Perancangan Informasi Makanan Tradisional Cirebon Melalui Media Buku

(1)

(2)

(3)

(4)

57 RIWAYAT HIDUP

Data Riwayat Hidup

Nama Lengkap : Fitri Gusniawati

Tempat, tanggal lahir : Surabaya, 18 Maret 1994 Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Jl. Mekar Sugih No.12 RT/RW 005/001 Panghegar No. Hp : 082214633394

Email : fitrigusniawati@gmail.com

Riwayat Pendidikan

Tahun Pendidikan

2012 - 2016 Universitas Komputer Indonesia

2009 – 2012 SMKN 7 Bandung

2006- 2009 SMP Karya Pembangunan X Bandung


(5)

Laporan Pengantar Tugas Akhir PERANCANGAN INFORMASI

MAKANAN TRADISIONAL CIREBON MELALUI MEDIA BUKU

DK 38315 / Tugas Akhir Semester II 2015-2016

oleh:

Fitri Gusniawati NIM. 51912102

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(6)

iii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan izin-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan “Perancangan Informasi Makanan Tradisional Cirebon Melalui Media Buku” ini sehingga dapat selesai tepat pada waktunya. Tidak lupa shalawat serta salam juga penulis curahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.

Tugas Akhir yang berjudul “Perancangan Informasi Makanan Tradisional Cirebon Melalui Media Buku” dibuat guna sebagai syarat kelulusan bagi mahasiswa/mahasiswi yang telah menempuh pendidikan pada Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Desain di Universitas Komputer Indonesia. Selama pembuatan laporan ini penulis tentunya mengalami hambatan. Tetapi, dengan bimbingan, bantuan dan serta dorongan dari berbagai pihak yang terkait kesulitan tersebut dapat teratasi, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Ivan Kurniawan, M.Ds., yang sudah membimbing selama proses pembuatan tugas akhir ini, Bapak Irwan Tarmawan, M.Ds., dosen wali yang selalu memberikan arahan dan nasihatnya, dan orang tua penulis yang selalu memberikan selalu dorongan dan motivasi baik moril dan materil.

Semoga dengan adanya laporan tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan semua pihak yang terkait.

Bandung, Juli 2016

Penulis,


(7)

vi DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 3

I.3 Rumusan Masalah ... 3

I.4 Batasan Masalah ... 4

I.5 Tujuan dan Manfaat Perancangan ... 4

BAB II. RAGAM MAKANAN TRADISIONAL CIREBON MELALUI MEDIA BUKU II.1 Pengertian Makanan Tradisional ... 5

II.2 Cirebon ... 6

II.2.1 Monografi Cirebon ... 7

II.2.2 Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Cirebon ... 9

II.3 Makanan Tradisional Cirebon ... 11

II.4 Pengetahuan masyarakat tentang ragam makanan tradisional Cirebon ... 19

II.5 Analisa ... 20

II.6 Usulan Perancangan ... 20

BAB III. STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP DESAIN III.1 Strategi Perancangan ... 21


(8)

vii

III.1.1 Khalayak Sasaran Perancangan ... 21

III.1.2 Tujuan Komunikasi ... 24

III.1.3 Pendekatan Komunikasi ... 24

III.1.4 Materi Pesan ... 25

III.1.5 Gaya Bahasa ... 26

III.1.6 Mandatory... 26

III.1.7 Strategi Kreatif ... 26

III.1.8 Strategi Media ... 27

III.1.9 Strategi Distribusi ... 29

III.2 Konsep Desain ... 30

III.2.1 Format Desain ... 30

III.2.2 Tata Letak ... 30

III.2.3 Huruf ... 32

III.2.4 Warna ... 33

III.2.5 Ilustrasi ... 35

BAB IV. MEDIA UTAMA & TEKNIK PRODUKSI IV.1 Media Utama ... 36

IV.2 Media Pendukung ... 41

IV.2.1 X-Banner ... 41

IV.2.2 Poster ... 42

IV.2.3 Flyer ... 43

IV.2.4 Stiker ... 44

IV.2.5 Buku Catatan (Notes) ... 45

III.2.6 Flag Chain ... 46

III.2.7 Pembatas Buku ... 47

III.2.8 Sosial Media ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49

LAMPIRAN ... 51


(9)

49

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Adeng, dkk. 1998. Kota Dagang Cirebon Sebagai Bandar Jalur Sutra. Bandung, Departemen Pendidikan dan kebudayaan.

Dianawati, Ajen. 2015. 50 Masakan Khas Jawa Barat. Jakarta Selatan, PT Wahyumedia

F, Santosa Harianto (editor). 2003. Profil Daerah Kabupaten Dan Kota Jilid 2. Jakarta, Kompas.

M, Noer Nurdin (editor). 2001. Bulan Tanpa Awan, Bappeda Kota Cirebon. Natadiningrat Arief. 2004. Cirebon Sebagai Pusat Kebudayaan Jawa Barat dan

Daerah Tujuan Wisata Ziarah. Bandung, Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat

Sahaji, Miftah. 2010. Wisata Kuliner Makanan Daerah Khas Cirebon. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama PT

T, Intani Ria. 2006. Wisata Budaya Di Jawa Barat. Bandung, Balai Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional Departemen Budaya Dan Pariwisata

Herayati Yetti. 1986. Makanan, Wujud, Variasi Dan Fungsi Serta Cara Penyajian Pada Orang Sunda Daerah Jawa Barat. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Website

Apriyulia (2015). Perancangan Buku Ilustrasi Orang Rimba Dan Kebudayaan Sebelum Modernisasi Masuk. Tersedia di: http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=306237 [04 Mei 2016]

Bernath Panji. 2012 (29 Februari). Sega Jamblang (nasi Jamblang).

Tersedia di: http://budaya-indonesia.org/Sega-Jamblang-nasi-Jamblang/ [05 Agustus 2016]


(10)

50 Erpina Mariana (2013). Perancangan iklan Cipanganti Travel. Tersedia di:

http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=194347 [06 Mei 2016]

Evi . 2015 (25 Oktober). Kuliner di Istana Cirebon, Menikmati Nasi Bogana.

Tersedia di: http://bisniswisata.co.id/kuliner-di-istana-cirebon-menikmati nasi-bogana/ [06 Mei 2016]

M, Noer Nurdin. 2015 (03 Juli). Cirebon Kuno dan Kini, Berburu Sate Kalong.

Tersedia di : http://www.cirebontrust.com/cirebon-kuno-dan-kini-79 berburu-sate-kalong.html [05 Juli 2015]

Nurjanah (2012). Upaya Pengenalan Warna Melalui Praktik Langsung Di TK ABA Purwodiningratan Yogyakarta. Tersedia di: http://eprints.uny.ac.id/9885/ [05 Agustus 2016]

Oktarina Dwi Putry, Tiara (2013). Museum makanan tradisional Jawa Barat di Bandung. Tersedia di: http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=202613 [11 April 2016]

Pikiran Rakyat Online. 2013 (18 Maret). Sejumlah Makanan Tradisional Cirebon Nyaris Hilang. Tersedia di: http://www.pikiran-rakyat.com [11 April 2016]

Putra Ilham Rizaldi Permadi (2013). Pembuatan Buku Fotografi Makanan (Studi Kasus Obyek Masakan Jawa Timur). Tersedia di: jurnal.stikom.edu/index.php/ArtNouveau/article/viewFile/198/169

[05 Agustus 2016]

Rosidin Endih (2015). Perancangan Buku Informasi Beras Pandan Wangi Di Kabupaten Cianjur. Tersedia di: http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/660/jbptunikompp-gdl-endihrosid 32980-9-unikom_e-i.pdf [05 Agustus 2016]

Wilda. 2015 (14 Desember). Nasi Bogana, Kuliner Unik Khas Keraton Kacirebonan. Tersedia di: http://www.cirebontrust.com/nasi-bogana kuliner-unik-khas-keraton-kacirebonan.html [06 Mei 2016]


(11)

1 BAB I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia. Makanan berfungsi untuk memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan atau perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang rusak, memperoleh energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari, mengatur metabolisme dan berbagai keseimbangan air, mineral, dan cairan tubuh yang lain, juga berperan di dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit (Notoatmodjo, 2003).

Makanan dapat digolongkan atas makanan berat dan makanan ringan. Kategori makanan berat meliputi jenis makanan seperti nasi dan lauk pauknya, yang biasanya dikonsumsi sehari-hari. Sementara kategori makanan ringan meliputi jenis makanan seperti jajanan pasar dan makanan penutup atau cemilan.

Kultur masyarakat Cirebon merupakan kolaborasi antara kultur budaya Sunda dan Jawa. Di wilayahnya, kultur tersebut terbagi lagi atas kultur pelabuhan dan pertanian. Lebih dari sekedar pertemuan dua budaya tersebut, budaya Cirebon memiliki kekhasan yang lain karena terpadunya unsur budaya Hindu, Cina, dan Islam. Dengan kondisi yang demikian, mau tidak mau kultur tersebut berpengaruh pada corak makanan masyarakat.

