Strategi Redaksi Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara Biro Bandung Terhadap Aktivitas Penyajian Berita Bagi Wartawannya

(1)

iv

Irfan Firgiawan NIM: 41806059

Pembimbing:

Desayu Eka Surya S.Sos, M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana strategi redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat terhadap aktualitas penyajian berita bagi wartawannya. Untuk menjawab nilai diatas, maka peneliti mengangkat indikator taktik rencana, tujuan dan rangkaian tindakan untuk mengukur strategi (var. X), dan peneliti mengangkat indikator aktualitas kalender, aktualitas waktu dan aktualitas masalah untuk mengukur aktualitas penyajian berita (var. Y).

Tipe penelitian ini adalah kuantitatif. Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode Survey dengan tekhnik analisis Korelasional. Sebagian besar data dikumpulkan melalui wawancara dan angket, serta didukung oleh studi literatur. Unit samplingnya adalah seluruh wartawan LKBN Antara Biro Jawa Barat, maka diperoleh sampel sebanyak 9 orang. Tekhnik sampling yang digunakan adalah total sampling yaitu pengambilan sampel secara total dikarenakan sampel berada di bawah angka 100. Sebelum dilakukan penyebaran angket, peneliti terlebih dahulu melakukan uji validitas dan reliabilitas pada setiap item pertanyaan yang ada dalam angket dengan menggunakan program SPSS 17.0. Data yang diperoleh dari hasil penyebaran angket, diberi skor, dianalisa dan diolah dengan menggunakan Skala Kaplan dan Koefisien Korelasi Jenjang Spearman (The Spearman Rank Order Correlation Coefficien, Rs) pada program SPSS 17.0.

Hasil penelitian menunjukan Taktik Rencana redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat terhadap aktualitas penyajian berita wartawannya memperoleh nilai korelasi cukup berarti, positif, dan tidak signifikan, Tujuan redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat terhadap aktualitas penyajian berita wartawannya memperoleh nilai korelasi cukup berarti, positif, dan tidak signifikan, Rangkaian Tindakan Redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat terhadap aktualitas penyajian berita wartawannya memperoleh nilai korelasi cukup berarti, positif, dan tidak signifikan. Untuk indikator Strategi (var. X). Sedangkan untuk indikator Aktualitas (var.Y) Strategi redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat terhadap Aktualitas Kalender penyajian berita wartawannya memperoleh nilai korelasi cukup berarti, positif, dan tidak signifikan, Strategi redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat terhadap aktualitas waktu penyajian berita wartawannya memperoleh nilai korelasi cukup berarti, positif, dan tidak signifikan, Strategi Redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat terhadap aktualitas masalah penyajian berita wartawannya memperoleh nilai korelasi cukup berarti, positif, dan tidak signifikan.

Kesimpulan penelitian menunjukkan Strategi Redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat terhadap aktualitas penyajian berita wartawannya memperoleh nilai korelasi hubungan yang tinggi, positif, dan signifikan.

Saran penelitian Redaksi agar lebih memperhatikan penunjang kerja misalnya dalam bentuk fasilitas wartawan seperti alat perekam suara atau handphone yang dapat mengirim email agar bisa dapat langsung mengirim berita ke pusat. sehingga wartawan akan lebih efektif dan bersemangat dalam berkerja. Serta akan lebih produktif dalam kinerjanya sehingga dapat menghasilkan aktualitas penyajian berita yang baik.


(2)

v

Irfan Firgiawan NIM: 41806059

Counselor:

Desayu Eka Surya S.Sos, M.Si

This study aims to identify the editorial strategy LKBN Antara Bureau of West Java on the actuality of the presentation of news for journalists. To answer the above, the researchers plan to lift indicator tactics, goals and strategies of action to measure (var. X), and researchers raised indicator calendar actuality, the actuality of the time and the actuality of the problem of measuring the actuality of presenting the news (var. Y).

This research type is quantitative. While research method used is survey method with the correlation analysis technique. Most of the data collected through interviews and questionnaires, and also supported by literature study. Sampling unit is the whole journalist LKBN Antara Bureau of West Java, then obtained a sample of nine people. The sampling technique used is total sampling that is due to sampling the total sample were under number 100. Prior to conducting the questionnaire, the researchers first to test the validity and reliability on each item in the questionnaire question by using SPSS 17.0. Data obtained from the questionnaire, given score, analyzed and processed using Kaplan Scale and Spearman Rank Correlation Coefficient (The Spearman Rank Order Correlation Coefficien, Rs) in SPSS 17.0.

The results showed Tactics editorial Plan LKBN Antara Bureau of West Java, on the actuality of presenting the news reporter obtained a significant correlation values, positive, and not significant, objective editorial LKBN Antara Bureau of West Java, the Bureau of the actuality of presenting the news reporter obtained a significant correlation values, positive, and not significant, series editor LKBN Actions Antara Bureau of West Java, the Bureau of the actuality of presenting the news reporter obtained a significant correlation values, positive, and not significant. For indicator Strategy (var. X). While for the topicality indicator (var.Y) LKBN editorial Strategy Antara Bureau of West Java, the Bureau of actuality Calendar presenting the news reporter obtained a significant correlation values, positive, and not significant, the editorial strategy LKBN Antara Bureau of West Java, the Bureau of actuality when presenting the news reporter obtained a correlation value significant, positive, and not significant, Strategy News Bureau LKBN Antara Bureau of West Java against the actuality of a problem presenting the news reporter obtained a significant correlation values, positive, and not significant.

Conclusion The study showed Editorial Strategy LKBN Between West Java, the Bureau of the actuality of presenting the news reporter obtained a high correlation values and positive and significant.

Editorial suggestions for further research attention to the motivation to support such work in the form of facilities such as journalists voice recorder or a cell phone can send an email to be able to send news directly to the center. so that journalists would be more effective and vibrant work. And be more productive in their performance which can lead to the actuality of presenting the good news.


(3)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Berubahnya tuntutan zaman yang kini lebih mengarah kepada dunia teknologi informasi komunikasi membuka sebuah gaya hidup atau cara kerja yang baru. Kebutuhan arus informasi yang cepat sangat membantu dalam gaya hidup manusia saat ini yang dituntut untuk selalu mengetahui informasi atau berita tentang keadaan disekitarnya. Kebutuhan akan berita yang baru merupakan salah satu kebutuhan utama dalam mendapatkan informasi dan berita tersebut, sehingga dalam penyajian sebuah berita tidak dapat dipisahkan dari nilai aktualitas berita.

Aktual artinya baru atau hangat-hangatnya sebuah kabar. Berita yang aktual atau baru lebih menarik perhatian pemirsa dari pada berita yang sudah agak lama atau berita basi. Untuk itulah seorang jurnalis harus mengejar dan menyajikan berita yang aktual. Bagaimana mengukur aktualitas tersebut. Aktual atau kebaruan sebuah berita dapat di ukur dari jarak terjadinya sebuah peristiwa atau dikemukakannya sebuah pendapat yang berhubungan dengan berita dengan waktu penyiarannya. Semakin cepat peristiwa atau pendapat tersebut disiarkan, semakin aktual berita tersebut. Sebaliknya semakin lama berita tersebut disiarkan maka berita itu akan menjadi basi.

Aktualitas sendiri bisa dipahami dalam dua hal: Pertama, tidak teragenda. Masalah aktual seperti ini yang berkaitan dengan kejadian yang ada di tengah-tengah masyarakat, seperti dengan terjadinya kasus


(4)

(1)

http://yudhosaja.blogspot.com/2009/07/teori-komunikasi-massa-studi-deskriptif.html 5 Mei 2010, 21:15

bom, kasus narkoba, kekeringan, wabah penyakit, banjir besar, banyaknya demostrasi. kenaikan harga BBM dan sebagainya.

Kedua, aktual teragenda. Aktualitas ini berkaitan dengan adanya hari-hari tertentu, seperti hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, Isra Mi’raj atau hari-hari Nasional dan dunia yang monumental.

Peneliti memahami bahwa pola kehidupan masyarakat yang semakin modern tidak lepas dari semakin canggihnya penerapan teknologi dalam komunikasi massa. Informasi bagi masyarakat maju merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari. Informasi aktual, pendidikan, hiburan, bisnis dan kebudayaan dewasa ini dapat dengan mudahnya diterima masyarakat dengan memanfaatkan teknologi komunikasi massa.

Kenyataan ini menempatkan kegiatan dibidang penyebaran informasi mempunyai arti yang sangat penting. Apa pun bentuknya, komunikasi massa akan terus menerus berperan penting dalam kehidupan kita. Komunikasi massa menjadi mata dan telinga bagi masyarakat. Komunikasi massa memberikan sarana bagi masyarakat untuk mengambil keputusan dan membentuk opini kolektif yang bisa digunakan untuk bisa lebih memahami diri mereka sendiri dan dapat mengembangkan nilai-nilai dalam masyarakat.

Pengertian komunikasi massa menurut Pool (1973) mendefinisikan bahwa komunikasi yang berlangsung dalam situasi interposed ketika antara sumber dan penerima tidak terjadi kontak secara langsung, pesan-pesan komunikasi mengalir kepada penerima melalui saluran-saluran media massa, seperti surat kabar, majalah, radio, film atau televisi. (1)


(5)

(2)

http://www.antara.net.id/index.php/id/ l 5 Mei 2010, 21:25

Penulis memahami bahwa media massa merupakan sarana penunjang berlangsungnya proses komunikasi massa. Oleh karena itu, kebutuhan adanya media massa sudah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bermasyarakat dikarenakan proses terjadinya komunikasi massa membutuhkan bantuan saluran atau media, yakni alat atau wahana yang digunakan sumber komunikasi (komunikator) untuk menyampaikan informasinya kepada khalayak (komunikan) dalam bentuk berita.

