persiapan
Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi apa yang akan diceramahkan, untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri. Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema dan mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran.
b) Pelaksanaan
Kunci keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat menguasai sasaran Untuk dapat menguasai sasaran penceramah dapat menunjukkan sikap dan penampilan yang meyakinkan. Tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah. Suara hendaknya cukup keras dan jelas. Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta. Berdiri di depan /dipertengahan, seyogianya tidak duduk dan menggunakan alat bantu lihat semaksimal mungkin.
(30)
2.Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian dari seseorang ahli atau beberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan dianggap hangat di masyarakat.
b. Kelompok kecil, yaitu apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang. Metode yang cocok untuk kelompok ini adalah diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju, memainkan peranan, permainan simulasi.
3. Metode Penyuluhan massa
Dalam metode ini penyampaian informasi ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau public. Oleh karena sasaran bersifat umum dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status ekonomi, tingkat pendidikan dan sebagainya, maka pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pada umumnya bentuk pendekatan masa ini tidak langsung, biasanya menggunakan media massa. Beberapa contoh dari metode ini adalah ceramah umum, pidato melalui media massa, simulasi, dialog antara pasien dan petugas kesehatan, sinetron, tulisan dimajalah atau koran, bill board yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan sebagainya.
6. Alat Bantu dan Media Penyuluhan 1. Alat Bantu Penyuluhan (Peraga)
Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat yang digunakan oleh penyuluh dalam menyampaikan informasi. Alat bantu ini sering disebut alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan meragakan sesuatu dalam proses penyuluhan
(31)
(Notoatmodjo,2007). Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Dengan kata lain, alat peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu objek sehingga mempermudah persepsi.
Secara terperinci, fungsi alat peraga adalah untuk menimbulkan minat sasaran, mencapai sasaran yang lebih banyak, membantu mengatasi hambatan bahasa, merangsang sasaran untuk melaksanakan pesan kesehatan, membantu sasaran untuk belajar lebih banyak dan tepat, merangsang sasaran untuk meneruskan pesan yang diterima kepada orang lain, mempermudah memperoleh informasi oleh sasaran, mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami dan akhirnya memberikan pengertian yang lebih baik, dan membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.
Pada garis besarnya ada 3 macam alat bantu penyuluhan yaitu : a. Alat bantu lihat
Alat ini berguna dalam membantu menstimulasikan indera mata pada waktu ternyadinya penyuluhan. Alat ini ada 2 bentuk yaitu alat yang diproyeksikan misalnya slide, film dan alat yang tidak diproyeksikan misalnya dua dimensi, tiga dimensi, gambar peta, bagan, bola dunia, boneka dan lain-lain.
b. Alat bantu dengar
Alat ini berguna dalam membantu menstimulasi indera pendengar, pada waktu proses penyampaian bahan penyuluhan misalnya piringan hitam, radio, pita suara dan lain-lain.
(32)
c. Alat bantu lihat-dengar
Alat ini berguna dalam menstimulasi indera penglihatan dan pendengaran pada waktu proses penyuluhan, misalnya televisi, video cassette dan lain-lain.
Sebelum membuat alat-alat peraga kita harus merencanakan dan memilih alat peraga yang paling tepat untuk digunakan dalam penyuluhan. Untuk itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Tujuan yang hendak dicapai
a. Tujuan pendidikan adalah untuk mengubah pengetahuan/pengertian, pendapat dan konsep-konsep, mengubah sikap dan persepsi, menanamkan tingkah laku/kebiasaan yang baru.
b. Tujuan penggunaan alat peraga adalah sebagai alat bantu dalam latihan/ penataran/ penyuluhan, untuk menimbulkan perhatian terhadap sesuatu masalah, mengingatkan sesuatu pesan/infromasi dan menjelaskan fakta-fakta, prosedur dan tindakan.
2. Persiapan penggunaan alat peraga
Semua alat peraga yang dibuat0berguna sebagai alat rantu belajar dan tetap harus diingat bahwa alat ini dapat berfungsi mengajar dengan sendirinya. Kita harus mengembangkan keterampilan dalam memilih, mengadakan alat peraga secara tepat sehingga mempunyai hasil yang maksimal.
2. Media Penyuluhan
Media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan.
(33)
Penyuluhan kesehatan tak dapat lepas dari media karena melalui media, pesan yang disampaikan dapat lebih menarik dan dipahami, sehingga sasaran dapat mempelajari pesan tersebut sehingga sampai memutuskan untuk mengadopsinya ke perilaku yang positif.
Tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan di dalam pelaksanaan penyuluhan kesehatan antara lain adalah:
a. Media dapat mempermudah penyampaian informasi. b. Media dapat menghindari kesalahan persepsi.
c. Media dapat memperjelas informasi d. Media dapat mempermudah pengertian.
e. Media dapat mengurangi komunikasi verbalistik.
f. Media dapat menampilkan objek yang tidak dapat ditangkap dengan mata. g. Media dapat memperlancar komunikasi.
Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan kesehatan, media ini dibagi menjadi 3 yakni:
a. Media cetak
Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Yang termasuk dalam media ini adalah booklet, leaflet, flyer (selebaran), flip chart (lembar balik), rubric atau tulisan pada surat kabar atau majalah, poster, foto yang mengungkapkan informasi kesehatan. Ada beberapa kelebihan media cetak antara lain tahan lama, mencakup banyak orang, biaya rendah, dapat dibawa kemana-mana, tidak perlu listrik, mempermudah pemahaman dan dapat meningkatkan gairah belajar. Media cetak memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir efek gerak dan efek suara dan mudah terlipat.