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Disporbudpa) kota Cirebon, Adin Imaduddin Nur (seperti dikutip Pikiran Rakyat, 2013) menjelaskan, bahwa makanan tradisional Cirebon rata-rata berkaitan dengan siklus kehidupan manusia. Misalnya “Growol, olahan dari beras atau singkong yang dibentuk tumpeng dan di dalamnya diberi gula merah. Growol dulu disajikan saat musim panen yakni gebegan atau ketika petani mengikat tanaman padi.” Namun sekarang Growol tidak lagi dijumpai di pasar-pasar tradisional. Ada lagi Klepon, yang dulunya disajikan sebagai bentuk doa agar cepat sembuh dari penyakit bisul. Adapula makanan-makanan tradisional lain


(12)

2 yang masih tetap ada dalam tradisi, seperti bubur lolos, bubur merah dan putih. Bubur lolos, bubur merah dan putih terutama berkaitan dengan kelahiran anak. Salah satu peninggalan yang kurang dibahas oleh masyarakat adalah peninggalan budaya dalam bentuk makanan tradisional Cirebon. Padahal, adanya pembauran budaya telah memberikan inspirasi pada penduduk untuk mengolah beberapa hasil sumber kekayaan alam menjadi makanan khas setempat yang kemudian selain menjadi makanan sehari-hari penduduknya juga dijadikan sumber mencari nafkah. Dari hal tersebut maka hadir makanan tradisional Cirebon.

Salah satu yang amat melekat yaitu pengaruh kebudayaan Hindu, baik yang tumbuh di Jawa (Hindu-Jawa) maupun di Sunda (Hindu-Sunda). Pengaruh Hindu tampak sebagaian pada lukisan kaca. Ragam Hias pada lukisan kaca merupakan campuran ragam hias dengan corak Hindu, Persia atau Tiongkok, dan ditambah dengan kaligrafi.

Budaya Cina tergurat dalam unsur-unsur budaya Cina tampak jelas pada ornament-ornamen dalam keraton, mesjid, kereta pusaka, dan seni batik. Pada seni batik, dalam konteks Cirebon, banyak terdapat gaya dan pola yang berani seperti liong, singah, gajah, mega mendung, wadas, tumbuh menjalar, serta ayam jago yang berkokok.

Kebanyakan motif ini menunjukkan kekuatan, kejantanan, dan keberanian, kadang-kadang keagresifan, petunjuk tentang suatu bangsa yang ingin memperkenalkan kehadirannya setelah begitu lama ditelantarkan oleh dunia luar. Dari masakan-masakannya, juga memperlihatkan tanda-tanda yang sama bahwa budaya Cirebon merupakan perpaduan berbagai tradisi (Ria Intan T, 2006: 309).

Beberapa jenis makanan tradisional Cirebon telah dikenal dan dikonsumsi oleh masyarakat di luar daerah asalnya. Diantaranya, Nasi lengko, Nasi jamblang, dan utamanya Empal Gentong dan Tahu gejrot biasa dijajahkan dengan berkeliling ke perumahan-perumahan. Selain itu, makanan-makanan tersebut juga kerap hadir di sisi-sisi stand dalam suatu perhelatan pernikahan, khitanan, dan lain sebagainya.


(13)

3 Meskipun demikian, makanan tradisional yang diketahui masyarakat berkisar hanya pada beberapa jenis saja.

Berdasarkan uraian di atas dan melihat fenomena yang ada, makanan tradisional Cirebon merupakan bagian dari budaya Cirebon. Kultur masyarakatnya yang merupakan campuran antara budaya Sunda dan budaya Jawa mempengaruhi makanan tradisional Cirebon sebagian bagian dari budaya lokal masyarakat Cirebon. Penting kiranya memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat tentang sejarah pada makanan tradisional Cirebon agar masyarakat bisa tahu lebih jelas dan makanan tradisional Cirebon tetap dikenal oleh masyarakat di luar daerahnya.

I.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tentang ragam makanan tradisional Cirebon. Identifikasi masalah tersebut dituangkan dalam point-point

berikut:

 Terdapat sejarah pada makanan tradisional Cirebon sehingga menjadi salah satu bagian dari budaya Cirebon.

 Pada makanan tradisional Cirebon terdapat kultur sosial budaya masyarakat Cirebon.

 Terdapat pandangan masyarakat Cirebon dalam wujud budaya pada makanan tradisional Cirebon.

I.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dijelaskan maka dapat diambil perumusan masalah, yaitu:

 Bagaimana menjelaskan sejarah dan kultur yang terdapat pada ragam makanan tradisional Cirebon kepada masyarakat?


(14)

4 I.4 Batasan Masalah

Masalah akan difokuskan kepada enam bentuk dari makanan berat tradisional Cirebon, sejarah pada makanan tradisional Cirebon, tempat asal, dan waktu dikonsumsinya makanan tradisional Cirebon tersebut.

I.5 Tujuan dan Manfaat perancangan Tujuan perancangan

Tujuan perancangan ini adalah untuk menyampaikan informasi bentuk dan sejarah pada ragam makanan tradisional Cirebon kepada masyarakat, sebagai bagian dari kebudayaan yang ada di Cirebon.

Manfaat Perancangan

 Bagi Keilmuan

Perancangan ini diharapkan mampu menjadi sarana referensi pembelajaran dan pengembangan bagi mahasiswa yang akan melaksanakan penelitian untuk tugas akhir dan skripsinya.

 Bagi Masyarakat

Dengan perancangan ini diharapkan dapat memberikan informasi serta dapat menambah ilmu pengetahuan dan juga wawasan masyarakat tentang makanan tradisional yang ada di Cirebon.

 Bagi Penulis

Dengan perancangan ini diharapkan membantu penulis mendapatkan pengetahuan dan wawasan budaya tradisional dan juga menambah wawasan dalam merancang sebuah media informasi berupa buku.


(15)

5 BAB II. RAGAM MAKANAN TRADISIONAL CIREBON MELALUI MEDIA BUKU

II.1 Pengertian Makanan Tradisional

Menurut Muhilal (seperti dikutip Oktarina Putry, 2013) makanan tradisional merupakan makanan yang telah membudaya dikalangan masyarakat Indonesai, serta sudah ada sejak zaman nenek moyang. Winarno (1993) makanan tradisional adalah makanan yang pekat dengan tradisi setempat. Hadisantosa (1993) makanan yang dikonsumsi oleh golongan etnik dan wilayah spesifik.

Diolah berdasarkan resep yang secara turun temurun dan bahan yang digunakan berasal dari daerah setempat serta makanan yang dihasilkan juga sesuai dengan selera masyarakat.

Makanan Tradisional merupakan segala jenis makanan olahan asli khas daerah setempat mulai dari makanan lengkap, selingan, minuman yang cukup kandungan gizi dan biasa dikonsumsi oleh masyarakat daerah tersebut yang memiliki hubungan erat dengan sistem kebudayaan yang berada didalam suatu daerah. Makanan tradisional merupakan warisan budaya yang ada sejak zaman nenek moyang yang secara turun temurun diturunkan dari generasi satu ke generasi lainnya, sepanjang sejarahnya makanan tradisional di Indonesia telah terlibat jalur perdagangan dunia berkat lokasi dan sumber daya alamnya, ditambah dengan teknik memasak dan bahan makanan asli Indonesia mulai berkembang dan kemudian dipengaruhi oleh seni kuliner India, Timur Tengah, China, dan akhirnya Eropa, yang menjadikan makanan tradisional banyak memiliki variasi dan menjadikan makanan tradisional memiliki cita rasa setiap daerahnya.

Manusia memerlukan makanan dan minuman untuk melangsungkan hidup dan kehidupan, akan tetapi satu macam bahan makanan saja tidak cukup untuk memenuhi semua keperluan tubuh. Zat-zat makanan itu terdapat pada

tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan karena sifatnya larut pada air, selain daripada itu zat makanan juga terdapat pada hewan, baik pada dagingnya maupun pada air


(16)

6 susunya, sedangkan zat gula terdapat pada sari tebu dan bit, selain itu manusia juga memerlukan zat dari biji-bijian yang mengandung tepung terdapat pada umbui-umbian (Poerwosoedarno, 1977 : 33).

II.2 Cirebon

Cirebon merupakan kota pelabuhan, perdagangan, industri, dan pariwisata budaya di Jawa Barat. Sebenarnya dari kategori untuk Cirebon tersebut dapat disimpulkan bahwa dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu sebagai kota Masa Lalu dan Kota Masa Kini. Kota Masa Lalu merupakan kota pelabuhan dan kota perdagangan, sedangkan Kota Masa Kini adalah Cirebon sebagai kota industri dan pariwisata budaya.

Cirebon sebagai Kota Pelabuhan diperkuat dengan adanya sumber dari portugis, sekitar tahun 1513 yang dirangkum dalam catatan Tome Pires yang menyebut Cirebon dengan “Chorobon”. Menurut catatan Tome Pires tersebut, Cirebon adalah sebuah pelabuhan yang indah dan selalu ada empat sampai lima kapal yang berlabuh disana. Disamping sumber dari Portugis, istilah Cirebon terdapat pada sumber Belanda (abad 16, yang disebut sebagai “Charaboon”).

