Lengkap secara fungsional. Seluruh fungsi yang diperlukan dalam Satu kesatuan tindak. Seluruh komponen atau anggota melaksanakan fungsinya Ikatan langsung secara institusional. Hubungan di antara seluruh komponen

36 Tani adalah terbentuknya unit Agribisnis Industrial Pedesaan AIP dan Sistem Usahatani Intensifikasi dan Diversifikasi SUID. AIP dan SUID merupakan representasi industri pertanian dan usahatani berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi di suatu kawasan pengembangan. Pada kawasan dimaksud tercermin pengembangan agribisnis lengkap dan padu padan antarsubsistem yang berbasis agroekosistem dan mempunyai kandungan teknologi dan kelembagaan lokal yang diperlukan Tim Teknis Pusat Prima Tani, 2007. Di lokasi dengan AIP yang sudah matang akan terlihat di antaranya: 1. Sebagian besar produk yang dihasilkan memenuhi kebutuhan mutu termasuk konsistensinya dan dalam jumlah cukup. 2. Sebagian besar petani mengadopsi teknologi yang diimplementasikan. 3. Munculnya petani-petani progresif sebagai agen pembaharuan pertanian. 4. Sebagian besar petani menikmati nilai tambah secara proporsional. 5. Sebagian besar petani berkembang usahanya yang dapat dilihat dari kemampuan memupuk modal untuk pembiayaan operasional, tabungan dan investasi. 6. Sebagian besar petani mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah fluktuasi harga hasil usahataninya. 7. Hasil pertanian mempunyai daya saing tinggi di pasar lokal maupun internasional. Setidaknya ada tiga ciri AIP yang sudah matang yaitu:

1. Lengkap secara fungsional. Seluruh fungsi yang diperlukan dalam

menghasilkan, mengolah, dan memasarkan produk pertanian hingga ke konsumen akhir alur produk vertikal dapat dipenuhi.

2. Satu kesatuan tindak. Seluruh komponen atau anggota melaksanakan fungsinya

secara harmonis dan dalam satu kesatuan tindak.

3. Ikatan langsung secara institusional. Hubungan di antara seluruh komponen

atau anggota terjalin langsung melalui ikatan institusional nonpasar. Agribisnis Industrial Pedesaan AIP berusaha untuk menumbuhkan dua aspek pokok yaitu: 1. Menumbuhkan seluruh elemen lembaga agribisnis di antaranya berupa kelembagaan produksi pertanian, kelembagaan penyediaan sarana produksi, jasa 37 alsintan, jasa penyuluhan, pelayanan informasi, dan pelayanan permodalan, dan lain-lain. 2. Menumbuhkan keterkaitan fungsional yang harmonis dan keterkaitan institusional yang saling menguntungkan di antara pelaku agribisnis, terutama antara petani dan pelaku agribisnis lainnya. Untuk mewujudkan kelembagaan AIP yang operasional maka dibutuhkan serangkaian kegiatan penumbuhan kelembagaan secara efektif dan efisien untuk seluruh elemen serta penumbuhan keterkaitan fungsional dan institusional yang harmonis di antara elemen tersebut. Dalam tulisan ini dikemukakan aspek-aspek yang berkaitan dengan penumbuhan kelembagaan tersebut. Informasi yang dikemukakan bersifat dinamis, dalam arti dapat disempurnakan sesuai dengan kondisi setempat. Elemen dalam Kelembagaan AIP Gambar 3 memperlihatkan elemen kelembagaan AIP yang akan dikembangkan melalui pelaksanaan Prima Tani. Seluruh elemen lembaga tersebut saling terkait satu sama lain dan membentuk satu unit AIP di setiap lokasi Prima Tani. Gambar 3 Jaringan Kelembagaan Agribisnis Industrial Pedesaan Kelembagaan penyedia input usahatani Kelembagaan penyedia permodalan Lembaga penyedia tenaga kerja Kelembagaan penyedia air irigasi Kelembagaan usahatani Kelembagaan pengolahan hasil pertanian Kelembagaan pemasaran hasil pertanian Kelembagaan penyedia informasi teknologi, pasar, dll 38 Penumbuhan Keterkaitan Antar Elemen dalam Kelembagaan AIP Keterkaitan antar elemen AIP di lapangan perlu ditumbuhkan melalui upaya khusus. Paling tidak ada tiga aspek yang dibutuhkan, yaitu:

1. Penumbuhan keterkaitan fungsional antar elemen kelembagaan AIP.

Dokumen yang terkait

Hubungan Karakteristik Dan Keterlibatan Petani Dalam Jejaring Komunikasi Dengan Adopsi Teknologi SUTPA Di Jawa Barat

0 7 212

Hubungan Karakteristik Individu, Perilaku Komunikasi dan Penggunaan Jenis Media dengan Pemahaman Petani tentang Kredit Ketahanan Pangan (Kasus Kelompok Tani Kabupaten Ponorogo Propinsi Jawa Timur)

0 22 274

Hubungan antara Jaringan Komunikasi dengan Sikap Petani terhadap SUTPA 1 Sistem Usaha Tani Berbasis Padi Berorientasi Agribisnis (Kasus 2 Kelompok Tani pada Sebuah Desa di Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat

0 83 310

Analisis indeks keberlanjutan prima tani: Kajian awal dalam pembentukan unit agribisnis industrial dan sistem usahatani intensifikasi dan diversifikasi

0 18 1

Efektivitas Komunikasi Klinik Agribisnis pada Prima Tani di Kecamatan Leuwi Sadeng Bogor

0 11 332

Hubungan Pmanfaatan Media Komunikasi Prima Tani dan Aksesibilitas Kelembagaan Tani dengan Persepsi Petani Tentang Introduksi Teknologi Agribisnis Industrial Perdesaan (Kasus di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan)

0 9 20

PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN, PARTISIPASI DAN KEMANDIRIAN KELOMPOK TANI DALAM USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN DI KECAMATAN BANJARAN, KABUPATEN MAJALENGKA, JAWA BARAT

0 4 144

Pemanfaatan Media Komunikasi Prima Tani, Aksesibilitas Kelembagaan Tani, dan Persepsi Petani tentang Teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan

0 0 11

Hubungan Karakteristik Petani dengan Jasa Pelayanan dan Efektivitas Komunikasi Klinik Agribisnis di Prima Tani Leuwi Sadeng Kabupaten Bogor

0 0 11

DAMPAK PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP) TERHADAP KINERJA DAN PENDAPATAN USAHA TANI ANGGOTA KELOMPOK TANI

0 0 10