(34)
b. Media elektronik
Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar dan penyampaiannya melalui alat bantu elektronika. Yang termasuk dalam media ini adalah televisi, radio, video film, cassette, CD, VCD. Seperti halnya media cetak, media elektronik ini memiliki kelebihan antara lain lebih mudah dipahami,lebih menarik, sudah dikenal masyarakat, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajiannya dapat dikendalikan dan diulang-ulang serta jangkauannya lebih besar. Kelemahan dari media ini adalah biayanya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu listrik dan alat canggih untuk produksinya, perlu persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan berubah, perlu keterampilan penyimpanan dan keterampilan untuk mengoperasikannya. c. Media luar ruang
Media menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui media cetak maupun elektronik misalnya papan reklame, spanduk, pameran, banner dan televisi layar lebar. Kelebihan dari media ini adalah lebih mudah dipahami, lebih menarik, sebagai informasi umum dan hiburan, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajian dapat dikendalikan dan jangkauannya relatif besar. Kelemahan dari media ini adalah biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu alat canggih untuk produksinya, persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan berubah, memerlukan keterampilan penyimpanan dan keterampilan untuk mengoperasikannya.
Media penyuluhan kesehatan yang baik adalah media yang mampu memberikan informasi atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaan sasaran, sehingga sasaran mau dan mampu untuk mengubah perilaku sesuai dengan pesan yang disampaikan.
(35)
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penyuluhan
Keberhasilan suatu penyuluhan kesehatan dapat dipengaruhi oleh faktor penyuluh, sasaran dan proses penyuluhan.
1. Faktor penyuluh, misalnya kurang persiapan, kurang menguasai materi yang akan dijelaskan, penampilan kurang meyakinkan sasaran, bahasa yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh sasaran, suara terlalu kecil dan kurang dapat didengar serta penyampaian materi penyuluhan terlalu monoton sehingga membosankan.
2. Faktor sasaran, misalnya tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit menerima pesan yang disampaikan, tingkat sosial ekonomi terlalu rendah sehingga tidak begitu memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan karena lebih memikirkan kebutuhan yang lebih mendesak, kepercayaan dan adat kebiasaan yang telah tertanam sehingga sulit untuk mengubahnya, kondisi lingkungan tempat tinggal sasaran yang tidak mungkin terjadi perubahan perilaku.
3. Faktor proses dalam penyuluhan, misalnya waktu penyuluhan tidak sesuai dengan waktu yang diinginkan sasaran, tempat penyuluhan dekat dengan keramaian sehingga menggangu proses penyuluhan yang dilakukan, jumlah sasaran penyuluhan yang terlalu banyak, alat peraga yang kurang, metoda yang digunakan kurang tepat sehingga membosankan sasaran serta bahasa yang digunakan kurang dimengerti oleh sasaran.
C. TANDA BAHAYA KEHAMILAN
Tanda bahaya kehamilan adalah tanda - tanda yang mengindikasikan adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan, yang apabila tidak dilaporkan atau tidak
(36)
terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu (Anonim, 2009). Tanda bahaya kehamilan dapat mengancam keselamatan ibu dan bayi dalam kandungan dan dapat menyebabkan komplikasi kehamilan.
Tanda bahaya kehamilan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Perdarahan Pervaginam
Perdarahan pervaginam dalam kehamilan jarang yang normal/fisiologis. Pada masa awal sekali kehamilan,ibu mungkin akan mengalami perdarahan sedikit/spotting di sekitar waktu pertama terlamabat haidnya. Perdarahan ini adalah perdarahan implantasi dan hal tersebut normal terjadi. Pada waktu yang lain dalam kehamilan perdarahan ringan mungkin pertanda dari serviks yang rapuh (erosi). Perdarahan semacam ini mungkin normal atau mungkin suatu tanda infeksi yang tidak membahayakan nyawa ibu hamil dan janinnya.
Perdarahan pada masa kehamilan yang patologis dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut :
A. Perdarahan pada awal masa kehamilan
Yaitu perdarahan yang terjadi pada masa kehamilan kurang dari 22 minggu. Perdarahan per vaginam dikatakan tidak normal bila ada tanda-tanda berikut :
a. Keluar darah merah b. Perdarahan yang banyak c. Perdarahan dengan nyeri
Perdarahan semacam ini perlu dicurigai terjadinya abortus, kehamilan ektopik, atau kehamilan mola.
B. Perdarahan pada masa kehamilan lanjut
Yaitu perdarahan yang terjadi pada kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum persalinan.
(37)
Perdarahan tidak normal bila terdapat tanda-tanda berikut ini : a. Keluar darah merah segar atau kehitaman dengan bekuan b. Perdarahan banyak kadang-kadang/tidak terus-menerus c. Perdarahan disertai nyeri
Perdarahan semacam ini bisa berarti plasenta previa, solusio plasenta, dan rupture uteri. Selain itu, perlu dicurigai adanya gangguan pembekuan darah.
2) Sakit Kepala yang Hebat
Sakit kepala yang hebat dapat terjadi selama kehamilan dan sering kali merupakan ketidaknyaman yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sebagai berikut :
a. Sakit kepala hebat
b. Sakit kepala yang menetap c. Tidak hilang dengan istirahat
Terkadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau terbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre-eklamsia.
Hal ini disebabkan terjadinya edema pad otak dan menignkatnya resistensi otak yang memengaruhi sistem saraf pusat yang dapat menimbulkan kelainan serebral (nyeri kepala, kejang) dan gangguan penglihatan.
3) Masalah Penglihatan/Pandangan Kabur
Penglihatan ibu dapat berubah dalam kehamilan. Perubahan ringan (minor) adalah normal. Masalah visual yang mengidentifikasi keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan visual mendadak, misalnya penglihatan kabur atau berbayang, melihat bintik-bintik (spot), dan berkunang-kunang.
(38)
Selain itu, adanya skotoma, diplopia, dan ambiliopia merupakan tanda-tanda yang menunjukkan adanya preeklamsia berat yang mengarah pada eklamsia. Hal ini disebabkan adanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau di dalam retina (edema retina dan spasme pembuluh darah). Perubahan penglihatan ini mungkin juga disertai dengan sakit kepala yang hebat.
Diagnosis nyeri kepala, gangguan penglihatan, kejang atau koma, dan hipertensi.
