Perusahaan Umum PERUM Kereta Api, Perusahaaan Jawatan PERJAN Kereta Api dinyatakan bubar pada saat pendirian PERUM tersebut dengan ketentuan segala
hak dan kewajiban kekayaan dan termasuk seluruh pegawai perusahaan Jawatan PERJAN Kereta Api yang ada pada saat pembubarannya beralih kepada PERUM
yang bersangkutan”. Dengan demikian secara hukum aset tanah kembali ke lembaga yang lebih tinggi.
Dalam hal ini adalah Negara dan berstatus Tanah Negara, di bawah penguasaan Departemen Perhubungan. PT. Kereta Api Indonesia Persero sebagai badan
Penyelenggara Perkeretaapian di Indonesia yang juga diberi wewenang untuk mengelola sarana prasarana kereta api termasuk di dalamnya “Tanah”.
37
Menurut Perbendaharaan Negara yang di atur di pasal 7 dalam Undang-Undang No 1
tahun 2004, tanah asset PT Kereta Api Persero baik yang sudah bersertifikat dengan atas nama PT Kereta Api maupun yang belum, tidak boleh dilepaskan
kepada pihak ketiga, jika tidak ada izin dari Mentri Keuangan terlebih dahulu. Walaupun tanah asset PT Kereta Api Persero belum bersertifikat atau masih
berstatus tanah Negara, namun tidak boleh diberikan dengan suatu hak atas tanah tersebut kepada pihak ketiga, jika tidak ada izin dari Menteri Keuangan.
38
2.4.1 Sejarah
Groonkaart Peta Tanah
Aset perusahaan kereta api negara Staats Spoorwegen disingkat SS sejak tanggal 18
Agustus 1945 otomatis menjadi aset DKA. Semua tanah yang diuraikan dalam grondkaart SS sudah menjadi aset DKA sekarang PT. Kereta Api Indonesia
Persero.Aset perusahaan kereta api swasta Verenigde Spoorwegbedrijf disingkat
37
ibid. hlm 9-10
38
Dasrin Zen dan PT. Kereta Api Persero,Op.Cit., hal.34
VS berdasarkan Undang-Undang Nomor 86 Tahun 1958 sudah dinasionalisasi dan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 dan 41 Tahun 1959
sudah menjadi aset DKA sekarang PT. Kereta Api Indonesia Persero. Tanah aset PT. Kereta Api Indonesia Persero baik yang berasal dari
pengambilalihan aset SS, nasionalisasi aset VS maupun yang diperoleh sendiri karena pengadaan tanah, dalam penerbitan administrasinya ada yang sudah mempunyai
sertipikat, namun juga masih ada yang belum bersertipikat. Semua tanah aset PT. Kereta Api Indonesia Persero berkapasitas sebagai kekayaan negara yang
dipisahkan dan tunduk kepada Undang-Undang Perbendaharaan Negara ICW, Instruksi Presiden RI Nomor 9 Tahun 1970, Keputusan Presiden RI Nomor 16 Tahun
1994 dan peraturan perundangan lainnya mengenai kekayaan negara. Menurut ketentuan hukum perbendaharaan negara, tanah aset PT. Kereta Api
Indonesia Persero baik yang sudah bersertipikat maupun yang belum, tidak boleh dilepaskan kepada pihak ketiga jika tidak ada izin dari Menteri Keuangan terlebih
dahulu. Walaupun tanah aset PT. Kereta Api Indonesia Persero belum bersertipikat atau masih berstatus tanah negara, namun tidak boleh diberikan dengan suatu hak atas
tanah tersebut kepada pihak ketiga, jika tidak ada izin dari Menteri Keuangan.
2.4.2 Penyerahan Tanah Kepada SS Staats Spoorwage
Sebelum dilaksanakan pembangunan jalan kereta api oleh SS, terlebih dahulu telah dilakukan penyerahan penguasaan tanah negara kepada SS. Penyerahan penguasaan
tanah bestemming kepada SS dilakukan berdasarkan ordonansi yang dimuat dalam
Staatsblad Nederlandsch Indie. Setiap lintas jalan kereta api di-bestemming-kan kepada SS dan dimuat dalam Staatsblad masing-masing.