Gambar II.1 Tome Pires

Sumber:http://www.letraherido.com/images/imagenes%20exploradores/agallanes. jpg (Diakses 06 Desember 2015)

Cirebon sebagai kota perdagangan terungkap dalam manuskrip Purwaka Caruban Nagari. bahwa sejak abad XIV, wilayah Cirebon sudah menjadi pusat


(17)

7 perdagangan yang ramai. Bahkan hingga saat ini, kota Cirebon tetap layak dijuluki sebagai kota dagang yang menjanjikan (Arief Natadinigrat, 2004: 38). Sebagai Kota Masa Kini, yaitu kota industri dan pariwisata budaya, sektor industri yang ada di kota ini adalah industri pengolahan non migas yang pendapatan perkapitanya bisa mencapai Rp.13.000.000,- industri rokok seperti Ardath, Commodore, Lucky Strike, Pall Mall, dan perusahaan jaring ikan. Adapun sektor pariwisata budaya adalah berupa peninggalan bangunan bersejarah berupa empat buah keraton, sekaligus dengan berbagai upacara adatnya yang masih berlangsung hingga kini.

Satu upacara adat yang besar setiap tahun dilaksanakan oleh masing-masing keraton adalah upacara Panjang Jimat. Upacara ini mampu mengundang bukan saja masyarakat Cirebon dan sekitarnya, melainkan wisatawan nusantara dan bahkan mancanegara. Keraton-keraton di Cirebon sebagai pusat pemegang tradisi, ikut andil dalam pelestarian budaya daerahnya.

II.2.1 Monografi Cirebon

Kota Cirebon merupakan salah satu kota yang ada di Provinsi Jawa Barat. Kota ini berbatasan dengan sebelah barat Kabupaten DATI II Cirebon, sebelah utara dan barat laut dengan Kabupaten DATI II Indramayu, sebelah selatan dengan Kabupaten Kuningan, sebelah timur dengan Laut Jawa dan Provinsi Jawa Tengah. Mengenai Kota Cirebon masyarakat biasanya menyebut kota Cirebon adalah kota yang panas, hal ini disebabkan karena keadaan tanahnya sangat landai yang berada pada ketinggian 5 meter dari atas permukaan laut. Iklim di kota ini pada umumnya bersifat tropis dan kadang-kadang panas. temperatur maksimal terjadi pada bulan September sampai Oktober yang mencapai 32,5 C.

Sedangkan temperatur terendah pada bulan Juni sampai Juli mencapai 24 C sehingga suhu rata-rata 27 C. adapun curah hujan rata-rata 1.963 milimeter/tahun. Kelembaban udara mencapai angka tertinggi pada bulan Mei yaitu 94%, dan terendah pada bulan Juni, Juli, dan Agustus yaitu 48%.


(18)

8 Gambar II.2 Peta lokasi kota Cirebon

Sumber: http://img.pa-sumber.go.id/upload/yuridiksi.jpg (Diakses 06 Desember 2015)

Kotamdya DATI II Cirebon mempunyai luas wilayah 37.358 kilometer persegi. Kotamadya ini terdiri atas 5 kecamatan yaitu, Kecamatan Kejaksan, Lemahwungkuk, Pekalipan, Kesambi, dan Harjamukti dengan jumlah kelurahan sebanyak dua puluh dua kelurahan yaitu, kelurahan Kesenden, Kebonbaru, Kejaksan, Sukapura, Panjunan, Pengambiran, Kasepuhan, Lemahwungkuk, Pekalongan, Pekalipan, Pulasaren, Jagasatru, Pekiringan, Kesambi, Drajad, Sunyarangi, karyamulya, Kecapi, Larangan, Harjamukti, Kalijaga, dan Argasunya (Adeng dkk, 1998: 10).

Dalam sensus penduduk tahun 2000, jumlah penduduknya mencapai 272.263 jiwa, dengan agama yang dianut mayoritas agama Islam, dan bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa dialek Cirebon. Jarak kota Cirebon dari ibukota Provinsi Jawa Barat sekitar 130 kilometer melintasi Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka. Adapun jarak dari ibukota negara sekitar 240 kilometer.


(19)

9 Secara geografis, kota ini terletak pada 180 35 bujur timur dan 630 lingkar selatan, yang menghubungkan jalur perekonomian antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Kota Cirebon mempunyai keunggulan tersendiri, selain sebagai kota transit bagi mereka yang bepergian, kota ini menjadi tujuan wisata dan bisnis (Ria Intan T, 2006: 307).

II.2.2 Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Cirebon

Masyarakat Cirebon adalah pendukung salah satu sub kebudayaan yang ada di daerah Provinsi Jawa Barat, disamping sub kebudayaan Banten dan kebudayaan Sunda. Masyarakat ini berdiam terutama di kotamadya Cirebon dan Kabupaten Cirebon. Sementara sumber lain menyatakan bahwa yang dimaksud dengan daerah Cirebon, selain yang tersebut di atas, termasuk pula kabupaten Kuningan, kabupaten Majalengka, dan kabupaten Indramayu.

Masyarakat Cirebon sering menyebut masyarakatnya sebagai wong Jawa yang membedakannya dengan orang sunda yang disebut wong gunung. Dilihat dari segi budaya, orang Cirebon merupakan pedukung budaya hasil pertemuan kebudayaan Sunda dan Jawa. Hal ini dapat dilihat dalam segi bahasanya. Bahasa ini sering disebut dengan nama Bahasa Jawa Cirebon atau ada yang mengolongkannya sebagai dialek Jawa-Cirebon.

Pada awal perkembangannya, kesultanan Cirebon menggunakan bahasa Jawa-Cirebon dan huruf Jawa, disamping huruf Arab dan Latin. Hal ini kemungkinan disebabkan sebagai hasil hubungannya dengan kesultanan Demak dan Mataram. Bahasa dan huruf Jawa itu dugunakan oleh sastrawan keraton dan dituangkan dalam naskah kuno. Lebih dari sekedar pertemuan dua budaya tersebut di atas, budaya Cirebon memiliki kekhasan yang lain, karena terpadunya unsur budaya Hindu, Cina, dan Islam. Kultur Cirebon diwarnai oleh perkembangan agama islam yang terjadi di Cirebon pada abad 14 dan 15. Pengaruh agama islam mengakar pada relung kalbu masyarakat. Nilai-nilai tradisional termasuk keseniannya, selalu berdasarkan filsafah agamis dan itu masih berlangsung hingga kini yang diperkuat oleh masih berdirinya tiga buah keraton di Cirebon yaitu, Keraton Kasepuhan, Kaniman, dan Kacirebonan yang merupakan pusat pemegang tradisi. Setiap tahun


(20)

10 sekali, keraton-keraton tersebut diramaikan oleh upacara tradisional Muludan yang dikenal dengan Panjang Jimat (Adeng dkk, 1998: 25).

Gambar II.3 Upacara tradisional Muludan yang dikenal dengan Panjang Jimat Sumber: http://alit.co.id/wp-content/uploads/2015/09/panjangjimat4a.jpg

(Diakses 06 Desember 2015)

Terlepas dari upacara atau kegiatan budaya yang dilaksanakan oleh pihak keraton dan bernafaskan Islam, nilai-nilai tradisi juga masih berlangsung di kalangan masyarakat luas. Di daerah sepanjang pantai misalnya, para nelayan menyelenggarakan Upacara Nadran (Pesta Laut) setiap tahun sekali, yaitu mempersembahkan sesaji kepada penguasa laut.

Nilai-nilai lainnya terlihat pada upacara ritual yang diselenggarakan masyarakat perdesaan khususnya yaitu upacara yang berkaitan dengan daur hidup manusia seperti, upacara nujuh bulan, upacara kelahiran (gunting rambut, tedak siti), upacara khitanan, perkawinan, dan kematian. Kemungkinan juga upacara-upacara yang berkaitan denga peristiwa alam, pertanian dan sebagainya.

Salah satu yang amat melekat yaitu pengaruh kebudayaan Hindu, baik yang tumbuh di Jawa (Hindu-Jawa) maupun di Sunda (Hindu-Sunda). Pengaruh Hindu tampak sebagian pada lukisan kaca. Ragam hias pada lukisan kaca merupakan campuran ragam hias dengan corak Hindu, Persia atau Tiongkok, dan ditambah dengan kaligrafi.


(21)

11 Budaya Cina tergurat dalam unsur-unsur budaya lama seperti pada ragam hias dan lambang-lambang lainnya. Pengaruh budaya Cina tampak jelas pada ornamen-ornamen dalam keraton, mesjid, kereta pusaka, dan seni batik. Pada seni batik, dalam konteks Cirebon, banyak terdapat gaya dan pola yang berani seperti berbentuk liong, singa, gajah, mega mendung, wadas, tumbuh menjalar, serta ayam jago yang berkokok.

Kebanyakan motif ini menunjukkan kekuatan, kejantanan, dan keberanian, kadang-kadang keagresifan, petunjuk tentang suatu bangsa yang ingin memperkenalkan kehadirannya setelah begitu lama ditelantarkan oleh dunia luar. Dari masakan-masakannya, juga memperlihatkan tanda-tanda yang sama bahwa budaya Cirebon merupakan perpaduan berbagai tradisi.

Hal inilah yang menjadikan budaya Cirebon cenderung variatif dan kompleks. Aktivitas yang sifatnya masih tradisional selalu melibatkan banyak orang di dalamnya. Oleh karenanya bisa dikatakan bahwa nilai-nilai tradisi identik dengan kebersamaan, kegotong royongan, dan sejenisnya. Paling nyata bisa dijumpai pada saat-saat berlangsungnya suatu kegiatan upacara adat, peristiwa kematian, membangun rumah, dan semacamnya.

Apalagi bila kegiatan itu berkaitan dengan keraton. Keraton identik dengan berkah, dengan demikian siapa pun yang diberi kesempatan untuk terlibat atau membantu suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh keraton, dalam Upacara Muludan misalnya, dianggap suatu berkah (Ria Intan T, 2006: 309).