1) Bengkak pada Muka dan Tangan
Edema adalah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. Edema pretibial yang ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa sehingga tidak seberapa penting untuk penentuan diagnosis preeklamsia. Selain itu, kenaikan BB 1/2 kg setiap minggunya dalam kehamilan
masih dianggap normal, tetapi bila kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali, maka perlu kewaspadaan terhadap timbulnya pre-eklamsia.
Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak yang normal pada kaki yang biasanya hilang setelah beristirahat atau meninggikan kaki. Bengkak dapat menunjukkan adanya masalah serius apabila dengan tanda-tanda berikut ini :
1. Jika muncul pada muka dan tangan 2. bengkak tidak hilang setelah beristirahat
3. Bengkak disertai dengan keluhan fisik lainnya, seperti : sakit kepala yang hebat, pandangan mata kabur, dan lain-lain. Hal ini dapat merupakan pertanda anemia, gagal jantung, atau pre-eklamsia.
2) Nyeri Perut yang Hebat
Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan normal adalah tidak normal. Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang mengancam
(39)
keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini bisa berarti apendisitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang panggul, persalinan preterm, gastritis, abrupsio plasenta, infeksi saluran kemih, atau infeksi lain.
3) Gerakan Bayi yang Berkurang
a. Gerakan janin adalah suatu hal yang biasa terjadi pada kehamilan yaitu pada usia kehamilan 20-24 minggu. Ibu mulai merasakan gerak bayinya selama bulan ke-5 atau ke-6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal.
b. Gerakan janin tersebut dipengaruhi oleh berbagai hal yaitu umur kehamilan, transport glukosa, stimulus pada suara, kebiasaan janin, ibu yang merokok, dan penggunaan obat-obatan oleh ibu hamil. Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Gerakan janin ajan lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat, serta jika ibu makan dan minum dengan baik.
c. Hal yang paling penting bahwa ibu hamil perlu waspada terhadap jumlah gerakan janin, ibu hamil perlu melaporkan jika terjadi penurunan/gerakan janin yang terhenti.
d. Menilai gerakan janin yang berkurang dapat dilakukan dengan Metode Perhitungan Gerakan Janin oleh Cardiff Count to ten adalah sebagai berikut : a) Perhitungan sekali dalam sehari
b) Buat standar perhitungan pada waktu yang sama, contoh : tiap 8 jam pagi atau tanyakan kepada wanita untuk memilih waktu yang dipunyai dan ketika janin yang biasanya aktif
c) Catat berapa lama yang dibutuhkan untuk mencapai 10 gerakan d) Harus ada sedikitnya 10 gerkana yang terindentifikasi dalam 10 jam
(40)
e) Jika kurang dari 10 gerakan dalam 10 jam atau jika terjadi peningkatan waktu untuk mencapai 10 gerakan atau tidak ada gerakan selama 10 jam, maka uji NST harus dilakukan secepatnya (Dewi Lia & Sunarsih, 2011).
Cara mengidentifikasi tanda-tanda bahaya kehamilan adalah sebagai berikut : 1. Identifikasi perdarahan per vaginam pada ibu hamil
a. Tanyakan pada ibu hamil mengenai karakteristik perdarahan, kapan mulainya, seberapa banyak, apa warnanya, dan adakah gumpalan.
b. Tanyakan pada ibu hamil apakah ia merasakan nyeri/sakit ketika mengalami perdarahan
c. Periksa tekanan darah, suhu, nadi dan DJJ
d. Lakukan pemeriksaan eksternal (luar), rasakan apakah perut bagian bawah lebut pada perabaan, lakukan pemeriksaan speculum (jika memungkinkan) e. Jangan lakukan pemeriksaan dalam untuk perdarahan trimester ketiga 2. Identifikasi sakit kepala yang hebat pada ibu hamil
a. Tanyakan pada ibu hamil jika ia mengalami edema pada muka/tangan atau masalah visual
b. Periksa tekanan darah, protein urine, reflex, dan edema/bengkak
c. Periksa suhu dan jka tinggi, pikirkan untuk emlakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui adanya parasit malaria.
3. Identifikasi masalah penglihatan pada ibu hamil
Periksa tekanan darah, protein urine, refleks, dan edema 4. Identifikasi bengkak pada muka dan tangan pada ibu hamil
a. Tanyakan pada ibu apakah ia mengalami sakit kepala atau masalah visual b. Periksa adanya pembengkakan
(41)
5. Identifikasi nyeri perut yang hebat
a. Tanyakan pada ibu tentang karakteristik dan kapan nyeri terjadi, seberapa hebat, kapan mulai dirasakan
b. Tanyakan pada ibu apakah ia mempunyai tanda/gejala lain yang dapat membantu bidan menegakkan diagnosis seperti adanya perdarahan, demam, diare, dan lain-lain
c. Ukur tekanan darah, suhu, nadi d. Periksa protein urine
6. Identifikasi gerakan bayi yang berkurang
a. Tanyakan pada ibu kapan terakhir bayinya bergerak b. Dengarkan denyut jantung janin
1. KETIDAKNYAMANAN UMUM PADA KEHAMILAN
Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dari seorang wanita. Namun, selama kunjungan antenatal mungkin ia akan mengeluh bahwa ia mengalami ketidaknyamanan. Sebagian besar dari keluhan ini adalah hal yng normal. Sebagai bidan, penting untuk membedakan antara ketidaknyamanan normal dengan tadna bahaya. Walaupun ketidaknyamanan yang umum dalam kehamilan tidak mengancam keselamatan jiwa ibu, tetapi hal tersebut dapat mengganggu ibu, Sebagai seorang bidan harus dapat memberikan asuhan kebidanan untuk mengatasi keluhan-keluhan tersebut (Dewi Lia & Sunarsih, 2011).
