Mempelajari Penggunaan Kromatografi Kolom untuk Deklorofilasi Ekstrak Antioksidan Daun Sirih Hijau (Piper betle Linn.)

MEMPELAJARI PENGGUNAAN KROMATOGRAFI KOLOM
UNTUK DEKLOROFILASI EKSTRAK ANTIOKSIDAN
DAUN SlRlH HlJAU (Piper betle Linn.)

Oleh
SOFHlANl DEW1
F 31 .I700

1998

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

'

Dan dibumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan dan
kebun-kebun anggur, tanam-tanaman dan pohon kurma yang
bercabang dan tidak bercabang, disiramidengan air yang sama, Kami
melebihkan sebahagianfanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain
tentang rasa (dan bentuknya). ses";ngguhnya pada yang demikian itu

terdapat tanda-tanda (kekuasaan AL
i kaum ~ a n gberfikir"
(Q.S.Ar-Ra'd :4)

-7

id

Sofhiani Dewi. F 31.1700. Mempelajari Penggunaan Kromatografi Kolom untuk
Deklorofilasi Ekstrak Antioksidan Daun Sirih Hijau (Piper betle Linn.). Dibawah
bimbingan Nuri Andarwulan dan Anton Apriyantono.
RINGKASAN
Daun sirih telah diketahui mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi
sumber antioksidan alami. Hal ini didasarkan pada beberapa penelitian yang
menunjukkan bahwa ekstrak antioksidan daun sirih rnempunyai aktivitas antioksidasi
yang lebih tinggi dari BHA pada konsentrasi 200 ppm (Cahyono, 1995). Akan tetapi,
ekstrak ini mempunyai warna yang hijau pekat. Warna ini diduga berasal dari klorofil
yang ikut terekstrak. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan deklorofilasi
(penghilangan klorofil) dari ekstrak dengan menggunakan kromatografi kolom
sehingga didapat ekstrak yang tidak berwarna dan tetap mempunyai aktivitas

antioksidasi yang tinggi.
Penelitian terdiri dari empat tahap yaitu tahap pembuatan ekstrak
antioksidan daun sirih yang terdiri dari pengeringan daun sirih dengan cabinet dryer,
penepungan, pengurangan bau dengan distilasi uap yang kemudian dikeringkan
dengan freeze dryer dan ekstraksi dengan etanol absolut. Tahap kedua adalah
deklorofilasi dengan menggunakan Solid Phase Extraction (SPE). Kolom yang
digunakan adalah Supelclean kapasitas 3 ml (Supelco), dengan panjang kolom 2 crn
(panjang tabung 6.5 cm). diameter 0,9 cm dan berat fase diam 500 mg. Pada tahap
ini dilakukan pemisahan dengan menggunakan tiga mode pemisahan yaitu adsorpsi
dengan adsorben silika gel , pertukaran ion dengan resin penukar ion NH2dan mode
pemisahan partisi dengan fase diam C-18. Tahap selanjutnya adalah optimasi
pelarut terhadap mode pemisahan terbaik, berdasarkan persen fenolik tertinggi dan
persen klorofil terendah pada eluat yang dihasilkan. Tahap akhir pada penelitian ini.
dilakukan penentuan kapasitas ekstraksi untuk mengetahui volume ekstrak optimum
yang masih dapat dilakukan pemisahan yang baik dengan menggunakan 1 g fase
diam. Pengamatan dilakukan terhadap ekstrak sebelum dan sesudah deklorofilasi
yang meliputi total fenolik, rendemen, total padatan, kadar klorofil a dan b, aktivitas
antioksidan dan kadar Fe.
Ekstrak yang diperoleh mempunyai rendemen 11.6%. total fenolik sebesar
11.8 mg/ml(49.2 mglg tepung daun sirih). total padatan 2.7% dan kadar Fe sebesar