II.3 Makanan Tradisional Cirebon

Kultur masyarakat Cirebon merupakan kolaborasi antara kultur budaya Sunda dan Jawa. Di wilayahnya, kultur tersebut terbagi lagi atas kultur pelabuhan dan pertanian. Lebih dari sekedar pertemuan dua budaya tersebut, budaya Cirebon memiliki kekhasan yang lain karena terpadunya unsur budaya Hindu, Cina, dan Islam. Dengan kondisi yang demikian, mau tidak mau kultur tersebut berpengaruh pada corak makanan masyarakat.

Makanan dapat digolongkan atas makanan berat dan makanan ringan. Makanan berat biasanya di identikan dengan makanan yang diwajibkan. Artinya bahwa pada setiap harinya seseorang harus makan berat, pada umumnya tiga kali dalam


(22)

12 sehari. Adapun makanan ringan biasanya merupakan makanan selingan atau penyelang yakni antara waktu pagi dan siang hari, dan juga waktu sore hari dan malam hari.

Penyelang antara makanan wajib sebelum dan makanan wajib berikutnya. Makanan ringan yang biasanya jadi makanan penyelang, sebenarnya bukan saja untuk mengatasi rasa lapar sebelum sampai pada jam makan berikutnya tiba, melainkan dimaksud juga untuk melengkapi gizi seseorang. Oleh karena dikhawatirkan dari makanan berat yang dikonsumsi belum cukup memenuhi gizi seseorang.

Makanan juga digolongkan atas makanan jajanan dan makanan rumah. Makanan rumah merupakan makanan yang biasanya dikonsumsi di rumah-rumah, adapun makanan jajanan diperoleh dengan berjajan. Kembali ke konteks makanan Cirebon, sesuai dengan kondisi geografis dan latar belakang sejarah budayanya, terciptalah kemudian sejumlah makanan khas Cirebon.

Jenis-jenis makanan tradisional sesuai dengan geografis dan latar belakang sejarah budayanya :

 Nasi Bogana

Nasi Bogana yang pada awalnya memiliki arti nasi seadanya merupakan nasi syukuran khas Cirebon, Jawa Barat. Bogana berasal dari bahasa sunda adalah saboga-bogana atau saaya-ayana, yang berarti seada-adanya atau semampunya. Nasi Bogana di keraton KaCirebonan sendiri menjadi makanan khas keraton yang biasa disajikan pada saat upacara-upacara tradisi.

Nasi syukuran berupa tumpeng nasi kuning dengan pelengkap lauk pauk seadanya, biasanya tahu tempe, telur ayam, dan ayam semuanya dimasak dengan bumbu kuning. Tumpeng melambangkan kesatuan dengan tuhan. Warna kuning melambangkan keagungan. Lebih condong seperti nasi kuning tapi dengan bubuk kelapa. Kunyit juga berkhasiat untuk menghangatkan tubuh.

Nasi Bogana juga biasanya selalu dihidangkan saat acara tradisi Suroan, Rajaban, dan Syabanan. Sultan Kacirebonan Abdul Ghani berinovasi mengenalkan kepada masyarakat luas salah satu menu unik kerajaan, yaitu Nasi Bogana. Ia membuat gagasan Pawona Bogana. Sebuah konsep wisata kuliner yang tidak hanya sekedar


(23)

13 untuk tujuan profit, tetapi untuk mendukung dan menarik wisatawan ke keraton KaCirebonan.

Menurut Sultan KaCirebonan Abdul Ghani (seperti dikutip Cirebontrust.com, 14 Desember 2015) bahwa dengan adanya menu Nasi Bogana ini, masyarakat luas jadi semakin tahu ada menu unik kerajaan yang bisa dinikmati di Pawon Bogana, sehingga kuliner keraton ini tidak punah.

Gambar II.4 Nasi Bogana

Sumber: http://jurnalpatrolinews.com/wp-content/uploads/2015/08/nasi.jpg (Diakses pada 06 Mei 2016)

 Sate Kalong

Sate kalong bukan kalong yang sesungguhnya. Mereka menyebut sate kalong hanya karena makanan itu dijajakan khusus pada malam hari. Di sepanjang Jl. Pencinan Cirebon yang pada masa yang pada masa Walikota Kumaedhi Syafrudin dikenal sebagai “Pujamari” (Pusat Jajanan Malam Hari) terlihat beberapa pedagang sate kalong. Sate kalong yang dimaksud ternyata terbuat dari kulit sapi. Pada masa lalu, ketika ternak kerbau masih tersedia, sate ini dimasak dengan bahan baku daging dan kulit kerbau. Rasa sate ini ada yang gurih, asin, dan manis. Sambalnya pun secara khusus terbuat dari dage (oncom, Sunda). “Ini memang masakan khas Cerbon sejak lama,” ungkap Nasir, seorang pedagang sate kalong yang tetap setia mengunjungi penggemarnya. (seperti dikutip Cirebontrust.com, 03 Juli 2015)

Sate ini hanya ada di Kota Cirebon dan telah menjadi “tetenger” sejak puluh tahun lalu. Sate khas Cirebon yang terbuat dari bahan dasar daging kerbau. Disebut


(24)

14 “sate kalong”, karena memang cara dagangnya dilakukan pada malam hari yang oleh masyarakat setempat disebut sebagai “ngalong.” Sate kalong hingga kini masih bisa dijumpai di Jl. Pecinan (Pujamari) Kota Cirebon pada malam hari. Kini nasib pedagang “sate kalong” rupanya harus bersaing dengan masakan daging kalong yang sesungguhnya. Sayangnya masakan daging kalong ini masih kurang populer. Karena pada sebagian masyarakat masih merasakan jijik, jika melihat kalong yang bentuk tubuhnya mirip tikus bersayap. Berburu kalong yang dilakukan masyarakat Cirebon bagian utara ketika musim buah tiba. Menjala kalong ini bukan merupakan tradisi resmi yang wajib dilakukan, tetapi merupakan pekerjaan iseng sebagai pengisi waktu senggang.

Gambar II.5 Sate kalong Sumber: Dokumen Pribadi (Diakses pada 28 Januari 2016)

 Docang

Docang adalah makanan khas yang memang terdiri dari uraban (campuran) berbagai bahan makanan. Dari mulai dage (oncom = sunda), daun singkong, krupuk, lontong, sambal, dan bumbu-bumbuan. terdiri dari campuran yang lekat, namun sangat nikmat jika disantap. Makanan ini merupakan makanan konsumsi yang biasa dimakan setiap hari oleh masyarakat, baik pagi, siang maupun petang hari.

Docang sendiri berasal dari kata “godongan kacang” yang berarti sebagian besar kuahnya terdiri dari kacang-kacangan, seperti dage (oncom), tauge, kelapa, dan daun-daunan seperti daun papaya atau singkong dicampur parutan kelapa. Lahir di


(25)

15 daerah pertanian yang sangat kaya dengan tanaman kacang dan dedaunan. Daerah-daerah itu diantaranya Desa Kaliwadas, Tegalsari, Megu kecamatan Weru Kabupaten Cirebon.

Pusat makanan ini berada di daerah Kaliwadas kecamatan weru. Lima kilometer ke arah barat dari kota Cirebon. Pada setiap perayaan maulud di alun-alun Kanoman maupun Kasepuhan, Docang disuguhkan dengan cara nglemprak,

duduk di atas tikar. Namun dalam keseharian, makanan ini memang agak sulit dijumpai. Hanya ada satu tempat yang terkenal, yakni di Gg Rotan Karanggetas (Nurdin M Noer, 2016).

Gambar II.6 Docang Sumber:

http://www.indonesiakaya.com/assets/imagesweb/_images_gallery/1._Docang_ad alah_salah_satu_makanan_khas_dari_kota_Cirebon_.jpg

(Diakses pada 04 Mei 2016)

 Nasi Lengko

Nasi lengko berasal kata dari “nasi langka”. Kata langka dalam dialek Cerbon berarti tidak ada atau jarang. Pelengkap nasi lengko sangat sederhana seperti tahu, tempe,tauge, daun kucai, bumbu pecel, mentimun dan kecap. Jarena nasi dan lauk tersebut diaduk jadi satu, ada yang beranggapan penamaan nasi lengko berasal dari kata nasi “lekoh” (kental). Bahkan dalam perkembangannya, ada pula yang mengakronimkannya “lengko” sebagai nasi yang “lengkap dan ekonomis”, karena kesederhanaannya.


(26)

16 Nasi lengko, menurut catatan masyarakat Cirebon merupakan masakan hasil kreativitas masyarakat Cirebon sebagai siasat atas kondisi serba kekurangan pada masa pasca kemerdekaan. Awalnya masakan ini dijajakan di kawasan Pasar Mampo (Jl.Lawanggada sekarang). Popularitas inovasi ini segera merebak, sehingga ibu-ibu rumah tangga menjadikannya sebagai menu makanan pokok dan sangat jarang masyarakat Cirebon yang tidak mengenalnya.