Salah satu Kantor Berita yang bergerak dibidang komunikasi massa dan menjadi tolak ukur perkembangan media massa di Indonesia sekarang ini adalah LKBN Antara Biro Jawa Barat. Keberadaan Antaradi Bandung sejak tahun 1939 yang digerakan dua orang koresponden Achmad Zainoen Palindih dan Syarif Sulaeman yang bekerja membuat berita tanpa fasilitas termasuk kantor. Untuk pengiriman berita, kedua koresponden harus mau mencari tahu siapa ada diantara saudara, kerabat ataupun kenalan yang mau berangkat ke Jakarta untuk menitipkan naskah berita ke kantor pusat Antara. (2)

Antara merupakan kantor berita nasional yang telah selama 70 tahun berkiprah sebagai penyedia informasi di Indonesia. Pada 2007 kantor berita tersebut meluncurkan visi baru yaitu menjadi kantor berita berkelas dunia, salah satu yang terbaik di Asia Pasifik, untuk mewujudkan masyarakat berbasis pengetahuan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI.2002) dikemukakan berita adalah cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Kalau hanya pengertian ini yang jadikan sebagai batasan berita, tentu akan timbul


(6)

pertanyaan. Laporan kejadian apa ? peristiwa yang hangat bagaimana ? Apakah setiap kejadian yang menarik dan berguna untuk disiarkan? Sebagai contoh: Anda terjatuh dan mengalami luka-luka, ini sebuah kejadian, apakah kejadian ini menarik dan berguna bagi pemirsa jika disiarkan ? Tentu tidak ! Kejadian hanya menarik dan berguna bagi keluarga, rekan, atau pacar anda.

Eric C Hepwood (1996) mengemukakan, berita adalah laporan pertama dari kejadian yang penting hingga dapat menarik perhatian umum. Definisi ini mengungkapkan tiga unsur berita yakni aktual, penting dan menarik. Persoalannya adalah apakah berita hanya bersumber pada sebuah kejadian, bagaimana dengan pernyataan manusia mengenai masalah-masalah aktual.

Sementara itu pakar komunikasi lainnya seperti JB Wahyudi mengemukakan, berita adalah laporan tentang peristiwa atau pendapat yang memiliki nilai penting, menarik bagi sebagian khalayak, masih baru dan dipublikasikan secara luas melalui media massa periodik. Peristiwa atau pendapat tidak akan dipublikasikan melalui media massa periodik.

Sebuah berita terbagi kedalam dua bentuk berita, yaitu berita lugas dan berita halus.

1. Berita Lugas (hardnews)

Tidak semua orang memiliki waktu luang untuk membaca, mendengar, atau menonton suatu pemberitahuaan. Apakah itu melalui surat kabar, radio, atau televisi. Demikian pula dalam hal mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi sehari-hari di sekitarnya atau di alam semesta ini. Karena kesibukan rutinitasnya, mereka hanya ingin


(7)

mengetahui fakta utamanya saja dari setiap peristiwa itu. Mereka tidak perlu mengetahuinya secara rinci sampai pada hal-hal yang tidak penting, melainkan cukup hanya dengan mengetahui garis besar dari peristiwa demikian. Begitu pula terhadap apa yang disajikan surat kabar, majalah, radio, atau televisi. Dengan membaca, mendengar atau mengamati fakta utamanya saja, rasa ingin tahu terhadap suatu peristiwa telah terpenuhi. Kecuali kalau dalam peristiwa itu ada hubungannya dengan kegiatan atau urusan yang sedang digarapnya. Mereka akan mencari tahu rinciannya, darimana saja. Bahkan tidak cukup dengan membaca surat kabar saja, mereka akan mencari informasi lainnya (yang berkenaan dengan yang dibacanya) melalui siaran radio, televisi atau majalah.

Suatu kejadian yang baru saja pecah yang akan menarik perhatian sebagian besar publik harus disampaikan secepat mungkin. Berita yang pada berisi informasi fakta yang disusun berdasarkan urutan dari yang paling penting ini disebut berita lugas, hardnews. Jadi pada awal berita berisikan sari atau inti dari kejadian yang ingin disampaikan dengan elaborasi detail kemudian. Gaya ini disebut ”bottom line”. Topik menarik berita lugas misalnya pecah perang antara dua negara, peledakan bom bunuh diri, gunung api yang meletus, tabrakan antara dua kereta api, dll. Tetapi ada kalanya berita lugas ini berisi kejadian-kejadian rutin seperti kegiatan pemerintahan, politik, ekonomi, pengadilan dan lainnya yang bagi sebagian besar audiences membosankan-dull news. (Ishwara, 2005, p. 58).


(8)

2. Berita Halus (soft news)

Ada peristiwa atau cerita yang memang tidak bisa atau sulit disampaikan sebagai berita lugas, misalnya cerita yang sarat berisi unsur kemanusiaan. Daniel R. Willamson, seorang peneliti profesional, merumuskan bahwa reportase dalam bentuk berita halus, seperti feature, sebagai penelitian cerita yang kreatif, subyektif, yang dirancang untuk menyampaikan informasi dan hiburan kepada pembaca. Terdapat beberapa jenis feature:

A. Bright

Bright juga sering disebut dengan brite, yaitu sebuah tulisan kecil yang menyangkut kemanusiaan (human interest featurette), biasanya ditulis dengan gaya anekdot dengan klimaks pada akhir cerita

B. Sidebar

Cerita feature ini mendampingi atau melengkapi suatu berita utama. Cerita tentang banjir besar misalnya, bisa disajikan dengan sidebar tentang wawancara dengan keluarga korban, dll.

C. Sketsa kepribadian atau profil

Suatu sketsa biasanya pendek dan hanya mengenai satu aspek dari kepribadian, seperti misalnya seseorang yang hobinya mengumpulkan model kapal layar antik. Profil lebih panjang dari sketsa, lebih detail, dan secara psikologis lebih dalam. Profil mencoba menggambarkan dasar yang dalam seperti apa sebenarnya individu itu.


(9)

D. Profil organisasi atau proyek

Sama dengan sketsa kepribadian atau profil, hanya organisasi/proyek ini mengenai grup atau perusahaan, bukan mengenai individu.

E. Berita feature (newsfeature)

Ini adalah sebuat berita yang ditulis dengan gaya feature. Daripada ditulis secara langsung dan lugas, cerita itu disampaikan dengan menggunakan teknik feature, seperti pembukaan cerita dengan suatu ilustrasi anekdot, walaupun sebenarnya tujuan utama dari cerita itu adalah menyampaikan berita.

F. Berita feature yang komprehensif (comprehensive newsfeature)

Tulisan ini menggambarkan arah dan perkembangan suatu isu berita. Jenis tulisan ini mendasarkan riset yang lebih baik daripada berita-berita lainnya, sebab berasal dari berbagai sumber yang luas. Berita ini pun biasanya lebih analitik dan interpretatif; menggambarkan tidak hanya mengenai apa berita itu tetapi apa arti berita itu.

G. Artikel pengalaman pribadi

Ditulis oleh seorang wartawan atau wartawan yang menulis ( ghost-write) untuk orang lain yang mengalami peristiwa unik, misalnya melintasi benua seorang diri dengan balon udara.

H. Feature layanan (service feature)

Ini adalah cerita tentang ”bagaimana-caranya” how-to. Tulisan ini menggambarkann bagaimana caranya menjawab kebutuhan hidup sehari-hari, seperti memelihara anak, menata kebun, dll.


(10)

Menyampaikan informasi yang membantu masyarakat menanggulangi kebutuhan sehari-hari mereka.

I. Wawancara

Walaupun kebanyakan feature didasarkan pada wawancara, feature wartawan khusus melukiskan suatu dialog antara seorang wartawan dengan orang lain, sering seorang tokoh masyarakat atau selebriti. Terkadang ditulis dalam format tanya-jawab.

J. Untaian Mutiara

Ini adalah feature ”kolektif”, seperti pada seri anekdot mengenai topik umum. Wawancara dengan orang-orang di jalan (”person on the street” interview) termasuk dalam kategori ini, seperti juga feature Hari Valentineyang menggambarkan ”sepuluh surat cinta terkenal sepanjang masa”.

K. Narasi

Ada pengamat yang melihar cerita atau narasi ini sebagai salah satu bentuk feature, dan dalam pengertian murninya memang demikian. Narasi bagaikan cerita pendek, namun narasi berhubungan dengan materi yang faktual. Narasi memaparkan adegan demi adegan dengan memanfaatkan deskripsi, karakterisasi, dan plot.

(Ishwara, 2005, hal. 61-65).

Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa berita adalah laporan tentang fakta peristiwa atau pendapat aktual, menarik, berguna dan dipublikasikan melalui media massa periodik, dalam hal ini kantor berita LKBN


(11)

Antara Biro Jawa Barat sebagai kantor berita online, harus bisa menyajikan berita-berita yang aktual. Dalam penelitian ini peneliti meneliti tentang Strarategi Redaksi Terhadap Aktualitas penyajian berita Wartawannya di LKBN Antara Biro Jawa Barat.

Kesinambungan pemberitaan tergantung pada kesinambungan pasokan berita yang dihasilkan wartawan oleh karena itu pun wartawan memerlukan suatu strategi untuk bisa menyajikan berita yang aktual.

Untuk itu diperlukannya peran Redaksi untuk mengatur beberapa Strategi yang dimilikinya agar kemasan aktualitas berita tetap terjaga sehingga masyarakat tetap terus mengikuti perkembangan berita. Selain memberi arahan dan memimpin rapat redaksi, redaksi juga bertugas penting yaitu bertanggung jawab terhadap isi penerbitan dan kualitas produk penerbitan.

Definisi mengenai strategi, secara umum dapat didefinisikan bahwa strategi itu adalah rencana tentang serangkaian manuver, yang mencakup seluruh elemen yang kasat mata maupun yang tak-kasat mata, untuk menjamin keberhasilan mencapai tujuan. Sehingga dari beberapa pemaparan diatas yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian tentang strategi seorang wartawan dalam penulisan berita untuk menulis sebuah berita yang aktual.

Definisi Strategi menurut Henry Mintzberg mendefinisikan strategi sebagai 5P, yaitu: strategi sebagai PERSPECTIF, strategi sebagai POSISI, strategi sebagai PERENCANAAN, strategi sebagai POLA kegiatan, dan strategi sebagai “PENIPUAN” (Ploy) yaitu muslihat rahasia. Sebagai Perspektif, di mana strategi


(12)

dalam membentuk misi, misi menggambarkan perspektif kepada semua aktivitas. Sebagai Posisi, di mana dicari pilihan untuk bersaing. Sebagai Perencanaan, dalam hal strategi menentukan tujuan performansi perusahaan. Sebagai Pola kegiatan, di mana dalam strategi dibentuk suatu pola, yaitu umpan balik dan penyesuaian.

