47
Makalah: TEORI KONSELING, Sunardi, Permanarian, M. Assjari, PLB FIP UPI, 2008
sebagai kelompok, tetapi lebih sebagai produk dari hasil interaksi dinamis dari keluarga tersebut. Ketika orang bergabung dalam suatu kelompok,
proses akan terjadi dan selain merefleksikan kepribadian individual, juga merefleksikan pola-pola interaksi kolektif. Perilaku anak adalah hasil
proses interaksi dinamis antara anak dengan keluarganya. Munculnya pendekatan konseling keluarga diilhami adanya perubahan dalam
memandang proses komunikasi, dari isi ke proses. Isi adalah bahasa dari kausalitas linier, sedang proses adalah bahasa dinamika sirkuler, yang
berarti bahasa sebagai proses komunikasi adalah media umpan balik dalam sibernetik sistem keluarga, yang di dalamnya ada pengolahan informasi
untuk dijadikan sebagai umpan balik.
2. Tujuan konseling
Anak berkebutuhan khusus adalah bagian tak terpisahkan dari lingkungan sosialnya, terutama keluarga sebagai ”mini soscial system”.
Atas dasar ini munculnya permasalahan yang dihadapi anak lebih dimaknai sebagai cermin adanya diskordan, disharmoni, lack of balance, disparity,
atau gap dalam sistem keluarga. Ada kesenjangan antara harapan keluarga dengan anak atau adanya
“failure to match” antara anak dengan sistem.
Tujuan utama konseling keluarga adalah terjadinya perubahan perilaku pada anak. Namun karena keluarga adalah sistem, maka
keberhasilan perubahan perilaku sebagai tujuan konseling terikat pada terjadinya keselarasan dan keserasian dari berfungsinya atau bekerjanya
seluruh variabel-veriabel dalam sistem keluarga dalam membentuk relasi dan interaksi secara harmonis. Tidak semata-mata ditentukan konselor
atau kliennya sendiri, tetapi tergantung pada banyak sisi, yaitu keseluruhan unsur yang terlibat dalam proses konseling itu sendiri, termasuk masukan
lingkungan maupun instrumental, situasi bimbingan, relasi yang dikembangkan, maupun perubahan-perubahan perilaku yang diharapkan
terjadi.
Dengan kata lain tujuan konseling keluarga adalah bagaimana membuat keluarga sebagai sistem dapat bekerja secara konkordan,
dinamis, seimbang, serasi, dan harmonis yang puncaknya tanpa harus melalui intervensi, sehingga mampu memberikan kemudahan bagi anak
untuk merubah perilakunya. Sedangkan agar sistem itu bekerja, dapat dilakukan dengan meningkatkan keberfungsian beberapa bagian dari
keluarga sebagai sistem. Diasumsikan bahwa peningkatan dalam beberapa bagian dari keluarga sebagai sistem dapat bermanfaat untuk seluruh
sistem.
Berdasarkan hal di atas, dalam konseling pada anak berkebutuhan khusus, tujuan konseling keluarga harus fokus kepada upaya memberikan
kemudahan, fokus intervensi pada sistem atau sub sistem dari keluarga, dan dengan target utamanya fokus kepada terjadinya keserasian relasi
antara anak dengan keluarga lingkungannya.
48
Makalah: TEORI KONSELING, Sunardi, Permanarian, M. Assjari, PLB FIP UPI, 2008
3. Fungsi dan peran konselor