Gambar II.7 Nasi Lengko Sumber: Dokumen pribadi (Diakses Pada 28 Januari 2016)

 Nasi Jamblang

Sega Jamblang (Nasi Jamblang dalam Bahasa Indonesia) adalah makanan khas masyarakat kota Cirebon, jawa Barat. Nama Jamblang berasal dari nama daerah di sebelah barat kota Cirebon tempat asal pedagang makanan tersebut. Ciri khas makanan ini adalah penggunaan daun jati sebagai bungkus nasi. Penyajian makanannya pun bersifat prasmanan. Menu yang tersedia antara lain sambal goreng (yang agak manis), tahu sayur, paru paru (pusu), semur hati atau daging, prekedel, sate kentang, telur dadar/telur goreng, telur masak sambal goreng, semur ikan, ikan asin,tahu dan tempe. Sega Jamblang adalah makanan khas Cirebon yang pada awalnya diperuntukan bagi para pekerja paksa pada zaman Belanda yang sedang membangun jalan raya Deandels dari Anyer ke Panarukan yang melewati wilayah Kabupaten Cirebon, tepatnya di Desa


(27)

17 kasugengan. Sega Jamblang saat itu dibungkus dengan daun jati, mengingat bila dibungkus dengan daun pisang kurang tahan lama sedangkan jika dengan daun jati bisa tahan lama dan tetap terasa pulen. Hal ini karena daun jati memiliki pori-pori yang membantu nasi tetap terjaga kualitasnya meskipun disimpan dalam waktu yang lama. Keberadaan Sega Jamblang sebagai makanan khas Cirebon (Bernath Panji, 2012).

Gambar II.8. Nasi Jamblang Sumber: Dokumen Pribadi. (Diakses pada 28 Januari 2016)

 Empal Gentong

Empal Gentong, empal dalam bahasa Cirebon artinya daging, sedangkan gentong nama wadah untuk memasak empal yang terbuat dari tanah liat atau gerabah. Empal gentong berasal dari Plered dan Megu kecamatan Weru. Ini bermula karena di kedua tempat tersebut banyak terdapat pejagalan atau tempat penyembelihan sapi dan kerbau. Penduduk memanfaatkan bagian tubuh hewan yang tidak disukai kalangan menengah itu lantaran mengandung kadar kolestrol yang tinggi.

Kulitnya dimanfaatkan untuk dibuat kerupuk kerbau. Pada masa sebelum merdeka, pada saat lebaran tiba, empal gentong dengan kerupuk kerbaunya menjadi sajian khas masyarakat di desa Plered dan Megu. Konon, sebenarnya empal gentong serupa dengan gulai betawi. Hanya saja gulai betawi terbuat dari


(28)

18 daging kambing atau biri-biri. Awalnya empal gentong berbahan mentah dari daging kerbau.

Dalam perkembangannya, karena daging kerbau semakin langka, maka banyak yang beralih ke bahan daging dan jeroan sapi, sedangkan kulitnya dibuat kerupuk menggantikan kerupuk kerbau yang juga semakin langka. Bumbunya meliputi, bawang merah, bawang putih, garam, kucai, dan bawang goreng. Empal gentong merupakan makanan jajanan, makanan ini bisa disantap kapan saja oleh masyarakat karena pedagangnya selalu ada, baik itu di pagi, siang, sore, atau bahkan malam hari (Ria Intan T, 2006: 326).

Gambar II.9. Empal gentong Sumber: Dokumen pribadi (Diakses pada 28 Januari 2016)


(29)

19 II.4 Pengetahuan masyarakat tentang ragam makanan tradisional Cirebon Penulis menyebarkan kuesioner secara online pada tanggal 04 Januari 2016 sampai dengan 10 Januari 2016 kepada 40 orang responden. Hasil kuesioner yang diperoleh sebagai berikut:

Tabel II.1. Pengetahuan Masyarakat Tentang Makanan Tradisional Cirebon (Sumber: Kuesioner Pendapat Masyarakat Terhadap Ragam Makanan Tradisional

Cirebon, pada 10 Januari 2016)

Tabel II.2. Pendapat Masyarakat Terhadap Sejarah Makanan Tradisional Cirebon (Sumber: Kuesioner Pendapat Masyarakat Terhadap Ragam Makanan Tradisional

Cirebon, pada 10 Januari 2016)

16 24

Pengetahuan Masyarakat Tentang Makanan

Tradisional Cirebon

iya tidak

1

34 5

Pendapat Masyarakat Terhadap Sejarah

Makanan Tradisional Cirebon


(30)

20 Dari hasil kuesioner, maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat kurang mengetahui ragam makanan tradisional Cirebon dan masyarakat masih kurang mengetahui sejarah pada makanan tradisional Cirebon.

II.5 Analisa

Berdasarkan dari analisa pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa:

 Cirebon memiliki keaneka ragaman makanan tradisional yang cukup bisa dinikmati oleh masyarakat luas, akan tetapi masyarakat masih sekedar mengetahui cara pembuatan dan cara penyajian saja.

 Masyakarat banyak yang beranggapan proses pembuatannya yang rumit sehingga masyarakat menjadi kurang tertarik.

 Kurangnya pembahasan tentang sejarah dalam makanan tradisional Cirebon ini dapat menjadikannya acuan untuk dapat membuat media informasi yang menjelaskan sejarah kultur yang terdapat pada makanan tradisional Cirebon.

II.6 Usulan Perancangan

Berdasarkan pejabaran diatas, dapat disimpulkan untuk merancang informasi makanan tradisional Cirebon melalui media dengan memanfaatkan buku untuk memberikan informasi secara luas dan mampu memahami gambaran budaya lokal dalam sejarah pada ragam makanan tradisional Cirebon. Agar masyarakat tidak hanya tahu tentang cara pebuatan dan cara penyajiannya saja, masyarakat pun bisa menambah pengetahuan dengan mengetahui sejarah kebudayaan masyarakat Cirebon pada makanan tradisional Cirebon. Mengangkat ragam makanan tradisional Cirebon diharapkan dapat menjadi solusi perancangan informasi makanan tradisional Cirebon.


(31)

21 BAB III. STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP DESAIN

III.1 Strategi Perancangan

Strategi perancangan menurut Mariana (2013). Strategi perancangan terdiri dari dua kata yaitu startegi dan perancangan, yang masing-masing kata mempunyai pengertian tersendiri. Strategi adalah cara yang ditetapkan untuk mencapai sebuah tujuan. Sedangkan perancangan adalah suatu aktivitas pembuatan usulan-usulan yang merubah sesuatu yang telah ada menjadi sesuatu yang lebih baik. Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa strategi perancangan adalah cara yang ditetapkan untuk membuat sesuatu yang lebih baik untuk mencapai tujuan.

Dalam hal ini strategi perancangan yang akan dibuat yaitu dengan cara mengenalkan makanan tradisional Cirebon kepada masyarakat yang berisi tentang jenis-jenis makanan tradisional Cirebon, sejarah makanan tradisional Cirebon dan perkembangan makanan tradisional Cirebon. Perancangan media akan menggunakan buku, karena media ini merupakan media yang dapat menjelaskan secara jelas dan rinci sebagai sesuatu atau peristiwa yang patut diingat oleh masyarakat.

III.1.1 Khalayak Sasaran Perancangan

Segmentasi dari target audiens dipilih berdasarkan uraian secara spesifik dari sumber-sumber data yang diperoleh secara tepat berupa:

A. Demografis

 Jenis Kelamin : Perempuan dan Laki-laki

 Usia : 17-30 Tahun

 Status ekonomi sosial : Menengah

 Pendidikan : SMA - Pekerja

 Pekerjaan : Semua kalangan B. Geografis

Seluruh masyarakat Indonesia, tetapi lebih difokuskan berdasarkan kota makanan tradisional Cirebon berasal. meliputi perkotaan dan kabupaten. Karena masyarakat


(32)

22 Indonesia kini sedang populer dengan kuliner-kuliner makanannya dan wilayah Indonesia berada di posisi strategis dan terletak di daerah yang tropis.

C. Psikografis

Menurut Santrock (2012, 06) “ Dewasa awal adalah masanya bekerja dan jatuh cinta. Terkadang hanya menyisakan sedikit untuk hal-hal lainnya. Bagi beberapa orang, menemukan tempat dalam masyarakat dewasa dan berkomitmen pada kehidupan yang lebih stabil bisa membutuhkan lebih banyak waktu dari yang dibayangkan. Impian tetap berlanjut dan pikiran tetap tajam, tapi di satu titik menjadi lebih pragmatis.”

 Perkembangan kognitif di masa dewasa awal

Apakah pemikiran dewasa muda lebih maju dibandingkan pemikiran remaja? Menurut Piaget, berpikir formal operasional, yang dimulai dari usia 11 sampai 15 tahun, adalah tahap kognitif yang terakhir. Meskipun jika dilihat dari segi kuantittas jumlah pengetahuan orang dewasa lebih besar dibandingkan remaja, secara kualitatif tahap perkembangan kognitif orang dewasa tidak berbeda dengan remaja. Beberapa ahli menyatakan bahwa di masa dewasa muda, idealisme yang terdapat pada tahap formal operasional mnegalami kemunduran, yang kemudian digantikan dengan pemikiran yang lebih realitis dan pragmatis.

 Karir dan pekerjaan

Banyak anak-anak kecil yang memiliki fantasi mengenai karier yang ideal. Di akhir usia belasan tahun dan awal dua puluhan, pemikiran karier mereka sudah lebih serius. Di awal hingga pertengahan dua puluhan, ada banyak individu yang telah menyelesaikan pendidikan atas pelatihannya dan memulai karier. Di sisa masa dewasa awal, mereka berusaha memulai dan meniti kariernya. Banyak individu percaya mistis karier tapi belakangan hal ini meningkat jadi takhayul untuk sejumlah besar masyarakat Amerika.