Untuk bisa menghasilkan berita yang aktual tidak lepas dari kemampuan seorang wartawan dalam peliputan berita, dan dalam peliputan tersebut seorang wartawan pun harus memiliki strategi untuk bisa menyajikan berita yang aktual, khususnya dalam penelitian ini wartawan LKBN Antara Biro Jawa Barat.

Posisi wartawan menjadi faktor menentukan, baik dalam upaya bersama untuk membangun citra surat kabar maupun demi mempertahankan kesinambungan kehadiran surat kabar itu di tengah khalayak pembaca. Wartawan selalu menjadi pihak terdepan sebagai pihak yang meliput peristiwa dan menulis berita yang akan disampaikan kepada pembaca surat kabar. Kualitas berita yang dihasilkan tergantung pada profesionalisme wartawan.

Oleh karena itu peneliti mencoba mengangkat sebuah rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut: ”Sejauhmana Strategi Redaksi LKBN ANTARA Biro Jawa Barat Terhadap Aktualitas Penyajian Berita Bagi Wartawannya?”


(13)

1.2. Identifikasi Masalah

1. Sejauhmana Taktik Rencana Redaksi LKBN ANTARA Biro Jawa Barat Terhadap Aktualitas Penyajian Berita Bagi Wartawannya?

2. Sejauhmana Tujuan Redaksi LKBN ANTARA Biro Jawa Barat Terhadap Aktualitas Penyajian Berita Bagi Wartawannya?

3. Sejauhmana Rangkaian Tindakan Redaksi LKBN ANTARA Biro Jawa Barat Terhadap Aktualitas Penyajian Berita Bagi Wartawannya?

4. Sejauhmana Strategi Redaksi LKBN ANTARA Biro Jawa Barat Terhadap Aktualitas Kalender Penyajian Berita Bagi Wartawannya? 5. Sejauhmana Strategi Redaksi LKBN ANTARA Biro Jawa Barat

Terhadap Aktualitas Waktu Penyajian Berita Bagi Wartawannya?

6. Sejauhmana Strategi Redaksi LKBN ANTARA Biro Jawa Barat Terhadap Aktualitas Masalah Penyajian Berita Bagi Wartawannya? 7. Sejauhmana Strategi Redaksi LKBN ANTARA Biro Jawa Barat

Terhadap Aktualitas Penyajian Berita Bagi Wartawannya?

1.3. Maksud Dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menjabarkan Strategi Redaksi LKBN ANTARA Biro Jawa Barat Terhadap Aktualitas Penyajian Bagi Wartawannya.


(14)

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Taktik Rencana Redaksi LKBN ANTARA Biro Jawa Barat Terhadap Aktualitas Penyajian Berita Bagi Wartawannya.

2. Untuk mengetahui Tujuan Redaksi LKBN ANTARA Biro Jawa Barat Terhadap Aktualitas Penyajian Berita Bagi Wartawannya. 3. Untuk mengetahui Rangkaian Tindakan Redaksi LKBN

ANTARA Biro Jawa Barat Terhadap Aktualitas Penyajian Berita Bagi Wartawannya.

4. Untuk mengetahui Strategi Redaksi LKBN ANTARA Biro Jawa Barat Terhadap Aktualitas Kalender Penyajian Berita Bagi Wartawannya.

5. Untuk mengetahui Strategi Redaksi LKBN ANTARA Biro Jawa Barat Terhadap Aktualitas Waktu Penyajian Berita Bagi Wartawannya.

6. Untuk mengetahui Strategi Redaksi LKBN ANTARA Biro Jawa Barat Terhadap Aktualitas Masalah Penyajian Berita Bagi Wartawannya.

7. Untuk mengetahui Strategi Redaksi LKBN ANTARA Biro Jawa Barat Terhadap Aktualitas Penyajian Berita Bagi Wartawannya.


(15)

1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoritis

Kegunaan hasil penelitian ini secara teoritis dapat memberikan masukan bagi perkembangan Ilmu Komunikasi secara umum dan secara khusus ilmu jurnalistik. Yaitu tentang Strategi Redaksi terhadap Aktualitas penyajian berita yang aktual.

1.4.2. Kegunaan Praktis 1. Bagi Peneliti

Penelitian ini berguna sebagai bahan pengalaman dan pengetahuan, khususnya mengenai kegiatan Jurnalistik, yaitu dalam penyajian berita yang aktual oleh seorang wartawan.

2. Bagi Akademik

Penelitian ini berguna sebagai sumbangan informasi dalam menambah wawasan tentang kajian yang diteliti yaitu mengenai Strategi Redaksi LKBN ANTARA Biro Jawa Barat Terhadap Aktualitas Penyajian Berita Bagi Wartawannya, dan dapat juga digunakan sebagai literatur penelitian bagi mahasiswa yang melakukan penelitian pada kajian yang sama.

3. Bagi LKBN ANTARA Biro Jawa Barat

Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat dan dijadikan bahan masukan didalam melaksanakan kegiatan Jurnalistik. khususnya untuk wartawan LKBN ANTARA Biro Jawa Barat, dalam peningkatan Strategi Redaksi terhadap penyajian berita Bagi Wartawannya yang aktual.


(16)

(3)

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:nKOR5QthkCcJ:blog.unila.ac.id/ satriamadangkara/files/2009/07/babii.doc+amin+wijaya+tuggal,+1995+:130&cd=1&hl=i d&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a Sabtu, 1 Mei 2010, 20:15

1.5. Kerangka Pemikiran 1.5.1. Kerangka Teoritis

Kerangka pemikiran merupakan alat pikir peneliti yang dijadikan sebagai skema pemikiran yang melatarbelakangi penelitian ini. Dalam kerangka ini, peneliti akan mencoba membahas dan menjelaskan masalah pokok penelitian. Penjelasan yang disusun akan menggabungkan antara teori dengan masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini.

Variabel pada penelitian ini berjumlah dua variabel, yaitu strategi sebagai variabel x dan aktual sebagai variabel y. Untuk mengukur variabel x, peneliti mengangkat definisi dari Amin Wijaya Tunggal yang mengatakan strategi adalah :

“Suatu cara atau taktik rencana dasar yang menyeluruh dari rangkaian tindakan yang akan dilaksanakan oleh sebuah organisasi untuk mencapai suatu tujuan atau beberapa sasaran”.(3)

Bertolak dari definisi Strategi diatas, maka ditetapkan variabel pada penelitian ini diukur dengan indikator berikut : Taktik Rencana, Tujuan dan Rangkaian Tindakan.


(17)

(4)

, (5), (6), http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php Minggu/2 Mei 2010, 19:46

Indikator tersebut jika didefinisikan adalah sebagai berikut : 1. Taktik Rencana

Rencana atau tindakan yang bersistem untuk mencapai tujuan dalam pelaksanaan strategi. (4)

2. Tujuan

Arah atau haluan (jurusan) yang dituju, maksud, tuntutan (yg dituntut).(5)

3. Rangkaian Tindakan

Sesuatu yang dilakukan atau perbuatan yang dilaksanakan untuk mengatasi sesuatu secara tegas. (6)

Untuk mengukur variabel y, peneliti mengambil pendapat dari Sumadiria yang mengungkapkan “Berita adalah apa yang terjadi hari ini, apa yang masih belum diketahui tentang apa yang terjadi hari ini, atau adanya opini berupa pandangan dan penilaian yang berbeda dengan opini sebelumnya sehingga opini itu mengandung informasi penting dan berarti”

(Sumadiria, 2008:83).

Bertolak dari definisi diatas maka peneliti menetapkan indikator-indikator yang didapat dari kategori aktualitas berikut untuk mengukur variabel y yaitu :

a. Aktualitas Kalender adalah hari-hari tertentu yang perlu dianggap penting karena diperingati atau bersejarah.


(18)

b. Aktualitas Waktu mencakup masalah berita tercepat yang terbit, yang menarik perhatian, dan dianggap penting oleh khalayak, misalnya berita peristiwa bencana alam, dsb. c. Aktualitas Masalah adalah berita yang aktualitasnya dinilai

dari kategori masalahnya yang tidak kadaluarsa, seperti berita korupsi atau kriminal lainnya.

(Sumadiria, 2008:83).

Untuk mendukung penelitian ini, maka peneliti mengacu pada teori Keterkaitan Publik oleh Dave Burgin yang berisi mengenai cara wartawan untuk memastikan tiap halaman surat kabar memiliki beragam kisah yang cocok sehingga setiap orang ingin membaca salah satunya. Teori ini adalah deskripsi yang lebih realistis tentang bagaimana orang-orang berinteraksi dengan berita.

Untuk lebih jelas maka, mari kita lihat. Misalkan tiga jenjang keterkaitan publik dalam setiap persoalan, masing-masing dengan gradasi yang kian berkurang kepekatannya. Ada publik yang terlibat dengan taruhan pribadi dalam sebuah persoalan dan punya pemahaman yang kuat. Ada publik yang berminat, yang tak punya peran langsung dalam persoalan itu tetapi terpengaruh olehnya dan menanggapi dengan pengalaman tangan pertama. Dan ada publik yang tak berminat yang menaruh perhatian kecil saja dan akan bergabung, jika memang akhirnya ia memutuskan untuk begitu, setelah semua garis-garis wacana ditata oleh orang lain. Dalam teori keterkaitan publik, kita semua menjadi anggota ketiga group ini, tergantung pada isu yang masih


(19)

aktual yang dibuat oleh wartawan atau dilaporkan oleh suatu media. (Kovach, Bill & Rosenstiel, Tom 2001:25).

1.5.2. Kerangka Konseptual

Pada kerangka konseptual ini, peneliti mengaplikasikan definisi dan pendapat dari beberapa ahli yang disajikan pada kerangka teoritis untuk mengukur variabel penelitian.

Bertolak dari definisi diatas maka peneliti menetapkan kerangka konseptual berikut untuk mengukur variabel x yaitu :

1. Rencana atau Tindakan yang dilakukan redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat untuk mencapai tujuan dalam pelaksanaan strategi penyajian aktualitas berita bagi wartawannya.