341.8 ppm, sedangkan kandungan klorofil a dan b masing-masing sebesar 263
rngll (0.7 mglg tepung daun sirih) dan 4,l mgll (0.1 rnglg tepung daun sirih).
Pemisahan menggunakan mode pemisahan adsorpsi dengan adsorben
silika gel menghasilkan fraksi yang berwarna hijau dan tidak berwarna. Pernisahan
dengan menggunakan metilen klorida sebagai conditioning solvent, etil asetat
sebagai pelarut untuk mengelusi klorofil dan aseton 80% untuk mengelusi fenolik.
menghasilkan pemisahan yang tidak baik, karena pada fraksi ke- 1, 2 dan 3 berisi
eluat berwarna hijau yang tinggi kandungan klorofil dan fenoliknya, sedangkan eluat
pada fraksi ke-4 dan seterusnya, tidak berwarna dan mengandung komponen fenolik
dan klorofil yang rendah (berdasarkan nilai absorbansi pada A 280 nm untuk fenolik
dan l. 663 dan 645 nm untuk klorofil). Penggunaan metanol absolut sebagai
conditioning solvent, aseton 80% sebagai pelarut untuk mengelusi klorofil dan
pelarut etanol absolut untuk mengelusi fenolik, menghasilkan pemisahan yang lebih

baik berdasarkan nilai absorbansi. Eluat pada fraksi 1 dan 2 (pelarut aseton 80%)
berwarna hijau dengan nilai absorbansi tinggi pada h 663 dan 645 nrn untuk klorofil,
sedangkan pada fraksi ke 3 dan seterusnya (pelarut etanol) rnenghasilkan eluat
tidak bewarna dengan nilai absorbansi tinggi pada h 280 nrn untuk fenolik, dirnana
masing-masing fraksi berisi 1 rnl eluat. Pada fraksi tidak berwarna, berdasarkan uji
total fenolik, total fenoliknya negatif (nol), sedangkan pada fraksi berwarna hijau

terdapat fenolik sebesar 0.07 mglrnl atau sebesar 45 % dari total fenolik yang rnasuk
ke kolorn. Kornponen fenolik lainnya diduga rnasih teradsorpsi pada silika gel.
Penggunaan mode pernisahan pertukaran ion dilakukan dengan dua
perlakuan yaitu dengan pernbasaan sarnpel dan tanpa pernbasaan sarnpel.
Pembasaan sarnpel dapat mernperkuat penahanan klorofil dalarn kolorn, sehingga
didapat filtrat yang tidak berwarna dari fraksi awal hingga akhir. Akan tetapi, total
fenoliknya kecil sekali, sehingga tidak dapat diukur (negatif).
Mode pernisahan partisi dengan fase diarn C-18 rnenghasilkan eluat yang
berwarna hijau sejak fraksi pertama, ketika dielusi oleh pelarut metanol absolut.
Akan tetapi, ketika digunakan etanol 75% sebagai eluen, eluat pada fraksi 1 dan 2
tidak berwarna, sedangkan eluat pada fraksi ke-3 hingga 7 berwarna kehijauan.
Seluruh fraksi yang didapat disatukan dan ditepatkan rnenjadi 25 ml dengan etanol
75%. Nilai fenolik terekstrak sebesar 88,2%. sedangkan klorofil a dan b yang
terekstrak. masing-masing sebesar 15% dan 100%. Hal ini rnenunjukkan bahwa
mode pernisahan terbaik yang dapat digunakan untuk deklorofilasi ekstrak
antioksidan daun sirih adalah mode pernisahan partisi dengan fase diarn C-18.
Selanjutnya dilakukan optirnasi pelarut untuk rnendapatkan pernisahan
yang lebih baik lagi. Penggunaan carnpuran 3 pelarut yaitu metanol, asetonitril dan
air dengan perbandingan 40:40:20 (vlv), rnenghasilkan pernisahan yang lebih baik
setelah dielusi hingga diperoleh 24 ml eluat. Klorofil rnulai keluar pada fraksi ke-8