D. Insight

- Makanan tradisional yang disuguhkan kepada masyarakat bercita rasa pedas, manis, dan asam.


(33)

23 - Sifat makanan tradisional yang basah sehingga cepat basi

- Pada kemasannya yang kurang menarik

- Masyarakat hanya mengenal satu jenis makanan yang popular saja.

E. Journey

Tabel III.1 Journey khalayak sasaran perancangan

Waktu Kegiatan Tempat Point Of Contac

Pagi

Bangun pagi, membersihkan tempat tidur, mandi pagi, sarapan, dan berangkat kuliah, kerja.

Kamar tidur, kamar mandi, ruang makan, di luar rumah, jalan raya, kampus, dan kantor.

Kasur, selimut, handuk, baju piring, gelas, koran, iklan koran, spanduk, poster, billboard,

Siang

Istirahat,

browsing tempat makan, makan siang, dan melanjutkan kerja.

Kampus, kantor, jalan raya, dan tempat makan siang

Lift, gantungan kunci,

smartphone, media sosial (instagram dan path), poster, billboard, x-banner, spanduk, brosur, majalah, iklan majalah, mug, dan piring

Sore

Pulang kuliah dan kerja, jalan-jalan, dan ngemil sore

Kampus dan kantor, jalan raya, dan kafe

Poster, x-banner, spanduk, brosur, majalah, iklan majalah, dan mug.


(34)

24 Malam

Pulang ke rumah, mandi, nonton tv, buka media sosial, dan tidur malam

Ruang tamu, kamar mandi, ruang tengah, dan kamar tidur

Handuk, baju tidur, televisi, iklan televisi, smartphone, internet (media sosial dan browsing), kasur dan selimut.

Dari Journey di atas diperoleh informasi tempat dan benda yang sering dijumpai oleh khalayak sasaran. Tempat dan benda tersebut adalah tempat tinggal, jalan raya, kampus, tempat kerja, tempat makan, majalah, iklan majalah, smartphone, internet, media sosial, poster, brosur dan lain-lain. Benda dan tempat tersebut memungkinkan untuk dijadikan sebagai media promosi.

III.1.2 Tujuan Komunikasi

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam perancangan ini adalah memberi informasi kepada masyarakat agar diharapkan bisa mengenal berbagai ragam makanan tradisional Cirebon dan memberi informasi kepada masyarakat agar diharapkan dapat mengetahui sejarah kultur dan perkembangannya pada ragam makanan tradisional Cirebon.

III.1.3 Pendekatan Komunikasi

Dalam penyampaian informasi dibutuhkan strategi untuk pendekatan komunikasi agar mudah dimengerti oleh target audiens. Penyampaian komunikasi bisa berupa komunikasi secara visual maupun verbal, bisa juga dengan keduanya. Pendekatan tersebut diharapkan memberi efek ketertarikan kepada target audiens dengan komunikasi yang disajikan dalam media. Berikut penjelasan mengenai pendekatan visual dan verbal :

Pendekatan Visual

Pendekatan visual adalah faktor yang penting dalam mencapai daya tarik target audiens. Fotografi makanan menurut Ambarsari (2011), Cabang seni


(35)

25 fotografi mulai muncul bermacam-macam seperti Landscape Photography, Macro Photography, Street Photography, Potrait Photography, Jurnalism Photography, dan Fashion Photography, kemudian muncul satu cabang baru yang ikut menambah dunia fotografi yaitu Food Photography. Food Photography adalah sebuah cabang seni fotografi yang bertujuan untuk mengabadikan segala macam bentuk dari makanan yang di setting

sedemikian rupa sehingga mampu tergambarkan lezatnya makanan tersebut tanpa bercerita dan hanya gambar yang berbicara.

Gambar III.1 Referensi layout

Sumber: Buku Dapur Indonesia (04 Juli 2016)

Pendekatan Verbal

Komunikasi Verbal yang digunakan adalah Bahasa Indonesia, karena target audiens adalah untuk masyarakat yang berada di Indonesia. Akan tetapi bahasa yang digunakan tidak terlalu baku dan menggunakan bahasa yang biasa dipakai sehari-hari agar mudah dipahami dan dimengerti oleh target audiens, dan juga informasi dapat disampaikan dengan baik kepada target audiens.

III.1.4 Materi Pesan

Pesan yang akan disampaikan berupa informasi tentang bentuk makanan, sejarah yang terdapat pada makanan tradisional Cirebon, tempat asal makanan dan juga waktu dikonsumsinya makanan tradisional Cirebon tersebut.


(36)

26 III.1.5 Gaya Bahasa

Gaya bahasa yang digunakan adalah bahasa indonesia dengan gaya bahasa tidak terlalu baku agar mudah dimengerti dan dipahami oleh seluruh masyarakat.

III.1.6 Mandatory

Perancangan media informasi buku profil makanan tradisional Cirebon bekerja sama dengan beberapa pihak. Pihak-pihak tersebut mendukung perancangan ini. Pihak yang berwenang dalam perancangan media informasi ini adalah Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata kota Cirebon.

Gambar III.2 Logo Pemerintahan Kota Cirebon Sumber:

http://2.bp.blogspot.com/-G6vsHqDxLJk/U3c-MDVUCiI/AAAAAAAACFE/KRq3QpepuNY/s1600/KOTA+CIREBON.png (Diakses 05 Agustus 2016)

III.1.7 Strategi Kreatif

Informasi yang ingin disampaikan adalah berupa bentuk makanan, sejarah yang terdapat pada makanan, tempat asal makanan dan juga waktu dikonsumsinya makanan tradisional Cirebon tersebut. Dengan menentukan dan mencari data mengenai jenis-jenis dan apa saja makanan tradisional Cirebon dengan menginformasikan karakteristik dan sejarah masing-masing setiap makanan. Agar informasi dapat disampaikan kepada khalayak sasaran, dengan demikian media ini sebagai sasaran penyampaian informasi tersebut dengan menggunakan media informasi berisikan foto makanan dan penjelasan-penjelasannya. Menurut Rudy W. Herlambang (seperti dikutip oleh Endih Rosidin, 2015) fotografi sangat efektif untuk mengesankan keberadaan suatu tempat, orang atau produk. Sebuah foto mempunyai kekuatan walaupun realita yang dilukiskan kadangkala jauh dari keadaan sesungguhnya. Kelebihan dengan menggunakan fotografi, yaitu:


(37)

27

 Memperoleh image objek sebenarnya dengan proporsi yang dapat diatur baik warna, cahaya, maupun detailnya.

 Menunjang kebutuhan informasi dalam bentuk visual dalam media cetak maupun elektronik.

Dalam media informasi ini foto menjadi penggambaran dari sebuah penjelasan bentuk dan sejarah pada ragam makanan tradisional Cirebon, agar pembaca dapat mengetahui informasi berdasarkan teks, pembaca juga dapat mengetahui dari bentuk makanan tradisional yang dimaksud.

III.1.8 Strategi Media

Media Utama

Menurut Iyan, Wb (seperti dikutip Apriyulia, 2015) “Buku merupakan kumpulan kertas yang dijilid menjadi satu dan setiap sisi dari sebuah lembaran kertas disebut halaman”. Buku dengan menggunakan konten, gaya, format, desain, dan urutan dari berbagai komponen dapat menjadi sumber informasi yang mudah dan praktis. Berisi tentang penjelasan singkat berupa text dan didukung gambar visual. Media utama yang akan dipakai adalah buku. Media ini dipilih karena media ini bisa menjelaskan secara rinci dan jelas sesuatu yang patut diingat seperti sejarah pada makanan tradisional Cirebon tersebut. Pengemasan informasi tidak hanya menggunakan media utama saja, ditambah dengan media pendukung untuk memperkenalkan media utama kepada target audiens.

Media pendukung

Media pendukung merupakan media perlengkap atau tambahan bagi media utama untuk membantu mempromosikan media utama, agar menjadi rangsangan komunikasi kepada target audiens. Adapun media pendukung yang akan digunakan adalah sebagai berikut:

X-Banner

X-banner adalah salah satu media promosi yang dicetak dengan Print Digital yang umumnya berbentuk potrait atau vertikal. X-banner adalah


(38)

28 bentuk penyederhanaan dari baliho. Media ini digunakan untuk mempromosikan media utama dipajang agar target audiens mudah melihat.

 Poster

Poster menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), poster adalah plakat yang dipasang di tempat umum yang berupa pengumuman atau iklan. Poster merupakan media informasinya mudah tersampaikan untuk mengajak orang untuk membeli. Di letakkan pada tempat yang datar dan strategi untuk menarik perhatian banyak orang.

Flyer

Flyer juga disebut surat edaran, atau leaflet, merupakan bentuk iklan kertas ditujukan untuk distribusi yang luas dan biasanya dipasang atau di distribuskan di tempat umum. Fungsi flyer adalah untuk mempromosikan kepada target audiens dengan simple dan menarik.

 Stiker

Stiker adalah media informasi visual berupa lembaran kecil kertas atau plastik yang ditempelkan, media ini adalah media yang bisa dimana saja di aplikasikan.