2. Arah atau Haluan (jurusan) yang dituju redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat dalam tuntunan pelaksanaan penyajian berita bagi wartawannya.

3. Rangkaian Tindakan yang dilakukan atau perbuatan yang dilaksanakan redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat untuk mengatasi sesuatu secara tegas dalam pelaksanaan strategi penyajian aktualitas berita Bagi Wartawannya.

Sedangkan bertolak dari definisi diatas maka peneliti menetapkan kerangka konseptual berikut untuk mengukur variabel y yaitu :


(20)

1. Aktualitas kalender redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat dalam penyajian berita berdasarkan hari-hari besar yang patut diperingati. Contohnya peringatan Tahun Baru dan perayaan hari-hari besar Agama, seperti Hari Raya Lebaran, tahun baru IMLEK, Maulid Nabi Muhammad SAW, Nyepi, Waisak dll.

2. Aktualitas waktu dalam penyajian berita yang disajikan wartawan LKBN Antara Biro Jawa Barat mencakup masalah berita tercepat yang terbit, menarik perhatian, dan dianggap penting oleh khalayak, misalnya berita perkembangan penangkapan teroris, berita kebakaran di suatu daerah hingga berita hasil pertandingan sepakbola Liga Indonesia setiap pekan, perolehan medali emas sementara pada ajang Olimpiade, PON, dll.

3. Aktualitas masalah dalam penyajian berita yang disajikan wartawan LKBN Antara Biro Jawa Barat tetap menjadi aktual karena adanya peristiwa/masalah yang menarik perhatian khalayak. Contohnya berita tentang PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) meskipun hanya dengan penyajian berita yang ringan, berita tersebut tetap aktual karena berita ini merupakan berita yang menjadi masalah penting bagi orang banyak.

Dalam Teori Keterkaitan Publik oleh Dave Burgin adalah bahwa tiap khalayak atau pembaca mempunyai tujuan masing-masig dalam membaca berita LKBN Antara dan merupakan tugas dari redaksi dan wartawan LKBN Antara Biro Jawa Barat untuk memastikan tiap


(21)

halaman surat kabar memiliki beragam berita yang cocok sehingga setiap orang ingin membaca salah satunya. Teori ini adalah deskripsi yang lebih realistis tentang bagaimana orang-orang berinteraksi dengan berita.

1.6. Operasionalisasi Variabel

Setiap penelitian dibutuhkan adanya variabel-variabel yang masih berbentuk konsep abstrak agar didapat suatu bentuk yang lebih nyata. Proses tersebut dinamakan operasionalisasi variabel, adapun operasionalisasi variabel dari penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 1.1 berikut:

Tabel 1.1.

Operasionalisasi Variabel

NO. VARIABEL INDIKATOR ALAT UKUR

1. Variabel X Strategi Redaksi

1. Taktik Rencana  Konsep Redaksi

 Tindakan Redaksi

2. Tujuan  Hasil Yang

Diinginkan

 Maksud 3. Rangkaian

Tindakan

 Kegiatan


(22)

1.7. Hipotesis

Hipotesis induk dari penelitian ini adalah:

Ha : Jika strategi redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat baik, maka aktualitas penyajian berita bagi wartawannya baik.

Ho : Jika strategi redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat tidak baik, maka aktualitas penyajian berita bagi wartawannya tidak baik.

Anak hipotesis adalah:

Ha : Jika taktik rencana redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat baik, maka aktualitas penyajian berita bagi wartawannya baik.

Ho : Jika taktik rencana redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat tidak baik, maka aktualitas penyajian berita bagi wartawannya tidak baik.

NO. VARIABEL INDIKATOR ALAT UKUR

2. Variabel Y Aktualitas

1. Aktualitas Kalender

 Hari Peringatan

 Agenda 2. Aktualitas Waktu  Cepat Terbit

Berita

 Cepat Tanggap Wartawan 3. Aktualitas Masalah  Kadaluarsa

Berita


(23)

Ha : Jika tujuan redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat baik, maka aktualitas penyajian berita bagi wartawannya baik.

Ho : Jika tujuan redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat tidak baik, maka aktualitas penyajian berita bagi wartawannya tidak baik.

Ha : Jika rangkaian tindakan redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat baik, maka aktualitas penyajian berita bagi wartawannya baik. Ho : Jika rangkaian tindakan redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat

tidak baik, maka aktualitas penyajian berita bagi wartawannya tidak baik.

Ha : Jika strategi redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat baik, maka aktualitas kalender penyajian berita bagi wartawannya baik.

Ho : Jika strategi redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat tidak baik, maka aktualitas kalender penyajian berita bagi wartawannya tidak baik. Ha : Jika strategi redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat baik, maka

aktualitas waktu penyajian berita bagi wartawannya baik.

Ho : Jika strategi redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat tidak baik, maka aktualitas waktu penyajian berita bagi wartawannya tidak baik. Ha : Jika strategi redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat baik, maka

aktualitas masalah penyajian berita bagi wartawannya baik.

Ho : Jika strategi redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat tidak baik, maka aktualitas masalah penyajian berita bagi wartawannya tidak baik.


(24)

(7)

http://spupe07.wordpress.com/category/metodologi-penelitian/skripsi/ Sabtu, 1 Mei 2010, 22:00

1.8. Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan teknik analisis deskriptif. Dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan aplikasi, Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Janah mengatakan:

“Penelitian survei merupakan suatu penelitian kuantitatif dengan menggunakan pertanyaan terstruktur/sistematis yang sama kepada banyak orang, untuk kemudian seluruh jawaban yang diperoleh peneliti dicatat, diolah, dan dianalisis” (Prasetyo dan Jannah, 2005: 141).

Metode survei dengan teknik analisis deskriptif adalah metode penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan peristiwa yang telah atau sedang terjadi.

Berkaitan dengan hal itu, Winarno Surrachmand mengatakan:

“ Penyelidik deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang yang mencakup berbagai teknik di antaranya adalah penyelidik yang menuturkan, menganalisis, dan mengklasifikasikan “. (7)


(25)

(8)

www.damandiri.or.id/file/iputusugidarmaunbrawbab4.pdfSabtu, 1 Mei 2010, 22:15

1.9. Populasi dan Sampel Penelitian 1.9.1. Populasi

Nawawi menyebutkan bahwa populasi adalah “Totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif daripada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap”. (8)

Populasi dalam penelitian ini adalah wartawan LKBN Biro Jawa Barat yang berjumlah 9 orang.

Tabel 1.2. Populasi Penelitian

N = 9

No. Nama Jabatan

1. Budi Setianto Kepala Biro + Wartawan

2. Sapto Heru Redaktur/Koordinator

Liputan + Wartawan 3. Yuniardi Ferdinand Redaktur + Wartawan

4. M. Yusuf Asisten Manager

Pemberitaan + Wartawan

5. Syarif Abdullah Wartawan

6. Ahmad Fikri Wartawan

7. Ajat Sudrajat Kontributor

8. Peri Purnama Kontributor (Tasikmalaya) + Wartawan

9. Hidayat Kontributor (Garut) +

Wartawan

1.9.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya


(26)

(9)

http://iyosrosmana.wordpress.com/2009/06/19/populasi-dan-sampel/ Sabtu, 1 Mei 2010, 22:15

karena keterbasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah teknik pengambilan seluruh sampel penelitian atau total sampling. Hal ini sesuai dengan pendapat Dr. Suharsini Arikunto, bahwa bila subjek kurang dari 100 orang lebih baik diambil dari semua. Sehingga metode penelitian menggunakan metode sensus. Pengambilan sampel yang dimaksud dengan sensus adalah mengambil semua populasi untuk dijadikan sampel. (9)

1.10. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah: 1 Interview (Wawancara)

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah repondennya sedikit/kecil. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstuktur dan dapat dilakukan


(27)

melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon.

2 Angket

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan menyebarkan angket yang berisikan sekumpulan pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada responden untuk mendapatkan informasi atau keterangan mengenai masalah yang diteliti. Angket ini disebarkan secara langsung kepada koresponden penelitian yaitu konsumen tetap ataupun baru yang menggunakan produk tersebut.

3 Studi Kepustakaan

Menurut J. Supranto seperti yang dikutip Ruslan dalam bukunya Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, bahwa studi kepustakaan adalah dilakukan mencari data atau informasi riset melalui membaca jurnal ilmiah, buku-buku referensi dan bahan-bahan publikasi yang tersedia diperpustakaan. Studi kepustakaan digunakan untuk mempelajari sumber bacaan yang dapat memberikan informasi yang ada hubungannya dengan masalah yang sedang diteliti.

4. Internet Searching

Peneliti juga menggunakan media internet dalam pencarian data dan juga sebagai literatur penelitian.


(28)

1.11. Teknik Analisa Data

Setelah memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisa data sebagai berikut:

1. Penyeleksian data, pemeriksaan kelengkapan dan kesempurnaan data serta kejelasan data.

2. Klasifikasi data, yaitu mengelompokan data sesuai dengan jenisnya.

3. Data dimasukan kedalam cooding book (buku koding) dan cooding sheet (lembaran koding).

4. Mentabulasikan data yaitu menyajikan data dalam sebuah tabel (tabel induk kemudian kedalam tabel tunggal) sesuai tujuan analisis data.

5. Data yang ditabulasi, di analisis dengan koefisien korelasi Rank Spearman. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan cara memindahkan data kuantitatif, dengan cara pemberian skors atas pilihan yang diberikan oleh setiap responden. pemberian skors tersebut dimaksudkan untuk memindahkan data kuantitatif yang berupa jawaban responden atas pertanyaan-pertanyaan dalam angket ke dalam nilai-nilai kuantitatif.