hingga fraksi ke-15, sedangkan kornponen fenolik tinggi pada fraksi ke-1 hingga
fraksi ke-4. Berdasarkan pengujian secara kuantitatif didapat fenolik terekstrak
sebesar 88,7%. sedangkan klorofil a dan b terekstrak adalah 14.7% dan 100%.
Penentuan kapasitas ekstraksi suatu kolom. dilakukan dengan
rnenarnbahkan 0,2; 0.4 dan 0.6 rnl ekstrak antioksidan daun sirih pada kolorn yang
berisi 1 g Ultron C18 (Shinwa Kakonyo Ltd.), kernudian dielusi dengan campuran
rnetanol : asetonitril : air = 40 : 40 :20 (vlv) sebanyak 25 ml. Hasil yang didapatkan
rnenunjukkan bahwa 1 g Ultron C-18 (Shinwa Kakonyo Ltd.) dapat digunakan
maksirnum untuk deklorofilasi ekstrak daun sirih sebanyak 0.4 rnl.
Aktivitas antioksidan ekstrak daun sirih yang dihasilkan lebih tinggi dari BHA
yang dinyatakan dalarn periode induksi dan faktor protektif. Periode induksi ekstrak
antioksidan daun sirih sebelurn deklorofilasi adalah 92 hari, dengan faktor protektif
16,4, sedangkan BHA rnernpunyai periode induksi 48 hari dengan faktor protektif
8,6. Perlakuan deklorofilasi, dapat mernpertinggi nilai periode induksi (155 hari) dan
nilai faktor protektif (27,7) atau sebesar 1.7 kali dibandingkan ekstrak sebelurn
deklorofilasi. Hal ini rnenunjukkan adanya klorofil dalam ekstrak berpengaruh
terhadap aktivitas antioksidan ekstrak antioksidan daun sirih.

MEMPELAJARI PENGGUNAAN KROMATOGRAFI KOLOM
UNTUK DEKLOROFILASI EKSTRAK ANTlOKSlDAN

DAUN SlRlH HIJAU (Piper betle, Linn.)

Oleh
SOFHlANl DEW1

F 31.1700

SKRlPSl
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi
Fakultas Teknologi Pertanian
lnstitut Pertanian Bogor

1998
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

 
 
 

 
 
 
 
L A M P I R A N 
 

MEMPELAJARI PENGGUNAAN KROMATOGRAFI KOLOM
UNTUK DEKLOROFILASI EKSTRAK ANTIOKSIDAN
DAUN SlRlH HlJAU (Piper betle Linn.)

Oleh
SOFHlANl DEW1
F 31 .I700

1998

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR


'

Dan dibumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan dan
kebun-kebun anggur, tanam-tanaman dan pohon kurma yang
bercabang dan tidak bercabang, disiramidengan air yang sama, Kami
melebihkan sebahagianfanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain
tentang rasa (dan bentuknya). ses";ngguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda (kekuasaan AL
i kaum ~ a n gberfikir"
(Q.S.Ar-Ra'd :4)

-7

id

Sofhiani Dewi. F 31.1700. Mempelajari Penggunaan Kromatografi Kolom untuk
Deklorofilasi Ekstrak Antioksidan Daun Sirih Hijau (Piper betle Linn.). Dibawah
bimbingan Nuri Andarwulan dan Anton Apriyantono.
RINGKASAN