 Buku Catatan (Notes)

Buku catatan (notes) adalah media buku saku yang berbentuk tidak terlalu kecil tetapi mudah dibawa kemana-mana oleh setiap orang. Media ini dibagikan kepada pembeli buku pada acara promosi.

 Pembatas Buku

Pembatas buku adalah suatu cara yang paling efektif dan tidak memaksa orang untuk melihat iklan. Pembatas buku ini akan selalu ada di dalam lembaran-lembaran buku. Pembatas buku sangat efektif untuk mendapatkan perhatian untuk bisnis dengan cara yang lebih kreatif dan cara yang tahan lama.


(39)

29

 Bendera Gantung (Flag Chain)

Flag Chain adalah media iklan berbentuk bendera dengan ukuran kecil yang dibuat dari bahan plastik, kertas, atau bahan yang sejenis yang menampilkan gambar produk, merk, slogan, atau gabungan dari semua itu. Fungsi bendera gantung adalah sebagai media pendukung untuk menyampaikan informasi kepada target audiens bahwa buku sudah terbit dan bendera gantung ini merupakan media informasi yang diikat pada tali.

III.1.9 Strategi Distribusi

Untuk lebih memudahkan penyebaran distribusi, terdapat di wilayah penyebaran meliputi toko buku yang telah mempunyai nama besar di Indonesia khususnya di kota-kota besar di Indonesia. Selain buku terdapat satu paket hadiah pembelian buku seperti stiker dan buku catatan (notes) yang dapat dimiliki. Wilayah penyebaran tersebut sebagian besar adalah tempat dimana target biasa mencari atau membeli buku.

Tabel III.2 Tabel Distribusi Media selama 3 bulan dari Agustus 2016- Oktober 2016

No Media

Agustus 2016 September 2016 Oktober 2016

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Buku

2 X-banner

3 Poster

4 Flyer


(40)

30 6 Buku catatan

(Notes)

7 Pembatas Buku

8 Flag Chain

Dalam penjualan media utama yaitu buku profil makanan tradisional Cirebon setiap pembelian buku pembeli mendapatkan satu jenis stiker dan pembatas buku yang terdapat didalam buku tersebut. Dan pada saat promosi dilakukan, pembeli mendapatkan souvernir berupa buku catatan (notes).

III.2 Konsep Desain

Dalam sebuah media informasi, konsep visual sangat berperan penting. Konsep visual dalam buku ragam makanan tradisional Cirebon ini menggunakan teknik fotografi makanan.

III.2.1 Format Desain

Format desain yang digunakan dalam buku “Ragam Makanan Tradisional Cirebon” adalah ukuran 20 cm X 20 cm. ukuran ini bertujuan karena buku dibuat dalam bentuk foto landscape dan menggunakan foto yang menutupi 2 halaman dalam buku. Jadi buku berbentuk persegi, bila dibuka akan menjadi berbentuk persegi panjang atau landscape.

III.2.2 Tata Letak

Konsep layout pada buku bergambar ini mengacu pada teori penyusun layout

menurut Tomy Lincy (dalam Endih Rosidin, 2015) yaitu beberapa patokan dasar yang dipakai untuk merancang sebuah layout:

 Proporsi

Proporsi yang dimaksud adalah kesesuaian antara halaman dengan isinya.


(41)

31 Prinsip keseimbangan merupakan suatu pengaturan agar penempatan elemen dalam suatu halaman memiliki efek seimbang.

 Kontras

Menonjolkan unsur elemen yang terdapat pada sebuah materi objek sebuah halaman untuk memunculkan kekontrasan pada objek tersebut sehingga diperoleh fokus perhatian.

 Kesatuan

Prinsip kesatuan atau unity adalah hubungan anatara elemen-elemen desain yang semulai berdiri sendiri-sendiri serta memiliki ciri sendiri-sendiri yang disatukan menjadi sesuatu yang baru dan memiliki fungsi baru yang utuh.

Tata letak yang baik berfungsi sebagai salah satu kenyamanan dalam membaca, agar dapat menyampaikan informasi dengan baik dan dapat dinikmati oleh pembaca. Dalam perancangan media buku informasi ini kapasitas visual seimbang dengan teks, sehingga pembaca bisa lebih menikmati dalam penyampaian informasi dalam buku tersebut.

Berikut merupakan tata letak yang terdapat dalam media buku:

Gambar III.3 Tata letak isi 1 Sumber: Dokumen Pribadi


(42)

32 Gambar III.4 Tata letak isi 2

Sumber: Dokumen Pribadi

III.2.3 Huruf

Pengertian Tipografi (seperti dikutip Wijaya, 2004) dalam desain komunikasi visual, tipografi dikatakan sebagai ‘visual language’, yang berarti bahasa yang dapat dilihat. Tipografi adalah salah satu sarana untuk menterjemahkan kata-kata yang terucap ke halaman yang dapat dibaca. Peran dari pada tipografi adalah untuk mengkomunikasikan ide atau informasi dari halaman tersebut ke pengamatan.

Jenis-jenis font yang digunakan:

Font Little Lord Fontleroy NF :

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

abcdefghijklmnopqrstuvvwxyz

1234567890

!?+-/

@#$%^&*():;”’


(43)

33 Pada judul akan dipilih jenis huruf script karena berdasarkan dari karakter lengkungan ornamen mega mendung yang merupakan salah satu bagian dari peninggalan budaya kota Cirebon.

Font Gabriola :

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

Aabcdefghijklmnopqrstuvwqyz

1234567890

!?+-

/@#$%^&* :;”’

sub judul akan dipilih huruf script sama seperti judul agar ada keterkaitan dari sampul ke isi buku. Penggunaan pada body text akan digunakan jenis huruf serif.

Body text didalam buku akan ditempatkan secara dinamis yang bertujuan untuk menyesuaikan antara tulisan dan gambar.

III.2.4 Warna

Warna (seperti dikutip N Ismi, 2012) termasuk salah satu unsur keindahan dalam seni dan desain selain unsur-unsur visual yang lain (Prawira 1989: 4). Lebih lanjut, Sanyoto (2005: 9) mendefinisikan warna secara fisik dan psikologis. Warna secara fisik adalah sifat cahaya yang dipancarkan, sedangkan secara psikologis sebagai bagian dari pengalaman indera pengelihatan. Nugraha (2008: 34) mengatakan bahwa warna adalah kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda yang dikenai cahaya tersebut. Pada tahun 1831, Brewster (Nugraha, 2008:35) mengemukakan teori tentang pengelompokan warna. Teori Brewster membagi warna-warna yang ada di alam menjadi empak kelompok warna, yaitu warna primer, warna sekunder, warna tersier, dan warna


(44)

34 netral. Kelompok warna mengacu pada lingkaran warna teori Brewster dipaparkan sebagai berikut:

 Warna Primer

Warna primer adalaha warna dasar yang tidak berasal dari campuran dari warna-warna lain. Menurut teori warna pigmen dari Brewster, warna primer adalah warna-warna dasar (Nugraha, 2008: 37).

 Warna sekunder

Warna sekunder merupakan hasil campuran dua warna primer dengan proposi 1:1. Teori Blon (Prawira, 1989: 18) membuktikan bahwa campuran warna-warna primer menghasilkan warna-warna sekunder. Warna jungga merupakan hasil campuran warna merah dan kuning. Warna hijau adalah campuran biru dan kuning. Warna ungu adalah campuran merah dan biru.

 Warna tersier

Warna tersier merupakan campuran satu warna primer dengan satu warna sekunder. Contoh, warna jingga kekuningan didapat dari pencampuran warna primer kuning dan warna sekunder jingga. Istilah warna tersier awalnya merujuk pada warna-warna netralyang dibuat dengan mencampurkan tiga warna primer dalam sebuah ruangan warna. Pengertian tersebut masih umum dalam tulisan-tulisan teknis.

 Warna netral

Warna netral adalah hasil campuran ketiga warna dasar dalam proposi 1:1:1. Campuran menghasilkan warna putih atau kelabu dalam system warna cahaya aditif, sedangkan dalam sistem warna subtraktif pada pigmen atau cat akan menghasilkan coklat, kelabu, dan hitam.warna netral sering muncul sebagai penyeimbang warna-warna kontras di alam.

Warna adalah elemen pendukung yang memperkuat isi atau pesan dan bersifat menarik perhatian pembaca. Warna yang digunakan pada media informasi ini


(45)

35 mengacu pada objek penelitian, yaitu warna makanan tradisional Cirebon adalah kuning dan coklat.

Pemilihan warna

Gambar III.5 Refensi pemilihan warna Sumber: Dokumen Pribadi

III.2.5 Ilustrasi

Fotografi makanan menurut Ambarsari (2011), Cabang seni fotografi mulai muncul bermacam-macam seperti Landscape Photography, Macro Photography, Street Photography, Potrait Photography, Jurnalism Photography, dan Fashion Photography, kemudian muncul satu cabang baru yang ikut menambah dunia fotografi yaitu Food Photography. Food Photography adalah sebuah cabang seni fotografi yang bertujuan untuk mengabadikan segala macam bentuk dari makanan yang di setting sedemikian rupa sehingga mampu tergambarkan lezatnya makanan tersebut tanpa bercerita dan hanya gambar yang berbicara. Ilustrasi yang digunakan adalah teknik fotografi dengan menggunakan kamera DSLR Canon 70D, lensa Canon fix 85mm, lensa Canon fix 50mm, lensa Canon kit 18mm-135mm yang diambil dalam beberapa angle. Semua rangkai foto menjelaskan dam memperlihatkan bentuk dari makanan tradisional Cirebon.