Untuk mengolah data peneliti menggunakan program SPSS (Stastitical Product and Service Solution) yang merupakan program komputer. untuk menganalisa hubungan variabel X dan


(29)

Variabel Y digunakan Teknik analisa Korelasi Rank Spearman

Rumus :

Dimana :

di2

-

[r(xi) - r(yi)]2 Keterangan :

Rs : Korelasi Rank Spearman di : Selisih antara dua ranking n : Jumlah sampel

X : Strategi Wartawan Y : Aktulitas berita

r(Xi) : Rank pada X pada data ke-i r(Yi) : Rank pada Y pada data ke-i

Untuk menganalisa adanya pengaruh atau hubungan menggunakan koefisien determinasi (KD) antara variabel X dan Variabel Y dengan rumus:

Keterangan :

KD : koefisien determinasi

rs : hasil korelasi rank spearman

rs = 1-

6 ∑ di2

n (n-1)


(30)

1.12. Model Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian, tentunya diperlukan suatu gambaran dalam menghubungkan antara variabel yang ada dengan masalah penelitian. Maka dari itu, model penelitian dibuat dengan maksud mempermudah peneliti dalam menjelaskan hubungan variabel yang ada.

Maka dari itu, peneliti mencantumkan gambaran mengenai penelitian dapat dilihat dalam gambar L.1 berikut ini.

Gambar 1.1. Model Penelitian

Variabel x Strategi Indikator :

1. Taktik Rencana 2. Tujuan

3. Rangkaian Tindakan

1.13. Tempat dan Waktu Penelitian 1.13.1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di LKBN Antara Biro Jawa Barat Jl. Braga No. 25 Bandung, Indonesia Email: antarajawabarat@yahoo.com

Variabel y Aktualitas Indikator :

1. Aktualitas Kalender

2. Aktualitas Waktu 3. Aktualitas


(31)

1.13.2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 5 Bulan terhitung dari Bulan Maret hingga Juli 2010.

1. 14. Sistematika Penulisan

Dalam usaha untuk memberikan gambaran secara sistematis, peneliti membagi susunan skripsi ini ke dalam 5 bab, yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Berisikan tentang penjelasan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran (kerangka teoritis, kerangka konseptual), model penelitian, hipotesis, operasionalisasi variabel, metode penelitian, tekhnik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data, populasi dan sampel, lokasi, waktu dan jadwal penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan tentang tinjauan mengenai komunikasi (pengertian komunikasi, proses komunikasi, tujuan komunikasi, komunikasi massa, komunikasi kelompok), tinjauan tentang Jurnal (pengertian atau definisi Jurnal, ciri-ciri Jurnal), tinjauan tentang berita, tinjauan tentang berita online.


(32)

BAB III : OBJEK PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang sejarah Indosiar yang terdiri dari visi dan misi, logo Struktur Organisasi LKBN Antara Biro Jawa Barat, Sejarah, struktur organisasi, job description, dan responden dari penelitian ini yaitu wartawan LKBN Antara Biro Jawa Barat.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti menguji validitas dan reliabilitas angket serta menguraikan hasil penelitian berdasarkan angket data yang terkumpul, yang meliputi analisis deskriptif identitas responden dan analisis deskriptif hasil penelitian serta melakukan pengolahan dan melaporkan data hasil penelitian.

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini peneliti menarik kesimpulan dari hasil pembahasan yang ada pada identifikasi masalah, dan juga memberikan saran-saran pada perusahaan, masyarakat, dan peneliti berikutnya.


(33)

Tabel 1.3. Jadwal Penelitian

No. Uraian

Bulan

Mar-10 Apr-10 Mei-10 Jun-10 Jul-10

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Persiapan

a. Pengajuan Judul b. Acc judul c. Persetujuan

Pembimbing 2. Pelaksanaan Penelitian

a. Bab 1 + Bimbingan b. Acc Bab1

c. Seminar Up d. Bab 2 + Bimbingan e. Bab 3 + Bimbingan 3. Penelitian Lapangan

a. Wawancara untuk data primer

b. Penyebaran Angket 4. Pengolahan Data

a. Bab 4 + Bimbingan b. Bab 5 + Bimbingan 5. Persiapan Keseluruhan

Draft

6. Persiapan dan Pelaksanaan Sidang


(34)

32 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi

Banyak definisi dan pengertian mengenai komunikasi yang ingin disampaikan oleh para ahli komunikasi untuk dapat menjelaskan makna utama dari komunikasi. Wiryanto dalam bukunya “Pengantar Ilmu Komunikasi”menjelaskan, bahwa:

“Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin, yaitu communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis, yang bermakna umum atau bersama-sama.” (Wiryanto, 2004: 5).

Pernyataan diatas sejalan dengan pernyataan Onong Uchjana Effendy, “Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna.” (Effendy, 2003: 9).

Komunikasi merupakan alat utama yang digunakan dalam rangka melakukan interaksi yang berkesinambungan untuk berbagai tujuan menurut kepentingannya. Komunikasi bersifat fundamental karena berbagai maksud dan tujuan yang ingin dicapai memerlukan adanya


(35)

suatu pengungkapan atas dasar-dasar tujuan tersebut, maka dalam hal ini komunikasi menjadi alat utama yang digunakan untuk menyampaikan tujuan-tujuan tersebut. Komunikasi sangat mendasari berbagai pemaknaan yang akan dibuat dan yang akan terbuat setelahnya.

Sebagaimana yang dikatakan oleh oleh Fisher (1986: 17) bahwa, “Ilmu komunikasi mencakup semua dan bersifat eklektif.

Sifat eklektif ini sejalan dengan pendapat yang digambarkan oleh Wilbur Schramm (1963: 2) yang dikutip oleh Wiryanto bahwa, “Komunikasi sebagai jalan simpang yang ramai, semua disiplin ilmu melintasinya.” (Wiryanto, 2004: 3).

Berbagai pendapat untuk menjelaskan komunikasi juga diungkapkan oleh Charles R. Berger dan Steven H. Chaffe dalam buku “Handbook Communication Science” (1983: 17) yang dikutip oleh Wiryanto, menerangkan bahwa:

Communication science seeks to understand the production, processing and effect of symbol and signal system by developing testable theories containing lawful generalization, that explain phenomena associated with production, processing and effect (Ilmu komunikasi itu mencari untuk memahami mengenai produksi, pemrosesan dan efek dari simbol serta sistem sinyal, dengan mengembangkan pengujian teori-teori menurut hukum generalisasi guna menjelasken fenomena yang berhubungan dengan produksi, pemrosesan dan efeknya).” (Wiryanto, 2004: 3).


(36)

Sebagaimana yang dikatakan oleh Sarah Trenholm dan Arthur Jensen (1966: 4) dalam buku “Interpersonal Communication” yang dikutip oleh Wiryanto menerangkan komunikasi adalah : “A process by which a source transmits a message to a receiver through some channel (Komunikasi adalah suatu proses dimana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragam saluran).” (Wiryanto, 2004: 6).

Carl I. Hovland (1948: 371) dalam buku “Social Communication”, yang dikutip oleh Wiryanto mendefinisikan komunikasi sebagai :“The process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal symbols) to modify, the behavior of other individu (Komunikasi adalah proses di mana individu mentransmisikan stimulus untuk mengubah perilaku individu yang lain).” (Wiryanto, 2004: 6).

Raymond S. Ross (1983: 8) dalam buku “Speech Communication; Fundamentals and Practice” sebagimana yang dikutip oleh Wiryanto mengatakan, bahwa:

“Komunikasi sebagai suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa, sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh sang komunikator.” (Wiryanto, 2004: 6).


(37)

Everett M. Rogers dan D. Lawrence Kincaid (1981: 8) dalam buku “Communication Network: Towards a New Paradigm for Research” sebagaimana yang dikutip oleh Wiryanto menerangkan bahwa, “Komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam.” (Wiryanto, 2004: 6).

Bernard Berelson dan Gary A. Steiner (1964: 527) dalam buku “Human Behavior: An Inventory of Scientific Finding” sebagaimana yang dikutip oleh Wiryanto mengatakan bahwa, “Communication: the transmission of information, ideas, emotions, skills, etc. by the uses of symbol… (Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol, dan sebagainya).” (Wiryanto, 2004: 7).

Claude E. Shannon dan Warren Weaver (1949) dalam buku “The Mathematical Theory of Communication” sebagaimana yang dikutip oleh Wiryanto mengatakan, bahwa:

“Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak disengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi.” (Wiryanto, 2004: 7).


(38)

Dari beberapa definisi dan pengertian komunikasi yang telah dikemukakan menurut beberapa ahli komunikasi, maka jelas bahwa komunikasi antarmanusia hanya dapat terjadi apabila seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya dapat terjadi apabila didukung oleh adanya komponen atau elemen komunikasi yang diantaranya adalah sumber, pesan, media, penerima dan efek. Ada beberapa pandangan tentang banyaknya unsur komunikasi yang mendukung terjadi dan terjalinnya komunikasi yang efektif. secara garis besar komunikasi telah cukup didukung oleh tiga unsur utama yakni sumber, pesan dan penerima, sementara ada juga yang menambahkan umpan balik dan lingkungan selain ketiga unsur yang telah disebutkan.

Aristoteles, seorang ahli filsafat Yunani Kuno menerangkan dalam bukunya ”Rhetorica” sebagaimana yang dikutip oleh Hafied Cangara mengatakan bahwa, “Suatu proses komunikasi memerlukan tiga unsur yang mendukung, yakni siapa yang berbicara, apa yang dibicarakan, dan siapa yang mendengarkan.” (Cangara, 2005: 21). Pandangan Aristoteles ini oleh sebagian pakar komunikasi dinilai lebih tepat untuk mendukung suatu proses komunikasi publik dalam bentuk pidato atau retorika, karena pada zaman Aristoteles retorika menjadi bentuk komunikasi yang sangat populer bagi masyarakat Yunani.

Claude E. Shannon dan Warren Weaver (1949), dua orang insinyur listrik yang mendasari hasil studi yang mereka lakukan mengenai


(39)

pengiriman pesan melalui radio dan telepon, sebagaimana yang dikutip oleh Hafied Cangara menyatakan bahwa, “Terjadinya proses komunikasi memerlukan lima unsur yang mendukung, yakni pengirim, transmitter, signal, penerima dan tujuan.” (Cangara, 2005: 22).

Awal tahun 1960-an David K. Berlo membuat formula komunikasi sederhana yang dikutip oleh Hafied Cangara bahwa, “Formula ini dikenal dengan nama "SMCR", yakni: Source (pengirim), Message (pesan), Channel (saluran-media), dan Receiver (penerima).” (Cangara, 2005: 22).

Selain Shannon dan Berlo, juga tercatat Charles Osgood, Gerald Miller dan Melvin L. De Fleur menambahkan lagi unsur komunikasi lainnya, sebagaimana yang dikutip oleh Hafied Cangara, “Unsur efek dan umpan balik (feedback) sebagai pelengkap dalam membangun komunikasi yang sempurna.” (Cangara, 2005: 22). Kedua unsur ini nantinya lebih banyak dikembangkan pada proses komunikasi antarpribadi (persona) dan komunikasi massa.

Perkembangan terakhir adalah munculnya pandangan dari Joseph de Vito, K. Sereno dan Erika Vora yang menambahkan unsur komunikasi lainnya, sebagaimana yang dikutip oleh Hafied Cangara bahwa, “Faktor lingkungan merupakan unsur yang tidak kalah pentingnya dalam mendukung terjadinya proses komunikasi.” (Cangara, 2005: 22).


(40)

Komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan. Dengan perkataan lain, komunikasi adalah proses membuat pesan setala (tuned) bagi komunikator dan komunikan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Onong Uchjana Effendy:

“Pertama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan kepada komunikan. ini berarti ia memformulasikan pikiran dan atau perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Kemudian menjadi giliran komunikan untuk mengawa-sandi (decode) pesan komunikator itu. ini berarti ia menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan atau perasaan komunikator berfungsi sebagai penyandi (encoder) dan komunikan berfungsi sebagai pengawa-sandi (decoder).” (Effendi, 2003: 13).

Yang penting dalam proses penyandian (coding) ialah bahwa komunikator dapat menyandi dan komunikan dapat mengawa-sandi hanya ke dalam kata bermakna yang pernah diketahui dalam pengalamannya masing-masing.

Wilbur Schramm dalam karyanya “Communication Research in the United States” sebagaimana yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy mengatakan bahwa, “Komunikasi akan berhasil apabila pesan yang


(41)

disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang pernah diperoleh oleh komunikan.” (Effendy, 2003: 13).

Kemudian Wilbur Schramm menambahkan, sebagaimana yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy bahwa, “Bidang pengalaman (field of experience) merupakan faktor yang penting dalam komunikasi.” (Effendy, 2003: 13). Pernyataan ini mengandung pengertian, jika bidang pengalaman kominikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, maka komunikasi akan berlangsung lancar.

2.1.2 Unsur-unsur Komunikasi

Dalam melakukan komunikasi setiap individu berharap tujuan dari komunikasi itu sendiri dapat tercapai dan untuk mencapainya ada unsur-unsur yang harus di pahami, menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya yang berjudul Dinamika Komunikasi, bahwa dari berbagai pengertian komunikasi yang telah ada, tampak adanya sejumlah komponen atau unsur yang dicakup, yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Komponen atau unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:

- Komunikator : Orang yang menyampaikan pesan;

- Pesan : Pernyataan yang didukung oleh lambang;


(42)

- Media : Sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya;

- Efek : Dampak sebagai pengaruh dari pesan. (Effendy, 2002 : 6)

2.1.3 Sifat Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek” menjelaskan dalam berkomunikasi memiliki sifat-sifat adapun beberapa sifat komunikasi tersebut:

1. Tatap muka (face-to-face) 2. Bermedia (Mediated) 3. Verbal (Verbal)

a. Lisan (Oral) b. Tulisan

4. Non verbal (Non-verbal)

a. Gerakan/ isyarat badaniah (gestural) b. Bergambar (Pictorial) (Effendy, 2002:7)

Komuniktor (pengirim pesan) dalam menyampaikan pesan kepada komunikan (penerima pesan) dituntut untuk memiliki kemampuan dan pengalaman agar adanya umpan balik (feedback) dari sikomunikan itu sendiri, dalam penyampain pesan komunikator bisa secara langsung ( face-to-face) tanpa mengunakan media apapun, komunikator juga dapat


(43)

menggunakan bahasa sebagai lambang atau simbol komunikasi bermedia kepada komunikan, media tersebut sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesannya.

Komunikator dapat menyampaikan pesannya secara verbal dan non verbal. Verbal di bagi ke dalam dua macam yaitu lisan (Oral) dan tulisan (Written/printed). Sementara non verbal dapat menggunakan gerakan atau isyarat badaniah (gesturual) seperti melambaikan tangan, mengedipkan mata dan sebagainya, dan menggunakan gambar untuk mengemukakan ide atau gagasannya.

2.1.4 Tujuan Komunikasi

Setiap individu dalam berkomunikasi pasti mengharapkan tujuan dari komunikasi itu sendiri, secara umum tujuan berkomunikasi adalah mengharapkan adanya umpan yang diberikan oleh lawan berbicara kita serta semua pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh lawan bicara kita dan adanya efek yang terjadi setelah melakukan komunikasi tersebut. Menurut Onong Uchjana dalam buku “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek” mengatakan ada pun beberapa tujuan berkomunikasi, yakni:

a. Perubahan sikap (attitude change) b. Perubahan pendapat (opinion change) c. Perubahan perilaku (behavior change) d. Perubahan sosial (social change)


(44)

Joseph Devito dalam bukunya “Komunikasi Antar Manusia” menyebutkan bahwa tujuan komunikasi adalah sebagai berikut:

 Menemukan

Dengan berkomunikasi kita dapat memahami secara baik diri kita sendiri dan diri orang lain yang kita ajak bicara. Komunikasi juga memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar-dunia yang dipenuhi obyek, peristiwa, dan manusia lain.

 Untuk berhubungan

Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan orang lain

 Untuk meyakinkan

Media massa ada sebagian besar untuk meyakinkan kita agar mengubah sikap dan perilaku kita

 Untuk bermain

Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk bermain dan menghibur diri. Kita mendengarkan pelawak, pembicaraan, musik, dan film sebagian besar untuk hiburan.

(Devito, 1997: 31)

2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Massa 2.2.1 Definisi Komunikasi Massa

Salah seorang pakar komunikasi massa, Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya “Psikologi Komunikasi”, menyebutkan bahwa “Abad ini disebut sebagai abad komunikasi massa.” (Rakhmat, 1989: 186).


(45)

Tentunya pernyataan ini sangat relevan dengan situasi saat ini. Dimana teknologi komunikasi massa mengalami kemajuan sangat pesat. Apabila menginginkan berbagai informasi secara cepat tentang peristiwa yang terjadi di belahan dunia, tidak lagi mengandalkan surat kabar atau majalah yang harus menunggu beredar. Tetapi bisa langsung mengakses via internet, begitu juga dengan audio visual atau media elektronik tak ketinggalan pula.

Fenomena ini menunjukkan bahwa revolusi teknologi komunikasi massa telah mencapai proporsinya yang luar biasa. Tentunya perkembangan ini tidak selalu mempunyai dampak yang positif. Semakin pesat perkembangan teknologi komunikasi massa tentunya dampak yang ditimbulkan baik positif maupun negatif semakin besar pula efeknya.

Untuk membahas lebih lanjut terlebih dahulu membahas pengenian dari komunikasi massa itu sendiri. Definisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan Bittner (1980: 10) yang kemudian di kutip oleh jalaluddin Rakhmat menyatakan bahwa, “Mass communication is messages communicated through amass medium to a large number of people. (Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang).” (Rakhmat, 2000: 188).

Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan


(46)

menggunakan media. Melakukan kegiatan komunikasi massa jauh lebih sukar dari pada komunikasi antar pribadi.

2.2.2 Karakteristik Komunikasi Massa

Dalam komunikasi massa terdapat juga ciri-ciri khusus seperti yang dikatakan oleh Severin dan Tankard Jr dikaitkan dengan pendapat Devito sebagaimana dikutip oleh Onong Uchjana Effendy dalam “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek”, maka komunikasi massa mempunyai ciri khusus yang disebabkan oleh sifat-sifat komponennya, ciri-cirinya sebagai berikut :

1. Komunikasi massa berlangsung satu arah, Ini berarti bahwa tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada komunikator, dengan kata lain perkataan komunikator tidak mengetahui tanggapan para pembacanya terhadap pesan atau berita yang disiarkan.

2. Komunikasi pada komunikasi massa melembaga, yakni suatu institusi atau organisasi, oleh karena itu komunikatornya melembaga, mempunyai lebih banyak kebebasan.

3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum, media ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum, tidak ditujukan kepada sekelompok orang tertentu. Media massa tidak akan menyiarkan suatu pesan yang tidak menyangkut kepentingan umum.


(47)

4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan, ciri ini merupakan yang paling hakiki dibandingkan dengan media komunikasi lainnya.

5. Komunikasi massa bersifat heterogen, komunikasi adalah khalayak yang merupakan kumpulan anggota masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen dalam keberadaannya secara terpecah-pecah, dimana satu sama lain tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi, masing-masing berbeda dalam berbagai hal, jenis kelaminnya, usia, agama, ideologi, pekerjaan, pendidikan, pengalaman hidup, kebudayaan, pandangan hidup, keinginan, cita-cita dan sebagainya. (Effendy, 1984 : 23)

Pada umumnya memang media massa bersifat seperti diatas baik media cetak maupun media elektronik. Akan tetapi masyarakat tidak menyadari bahwa salah satu sifat dari media massa dapat menimbulkan keserempakan di lingkungan masyarakat.

2.2.3 Fungsi dan Efek Komunikasi Massa

Komunikasi massa berfungsi untuk menyebarluaskan informasi, meratakan pendidikan, merangsang pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan kegembiraan dalam hidup seseorang. Tetapi dengan


(48)

perkembangan teknologi komunikasi yang begitu cepat terutama dalam bidang penyiaran dan media pandang dengar (audio visual), menyebabkan fungsi media massa telah mengalami banyak perubahan.

Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa timbul pada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena itu efek melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis. Mengenai efek komunikasi ini dapat kita klasifikasikan sebagai efek kognitif, efek afektif dan efek behavioral.

Efek kognitif berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti, yang tadinya bingung menjadi merasa jelas.