Daun sirih telah diketahui mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi
sumber antioksidan alami. Hal ini didasarkan pada beberapa penelitian yang
menunjukkan bahwa ekstrak antioksidan daun sirih rnempunyai aktivitas antioksidasi
yang lebih tinggi dari BHA pada konsentrasi 200 ppm (Cahyono, 1995). Akan tetapi,
ekstrak ini mempunyai warna yang hijau pekat. Warna ini diduga berasal dari klorofil
yang ikut terekstrak. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan deklorofilasi
(penghilangan klorofil) dari ekstrak dengan menggunakan kromatografi kolom
sehingga didapat ekstrak yang tidak berwarna dan tetap mempunyai aktivitas
antioksidasi yang tinggi.
Penelitian terdiri dari empat tahap yaitu tahap pembuatan ekstrak
antioksidan daun sirih yang terdiri dari pengeringan daun sirih dengan cabinet dryer,
penepungan, pengurangan bau dengan distilasi uap yang kemudian dikeringkan
dengan freeze dryer dan ekstraksi dengan etanol absolut. Tahap kedua adalah
deklorofilasi dengan menggunakan Solid Phase Extraction (SPE). Kolom yang
digunakan adalah Supelclean kapasitas 3 ml (Supelco), dengan panjang kolom 2 crn
(panjang tabung 6.5 cm). diameter 0,9 cm dan berat fase diam 500 mg. Pada tahap
ini dilakukan pemisahan dengan menggunakan tiga mode pemisahan yaitu adsorpsi
dengan adsorben silika gel , pertukaran ion dengan resin penukar ion NH2dan mode
pemisahan partisi dengan fase diam C-18. Tahap selanjutnya adalah optimasi
pelarut terhadap mode pemisahan terbaik, berdasarkan persen fenolik tertinggi dan

persen klorofil terendah pada eluat yang dihasilkan. Tahap akhir pada penelitian ini.
dilakukan penentuan kapasitas ekstraksi untuk mengetahui volume ekstrak optimum
yang masih dapat dilakukan pemisahan yang baik dengan menggunakan 1 g fase
diam. Pengamatan dilakukan terhadap ekstrak sebelum dan sesudah deklorofilasi
yang meliputi total fenolik, rendemen, total padatan, kadar klorofil a dan b, aktivitas
antioksidan dan kadar Fe.
Ekstrak yang diperoleh mempunyai rendemen 11.6%. total fenolik sebesar
11.8 mg/ml(49.2 mglg tepung daun sirih). total padatan 2.7% dan kadar Fe sebesar
341.8 ppm, sedangkan kandungan klorofil a dan b masing-masing sebesar 263
rngll (0.7 mglg tepung daun sirih) dan 4,l mgll (0.1 rnglg tepung daun sirih).
Pemisahan menggunakan mode pemisahan adsorpsi dengan adsorben
silika gel menghasilkan fraksi yang berwarna hijau dan tidak berwarna. Pernisahan
dengan menggunakan metilen klorida sebagai conditioning solvent, etil asetat
sebagai pelarut untuk mengelusi klorofil dan aseton 80% untuk mengelusi fenolik.
menghasilkan pemisahan yang tidak baik, karena pada fraksi ke- 1, 2 dan 3 berisi
eluat berwarna hijau yang tinggi kandungan klorofil dan fenoliknya, sedangkan eluat
pada fraksi ke-4 dan seterusnya, tidak berwarna dan mengandung komponen fenolik
dan klorofil yang rendah (berdasarkan nilai absorbansi pada A 280 nm untuk fenolik
dan l. 663 dan 645 nm untuk klorofil). Penggunaan metanol absolut sebagai
conditioning solvent, aseton 80% sebagai pelarut untuk mengelusi klorofil dan

pelarut etanol absolut untuk mengelusi fenolik, menghasilkan pemisahan yang lebih