#845D3B #FFF100

C : 0% R : 255 M : 0% G : 241 Y : 100% B : 0 K : 0%

C : 35% R : 138 M : 60% G : 93 Y : 80% B : 59 K : 25%


(46)

36 BAB IV. MEDIA UTAMA & TEKNIK PRODUKSI

IV.1 Media Utama

Proses perancangan media utama ini adalah sebuah buku yang menjelaskan tentang makanan tradisional Cirebon. Tahap awal mengumpulkan isi dari buku dengan mevisualisasikan hasil dari sketsa. Selanjutnya proses pengambilan foto makanan dengan menggunakan kamera DSLR merk Canon EOS 70D, lensa Canon 85mm, lensa Canon 50mm, lensa Canon kit 18mm-135mm, dan lighting menggunakan flash YN 560 ii.

Gambar IV.1 Kamera DSLR merk Canon EOS 70D Sumber:

https://www.dpreview.com/files/p/articles/4325164765/images/frontpage.jpeg (diakses 29 Juli 2016)

Gambar IV.2 Flash YN 560 ii

Sumber: http://www.thephoblographer.com/wp-content/uploads/2013/06/Chris-


(47)

37 Setelah foto sudah didapat kemudian dilakukan editing foto, mulai dari pengaturan kontras, brightness, saturasi warna, dan cropping dengan menggunakan software Adobe Photoshop CC yang kemudian disimpan dalam format jpeg. Setelah itu kemudian tahap layout pada buku menggunakan software

Adobe Indesign CS6. Prosesnya meliputi tata letak pada foto, kemudian penambahan copywrite atau isi teks pada buku dan juga penambahan motif mega mendung yaitu salah satu ciri khas batik tradisional Cirebon.

Gambar IV.3 Hasil foto dengan kamera Canon EOS 70D Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar IV.4 Hasil editing foto menggunakan software Adobe Photoshop CC Sumber: Dokumen Pribadi


(48)

38 Gambar IV.5 Proses layouting dan pemberian copywrite atau isi teks

menggunakan software Adobe InDesign CS6 Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar IV.6 Proses layoutingcover menggunakan software Adobe Ilustrator CS6 Sumber: Dokumen Pribadi

Kemudian setelah semua proses yang meliputi editing, tracing, tata letak, dan penambahan copywrite selesai, kemudian selanjutnya masuk pada tahap produksi, menggunakan kertas Art Paper 210 grm dengan Hardcover. Untuk cover diberi laminasi doff, agar buku lebih kuat dan tahan lama, dengan ukuran 20cm x 20cm dengan menggunakan cetak offset.


(49)

39 Gambar IV.7 Sampul depan dan belakang

Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar IV.8 Tampilan cover buku yang sudah dicetak Sumber: Dokumen Pribadi


(50)

40

Gambar IV.9 Isi dalam buku Sumber: Dokumen Pribadi


(51)

41 IV.2 Media Pendukung

Media pendukung diperlukan sebagai pelengkap dan membantu dalam penyampaian informasi maupun promosi media utama “Ragam Makanan Tradisional Cirebon”.

IV.2.1 X-Banner

X-Banner berfungsi sebagai penanda keberadaan media utama dalam suatu lokasi, seperti lokasi rak pada toko buku. Dengan adanya x-banner memudahkan konsumen mencari buku ini.

- Ukuran : 60 x 160 cm

- Material : Bahan Pvc

- Teknik Produksi : Digital Printing (Outdoor)

Gambar IV.10 X-Banner


(52)

42 IV.2.2 Poster

Gambar IV.11 Poster Sumber: Dokumen Pribadi

Layout dalam poster berisikan informasi ajakan untuk mendatangi peluncuran dari buku sebagai media utama. Poster dicetak dalam ukuran A3 yang akan di


(53)

43 tempatkan di tempat-tempat terjangkau seperti kampus dan kantor, juga pada toko buku yang menjual buku ini.

- Ukuran : A3 (29,7 x 42 cm) - Material : art paper 260 grm - Teknik Produksi : Cetak offset

IV.2.3 Flyer

Gambar IV.12 Flyer

Sumber: Dokumen Pribadi

Fungsi flyer adalah untuk mempromosikan kepada target audiens dengan simple dan menarik.

- Ukuran : A5 (21.0 x 14.8 cm) - Material : Art paper 150 grm - Teknik produksi : Cetak offset


(54)

44 IV.2.4 Stiker

Gambar IV.13 Desain stiker Cromo Sumber: Dokumen Pribadi

Stiker sebagai pendukung lainnya, stiker bisa ditempel dimana-mana dan juga bisa dibawah kemana-mana. Biasanya stiker akan ditempelkan pada benda kesayangan ataupun benda yang sering konsumen bawa. Sehingga konsumen akan terus ingat dengan media utama.

- Ukuran : 10cm x 6cm

- Material : Stiker Cromo


(55)

45 IV.2.5 Buku Catatan (Note)

Gambar IV.14 Buku catatan (note) Sumber: Dokumen Pribadi

Buku catatan (note), bagus sebagai media pengingat karena fungsional, sering dibawa kemana-mana. Sebagai bonus dari pembelian, yang hanya diberikan pada pembelian dua minggu awal dari buku diterbitkan.

- Ukuran : 10 cm x 10 cm - Material : Art paper 210 grm - Teknik produksi : Cetak offset


(56)

46 IV.2.6 Flag Chain

Gambar IV.15 Flag Chain

Sumber: Dokumen Pribadi

Flag chain berfungsi sebagai media pendukung promosi pada saat acara lauching

buku berlangsung. Bendera dipasang disekitar rak atau toko buku.

- Ukuran : 21cm x 14cm

- Material : Frontlit Jerman - Teknik produksi : Cetak offset


(57)

47 IV.2.7 Pembatas buku

Gambar IV.16 Pembatas Buku Sumber: Dokumen Pribadi

Media utama merupakan sebuah buku. Maka pembatas buku ini berfungsi untuk penanda sudah sejauh mana membaca buku tersebut.

- Ukuran : 3cm x 15cm

- Material : Art paper - Teknik Produksi : Digital Printing

IV.2.8 Sosial Media

Sosial media sebagai media promosi sekaligus fanpage bagi para penggemar serta orang-orang yang ingin tahu info tentang buku Ragam Makanan Tradisional Cirebon.


(58)

48 Gambar IV.17 Tampilan Facebook Makanan Tradisional Cirebon official book

Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar IV.18 Tampilan Twitter Makanan Tradisional Cirebon official book


(1)

43 tempatkan di tempat-tempat terjangkau seperti kampus dan kantor, juga pada toko buku yang menjual buku ini.

- Ukuran : A3 (29,7 x 42 cm)

- Material : art paper 260 grm - Teknik Produksi : Cetak offset

IV.2.3 Flyer

Gambar IV.12 Flyer Sumber: Dokumen Pribadi

Fungsi flyer adalah untuk mempromosikan kepada target audiens dengan simple dan menarik.

- Ukuran : A5 (21.0 x 14.8 cm) - Material : Art paper 150 grm - Teknik produksi : Cetak offset


(2)

44 IV.2.4 Stiker

Gambar IV.13 Desain stiker Cromo Sumber: Dokumen Pribadi

Stiker sebagai pendukung lainnya, stiker bisa ditempel dimana-mana dan juga bisa dibawah kemana-mana. Biasanya stiker akan ditempelkan pada benda kesayangan ataupun benda yang sering konsumen bawa. Sehingga konsumen akan terus ingat dengan media utama.

- Ukuran : 10cm x 6cm

- Material : Stiker Cromo


(3)

45 IV.2.5 Buku Catatan (Note)

Gambar IV.14 Buku catatan (note) Sumber: Dokumen Pribadi

Buku catatan (note), bagus sebagai media pengingat karena fungsional, sering dibawa kemana-mana. Sebagai bonus dari pembelian, yang hanya diberikan pada pembelian dua minggu awal dari buku diterbitkan.

- Ukuran : 10 cm x 10 cm

- Material : Art paper 210 grm - Teknik produksi : Cetak offset


(4)

46 IV.2.6 Flag Chain

Gambar IV.15 Flag Chain Sumber: Dokumen Pribadi

Flag chain berfungsi sebagai media pendukung promosi pada saat acara lauching buku berlangsung. Bendera dipasang disekitar rak atau toko buku.

- Ukuran : 21cm x 14cm

- Material : Frontlit Jerman - Teknik produksi : Cetak offset


(5)

47 IV.2.7 Pembatas buku

Gambar IV.16 Pembatas Buku Sumber: Dokumen Pribadi

Media utama merupakan sebuah buku. Maka pembatas buku ini berfungsi untuk penanda sudah sejauh mana membaca buku tersebut.

- Ukuran : 3cm x 15cm

- Material : Art paper

- Teknik Produksi : Digital Printing

IV.2.8 Sosial Media

Sosial media sebagai media promosi sekaligus fanpage bagi para penggemar serta orang-orang yang ingin tahu info tentang buku Ragam Makanan Tradisional Cirebon.


(6)

48 Gambar IV.17 Tampilan Facebook Makanan Tradisional Cirebon official book

Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar IV.18 Tampilan Twitter Makanan Tradisional Cirebon official book Sumber: Dokumen Pribadi