Ketidaknyamanan yang terjadi pada kehamilan trimester I adalah sebagai berikut: 1. Sakit Kepala
Penyebab :
(42)
b) Pengaruh hormone, tegangan mata sekunder terhadap perubahan okuler, kongesti hidung, dinamika cairan saraf yang berubah dan alkalosis pernapasan ringan
Cara mencegah :
a) Biofeedback
b) Teknik relaksasi
c) Memasase leher dan otot bahu
d) Penggunaan bungkusan hangat atau es ke leher e) Istirahat
f) Mandi air hangat Tanda bahaya :
a) Bila bertambah parah atau terus berlanjut
b) Jika dibarengi dengan tekanan darah tinggi dan proteinuria (pre-eklamsia) 2. Rasa mual dan muntah (morning sickness)
Penyebab yang persis tidak diketahui, kemungkinan disebabkan hal-hal sebagai berikut :
a. Tingkat HCG dan estrogen/progesterone yang meningkat b. Relaksasi otot-otot halus
c. Metabolisme perubahan dalam metabolism karbohidrat d. Keletihan
e. Mekanikal: kongesti, peradangan, penggembungan, dan pergeseran Cara mencegah:
a. Hindari bau atau faktor-faktor penyebabnya
b. Makan biscuit kering atau roti bakar sebelum bangkit dari tempat tidur di pagi hari
(43)
c. Makan sedikit-sedikit tapi sering d. Duduk tegak setiap kali selesai makan
e. Hindari makanan yang berminyak dan berbumbu keras
f. Makan makanan kering dengan minum di antara waktu makan g. Minum cairan berkarbonat
h. Bangun dari tidur secara perlahan-lahan dan jangan langsung bergerak i. Jangan menggosok gigi segera setelah makan
j. Minum teh herbal k. Istirahat
Tanda bahaya:
Pertambahan berat badan yang tidak memadai atau kehilangan berat badan: a. Tanda-tanda kurang gizi
b. Hiperemesis gravidarum
c. Perubahan dalam status gizi, dehidrasi, ketidakseimbangan eletrolit, kehilangan berat badan yang signifikan, ketosis, dan asetonuria
3. Ptyalism (ludah berlebihan) Patogenesisnya tidak diketahui 4. Mengidam
a. Sering dikaitkan dengan anemia akibat kekurangan zat besi b. Bisa merupakan tradisi
Cara mencegah:
a. Tidak perlu dikhawatirkan selama diet dalam arti gizi tetap memadai b. Didiklah wanita tentang bahaya makanan yang tidak benar
c. Bahaslah rencana makanan yang dapat diterima yang mengandung gizi yang diperlukan, serta memuaskan rasa mengidam atau tradisi adat
(44)
Tanda bahaya:
a. Jika pertambahan berat badan tidak memadai atau terjadi kekurangan berat badan
b. Diikuti tanda-tanda gjala anemia karena kekurangan zat besi atau infeksi c. Tanda-tanda kurang gizi
d. Jika bahan ngidam adalah bahan beracun atau jika bahan gizi yang dimakan berada dalam jumlah yang tidak diperbolehkan
5. Keringat bertambah
a. Kegiatan kelenjar apokrin meningkat kemungkinan akibat perubahan hormonal
b. Kegiatan kelenjar eksokrin meningkat karena kegiatan kelenjar tiroid yang meningkat,serta berat badan dan kegiatan metabolic yang meningkat
c. Keringat telapak karena kegiatan adrenokortisol d. Kegiatan kelenjar sebaseous
Cara mencegah:
a. Pakailah pakaian yang tipis dan longgar b. Banyak minum
c. Mandi secara teratur 6. Kelelahan
a. Kemampuan gerak usus yang berkurang yang mengarah ke perlambatan waktu pengosongan
b. Tekanan uterus yang membesar terhadap usus besar c. Penelanan udara
Cara mencegah:
(45)
b. Mengunyah makanan secara sempurna c. Senam secara teratur
d. Pertahankan kebiasaan buang air secara teratur 7. Hidung tersumbat/berdarah
a. Tingkat estrogen dan progesteron yang meningkat b. Pembesaran kapiler
c. Relaksasi otot halus vascular serta tegangan vascular hidung d. Volume darah sirkulasi yang meningkat
Cara mencegah:
Gunakan vaprorizer udara dingin Tanda bahaya:
Dingin, demam >38,3oC 8. Gatal-gatal
Kemungkinan karena hipersensitivitas terhadap antigen plasenta Cara mencegah:
a. Gunakan kompres atau mandi dengan siraman air jeruk b. Gunakan cara mandi outmeal
Tanda bahaya:
a. Pruritis gravidarum (intrahepatik kolestasis kehamilan) tanpa atau dengan sakit kuning yang berkaitan dengannya
b. Jika dibarengi dengan mual dan muntah, sakit kuning dan kolestasis c. Tanda-tanda dermatosis lainnya
9. Frekuensi kemih meningkat
(46)
b. Nokturia akibat ekskresi sodium yang meningkat dengan kehilangan air yang wajib dan bersamaan
c. Air dan sodium terperangkap di dalam tungkai bawah selama siang hari karena statis vena, sedangkan pada malam hari terdapat aliran kembali vena yang meningkat dengan akibat peningkatan dalam jumlah output
Cara mencegah:
a. Penjelasan mengenai sebab-sebabnya
b. Kosongkan kandung kemih saat terasa dorongan untuk berkemih c. Perbanyak minum pada siang hari
d. Kurangi minum mendekati waktu tidur pada malam hari untuk mencegah nokturia
e. Batasi minum bahan diuretik alamiah Tanda bahaya:
a. Wanita hamil berisiko untuk terkena infeksi saluran kemih dan pyelonefritis karena ginjal dan kantong kemih berubah
b. Dysuria c. Oliguria
d. Asimtomatik bakteriuria yang umum dijumpai pada kehamilan 10.Diare
a. Mungkin karena hormone b. Mungkin dari makanan c. Efek samping dari virus Cara mencegah:
a. Cairan pengganti atau dehidrasi moral b. Hindari makanan berserat tinggi
(47)
c. Makan sedikit tapi sering Tanda bahaya:
a. Dehidrasi
b. Demam, terdapat darah dalam kotoran 11.Keputihan
a. Tingkatkan kebersihan dengan mandi setiap hari
b. Pakailah pakaian yang terbuat dari katun atau bahan dengan daya serap tinggi c. Hindari pakaian dalam yang terbuat dari nilon (Dewi Lia & Sunarsih, 2011).
2. DETEKSI DINI TANDA BAHAYA KEHAMILAN
Deteksi dini tanda bahaya kehamilan sangat diperlukan untuk menemukan ibu hamil yang kemungkinan mengalami bahaya atau komplikasi kehamilan sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu
Penatalaksanaan deteksi dini terhadap tanda bahaya kehamilan dapat melalui pemeriksaan kehamilan secara rutin pada tenaga kesehatan paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu 1 kali trimester pertama, 1 kali trimester kedua, dan 2 kali pada trimester ketiga. Kebijakan operasional pelayanan antenatal oleh Departemen Kesehatan di wilayah Puskesmas meliputi pemberian penyuluhan tentang tadan bahaya kehamilan dalam bentuk komunikasi informasi dan edukasi (KIE), selain itu juga dengan pemberian buku kesehatan ibu dan anak sehat (KIA) atau kartu menuju sehat (KMS) ibu hamil (Saifuddin, 2002).
(48)
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep ini bertujuan untuk mengetahui Perbedaan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Terhadap Bahaya Kehamilan Sebelum Dan Sesudah Penyuluhan di Desa Klambir Wilayah Kerja Puskesmas Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015.
Untuk memperoleh arah penelitian ini maka dapat digambarkan kerangka konsep sebagai berikut :
Skema 3.1 kerangka konsep
Perbedaan tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap bahaya kehamilan sebelum dan sesudah penyuluhan di Desa Klambir wilayah kerja Puskesmas Hamparan
Perak Kabupaten Deli Serdang tahun 2015
Variabel Independen Variabel Dependen
Perbedaan
Tingkat Pengetahuan
Sesudah Penyuluhan Tingkat
Pengetahuan Sebelum Penyuluhan
(49)
B. Definisi Operasional Tabel 3.1
No
Variabel Definisi Operasional
Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur SkalaUkur
1
t Pengetahuan Ibu Sebelum Penyuluhan
Segala sesuatu yang i oleh ibu yang sedang
hamil tentang tanda bahaya kehamilan
dan ia
mendapatkan informasi dari keluarga, media massa dan tenaga kesehatan
Kuisioner Wawancara -Baik bila menjawab 12 20 pertanyaan benar -Kurang baik bila menjawab 0-11 Pertanyaan benar Interval
2 Pengetahuan Ibu Sesudah Penyuluhan
Segala sesuatu yang diketahui oleh ibu yang sedang hamil tentang tanda bahaya kehamilan yang ia dapat selama penyuluhan berlangsung. Tanda bahaya kehamilan
meliputi: perdarahan
pervaginam, sakit kepala yang hebat, masalah
penglihatan,
bengkak pada muka dan tangan, nyeri abdomen oner Wawancara -Baik bila menjawab 12 20 pertanyaan benar -Kurang baik bila menjawab 0-11 pertanyaan benar Interval
(50)
yang hebat, gerakan bayi tidak seperti biasa.
(51)
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experimental the one group pretest-posttest, pada desain ini penelitian dilakukan dengan cara memberikan pretest (pengamatan awal) terlebih dahulu sebelum diberikan penyuluhan setelah itu diberikan penyuluhan, kemudian dilakukan posttest (pengamatan akhir). Desain penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perbedaan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Terhadap Bahaya Kehamilan Sebelum Dan Sesudah Penyuluhan di Desa Klambir Wilayah Kerja Puskesmas Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015.
Dimana pengukuran the one group pretest-posttest ini untuk mengetahui hasil bagaimana tanggapan ibu hamil terhadap bahaya kehamilan adalah:
Keterangan : X1 = Pre test
X = Perlakuan X2 = Post test
B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011).
(52)
Berdasarkan hal tersebut dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di Desa Klambir Wilayah Kerja Puskesma Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang dengan jumlah sebanyak 130 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil baik primigravida maupun multigravida.
Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling purposive yaitu penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Hidayat, 2007).
a. Penggunaan sampel dengan menggunakan rumus, sebagai berikut (Nursalam, 2009):
Keterangan :
n = Besarnya sampel N = Besarnya populasi
d = Ketetapan yang ada (0,05)
besarnya populasi sebanyak 130 orang, maka :
(53)
b. Kriteria Sampel
Kriteria Inklusi merupakan pernyataan-pernyataan umum yang harus dipenuhi oleh subyek agar dapat diikutkan dalam penelitian (Taufiqurrohman, 2008).
Kriteria Inklusi pada penelitian ini:
a. Ibu hamil normal memeriksakan kehamilannya baik primigravida maupun multigravida
b. Ibu bisa membaca dan menulis
c. Ibu bersedia menjadi subyek penelitian atau responden
Kriteria Eklusi adalah kondisi tertentu yang menyebabkan subyek yang telah memenuhi kriteria inklusi tidak dapat diikut sertakan dalam penelitian (Taufiqurrohman, 2008):
a. Ibu hamil dengan penyakit sistemik b. Ibu hamil dengan penyulit kehamilan
c. Ibu hamil bersedia menjadi subjek penelitian
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Klambir Wilayah Kerja Puskesmas Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.
D. Waktu Penelitian
(54)
E. Etik Penelitian
Pada saat melakukan penelitian, peneliti mendapat surat izin dari instansi Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan mengajukan permohonan lain kepada Kepala Puskesmas Hamparan Perak Kecamatan Hamparan Perak.
Pertimbangan etik yang dilakukan dalam penelitian ini, antara lain: 1) beneficence (menguntungkan responden) yaitu tidak mencelakakan/ menyakiti responden (freedom from harm) dengan tidak memaksa dan menekan pasien untuk ikut dalam penelitian dan tidak menimbulkan situasi yang merugikan responden dengan memberikan waktu yang tepat untuk pasien mengisi kuisioner (freedom from exploitation); 2) respect from human dignity (menghargai martabat manusia), yaitu hak untuk bebas menentukan apakah calon responden akan ikut berpatisipasi dalam penelitian atau tidak (the right to self determination) dengan membuat informed consent sehingga calon responden tidak merasa terpaksa untuk dijadikan responden dalam penelitian ini, dan hak mendapatkan informasi mengenai penelitian (the righ to full disclosure) dengan memberitahukan calon responden maksud dan tujuan penelitian; 3) justice (keadilan), yaitu hak untuk mendapatkan perlakuan yang adil (the righ to fair treatment) dengan memberikan kesempatan kepada semua pasien untuk menjadi responden, dan menjaga kerahasiaan data dari responden.
Setelah mendapatkan persetujuan, sebelum peneliti melakukan penelitian, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Peneliti menjunjung tinggi prinsip menghormati manusia, karena manusia adalah makhluk mulia yang harus dihormati. Selanjutnya untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar kuisioner dan hanya memberi kode. Kuisioner di
(55)
simpan di tempat aman dan semua informasi yang diperlukan hanya digunakan untuk penelitian.
F. Alat Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer yang diperoleh dari responden melalui lembar kuisioner yang dibagikan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Sebelum melakukan penyuluhan, peneliti menyerahkan lembar kuisioner kepada responden dengan terlebih dahulu meminta persetujuan (informed consent) apakah bersedia untuk dijadikan responden, bila bersedia menjadi subjek penelitian maka diminta kesediaan untuk menandatangani surat persetujuan penelitian.
b. Selanjutnya peneliti akan menjelaskan cara pengisian kuisioner dan tujuan penelitian tersebut
c. Agar pengumpulan dapat berjalan dengan cermat dan teliti, peneliti mengawasi atau mendampingi responden saat mengisi kuisioner.
d. Setelah responden selesai menjawab kuisioner yang dibagikan selanjutnya mengumpulkan kuisioner dengan terlebih dahulu memeriksa jawaban apakah sudah terisi seluruhnya, sehingga dala pengolahan data tidak terjadi kendala.
G. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data, yang berisikan tentang karakteristik responden (yang meliputi umur, pendidikan, dan hamil ke-), dan kuesioner pengetahuan yang meliputi pengertian tanda bahaya kehamilan dan macam-macam tanda bahaya kehamilan.
(56)
Bentuk kuesioner yang digunakan adalah bentuk pertanyaan yang mengadopsi dari Mulyasari (2009) tentang hubungan karasteristik ibu hamil dengan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan.
Kuesioner terdiri dari 20 pertanyaan. Pertanyaan dibuat berdasarkan variabel yang diukur yang terdapat pada kerangka konsep penelitian. Apabila jawaban responden benar diberi nilai 1(satu) dan apabila jawaban responden salah diberi nilai 0 (nol). Pertanyaan yang akan ditanyakan berupa :
Dua puluh pertanyaan untuk menilai pengetahuan responden tentang tanda bahaya kehamilan yang meliputi pengertian tanda bahaya kehamilan dan macam-macam tanda bahaya kehamilan.
Dengan kategori : Baik bila menjawab 12-20 pertanyaan benar Kurang baik bila menjawab 0-11 pertanyaan benar.
H. Validitas Instrumen
Adapun uji validitas dan realibilitas dijelaskan sebagai berikut (Agus Riyanto, 2011) :
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah/valid atau tidaknya suatu kuesioner. Kuesioner dikatakan valid jika pernyataan pada angket mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh pernyataaan tersebut. Untuk menguji validitas alat ukur terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah setiap skor butir, dimana nila rtabel =
0,361.
Uji validitas telah dilakukan dengan cara content validity sebanyak 2 kali yang diuji oleh dr. Riza Rifani, Sp.OG yang ahli di bidang obstetric ginekologi di
(57)
Rumah Sakit Adam Malik, yang mana dari 20 pertanyaan terdapat 1 pernyataan yaitu no.19 yang tidak valid yaitu tentang tanda-tanda mual muntah yang tidak normal diganti menjadi tindakan ibu jika bayi tidak bergerak seperti biasa. Tahap kedua dilakukan dimana semua pernyataan dinyatakan valid dengan CVI (Content Validity Indeks) sebesar 0,361.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau kostruk. Butir pertanyaan dikatakan reliable atau andal apabila jawaban dari responden terhadap pertanyaan adalah konsisten. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 21.00 dan butir pernyataan yang sudah dinyatakan valid dalam uji validitas ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut:
a. Jika nilai Cronbach‟s Alpha > 0,60 maka pertanyaan reliabel. b. Jika nilai Cronbach‟s Alpha < 0,60 maka pertanyaan tidak reliabel.
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana suatu instrumen dapat dipercaya. Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan uji Alpha Cronbach. Variabel dikatakan reliabel jika nilai r Alpha Cronbach > 0,6, hal ini dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2. Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach Alpha Keterangan
Pengetahuan 0,901 Reliabel
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa nilai Cronbach Alpha dari seluruh variabel yang diujikan nilainya sudah diatas 0,6 maka dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel dalam penelitian ini dalam uji reliabilitas dinyatakan reliable
(58)
I. Prosedur Penelitian
Prosedur pengumpulan data yang dilakukan dengan mengajukan surat permohonan izin penelitian pada institusi pendidikan Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU, dan mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada Kepala Puskesmas Hamparan Perak Kecamatan Hamparan Perak, setelah mendapat izin dari Kepala Puskesmas Kecamatan Hamparan Perak peneliti menemui kader yang ada di Hamparan Perak tersebut dengan tujuan meminta kesediaan kader tersebut membantu peneliti dalam mendapatkan responden sesuai dengan kriteria responden yang diteliti dan menjelaskan tujuan dari penelitian tersebut. Setelah mendapat persetujuan dari kader, peneliti memberi arahan terlebih dahulu kepada kader tersebut bagaimana cara dalam pengisian instrument berupa kuisioner yang digunakan sehingga kader dapat menjelaskan kepada responden cara pengisian kuisioner yang digunakan.