baik berdasarkan nilai absorbansi. Eluat pada fraksi 1 dan 2 (pelarut aseton 80%)
berwarna hijau dengan nilai absorbansi tinggi pada h 663 dan 645 nrn untuk klorofil,
sedangkan pada fraksi ke 3 dan seterusnya (pelarut etanol) rnenghasilkan eluat
tidak bewarna dengan nilai absorbansi tinggi pada h 280 nrn untuk fenolik, dirnana
masing-masing fraksi berisi 1 rnl eluat. Pada fraksi tidak berwarna, berdasarkan uji
total fenolik, total fenoliknya negatif (nol), sedangkan pada fraksi berwarna hijau
terdapat fenolik sebesar 0.07 mglrnl atau sebesar 45 % dari total fenolik yang rnasuk
ke kolorn. Kornponen fenolik lainnya diduga rnasih teradsorpsi pada silika gel.
Penggunaan mode pernisahan pertukaran ion dilakukan dengan dua
perlakuan yaitu dengan pernbasaan sarnpel dan tanpa pernbasaan sarnpel.
Pembasaan sarnpel dapat mernperkuat penahanan klorofil dalarn kolorn, sehingga
didapat filtrat yang tidak berwarna dari fraksi awal hingga akhir. Akan tetapi, total
fenoliknya kecil sekali, sehingga tidak dapat diukur (negatif).
Mode pernisahan partisi dengan fase diarn C-18 rnenghasilkan eluat yang
berwarna hijau sejak fraksi pertama, ketika dielusi oleh pelarut metanol absolut.
Akan tetapi, ketika digunakan etanol 75% sebagai eluen, eluat pada fraksi 1 dan 2
tidak berwarna, sedangkan eluat pada fraksi ke-3 hingga 7 berwarna kehijauan.
Seluruh fraksi yang didapat disatukan dan ditepatkan rnenjadi 25 ml dengan etanol
75%. Nilai fenolik terekstrak sebesar 88,2%. sedangkan klorofil a dan b yang
terekstrak. masing-masing sebesar 15% dan 100%. Hal ini rnenunjukkan bahwa
mode pernisahan terbaik yang dapat digunakan untuk deklorofilasi ekstrak
antioksidan daun sirih adalah mode pernisahan partisi dengan fase diarn C-18.
Selanjutnya dilakukan optirnasi pelarut untuk rnendapatkan pernisahan
yang lebih baik lagi. Penggunaan carnpuran 3 pelarut yaitu metanol, asetonitril dan
air dengan perbandingan 40:40:20 (vlv), rnenghasilkan pernisahan yang lebih baik
setelah dielusi hingga diperoleh 24 ml eluat. Klorofil rnulai keluar pada fraksi ke-8
hingga fraksi ke-15, sedangkan kornponen fenolik tinggi pada fraksi ke-1 hingga
fraksi ke-4. Berdasarkan pengujian secara kuantitatif didapat fenolik terekstrak
sebesar 88,7%. sedangkan klorofil a dan b terekstrak adalah 14.7% dan 100%.
Penentuan kapasitas ekstraksi suatu kolom. dilakukan dengan
rnenarnbahkan 0,2; 0.4 dan 0.6 rnl ekstrak antioksidan daun sirih pada kolorn yang
berisi 1 g Ultron C18 (Shinwa Kakonyo Ltd.), kernudian dielusi dengan campuran
rnetanol : asetonitril : air = 40 : 40 :20 (vlv) sebanyak 25 ml. Hasil yang didapatkan
rnenunjukkan bahwa 1 g Ultron C-18 (Shinwa Kakonyo Ltd.) dapat digunakan
maksirnum untuk deklorofilasi ekstrak daun sirih sebanyak 0.4 rnl.
Aktivitas antioksidan ekstrak daun sirih yang dihasilkan lebih tinggi dari BHA
yang dinyatakan dalarn periode induksi dan faktor protektif. Periode induksi ekstrak
antioksidan daun sirih sebelurn deklorofilasi adalah 92 hari, dengan faktor protektif
16,4, sedangkan BHA rnernpunyai periode induksi 48 hari dengan faktor protektif
8,6. Perlakuan deklorofilasi, dapat mernpertinggi nilai periode induksi (155 hari) dan
nilai faktor protektif (27,7) atau sebesar 1.7 kali dibandingkan ekstrak sebelurn
deklorofilasi. Hal ini rnenunjukkan adanya klorofil dalam ekstrak berpengaruh
terhadap aktivitas antioksidan ekstrak antioksidan daun sirih.

MEMPELAJARI PENGGUNAAN KROMATOGRAFI KOLOM
UNTUK DEKLOROFILASI EKSTRAK ANTlOKSlDAN
DAUN SlRlH HIJAU (Piper betle, Linn.)

Oleh
SOFHlANl DEW1

F 31.1700

SKRlPSl
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi
Fakultas Teknologi Pertanian
lnstitut Pertanian Bogor

1998
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN