Faktor fisiologis Faktor dietari Faktor lingkungan

 Apakah itu ruminansia ? Ruminansia adalah ternak yang mempunyai lebih dari satu perut, mengunyah kembali makanan yang telah masuk ke dalam perut. Sapi, kerbau, domba dan kambing adalah ruminansia yang mempunyai 4 perut yaitu : rumen, omasum, abomasum dan reticulum. Mikroba rumen dapat memproduksi sendiri kebutuhan vitamin B, sehingga dalam ransum ruminansia tidak perlu ditambah vitamin B. Mikroba rumen juga dapat memproduksi beberapa protein apabila diberikan nitrogen dan karbohidrat dengan benar.  Berapa banyak kebutuhan pakan seekor ternak ? Sangat tergantung kepada keadaan ternak itu sendiri. Ternak yang sedang bunting, menyusui, bekerja ataupun sedang dalam masa pertumbuhan mempunyai kebutuhan pakan yang berbeda.  Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi asupan pakan feed intake ? a. Faktor internal Adalah faktor yang berasal dari kondisi internal ternak itu sendiri. Misalnya : 1. Gastric distension : adanya tekanan yang kuat pada rongga perut akan menurunkan asupan pakan misalnya kembung perut bloat 2. Glucostatic theory: pada kondisi glukosa darah tinggi, nafsu makan akan turun 3. Thermostatic control: ternak akan makan untuk mempertahankan panas kehangatan tubuh dan akan berhenti makan untuk mencegah terjadinya hyperthermia 4. Lipostatic control: kandungan asam lemak yang tinggi dalam tubuh akan menurunkan nafsu makan

b. Faktor fisiologis

Adalah faktor yang berasal dari kondisistatus fisiologis apakah ternak sedang tumbuh, estrus, bunting, menyusui, kegemukan ataupun sakit. Satrijo Widi Purbojo – Feedlot - Nutrisi 3 1. Growth: ternak yang sedang tumbuh persentase asupan pakannya lebih tinggi, berdasarkan persentase BK per bobot badan 2. Obesity: kegemukan akan mengakibatkan asupan pakan menurun, karena gastro intestinal space terdesak oleh abdominal mass 3. Estrus: ternak yang sedang birahi akan kehilangan nafsu makan 4. Pregnancy: ternak yang sedang bunting akan meningkat asupan pakannya pada saat pertengahan kebuntingan, kemudian menurun pada akhir kebuntingan dan menurun drastic pada saat persalinan 5. Lactation: asupan pakan dari ternak yang sedang menyusuilaktasi meningkat seiring dengan kebutuhan untuk memproduksi susu 6. Disease: ternak yang sakit umumnya nafsu makannya turun

c. Faktor dietari

1. Energy concentration: ketika kandungan energi pada ransum tinggi, asupan pakan cenderung menurun 2. Rate of passage digestibility: hay kualitas jelek yang digiling halus akan meningkatkan asupan pakan, namun akan menurunkan kecernaannya karena pakan melalui system pencernaan lebih singkat waktunya. 3. Warna, bentuk, bau dan rasa akan mempengaruhi asupan pakan 4. Water intake: menurunnya asupan air akan mengakibatkan menurunnya pula asupan pakan, dan sebaliknya.