Efek afektif berkaitan dengan perasaan. Perasaan akibat terpaan media massa itu bisa bermacam - macam, senang sehingga tertawa terbahak - bahak, sedih sehingga mencucurkan air mata, takut sampai merinding, dan lain - lain perasaan yang hanya bergejolak dalam hati.

Efek Behavioral bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha, yang cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan. Efek ini tidak langsung timbul sebagai akibat terpaan media massa, melainkan didahului oleh efek kognitif dan / atau efek afektif. Dengan perkataan lain, timbulnya efek behavioral setelah muncul efek kognitif dan efek afektif.


(49)

2.3 Tinjauan Tentang Media 2.3.1 Definisi Media

Media seperti yang didefinisikan dalam kamus ilmu komunikasi adalah sarana yang dipergunakan sebagai saluran untuk menyampaikan suatu pesan kepada komunikan, apabila komunikan berada jauh tempatnya atau banyak jumlahnya atau kedua-duanya. (Effendy, 1989:220)

Pentingnya media dalam kegiatan penyebaran informasi terutama ditujukan bagi efesiensi dalam menjangkau sasaran. Sasaran kegiatan penyebaran informasi adalah masyarakat umum, terutama yang berkepentingan dengan isi informasi tersebut. Dengan demikian pemakaian media dianggap efisien bagi pemerataan informasi yang harus disampaikan.

Setiap media memiliki karakter atau ciri tersendiri dalam menyampaikan pesan, baik media lisan, cetak maupun media mekanik. Dalam menginformasikan pesan yang akan disampaikan oleh media tertentu kita harus memperhatikan ciri-ciri tersebut, terutama untuk media tertulis dan media mekanik karena media yang digunakan dalam proses komunikasi sekunder adalah kepanjangan dari media primer. Jika menggunakan media lisan kita harus memperhatikan siapa komunikan yang kita hadapi.

Dalam penyebarluasan informasi perlu pemikiran tentang pemilihan media dan cara-cara penggunaan media tersebut sehingga benar-benar dapat dimanfaatkan secara efektif dan efesien. Menurut Effendy, bahwa “…pemilihan dalam kegiatan komunikasi biasanya bergantung pada situasi dan kondisi serta


(50)

efek yang diharapkan. (Effendy, 1993:303) Isi pesan komunikasi dalam penyajian atau penyampaian pesannya perlu disesuaikan dengan daya tanggap masyarakat yang menerima pesan atau informasi tersebut.

Penyebaran informasi sebagai kegiatan komunikasi informatif, tentunya bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai sesuatu hal. Pada umumnya dalam kegiatan penyebaran informasi digunakan komunikasi bermedia. Para ahli komunikasi mengatakan bahwa, “keefektifan dan keefesienan komunikasi bermedia hanya dalam menyebarkan pesan-pesan yang sifatnya informatif” (Effendy, 1993:8).

2.4. Tinjauan Tentang Jurnalistik 2.4.1. Definisi Jurnalistik

Kegiatan Jurnalistik (journalistic) sebenarnya sudah lama dikenal oleh manusia di dunia ini.karena tanpa kita sadari kegiatan Jurnalistik selalu hadir dan ada di tengah–tengah masyarakat, sejalan dengan kegiatan pergaulan hidup nya yang dinamis, terutama sekali dalam masyarakat Modern sekarang ini.

Dalam perjalanannya, Jurnalistik sebagai suatu disiplin ilmu telah mengalami perkembangan yang hebat. Di mulai dari jaman jayanya kerajaan Romawi Kuno saat di bawah kekuasaan Raja Julius Caesar. Pada masa itu kegiatan Jurnalistik di lakukan oleh para budak belian yang di suruh oleh majikannya untuk mengutip informasi tentang segala peristiwa hari itu yang berkaitan dengan status atau kegiatan usaha


(51)

majikannya dan di beritakan dalam acta diurna (rangkaian kata hari itu) yang di pasang di Forum Romanum (Stadion Romawi).

“Kata jurnal sendiri berasal dari bahasa Prancis, journal yang berarti catatan harian.hampir sama bunyi ucapannya dengan kata yang di temukan pada bahasa Latin, diurna. yang mengandung arti hari ini. Adapun kata istik merujuk kepada masalah Estetika yang berarti ilmu pengetahuan tentang keindahan. Keindahan yang di maksud adalah mewujudkan berbagai produk seni dan keterampilan dengan menggunakan yang di perlukan seperti, kayu, batu, kertas, cat, atau suara. Dalam hal ini meliputi semua macam bangunan, kesusastraan dan musik.” (Pringgodigdo, 1973: 383).

Dengan demikian secara Etimologi, Jurnalistik dapat di artikan sebagai suatu karya seni dalam hal membuat catatan tentang peristiwa sehari–hari, karya yang mana memiliki kaindahan dan dapat menarik perhatian khalayak sehingga dapat di nikmati dan di manfaatkan untuk kebutuhan hidup.

Menurut Astrid S. Susanto dalam buku “Komunikasi Massa” menerangkan bahwa, “Jurnalistik adalah sebagai kejadian pencatatan dan atau pelaporan serta penyebaran tentang kejadian sehari-hari.” (Susanto, 1986: 73). Begitu pula dengan Onong Uchana Effendy yang mengatakan, bahwa “Jurnalistik merupakan kegiatan pengolahan laporan


(52)

harian yang menarik minat khalayak, mulai dari peliputan sampai dengan penyebaran kepada masyarakat.” (Effendy, 1981: 102).

Lain halnya dengan A. W. Widjaja yang menyebutkan, bahwa: “Jurnalistik merupakan suatu kegiatan komunikasi yang di lakukan dengan cara menyiarkan berita ataupun ulasannya mengenai berbagai peristiwa atau kejadian sehari-hari yang aktual dan faktual dalam waktu yang secepat-cepatnya”. (Widjaja, 1986: 27)

Secara ringkas Djen Amar mendefinisikan, “Jurnalistik sebagai kegiatan mengumpulkan, mengolah, dan menyebarkan berita kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya”. (Amar, 1984: 30)

Secara umum Jurnalistik dapat diartikan sebagai teknik mengolah berita, mulai dari mencari berita sampai dengan menyebarkankannya kepada khalayak yang membutuhkan.segala sesuatu yang dianggap menarik dan penting untuk khalayak, bisa dijadikan bahan berita untuk di sebarluaskan kepada masyarakat, dengan menggunakan sebuah media. Seperti yang di ungkapkan oleh Sumadiria, dalam bukunya Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature, Jurnalistik adalah: “Kegiatan menyiapkan, mencari, mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan menyebarkan berita melalui media berkala kepada khalayak dengan secepat-cepatnya.” (Sumadiria, 2005: 3).

Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa Jurnalistik adalah sebuah proses pencarian berita sampai berita tersebut disebarluaskan kepada khalayak dengan menggunakan media berkala. Terkait dengan


(53)

hubungan antara jurnalistik dan pers, kita harus mengetahui dulu apa arti dari pers itu sendiri. Adapun istilah pers adalah berasal dari istilah asing. Yang pada aslinya adalah di tulis dengan kata press, yang berarti „percetakan’ atau „mesin cetak’. Mesin cetak inilah yang memungkinkan untuk terbitnya sebuah surat kabar, sehingga orang-orang mengatakan persitu adalah surat kabar.

Dari gambaran tersebut kita dapat memahami adanya dua pengertian umum dari pers. Yang pertama, arti pers secara sempit adalah “Persurat kabaran yang menjalankan kegiatan Jurnalistik”. Sedangkan yang kedua, arti pers secara luas adalah “Suatu lembaga kemasyarakatan yang menjalankan kegiatan Jurnalistik”. Hubungan antara pers dan jurnalistik menurut Suhandang didalam bukunya Pengantar Jurnalistik, Seputar Organisasi, Produk dan Kode Etik, Pers dan Jurnalistik secara luas adalah:

“Merupakan suatu kesatuan (Institusi) yang bergerak dalam bidang penyiaran informasi, hiburan, keterangan dan penerangan tadi dengan maksud muntuk memenuhi kebutuhan hati nurani manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupan sehari-hari.” (Suhandang, 2004: 40)

Oleh karena itu, kalau berbicara mengenai pers mau tidak mau kita harus pula mempelajari ilmu tentang Jurnalistik. Dengan kata lain, pers sangat erat hubungannya dengan Jurnalistik. Pers sebagai media


(54)

komunikasi massa tidak akan berguna apabila semua sajiannya sangat jauh dari prinsi-prinsip Jurnalistik.seperti juga di kemukakan oleh Effendy, dalam buku Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Pers adalah:

“Lembaga atau badan atau organisasi yang menyebarkan berita sebagai karya jurnalistik kepada khalayak. Pers dan jurnalistik dapat di ibaratkan sebagai raga dan jiwa. Pers adalah aspek raga, karena ia berwujud, konkret, nyata; oleh karena itu ia dapat di beri nama. Sedangkan jurnalistik adalah aspek jiwa, karena ia abstrak, merupakan kegiatan, daya hidup, menghidupi aspek pers.” (Effendy, 2003: 90).

Dari pengertian di atas, dapat dikatakan pers merupakan suatu kesatuan, pers tidak mungkin dapat beroperasi tanpa jurnalistik, dan sebaliknya jurnalistik tidak akan membuat suatu karya berita tanpa adanya pers.

2.4.2 Bahasa Jurnalistik

Bahasa Jurnalistik adalah gaya bahasa yang digunakan wartawan dalam menulis berita. Disebut juga Bahasa Komunikasi Massa (Language of Mass Communication, disebut pula Newspaper Language), yakni bahasa yang digunakan dalam komunikasi melalui media massa, baik komunikasi lisan (tutur) di media elektronik (radio dan TV) maupun komunikasi tertulis (media cetak dan online), dengan ciri khas singkat, padat, dan mudah dipahami.


(55)

Bahasa Jurnalistik memiliki dua ciri utama : komunikatif dan spesifik. Komunikatif artinya langsung menjamah materi atau langsung ke pokok persoalan (straight to the point), bermakna tunggal, tidak konotatif, tidak berbunga-bunga, tidak bertele-tele, dan tanpa basa-basi. Spesifik artinya mempunyai gaya penulisan tersendiri, yakni kalimatnya pendek-pendek, kata-katanya jelas, dan mudah dimengerti orang awam.

Bahasa Jurnalistik hadir atau diperlukan oleh insan pers untuk kebutuhan komunikasi efektif dengan pembaca (juga pendengar dan penonton).

Menurut S. Wojowasito yang kemudian dikutip oleh Sumadiria menerangkan, bahwa:

“Bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa sebagai tampak dalam harian-harian dan majalah-majalah. Dengan fungsi yang demikian itu bahasa tersebut haruslah jelas dan mudah dibaca oleh mereka dengan ukuran intelek yang minimal. Sehingga sebagian besar masyarakat yang melek huruf dapat menikmati isinya. Walaupun demikian tuntutan bahwa bahasa jurnalistik harus baik, tak boleh ditinggalkan. Dengan kata lain bahasa jurnalistik yang baik haruslah sesuai dengan norma-norma tata bahasa yang antara lain terdiri atas susunan kalimat yang benar, pilihan kata yang cocok.” (Sumadiria, 2006: 6).


(56)

2.5 Tinjauan Tentang Jurnalistik Online

2.5.1 Pengertian Jurnalistik Online

Jurnalistik online merupakan media terbaru yang bisa menyampaikan berita secara cepat dan sangat aktual atau kejadian yang baru terjadi lalu diolah menjadi sebuah berita.

Jurnalistik pada dasarnya adalah sebuah tulisan yang melaporkan, memberitakan dan menganalisa tentang sebuah fakta atau kejadian yang berakar pada waktu, yang kemudian dipilih dan diolah oleh reporter, penulis dan editor untuk memberitakan sebuah berita dari sudut pandang yang berbeda. Kemudian online yang dimaksudkan di sini adalah dengan memanfaatkan jaringan Internet ditambah informasi layanan komersial secara online seperti pada AoL (American Online) atau pada SATUNET dan

DETIK.COM ,tempo.co.id , antara .co.id ,ataupun media online lainnya. Jadi maksud Definisi Jurnalisme Online adalah Jurnalisme yang memanfaatkan internet sebagai medianya sehingga dapat diakses secara global ke seluruh dunia. (Fajar Widiantoro, Wartawan detik.com)


(57)

2.5.2 Ciri-ciri Jurnalistik Online

Wartawan Detik.com Fajar Widianto mengatakan, berikut adalah ciri-ciri Jurnalisme Online :

1. Borderless, dalam jurnalisme online tidak ada deadline, karena berupa running news

2. Breaking news / running news, berita selalu di update

3. Cepat, penerimaan berita oleh audience cepat karena melalui internet 4. Sebaran luas, jangkauan berita luas,karena bersifat global

5. 24 jam non-stop, berita dapat diakses 24 jam non-stop karena melalui media internet

6. Mudah dicerna, karena kebanyakan straightnews 7. Singkat, singkat karena biasanya berupa straightnews

8. Rekaman mata, merupakan laporan langsung dari mata reporter 9. Sifatnya langsung, pembaca dapat langsung berinteraksi

(Fajar Widiantoro, Wartawan detik.com)

2.5.3 Perbedaan Jurnalistik Online dan Jurnalistik Cetak Jurnalistik Online :

 Jenis berita kebanyakan straightnews  Borderless atau tidak mempunyai deadline

 Interaksi pembaca cepat, karena melalui media seperti e-mail dan forum pada internet


(58)

 Tidak memakan tempat karena berupa data  Update berita cepat

 Akses luas, walau di daerah-daerah pedalaman masih dapat dijangkau asal ada koneksi internet

Jurnalistik Cetak :

 Jenis berita bermacam macam seperti hardnews, softnews, feature dan indephendent report

 Ada deadline bagi para Jurnalisnya

 Pembaca dalam melakukan interaksi memakan waktu yg lebih lama.  Tidak dapat diakses 24 jam non-stop.

 Memakan tempat (space). Misal koran yang menumpuk terlalu lama.  Update berita pada hari selanjutnya.

 Akses tempat terbatas/tidak dapat menjangkau daerah-daerah pedalaman

2.6 Tinjauan Tentang Wartawan

2.6.1 Definisi Wartawan

Wartawan atau Reporter adalah seorang yang bertugas mencari, mengumpulkan dan mengolah informasi menjadi berita, untuk disiarkan melalui media massa. Jika wartawan itu menyiarkan beritanya melalui surat kabar atau majalah, ia disebut sebagai wartawan media cetak. Tetapi ada juga wartawan yang menyiarkan beritanya itu melalui radio atau televisi. Ia disebut dengan wartawan radio atau wartawan televisi. Sekarang, ada


(59)

wartawan yang menyiarkan beritanya itu melalui media online, maka ia disebut dengan wartawan surat kabar online. (Totok Djuroto 2002: 22)

2.6.2 Jenis-jenis Wartawan

Dari status pekerjaannya, wartawan dibedakan menjadi tiga yaitu:

1. Wartawan Tetap, yaitu wartawan yang bertugas di satu media massa dan diangkat menjadi karyawan tetap di perusahaan itu. Istilah karyawan tetap adalah mereka mendapat gaji tetap, tunjangan, bonus, fasilitas kesehatan, dan sebagainya serta diperlukan sebagaimana karyawan lainnya dengan hak dan kewajiban yang sama.

2. Wartawan pembantu, yaitu wartawan yang bekerja di satu perusahaan pers, tetapi tidak diangkat sebagai karyawan tetap. Mereka diberi honorarium yang disepakati, diberi surat tugas,(kartu pers) serta bisa diberi tugas sesuai kemampuannya, dan dapat mewakili penerbitannya bila meliput satu peristiwa. Tetapi tidak mendapatkan jaminan lain sebagaimana karyawan tetap. Biasanya wartawan pembantu ini merupakan jenjang kedua sebelum mereka diangkat menjadi karyawan tetap.

3. Wartawan Lepas, yaitu wartawan yang tidak terikat pada suatu perusahaan. Mereka bebas mengirimkan beritanya ke berbagai media massa. Jika berita atau tulisannya itu dimuat, mereka mendapatkan horarium, tetapi jika tidak dimuat, tidak mendapatkan imbalan apa-apa.


(1)

xiii

4.3.7. Untuk mengetahui Strategi Redaksi LKBN ANTARA Biro Bandung Terhadap Aktualitas Penyajian Berita Bagi

Wartawannya... 132

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 143

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 154

5.2. Saran-saran ... 157

5.2.1. Saran Untuk Instansi...156

5.3.2. Saran Untuk Peneliti Lanjutan...157

DAFTAR PUSTAKA ... 158 LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


(2)

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Penulisan Ilmiah ini. Penulisan ilmiah ini disusun guna untuk memenuhi syarat untuk mengikuti sidang pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik Universitas Komputer Indonesia. Adapun judul dari penulisan ilmiah ini adalah:

Strategi Redaksi Wartawan Lembaga Kantor Biro Nasional (LKBN) Antara Biro Bandung Terhadap Aktualitas Penyajian Berita Bagi Wartawannya.

Tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang penulis temui dalam menyelesaikan penulisan ilmiah ini. Namun berkat kesabaran, keuletan, semangat serta dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya tulisan ilmiah ini dapat terselesaikan. Untuk itu pada kesempatan ini izinkan penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada :

1. Yang Terhormat Prof. Dr. J. M. Papasi selaku Dekan Fakultas Sosial dan Ilmu Politik, yang telah mengeluarkan surat pengajuan penelitian.

2. Yang Terhormat Rismawaty, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi, yang telah memberikan pengesahan pada usulan penelitian untuk diseminarkan.


(3)

vii

3. Yang Terhormat Melly Maulin, S.Sos, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

4. Yang Terhormat Drs. Manap Sholihat, S.Sos, M.Si, selaku Dosen wali Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

5. Yang Terhormat Desayu Eka Surya, S.Sos., M.Si, selaku pembimbing terima kasih atas bimbingan dan kesabarannya yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tulisan ilmiah ini.

6. Yang Terhormat Mbak Asri dan Mbak Ferina selaku Sekretaris Prodi Ilmu Komunikasi dan juga Mbak Ratna Widiastuti selaku Sekretaris Dekan Prodi Ilmu Komunikasi

7. Ayah dan Ibu tercinta keluarga besar yang selalu memberikan doa, motivasi, bantuan moril, dan materil kepada penulis.

8. Kakak-kakakku tercinta Andy Alfiandri dan Astrid Aviananda yang telah memberikan penulis motivasi sehingga tulisan ilmiah ini dapat selesai tepat pada waktunya.

9. Teman-teman “seperjuangan” di UNIKOM anak – anak Ilmu Komunikasi

’06 yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan ilmiah ini


(4)

viii

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan usulan penelitian ini masih diperlukan penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi isi maupun pemakaian kalimat dan kata - kata yang tepat, oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan penulisan ilmiah ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam melakukan penulisan ilmiah ini dan semoga penulisan ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca lainnya umumnya. Semoga semua bantuan, dorongan dan bimbingan yang telah diberikan itu akan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Bandung, Juli 2010


(5)

iii

Dan jangan kamu mengatakan tentang sesuatu, dengan

perkataan “aku akan melakukan besok”. Kecuali dengan

mengatakan “insya Allah, jika Allah menghendaki”. Dan ingatlah

kepada tuhanmu ji

ka kamu lupa dan katakanlah, “semoga

tuhanku memberi hidayah petunjuk bagiku kepada jalan yang

telah dekat kebenarannya dari pada itu”. (Qs. Al

-Kahfi : 23-24)

Kupersembahkan sebagai tanda

terima kasih kepada kedua orang

tuaku yang selalu mem

berikan do’a,

limpahan kasih sayang, semangat

dan materi kepadaku.


(6)

ii

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Karya tulis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (Ahli Madya, Sarjana, Master dan Doktor) baik di Universitas Komputer Indonesia maupun Perguruan Tinggi lainnya.

2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan penelitian saya sendiri tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah dan dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dan jelas ditentukan sebagai acuan dalam naskah yang telah disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya bersedia menerima sangsi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini serta lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di Perguruan Tinggi ini.

Bandung, Juli 2010

( Irfan Firgiawan )