Berdasarkan Staatsblad-Staatsblad tersebut pemerintah telah menyerahkan penguasaan tanah kepada SS. Tanah itu kemudian berada di bawah penguasaan in
beheer pada SS.
39
2.4.3 Grondkaart
Tanah-tanah yang sudah di-bestemming-kan kepada SS lalu diukur, dipetakan dan
diuraikan dalam grondkaart. Pembuatan grondkaart dilakukan menurut teknik geodesi oleh Landmester Petugas Pengukuran Kadaster. Untuk memenuhi legalitas
sesuai dengan peraturan yang berlaku, maka setiap grondkaart disahkan oleh Kepala Kantor Kadaster dan Residen setempat.
Grondkaart menguraikan dan menjelaskan secara kongkrit batas-batas tanah yang
sudah diserahkan kepada SS berdasarkan ordonansi yang dimuat dalam Staatsblad masing-masing. Tanah-tanah yang diuraikan dalam grondkaart tersebut statusnya
adalah tanah negara, namun kualitasnya sudah menjadi kekayaan negara aset SS, sehingga terhadap tanah tersebut berlaku peraturan perundang-undangan
perbendaharaan negara komtabel.
Fungsi Grondkaart
Pengukuran dan pembuatan peta tanah pada umumnya dilakukan oleh Landmester Petugas Pengukuran Kadaster untuk berbagai keperluan, baik untuk keperluan
39
http:aset-tanah-kereta-api.blogspot.de201501tanah-aset-pt-kereta-api-indonesia.html
instansi pemerintah maupun untuk keperluan orang dan badan hukum swasta. Menurut azas hukum yang berlaku pada zaman dahulu sebagai mana termuat dalam
Agrarische Wet Staatsblad 1870 No. 55 dan Agrarisch Besluit Staatsblad 1870 No. 118 terdapat perbedaan fungsi antara gambar atau peta tanah yang dibuat untuk
keperluan instansi pemerinah dengan gambar atau peta tanah yang dibuat untuk keperluan orang atau badan hukum swasta.
Pengukuran dan pemetaan tanah untuk keperluan orang atau badan hukum swasta,
hasilnya disebut Meetbrief terjemahannya Surat Ukur. Fungsi meetbrief adalah sebagai lampiran untuk memohon sesuatu hak atas tanah kepada pemerintah,
misalnya hak eigendom, hak erfpacht atau hak opstal. Meetbrief mempunyai nilai yuridis setelah diterbitkan Surat Keputusan dari Residen tentang pemberian hak
eigendom, hak erfpacht atau hak opstal kepada seseorang atau badan hukum swasta. Di dalam surat keputusan pemberian itu dicantumkan tanggal dan nomor Meetbrief
tadi yang menguraikan bahwa tanah sebagaimana yang diuraikan dalam Meetbrief itulah yang diberikan hak eigendom, hak erfpacht ata hak opstal.
Hak eigendom, hak erfpacht atau hak opstal
40
itu harus didaftarkan pada Kantor Kadaster dan selanjutnya diberi nomor verponding untuk masing-masing bidang
tanah dan untuk masing-masing macam hak. Kepada orang atau badan hukum swasta yang mempunyai hak atas tanah diberikan Acte van Eigendom, Acte van Erfpacht
atau Acte van Opstal sebagai surat tanda bukti hak atas tanah tersebut. Setiap orang
40
www.aset-pertanahan.. ibid
atau badan hukum swasta wajib mempunyai surat tanda bukti hak atas tanah dimaksud. Jadi fungsi Meetbrief adalah sebagai lampiran suat tanda bukti hak atas
tanah. Lain halnya dengan fungsi gambar atau peta tanah yang dibuat untuk keperluan
instansi pemerintah. Pengukuran dan pemetaan tanah untuk keperluan SS, hasilnya disebut grondkaart. Grondkaart itu merupakan hasil final yang tidak perlu
ditindaklanjuti dengan surat keputusan pemberian hak oleh pemerintah. Berdasarkan azas domein dalam hukum agraria sebagaimana yang termuat dalam Agrarische Wet
Staatsblad 1870 No. 55 dan Agrarisch Besluit Staatsblad 1870 No. 118, kepada instansi pemerintah tidak diberikan surat tanda bukti hak atas tanah. Pasal 1 Agrarisch
Besluit mengatur sebagai berikut : Behoudens opvolging van de tweede en derde bepaling der voormelde wet blijft het
beginsel gehanhaafd, dat alle grond, waarop niet door anderen regt van eigendom wordt bewezen, domein van den staat is.
Berdasarkan dengan azas domein tersebut, maka yang diwajibkan untuk mempunyai
surat tanda bukti hak atas tanah hanyalah orang atau badan hukum swasta. Jika orang atau badan hukum swasta tidak dapat menunjukkan surat tanda bukti hak atas tanah,
maka tanah tersebut adalah milik negara. Kewajiban untuk menunjukan surat tanda bukti hak atas tanah tersebut tidak dibebankan kepada instansi pemerintah, oleh
karena kepada instansi pemerintah memang tidak pernah diberikan surat tanda bukti hak atas tanah.
Berdasarkan Staatsblad 1911 No. 110 dan Staatsblad 1940 No. 430 tanah yang sudah di-bestemming-kan itu otomais menjadi aset instansi pemerintah yang bersangkutan.
Berdasarkan azas hukum tersebut di atas, maka kepada SS tidak pernah diberikan surat tanda bukti hak atas tanah.
Tanah-tanah yang sudah di-bestemming-kan kepada SS itu ditindaklanjuti dengan
pembuatan grondkaart. Tanah-tanah yang sudah diuraikan dalam grondkaart itu sudah menjadi kayaan negara, sehingga tidak dapat diberikan kepada pihak lain
sebelum mendapatkan izin dari Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Kekayaan Negara berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang
Perbendaharaan Negara.
2.4.4 Grondkaart di Atas Tanah Hak Eigendom
Tanah milik SS yang diuraikan dalam grondkaart itu, sebelumnya sudah dibebaskan
dari hak pihak lain. Terhadap tanah masyarakat hukum adat diberikan recognitie., sedangkan terhadap tanah hak eigendom milik perorangan atau badan hukum swasta
dibeli terlebih dahulu oleh pemerintah, kemudian dilakukan balik nama sehingga dalam surat hak tanah eigendom tersebut menjadi tertulis atas nama Het
Gouvernement van Nederlandsch Indie. Setelah itu seluruhnya atau sebagian dari tanah hak eigendom tersebut diberikan
kepada SS dan dibuatkan grondkaart, sedangkan hak eigendom yang bersangkutan tidak dimatikan. Itulah sebabnya di wilayah DKI Jakarta ada ditemui grondkaart di
atas tanah hak eigendom atas nama Het Gouvernement van Nederlandsch Indie atau
Negara Republik Indonesia sekarang. Setelah diserahkan pengusaan tanah hak eigendom atas nama Het Gouvernement van Nederlandsch Indie itu kepada SS dan
diuraikan dalam grondkaart itu, maka tanah tersebut menjadi aset SS dan terhadap tanah tersebut berlaku ketentuan komtabel.
2.4.5 Aset SS Otomatis Menjadi Aset DKA
Setelah Proklamasi Kemerdekaan berdirinya Negara Republik Indonesia maka semua
kekayaan Pemerintah Hindia Belanda demi hukum van rechtswege otomatis menjadi kekayaan Negara Republik Indonesia. Sejak terbentuknya Djawatan Kereta
Api Republik Indonesia DKARI pada tanggal 28 September 1945 maka semua aset SS yang diuraikan dalam grondkaart itu otomatis menjadi aset DKARI.
Berdasarkan Pengumuman Menteri Perhubungan Tenaga Kerja dan Pekerjaan Umum
Nomor 2 Tahun 1950 tanggal 6 Januari 1950, dibentuk Djawatan Kereta Api DKA yang berada di bawah naungan Departeman Perhubungan Tenaga Kerja dan
Pekerjaan Umum sehingga aset SS tadi otomatis menjadi aset DKA, selanjutnya menjadi aset PNKA, PJKA, PERUMKA, sekarang PT. Kereta Api Indonesia
Persero.
41
Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1953
diatur bahwa kecuali jika penguasaan atas tanah negara dengan Undang-Undang atau Peraturan lain pada waktu berlakunya Peraturan Pemerintah ini telah diserahkan
41
ibid
kepada Kementerian, Jawatan atau Daerah Swatantra, maka penguasaan tanah negara ada pada Menteri Dalam Negeri.
Ketentuan ini bermakna bahwa semua tanah negara penguasaannya ada pada Menteri
Dalam Negeri, kecuali tanah negara yang sudah diserahkan kepada Kementerian , Jawatan atau Daerah Swatantra sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun 1953 tanggal 24 Januari 1953. Tanah aset SS atau sekarang PT. Kereta Api Indonesia Persero ternyata sudah diserahkan kepada SS
sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1953 dan dilakukan berdasarkan ordonantie yang dimuat dalam Staatsblad Nederlandsch
Indie, sehingga penguasaan tanah itu tidak berada pada Menteri Dalam Negeri, melainkan sudah menjadi kekayaan negara aset PT. Kereta Api Indonesia Persero
yang harus tunduk pada hukum perbendaharaan negara komtabel, sehingga tidak boleh diberikan dengan sesuatu hak atas tanah kepada perorangan atau badan hukum
swasta tanpa memperoleh izin terlebih dahulu dari Menteri Keuangan. Berdasarkan surat Menteri Keuangan Nomor S.11MK.161994 tanggal 24 Januari 1995
ditegaskan bahwa tanah-tanah yang terurai dalam grondkaart dinyatakan sebagai tanah negara yang dipisahkan sebagai aktiva tetap PT.KAI
2.5 Hak Pengelolaan Tanah Negara
Hak pengelolaan menurut R. Atang Ranoemihardja adalah hak atas tanah yang
dikuasia negara dan hanya dapat diberikan kepada badan hukum pemerintah departemen, jawatan, atau daerah swatantra atau pemerintah daerah baik untuk
dipergunakan untuk usaha sendiri maupun untuk kepentingan pihak ketiga.
42
Hak pengelolaan merupakan konversi dari hak penguasaan yang diatur dalam
Peraturan Menteri Agraria No.9 tahun 1965, kemudian diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 5 Tahun 1973 dan rubah kembali dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 5 Tahun 1974 Tentang Ketentuan-Ketentuan Mengenai Penyediaan dan Pemberian Tanah untuk Keperluan Perusahaan dan Peraturan Mentri
Dalam Negeri No 1 Tahun 1977 tentang Tata Cara Permohonaan dan Penyelesaian Pemberiaan Hak atas Tanah Bagian-Bagian Hak Pengelolaan serta pendaftarannya.
43
Hak pengelolaan bukanlah merupakan hak yang diatur dalam UUPA tetapi dijumpai
dalam penjelasan umum UUPA. Hak pengelolaan ini dapat diberikan kepada badan hukum pemerintah atau pemerintah daerah yang dipergunakan untuk usahanya sendiri
maupun untuk kepentingan pihak ketiga. Tahun 1960 Penjelasan Umum II angka 2, menyatakan bahwa dengan berpedoman pada tujuan yang disebutkan di atas negara
dapat memberikan tanah yang dikuasai negara kepada seseorang atau badan hukum dengan sesuatu hak menurut peruntukan dan keperluannya, misalnya hak milik, hak
42
R. Atang Ranoemihardja disadur dalam Ramli Zein, Hak Pengelolaan Dalam Sistem UUPA, Jakarta:Rineka Cipta, 1995, hlm. 53
43
Ramli Zein, Op.Cit., hlm 55-56
guna usaha, hak bangunan, dan hak pakai atau memberikannya dalam pengelolaan kepada suatu badan penguasa departemen, jawatan, atau daerah swatantra untuk
dipergunakan bagi pelaksanaan tugasnya masing-masing Pasal 2 ayat 4.
44
Mengenai hak pengelolaaan atas tanah negara bahwa apabila tanah yang dikuasai
oleh instansi dengan hak penguasaan dipergunakan sendiri untuk kepentingan instansi yang bersangkutan, maka dikonversi menjadi Hak Pakai sebagimana dimaksudkan
dalam UUPA yang berlangsung selama tanah tersebut dipergunakan untuk keperluan itu oleh instansi yang bersangkutan. Akan tetapi apabila selain dipergunakan untuk
kepentingan instansi, dimaksud juga untuk dapat diberikan dengan sesuatu hak kepada pihak ketiga, maka hak penguasaan tersebut dikonversi menjadi Hak
Pengelolaan, yang berlangsung selama tanah tersebut dipergunakan untuk keperluan itu oleh instansi yang bersangkutan.
Pasal 6 Peraturan Menteri Agraria No. 9 tahun 1965 tentang Pelaksanaan Konversi
Hak Penguasaan Atas Tanah Negara dan Ketentuan-Ketentuan Tentang Kebijaksanaan Selanjutnya, memberikan kewenangan kepada pemegangnya untuk:
1 Merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah yang bersangkutan.
2 Menggunakan tanah tersebut untuk keperluan pelaksanaan tugasnya
3 Menyerahkan bagian-bagian dari tanah itu kepada pihak ketiga dengan hak pakai
yang berjangka waktu 6 tahun. 4
Menerima uang pemasukan danatau uang wajib tahunan.
44
Boedi Harsono, Op.Cit., hlm.578
Berpedoman pada Pasal 2 UUPA No 5 Tahun 1960 maka objek dari hak pengelolaan seperti juga hak-hak atas tanah lainnya adalah tanah yang dikuasai oleh negara. Hal
ini sesuai dengan Peraturan Mentri Dalam Negeri No. 5 Tahun 1974 jo. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 1 Tahun 1977.
45
sedangkan subjek dari hak pengelolaan menurut UUPA No 5 Tahun 1960 Pasal 2 ayat 4 adalah daerah-daerah swatantra
dan masyarakat-masyarakat hukum adat, kemudian di dalam penjelasan umum II angka 2dijelaskan subjek hak pengelolaan adalah Badan penguasa yang berupa
departemen, jawatan atau daerah swatantra.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 1 Tahun 1977 tentang Tata Cara Permohonan dan Penyelesaian Pemberian Hak Atas Bagian-Bagian Tanah Hak Pengelolaan Serta
Pendaftaranya .Pasal 2,5,7 dan Pasal 11, menyebutkan subjek Hak Pengelolaan yaitu pemerintah daerah, lembaga , instansi, dan atau badanbadan hukum milik pemerintah
atau pemerintah daerah untuk pembangunan, pengembangan wilayah pemukiman, wilayah industri dan pariwisata, instansi pemerintah atau badanbadan hukum
Indonesia yang seluruh modalnya dimiliki oleh pemerintah atau pemerintah daerah yang bergerak dalam kegiatan kegiatan usaha sejenis dengan perusahaan industri dan
pelabuhan.
46
Dengan Demikian maka sifat-sifat Hak Pengelolaan adalah : 1
Hak pengusaan atas tanah Negara. 2
Untuk dipergunakan sendiri oleh si pemegang dan sebagaian atas tanah tersebut diberikan kepada pihak ketiga sesuatu hak
45
Ibid., hal.63
46
Ibid., hal.64-66