d. Faktor lingkungan

1. Cold environments: pada kondisi lingkungan yang dingin, biasanya ternak makan lebih banyak untuk memelihara kehangatan tubuh 2. Hot environments: pada kondisi lingkungan yang panas, biasanya ternak makan lebih sedikit untuk mencegah terjadinya panas tubuh yang berlebihan 3. Photoperiod: kebanyakan ternak makan selama lingkungannya terang 4. Social factors: ternak akan termotivasi makan apabila melihat temannya makan. Satrijo Widi Purbojo – Feedlot - Nutrisi 4  Bagaimanakah pencernaan energi pada rumen ? Pada rumen, mikroba mencerna selulose dan hemiselulose yang berasal dari hijauan dan pati yang berasal dari biji-bijian menghasilkan produk kaya energi yang disebut volatile fatty acids VFA yang kemudian akan diserap oleh dinding rumen. VFA adalah sumber utama energi bagi ternak. Sebagian pati tidak dicerna didalam rumen dan mengalir melewati perut sejati abomasum menuju usus kecil small intestine dimana pati dipecah secara enzimatis kemudian diserap. Species-species mikroba rumen mempunyai spesialisasi dalam memecah pati ataupun selulose. Ketika pakan mengandung hijauanroughages yang tinggi, seluloseserat kasar yang dicerna oleh mikroba mendominasi. Sedangkan apabila pakan mengandung bijian yang tinggi konsentrat, jumlah pati yang dicerna mikroba meningkat. Perubahan komposisi ransum antara hijauanrougahges dan bijiankonsentrat hendaknya dilakukan secara berjenjang untuk memberi waktu kepada populasi mikroba rumen beradaptasi. Waktu 2 minggu dibutuhkan untuk adaptasi perubahan komposisi ransum. Biji-bijian mempunyai laju pemecahan yang bervariasi di dalam rumen. Hal ini berkaitan dengan struktur kimia dari pati dan struktur fisik dari bijian itu sendiri. Sebagai contoh, jagung kering terdegradasi di dalam rumen lebih lambat dibanding dengan jagung yang kandungan airnya tinggi ataupun gandum kering. Hal ini berimplikasi kepada bagaimana kita harus mempertahankanmemelihara kesehatankemampuan rumen apabila kita memberikan pakan yang mengandung tinggi biji-bijian pada ransum feedlot.  Bagaimanakah pencernaan protein pada rumen ? Protein kasar PK atau Crude protein CP terdiri atas true protein dan non- protein nitrogen NPN. Kecepatan pencernaan protein di dalam rumen sangat tergantung kepada bagaimana tingkat kelarutan protein dalam cairan rumen. Protein yang tingkat kelarutannya tinggi, lebih mudah dicerna oleh mikroba rumen dari pada protein yang tidak larut dalam cairan rumen. Nonprotein nitrogen NPN seperti urea dan ammonia mempunyai tingkat kelarutan 100 di dalam rumen. Satrijo Widi Purbojo – Feedlot - Nutrisi 5 Mikroba rumen menggunakan nitrogen yang masuk ke dalam rumen untuk membentuk protein mikroba. Selanjutnya mikroba bersama dengan digesta berpindah dari rumen ke lower digestive tract, di mana mereka akan dicerna dan diserap oleh hewan. Sebagian besar protein yang tidak larut dalam cairan rumen bypass or escape protein melewati lower digestive tract, tanpa mengalami perubahan. Protein tersebut selanjutnya akan dicerna secara enzimatis dan dicerna pada small intestine. Pencernaan bypass protein sangatlah efisien dan merupakan komponen penting dalam penyusunan ransum untuk sapi-sapi yang bertumbuh dengan cepat penggemukan. Aktivitas mikroba rumen dalam memecah dan membentuk dietary protein merupakan implikasi penting bagi ternak ruminansia, yaitu :  Ternak ruminansia dapat bertahan hidup pada kondisi pakan yang jelek kualitasnya, rendah biaya kebutuhan proteinnya dibandingkan dengan ternak monogastrik karena mikroba rumen dapat meningkatkan kualitas protein dengan memproduksi asam amino yang terbatas.  Ternak ruminansia dapat menggunakan sumber protein yang murah berupa non-protein nitrogen seperti urea dalam ransumnya, sebagai substitusi protein. Agar pertumbuhan ternak optimum, keseimbangan antara protein yang larut dalam rumen soluble protein termasuk non-protein nitrogen NPN dan protein yang tidak larut dalam rumen bypass protein harus diperhatikan. Ransum dengan kandungan tinggi protein larut dalam rumen soluble protein atau NPN tidak dapat mencukupi kebutuhan protein pada small intestine. Sedangkan ransum dengan kandungan tinggi bypass protein tidak dapat mencukupi kebutuhan nitrogen bagi mikroba rumen untuk pertumbuhan mikroba dan pencernaan pakan yang efisien. Ransum yang optimum biasanya mengandung 30-40 bypass protein dan 60-70 rumen soluble protein. Kurang dari 30 total protein dapat dipenuhi dalam bentuk NPN. Agar mikroba rumen dapat menggunakan NPN, kecukupan akan karbohidrat yang larut air soluble carbohydrates seperti pati harus tersedia dalam ransum. Satrijo Widi Purbojo – Feedlot - Nutrisi 6 Tanpa adanya energi yang cukup pada ransum, kapasitas mikroba rumen untuk mengunakan NPN akan sangat berat. Kelebihan NPN akan diserap oleh hewan dalam bentuk ammonia dan diekskresikan melalui urine, keringat dan paru-paru pernafasan. Apabila kandungan NPN dalam ransum terlalu tinggi, maka keracunan akan terjadi urea poisoning.

B. Bahan pakan