Peneliti akan menemui kader untuk menanyakan pada saat kapan responden dapat ditemui atau berada di rumah. Waktu telah ditetapkan yaitu pada sore hari karena ada sebagian responden bekerja pada pagi hari. Dan berdasarkan kesepakatan antara peneliti dengan kader bahwa dalam penelitian ini lebih di utamakan di salah satu rumah responden.
Hari selanjutnya peneliti datang menemui responden dibantu oleh kader. Sebelum melakukan penelitian, peneliti memperkenalkan diri dan meminta izin kepada kader. Dan sebelum melakukan penyuluhan, peneliti meminta kesediaan ibu menjadi responden peneliti. Responden telah menyetujui dirinya sebagai responden dan menandatangani lembar persetujuan (informed consent), peneliti menjelaskan kepada responden cara pengisian kuisioner kepada responden dan selanjutnya dipersilahkan untuk mengisi lembar kuisioner dan menjawab seluruh pertanyaan
(59)
dengan jujur, peneliti mendampingi responden dalam pengisian kuisioner apabila ada pertanyaan yang kurang jelas dan pengisian kuisioner. Setelah responden menjawab seluruh pertanyaan dari lembar kuisioner selanjutnya peneliti melakukan penyuluhan yang berlangsung selama 25 menit dan memberikan kesempatan kepada responden untuk tanya-jawab dari penyuluhan tersebut. Setelah penyuluhan selesai, peneliti kembali membagikan lembar kuisioner kepada responden yang bertujuan untuk melihat pemahaman responden dari penyuluhan tersebut kemudian memeriksa kelengkapan data.
Dalam pengumpulan data dilakukan pada bulan april 2015. Pengumpulan data dilakukan di rumah salah satu rumah responden.
J. Analisa Data 1. Analisa univariat
Analisa data dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan presentasi masing-masing variabel yaitu karakteristik ibu hamil yang meliputi umur, pendidikan dan hamil ke- serta peningkatan pengetahuan.
2. Analisa bivariat
Analisa ini digunakan untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap bahaya kehamilan sebelum dan sesudah penyuluhan.
Dalam menganalisa data secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji statistik yaitu uji t-dependent yaitu membandingkan data sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan tentang tanda bahaya kehamilan, dan diperoleh mean perbedaan pretest dan postest. Taraf signifikan 95% ( = 0,05). Pedoman dalam menerima hipotesa apabila nilai probabilitas ( p ) < 0,05 maka Ho ditolak, apabila ( p ) > 0,05 maka Ho gagal ditolak. Data yang disajikan dalam bentuk tabel
(60)
agar mudah dilihat perbedaan tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap bahaya kehamilan sebelum dan sesudah penyuluhan.
(61)
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Penelitian yang dilakukan di Desa Klambir Wilayah Kerja Puskesmas Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang tahun 2015 diperoleh 34 responden yang mana hasil pengumpulan data dapat dilihat sebagai berikut :
1. Karakteristik responden
Tabel 5.1
Distribusi frekuensi responden karakteristik responden di Desa Klambir wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Deli Serdang tahun 2015
Karakteristik Frekuensi Presentase (%)
1. 20-26 tahun 2. 27-33 tahun 3. 34-40 tahun
15 12 7 44,1 35,2 20,6 kan 1. SD 2. SMP 3. SMA 4. Diploma 5. Sarjana 0 8 23 2 1 0 23,5 67,6 5,9 2,9 ke- 1. Primigravida 2. Multigravida 12 22 35,3 64,7
(62)
Pada tabel di atas berdasarkan umur responden menunjukkan bahwa dari 31 responden sebagian besar berumur 20-26 tahun yaitu 15 orang (44,1%). Berdasarkan pendidikan sebagian besar responden berpendidikan SMA yaitu 23 orang (67,6%). Berdasarkan hamil ke- sebagian besar responden hamil ketiga (Multigravida) yaitu 22 orang (64,7%).
2. Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Terhadap Bahaya Kehamilan Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap bahaya kehamilan sebelum dan sesudah penyuluhan di Desa Klambir Wilayah Kerja Puskesmas Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada tabel dibawah ini dengan jumlah responden sebanyak 34 orang.
Tabel 5.2
Distribusi kategori tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap bahaya kehamilan sebelum dan sesudah penyuluhan di Desa Klambir
Wilayah kerja Puskesmas Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang tahun 2015
kat pengetahuan sebelum penyuluhan
Sebelum Sesudah
N % N %
1. Baik 13 38,2 25 73,5
2. Kurang 21 61,8 9 26,5
Total 31 100 34 100
Dari tabel 5.2 dapat diketahui bahwa ada perbedaan tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan. Dimana tingkat pengetahuan responden sebelum
(63)
penyuluhan kurang baik sebanyak 21 orang yaitu 61,8% dan sesudah penyuluhan responden memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 25 orang sebanyak 73,5%.
3. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Terhadap Bahaya Kehamilan Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Setelah dilakukan hasil penelitian tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap bahaya kehamilan, maka tabel dibawah ini akan memperlihatkan hasil perbedaan tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap bahaya kehamilan sebelum dan sesudah penyuluhan di Desa Klambir Wilayah Kerja Puskesmas Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.
Tabel 5.3
Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap bahaya kehamilan sebelum penyuluhan di Desa Klambir wilayah kerja
Puskesmas Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang tahun 2015
Variabel ean SD SE N
ahuan sebelum penyuluhan 1,62 .493 .085 34
Tabel 5.4
Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap bahaya kehamilan sesudah penyuluhan di Desa Klambir wilayah kerja
Puskesmas Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang tahun 2015
Variabel ean SD SE N
(64)
Berdasarkan Tabel 5.3 dan 5.4 diperoleh rata-rata tingkat pengetahuan Ibu hamil terhadap bahaya kehamilan sebelum penyuluhan adalah 1,62 dengan standar deviasi .493 dan setelah penyuluhan didapatkan rata-rata tingkat pengetahuan ibu hamil adalah 1,26 dengan standar deviasi .448.
Tabel 5.5
Distribusi rata-rata tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap bahaya kehamilan sebelum dan sesudah penyuluhan di Desa Klambir wilayah kerja Puskesmas
Hamparan Perak
Kabupaten Deli Serdang tahun 2015
Variabel
Perbedaan p value Mean tandar deviasi
huan sebelum penyuluhan .353 .485 .000 huan sesudah penyuluhan
Berdasarkan tabel diatas diperoleh perbedaan rata-rata frekuensi pengetahuan sebelum dan sesudah adalah .353 dengan standar deviasi .485. Berdasarkan hasil analisa uji statistik perbedaan tingkat pengetahuan ibu hamil sebelum dan sesudah penyuluhan dengan menggunakan uji t dua sampel berpasangan (dependent sampel t-test) didapatkan nilai p (value) = 0,000, nilai p value < (0,05) menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan. Maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap bahaya kehamilan sebelum dan sesudah penyuluhan.
(65)
B. Pembahasan
1. Karakteristik Responden
Diperoleh sebagian besar responden berumur 20-26 tahun yaitu 15 orang (44,1%). Hasil ini menyatakan bahwa responden tidak termasuk kedalam kategori kehamilan resiko tinggi, dimana kategori umur yang termasuk kategori kehamilan resiko tinggi yaitu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun (BKKBN, 2007).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hastuti (2011) yang berjudul pengaruh penyuluhan tanda bahaya kehamilan terhadap ibu hamil dalam menghadapi tanda bahaya kehamilan, dimana dalam penelitian responden terbanyak adalah berusia 20-35 tahun.
Sebaliknya penelitian yang dilakukan oleh Fitrianis (2009) di kelurahan Tanjung Marulak Kota Tebing Tinggi tidak sejalan dengan pernyataan diatas. Hasil yang didapatkan adalah sebagian responden berumur antara 28-39 tahun yaitu 22 orang (57,9%).
Diperoleh sebagian besar responden berpendidikan SMA yaitu 23 orang (67,6%). Hal ini menunjukkan tingkat pendidikan responden cukup baik.
Penelitian ini memperkuat hasil penelitian oleh Elvi fitriani, Sri utami, dan Siti Rahmalia (2014) yang berjudul efektifitas pendidikan kesehatan tentang kehamilan resiko tinggi terhadap pengetahuan ibu hamil di Puskesmas Rejosari Kec.Tenayan Raya bahwa sebagian besar responden adalah pendidikan SMA yaitu 16 orang (53,3%).
Tetapi, penelitian yang dilakukan oleh Arihta (2013) melemahkan hasil peneliti tentang hubungan pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan dengan kepatuhan kunjungan ANC di klinik Dina Bromo Ujung Lingkungan XX Medan bahwa sebagian besar responden adalah berpendidikan SD-SMP sebanyak 50%.
(66)
Menurut Septalia (2010), pendidikan adalah suatu kegiatan proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri, pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi yang diterimanya, maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi.
Hal ini diperkuat dengan pendapat Notoatmojo (1993) yang menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh pada umumnya. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah orang tersebut menerima informasi.
Berdasarkan karakteristik responden, sebagian besar responden hamil lebih dari tiga (Multigravida) yaitu 22 orang (64,7%).
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Elvi fitriani, Sri utami, dan Siti Rahmalia (2014) di Puskesmas Rejosari Kecamatan Tenayan Raya, bahwa responden adalah hamil kurang dari 4 kali yaitu sebanyak 27 responden (90,0%). Hasil ini menyatakan bahwa ibu hamil tidak termasuk ke dalam kategori kehamilan resiko tinggi.
Menurut Azwar (2008), hamil lebih dari empat kali termasuk kedalam kehamilan resiko tinggi yang dapat menyebabkan perdarahan antepartum (perdarahan yang terjadi setelah usia kandungan 28 minggu), solustio plasenta (lepasnya sebagian atau semua plasenta dari rahim), plasenta previa (jalan lahir tertutup plasenta), spontaeus abortus (keguguran), dan Intrauterine Growth Retadation (IGR), rupture uteri (robeknya dinding rahim), serta malpresentation (bayi salah posisi lahir).
(1)
19. Menurut ibu, posisi yang tepat untuk memudahkan ibu merasakan gerakan bayi adalah…
a. Berdiri, duduk, makan dan minum yang baik
b. Berbaring. Beristirahat, makan dan minum yang baik c. Berdiri tegak, makam dan minum yang baik
20. Menurut ibu, ketika bayi dalam kandungan ibu tidak bergerak seperti biasanya, tindakan yang ibu lakukan adalah…
a. Periksakan pada dukun beranak b. Periksakan pada petugas kesehatan
(2)
68
68 Lembar Kunci Jawaban
1. C 11. B
2. A 12. A
3. A 13. A
4. A 14. C
5. B 15. B
6. C 16. C
7. B 17. A
8. A 18. A
9. A 19. B
(3)
(4)
70
(5)
(6)
72
72
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Nurul Hidayah „Athirah
T/T.L : Medan, 29 Mei 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak ke : 1 dari 2 bersaudara
Agama : Islam
Alamat : Jl. R.P.Hewan No. 43 Mabar Medan Deli
Nama Orang Tua
Ayah : Sulaiman S.Pd, M.Psi
Ibu : Nur Aina Dewi S.Pd, M.Psi
Pekerjaan Orang Tua
Ayah : PNS
Ibu : PNS
Riwayat Pendidikan
Tahun 1998-1999 : TK. AL-Fajar Tjg.Mulia Tahun 1999 - 2005 : SD Swasta Bahagia Mabar Tahun 2005 – 2008 : SMP Negeri 7 Medan Tahun 2008 – 2011 : SMA Negeri 9 Medan
Tahun 2011–2014 : Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan Tahun 2014-2015 : Universitas Sumatera Utara